PEMBELAJARAN NILAI NILAI MORAL ISLAMI ME

PEMBELAJARAN NILAI-NILAI MORAL ISLAMI MELALUI BCM (BERMAIN, CERITA DAN MENYANYI) DI RAUDALATUL ATFALTAMAN KANAK-KANAK ISLAM TERPADU AL-MADANIYAH LANDUNGSARI MALANG SKRIPSI

Oleh:

Rohmatul Izzah NIM 03110185 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG JULI 2007

PEMBELAJARAN NILAI-NILAI MORAL ISLAMI MELALUI BCM (BERMAIN, CERITA DAN MENYANYI) DI RAUDALATUL ATFALTAMAN KANAK-KANAK ISLAM TERPADU AL-MADANIYAH LANDUNGSARI MALANG SKRIPSI

  Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd I)

Oleh:

Rohmatul Izzah NIM 03110185 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG JULI 2007

  i i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBELAJARAN NILAI-NILAI MORAL ISLAMI MELALUI BCM (BERMAIN, CERITA, MENYANYI) DI RA TKIT AL-MADANIYAH LANDUNGSARI MALANG SKRIPSI

  Telah Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,

  Dra. Siti Annijat Maimunah, M.Pd. NIP. 131 121 923

  Tanggal 10 Juli 2007

  Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

  Drs. Moch. Padil, M.Pd.I NIP. 150 267 235

  ii ii

HALAMAN PENGESAHAN

  PEMBELAJARAN NILAI-NILAI MORAL ISLAMI MELALUI BERMAIN, CERITA, MENYANYI DI RA TKIT AL-MADANIYAH LANDUNGSARI MALANG

  SKRIPSI dipersiapkan dan disusun oleh Rohmatul Izzah (03110185)

  telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal

  20 Juli 2007 dengan nilai B

  dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan

  untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada tanggal: 20 Juli 2007 Panitia Ujian

  Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

  Dra. Siti Anniyat Maimunah, M.Pd

  Muhammad Walid,MA

  Dra. Siti Anniyat Maimunah, M.Pd NIP. 131 121 923

  Penguji Utama, Penguji,

  Drs. Bashori Muhammad Walid, MA NIP. 150 209 994

  NIP. 150 310 896

  Mengesahkan,

  Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

  Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031

  iii iii

Persembahan

  Ayahanda dan Ibunda tercinta, H.M. Su’adi Muqsith dan Hj. Nur Aini yang

  selalu menyayangiku, memberi motivasi dan do’anya untukku.

  Adik-adikku yang aku sayangi, Dani dan Hana. Jaganlah putus asa untuk menggapai cita-cita.

Saudara-saudaraku yang memberiku spirit dan do’a

  Mas Dobek yang telah memberiku motivasi dan do’a Trima kasih atas nasehatnya.

Sobat-sobatku, mbak ninik dan mbak cus nan jauh dikampung yang memberiku pengalaman hidup

  mbak ika, aziza, nora, takul, lail, nyak, ulin yang telah memberiku dukungan

  dalam menyelesaikan skripsi

  Teman-temanku kost sumber sari 52, juliet, nuzul, mbak anaz, ani, leli, dan lainnya yang selalu memberiku spirit.

Semua pihak yang mendukung dalam penyelesaian karya ini

Kebaikan kalian takkan pernah kulupakan Terima kasih

I Love You All.

  iv iv

Motto

  ☺

  : ناﺮﻤﻋﻵا )

  ☺

  ( ١٠٤

  “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.(Q.S. Ali- Imran: 104).

  v v

  Dra. Siti Anniyat Maimunah, M.Pd. Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang

  NOTA DINAS PEMBIMBING Hal

  : Skripsi Rohmatul Izzah

  Malang, 10 Juli 2007

  Lamp. : 6 (Enam) Ekslempar

  Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang di

  Malang

  Assalamu’alaikum Wr.Wb.

  Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:

  Nama : Rohmatul Izzah NIM : 03110185

  Jurusan

  : Pendidikan Agama Islam

  Judul Skripsi : Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami Melalui BCM

  di RA TKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang.

  Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

  Pembimbing,

  Dra. Siti Anniyat Maimunah, M.Pd.

  NIP. 131 121 923

  vi vi

SURAT PERNYATAAN

  Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahun saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

  Malang, 10 Juli 2007

  Rohmatul Izzah

  vii vii

KATA PENGANTAR

  Assalamua’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

  Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada kita semua, yang telah mengangkat derajat orang-orang yang bertaqwa dan berilmu pengetauan serta yang menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi.

  Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan manusia ke jalan yang diridhai Allah SWT yakni Dinul Islam.

  Penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Malang. Untuk itu penulis telah menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami Melalui BCM (Bermain, Cerita,

  Menyanyi) di RATKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang.

  Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga budi baik anda semua diterima disisi Allah SWT. Ucapan terima kasih ini, penulis sampaikan kepada:

  1. Ayah dan Ibu tercinta dan segenap kelurga yang telah memberikan dukungan moril dan materiil serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UIN Malang.

  2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, sebagai Rektor UIN Malang.

  viii viii

  3. Bapak Prof. Dr.H.M. Djunaidi Ghony, sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah.

  4. Bapak Drs. M. Padil, M.Pdi, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  5. Ibu Siti Annijat Maimunah, M.Pd, sebagai Dosen Pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan masukan pada penulis sampai terselesaikannya skripsi ini.

  6. Bapak Zainal Abidin, S.Ag, M.Pd, sebagai Ketua Yayasan Al-Madaniyah Landungsari Malang yang telah bersedia memberikan izin penelitian dan masukan kepada penulis sampai terselesaikannya penelitian.

  7. Ibu Halimatus Sa’diyah, S.Hum, sebagai Kepala RATKIT Al-Madaniyah yang telah bersedia memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

  8. Keluarga besar RATKIT Al-Madaniyah yaitu dewan guru, staff yang telah bersedia memberikan waktu kepada penulis untuk melakukan penelitian

  9. Adik-adik RATKIT Al-Madaniyah yang manis dan lucu, semoga kalian menjadi generasi umat yang berilmu pengetahuan dan berakhlak mulia sampai ke jenjang pendidikan yang tinggi dan berkualitas.

  10. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas do’a, motivasi, bantuan serta perhatiannya, dan semoga Allah membalas budi baik kalian.

  ix ix

  Dalam penulisan skripsi ini, diusahakan semaksimal mungkin demi mempersembahkan tulisan yang baik, namun apabila terdapat banyak kekurangan dan kekeliruan, maka besar harapan saya dalam menantikan masukan, baik saran atau kritik yang bersifat konstruktif. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak sehingga dapat membuka cakrawala berpikir serta menyadari betapa pentingnya peran serta dalam merealisasikan Tujuan Pendidikan Nasional dengan memberantas segala bentuk kebodohan di muka bumi ini. AMIN. Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

  Walhamdulillahirabbil ’Alamin

  Malang, 10 Juli 2007

  Penulis

  x x

DAFTAR TABEL

  TABEL 1 : DATA TENTANG PENYAJIAN TEMA KELOMPOK A DAN B TABEL 2 : DAFTAR NAMA PENGAJAR BERDASARKAN BIDANG

PENGEMBANGAN

  TABEL 3 : DAFTAR NAMA GURU DAN KARYAWAN RA TKIT AL-

MADANIYAH

  TABEL 4 : DAFTAR NAMA SISWA-SISWI KELOMPOK A1 TABEL 5 : DAFTAR NAMA SISWA-SISWI KELOMPOK A2 TABEL 6 : DAFTAR NAMA SISWA-SISWI KELOMPOK B1 TABEL 7 : DAFTAR NAMA SISWA-SISWI KELOMPOK B2 TABEL 8 : SARANA DAN PRASARANA

  xi xi

DAFTAR GAMBAR

  GAMBAR 1 : ANALISIS DATA KUALITATIF.

  xii xii

  

DAFTAR LAMPIRAN

  LAMPIRAN I

  : LOKASI RATKIT AL- MADANIYAH

  LAMPIRAN II

  : KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

  LAMPIRAN III

  : KEGIATAN KEAGAMAAN

  LAMPIRAN IV

  : KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

  LAMPIRAN V

  : AKTIFITAS SEHARI-HARI SISWA-SISWI

  LAMPIRAN VI

  : KEGIATAN LOMBA DAN PENGAJAR

  LAMPIRAN VII

  : PEDOMAN OBSERVASI

  LAMPIRAN VIII

  : PEDOMAN INTERVIEW

  LAMPIRAN IX

  : DOKUMENTASI RATKIT AL-MADANIYAH.

  xiii

  xx

ABSTRAK

  Izzah Rohmatul. Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami Melalui BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi) Di RATKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Siti Anniyat Maimunah, M.Pd.

  Anak-anak pada zaman sekarang berhadapan dengan berbagai perubahan yang pesat dibidang sosial, politik, ilmu pengetahuan, pendidikan, teknologi, industri, lingkungan, dan lainnya. Beragam realitas yang terjadi pada era globalisasi yang semakin marak seperti tayangan smack down, sinetron cinta anak sekolah, dan sebagainya telah membuat anak usia pra sekolah menjadi konsumtif dan terjerumus pada tindakan asusila bahkan sampai tindakan kriminal. Akibatnya pendidikan anak usia dini sulit diatasi dalam menstimulasi nilai moral agama, sebab anak usia dini merupakan masa-masa keemasan bagi perkembangan selanjutnya dan juga masa yang sangat peka dalam hal meniru sikap, perbuatan, dan perkataan yang dikagumi disekitarnya. Sejalan dengan hal tersebut, diperlukan pembinaan atau pembelajaran nilai-nilai moral islam yang dilakukan pendidik, dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan jasmani dan rohani dengan tujuan agar anak menjadi insan yang shaleh, berilmu pengetahuan, dan berbudi pekerti sesuai dengan nilai-nilai agama.

  Raudlatul Atfal Taman Kanak-kanak Islam terpadu merupakan lembaga pendidikan anak usia pra sekolah dengan konsep terpadu yaitu memadukan agama dengan ilmu pengetahuan yang berbasis nilai-nilai al-Qur’an dan Sunnah. Pembelajaran nilai-nilai moral islami bisa diterapkan melalui BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi) dengan nuansa islami seperti: bermain puzzle hijaiyah, cerita tauladan nabi dan rasul, menyanyikan lagu islami dan shalawat. Nilai-nilai yang diajarkan kepada siswa RATKIT seperti berbakti kepada kedua orang tua dan guru, mengucap salam seraya berjabat tangan ketika pergi dan pulang sekolah, tidak berkata kotor, jujur, sayang kepada teman, menghormati orang yang lebih tua, dan sebagainya. Kegiatan belajar di RATKIT dalam pembentukan perilaku nilai moral islam dapat dilakukan dengan pendekatan pembiasaan dan keteladanan guna untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berangkat dari latar belakang itulah, penulis ingin membahasnya dalam skripsi dan mengambil judul Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami Melalui BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi) di RATKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang.

  Rumusan Masalahnya: (1) bagaimana pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM di RATKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang; (2) faktor pendukung dan penghambat pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM di RATKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang.

  Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM di RATKIT Al-Madaniyah, dan untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor

  xx xx

  penghambat dan pendukung pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM di RATKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang.

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Dan dalam perjalanan mengumpulkan data, digunakan dengan teknik observasi, interview, dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisinya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Penelitian berusaha menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Selain itu, penulis melakukan pengecekan keabsahan temuan dengan menggunakan teknik triangulasi data.

  Hasil penelitian disimpulkan bahwa pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM di RATKIT Al-Madaniyah sudah terlaksana. Sebagai bukti pada pelaksanaan BCM dimulai sejak anak masuk sampai menjelang lulus. Tujuan dari kegiatan BCM adalah untuk mengenalkan ke-Islaman, keimanan, dan kekuasaan Allah dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan penunjang terlaksananya pembelajaran nilai-nilai moral islami terdapat pada kegiatan ubudiyah yang dilakukan pada hari jum’at. Selain itu, kurikulumnya menggunakan KBK yang dikembangkan dengan ESQ (Emotional, Spiritual, Quotient) meliputi: al-Qur’an, Ibadah, Ahlaq, Bahasa, dan Aqidah. Adapun faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM terdapat padalingkungan dan tenaga pengajar, sedangkan faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM terdapat pada siswa, karakteristik siswa, tuntutan orang tua, dana sekolah.

  Kata Kunci: Pembelajaran, Nilai Moral Islami, BCM, RATKIT.

  xxi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Derasnya arus globalisasi dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibawa, nampaknya belum sepenuhnya mampu kita hadapi sebagaimana mestinya. Dampak yang sangat serius dari globalisasi ini tampak pada dunia pendidikan, terutama pendidikan anak usia pra sekolah yang sulit diatasi dalam pembelajaran nilai-nilai moral agama. Hal ini terbukti bahwa rendahnya kualitas pendidikan anak prasekolah, dimana anak usia prasekolah merupakan masa-masa keemasan bagi perkembangan selanjutnya dan juga memiliki masa yang sangat peka dalam hal meniru sikap, perbuatan, dan perkataan yang dikagumi disekitarnya.

  Menuju kepada pendidikan anak prasekolah yang berkualitas agar menjadi anak shaleh, berilmu, berakhlak, beriman dan bertaqwa. Maka diperlukan pembelajaran nilai-nilai moral islam yang dilaksanakan oleh orang tua dan guru dengan mengetahui tingkat pertubuhan dan perkembangan anak. Mengingat beragam realitas yang terjadi pada era globalisasi, misalnya tayangan televisi smack down, sinetron tentang cinta remaja, bahkan sinetron cinta anak usia Sekolah Dasar, dan sebagainya. Hal tersebut telah membuat anak usia dini menjadi konsumtif dan terjerumus pada tindakan asusila bahkan samapai pada tindakan kriminal.

  Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik dalam arti memiliki pola

  pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

  intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual)

  Dengan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini, perlu diarahkan pada peletakan dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya. Pertumbuhan dan perkembanganya meliputi: fisik, daya pikir, daya cipta, soial-emosional, bahasa dan komunikasi yang seimbang sebagai dasar pembentukan pribadi yang utuh.

  Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik diluar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, sebagaimana UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VII Pasal 28 ayat (1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar (2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini dijalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK),

  Raudatul Atfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. 1

  Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang didirikan oleh suatu lembaga dengan menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia 4 sampai 6 tahun. Pendidikanya dirancang sebagai tempat anak-anak dapat tumbuh secara alamiah. Mereka difasilitasi

  1 Undang-Undang RI, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Citra Umbara, 2003), No. 20, Bab VII Pasal 28 ayat (1), (2), (3).

  dengan kegiatan bermain, ekspresi yang kreatif, dan tanggapan panca indera dan hidup harmonis dengan anak orang lain. Agar anak dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya termasuk agama, intelektual, sosial, emosi, fisik, memiliki dasar-dasar aqidah yang lurus sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, sehingga memiliki kebiasaan perilaku yang diharapkan, serta menguasai sejumlah pengetahuan dan ketrampilan

  dasar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. 2

  Menurut Lawrence Kohlberg, perkembangan moral anak pada Taman kanak-kanak merupakan masa peka terhadap peraturan budaya dengan penilaian baik- buruk sebagai akibat fisik suatu tindakan (hukuman, ganjaran, hal yang disenangi orang) atau ada tidaknya kekuasaan fisik dari otoritas yang memberi peraturan penilaian baik-buruk. Adapun tahapan perkembangannya meliputi tahap: (1) Orientasi hukuman dan kepatuhan, yaitu tingkah laku yang menghindari hukuman dan tunduk pada kekuasaan, karena anak usia 1-5 tahun memutuskan apa yang dilakukan dipandang benar –apa yang ingin ia lakukan dan dapat dilakukan tidak menimbulkan masalah, (2) Orientasi individualisme dan orientasi instrumental, yaitu tingkah laku yang bermoral ditentukan oleh segi kegunaan (pragmatis) untuk memenuhi kebutuhan, karena anak usia 5-10 tahun cenderung memuaskan diri sendiri dan mereka kurang menghargai hak- hak orang lain, tetapi mereka akan memberi sesuatu pada orang lain dengan

  2 I Wayan Sutama, ”Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-kanak ”, Hand Out, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kanjuruhan Malang, 2005, hal.1-2.

  asumsi bahwa mereka akan mendapatkan balikan yang sama atau bahkan lebih. 3

  Adanya pendidikan moral sejak dini, dibutuhkan pembinaan atau pembelajaran nilai moral islam yang dilakukan oleh orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan dengan tujuan untuk mempengaruhi perkembangan jasmani dan rohani agar anak menjadi insan yang shaleh, berilmu dan bertaqwa sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.

  Pembentukan nilai-nilai moral agama, sejak anak mulai bisa berfikir dan tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu orang tua atau guru melakukan sesuatu dengan cara memberikan contoh-contoh yang baik. Pembelajaran moral agama pada anak usia dini, diharapkan anak belajar perilaku moral lewat peniruan dan pembiasaan. Hal tersebut dapat diketahui, jika sejak kecil anak diajari hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan, maka besar kemungkinan anak akan tumbuh dengan apa yang diajarkan pendidik ketika masih kecil. Oleh karena itu, lembaga yang mengelola Taman Kanak-kanak bertugas untuk menghindarkan seorang anak dari lingkungan yang tidak baik dan berdampak pada jiwa raga, akhlak, serta budi pekerti. Sebagaimana Allah berfirman Q.S. An-Nisa’: 9

  ( ٩ : ءﺎﺴﻨﻟا )

  3 Sutarno, ”Metode Pengembangan Nilai-nilai Moral dan Keberagamaan”, Hand Out, Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi D II PGTK Universitas Negeri Malang, hal. 4.

  ”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh karena itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan

  perkataan yang benar”. (Q.S An-Nisa’ 4: 9) 4

  Berdasarkan Firman Allah tersebut, maka dapat diketahui bahwa orangtua harus memperhatikan pendidikan anak-anaknya, terutama pada pendidikan agama yang didalamnya terdapat pembelajaran nilai moral agama, yang mana sangat besar pengaruhnya pada perkembangan jasmani dan rohani. Sejalan dengan dasar pikiran ini, Rasulullah telah memberikan petunjuknya:

  ( ﺪﻤﺣا ﻩاور ) ِﻪِﻥﺎَﺴﱢﺠَﻤُﻳ ْوَأ ِﻪِﻥاَﺮﱢﺼَﻨُﻳَو ِﻪِﻥاَدﱢﻮَﻬُﻳ ُﻩاَﻮَﺑَﺄَﻓ ِةَﺮْﻄِﻔْﻟا ﻰَﻠَﻋ ُﺪَﻟﻮُﻳ ٍدﻮُﻟْﻮَﻡ ﱡﻞُآ

  ”Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, kedua ibu bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (H.R. Ahmad) 5

  Hadist tersebut menujukkan bahwa orang tua harus bertanggung jawab terhadap perkembangan anaknya dengan memperhatikan pendidikan anak secara islami, sehingga kelak di akhirat akan mempertanggung jawabkan amanat yang diberikan Allah kepadanya.

  Dengan demikian, tanggung jawab dari pembelajaran nilai moral islami pada anak adalah orang tua dan guru. Orang tua merupakan pendidik di rumah sedangkan guru adalah pendidik di sekolah. Oleh karena itu, perlu adanya upaya serius para pendidik untuk senantiasa memperbaiki dan mengajarkan moral kepada anak agar menjadi generasi umat yang islami yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadits.

  4 Departemen Agama, Al-’Aliyy Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV. Diponegoro,

  1996), hal. 62

  5 Imam Ahmad, Baqiyah Masnadu al-Maktsurin, Bab Masnad Abi Hurairah, hal. 6884

  Raudhatul Atfal Taman Kanak-kanak Islam Terpadu merupakan pendidikan anak usia prasekolah dengan konsep pendidikan islam yang berbasis nilai-nilai al-Qur’an dan Sunnah. Sebagaimana Rasulullah SAW adalah sebaik-baiknya tauladan membelajarkan anak, beliau berhati lembut, sabar, bertutur kata halus, berperilaku santun, dan sangat menghargai proses tahapan perkembangan anak. Firman Allah dalam Q.S al-Ahzab ayat 21:

  ⌧

  ☺

  ⌧

  ⌧

  ⌧ ( ٢١ : باﺰﺣْﻻا )

  ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (Rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (al-

  Ahzab:21) 6 Metode yang digunakan dalam pembelajaran nilai moral islami adalah

  Bermain, Cerita, dan Menyanyi (BCM) dengan nuansa islami. Bermain, misalnya: permainan puzzle huruf hijaiyah dengan tujuan agar anak akan

  sangat mudah membaca dengan mengenali bentuk huruf. 7 Cerita, misalnya menceritakan tauladan para rosul dan nabi. Menyanyi, misalnya menyanyikan

  lagu – lagu islamishalawat.

  Pembelajaran nilai moral islami yang dapat diajarkan kepada anak di Raudlatul Atfal Taman Kanak-kanak Islam Terpadu seperti berbakti kepada

  6 Departemen Agama, Al-’Aliyy Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV. Diponegoro, 1996), hal. 336

  7 Martadi, Jago Puzzle, Lebih Mudah Belajar Membaca (Jawa Pos: Klinik Pendidikan UNESA, Minggu, 22 April 2007), hal 32

  kedua orang tua dan guru, mengucap salam ketika pergi dan pulang ke rumah, tidak berkata kotor, tolong menolong, setia pada teman, jujur dan dapat dipercaya, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan program belajar di RA TKIT dengan pembentukan perilaku nilai moral islami melalui pendekatan pembiasaan dan keteladanan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

  Kondisi lokasi yang memang dibentuk secara islami, proses belajar mengajar diadakan secara variatif dan islami. Berangkat dari kondisi inilah penulis tergerak untuk mengadakan penelitian di RATKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang dengan pertimbangan agar penulis dapat menggali dan mengetahui pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui metode BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi) yang dilaksanakan di berbagai Taman Kanak- kanak dalam menggapai prospek sekolah yang mencetak generasi yang Islami, dengan tujuan agar anak menjadi insan yang shaleh, berilmu, bertaqwa, menghormati kedua orangtua, guru, serta orang lain. Untuk itu penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami

  Melalui BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi) di RA TKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

  1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui

  BCM di RATKIT Al Madaniyah?

  2. Faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM di RATKIT Al- Madaniyah Landungsari Malang?

C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

  1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM di RATKIT Al- Madaniyah Landungsari Malang.

  2. Untuk mendeskripsikan beberapa faktor pendukung dan penghambat

  pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM di RATKIT Al- Madaniyah Landungsari Malang.

D. Kegunaan Penelitian

  Berdasarkan pada tujuan penelitian di atas, maka kegunaan dari penelitian ini adalah:

  1) Secara Teoritis

  Penelitian ini dapat menambah khazanah di bidang Psikologi Perkembangan, Psikologi Islam, dan Psikologi Pendidikan khususnya berkaitan dengan pembelajaran nilai moral Islam melalui BCM.

  2) Secara Praktis

  (1) Bagi Lembaga

  Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran terhadap pengelolaan RA dalam melaksanakan pembelajaran nilai moral Islami melalui BCM.

  (2) Bagi Guru

  Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan memperjelas

  tentang pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui BCM. (3) Bagi Orang Tua

  Penelitian ini berguna untuk membukakan hati orangtua bahwa

  pembelajaran nilai moral islami usia pra sekolah sangatlah penting, karena pembiasaan nilai moral nantinya akan terbawa pada kehidupannya dikala ia telah dewasa.

  (4) Peneliti

  Penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan peneliti dan

  sebagai pendorong untuk mengembangkan ilmu yang diperolehnya. (5) Penelitian Lain

  Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan dokumentasi dan acuan dalam mengembangkan penelitian di masa yang akan datang.

E. Ruang Lingkup dan Fokus Penelitian

  Untuk menghindari terjadinya kesimpangsiuran dan perluasan masalah dalam pembahasan skripsi ini, sekaligus untuk mempermudah pemahaman dan fokus penelitian, maka penulis perlu mempertegas fokus penelitian yang hendak penulis bahas. Penelitian ini penulis fokuskan mengenai pelaksanaan

  pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui metode BCM serta mengetahui faktor penghambat dan pendukung terlaksananya pembelajaran nilai-nilai moral islami di RATKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang.

F. Batasan Istilah

  Judul skripsi ini ”Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami Melalui BCM di RATKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang”. Beberapa istilah yang perlu penjelasan adalah sebagai berikut:

  1. Pembelajaran

  Upaya membelajarkan siswa melalui kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi pembelajaran yang ada.

  2. Nilai Moral Islami Suatu keseluruhan tatanan yang terdiri dari dua atau lebih dari komponen yang satu sama lain saling mempengaruhi bekerja dalam suatu kesatuan keterpaduan yang berorientasi kepada nilai dan moral islam. Nilai moral islami dijadikan rujukan cara berperilaku lahiriah dan rohaniah manusia muslim yang berlandaskan al-Qur’an dan Hadits.

  4. BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi) Bermain merupakan kegiatan dengan alat atau tanpa alat yang

  menghasilkan pemahaman anak, memberikan kesenangan, dan mengembangkan imajinasi.

  Cerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak usia Taman Kanak-kanak dengan membawakan cerita secara lisan maupun tulisan.

  Menyanyi merupakan kemampuan apresiasi anak untuk berkembang,

  sehingga dapat mengekspresikan segala pikiran dan isi hatinya. BCM merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak usia pra sekolah dengan diberikan kebebasan belajar apa saja melalui pengalaman hidupnya, sehingga pengalaman yang didapat berdampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun psikis.

  3. Raudlatul AtfalTKIT Pendidikan anak usia pra sekolah pada jalur pendidikan formal yang

  menyelenggarakan program pendidikan umum dan pendidikan keagamaan Islam yang berbasis nilai-nilai al-Qur’an dan Hadits bagi anak usia 4-6 tahun.

G. Sistematika Pembahasan

  Untuk mempermudah pembahasan maupun dalam menelaah hasil penelitian, penulis menyusun sistematika agar dapat diketahui secara garis besar isi, pola pemikiran serta urutan dari penulisan ini, yang terdiri dari: Bab I : Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

  penelitian, kegunaan penelitian, serta sisitematika pembahasan. Bab II : Kajian Pustaka, berisi tentang Pengertian Pembelajaran Nilai-nilai

  Moral Islami, Metode BCM Dalam Pembelajaran Nilai Moral

  Islami. Manfaat Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami. Pelaksanaan Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami. Strategi Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami.

  Bab III: Metode Penelitian yang mencakup pendekatan dan jenis penelitian,

  kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.

  Bab IV: Hasil Penelitian yang memuat uraian tentang deskripsi data yang

  diperoleh dan pengujian hipotesis dengan menggunakan metode dan prosedur yang telah diuraikan dalam Bab III.

  Bab V: Merupakan Pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian yang

  telah dikemukakan pada Bab IV yang mempunyai arti penting bagi keseluruhan kegiatan penelitian.

  Bab VI: Merupakan Penutup yang mencakup kesimpulan dan saran. Isi

  kesimpulan merupakan hal-hal yang terkait langsung dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Sedangkan saran diajukan berdasarkan pada temuan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan hasil penelitian.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami

1. Pengertian pembelajaran

  Pembelajaran berasal dari kata dasar ”ajar”, artinya petunjuk yang diberikan kepada seorang untuk diketahui. Dari kata ”ajar” ini lahirlah kata kerja ”belajar” yang berarti berlatih atau berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Selanjutnya kata ”pembelajaran” berasal dari kata ”belajar” yang mendapat awalan pem- dan akhiran –an, yang merupakan konfiks nominal (bertalian dengan refiks verbal meng-) yang mempuyai

  arti proses. 8

  Beberapa definisi tentang pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli:

  a. Menurut Merril, pembelajaran merupakan suatu kegiatan dimana

  seseorang dengan sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud agar dapat bertingkah laku atau bereaksi sesuai kondisi tertentu, sedangkan menurut Degeng, pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa.

  b. Pembelajaran merupakan peristiwa yang diciptakan dan dirancang

  untuk mendorong, menggiatkan dan mendukung belajar. 9

  Pembelajaran merupakan penciptaan sistem lingkungan yang

  8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

  Pustaka, 1999), hal. 664.

  9 I Wayan Sutama, Op.Cit, hal 9

  memungkinkan terjadinya belajarmenyediakan seperangkat kondisi lingkungan yang dapat merangsang anak untuk melakukan aktifitas belajar. Kondisi lingkungan yang dimaksud dapat berupa sejumlah tugas yang mesti dilakukan anak, persoalan-persoalan yang membutuhkan pemecahan dan seperangkat keterampilan yang perlu

  dikuasai oleh anak. 10

  Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pembelajaran adalah upaya yang membelajarkan siswa melalui kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi pembelajaran yang ada. Jadi, kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran

2. Nilai Moral Islami

  Istilah nilai adalah suatu yang abstrak yang tidak bisa dilihat, diraba maupun dirasakan dan tak terbatas ruang lingkupnya. Nilai sangat erat dengan pengertian-pengertian dan aktifitas manusia yang kompleks, sehinngga sulit ditentukan batasannya. Karena keabstrakannya itu, maka timbul beberapa macam pengertian, diantaranya sebagai berikut :

  10 Ibid

  a. Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang

  diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterkaitan maupun perilaku. 11

  b. Nilai adalah seperangkat sikap yang dijadikan dasar pertimbangan, standar atau prinsip sebagai ukuran bagi kelakuan. 12

  c. Nilai adalah suatu pola normatif, yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang ada kaitannya dengan lingkungan

  sekitar tanpa membedakan fungsi-fungsi dan bagian-bagiannya. 13

  Jadi yang dimaksud dengan nilai merupakan standart umum yang diyakini, diserap dari keadaan obyektif maupun diangkat dari keyakinan atau identitas yang diberikan atau diwahyukan oleh Allah, yang pada gilirannya merupakan perasaan umum, kejadian umum, identitas umum yang oleh karenanya menjadi syari’at umum.

  Moral berasal dari kata latin ”mores”, yang berarti tata cara, kebisaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep-konsep moral- peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari seluruh

  anggota kelompok. 14

  Akhlak secara bahasa berasal dari kata ”khalaqa” yang kata asalnya ”khuluqun” yang berarti: perangai, tabi’at, adat atau khalqun yang

  11 Zakiyah Darajdat. Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hal. 260.

  12 Nasution, Kurikulum dan Pengajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 1999)

  13 M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal 41

  14 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 1990), hal. 74

  berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang dibuat. 15

  Istilah akhlak juga mengandung pengertian etika dan moral. Etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Sedangkan moral ialah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar. Dalam kajian filsafat, istilah etika dibedakan dengan moral karena etika lebih bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis; etika memandang perbuatan manusia secara universal (umum), sedangkan moral secara lokal dan menyatakan ukuran.

  Perbedaan ”akhlak” dengan ”etika dan moral” terutama menyangkut sumbernya. Jadi, akhlak bersumber dari Allah, Sunnah, dan Ijtihad manusia. Sedangkan etika dan moral hanya bersuber dari manusia. Oleh karena itu, penggunaan istilah ”etika dan moral” yang mengandung pengertian ”akhlak” perlu ditambahkan dengan kata ”Islam”, yakni etika

  Islam atau moral Islam. 16

  Beberapa definisi moral dan akhlak adalah sebagai berikut:

  a. Moral adalah seperangkat nilai-nilai standart atau prinsip yang

  diterima baik dalam konteks kultural tertentu. 17

  15 Zakiah Darajadjat, Op.Cit, hal. 253.

  16 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 307.

  17 Nasution, Op.Cit, hal 133

  b. Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa dari sifat itu timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu).

  c. Akhlak adalah ”adatul iradah”atau ”kehendak yang dibiasakan”, artinya kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedangkan kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-

  ulang sehingga mudah untuk dilakukan. 18

  Berdasarkan uraian tersebut, maka nilai moral adalah suatu keseluruhan tatanan yang terdiri dari dua atau lebih dari komponen yang satu sama lain saling mempengaruhi atau bekerja dalam satu kesatuan atau

  keterpaduan yang bulat yang berorientasi kepada nilai dan moral Islami 19 . Nilai moral Islam dijadikan rujukan cara berperilaku lahiriah dan rohaniah

  manusia muslim yang berlandaskan al-Qur’an dan Hadits. Hal ini pembelajaran nilai-nilai moral islami adalah upaya untuk menanamkan nilai-nilai moral islami kepada anak didik melalui pendekatan pembiasaan dan keteladanan dengan tujuan agar anak bisa menerapkan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pendekatan Dalam Pembentukan Nilai-nilai Moral Islami

  a. Pendekatan Pembiasaan

  18 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),

  hal.222

  19 Arifin, Op.Cit, hal 139

  Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan. Kebiasaan merupakan cara bertindak yang persistent uniform, dan

  hampir otomatis (tidak disadari oleh pelakunya). 20

  Dalam pembelajaran nilai moral Islam dapat dilakukan dengan pendekatan pembiasaan dalam membina sikap anak. Pembiasaan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya akan menjadi mudah bagi anak untuk melakukan apa yang dibiasakannya. Begitu juga pembelajaran nilai moral islam yang dilakukan pendidik di Taman kanak-kanak RA selalu disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini dikarenakan pada masa pra sekolah merupakan masa peka dalam hal meniru, yang mana meniru merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan kebiasaan. Misalnya: seorang anak melihat suatu kejadian di depan matanya, maka ia akan meniru dan

  mengulangi perbuatan tersebut hingga menjadi kebiasaan baginya. 21 Untuk itu, peran orang tua dan guru sangatlah penting bagi

  pembentukan pembiasaan nilai moral islami, juga faktor penentu dalam pembentukan akhlak anak sesuai dengan ajaran agama islam. Anak sejak dini dibiasakan dengan perilaku yang baik, maka ketika dewasa akan terbiasa dengan perilaku itu. Allah berfirman dalam Q.S. An-Nur ayat 27:

  20 Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta: Logos, 1999), hal.184 21 M.Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pedidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1970).

  Hal. 109

  ⌧

  ☺ ⌧

  ( ٢٧ : رﻮﻨﻟا )

  ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih

  baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat”(Q.S. an-Nur: 27) 22 Dengan perilaku hidup berdasarkan nilai moral islam menuju

  pada pembentukan akhlak yang mulia bagi anak usia pra sekolah dengan dengan membiasakan sifat seperti: membiasakan kejujuran, membiasakan keadilan, membiasakan minta izin, membiasakan berbicara dengan baik, membiasakan makan dan minum dengan baik, membiasakan bergaul yang baik, memberikan kasih sayang,

  memberikan penghargaan. 23

  Pembiasaan dalam pendidikan anak sangat penting, terutama dalam pembentukan pribadi, akhlak, dan agama pada umumya. Karena pembiasaan-pembiasaan itu akan memasukkan unsur-unsur positif dalam pribadi anak yang sedang bertumbuh. Semakin banyak pengalaman agama yang didapatnya melalui pembiasaan itu, maka akan semakin banyaklah unsur agama dalam pribadinya dan semakin mudahlah memahami ajaran agama yang akan diberikan oleh pendidik.

  22 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal 279. 23 Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah (Yogyakarta: Belukar, 2006), hal. 118-124

  Uraian di atas dapat dipahami bahwa pembiasaan merupakan pendekatan yang sangat efektif untuk membentuk sifat-sifat terpuji, serta dapat mempertinggi kesadaran terhadap norma-norma hidup bersama, yang mencakup pola hidup sehari-hari. Hal tersebut dapat menciptakan kesejahteraan hidup bersama. Kemudian, pembiasaan yang disertai dengan usaha membangkitkan kesadaran atau secara terus menerus meningkatkan tingkah laku yang dibiasakan. Oleh karena itu metode pembiasaan digunakan untuk melatih peserta didik agar melakukan sesuatu secara otomatis dan mereka dapat melaksanakan segala kebaikan dengan mudah.

  b. Pendekatan Keteladanan

  Keteladanan dalam pembelajaran nilai moral islam merupakan metode yang paling efektif dan efesien dalam membentuk kepribadian anak. Posisi pendidik sebagai teladan yang baik bagi anak-anaknya akan ditirunya dalam berbagai ucapan dan perilaku. Keteladanan menjadi faktor menetukan baik buruknya sifat anak. Oleh karena itu, pendidik sebagai suri tauladan yang harus memperlihatkan contoh yang baik kepada anak didik, maka anak didik akan melakukan

  perilaku baik dan begitu pula sebaliknya. 24 Keteladanan yang paling

  terdapat di dalam diri dan pribadi Rasulullah, sedangkan yang baik terdapat pada nabi. Allah berfirman Q.S al-Mumtahanah ayat 6:

  ☺

  24 Muhammad Azmi, Op.Cit, hal. 34

  ⌧ ⌦ ⌧

  ( ٦ ﺔﻨﺤﺘﻤ : ﻤﻟا )

  ”Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan barangsiapa yang berpaling, Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha

  Terpuji” (al-Mumtahanah:6) 25

  Kegiatan keteladanan sangat penting bagi pembiasaan perilaku anak, seperti: membaca do’a sebelum makan, menggunakan tangan kanan dalam beraktifitas, membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan, bertutur kata yang sopan. Diharapkan kegiatan ini harus ada contoh langsung dari orang tua dan guru, perilaku yang senantiasa terus menerus dilatih agar menjadi pola perilaku yang

  terintergrasi dalam kehidupan sehari-hari. 26

  Guru atau pendidik sebagai salah satu unsur lingkungan pendidikan terpenting sebuah sekolah, karena ketika berada di kelas akan membawa seluruh sifat kepribadiannya, agamanya, perilaku dan pemikiran, sikap dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Begitu juga penampilan dan cara bicara yang baik, bergaul dan memperlakukan anak didik, bahkan emosi dan keadaan kejiwaan yang sedang dialaminya, ideologi dan faham yang dianutnya akan

  25 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, hal 26 Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Pendidikan RA (Jakarta: Direktorat

  Pendidikan Pada Madrasah-Direktorat Jenderal Pendidikan Islam,2006), hal.13

  terbawa tanpa sengaja ketika berhadapan dengan anak didiknya. 27 Semuanya terserap oleh anak didik tanpa disadari oleh guru dan

  orang tuanya, sehingga anak didik menjadi kagum dan sayang terhadap mereka. Sejalan dengan hal tersebut, maka keberhasilan guru sebagai lingkungan pendidikan yang dikagumi dan disayangi oleh semua anak didiknya sangat menentukan keberhasilan sekolah dalam membentuk perilaku anak sesuai dengan konsep ajaran al- Qur’an dan Hadits.

  Guru dapat menjalankan fungsinya sebagai penegak agama Allah seperti yang telah diteladankan oleh Rasul dan sahabat dalam rangka membentuk perilaku yang islami, maka guru harus memiliki sifat: (1) rabbani, yaitu berilmu yang banyak dan bertaqwa kepada Allah SWT; (2) ikhlas dan tawadhu’, yaitu menjalankan aktivitas mengajar dengan untuk meraih ridha Allah SWT dan mewujudkan ketulusan yang betul-betul dari jiwanya; (3) sabar menghadapi kemampuan anak didik yang sangat beragam; (4) kejujuran dengan menerapkan apa yang diajarkan sesuai dengan yang dilakukannya;

  (5) adil kepada semua anak didiknya. 28

  Menurut Muhammad Azmi dalam bukunya pembinaan akhlak usia pra sekolah, mengemukakan metode pembinaan akhlak terhadap anak usia pra sekolah adalah sebagai berikut:

  27 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta: Ruhama, 1995), hal 77

  28 Sofyan Sori, Kesalehan Anak Terdidik Menurut al-Qur’an dan Hadits (Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2006) hal: 86-90

  a. Selalu mengikut sertakan anak dalam acara-acara keagamaan dan hiburan-hiburan yang bersifat konstruktif b.Membiasakan anak mengucapkan perkataan yang baik dan

  membiasakan pula berlaku jujur dan bertanggung jawab

  c. Memperlihatkan sikap senang kepadanya bila perbuatannya baik dan memperlihatkan sikap tidak setuju bila perbuatannya salah d.Tidak boleh bertengkar di depan mata anak, karena cara seperti ini

  akan dicontoh oleh anak secara imitatif

  e. Tidak boleh memerintahkan anak berbuat sesuatu yang tidak disanggupinya

  f. Tidak boleh membohongi anak 29

4. Manfaat Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami

  Pembelajaran nilai-nilai moral Islami merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menginternalisasi nilai-nilai moral Islami kepada anak didik dengan tujuan agar anak didik memahami dan terbiasa menerapkan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama Islam yang berlandaskan nilai al-Qur’an dan Hadits. Manfaat pembelajaran nilai-nilai moral Islami yang paling utama terdapat pada diri anak didik, karena pelaksanaan pembelajaran tersebut dapat membentuk sifat-sifat terpuji anak didik dan dapat mempertinggi kesadaran terhadap norma-norma

  hidup bersama dengan mencakup pola hidup sehari-hari. 30 Disimpulkan

  bahwa usaha yang dilakukan untuk membentuk kepribadian yang diwarnai

  29 Muhammad Azmi, Op.Cit, hal 125-126 30 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Pendiikan Islam (Jakarta: Rieneka Cipta, 1997), hal 39

  oleh petunjuk al-Qur'an dan Hadits dapat terwujud perilaku anak didik yang mampu berbuat ma'ruf, adil, dan jujur serta menjauhi perilaku munkar, tercela, dan perilaku buruk lainnya adalah melalui tiga lingkugan pendidikan: keluarga, sekolah, dan masyarakat.

B. Metode-metode Pembelajaran di TKRA

  a. Metode Bermain

  Bermain adalah merupakan suatu bentuk kegiatan dengan atau tanpa alat yang menghasilkan pemahaman pada anak, memberikan kesenangan, dan mengembangkan imajinasi anak.

  Menurut Moeslichatoen R, telah mengemukakan bahwa bermain merupakan bermacam bentuk kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri anak yang bersifat nonserius, lentur, dan bahasa mainan yang terkandung dalam kegiatan dan secara imajinatif ditransformasi sepadan

  dengan dunia orang dewasa. 31

  Bermain dalam tatanan sekolah dapat digambarkan sebagai suatu rentang rangkaian kesatuan yang berujung pada bermain bebas, bermain dengan bimbingan, dan berakhir pada bermain diarahkan. Dalam bermain bebas anak dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan bermain dimana anak mendapat kesempatan melakukan berbagai pilihan alat dan mereka dapat memilih bagaimana menggunakan alat tersebut. Bermain dengan bimbingan guru memilih alat permainan dan diharapkan anak-anak dapat memilih guna menemukan suatu konsep tertentu. Sedangkan bermain

  31 Moeslichatoen R, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak (Jakarta: Rieneka Cipta,

  1999), hal. 24.

  yang diarahkan, guru mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan suatu tugas khusus. 32

  Manfaat bermain untuk mengembangkan potensi anak baik fisik, motorik, sosialisasi, emosi, kognisi (intelektual), ketajaman penginderaan, dan keterampilan lainnya. Dengan demikian otot-otot tubuh anak menjadi kuat, dan energinya tersalurkan. Manfaat bermain dapat tercapai secara maksimal jika memperhatikan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan ketersediaan waktu bermain, penyesuaian jenis alat permainan, kerjasama dalam bermain, fasilitas tempat bermain, dan peraturan dalam permainan. Hal ini harus dikaitkan dengan karakteristik perkembangan anak.

  Bermain juga berfungsi sebagai latihan bagi anak untuk belajar mengkoordinasikan gerakan mata dan tangan, melepaskan ketegangan, melatih daya ingat, meningkatkan kreatifitas dan mengenal kekuatan maupun keterbatasan diri.

  Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa bermain sebagai saran pembelajaran bagi anak yang melibatkan semua aspek perkembangan, juga merupakan kesempatan bagi anak untuk belajar mematuhi peraturan dan mengembangkan konsep diri positif.

  b. Metode Cerita

  Cerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi

  anak TK dengan membawakan cerita kepada anak-anak secara lisan. 33

  32 Soemarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah (Jakarta: Rieneka Cipta, 2003), hal

  102-103

  33 Moeslichatoen, Op.Cit., hal 157

  Cerita menempati posisi pertama untuk merubah etika anak-anak karena sebuah cerita mampu menarik anak-anak untuk menyukai dan memperhatikannya. Mereka akan merekam semua doktrin, imajinasi, dan peristiwa yang ada didalam cerita. Apabila dengan dasar pemikiran seperti ini, maka cerita merupakan bagian terpenting yang disukai oleh anak-anak

  bahkan orang dewasa. 34

  Metode ini banyak terdapat didalam al-Qur’an, yang tujuan pokoknya adalah menunjukkan fakta-fakta kebenaran. Dalam setiap al- Qur’an banyak terdapat cerita tentang kaum terdahulu, baik dalam makna sejarah yang positif ataupun yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa cerita amat besar artinya bagi manusia untuk dijadikan ingatan dan peringatan serta bahan pelajaran yang diambil hikmahnya bagi generasi

  berikutnya. 35 Firman Allah SWT :

  ⌧

  ( ٦٢ : ناﺮﻤﻋﻵا

  ”Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan

  selain Allah. Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S. Ali Imran: 62) 36

  Berdasarkan ayat tersebut diatas, jelaslah bahwa cerita adalah suatu faktor pendidikan pada masa lampau sampai masa sekarang. Jadi, metode cerita mengandung makna reinforcement (penguatan) kepada

  34 Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Anak Lewat Cerita (Jakarta: Mustaqim, 2003), hal 11 35 Hamdani Ihsan dan Fuad Hasan, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia,

  2001), hal. 184-185

  36 Departemen Agama, Al- Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV. Diponegoro, 1996),

  hal 45

  seseorang untuk dapat mengambil hikmah dari sebuah cerita dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Guru TK harus yang terampil bertutur dan kreatif dalam bercerita dapat menggetarkan perasaan anak. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan di lingkungan keluarga,

  sekolah, dan luar sekolah. 37

  Dari kegiatan cerita, maka ada beberapa teknik dalam bercerita:

  1. Membaca langsung dari buku cerita

  2. Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku

  3. Menceritakan dongeng

  4. Bercerita dengan menggunakan papan flanel

  5. Bercerita dengan menggunakan boneka

  6. Dramatisasi suatu cerita. 38

  c. Metode Menyanyi

  Bernyanyi atau mendengarkan suara musik adalah merupakan bagian dari kebutuhan alami individu. Melalui nyanyian dan musik, kemampuan apresiasi anak akan berkembang dan melalui nyanyian anak dapat mengekspresikan segala pikiran dan isi hatinya. Menyanyi merupakan bagian dari ungkapan emosi. Bernyanyi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti:

  37 Moeslichatoen, Op.Cit, hal 16 38 Ibid, hal 170

  1. Bernyanyi pasif, artinya anak hanya mendengarkan suara nyanyian atau musik dan menikmatnya tanpa terlibat secara langsung kegiatan bernyanyi.

  2. Bernyanyi aktif, artinya melakukan secara langsung kegiatan

  bernyanyi baik dilakukan sendiri, mengikuti atau bersama-sama. Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa menyanyi

  adalah mengeluarkan suara dan berlagu baik dengan perkataan atau tidak, atau melalui mendengarkan suara nyanyian ataupun langsung melagukan.

  Manfaat menyanyi dalam kegiatan pengajaran anak mempunyai beberapa manfaat terutama bagi pencapaian tujuan pendidikan. Adapun manfaat dari menyanyi bagi anak, antara lain:

  a. Memberikan suasana tenang, sehingga suasana yang negatif dapat berkembang atau beralih menjadi positif melalui nyanyian ataupun alunan musik.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

ANALISIS PESAN MORAL DALAM CERITA RAKYAT DI KECAMATAN KUTA MALAKA

1 47 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62