PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DPK DAN PASAR

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK) DAN PASAR MODAL SYARIAH
TERHADAP FINANCIAL DEEPENING DI INDONESIA
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Lembaga Keuangan Islam
(Manajemen Lembaga Keuangan Syari’ah Non Bank)
Dosen Pengampu:
Abdul Qoyum, S.E.I, M.Sc.Fin

Disusun oleh
Arif Himmawan (15830043)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017

A. Latar Belakang
Pasar modal syariah mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan dalam beberapa
tahun terakhir ini dimana angka perumbuhan mencapai kisaran 20-30% per tahun. Angka ini
menunjukkan bahwa sector pasar modal syarih merupakan salah satu sector yang sangat
dinikmati oleh masyarakat. terdapat beberapa factor yang mampu mendorong pertumbuhan

industry di pasar modal sayriah. Pertama, adanya krisis keuangan global dengan intensitas yang
semakin besar membuat kebutuhan dari masyarakat bahwa terdapat system keuangan yang adil
semakin meningkat. Kedua, pertumbuhan industry keuangan syariah lain yaitu perbankan
sayriah, asuransi sayriah, dll menimbulkan perlunya dukungan dari sector pasar modal. Ketiga,
semakin besarnya jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki pemahaman secara
lebih baik terhadap system keuangan syariah memberikan dorongan yang luara biasa terhadap
penembangan pasar modal.
Dunia Globalisasi merupakan hal yang sudah tak asing lagi buat kita semua. Dunia
globalisasi telah masuk kesemua Negara tak heran globalisasi membawa hal yang baik dan
buruknya. Globalisasi juga telah berkembang merambat kedunia perekonomian biasanya
berupa penanaman modal pada suatu sektor industri. Setiap individu pada dasarnya
memerlukan investasi, karena dengan investasi setiap orang dapat mempertahankan dan
memperluas basis kekayaannya yang dapat digunakan sebagai jaminan sosial di masa depannya.
Seseorang sering tidak menyadari dirinya telah melakukan investasi, misalnya dengan
menabung dan sebagainya. Agar tak terjebak melakukan investasi ke dalam portofolio
‘sampah’, atau bahkan ditipu oleh pihak yang tak bertanggung jawab dengan iming-iming
menarik, Anda harus mengedepankan rasionalitas dan memahami betul resiko-resiko yang
dihadapi dalam berinvestasi.
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang sesuai dengan syariah Islam atau dengan
kata lain instrumen yang digunakan berdasarkan pada prinsipsyariah dan mekanisme yang

digunakan juga tidak bertentangan dengan prinsip syariah.Karena banyak sekali jenis dari
investasi tersebut .Jangan sampai terbuai dengan iming-iming menarik yang tinggi, tapi uang
Anda habis sia-sia. Invejstasi pun banyak jenis dan macamnya jadi harus pandai melihat ke
sektor mana kita akan menanamkan saham kita. Peran penting sekali dari beberapa pihak baik
dari pemerintah dan tiap individu . peran individu sangatlah penting dalam berperan aktif
karena dapat mencegahnya harga barang yang tak terkontrol. Pemerintah sebaiknya mengatur
beberapa aturan tentang peraturan penanaman modal, karena, sejak pelaksanaan otonomi
daerah, pemerintah pusat terpaksa mengeluarkan kepres khusus mengenai penanaman modal
karena banyaknya kendala yang dihadapi oleh para investor yang ingin membuka usaha di
daerah, khususnya yang berkaitan dengan proses pengurusan izin usaha. Investor seringkali
dibebani oleh urusan birokrasi yang berbelit-belit sehingga membutuhkan waktu yang cukup
lama dan disertai dengan biaya tambahan yang cukup besar
Pendalaman sektor keuangan (financial deepening) merupakan sebuah terminologi yang
digunakan untuk menunjukan terjadinya peningkatan peranan dan kegiatan dari jasajasa
keuangan terhadap ekonomi. Maksud dari terminologi ini juga mengarah kepada makin
beragamnya pilihan-pilihan jasa keuangan yang dapat diakses oleh masyarakat dengan cakupan
yang semakin luas. Dengan pendalaman sektor keuangan diharapkan dapat berfungsi untuk
menurunkan resiko dan kerentanan dari salah satu sub sektor keuangan. Financial Deepening
menurut Shaw (1973) merupakan akumulasi dari aktiva-aktiva keuangan yang lebih cepat dari


pada akumulasi kekayaan yang bukan keuangan (Kitchen, 1988:14). Pendalaman keuangan
ditunjukan oleh semakin besarnya rasio antara jumlah beredar dengan PDB. Sebaliknya
semakin
B. Landasan Teori
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang memperdagangkan instrument keuangan
yangsesuai dengan aturan-aturan dan prinsip-prinsip syariah (Dusuki,2012). Tedapat beberapa
prinsip utama dalam pasar modal syariah yaitu: adanya pelarangan riba, pelarangan gharar,
pelarangan maysir dan perusahaan yang menerbitkan instrument keuangan tersebut memiliki
usaha yang tida dilarang oleh syariah, misalnya usaha perudian, minuman keras (Omar,2009).
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan prinsip–prinsip syariah,
setiap transaksi surat berharga di pasar modal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syari’at
Islam (Sutedi, 2011).
Pasar modal syariah diluncurkan pertama kali oleh Badan Pengelola Pasar Modal
(BAPEPAM) pada tanggal 14-15 maret 2003, yang berbarengan dengan penandatanganan nota
kesepahaman ( memorandum of understanding) dengan Dewan Syariah Nasional Majelis ulama
Indonesia ( DSN-MUI). Menindak lanjuti MOU tersebut, PT. Bursa Efek Jakarta selaku
pengelola pasar modal, bekerja sama dengan PT. Dana Reksa Investment Management
membentuk Jakarta Islamic Index ( JII). JII dimaksudkan untuk digunakan sebagai benchmark
( tolak ukur) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham yang berbasis syariah. Melalui
JII ini, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi

dalam ekuitas secara syariah. Tercatat ada 30 jenis saham yang tercatat di JII, yang tiap enam
bulan sekali ada yang masuk dan keluar.
Menurut Metwally dalam Sutedi (2011) fungsi dari keberadaan pasar modal syariah
adalah sebagai berikut:
1) Memungkinkan masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan memperoleh
bagian dari keuntungan dan risikonya.
2) Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna mendapatkan likuiditas.
3) Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun dan
mengembangkan lini produksinya.
4) Memisahkan operasi kegiatan bisnis dan fluktuasi jangka pendek pada harga saham yang
merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional.
5) Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis
sebagaimana tercermin pada harga saham.
Karakteristik Pasar Modal Syariah
Ada beberapa karakteristik yang diperlukan dalam membentuk pasar modal syariah adalah
sebagai berikut:
1) Semua saham harus diperjualbelikan pada bursa efek.
2) Bursa efek perlu mempersiapkan pasca perdagangan yang sahamnya dapat diperjualbelikan
melalui pialang.


3) Semua perusahaan yang memiliki saham yang dapat diperjualbelikan dibursa efek diminta
menyampaikan informasi tentang perhitungan keuntungan dan kerugian, serta neraca
keuntungan kepada komite manajemen bursa efek, dengan jarak tidak lebih dari 3 bulan.
4) Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HST) di setiap perusahaan dengan
interval tidak lebih dari 3 bulan sekali.
5) Saham tidak boleh diperjualbelikan dengan harga yang lebih tinggi dari HST namun saham
dapat dijual dengan harga dibawah HST.
6) Komite manajeman harus memastikan bahwa semua perusahaan yang terlibat dalam bursa
efek itu mengikuti standar akuntansi syariah.
7) Perdagangan saham seharusnya hanya berlangsung dalam satu minggu periode
perdagangan setelah menentukan HST. 10 8. Perushaan hanya dapat menerbitkan saham
baru dalam periode perdagangan, dan dengan harga HST (Sutedi, 2011).
Prinsip Pasar Modal Syariah Kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan menurut syariah
pada prinsipnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemilik harta (investor) terhadap pemilik
usaha (emiten) untuk memberdayakan pemilik usaha dalam melakukan kegiatan usahanya yang
pemilik harta (investor) berharap untuk memperoleh manfaat tertentu. Secara umum prinsip
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pembiayaan dan investasi hanya dapat dilakukan pada aset atau kegiatan usaha yang halal,
yang kegiatan usaha tersebut adalah spesifik dan bermanfaat sehingga dapat melakukan
bagi hasil.

2) Uang adalah alat bantu pertukaran nilai dan pemilik harta akan menerima bagi hasil dari
manfaat yang timbul dari kegiatan usaha maka pembiayaaan dan investasi menggunakan
mata uang yang sama serta pembukuan kegiatan usaha.
3) Aqad yang terjadi antara pemilik harta (investor) dengan pemilik usaha (emiten), dan
tindakan maupun informasi yang diberikan pemilik usaha yang tidak boleh menimbulkan
keraguan yang dapat menyebabkan kerugian.
4) Pemilik harta (investor) dan pemilik usaha (emiten) tidak boleh mengambil risiko yang
melebihi kemampuan karena dapat menyebabkan kerugian, namun sebenarnya berupa
kerugian yang dapat dihindari.
5) Pemilik harta (investor), pemilik usaha (emiten) maupun bursa dan self regulating
organization lainnya tidak diperbolehkan melakukan hal yang dapat 11 mengakibatkan
gangguan yang disengaja atas mekanisme pasar, baik dari segi penawaran(supply) maupun
dari segi permintaan (demand) (Sutedi, 2011).
C. Metodologi
Data yang diambil meliputi data, Dana Pihak Ketiga (DPK), Sukuk Korporasi, dan Sukuk
Negara. Metode analisis pada penelitian ini menggunakan model Regresi linier berganda dengan
metode Ordinary Last Square (OLS) sebagai motode estimasi parameter modelnya.
Sebagai kelengkapan metode OLS, juga dilakukan pengujian asumsi klasik yaitu Uji
Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas dan Uji Autokorelasi


D. Analisis dan Pembahasan

1. Analisis Model Regresi
Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi yang dibuat nilai
residualnya mengikuti distribusi normal. Asumsi kenormalan dibutuhkan sebagai syarat
pengujian signifikansi parameter modelnya. Dengan menggunakan metode Jarque-Bera dengan
menggunakan taraf nyata (α) 5% didapatkan hasil bahwa nilai probability sebesar 0.381700
yang lebih besar dari tingkat signifikansi sebesar 0.05 yang berarti bahwa residual berdistribusi
normal.
Tabel 1. Uji Normalitas Residual
Jarque-Bera
1.926239
hasil olah data

Probability
0.381700

Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang
signifikan di antara dua atau lebih variabel independen dalam model regresi. Deteksi adanya
multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel independen.

Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) antar variabel independen, dapat diputuskan apakah
data. Nilai pada Correlation Matrix menunjukkan bahwa korelasi terjadi multikolinieritas antara
variabel variabel independen yang dipakai. Namun demikian analisis terhadap model tetap
dilanjutkan dengan pertimbangan bahwa
Tabel 2 Hasil Uji Correlation Matrix
LDPK
Pembiayaan
Sukuk NEG
Sukuk Korp
hasil olah data

DPK
1.000.0000
0.992319
0.964340
0.959064

Pembiayaan
0.992319
1.000.000

0.957801
0.954056

Sukuk
0.964340
0.957801
1.000.000
0.957213

Sukuk Korp
0.959064
0.954056
0.957213
1.000.000

terkena multikolinieritas atau tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi antar variabel
independen, jika terjadi korelasi, maka terdapat multikolinieritas, dimana model regresi yang
baik adalah tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen dengan variabel dependen.
Hasil pengujian multikolinieritas menggunakan uji korelasi (r) dapat dilihat pada table 3
berikut :

multikolinieritas terjadi kemungkinan disebabkan oleh tren yang sama pada variabel variabel
tersebut pada perkembangan tahun ke tahunnya untuk periode penelitian yang diambil.
Disamping itu secara structural, model yang dibangun juga didukung secara teoritis. Uji
heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Tabel 3. White Heterokedasticity Test
Obs*R-squared
12.88493
hasil olah data

Prob
0.0119

Dari tabel 4 di atas diketahui bahwa nilai probabilitas sebesar 0.0119 yang lebih kecil dari nilai
α sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas lebih kecil dari α = 5% maka disimpulkan bahwa
dalam model terdapat masalah heteroskedastisitas.
Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadi korelasi antara residual tahun ini dengan
tingkat kesalahan tahun sebelumnya. Uji autokorelasi untuk mengetahui apakah dalam model
regresi ada korelasi antara kesalahan pada periode waktu yang lain. Untuk mendeteksi masalah
autokorelasi digunakan uji Breuesch Godfrey atau lebih dikenal dengan uji Langrange

Multiplier (LM-Test) (Pengganda Langrange).
Tabel 4. Langrange Multiple Test (LM-Test)
Obs*R-squared
46.51541
hasil olah data

Prob
0.0000

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai probabilitas 0.0000 yang lebih kecil dari nilai α sebesar
0.05 , sehingga dapat disimpulkan bahwa di dalam model terdapat masalah autokorelasi.
Beberapa asumsi terhadap model yang tidak dipenuhi pada pengujian di atas (Autokorelasi dan
heteroskedastisitas) tidak menghalangi model untuk tetap digunakan sebagai analisis,
dikarenakan estimasi yang dihasilkan tetap unbiased walaupun hasil estimasinya tidak effisien
(gujarati, 2006).
2. Pengujian Hipotesis Model Model
Hasil pengujian terhadap ketepatan model yang dibuat (Uji-F) didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 5 Uji F
F-statistic
93.15079
hasil olah data

Prob.
F(2,54) 0.0000

Berdasarkan tabel 6, diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,0000, sehingga dapat disimpulkan
bahwa model signifikan dalam menjelaskan pengaruh DPK, Pembiayaan Syariah, Sukuk
Negara, Sukuk Korporasi terhadap Financial Deepening.
Koefisien determinasi menggunakan adjusted
R2 , didapatkan nilai sebesar 0.490911, menunjukkan bahwa variasi nilai yang terdapat pada
variabel Financial Deepening dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada (DPK,
Pembiayaan, Sukuk Negara, Sukuk Korporasi) sebesar 49,09%, sedangkan sisanya 50,91 %
dijelaskan oleh faktor atau variabel lain diluar variabel yang diteliti.
Tabel 6 Uji Partial Model (Uji t)
Variabel
DPK
Pembiayaan
Sukuk Negara

Koefisien
1,552
-1,095
0,698

Prob
0,0239
0,0698
0,0006

Sukuk Korporat
hasil olah data

-1,295

0,0002

Pengujian untuk mengetahui pengaruh secara parsial (individu) variabel-variabel independen
(DPK, Pembiayaan, Sukuk Korporasi, dan Sukuk Negara) terhadap variabel dependen yaitu
Financial Deepening menggunakan uji-t. Dari tabel 7, didapatkan hasil pengujian hipotesis
terhadap variabel variabel yang diduga mempengaruhi financial deepening, sebagai berikut :
1) Untuk variabel DPK didapatkan nilai probability sebesar 0,0239 sehingga dengan taraf
nyata 5% dapat disimpulkan DPK berpengaruh signifikan terhadap financial deepening di
Indonesia.
2) Untuk variabel pembiayaan didapatkan nilai probability sebesar 0,0698 sehingga dengan
taraf nyata 5% dapat disimpulkan Pembiayaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
financial deepening di Indonesia.
3) Untuk variabel Sukuk Negara didapatkan nilai probability sebesar 0,0006 sehingga
dengan taraf nyata 5% dapat disimpulkan Sukuk Negara berpengaruh signifikan terhadap
financial deepening di Indonesia.
4) Untuk variabel Sukuk Korporasi didapatkan nilai probability sebesar 0,0002 sehingga
dengan taraf nyata 5% dapat disimpulkan sukuk korporasi berpengaruh signifikan
terhadap financial deepening di Indonesia.
Hasil akhir model yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Financial Deepening (FD) = 1,552 DPK – 1,095 Pembiayaan (Pb) + 0,698 Sukuk Negara (SN)
– 1,295 Sukuk Korporasi (SK)
3. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Financial Deepening
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank
berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, tabungan, simpanan berjangka,
dan sertifikat deposito dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu dengan menggunakan
prinsip syariah. (Arifin,
2006:98). Hasil regresi Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Financial Deepening menghasilkan
nilai koefisien sebesar 1,552772. Hal ini berarti Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap Financial Deepening. Semakin banyak dana yang
dihimpun dari masyarakat maka akan semakin banyak pula dana yang akan dialokasikan
sebagai dana pinjaman yang dapat digunakan untuk investasi atau kredit
yang sifatnya produktif, sehingga akan mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
Dana pihak ketiga relative sangat berpengaruh dalam penentuan pembiayaan yang akan
disalurkan perbankan tersebut, karena pembiayaan perbankan sampai saat ini masih didominasi
dari dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan. Semakin banyak dana yang dihimpun dari
masyarakat maka akan semakin banyak pula dana yang akan dialokasikan sebagai dana
pinjaman yang dapat digunakan untuk investasi atau pembiayaan lainnya yang bersifat
produktif, sehingga akan mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
4. Pengaruh Sukuk Negara terhadap Financial Deepening
Hasil regresi sukuk negara terhadap financial deepening menghasilkan nilai koefisien
sebesar 0,698. Hal ini berarti sukuk negara memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap financial deepening. Hasil tersebut hampir sama dengan yang didapat oleh peneliti
lainnya dimana sukuk negara memiliki pengaruh yang signifikan terhadap financial deepening.
Dengan memperhatikan fakta-fakta bahwa penerbitan sukuk negara mengambil peranan penting
dalam keuangan negara terutama pembiayaan APBN, maka pemerintah selalu berupaya agar
dapat menerbitkan sukuk negara sesuai dengan target APBN secara efisien.
5. Pengaruh Sukuk Korporasi Terhadap Financial Deepening
Hasil regresi sukuk negara terhadap financial deepening menghasilkan nilai koefisien sebesar
0,698. Hal ini berarti sukuk negara memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
financial deepening. Hasil yang sama juga didapat oleh peneliti lain dimana sukuk korporasi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap financial deepening. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa sukuk korporasi dapat bermanfaat bagi perkembangan institusi perusahaan
itu sendiri sehingga dapat menambah instrument syariah yang bisa digunakan sebagai alternatif
pembiayaan dan investasi dalam pasar yang pada gilirannya mampu menompang perkembangan
pendalaman pada perekonomian Indonesia.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Variabel Dana Pihak Ketiga, Sukuk Korporasi, dan Sukuk Negara bersama–sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel Financial Deepening di Indonesia. Variabel Dana Pihak
Ketiga berpengaruh positif dan signifikan terhadap Financial Deepening di Indonesia. . Semakin
banyak dana yang dihimpun dari masyarakat maka akan semakin banyak pula dana yang akan
dialokasikan sebagai dana pinjaman yang dapat digunakan untuk investasi atau kredit yang
sifatnya produktif, sehingga akan mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi.

Variabel Sukuk Negara memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Financial
Deepening di Indonesia. Dengan memperhatikan fakta-fakta bahwa penerbitan sukuk negara
mengambil peranan penting dalam keuangan negara terutama pembiayaan APBN, maka
pemerintah selalu berupaya agar dapat menerbitkan sukuk negara sesuai dengan target APBN
secara efisien. sukuk negara memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap financial
deepening. Hasil yang sama juga didapat oleh peneliti lain dimana sukuk korporasi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap financial deepening. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
sukuk korporasi dapat bermanfaat bagi perkembangan institusi perusahaan itu sendiri sehingga
dapat menambah instrument syariah yang bisa digunakan sebagai alternatif pembiayaan dan
investasi dalam pasar yang pada gilirannya mampu menompang perkembangan pendalaman pada
perekonomian Indonesia.

V. DAFTAR PUSTAKA
Latifah Ami. 2016. Pengaruh Sektor Perbankan Syariah Dan Pasar Modal Syariah Terhadap
Financial Deepening Di Indonesia. Jakarta: Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2,
Ajija, Shochrul Rohmatul. “Cara Cerdas Menguasi Eviews”, Salemba Empat, Jakarta, 2011
Antonio, Muhammad Syafi’i. “Bank Syariah dan Teori ke Praktek”, Gema Insani, Jakarta, 2001.
Arifin, Zainul. “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2006.
Gujarati, Damadar. “Ekonometrika Dasar”, Erlangga, Jakarta, 2006.
Hasan, Zubairi. “Undang-Undang Perbankan Syariah”, PT RajaGrafindoPersada, Jakarta, 2009.
Karim, Adiwarman. “ Ekonomi Islam Edisi Kedua”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008.
Kasmir, “Manajemen Perbankan”, PT RajaGrafindo, Jakarta, 2002.
Qoyum, Abdul “Lembaga Keuangan Islam Di Indonesia”. Yogyakarta : Penerbit
Elmathera Publisher
Kuncoro, Mudrajad. “Manajemen Keuangan Internasional Edisi Pertama”, BPEE, Yogyakarta,
1996.
Mankiw, Gregory, N. “Makroekonomi Edisi Lima Harvard University”, Erlangga, Jakarta, 2003.
Mckinnon, Ronald and Edward Shaw. “Money and Capital in Economic Development”, Brooking
Institution, Wahington DC, 1973.
Muhammad. “Manajemen Bank Syariah”, AMP YKPN, Yogyakarta, 2002.
Nafik, Muhammad. “Bursa Efek dan Investasi Syariah”, PT Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2009.
Pradhan, Prakash Rudra. “Financial Deepening, Foreign Direct Investment and Economic
Growth: Are They Cointegrated”, Internasional Journal of Financial Research Vol. 1, No. 1;
Desember 2010
Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”, Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Ciputat, 2009.
Ruslan, Dede. “Analisis Financial Deepening di Indonesia”, Journalof Indonesian Applied
Economics, Universitas Negeri Medan, Medan, 2011
Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Ketiga”, FEUI, Jakarta, 2001.
Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Ekonomi Makro”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews Edisi Kedua”, UPP
STIM YKPN, Yogyakarta, 2009.
Widarjono, Agus. “ Ekonomi:Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis”, Ekonisia,
Yogyakarta, 2005.
Nachrowi, Hadius Usman. “Pendekatan Populer dan Praktisi Ekonometrika Untuk Analisis
Ekonomi dan Keuangan”, FEUI, Jakarta, 2006.

Norman, Azhari. “Analisis Pengaruh Financial Deepening Pada Sektor Perbankan dan Pasar
Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”, Universitas Indonesia, Jakarta, 2010.
www.bi.go.id
www.ojk.go.id