PENANAMAN MODAL ASING DALAM RANGKA INVES

PENANAMAN MODAL ASING DALAM RANGKA INVESTASI DI
INDONESIA

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahkmatnyalah penulis biasa menyelesaikan karya tulis berupa makalah yang berjudul
“PENANAMAN MODAL ASING DALAM RANGKA INVESTASI DI INDONESIA”.
Adapun yang akan diuraikan dalam makalah ini adalah pengaruh investasi dalam
menggerakkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi , perkembangan investasi di
Indonesia dan ketentuan hukum yang mengatur investasi di Indonesia.
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk memberikan
informasi mengenai Penanaman Modal Asing dalam rangka investasi di Indonesia,
faktor – faktor yang dapat mempengaruhi investasi yang dijadikan bahan
pertimbangan investor dalam menanamkan modalnya, serta ditujukan sebagai upaya
pemenuhan atas tugas mata kuliah hokum investasi.
Untuk memperoleh informasi yang penulis butuhkan, penulis melakukan
pencarian di internet dan membaca buku-buku mengenai investasi dan penanaman
modal. penulis menyadari bahwa apa yang telah dipaparkan dalam karya tulis ini
masih jauh dari sempurna baik menyangkut isi,teknis, maupun bahasa. Untuk itu
segala kritik yang sifatnya membangun sangat penuls harapkan demi kelengkapan

karya tulis ini.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap karya tulis ini
bias memberikan tambahan pengetahuan mengenai Penanaman Modal Asing dalam
rangka investasi di Indonesia.

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Investasi, khususnya investasi asing sampai hari ini merupakan faktor penting
untuk menggerakkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Harapan masuknya
investasi asing dalam kenyataannya masih sulit untuk diwujudkan. Faktor yang dapat
mempengaruhi investasi yang dijadikan bahan pertimbangan investor dalam
menanamkan modalnya, antara lain : Pertama faktor Sumber Daya Alam, Kedua
faktor Sumber Daya Manusia, Ketiga faktor stabilitas politik dan perekonomian, guna
menjamin kepastian dalam berusaha, Keempat faktor kebijakan pemerintah, Kelima
faktor kemudahan dalam peizinan.1
Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis moneter. Krisis
moneter ini diawali dengan terdefresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat. Defresiasi nilai tukar rupiah makin tajam sehingga krisis moneter yang terjadi

tersebut berlanjut menjadi krisis ekonomi yang dampaknya terasa hingga saat ini.
Pertumbuhan ekonomi berjalan sangat lambat.
Salah satu cara untuk membangkitkan atau menggerakkan kembali
perekonomian nasional seperti sediakala sebelum terjadinya krisis ekonomi adalah
kebijakan mengundang masuknya investasi di Indonesia. Investasi, khususnya
investasi asing sampai hari ini merupakan faktor penting untuk menggerakkan dan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Harapan masuknya investasi asing dalam
kenyataannya masih sulit untuk diwujudkan.
Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya keengganan masuk investasi ke
Indonesia pada saat ini. Faktor-faktor yang dapat menjadi pendukung masuknya arus
investasi ke suatu negara, seperti jaminan keamanan, stabilitas politik, dan kepastian
hukum, tampaknya menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi Indonesia. Bahkan
otonomi daerah yang sekarang diterapkan di Indonesia dianggap menjadi
permasalahan baru dalam kegiatan investasi di beberapa daerah.
Dengan mulai diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Indonesia
memasuki era baru dalam hubungan antar pemerintahan pusat dan pemerintah daerah

.
1.http://reffqi.blogspot.com/2012/03/penanaman-modal-investasi-asing.html, Diakses pada tanggal 18

desember 2013 pukul 16.00 wib.

Indonesia memasuki era otonomi daerah. Keadaan baru sangat diperhitungkan oleh
para investor berkaitan dengan dampak negatif yang ditimbulkannya.
Di era reformasi, sejak pemerintahan BJ Habibie, kemudian Abdurrahman
Wahid, Megawati, dan kini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Pemerintah justru
berupaya menarik sebanyak mungkin investasi asing melalui rentetan kunjungan
kenegaraan ke luar negeri, privatisasi BUMN, penegakkan supremasi hukum, serta
revisi terhadap berbagai undang-undang yang menyangkut bisnis dan investasi
perpajakkan, ketenagakerjaan dan seterusnya. Semua upaya ini tentu bertujuan
menciptakan iklim dunia usaha dalam negeri yang lebih kondusif demi meningkatkan
capital inflow yang pada giliranya diharapkan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Memasuki tahun 2007, semua indikator makro ekonomi menunjukkan
semakin membaiknya iklim dunia usaha, institusi perbankan yang kian berpeluang
untuk meningkatkan penyaluran kredit, kian meningkatnya investor confidence, dan
country risk yang juga membaik, kinerja pemerintahan yang secara umum mulai dapat
dipercaya, walaupun masih ada berbagai ketidakberesan yang perlu segera dibenahi di
sektor birokrasi dan penegakkan hukum.
Masuknya perusahaan asing dalam kegiatan investasi di Indonesia
dimaksudkan sebagai pelengkap untuk mengisi sektor-sektor usaha dan industri yang

belum dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh pihak swasta nasional, baik karena
alasana teknologi, manajemen, maupun alasan permodalan. Modal aing juga
diharapkan secara langsung maupun tidak langsung dapat lebih merangsang dan
menggairahkan iklim atau kehidupan dunia usaha, serta dapat dimanfaatkan sebagai
upaya menembus jaringan pemasaran internasional melalui jaringan yang mereka
miliki. Selanjutnya modal asing diharapkan secara langsung dapat mempercepat
proses pembangunan ekonomi Indonesia.
I.2 Rumusan Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan
yang dapat diambil adalah :
1. Apa peranan penanaman modal asing bagi negara berkembang ?
2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan sebagian besar investor asing
enggan masuk ke Indonesia atau juga enggan untuk merealisasi
rencana investasi mereka yang telah disetujui pemerintah ?

PEMBAHASAN

II. 1. Pengertian Penanaman Modal Asing
Dalam literatur ekonomi makro, investasi asing dapat dilakukan dalam
bentuk, yaitu investasi portofolio dan investasi langsung atau foreign direct

investment (FDI). Investasi portofolio ini dilakukan melalui pasar modal dengan
instrumen surat berharga seperti saham dan obligasi. Sedangkan investasi langsung
yang dikenal dengan Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan bentuk investasi
dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan.2
Penanaman Modal di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 25
tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud
dengan Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam
modal dalam negeri (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal).
Dibanding dengan investasi portofolio, Penanaman Modal Asing (PMA)
lebih banyak mempunyai kelebihan diantaranya sifatnya permanen (jangka panjang),
banyak memberikan andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen,
membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini, sangat penting bagi negara sedang
berkembang mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah untuk penyediaan
lapangan kerja. Sedangkan, dalam investasi portofolio, dana yang masuk ke
perusahaan yang menerbitkan surat berharga (emiten), belum tentu membuka
lapangan kerja baru.
Sekalipun ada emiten yang setelah mendapat dana dari pasar modal untuk

memperluas usahanya atau membuka usaha baru yang hal ini berarti membuka
lapangan kerja. Tidak sedikit pula dana yang masuk ke emiten hanya untuk
memperkuat struktur modal atau mungkin malah untuk membayar utang bank. Selain
itu proses ini tidak terjadi alih teknologi atau alih keterampilan manajemen.

Jenis – jenis Investasi

Jenis investasi dibedakan atas investasi langsung (direct investment) dan
investasi portofolio (portofolio investment). Investasi luar negeri langsung biasanya
dianggap bentuk lain dari pemindahan modal yang dilakukan oleh perusahaan orangorang dalam suatu negara dalam aktifitas ekonomi negara lain yang melibatkan
beberapa bentuk partisipasi modal di bidang usaha yang mereka investasikan.
Investasi langsung berarti perusahaan dari negara penanam modal secara de facto dan
de jure melakukan pengawasan atas asset (aktiva) yang ditanam di negara penyimpan
modal dengan cara investasi.
Menurut Nindyo Pramono bahwa investasi langsung investor mengendalikan
manajemen, biasanya dilakukan oleh perusahaan trans-nasional dan periode waktunya
panjang karena menyangkut barang-barang. Modal investasi langsung lebih tertarik
pada besar dan tingkat pertumbuhan pasar, tenaga kerja dan biaya produksi serta
infrastruktur. Sedangkan pada investasi portofolio, investor hanya menyediakan
modal keuangan dan tidak terlibat dalam manajemen. Investornya adalah investor

institusional, bersifat jangka pendek dan mudah dilikuidasi dengan cara menjual
saham yang dibeli.
Dari beberapa pandangan dan pengertian di atas terlihat bahwa investasi
langsung adalah adanya keterlibatan langsung pihak investor terhadap investasi yang
dilakukannya, baik dalam permodalan, pengokohan, dan pengawasan. Menurut Sidik
Jatmika[4], kebaikan dari investasi langsung adalah tidak mendatangkan beban yang
harus dibayar dalam bentuk bunga, deviden dan/atau pembayaran kembali, dapat
mengkombinasikan keahlian, teknologi dan modal, dapat mengatasi masalah transfer
uang, adanya penanaman kembali dari keuntungan investasi yang belum ada dan
dapat menciptakan alih teknologi dan keterampilan.

Peranan Penanaman Modal Asing Bagi Negara Berkembang
Secara garis besar, penanaman modal asing terhadap pembangunan bagi
negara sedang berkembang dapat diperinci menjadi lima, yaitu :

1. Sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh
negara sedang berkembang sebagai dasar untuk mempercepat
investasi dan pertumbuhan ekonomi.
2. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan
perpindahan struktur produksi dan perdagangan.

3. Modal asing dapat berperan penting dalam memobilisasi dana
maupun transformasi struktural.
4. Kebutuhan akan modal asing menjadi menurun segera setelah
perubahan struktural benar-benar terjadi meskipun modal asing di
masa selanjutnya lebih produktif.
5. Bagi negara-negara sedang berkembang yang tidak mampu memulai

membangun industri-industri berat dan industri strategis, adanya
modal asing akan sangat membantu untuk dapat mendirikan pabrikpabik baja, alat-alat mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar
dan sebagainya. 3
Selama ini investor domestik di negara sedang berkembang yang enggan
melakukan usaha yang beresiko tinggi seperti eksploitasi sumber-sumber daya alam
yang belum dimanfaatkan dan membuka lahan-lahan baru, maka hadirnya investor
asing akan sangat mendukung merintis usaha dibidang-bidang tersebut. Adanya
pengadaan prasarana negara, pendirian industri-industri baru, pemanfaatan sumbersumber baru, pembukaan daerah-daerah baru, akan membuka kecenderungan baru
yaitu meningkatkan lapangan kerja. Sehingga tekanan pendudukan pada tanah
pertanian berkurang dan pengangguran dapat diatasi. Inilah keuntungan sosial yang
diperoleh adanya kehadiran investor asing.
Adanya transfer teknologi mengakibatkan tenaga kerja setempat menjadi
terampil,


sehingga

meningkatkan

marginal

produktifitasnya,

akhirnya

akan

meningkatkan keseluruhan upah riil. Semua ini menunjukkan bahwa modal asing
cenderung menaikkan tingkat produktifitas, kinerja dan pendapatan nasional.
Dengan demikian, kehadiran PMA bagi negara sedang berkembang sangat
diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam
industrialisasi, pembangunan modal dan menciptakan kesempatan kerja, serta
keterampilan teknik. Melalui modal asing terbuka daerah-daerah dan tergarap sumbersumber baru. Resiko dan kerugian pada tahap perintisan juga tertanggung, selanjutnya
modal asing mendorong pengusaha setempat untuk bekerjasama. Modal asing juga

membantu mengurangi problem neraca pembayaran dan tingkat inflasi, sehingga akan
memperkuat sektor usaha negara dan swasta domestik negara tuan rumah.

Penanaman modal asing di Indonesia tidak terlepas dari cita-cita hukum ekonomi
Indonesia yaitu menggagas dan menyiapkan konsep hukum tentang kehidupan
ekonomi. Kehidupan ekonomi yang diharapkan adalah kehidupan ekonomi berbangsa
dan bernegara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan dalam keadilan sosial,
sebagaimana yang dicita-citakan Pancasila. Dan Indonesia sebagai negara berdaulat
sekaligus sebagai negara berkembang mempunyai pola tertentu terhadap konsep
hukum dalam kegiatan ekonomi, meliputi konsep pencapaian masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila, Konsep ekonomi kekeluargaan yang Pancasilais,
konsep ekonomi kerakyatan untuk membela kepentingan rakyat.
Oleh karena itu, peranan PMA di Indonesia cukup mendukung juga
perkembangan kehidupan ekonomi sesuai dengan konsep hukum dalam kegiatan
ekonomi dan cita-cita hukum ekonomi Indonesia. Dan untuk mendukung investasi di
Indonesia maka perlu pembentukan hukum ekonomi dengan perangkat peraturan
membutuhkan kajian yang bersifat komprehensif dan pendekatan secara makro
dengan informasi yang akurat demi multidisipliner dari berbagai aspek antara lain :
a. Ekonomi dan social
b. Sosiologis dan budaya

c. Kebutuhan-kebutuhan dasar dan pembangunan.
d. Praktis dan operasional dan kebutuhan ke depan
e. Moral dan etika bisnis yang berlaku dalam konsep kelayakan dan
kepatutan dalam kehidupan manusia dan kemanusiaan yang beradab.

Faktor-Faktor Pendorong Investasi

Secara teoritis ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan mengapa
investor-investor dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang yakni, The
Product Cycle Theory dan The Industrial Organization Theory of Vertical
Organization. The Product Cyrcle Theory yang dikembangkan oleh Raymond Vermon
ini menyatakan bahwa setiap teknologi atau produk berevolusi melalui tiga fase :
1. Fase permulaan atau inovasi
2. Fase perkembangan proses dan,

3.

Fase standardisasi. Dalam setiap fase tersebut sebagai tipe perekonomian negara

memiliki keuntungan komparatif (Comparative advantage).
The Industrial Organization Theory of Vertical Integration merupakan teori
yang paling tepat untuk diterapkan pada new multinasionalism dan pada investasi
yang terintegrasi secara vertikal. Pendekatan teori ini berawal dari penambahan biayabiaya untuk melakukan bisnis diluar negeri (dengan investasi) harus mencakup biayabiaya lain yang harus dipikul lebih banyak daripada biaya yang diperuntukkan hanya
untuk sekedar mengekspor dari pabrik-pabrik dalam negeri. Oleh karena itu
perusahaan itu harus memiliki beberapa kompensasi atau keunggulan spesifik bagi
perusahaan seperti keahlian teknis manajerial keadaan ekonomi yang memungkinkan
adanya monopoli.
Menurut teori ini, investasi dilakukan dengan cara integrasi secara vertikal
yakni dengan penempatan beberapa tahapan produksi di beberapa lokasi yang
berbeda-beda di seluruh dunia. Motivasi utamanya adalah untuk mendapatkan
keuntungan berupa biaya produksi yang rendah, manfaat pajak lokal dan lain-lain. Di
samping itu motivasi yang lain adalah untuk membuat rintangan perdagangan bagi
perusahaan-perusahaan lain, artinya dengan investasinya di luar negeri ini berarti
perusahaan-perusahaan multinasional tersebut telah merintangi persaingan-persaingan
dari negara lain sehingga monopoli dapat dipertahankan.5
Motif utama modal internasional baik yang bersifat investasi modal asing
langsung (foreign direct investment) maupun investasi portofolio adalah untuk
mendapatkan return yang lebih tinggi daripada di negara sendiri melalui tingkat
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sistem perpajakkan yang lebih
menguntungkan dan infrastruktur yang lebih baik.
Untuk menarik arus modal yang signifikan ke suatu negara dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu :
1. Iklim investasi yang kondusif
2. Prospek pengembangan di negara penerima modal
Dilihat dari kedua faktor di atas, maka tampaknya arus modal asing justru
lebih banyak mengalir ke negara-negara maju daripada ke negara-negara berkembang.
Aliran modal ke negara-negara berkembang masih dipengaruhi faktor-faktor sebagai
berikut :
5 http://sandriechan.blogspot.com/2012/05/eksistensi-dan-esensi-penanaman-modal.html. Diakses
pada 18 Desember 2013, jam 16:55 WIB

10

1) Tingkat perkembangan ekonomi negara penerima modal
2) Stabilitas politik yang memadai
3) Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan investor
4) Aliran modal cenderung mengalir ke negara-negara dengan
tingkat pendapatan per kapita yang tinggi
Adanya keengganan masuknya investasi asing dan adanya indikasi relokasi
investasi ke negara lain disebabkan karena tidak kondusifnya iklim investasi di
Indonesia dewasa ini. Menurut Rahmadi Supanca, berbagai faktor yang dituding
menjadi penyebab dari terjadinya tidak kondusifnya iklim investasi yaitu :
1. Instabilitas Politik dan Keamanan
2. Banyaknya kasus demonstrasi/ pemogokkan di bidang ketenagakerjaan
3. Pemahaman

yang

keliru

terhadap

pelaksanaan

Undang-Undang

Otonomi Daerah serta belum lengkap dan jelasnya pedoman
menyangkut tata cara pelaksanaan otonomi daerah
4. Kurangnya jaminan kepastian hokum
5. Lemahnya penegakkan hokum
6. Kurangnya jaminan/ perlindungan Investasi
7. Dicabutnya berbagai insentif di bidang perpajakkan
8. Masih maraknya praktek KKN
9. Citra buruk Indonesia sebagai negara yang bangkrut, diambang disintegrasi
dan tidak berjalannya hukum secara efektif makin memerosotkan daya saing
Indonesia dalam menarik investor untuk melakukan kegiatannya di Indonesia.
10. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia.
Elscom

Monthly

Journal

juga

mencatat

beberapa

faktor

yang

mempengaruhi tidak menariknya iklim investasi di Investasi di Indonesia adalah
sebagai berikut :
1) Masalah keamanan, sosial, dan politik
2) Lemahnya peraturan perundang-undangan supremasi hukum dan
jaminan kepastian hokum
3) Banyaknya masalah ketenagakerjaan
4) Implementasi otonomi daerah yang belum jelas

11
5) Kebijakan pemerintah yang tidak mendorong investasi seperti
inkonsistensi kebijakan yang dikeluarkan6
Selain faktor disadvantage di atas, iklim investasi di Indonesia bertambah
tidak kondusif lagi karena stabilitas politik dan sosial serta jaminan keamanan dan
penegakkan hukum di dalam negeri yang masih rawan. Masalah yang paling sering
dikeluhkan oleh investor adalah masalah penegakkan hukum.
. Hal ini yang juga sering dikeluhkan oleh banyak investor adalah masalah
perizinan dan birokrasi yang masih dianggap bertele-tele dan memakan biaya yang
besar. Namun hal tersebut mulai mengalami perbaikan dan peningkatan sejak
dikelarkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
menggantikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal
Asing.
Masalah daya tarik investasi di daerah, faktor kelembagaan yang menjadi daya
tarik investasi didaerah. Kelembagaan ini menyangkut pelayanan, kebijakan
pemerintah derah dan kepastian hukum untuk mengetahui daya tarik investasi
kabupaten atau kota. Peraturan yang tumpang tindih, panjangnya rantai birokrasi,
pungutan liar, merupakan beban yang besar bagi pengusaha. Dari segi peraturan yang
diterbitkan pemerintah derah tak jarang tumpang tindih dengan peraturan yang
dikeluarkan pemerintahan diatasnya.
Karena itu suatu daerah yang potensi alamnya sangat melimpah sangat
mungkin tidak menarik bagi pelaku usaha atau bagi investor karena adanya berbagai
kebijakan tumpang tindih tersebut. Oleh karena itu faktor daya tarik bagi investor
datang dari potensi ekonomi suatu daerah, namun faktor kelembagaan juga harus
dibenahi. Potensi sumber daya alam di berbagai daerah di Indonesia yang tersedia
masih memerlukan pemodal untuk pengelolaannya, oleh karenanya upaya yang
dilakukan adalah menarik banyak investor agar berminat menanamkan modalnya dan
perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Pada pelaksanaan penanaman modal di daerah, seringkali timbul kendalakendala yang dikeluhkan oleh para investor, yaitu tidak efisiennya pengurusan
perizinan usaha. Investor seringkali dibebani oleh urusan birokrasi yang berbelit-belit

sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dan disertai dengan biaya tambahan
yang cukup besar, oleh sebab itu pemerintah pada akhirnya perlu untuk mengeluarkan
Keppres mengingat cukup banyaknya kendala yang dihadapi oleh para investor yang
berkaitan dengan proses pengurusan izin usaha atas kegiatan investasi yang dilakukan
di daerah.
Masalah ini timbul setelah berlakunya kebijakan otonomi daerah, dimana
pemerintah daerah, baik di tingkat propinsi, kabupaten dan kota diberikan
kewenangan dalam bidang penanaman modal. Pelaksanaan otonomi daerah telah
menimbulkan ekses negatif bagi kegiatan usaha dan penanaman modal. Banyak
investor asing yang mengeluh karena banyak pungutan liar yang tidak jelas landasan
hukumnya. Berbagai peraturan daerah yang tumpang tindih dengan peraturan pusat
sehingga membebani dunia usaha, di samping praktek korupsi yang hampir merata di
seluruh daerah.
Dengan

sistem

perpajakkan

yang

baru,

pemerintah

propinsi

dan

kabupaten/kota dapat menggunakan instrumen pajak untuk meningkatkan daya tarik
investor dan pekerja-pekerja produktif. Jika daerah mengenakan tarif pajak terlalu
tinggi, sumber daya manusia dan investor yang ada cenderung hengkang mencari
lokasi yang tarif pajaknya lebih rendah. Sebaliknya daerah yang memiliki potensi
tertentu tetapi belum tereksploitasi dengan baik akan cenderung memberikan intensif
perpajakkan dan kemudahan-kemudahan untuk menarik arus investasi dan sumber
daya manusia produktif.
Pemberlakuan otonomi daerah telah menimbulkan adanya kecenderungan
pemerintah daerah untuk menguasai aset-aset dan sumber daya yang ada di daerahnya
dengan alasan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Akibatnya
pengeluaran peraturan-peraturan daerah seringkali menjadi tumpang tindih, sehingga
menimbulkan permasalahan baru bagi dunia usaha khususnya investor yang akan
melakukan usahanya di daerah. Hal ini berarti dengan berlakunya otonomi daerah,
pemerintah telah dianggap menghambat investasi karena masih banyaknya biaya
tambahan dan berbagai pungutan atau retribusi daerah. Masih ada perebutan
kewenangan antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam hal pemberian izin
penanaman modal. Investor masih enggan berhubungan dengan pemerintah daerah.
Sistem perekonomian dan perdagangan yang terbuka menimbulkan iklim yang
lebih kondusif untuk melakukan kegiatan ekonomi yang dinamis, sehingga dapat
meningkatkan laju perdagangan dan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,

13

maka untuk mencapai keadaan ini diperlukan iklim yang memungkinkan, keadaan
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Arus

perdagangan

yang

dapat

berkembang

dengan

semakin

mengurangi hambatan-hambatan baik dalam bentuk tarif (yang
memang semakin menurun) serta hambatan non tarif yang masih
cukup banyak.
2) Kebebasan arus modal baik dalam bentuk direct investment, investasi
portofolio, pinjaman komersial maupun bantuan finansial multilateral
tanpa hambatan administratif, atau hambatan lainnya yang berlebihan.
3) Kebebasan arus migrasi tenaga kerja, baik tingkat buruh maupun
tingkat tenaga ahli tanpa resistensi yang berlebihan dari pihak sindikat
buruh di negara maju yang memprotes adanya pendatang baru maupun
relokasi usaha dari negara maju ke negara berkembang.
4) Kebebasan arus teknologi tanpa hambatan yang diambil oleh
perusahaan pemilik teknologi secara berlebihan ataupun hambatan
yang diambil oleh pemerintah dari negara pemilik teknologi yang
menghendaki agar teknologi yang ada tidak menyebar keluar wilayah
negara yang bersangkutan.7
Tuntutan negara-negara maju yang belum dapat diterima oleh negara-negara
berkembang meliputi 2 (dua) hal yaitu :
1) Negara berkembang tidak menerapkan kebijakan yang menentukan
investor asing untuk mengekspor sebagian dari produksinya sebagai
syarat memperoleh izin investasi (export performance requirement).
2) Menerapkan kebijakan yang menentukan investor asing untuk
menggunakan dari input produksinya dari sumber dalam negeri
(domestic content requirement).
Sementara itu, negara berkembang mempunyai perspektif bahwa investasi
merupakan masalah perdagangan semata. Keputusan mengenai investasi mencakup
masalah makro ekonomi, stabilitas sosial, maupun pembangunan regional. Dengan
demikian sulit diterima bahwa sebuah kebijakan yang menyangkut masalah yang
7

http://www.scribd.com/doc/48240821/ANALISIS-PENANAMAN-MODAL-ASING-DI-

INDONESIAhttp://sidikaurora.wordpress.com/2011/04/15/penanaman-modal-asing/. Diakses pada 18
Desember 2013, jam 17:30WIB.

14

cukup luas disubordinasikan ke dalam masalah perdagangan. Bagi negara
berkembang perundingan di bidang investasi, berarti sama dengan melayani tuntutan
dan kehendak negara maju.
Hal tersebut menunjukkan bahwa investor asing menginginkan adanya
kewajiban timbal balik antar negara penanam investasi dengan negara penerima
investasi, adanya pengaturan standar sehingga aktivitas perusahaan menjadi kondusif,
adanya sikap saling menghargai kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dan adanya
keharmonisan kebijakan dibidang pajak dan insentif lainnya antara negara penerima
investasi.
Menurut Harvey Goldstein, Presiden Direktur Harvest International Inc.,
sebuah perusahaan konsultasi investasi, menyimpulkan ada beberapa kondisi yang
bisa menyumbang iklim investasi yang kondusif, salah satunya adalah dengan
diundangkannya Undang-Undang tentang Otonomi Daerah, disamping itu juga faktor
lainnya yaitu :
1) Struktur legal dan penegakkan hokum
2) Stabilitas mata uang, tingkat suku bunga dan iklim perekonomian
mikro
3) Stabilitas politik
4) Hukum investasi yang baru, daya tarik investasi yang bisa
dibandingkan dengan negara-negara lain, tax holiday, dan lain-lain.
5) Pemberantasan KKN di kalangan eksekutif dan lembaga-lembaga
Pemerintah
6) Perbaikan di sektor pertambangan agar lebih menarik bagi penanaman
modal luar negeri
7) Pengembangan lebih lanjut prasarana telekomunikasi Peningkatan
sistem fiskal dan pajak
8) Penekanan pada Pemerintahan yang bersih dan pelayanan umum,
termasuk peningkatan koordinasi antar departemen
II.5. Analisis Masalah Penanaman Modal Asing Di Indonesia
Faktor Eksternal
Beberapa faktor eksternal baik secara langsung maupun secara tidak langsung
memang mempengaruhi penurunan PMA di Indonesia. Gejala tersebut

15

mengkhawatirkan pemerintah Indonesia, karena adanya penurunan keunggulan
komparatif khusus dan berdampak negatif terhadap pembangunan ekonomi nasional.
Faktor secara tidak langsung adalah bahwa dalam beberapa tahun terakhir,
telah terjadi perubahan struktur dana internasional. Pertama, telah terjadi pengalihan
dana pinjaman kepada equity. Kedua, peningkatan penggunaan berbagai instrumen
finansial tradisional maupun bentuk yang baru, yaitu portofolio investment, debt
equity swaps, bonds, structured project finance, dan lain-lain.
Faktor Internal
a. Faktor kelangkaan perangkat hukum dan peraturan
Pada umumnya, masalah perangkat hukum dan peraturan PMA ini sangat
kontroversial antara pihak host country dan pihak investor asing, karena adanya
perbedaan pendekatan untuk mencari keuntungan. Pemerintah negara penerima akan
mempertimbangkan situasi dalam negeri dan kepentingan nasional secara keseluruhan
di satu pihak, investor asing menuntut hukum dan peraturan PMA yang paling
menguntungkan ketika perusahaan PMA beroperasi di suatu negara. b. Faktor kualitas
Sumber Daya Manusia
Faktor sumber daya manusia baik kualitas maupun kuantitas berperanan penting
dalam pembenahan usaha bagi investor asing ketika ingin menanam modalnya di
suatu negara, karena faktor ini telah menjadi salah satu kunci sukses dalam rangka
keberhasilan usaha. Sumber Daya Manusia di Indonesia sering disamakan dengan
tenaga kerja yang murah atau tenaga kerja yang terampil yang mudah didapat. c.
Faktor Kekurangan Infrastruktur
Persoalan ketidakcukupan infrastruktur dari sejak lama terus ramai dibicarakan, tetapi
hingga kini kasus tersebut belum terpecahkan secara tuntas. Gambaran tentang
infrastruktur Indonesia yang masih suram dan diperkirakan akan terus mengganggu
pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia dan juga peningkatan PMA di masa
mendatang.
d. Faktor ekonomi biaya tinggi (High Cost Economy)
Faktor ekonomi biaya tinggi mencakup banyak aspek, yaitu tingkat bunga kredit
perbankan yang tinggi, belum berkembangnya pasar modal, prosedur-prosedur yang
tumpang tindih, tindakan korupsi birokrat, fasilitas keuangan yang tidak efisien,
produktivitas tenaga kerja yang rendah, dan sebagainya.8
8

http://sandriechan.blogspot.com/2012/05/eksistensi-dan-esensi-

penanaman-modal.html. Diakses pada 18 Desember 2013, jam 17:55 WIB.

16

BAB III
KESIMPULAN
1. Peranan penanaman modal asing terhadap pembangunan bagi negara sedang
berkembang dapat diperinci menjadi lima, yaitu : Pertama, sumber dana eksternal

17

(modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang sebagai dasar
untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, pertumbuhan
ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan perpindahan struktur produksi dan
perdagangan. Ketiga, modal asing dapat berperan penting dalam memobilisasi dana
maupun transformasi struktural. Keempat, kebutuhan akan modal asing menjadi
menurun segera setelah perubahan struktural benar-benar terjadi meskipun modal
asing di masa selanjutnya lebih produktif. Kelima, bagi negara-negara sedang
berkembang yang tidak mampu memulai membangun industri-industri berat dan
industri strategis, adanya modal asing akan sangat membantu untuk dapat mendirikan
pabrik-pabik baja, alat-alat mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar dan
sebagainya.
2. Peranan PMA di Indonesia cukup mendukung juga perkembangan kehidupan
ekonomi sesuai dengan konsep hukum dalam kegiatan ekonomi dan cita-cita hukum
ekonomi Indonesia.
3. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi investasi yang dijadikan bahan
pertimbangan investor dalam menanamkan modalnya, antara lain :
a) Faktor Sumber Daya Alam, seperti tersedianya hasil hutan, bahan tambang, gas
dan minyak bumi maupun iklim dan letak geografis serta kebudayaan.
b) Faktor Sumber Daya Manusia, dalam hal ini berkaitan dengan tenaga kerja siap
pakai.
c) Faktor stabilitas politik dan perekonomian, guna menjamin kepastian dalam
berusaha.
d)Faktor kebijakan

pemerintah,

kebijakan

langkah-langkah

deregulasi

dan

debirokratisasi yang diambil oleh Pemerintah dalam rangka menggairahkan iklim
investasi.Beberapa kebijakan pemerintah yang mempengaruhi investor, antara
lain:
1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah
3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintahan Daerah
e) Faktor kemudahan dalam peizinan, dalam rangka meningkatkan investasi di
daerah, maka faktor perizinan perlu diperhatikan, antara lain diupayakan untuk
mempermudah pemberian pelayanan perizinan investasi dengan cara

18

memperbanyak pusat pelayanan pemberian persetujuan atau perizinan investasi
dengan melimpahkan wewenang dari Menteri Negara Investasi atau Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal kepada Gubernur Kepala Daerah Propinsi.
Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut di atas, menjadi penyebab sebagian
besar investor asing enggan masuk ke Indonesia atau enggan merealisasikan rencana
investasi mereka yang telah disetujui oleh pemerintah serta terjadinya relokasi industri
ke negara lain yang berakibat adanya capital flight yang besar.
Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya keengganan masuknya investasi
asing ke Indonesia. Faktor-faktor yang dapat menjadi pendukung masuknya arus
investasi ke sebuah negara, seperti jaminan keamanan, stabilitas politik, dan kepastian
hukum, yang tampaknya menjadi permasalahan tersendiri bagi pemerintah Indonesia.
Ketidakkonsistenan penegakkan hukum masih menjadi faktor penghambat daya tarik
Indonesia bagi investasi asing. Bahkan kebijakan otonomi daerah menjadi
permasalahan baru dalam kegiatan investasi di beberapa daerah di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari undang – undang
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
19

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintahan Daerah
Sumber dari internet
http://arrizalaziz.wordpress.com/2011/05/09/penanaman-modal-asing/. Diakses pada
18 Desember 2013, jam 16:23 WIB.
http://reffqi.blogspot.com/2012/03/penanaman-modal-investasi-asing.html.

Diakses

pada 18 Desember 2013, jam 16:30 WIB.
http://usfariyanto.blogspot.com/2012/04/pengaruh-perkembangan-pasar-modalasing.html. Diakses pada 18 Desember 2013, jam 16:40 WIB.
http://sandriechan.blogspot.com/2012/05/eksistensi-dan-esensi-penanamanmodal.html. Diakses pada 18 Desember 2013, jam 16:55 WIB.
http://www.scribd.com/doc/48240821/ANALISIS-PENANAMAN-MODAL-ASINGDI-INDONESIAhttp://sidikaurora.wordpress.com/2011/04/15/penanaman-modalasing/. Diakses pada 18 Desember 2013, jam 17:00 WIB.