PENGARUH RASIO LIKUIDITAS DAN RASIO SOLV

PENGARUH RASIO LIKUIDITAS DAN RASIO SOLVABILITAS
TERHADAP RASIO PROFITABILITAS PERUSAHAAN

Diajukan untuk pemenuhan tugas mata kuliah:
Seminar Akuntansi Keuangan

Kelas A
Dosen Kelas: Dr. Elizabeth Tiur Manurung, M.Si., Ak

Disusun oleh:
Lie Kris Santo – 2013130132

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEMESTER GENAP 2015/2016
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
1. Akuntansi Keuangan
1.1. Pengertian Akuntansi

Akuntansi merupakan suatu aktivitas penting di dalam perusahaan yang
berujung pada dihasilkannya laporan keuangan perusahaan. AICPA (American
Institute of Certified Public Accounting), sebuah organisasi professional di
bidang akuntansi mendefinisikan akuntansi sebagai berikut ini:
“Seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara
tertentu dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang
umumnya bersifat keuangan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.”
Definisi akuntansi menurut Horngren dan Harrison, (2007:4), adalah:
“Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis,
memproses data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya
kepada para pengambil keputusan.”
Definisi akuntansi menurut Warren, (2005:10), adalah sebagai berikut:
“Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang
menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.”
Berdasarkan beberapa definisi akuntansi menurut para ahli diatas, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi merupakan seni pencatatan,
penggolongan, dan pengikhtisaran laporan keuangan, dalam mengukur aktivitas
bisnis, dan merupakan hal penting bagi perusahaan, karena mengolah informasi
dari dalam perusahaan dan hasilnya kemudian digunakkan dalam hal

pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam aktivitas
ekonomi dan kondisi perusahaan.

1.2. Pengertian Keuangan
Menurut Bambang Riyanto (2001:4), pengertian keuangan adalah:
“Aktivitas

perusahaan

mendapatkan

dana

yang

yang

berhubungan

diperlukan


dengan

dengan

biaya

usaha
yang

minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan beserta
usaha untuk menggunakan dana tersebut se-efisien mungkin.”
Menurut James van Horne (2012:2), keuangan adalah:

1

“Segala

aktivitas


yang

berhubungan

dengan

perolehan,

pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan
menyeluruh.”
Definisi menurut

KBBI

(Kamus

Besar

Bahasa


Indonesia)

(2008:1767), keuangan adalah: (1) segala sesuatu yang berkaitan
dengan uang; (2) seluk beluk uang; (3) urusan uang; (4) keadaan
uang.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa keuangan merupakan
aktivitas perusahaan dalam upaya mendapatkan dana dan mengelola
se-efisien mungkin untuk kegiatan perusahaan.

1.3. Pengertian Akuntansi Keuangan
Menurut Jogianto (1997:54), pengertian akuntansi keuangan adalah:
“Penyediaan suatu informasi yang relevan berupa laporan-laporan
periodik (berkala), seperti balance sheet, income statement, retained
earning, dan laporan perubahan modal yang berguna bagi pihak internal
perusahaan, yaitu pihak manajemen dan pihak eksternal sebagai dasar
pengambilan keputusan.”
Menurut Kieso & Weygant (2000:6) dalam bukunya Intermediate
Accounting, pengertian akuntansi keuangan adalah:
“Suatu rangkaian proses yang berujung pada penyusunan laporan
keuangan yang berkaitan dengan perusahaan secara keseluruhan untuk

digunakkan oleh pengguna laporan keuangan baik di dalam maupun di
luar perusahaan.”
Berdasarkan defnisi menurut beberapa para ahli diatas, akuntansi
keuangan bertujuan untuk membuat laporan keuangan yang tujuan akhirnya
akan digunakkan oleh pengguna laporan keuangan baik di dalam perusahaan
maupun di luar perusahaan. Selain berisi data keuangan yang dapat digunakkan
para pengguna laporan keuangan untuk mengetahui potensi perusahaan di saat
ini yang tercermin melalui laba perusahaan, laporan keuangan juga berisi
informasi yang relevan mengenai kewajiban, modal, dan sumber ekonomi
secara handal dan dapat dipercaya.
2. Laporan Keuangan
2.1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan) adalah:
“Suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan
suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi
2

mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam

pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan
hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang
meliputi: (a) aset; (b) laibilitas; (c) ekuitas; (d) pendapatan dan beban
termasuk keuntungan dan kerugian; (e) kontribusi dari dan distribusi
kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik; dan f) arus kas.
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan
atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi
arus kas masa depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan kepastian
diperolehnya kas dan setara kas.”
Seperti yang telah tertulis di atas, laporan keuangan memiliki tujuan
penting bagi pengguna laporan keuangan, informasi yang terdapat dalam
laporan keuangan merupakan hasil pengolahan data keuangan dan data yang
relevan dengan perusahaan, sehingga laporan keuangan sangat penting dalam
membuat keputusan ekonomi.
2.2. Pengguna Laporan Keuangan
Pengguna laporan keuangan menurut IAI (Ikatan Akuntan Indoensia)
dalam PSAK (2009:2-3), seperti yang tertulis dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dalam SAK (Standar Akuntansi

Keuangan) meliputi: investor sekarang dan investor potensial, karyawan,
pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah
serta lembaga lembaga lainnya, dan masyarakat.
1. Investor
Penanam modal berisiko
berkepentingan

dengan

risiko

dan

yang

penasihat
melekat

serta


mereka
hasil

pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka
membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus
membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham
juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk
menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka
tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas
perusahaan.

Mereka

juga

tertarik

dengan


informasi

yang

memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan
3

dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan
kerja.
3. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi
yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah
yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha
berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih
pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan

utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
5. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat
dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada
perusahaan.
6. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah
kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan
karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga
membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan,
menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun
statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat

dalam

berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi
berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang
diperkerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik.
Laporan

keuangan

dapat

membantu

masyarakat

dengan

menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan
terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karaktersitik kualitatif laporan keuangan berisikan ciri khas atau
pedoman membuat informasi dalam laporan keuangan sehingga informasinya
4

dapat berguna dalam pengambilan keputusan yang ekonomis. Seperti yang
tertuang dalam PSAK (2009:7), karakter kualitatif yang dimaksud adalah:
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan
keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh
para pemakai. Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktifitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta
kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketentuan yang wajar.
Namun, informasi kompleks yang seharusnya dimasukan dalam
laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar
pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat
dipahami oleh pemakai tertentu.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi
memiliki

kualitas

relevan

apabila

informasi

tersebut

dapat

mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa
depan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal. Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan, atau
yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Selain itu informasi
harus diarahkan pada kebutuhan pemakai, dan tidak bergantung pada
kebutuhan atau keinginan pihak tertentu. Dalam hal menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, maka ketidakpastian
tersebut diakui dengan mengungkapkan hakikat dan tingkatnya
dengan menggunakan pertimbangan sehat. Agar dapat diandalkan,
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus lengkap
dalam batasan materialistis dan biaya (kelengkapan). Kesenjangan

5

untuk tidak mengungkapkan dapat mengakibatkan informasi menjadi
tidak benar dan menyesatkan.
4. Dapat diperbandingkan
Pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan
laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi
kecenderungan posisi keuangan. Pemakai juga harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan, serta perusahaan posisi keuangan
secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak
keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus
dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antara periode
yang sama, dan untuk perusahaan yang berbeda.
2.4. Komponen Laporan Keuangan
Menurut PSAK, terdapat 5 jenis komponen laporan keuangan, yaitu:
1. Laporan Laba Rugi
Laporan ini meggambarkan mengenai laba atau rugi
perusahaan dalam kegiatannya menghasilkan suatu barang atau jasa
dan proses penjualannya dalam satu periode. Isis dari laporan ini
adalah pendapatan, biaya pokok penjualan, biaya administrasi,
penghasilan lain-lain, dan beban lain-lain.
2. Laporan Perubahan Modal
Laporan yang berusu gambaran mengenai besarnya saldo
modal perusahaan pada periode tertentu yang dipengaruhi oleh laba
atau rugi bersih operasi perusahaan.
3. Laporan Posisi Keuangan
Merupakan laporan yang

digunakkan

dalam

rangka

menunjukan seberapa besar aset, kewajiban, dan modal suatu
perusahaan dalam periode tertentu.
4. Laporan Arus Kas
Laporan perputaran penggunaan kas perusahaan yang terdiri
dari 3 arus kas, operasi, investasi, dan pendanaan.
 Aktivitas operasional
Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasional
merupakan indikator yang menentukan apakah operasional
perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk
melunasi pinjaman, memelihara kemampuan perusahaan, dan

6

melakukan

investasi

baru

tanpa

mengandalkan

sumber

pendanaan dari luar. Arus kas ini berasal dari transaksi dan


peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan selisih aset bersih.
Aktivitas investasi
Pengungkapan terpisah arus kas dari aktivitas investasi perlu
dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan
dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang



bertujuan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
Aktivitas pendanaan
Pengungkapan arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan
perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klaim
terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal

perusahaan.
5. Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan
Merupakan laporan berisi penjelasan dari laporan keuangan
laba rugi, perubahan modal, posisi keuangan, dan arus kas
perusahaan, serta informas yang berhubungan dengan kegiatan
operasional perusahaan.

7

3. Analisis Rasio Keuangan
3.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan berdasarkan laporan
keuangan perusahaan didesain untuk memperlihatkan hubungan antara item-item
pada laporan keuangan (neraca dan laporan rugi-laba).
Definisi rasio keuangan menurut Syafri (2008:297) adalah:
“Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandigan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.”
Definisi menurut Sawir (2009:6) yaitu:
“Rasio keuangan merupakan salah satu alat untuk menilai kinerja
dan kondisi keuangan perusahaan.”
Ada 5 jenis rasio keuangan menurut Lukas Prasetya (2001:415), yaitu:
1. Leverage ratio, memperlihatkan berapa hutang yang digunakan untuk
perusahaan.
2. Liquidity ratios, mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo.
3. Efficiency atau Turnover atau Asset Management Ratio, mengukur
seberapa efektif peusahaan mengelola aktivanya.
4. Profitability Ratio, mengukur kemampuan peusahaan menghasilkan laba.
Market-Values Ratio, memperlihatkan bagaimana perusahaan dinilai oleh
investor di pasar modal.
3.2. Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Menurut Agus Sartono, rasio keuangan digunakan dengan cara yang
berbeda pada tiap orang, adapun kegunaan rasio keuangan adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Manajemen perusahaan, rasio keuangan digunakan untuk
perencanaan dan mengevaluasi performance (prestasi) manajemen
dikaitkan dengan prestasi rata-rata industri.
2. Bagi manajer kredit, rasio keuangan digunakan untuk memperkirakan
risiko potensial yang dihadapi oleh para peminjam (debitur) dikaitkan
dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran tingkat keuntungan
yang diminta.
3. Bagi investor, rasio keuangan digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi
nilai saham dan obligasi berbagai perusahaan dan digunakan untuk

8

mengukur adanya jaminan atas keamanan dana yang akan ditanamkan
dalam perusahaan.
4. Bagi manajer perusahaan,

rasio

keuangan

digunakan

untuk

mengidentifikasi kemungkinan melakukan merger (penggabungan)
dengan perusahaan lain.
3.3. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan
Analisis keuangan, yang mencakup analisis rasio keuangan,
analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat
membantu:
1. Dalam

menilai

prestasi

manajemen

dimasa

lalu

dan

prospeknya dimasa mendatang

2. Dengan analisis keuangan ini dapat diketahui kekuatan serta
kelemahan yang dimiliki oleh seorang busines enterprise.

3. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah perusahaan
memiliki

kas

yang

cukup

untuk

memenuhi

kewajiban

finansialnya, besarnya piutang yang cukup rasional, efisiensi
manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi
yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan
memaksimumkan

kemakmuran

pemegang

saham

dapat

tercapai.

4. Dengan menganalisis prestasi keuangan, seorang analis
keuangan akan dapat menilai apakah manajer keuangan dapat
merencanakan dan mengimplementasikan kedalam setiap
tindakan secara konsisten dengan tujuan memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham.

5. Disamping itu analisis semacam ini juga dapat dipergunakan
oleh pihak lain seperti bank, untuk menilai apakah cukup
beralasan(layak) untuk memberikan tambahan dana atau
kredit baru, calon investor untuk memproyeksikan prospek
perusahaan dimasa datang (R. Agus Sartono, 1994 : 119 –
120).

3.4. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Teuku Mirza dan Imbuh S(1999), ada beberapa kelemahan
dari rasio keuangan:
1. Adanya distorsi

karena

laba

yang

dimasukkan

tidak

memasukkan unsur biaya modal ekuitas.

9

2. Laporan keuangan dari suatu perusahaan yang memiliki
sejumlah

divisi

dari

industri

yang berlainan

akan

sulit

dibandingkan dengan perusahaan lain atau dengan data suatu
industri.

3. Terjadinya distorsi karena pengaruh inflasi dan penggunaan
data historis dalam akuntansi.
4. Laporan keuangan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus
didukung oleh catatan atas laporan keuangan. Informasi ini
harus dicermati karena mungkin memuat potensi masalah
yang dapat sangat mempengaruhi kondisi keuangan suatu
perusahaan.

5. Kesulitan dalam menginterpretasikan hasil analisa. Misalkan,
quick rqtio yang tinggi apakah bagus karena kuatnya likuiditas
perusahaan. Atau, justru jelek karena perusahaan memegang
kas yang berlebih yang justru tidak produktif.

6. Perbedaan dalam perlakuan akuntansi dapat menimbulkan
distorsi dalam membandingkan rasio.

7. Adanya praktik window dressing tentunya membuat laporan
keuangan terlihat bagus.

10

4. Rasio Likuiditas
4.1. Pengertian Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan perhitungan secara analisis atas suatu
laporan keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk dapat
memenuhi kewajiban jangka pendek yang harus segera dipenuhi perusahaan.
Perusahaan yang mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya disebut
likuid, tapi jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya
disebut tidak likuid Hendra S.Raharjaputra (2009).
Definisi menurut Munawir (2007:31), rasio likuiditas adalah:
“Kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan
yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.”
Definisi menurut Kasmir (2008:129) menyebutkan bahwa:
“Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.”
4.2. Jenis Rasio Likuiditas
4.2.1. Current Ratio
Current Ratio =

Current Assets
Current Liabilities

Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan
kewajiban lancar, biasanya merupakan rasio paling umum untuk menilai
kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan
terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current rasio yang terlalu
tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana
menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan
perusahaan (Sawir, 2009:10).

4.2.2. Cash Ratio
Cash Ratio=

Cash
Current Liabilities

Cash ratio menunjukan kemampuan kas untuk menutupi
kewajiban jangka pendek perusahaan.
4.2.3. Quick Ratio atau Acid Test Ratio

11

Quick Ratio=

Current Assets−Inventory
Current Liabilities

Quick ratio atau disebut juga acid test ratio menghitung
kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan
tanpa mempertimbangkan persediaan (dianggap lebih tidak likuid) yang
dimiliki perusahaan.
4.3. Manfaat Analisis Rasio Likuiditas
Berikut ini adalah beberapa tujuan dan manfaat dari hasil rasio likuiditas
menurut Kasmir (2012:132), adalah:
1. Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan
untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai
jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan
tertentu).
2. Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya, jumlah
kewajiban yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu
tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar.
3. Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau
piutang. Dalam hal ini aktia lancar dikurangi sediaan dan utang yang
dianggap likuiditasnya lebih rendah.
4. Mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada
dengan modal kerja perusahaan.
5. Mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar
utang.
6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan
perencanaan kas dan utang.
7. Melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu
dengan menbandingkannya untuk beberapa periode.
8. Melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing
komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki
kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

12

13

5. Rasio Solvabilitas
5.1. Pengertian Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan perhitungan secara analisis atas suatu
laporan keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk dapat
memenuhi semua kewajiban, baik jangka pendek maupun jangka panjang yang
harus segera dipenuhi perusahaan.
Definisi menurut Kasmir (2008:150), rasio solvabilitas adalah:
“Rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai dengan utang dan mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang apabila perusahaan dilikuidasi.”
Definisi menurut Riyanto (2004 : 32), rasio solvabilitas adalah:
“Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala
kewajiban finansialnya apabila sekiranya perusahaan tersebut itu
dilikuidasikan.”
Sedangkan menurut Sugiarso (2006 : 115), mendefinisikan rasio
solvabilitas sebagai:
“Kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya, baik utang
jangka pendek maupun utang jangka panjang.”
5.2. Jenis Rasio Solvabilitas
5.2.1. Debt to Equity Ratio (DER)
Total Debt
DER=
Equity
Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara total hutang
dengan

modal,

menunjukan

kemampuan

perusahaan

membayar

kewajibannya dengan modal yang dimiliki.
Menurut Syafri (2008:303), semakin kecil rasio hutang modal
maka semakin baik, untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah
modal lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama.

5.2.2. Debt to Asset Ratio (DAR)
Total Debt
DAR=
Total Asset
Debt to Asset Ratio menunjukan perbandingan antara total hutang
dan total aktiva perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio ini, maka semakin
besar resiko perusahaan dikarenakan kewajiban perusahaan yang besar.
14

Menurut Sawir (2008:13) debt ratio merupakan rasio yang
memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh
kekayaan yang dimiliki.
5.2.3. Time Interest Earned Ratio (TIER)
Earning Before Interest∧Taxes
TIER=
Interest Expense
Time Interest Earned Ratio menunjukkan perbandingan laba
bersih sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga yang ada dalam
perusahaan. Rasio ini mencerminkan juga kemampuan perusahaan untuk
membayar bunga dalam jangka panjang.
Sawir (2008:14) mengatakan bahwa: Rasio ini juga disebut
dengan rasio penutupan (coverage ratio), yang mengukur kemampuan
pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT) dan
mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan
kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman.

5.3. Manfaat Rasio Solvabilitas
Manfaat rasio solvabilitas menurut Kasmir (2008:154) terdapat 8
manfaat, yaitu:
1. Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap
kewajiban kepada pihak lainnya.
2. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga)
3. Untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya
aktiva tetap dengan modal.
4. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh
hutang.
5. Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh
terhadap pengelolaan aktiva.
6. Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
7. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih
ada terdapat sekian kalinya modal sendiri.
8. Manfaat lainnya.

15

16

6. Rasio Profitabilitas
6.1. Pengertian Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menggambarkan perhitungan secara analisis atas
suatu laporan keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menciptakan tingkat keuntungan bagi perusahaan.
Definisi menurut Sofyan Safri Harahap (2008:304) adalah:
“Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba
melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan
sebagainya.”
Menurut Sutrisno (2009:222), rasio profitabilitas adalah:
“Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat
keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan, dimana semakin besar
tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam
mengelola perusahaan.”
6.2. Jenis Rasio Profitabilitas
6.2.1. Gross Profit Margin Ratio (GPM)
Sales−Cost of Goods Sold
GPM Ratio=
Sales
Gross profit margin ratio menggambarkan tingkat keuntungan
yang didapat dari hasil penjualan perusahaan, yaitu selisih antara harga
jual dan harga pokok dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini
menunjukan keuntungan kotor per rupiah penjualan.
Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi
perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan
relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula
sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik
operasi perusahaan Syamsuddin (2009:61).

6.2.2. Net Profit Margin Ratio (NPM)
Nett Income After Tax
NPM Ratio=
Sales
Net profit margin merupakan rasio perbandingan antara laba
bersih setelah pajak dengan penjualan Warsosno (2003:37). Rasio ini

17

menunjukan keuntungan bersih per rupiah penjualan. Semakin tinggi net
profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.
6.2.3. Operating Profit Margin Ratio (OPM)
Earning Before Tax
OPM Ratio=
Sales
Operating profit margin merupakan perbandingan antara laba
usaha dan penjualan. Operating profit margin merupakan rasio yang
menggambarkan apa yang biasanya disebut pure profit yang diterima
atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan Syamsuddin (2009:61).
Semakin tinggi operating profit maka semakin baik operasi suatu
perusahaan.
6.2.4. Return on Investment Ratio (ROI)
Earning After Tax
ROI Ratio=
Total Asset
Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih
setelah pajak dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Return on
investment adalah

merupakan

rasio

yang mengukur

kemampuan

perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan
dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan
Syamsuddin (2009:63). Semakin tinggi nilai ROI maka semakin baik
bagi perusahaan.
6.2.5. Return on Equity (ROE)
Earning After Tax
ROE Ratio=
Total Equity
Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih
sesudah pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu
pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik
perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham
preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan
Syafri (2008:305).
6.2.6. Return on Asset (ROA)

18

ROA Ratio=

Earning Before Interest∧Tax
Total Asset

Return On Total Assets menunjukan rasio antara saldo laba
sebelum pajak dengan jumlah aktiva perusahaan secara keseluruhan.
ROA juga menggambarkan sejauh mana tingkat pengembalian dari
seluruh asset yang dimiliki perusahaan.
Menurut Tandelilin (2003:240), “ ROA menggambarkan sejauh
mana kemampuan asset-aset yang dimiliki perusahaan untuk dapat
menghasilkan laba, Rasio ROA diperoleh dengan membagi laba sebelum
bunga dan pajak dengan jumlah asset perusahaan”
6.2.7. Earning per Share (EPS)
Earning After Tax−Dividend for Preference
EPS=
OutstandingCommon Share
Alat ukur yang paling sering digunakan dalam mengukur
keuntungan adalah Earning Per Share (EPS). Investor maupun calon
investor berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting
untuk memprediksi mengenai besarnya deviden persaham dikemudian
hari dan tingkat pengembalian saham dikemudian hari, serta EPS juga
relevan untuk menilai efektivitas manajemen dan kebijakan pembagian
deviden.
Menurut

Tandelilin

(2001:241),

“Informasi

EPS

suatu

perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap
dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan”.
6.3. Manfaat Rasio Profitabilitas
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
2.
3.
4.
5.

periode.
Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu
Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri
Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakanbaik
modal pinjaman maupun modal sendiri.

19

7. Pengaruh Rasio Likuiditas dan Rasio Solvabilitas terhadap Rasio Profitabilitas
Rasio likuiditas yang digunakkan dalam penulisan ini adalah current ratio
dan cash ratio, sedangkan rasio solvabilitas yang digunakkan dalam penulisan ini
adalah debt to asset ratio, dan rasio profitabilitas yang digunakkan dalam penulisan
ini adalah return on asset.
7.1. Pengaruh Current Ratio terhadap Return on Asset
Current ratio digambarkan oleh aktiva lancar dibagi dengan passiva
lancar, semakin besar nilai current ratio dapat disebabkan 2 hal, yaitu aktiva
lancar perusahaan bernilai besar atau passiva bernilai terlalu kecil. Return on
asset adalah saldo laba sebelum bunga dan pajak dibagi dengan total aktiva,
komponen total aktiva dipengaruhi oleh aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.
Semakin besar nilai aktiva lancar maka current ratio akan semakin besar,
sedangkan return on asset ratio akan semakin kecil, hal ini menunjukan adanya
perbandingan terbalik antara current ratio dan return on asset ratio.
7.2. Pengaruh Cash Ratio terhadap Return on Asset
Cash ratio didapat dari kas dibagi dengan passiva lancar, nilai cash ratio
yang besar menunjukan adanya kas berlebih, hal ini tidak baik bagi perusahaan
karena berarti memiliki banyak kas menganggur yang seharusnya dapat
digunakkan untuk kegiatan operasi perusahaan yang lain. Meningkatnya cash
ratio akan membuat return on asset semakin kecil, berarti ini menunjukan
adanya perbandingan terbalik antara current cash dan return on asset.
7.3. Pengaruh Debt to Asset Ratio terhadap Return on Asset
Semakin besar nilai debt to asset ratio maka menggambarkan semakin
besar resiko perusahaan gagal bayar kewajibannya baik jangka pendek maupun
jangka panjang, nilai aktiva yang kecil menyebabkan debt to asset ratio
semakin besar, sedangkan return on asset menjadi semakin besar. Hal ini
menunjukan adanya perbandingan terbalik antara debt to asset ratio dan return
on asset ratio.

20

DAFTAR PUSTAKA
Gitman, Lawrence J, 2003. Principle of Managerial Finance, Ten edition, Pearson
Education, inc, United States.
Irawati

Susan,

2005,

Manajemen

Keuangan,

Pustaka,

Bandung

Rahardjo, Budi, 2007, Keuangan dan Akuntansi, Edisi Pertama, Cetakan Pertama,
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan, Rajawali Pers, Jakarta.
Mulyadi. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang, BP
Undip.
Munawir, S. 2002. Analisis laporan Keuangan, edisi kedua. YKPN, Yogyakarta.
Sundjaja Ridwan S. & Barlian Inge, Manajemen Keuangan, edisi ke lima, Literata
Lintas Media, Jakarta, 2003.
Van Horne, James C. dan M. Jhon Wachowicz, 2005. Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan, diterjemahkan oleh Aria Farahmita, Amanugrani, dan Taufik
Hendrawan, edisi ke dua belas, PT Salemba Empat, Buku Satu, Jakarta
Weygandt, Kimmel, Kieso. 2013. Financial Accounting IFRS 2nd Edition. United States:
Wiley.
“Karakteristik Laporan Keuangan”, www.kompasiana.com diakses pada tanggal 8
Februari 2016.
“Pengertian

Manajemen

Keuangan

Menurut

Para

Ahli”,

www.belajarakuntansionline.com diakses pada tanggal 8 Februari 2016.
“Jenis Laporan Keuangan Menurut PSAK”, www.akuntansiitumudah.com diakses pada
tanggal 8 Februari 2016.

21