HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN MOTI
HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI TRENTEN I, KECAMATAN CANDIMULYO, KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 20112012 SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga
untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: Ismiyati NIM. 11410187 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
:
Hubungan Bimbingan Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Trenten I, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 20112012
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Salatiga, Oktober 2012 Yang menyatakan,
( Ismiyati )
MOTTO
Sukses seringkali datang pada mereka yang berani bertindak, dan jarang menghampiri penakut yang tidak berani mengambil konsekuensi.
(Jawaharlal Nehru)
Tinggalkan apa yang meragukanmu , kerjakanlah apa yang tidak meragukanmu , sesungguhnya kebenaran membawa ketenangan, dan dusta itu menimbulkan keraguan.
(HR: Attirmidzi)
Tidaklah seorang mu'min jatuh dalam satu lubang dua kali.
(HR: Bukhary)
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya kecil ini untuk suamiku, anak-anakku,sahabat-sahabatku seperjuangan, dan murid-muridku di SD Trenten I.
HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI TRENTEN I, KECAMATAN CANDIMULYO, KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 20112012
Oleh Ismiyati NIM. 11410187
ABSTRAK
Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting karena sejak timbulnya adab kemanusiaan sampai kini keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap menusia. Di dalam lingkungan keluarga (informal) yang berperan menjadi pendidik adalah orang tua (ayah dan ibu) orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam membantu mengembangkan potensi anak- anaknya.
SD Negeri Trenten I adalah Sekolah Dasar Negeri yang berada di dusun Banjaran, desa Trenten, kecamatan Candimulyo, kabupaten Magelang. Secara geografis SD Negeri Trenten I terletak 15 km dari kota Magelang dan tepat berada pada kaki gunung Merbabu. Sekolah Dasar yang berada di daerah pelosok ini sebagian orang tua siswanya bermatapencaharian sebagai petani dengan latar belakang pendidikan yang tidak cukup tinggi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat bimbingan orang tua siswa dan tingkat motivasi belajar siswa kelas V serta meniliti adanya keterkaitan antara tingkat bimbingan orang tua tersebut dengan motivasi belajar siswa kelas V.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat bimbingan orang tua siswa SD Negeri Trenten I sebagian berada pada kriteria Sedang, namun sebagian besar tingkat motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri Trenten I telah berada pada kriteria Tinggi. Penelitian yang melibatkan perhitungan korelasi Pearson dalam mencari keterkaitan antara bimbingan orang tua dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri Trenten I telah memberikan jawaban bahwa kedua variabel tersebut ternyata berkorelasi. Bimbingan orang tua berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri Trenten I.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Hubungan Bimbingan Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Trenten I Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 20112012” dapat diselesaikan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelas sarjana pendidikan agama Islam pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dari awal penulisan skripsi ini hingga terselesaikan, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag, selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
2. Bapak Drs. Joko Sutopo, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Ekstensi STAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag., sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan ide-ide bagi penulis.
4. Seluruh dosen-dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu kepada penulis.
5. Semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang
Salatiga, Oktober 2012 Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dipahami secara luas dan umum sebagai usaha sadar yang dilakukan pendidik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan untuk membantu peserta didik mengalami proses pemanusiaan kearah tercapainya pribadi yang dewasasusila yaitu sosok manusia dewasa yang sudah terisi secara penuh bekal ilmu pengetahuan serta memiliki integritas moral yang tinggi sehingga dalam perjalanannya nanti, manusia yang selalu siap baik jasmani maupun rohani.
Lingkungan keluarga (orang tua) merupakan pusat pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak. Keluarga merupakan proses penentu dalam keberhasilan belajar. Orang tua dikatakan sebagai pendidik pertama karena orang tualah yang pertama mendidik anaknya sejak dilahirkan dan dikatakan sebagai pendidik utama karena pendidikan yang diberikan orang tua merupakan dasar dan sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa yang akan datang. Keluarga yang akan memberikan wacana kehidupan seorang anak, baik perilaku, budi pekerti, maupun adat kebiasaan sehari-hari. Dengan memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anak dalam lingkungan keluarga, maka akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pula, karena tujuan pendidikan yang dilaksanakan didalam keluarga Lingkungan keluarga (orang tua) merupakan pusat pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak. Keluarga merupakan proses penentu dalam keberhasilan belajar. Orang tua dikatakan sebagai pendidik pertama karena orang tualah yang pertama mendidik anaknya sejak dilahirkan dan dikatakan sebagai pendidik utama karena pendidikan yang diberikan orang tua merupakan dasar dan sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa yang akan datang. Keluarga yang akan memberikan wacana kehidupan seorang anak, baik perilaku, budi pekerti, maupun adat kebiasaan sehari-hari. Dengan memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anak dalam lingkungan keluarga, maka akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pula, karena tujuan pendidikan yang dilaksanakan didalam keluarga
Pada diri setiap anak terdapat suatu dorongan dan daya untuk meniru, dengan dorongan ini anak dapat melakukan sesuatu yang telah dilakukan orang tuanya. Masa ini juga merupakan masa sensitif bagi anak, sebab apa yang dilihat dan apa yang didengarnya akan selalu ditiru tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya. Dalam hal ini sangat diharapkan kewaspadaan serta perhatian yang besar dari orang tua, karena masa meniru ini secara tidak langsung turut membentuk watak anak dikemudian hari.
Dengan demikian faktor identifikasi dan meniru pada anak-anak amat penting, sehingga mereka menjadi terbina, terdidik, dan belajar dari pengalaman langsung. Hal ini pula yang nantinya akan berpengaruh lebih besar daripada informasi atau pengajaran lewat instruksi dan petunjuk yang disampaikan dengan kata-kata.
Dalam lingkungan keluarga, pendidikan yang berlangsung di dalamnya adalah pendidikan informal, dengan orang tua sebagai pendidik. Orang tua adalah pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya, karena secara kodrati ibu dan bapak diberikan anugrah oleh Allah berupa naluri orang tua. Kasih sayang dan pengertian keluarga khususnya orang tua akan meninggalkan yang positif dalam perekembangan jiwa anak. Untuk itu sudah sepantasnya orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak.
Sebelum anak dewasa, orang tua berkewajiban untuk mendidik anaknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan seperti berbicara, berhitung, Sebelum anak dewasa, orang tua berkewajiban untuk mendidik anaknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan seperti berbicara, berhitung,
Tanggung jawab dalam segi mental (rohani) ini merupakan masalah penting karena kualitas pribadi anak merupakan dari hasil pembinaan mental rohaninya. Salah satu bagian dari tanggung jawab pembinaan mental rohani anak adalah menyekolahkan anak ke sekolah atau ke lembaga pendidikan.
Berdasarkan realita dan peranan ketiga lembaga ini maka ahli pendidikan dr. Ki Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan ini sebagai tri pusat pendidikan yang meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat. Istilah tiga lingkungan pendidikan itu dikenal dengan .pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan non formal.
Di dalam lingkungan keluarga (informal) yang berperan menjadi pendidik adalah orang tua (ayah dan ibu) orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam membantu mengembangkan potensi anak-anaknya, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa .keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting karena sejak timbulnya adab kemanusiaan sampai kini keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap menusia.
Sehubungan dengan hal ini, komisi pembaharuan pendidikan nasional juga mengatakan bahwa : Agar keluarga dapat memainkan peranannya sebagai pendidik, ia perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan.
Pendidikan merupakan suatu usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal, dalam Islam manusia dituntut untuk belajar dan juga mengajar. kewajiban setiap individu orang Islam untuk menuntut ilmu dari sejak buayan hingga akhir hayat, hal tersebut merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya, Adapun motivasi dan sekaligus anjuran untuk keutamaan memiliki ilmu pengetahuan sesuai dengan firman Allah yang
terdapat dalam Al-qur’an pada surat Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi :
ِ ِااَ َ مْا يِف ىُحلَّسَفَت مْ ُ َا َي ِ َذِإ ىُنَمآ َييِ لَّا اَهُّيَأ اَي و ُزُشمْناَف و ُزُشمْن َي ِ َذِإ َو ۖ مْ ُ َا ُلَّا ِ َسمْفَي ىُحَسمْفاَف ۚ تٍااَ َ َ َ مْ ِ مْا ىُتوُأ َييِ لَّا َو مْ ُ مْنِم ىُنَمآ َييِ لَّا ُلَّا ِ َف مْ َي رٌ ِ َ َوىُ َ مْ َت اَ ِب ُلَّا َو
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberikan kelapangan kepadamu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. ( Departemen Agama RI 2002: 793 )
Dengan belajar kita akan memperoleh ilmu, dengan belajar pula kita akan memperoleh pahala dari Allah Swt. Dan dengan ilmu hidup kita akan menjadi lebih berguna.
Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki cita- cita tinggi pula terhadap pendidikan anak-anaknya. Mereka menginginkan agar pendidikan anak-anaknya lebih tinggi atau Setidaknya sama dengan pendidikan Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki cita- cita tinggi pula terhadap pendidikan anak-anaknya. Mereka menginginkan agar pendidikan anak-anaknya lebih tinggi atau Setidaknya sama dengan pendidikan
Cara orang tua dalam membimbing anak belajar di Rumah berbeda satu sama lain, karena tingkat pendidikan yang berbeda, kemungkinan ilmu pengetahuan cara membimbing anak dalam belajar belum dikuasai oleh semua orang tua, karena tidak semua orang tua mempunyai tingkat pendidikan tinggi. Cara membimbing anak dalam belajar di Rumah akan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, sehingga anak di sekolah akan mempunyai prestasi belajar yang berbeda sesuai dengan bimbingan yang diperoleh anak dari orang tuanya.
Anak adalah amanah bagi para orang tuanya. Dia bagaikan kertas putih yang siap diwarnai dan dibentuk sesuai dengan keinginan orang tuanya. Selain itu dalam kefitrahannya, anak membawa potensi yang siap dikembangkan, baik melalui tangan orang tuannya, pendidik, maupun masyarakat sekitarnya karenanya orang tua harus pandai dan bijak dalam memberikan arahan, bimbingan, dan pendidikan bagi anak-anaknya.
Orang tua dalam mendidik anaknya tidak harus sama persis dengan para pendidik (guru) yang berada di lingkungan sekolah. Mendidik anak dengan baik dan benar berarti menumbuh kembangkan totalitas potensi anak secara wajar, disela-sela waktu luang orang tua dapat memberikan berbagai arahan bimbingan dan pendidikan, para orang tua harus menguasai dan menyesuakannya perkembangan anak, ada tiga aspek penting yang harus diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik anaknya yaitu : Orang tua dalam mendidik anaknya tidak harus sama persis dengan para pendidik (guru) yang berada di lingkungan sekolah. Mendidik anak dengan baik dan benar berarti menumbuh kembangkan totalitas potensi anak secara wajar, disela-sela waktu luang orang tua dapat memberikan berbagai arahan bimbingan dan pendidikan, para orang tua harus menguasai dan menyesuakannya perkembangan anak, ada tiga aspek penting yang harus diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik anaknya yaitu :
Menurut Ramayulis, orang tua menjadi pendidik terhadap anak-anaknya fungsinya adalah mempertanggungjawabkan melindungi, mengasah, mangasuh, dan mengasihi. Pendidikan dalam keluarga berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku dalamnya tanpa harus diumumkan atau dituliskan terlebih dahulu agar diketahui dan diikuti oleh seluruh anggota keluarga disini diletakkan dasar-dasar pergaulan melalui kasih sayang dan penuh kecintaan kebutuhan akan kewibawaan dan nilai-nilai kepatuhan. (Ramayulis 1990:86-87) Setiap waktu manusia tidak pernah lepas dari belajar, belajar merupakan perubahan tingkah laku yang menetap sebagai akibat dari latihan dan pengalaman.
Latihan dan pengalaman itu tidak saja diperoleh dari buku-buku atau sekolah saja tetapi dipelajari pula dari tingkah laku kehidupan sehari-hari dan kebiasaan dan tingkah laku, ini dipengaruhi oleh pola asuh yang berlaku dalam suatu keluarga.
Mendidik anak dengan baik dan benar berarti menumbuh kembangkan totalitas potensi anak secara wajar potensi jasmaniyah dan rohaniyah anak diupayakan tumbuh dan berkembang secara wajar melalui pemenuhan kebutuhan- Mendidik anak dengan baik dan benar berarti menumbuh kembangkan totalitas potensi anak secara wajar potensi jasmaniyah dan rohaniyah anak diupayakan tumbuh dan berkembang secara wajar melalui pemenuhan kebutuhan-
Selain itu melihat dari kenyataan bahwa keluarga yang orang tuanya berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan ternyata berhasil dalam mendidik anaknya. Sebaliknya ada keluarga yang orang tuanya berpendidikan tinggi ternyata kurang berhasil dalam mendidik anaknya. Keberhasilan mendidik anak di sini adalah anak yang di sekolahnya pintar dan memperoleh prestasi yang baik.
Dari uraian di atas penulis merasa tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul : Hubungan Bimbingan Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Siswa
Kelas V SD Negeri Trenten I, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang
Tahun Ajaran 20112012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka penulis mengungkapan rumusan masalah yang dapat menjadi acuan dalam pembahasan berikutnya. Diantara pokok masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana variasi bimbingan orang tua siswa kelas V SD Negeri Trenten I Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang?
2. Bagaimana variasi motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri Trenten I Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang?
3. Adakah hubungan bimbingan orang tua dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri Trenten I Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui variasi bimbingan orang tua siswa kelas V SD Negeri Trenten I Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.
b. Untuk mengetahui variasi motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri Trenten I Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.
c. Untuk mengetahui adakah hubungan tingkat bimbingan orang tua dengan tingkat motivasi belajar siswa kelas V SD Trenten I Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Penilitian Secara Teoritis
i. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi ilmu pengetahuan.
ii. Sebagai bahan informasi bagi para peneliti yang akan
mengembangkan penelitian di bidang pendidikan.
2. Manfaat Penelitian Secara Praktis
i. Memberikan informasi tentang hubungan bimbingan
orang tua terhadap motivasi belajar siswa.
ii. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi para orang tua dan dapat dijadikan rujukan atau sumber yang bermanfaat untuk memberikan motivasi atau dorongan terhadap belajar anak
iii.
Hasil penelitian diharapkan dapat memotivasi anak dalam belajar.
E. Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto, Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti kebenarannya atau kesalahannya, melalui data yang terkumpul. (Suharsimi Arikunto 1996 )
Sedangkan Sutrisno Hadi dalam Metode Research I mendefinisikan Hipotesis sebagai dugaan sementara yang mungkin benar, atau mungkin juga salah. Dia akan diterima jika benar, dan akan ditolak jika salah atau palsu, jika fakta-faktanya jelas membenarkan. (Sutrisno Hadi 1989:136)
Dari kedua pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan sementara atau kesimpulan sementara, terhadap permasalahan penelitian yang sedang diteliti.
Hipotesis atau dugaan sementara untuk penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah terdapat hubungan antara bimbingan orang tua dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri Trenten I, kecamatan Candimulyo, kabupaten Magelang tahun ajaran 20112012.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Langkah pendekatan kepada objek lebih tepat dipakai setelah peneliti menentukan variabel penelitian. Penelitian ini lebih berorientasi pada kuantitatif.
2. Lokasi dan Waktu Peneletian
Lokasi penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri Trenten 1 tahun 20112012. Sedangkan waktu penelitian adalah bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2012.
3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek yang dihadapi sedangkan sebagian populasi yang diambil digunakan untuk menduga ciri-ciri populasi tersebut dinamakan sampel. Jika semua anggota atau unsur populasi diamati, disebut sensus dan hasil pengamatan, disebut data sebenarnya atau parameter. Jika hanya sebagian saja dari unsur populasi diamati, disebut penarikan sampel dan hasil pengamatan disebut data dugaan.
Populasi yang peneliti tentukan adalah seluruh siswa kelas V yang berjumlah 33, dengan penelitian populasi bukan penelitian sampel karena jumlahnya kurang dari 100 orang.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam meneliti ini penyusun menggunakan metode deskriptif karena penyusun mempunyai tujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis mengenai permasalahan dalam penelitian ini.
Untuk memperoleh data yang lengkap dan objektif, maka penulis menyusun skripsi ini dengan melakukan cara sebagai berikut: penelitian lapangan (field research) yaitu penyusun langsung ke objek penelitian, yaitu SD Negeri Trenten I yang terletak di dusun Banjaran, kelurahan Trenten, kecamatan Candimulyo, kabupaten Magelang.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian :
a) Menentukan populasi dan sampel
b) Dalam penelitian lapangan ini, Penulis mengambil objek penelitiannya adalah SD Negeri Trenten I
c) Menentukan pengumpulan data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan, maka penulis menggunakan hal-hal sebagai berikut :
a. Metode Angket.
Digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.
Angket di sini digunakan sebagai metode pokok untuk memperoleh informasi tentang hubungan bimbingan orang tua terhadap motivasi belajar anak. Pembagian angket kepada responden setelah mendapat izin dari Kepala Sekolah. Penulis menemui sampel secara terpisah, secara berkelompok, untuk menjelaskan acara penelitian tersebut. Perlu penulis jelaskan bahwa angket ini bersifat tertutup (closed form), artinya sampel tinggal memilih jawaban yang telah disediakan yang dianggap Angket di sini digunakan sebagai metode pokok untuk memperoleh informasi tentang hubungan bimbingan orang tua terhadap motivasi belajar anak. Pembagian angket kepada responden setelah mendapat izin dari Kepala Sekolah. Penulis menemui sampel secara terpisah, secara berkelompok, untuk menjelaskan acara penelitian tersebut. Perlu penulis jelaskan bahwa angket ini bersifat tertutup (closed form), artinya sampel tinggal memilih jawaban yang telah disediakan yang dianggap
Adapun dalam pemberian skor dilaksanakan dengan mengacu pada skor skala di atas adalah sebagai berikut :
1) Pemberian skor terhadap variabel bebas (X) yaitu bimbingan orang tua yang sudah disusun menjadi item-item pertanyaan dengan alternatif jawaban yang sudah tersedia yaitu : Untuk jawaban option Selalu diberi skor 3 Untuk jawaban option Kadang-kadang diberi skor 2 Untuk jawaban option Tidak Pernah diberi skor 1
2) Pemberian skor terhadap variabel terkait (Y) yaitu motivasi belajar anak berbeda dengan pengskoran terhadap variabel bebas (X) yakni: Untuk jawaban option A diberi skor 3 Untuk jawaban option B diberi skor 2 Untuk jawaban option C diberi skor 1
b. Metode Observasi
Sebagai teknik ilmiah, observasi sering diartikan sebagai pengamatan, pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi ialah pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.
Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang lokasi sekolah pada saat pelaksanaan pengisian angket dilakukan.
c. Metode Dokumentasi dan Wawancara
Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan sekolah dengan mengambil dari dokumentasi yang tersedia di sekolah tersebut.
Sedangkan wawancara digunakan untuk memperoleh data penunjang yang menguraikan sekilas gambaran global latar belakang Sekolah yang sedang diselidiki, terutama pada siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Trenten I tahun ajaran 20112012.
5. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam pengambilan sampel Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (1999: 110 - 118) mengemukakan bahwa pada dasarnya ada dua macam teknik sampling, yaitu : teknik random sampling dan non random sampling. (Winarno, 2010:5)
a) Teknik Random Sampling
Dalam teknik random sampling, semua individu dalam populasi baik sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan sama menjadi anggota sampel. Dalam prakteknya, prosedur random sampling meliputi: cara undian, cara ordinal, cara randomisasi dari tabel bilangan random.
b) Teknik Non Random Sampling
Teknik non random sampling adalah cara pengambilan sampel yang tidak semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Macam – macam sampling dalam non random sampling adalah:
1) Purposive Sampling
Teknik ini berdasarkan pada ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
2) Cluster Sampling
Teknik ini menghendaki adanya kelompok-kelompok pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok-kelompok yang ada pada populasi.
6. Skala Pengukuran atau Penilaian
Tiap tipe informasi yang berbeda dengan yang lainnya disebut peubah (variabel). Nilai-nilai peubah ini diperoleh dengan penilaian atau pengukuran dan dinyatakan dalam bentuk skala. Skala pengukuran atau penilaian dibedakan atas:
a) Skala nominal, skala ini hanya memperhatikan golongan, misalnya anggota kelompok, agama, suku bangsa dan lain-lain.
b) Skala ordinal, skala ini memperhatikan golongan dan urutan, misalnya angket tentang kebijakan plat nomor genap ganjil di Jakarta dengan opsi pilihan:
a. Setuju sekali
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
c) Skala selang (interval), dalam skala ini tercakup golongan uraian, dan jarak dan perbandingan (rasio), misalnya ukuran panjang, bobot dan lain-lain
d) Skala nominal dan ordinal merupakan skala kualitas sedangkan skala ordinal merupakan skala kuantitatif.
7. Instrumen Penelitian
Untuk menggali data seperti yang diharapkan penulis menggunakan :
a. Angket.
Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Dalam menggunakan metode angket yang merupakan instrumen yang dipakai angket atau sejumlah pertanyaan yang disampaikan kepada siswa-siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Trenten I tahun 20112012.
b. Interview
Interview yang sering digunakan juga disebut dengan wawancara, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Karena penulis bertugas di Sekolah Dasar Negeri Trenten I tahun 20112012, maka hal ini dilakukan setiap bekerja dengan menggunakan waktu yang lama.
8. Analisis Data
Untuk menganalisis data, penulis gunakan teknik Analisis Deskriptif, yakni data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian di analisis, dengan teknik prosentase untuk mengukur frekuensi gejala yang muncul. Selanjutnya pada analisis lanjut, penulis gunakan teknik Statistik, untuk mencari ada tidaknya pengaruh keterpaduan bimbingan orang tua terhadap motivasi belajar anak. Untuk mengukur adanya korelasi tersebut penulis gunakan teknik Statistik Korelasi Pearson.
Untuk mengukur besarnya hubungan antara bimbingan orang tua terhadap motivasi belajar anak, telah ditemukan rumusnya oleh para ahli statistik yakni Product Moment Correlation dengan rumus: (Winarno,2010:149)
X Y
r =
2
X Y
Keterangan:
r = Angka indek Korelasi " r " Product Moment
X = Variabel X Y = Variabel Y
X = Rata – rata X Y = Rata -rata Y
Korelasi pearson juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
n XY
X Y
X n Y
r =
n 2
Adapun beberapa persyaratan yang harus dipenuhi apabila menggunakan rumus ini adalah:
a) Pengambilan sampel dari populasi harus random (acak)
b) Data yang dicari korelasinya harus berskala interval atau ratio.
c) Variasi skor kedua variabel yang akan dicari korelasinya harus sama.
d) Distribusi skor variabel yang dicari korelasinya hendaknya merupakan distribusi unimodal.
e) Hubungan antara variabel X dan Y hendaknya linier.
Hasil perhitungan korelasi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar:
a) Korelasi positif kuat, apabila hasil perhitungan korelasi mendekati + 1 atau sama dengan + 1. Ini berarti bahwa setiap kenaikan skornilai a) Korelasi positif kuat, apabila hasil perhitungan korelasi mendekati + 1 atau sama dengan + 1. Ini berarti bahwa setiap kenaikan skornilai
b) Korelasi negatif kuat, apabila hasil perhitungan korelasi mendekati - 1 atau sama dengan – 1. Ini berarti bahwa setiap kenaikan skornilai pada variabel X akan diikuti dengan penurunan skorvariabel Y. Sebaliknya, jika variabel X mengalami penurunan, maka akan diikuti kenaikan variabel Y.
c) Tidak ada korelasi, apabila hasil perhitungan korelasi mendekati 0 atau sama dengan 0. Hal ini berarti bahwa setiap naik turunnya skornilai pada satu variabel tidak mempunyai kaitan dengan naik turunnya skornilai variabel yang lainnya. Apabila skornilai variabel X naik tidak selalu diikuti dengan naik atau turunnya skornilai variabel Y, demikian juga sebaliknya.
BAB II KAJIAN TEORITIS
B. Orang Tua
a) Pengertian Orang Tua
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa orang tua artinya ayah dan ibu. (Peter Salim dan Yenny Salim, 1991: 269)
Sedangkan menurut Miami M.Ed. dikemukakan bahwa orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak- anak yang dilahirkannya. (Kartono,1982:48)
Menurut Ny Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa : .orang tua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan, pendapat dan kebiasaan sehari-hari. (Gunarso 1976:27)
Orang tua didalam kehidupan keluarga mempunyai posisi sebagai kepala keluarga atau pemimpin rumah tangga .orang tua sebagai pembentuk pribadi pertama dalam kehidupan anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur- unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan Orang tua didalam kehidupan keluarga mempunyai posisi sebagai kepala keluarga atau pemimpin rumah tangga .orang tua sebagai pembentuk pribadi pertama dalam kehidupan anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur- unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan
Salah satu tujuan dari pernikahan adalah untuk mendapat anak yang akan menjadi generasi penerus. Untuk mewujudkan keinginan dan cita-citanya di dalam mengembangkan dan bimbingan generasi penerus yang baik, sehat jasmani dan rohani maka perlu pola pemikiran yang terpadu antara suami istri atau orang tua yang berasal dari dua kutub yang berbeda, mereka harus saling mempunyai toleransi dan penyesuaian diri yang baik, sehingga kedua belah pihak saling melengkapi, bila masing-masing dapat menahan diri untuk tidak mementingkan diri sendiri, maka akan dapat tercipta suatu keluarga harmonis dan bahagia. Orang tua adalah figur dalam proses pembentukan kepribadian anak, sehingga diharapkan akan memberi arah, memantau, mengawasi dan membimbing perkembangan anaknya ke arah yang lebih baik.
Berdasarkan hal-hal yang diutarakan di atas dapat diperoleh pengertian bahwa orang tua tidak hanya cukup memberi makan, minm dan pakaian saja kepada anak- anaknya tetapi harus berusaha agar anaknya menjadi baik, pandai, bahagia dan berguna bagi hidupnya dan masyarakat. Orang tua dituntut harus dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki anaknya agar secara jasmani dan rohani dapat bekembang secara optimal dan seimbang.
C. Bimbingan Orang Tua
a) Pengertian Bimbingan Orang Tua
Berbagai definisi bimbingan menurut para ahli diantaranya, menurut Miller, menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madarasah), keluarga, dan masyarakat. ( Eddy Tvllankz,2012)
Selanjutnya Surya mengutip pendapat Crow Crow yang menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri (M. Tohirin 2008:17).
Arthur J. Jones mengartikan bimbingan sebagai "The help given by one person to another in making choices and adjustment and in solving problems". Pengertian bimbingan yang dikemukakan Arthur ini amat sederhana yaitu bahwa dalam proses bimbingan ada dua orang yakni pembimbing dan yang dibimbing, dimana pembimbing membantu si terbimbing sehingga si terbimbing mampu membuat pilihan-pilihan, menyesuaikan diri, dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya (Sofyan S. Willis 2009:11)
Menurut Smith dalam McDaniel, bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik (Prayitno Erman Amti 1994:94).
Peters dan Shertzer mengemukakan definisi bimbingan sebagai berikut, "Guidance, as used here and throughout this book, is defined simply as the process of helping the individual to understand himself and his world so that he can utilize his potentialities". Dari definisi di atas terungkap pengertian bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu agar ia memahami dirinya dan dunianya, sehingga dengan demikian ia dapat memanfaatkan potensi-potensinya (Sofyan S. Willis 2009:14).
Moegiadi bimbingan berarti suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal: memahami diri sendiri; menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan (Winkel Sri Hastuti 2007:29)
Rochman Natawidjaja Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia Rochman Natawidjaja Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia
Andi Mappiare berpendapat bahwa bimbingan merupakan serangkaian kegiatan paling pokok bimbingan dalam membantu konseliklien secara tatap muka, dengan tujuan agar klien dapat mengambil taanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus (Winkel Sri Hastuti 2007:35)
Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya (Bimo Walgito 2005:5)
Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu yang membutuhkannya. Bantuan tersebut diberikan secara bertujuan, berencana dan sistematis, tanpa paksaan melainkan atas kesadaran individu tersebut, sehubungan dengan masalahnya (Sofyan S. Willis 2009:13)
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang-orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang-orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada
Begitu banyak definisi-definisi bimbingan menurut para ahli namun terdapat juga unsur yang menunjukan kesamaan.
Dari berbagai definisi di atas dapat kita tarik kesimpulan sederhana tentang pengertian bimbingan yakni, bimbingan merupakan proses pemberian bantuan oleh pembimbing yang memiliki kepribadian baik dan pendidikan yang memadai (pengetahuan luas) kepada individu atau kelompok secara tatap muka, sistematis dan berkesinambungan untuk mengatasi kesulitan atau masalah- masalahnya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dalam mengatasi pemecahan masalahnya.
b) Tugas dan Peran Orang Tua
Tugas dan peranan orang tua terhadap anaknya dapat dikemukakan sebagai berikut: mengasuh, membesarkan dan mengarahkan menuju kepada kedewasaan serta menanamkan norma agama, nilai moral dan sosial yang berlaku di masyarakat.
Di samping itu orang tua juga harus mampu mengembangkan potensi anak, memberi teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan kepribadian dengan penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang. Secara sadar orang tua mengemban kewajiban untuk memelihara dan membina anaknya sampai ia mampu berdiri sendiri (dewasa), baik secara fisik, sosial, ekonomi, maupun moral serta Di samping itu orang tua juga harus mampu mengembangkan potensi anak, memberi teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan kepribadian dengan penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang. Secara sadar orang tua mengemban kewajiban untuk memelihara dan membina anaknya sampai ia mampu berdiri sendiri (dewasa), baik secara fisik, sosial, ekonomi, maupun moral serta
Dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi :
a) Doronganmotivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab, dan mengabdikan hidupnya untuk sang anak.
b) Doronganmotivasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya.
c) Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan negaranya. Beberapa penelitian yang dikemukakan oleh beberapa ahli
psikologi seperti yang dikemukakan oleh Dr. Singgih D. Gunarsa dalam majalah rumah tangga dan kesehatan bahwa orang tua berperan menentukan hari depan anaknya. Secara fisik supaya anak-anaknya bertumbuh sehat dengan postur tubuh yang lebih baik, maka anak-anak harus diberi makanan yang bergizi dan seimbang. Secara mental supaya anak-anak tumbuh cerdas dan cemerlang, maka selain kelengkapan gizi perlu juga diberi motivasi belajar disertai sarana dan prasarana belajar yang memadai. Sedangkan secara sosial supaya anak- anak dapat mengembangkan jiwa sosial dan budi pekerti yang baik mereka harus diberi peluang untuk bergaul mengaktualisasi diri, psikologi seperti yang dikemukakan oleh Dr. Singgih D. Gunarsa dalam majalah rumah tangga dan kesehatan bahwa orang tua berperan menentukan hari depan anaknya. Secara fisik supaya anak-anaknya bertumbuh sehat dengan postur tubuh yang lebih baik, maka anak-anak harus diberi makanan yang bergizi dan seimbang. Secara mental supaya anak-anak tumbuh cerdas dan cemerlang, maka selain kelengkapan gizi perlu juga diberi motivasi belajar disertai sarana dan prasarana belajar yang memadai. Sedangkan secara sosial supaya anak- anak dapat mengembangkan jiwa sosial dan budi pekerti yang baik mereka harus diberi peluang untuk bergaul mengaktualisasi diri,
Selanjutnya dikemukakan bahwa perkembangan jiwa dan sosial anak yang terkandung berlangsung kurang mantap akibat orang tua tidak berperan dengan selayaknya. Naluri kasih sayang orang tua terhadap anaknya tidak hanya di manaifestasikan dengan menyediakan sandang, pangan dan papan yang secukupnya. Anak-anak memerlukan perhatian supaya tumbuh menjadi anak matang dan dewasa.
Orang tua adalah bagian dari keluarga, yang merupakan tempat pendidikan dasar utama untuk dewasa anak, juga merupakan tempat anak didik pertama kali menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tua atau dari anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidikannya. Maka orang tua mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan kejiwaan anak serta mempengaruhi kehidupan sang anak. Kelahiran dan kehadiran seorang anak dalam keluarga secara alamiah memberikan adanya tanggung jawab dari pihak orang tua. Tanggung jawab ini didasarkan atas motivasi cinta kasih, yang pada hakikatnya juga dijiwai ini oleh tanggung jawab moral. Orang tua mempunyai tanggungjawab dalam mendidik dan menunjukan kejalan yang benar, serta serta menjaganya dari Orang tua adalah bagian dari keluarga, yang merupakan tempat pendidikan dasar utama untuk dewasa anak, juga merupakan tempat anak didik pertama kali menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tua atau dari anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidikannya. Maka orang tua mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan kejiwaan anak serta mempengaruhi kehidupan sang anak. Kelahiran dan kehadiran seorang anak dalam keluarga secara alamiah memberikan adanya tanggung jawab dari pihak orang tua. Tanggung jawab ini didasarkan atas motivasi cinta kasih, yang pada hakikatnya juga dijiwai ini oleh tanggung jawab moral. Orang tua mempunyai tanggungjawab dalam mendidik dan menunjukan kejalan yang benar, serta serta menjaganya dari
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka”.(QS. At-Tahrim )
D. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motif (motive) berasal dari akar kata bahasa latin "movere" yang kemudian menjadi "motion" yang artinya gerak atau dorongan untuk bergerak. Jadi motive merupakan daya dorong, daya gerak atau penyebab seseorang melakukan berbagai kegiatan dan tujuan tertentu. (Abdurrahman,1993:114)
Adapun motivasi yang tercantum dalam kamus besar bahasa Indonesia Kontemporer adalah keinginan atau dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan jalan tertentu. (Peter Salim dan Yenny Salim,1991)
Jadi motivasi (motivation) adalah pemberian atau penumbuhan motif atau hal yang menjadi motif, tegasnya motivasi adalah motif atau hal yang sudah menjadi aktuif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan terasa sangat mendesak. Motivasi merupakan segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah laku.
2. Macam-Macam Motivasi
Banyak pendapat para ahli tentang klasifikasi motivasi, pembagian itu dibuat berdasarkan sudut pandang budaya yang digelutinya. Menurut Sartain, motif itu dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu physiological drive (dorongan-dorongan yang bersifat fisik) dan social motivies (dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan orang atau manusia yang lain).
Motif dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : (Akhyas Azhari, 1996:75)
a) Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan jam belajar, misalnya ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh suatu pengetahuan, ingin memperoleh kemampuan dan sebagainya.
b) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu atau motivasi ini tak ada kaitannya dengan jam belajar seperti belajar karena takut kepada guru atau karena ingin lulus, ingin memperoleh nilai tinggi yang semuanya tak berkaitan langsung dengan jam belajar yang dilaksanakan
3. Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Motivasi sangat berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dan bergairah dalam proses belajar, dan Motivasi sangat berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dan bergairah dalam proses belajar, dan
1) Dorongan orang tua untuk berbuat sesuatu dalam mencapai jam
2) Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan
3) Penyeleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada jam yang ingin dicapai
Berdasarkan arti dan fungsi motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi itu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan, tetapi juga menentukan hasil perbuatan. Motivasi akan mendorong untuk belajar atau melakukan sesuatu perbuatan dengan sungguh-sungguh (tekun) dan selanjutnya akan menentukan pula hasil pekerjaannya.
Menurut Cecco ada 4 fungsi motivasi dalam proses belajar mengajar yaitu : (Abdurrahman,1993:115-116)
1) Fungsi membangkitkan (Arousal Function)
Dalam pendidikan arousal diartikan sebagai kesiapan atau perhatian umum siswa yang diusahakan oleh guru untuk mengikut sertakan siswa dalam belaja. Fungsi ini menyangkut tanggung jawab yang terus-menerus untuk mengatur tingkat Dalam pendidikan arousal diartikan sebagai kesiapan atau perhatian umum siswa yang diusahakan oleh guru untuk mengikut sertakan siswa dalam belaja. Fungsi ini menyangkut tanggung jawab yang terus-menerus untuk mengatur tingkat
2) Fungsi harapan (expectancy function)
Fungsi ini menghendaki agar guru memelihara atau mengubah harapan keberhasilan atau kegagalan siswa akan mencapai jam instuksional dan menghendaki agar guru mengurauikan secara kongkritkonkret kepada siswa apa yang harus dilakikan setelah pelajaran berakhir. Disamping itu pula guru harus menghubungkan antara harapan-harapan dengan jam siswa yang dekat dan yang jauh seraya mengikut sertakan usaha siswa sepenuhnya dalam belajar.
3) Fungsi intensif (intensive function)
Fungsi ini menghendaki agar guru memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi dengan cara seperti mendorong usaha lebih lanjut dalam mengajar jam instruksional.
4) Fungsi disiplin (disciplianari fungction)
Fungsi ini menghendaki agar guru mengontrol tingkah laku yang menyimpang dengan menggunakan hukuman dan hadiah.
Di samping itu motivasi sebagai sesuatu proses mengantarkan murid kepada pengalaman yang mengiginkan dapat belajar, dan proses motivasi tersebut memiliki beberapa fungsi yaitu yang pertama memberi semangat dan mengaktifkan murid Di samping itu motivasi sebagai sesuatu proses mengantarkan murid kepada pengalaman yang mengiginkan dapat belajar, dan proses motivasi tersebut memiliki beberapa fungsi yaitu yang pertama memberi semangat dan mengaktifkan murid
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Uraian Singkat SD Negeri Trenten I
SD Negeri Trenten I merupakan Sekolah Dasar Negeri yang berada di dusun Banjaran, desa Trenten, kecamatan Candimulyo, kabupaten Magelang. Dalam menjalankan aktivitasnya yakni mendidik, membina, serta mengarahkan siswa, SD Negeri Trenten I memiliki visi dan misi sebagai berikut:
a. Visi
Lulusan yang berkualitas, beriman, bertaqwa dan berbudi pekerti luhur.
b. Misi
1) Meningkatkan nilai rata-rata ujian akhir sekolah.
2) Meningkatkan prestasi olahraga
3) Membiasakan beribadah
4) Membiasakan bersikap sopan santun
5) Meningkatkan 7K (Kebersihan, Keindahan, Kerapian,
Kerajinan, Ketertiban, Keamanan, dan Kejujuran) di lingkungan sekolah
6) Meningkatkan kedisiplinan semua warga sekolah
Dalam rangka menjalanlan visi misi tersebut, para staf pengajar SD Negeri Trenten I saling bersinergi, bahu membahu, berkerjasama, dan bekerja sesuai dengan porsi masing-masing, baik sebagai kepala sekolah, guru kelas, maupun guru mata pelajaran.
2. Daftar Guru
Tabel 3.1
Biodata Guru SD Negeri Trenten I Pangkat Gol.
No
Nama NIP
Jabatan
Jenis Guru
Ruang
Zumaro Fahrodin
1 19570120 198104 Pembina IV a
Kepala SD
Guru Pembina
1 001 Suwati
2 19530714 197512 Pembina IV a
Guru Kelas
Guru Pembina
2 003 Mun
Haryati,
S.Pd, SD
Penata Muda Tk
Guru Madya
Guru Kelas
2 003 Firstia Mayesthi
Pengatur Muda
Guru Kelas
Guru Muda
Tk I II b