HAMA PADA IKAN DAN PENGENDALIANNYA

ACARA II
HAMA IKAN DAN PENGENDALIANNYA

Nama
NIM
Kelompok
Asisten
Rombongan

: Dinda Adinapraja
: B0A013013
: 9 (Sembilan)
: Samidi
: II

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGELOLAAN KESEHATAN
ORGANISME AKUATIK

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI

PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2015

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan budidaya yang tertata baik belumlah cukup untuk menjamin
keberhasilan usaha budidaya, karena organisme hama dapat masuk melalui berbagai
media seperti air, manusia dan peralatan budidaya. Sikap pelaku budidaya untuk tidak
membuang hama ikan yang sudah mati misalnya ke lingkungan, mensucihamakan
peralatan yang akan digunakan serta mengolah limbah sebelum dibuang ke
lingkungan adalah hal-hal yang belum sepenuhnya dilakukan secara benar. Untuk itu
perawatan ikan yang meliputi pemeliharaan dengan pengelolaan lingkungan atau
kualitas air, penggunaan alat-alat budidaya dengan baik dan hygienies, penanganan
ikan dengan cermat hendaknya selalu dilakukan (Aulia, 1991).
Predator benih ikan umumnya merupakan binatang tingkat tinggi yang

langsung mengganggu atau mengancam kehidupan ikan. Benih ikan yang berukuran
kecil dengan kondisi tubuh yang masih lemah dan cenderung hidup berkelompok,
maka benih ikan merupakan santapan empuk sang predator ketimbang ikan yang
sudah berukuran dewasa. Selain itu, benih yang masih berukuran kecil tidak mampu
menghindar apalagi melakukan perlawanan terhadap predator. Beberapa contoh
insekta tersebut

adalah : kini-kini

(dari larva capung

Odonanta); ucrit

(Peupeundeuyan) dari larva Cybister (kumbang air); kelompok ordo Hemiptera yaitu
Notonecta spp. (bebeasan), Corixa spp. (Famili Corixidae), Nepa spp. (Famili
Nepidae), Belestoma indicum (Famili Belestematidae) dan lintah. Apapun bentuk
serangan hama baik predator, kompetitor dan pengganggu ternyata berdampak besar
dan dapat pula mengancam kelangsungan usaha budidaya. Terutama jika jumlah
hama yang menyerang selain berkelompok juga dalam jumlah besar sehingga tingkat
kematian ikan budidaya tinggi (Mollers, 1989).

Penanganan hama yang paling baik adalah melalui pencegahan di mana hama
dicegah untuk bisa masuk dan berkembang di dalam wadah produksi. Pencegahan
dilakukan pada saat dilakukannya persiapan wadah budidaya, melalui proses
pengeringan dasar kolam yang baik dan pemberian zat-zat beracun, baik racun alami

seperti saponin, akar tuba, maupun racun buatan seperti brestan. Pencegahan lainnya
melalui

pemasangan

pembuatan/pemasangan

saringan
pagar

pada

pintu

pengaman,


pemasukan

penutupan

wadah

air

(inlet)

dengan

dan
jaring.

Penggunaan perangkap tertentu sering memberikan hasil positif terhadap upaya
mengatasi serangan hama pada ikan yang dibudidayakan (Aulia, 1991).

B. Tujuan

1. Mengenal jenis – jenis hama pada ikan dan bahayanya
2. Mengenal bahan kimia untuk pengendalian hama

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam
kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme,
dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga
dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi
agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang
menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa
berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria (Aulia, 1991).
Hama dan penyakit ikan merupakan masalah yang sering dihadapi peternak
ikan. Kerugian yang ditimbulkan akibaat serangan itu sangat besar. Berdasarkan
pengamatan dan penelitian, munculnya hama dan penyakit bukaan karena faktor sial
yang dialami peternak, tetapi karena faktor lingkungan seperti air, tanah dan cuaca
yang tidak mendukung pertumbuhan dan kesehatan ikan (Leonardo, 2010).
Tanda-tanda serangan penyakitpun sering kali tidak diketahui peternak. Oleh

karena itu, peternak harus dibekali dengan pengetahuan yang memadai tentang jenis
dan gejala penyakit ikan. Berbagai cara dilakukan untuk pengendlian hama dan
penyakit ikan. Salah satunya dengan memberikan obat-obatan kimia. Sayangnya,
selain mahal obat kimia berdaya racun cukup lama sehingga dikhawatirkan akn
masuk ke jaringan tubuh ikan (Mollers, 1989).
Berdasarkan cara merugikan, hama dapat dibedakan menjadi predator
(pemangsa atau mematikan atau menyiksa menggigit atau menusuk yang kemudian
mati), kompetitor (penyaing, hama ini hidup bersama-sama dalam satu kolam, dia
berkompetisi dalam pakan, oksigen terlarut, dan tempat ), pest ( perusak ), merugikan
fasilitas tambak ( pematang dan kayu penutup pintu air ) dan vektor ( pembawa
penyakit ( carier)) (Leonardo, 2010).
Hama yang menyerang ikan biasanya datang dari luar melalui aliran air, udara
atau darat. Hama yang berasal dari dalam biasanya akibat persiapan kolam yang
kurang sempurna. Oleh karena itu untuk mencegah hama ini masuk kedalam wadah

budidaya dapat dilakukan penyaringan pada saluran pemasukan dan pemagaran
pematang. Hama ikan banyak sekali jenisnya antara lain larva serangga, serangga air,
ikan carnivora, ular, biawak, buaya , notonecta atau bebeasan, larva cybister atau
ucrit, berang-berang atau lisang, larva capung, trisipan. Hama menyerang ikan hanya
pada saat ikan masih kecil atau bila populasi ikan terlalu padat. Sedangkan bila ikan

mulai gesit gerakannya umumnya hama sulit memangsanya. Hama yang menyerang
ikan budidaya biasanya berupa ular, belut, ikan liar pemangsa. Sedangkan hama yang
menyerang larva dan benih ikan biasanya notonecta atau bebeasan, larva cybister atau
ucrit. Ikan-ikan kecil yang masuk ke dalam wadah juga akan mengganggu. Meskipun
bukan hama, tetapi ikan kecil-kecil itu menjadi pesaing bagi ikan dalam hal mencari
makan dan memperoleh oksigen. Untuk menghindari adanya hama ikan, dilakukan
pemberantasan hama dengan menggunakan bahan kimia. Akan tetapi penggunaan
bahan kimia ini harus hati-hati hal ini mengingat pengaruhnya terhadap lingkungan
sekitarnya. Bahan kimia sintetis umumnya sulit mengalami penguraian secara alami,
sehingga pengaruhnya (daya racunnya) akan lama dan dapat membunuh ikan yang
sedang dipelihara. Oleh karena itu sebaiknya menggunakan bahan pemberantas hama
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti ekstrak akar tuba, biji teh, daun tembakau
dan lain-lain. Bahan ini efektif untuk membunuh hama yang ada dalam kolam dan
cepat terurai kembali menjadi netral (Suwigyo, 1997).

III.

MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum Teknik Pengelolaan Kesehatan
Organisme Akuatik acara 2 diantaranya bak pembedahan, loop glass, alat tulis, pensil
warna, dan sarang alat tangkap.
Bahan yang digunakan pada praktikum Teknik Pengelolaan Kesehatan
Organisme Akuatik acara 2 diantaranya beberapa sampel hama yang langsung
ditangkap dilapangan (kolam setelah dibedah pemanenan)), contoh bahan kimia
(pestisida : DDT dan lainnya).
B. Metode
- Sebaran sampel hama hasil tangkapan, dikolam tradisional/intensif sekitar
kolam saat pemanenan
- Sampel hama diperiksa, diamati dan digambar
- Sampel hama diidentifikasi dan diklasifikasikan termasuk jenis hama apa
- Dicatat hasil pengamatan

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Jenis-jenis hama yang ditemukan di Green House

No

Nama

Lokasi
tangkap

Jenis
hama
sebagai

Nama latin

1.

Keong

Kolam

Kompetitor

predator

Pila
ompullacea

2.

Berudu/
kecebong

Kolam

kompetitor

Rana
limnocharis

3.

Serangga

air

Kolam

Perusak

Micronecta
scholtzi

4.

Belalang

Kolam

Perusak

Valanga
nigricornis

5

Kodok

Kolam

Kompetitor

6

Manusia

Kolam

Predator

Gambar

Fejervarya
cancrivora

Homo
sapiens
sapiens

7

Kucing

Kolam

Predator

8

Lumut

Kolam

Pest

Felis
silvestris
catus

B. Pembahasan
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam
kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme,
dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga
dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi
agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang
menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa
berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria (Mollers, 1989).
Dalam Pengendalian Hama Terpadu bahwa hama bukan hanya pada serangga
tetapi bisa pada vertebrata, tungau, virus, bateri, gulma dan organisme pengganggu
tanaman lainnya. Hama adalah semua organisme atau agens biotik yang merusak
tanaman dengan cara yang bertentangan dengan kepentingan manusia. Dalam arti
yang luas bahwa hama adalah makhluk hidup yang mengurangi kualitas dan kuantitas
beberapa sumber daya manusia yang berupa tanaman atau binatang yang dipelihara
yang hasil dan seratnya dapat diambil untuk kepentingan manusia (Mollers, 1989).
Sumber penyakit yang sering menyerang ikan di kolam dikelompokkan
menjadi 3, yaitu : (1) hama, (2) parasiter, dan (3) nonparasiter. Hama adalah hewan
yang berukuran lebih besar dan mampu menimbulkan gangguan pada ikan, yang
terdiri dari predator, kompetitor, dan pencuri. Parasiter adalah penyakit yang
disebabkan oleh aktifitas organisme parasit, seperti virus, bakteri, jamur, protozoa,
cacing, dan udang renik. Non-parasiter adalah penyakit yang disebabkan bukan oleh
hama atau parasit, tetapi disebabkan oleh lingkungan, pakan, dan keturunan.
Berdasarkan daerah penyerangannya, penyakit yang disebabkan oleh parasit dibagi
menjadi penyakit kulit, penyakit pada insang, dan penyakit pada organ dalam
(Suwarsito et all, 2011).
Berikut adalah klasifikasi hama yang ditemukan di kolam ikan menurut
Linnaeus, 1758 :
1.

Kecebong
Kingdom : Animalia

Filum

: Chordate

Subfilum : Vertebrata
Class

: Amphibia

Ordo

: Anura

Familli

: Bufonidae

Genus

: Bufo

Spesies

: Bufo melanostictus

Morfologi kecebong : Permukaan tubuhnya berlendir, permukaan tubuhnya
transparan sehingga bagian dalam tubuhnya kelihatan, tubuhnya terdiri dari kepala
dan ekor, mempunyai dua mata di bagian kepala, matanya dilindungi oleh bagian
yang menyerupai selaput, bagian ekornya agak lancip.
2.

Keong
Kingdom : Animalia
Filum

: Moluska

Kelas

: Gastropoda

Ordo

: Mesogastropoda

Famili

: Ampullariidae

Genus

: Pomacea

Spesies

: Pomacea canaliculata

Morfologi keong : Keong sawah ini bisa memiliki tinggi cangkang sampai 40 mm
dengan diameter 15-25 mm; bentuknya seperti kerucut membulat dengan warna
hijau-kecoklatan atau kuning kehijauan. Puncak cangkang agak runcing, tepi
cangkang menyiku tumpul pada yang muda, jumlah seluk 6-7, agak cembung, seluk
akhir besar. Mulut membundar, tepinya bersambung, tidak melebar, umumnya hitam.
Operculum agak bundar telur, tipis, agak cekung, coklat kehitaman. Sebagaimana
anggota Ampullariidae lainnya, ia memiliki operculum, semacam penutup/pelindung
tubuhnya yang lunak ketika menyembunyikan diri di dalam cangkangnya.
3.

Serangga Air (Anggang – Anggang)
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Hemiptera

Famili

: Cendaceae

Genus

: Lymnogonus

Spesies

: Lymnogonus sp

Morfologi serangga air Hidup selalu berjalan/melompat di permukaan air.
Gerakannya cepat, dapat 1,5 m/s. Memiliki rambut-rambut sangat kecil (microsetae)
pada ujung tungkainya, dan merupakan predator, memiliki 4 pasang tungkai dan 1
pasang antenna, tubuhnya tersusun atas caput, thoraks dan abdomen
4.

Belalang
Kingdom : Animalia
Filum

: Artropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Orthoptera

Subordo : Caelifera
Famili

: Acrididae

Genus

: Dissosteira

Spesies

: Dissosteira Carolina

Morfologi belalang : Belalang adalah serangga. Sehingga tubuhnya dibagi tiga:
Kepala, Thorax, dan Perut. Morfologi berwarna kecoklatan,memiliki sepasang
antena, 2 buah mata majemuk, memiliki 2 pasang sayap dimana sayap depang
lebihsempit dari pada sayap belakang, memiliki 3 pasang kaki.
5. Kucing
Kerajaan : Animalia
Filum

: Chordata

Kelas

: Mamalia

Ordo

: Karnivora

Famili

: Felidae

Genus

: Felis

Spesies

: Felis silvestris catus

Morfologi kucing : Kucing memiliki seluruh bulu yang menutupi tubuhnya, memiliki
2 buah telinga yang tertutup bulu, predator berkaki 4 ini mempunyai morfologi
seperti kerabat – kerabatna yang lain yang lebih besar darinya seperti harimau,
singan, serigala, dll.
6. Manusia
Kerajaan: Animalia
Filum

: Chordata

Kelas

: Mamalia

Ordo

: Primata

Famili

: Hominidae

Bangsa

: Hominini

Genus

: Homo

Spesies

: H. sapiens

Morfologi manusia : ciptaan yang paling sempurna dari semua yang ada didunia.
Memiliki akal sehat yag membedakannya dengan yang lain, memiliki 2 buah mata,
tangan, kaki dan telinga yang semuanya sepasang, namun hanya memiliki satu
hidung. Predator ini dapat memakan apa saja yan bersifat halal dan tidak merugikan
bagi tubuhnya.
7. Kodok
Kerajaan : Animalia
Filum

: Chordata

Kelas

: Amphibia

Ordo

: Anura

Famili

: Ranidae

Genus

: Fejervarya

Spesies

: Fejervarya cancrivora

Morfologi kodok Kodok bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak
bungkuk, berkaki empat dan tak berekor (anura: a tidak, ura ekor). Kodok umumnya
berkulit halus, lembab, dengan kaki belakang yang panjang. Mempunyai ciri umum

tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan
tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal
ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat.
8. Lumut
Klasifikasi dari lumut daun (Bryopsida sp.)
Regnum

: Plantae

Division

: Bryophyta

Kelas

: Bryopsida

Ordo

: Bryopceales

Family

: Bryopceae

Genus

: Bryopsida

Spesies

: Bryopsida sp.

Morfologi lumut daun, merupakan lumut sejati memiliki bagian-bagian yang merupai
seperti akar (rizoid), batang dan daun, lumut dapat ditemukan diberbagai tempat
seperti dipermukaan tanah, tembok, batu-batuan dan menempel dikulit pohon habitat
lumut daun berada dipermukaan yang mempunyai tanah yang lembab memiliki sifat
yang mirip dengan busa yang memungkinkannya menyerap dan menahan air, lumut
daun tumbuh dengan tegak umumnya tinggi lumut daun kurang dari 10 cm, dan ada
pula mencapai sekitar 40 cm, rizoid terusun atas sejumlah sel yang bercabang-cabang
hidup berkelompok dengan membentuk hamparan tebal seperti beludru.
Berdasarkan cara merugikannya hama dapat dibedakan menjadi predator adalah
pemangsa atau mematikan dan menyiksa seperti mengigit atau merusak yang
kemudian menyebabkan kematian. Kompetitor adalah penyaing hama ini hidup
bersama-sama dalam satu kolam, mereka berkompetisi dalam pakan, oksigen terlarut
dan tempat. Pest adalah perusak, merugikan fasilitas tambak seperti pematang atau
kayu penutup pintu air. Vector adalah pembawa penyakit atau carier (Suwigyo, 1997).
Upaya pemberantasan hama merupakan bagian penting kegiatan budidaya
terutama untuk golongan predator, kompetitor dan segala jenis hewan perusak. Untuk
mengendalikan hama ikan dapat dilakukan dua pendekatan, yaitu pencegahan dan

penanggulangan. Pemberantasan hama dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) cara
yaitu : (Doni, 1995)
1. Mekanis (Fisik) : dengan cara memburu, menangkap, membunuh hama
dengan menggunakan peralatan mekanis seperti jala, jaring, pancing, parang, tombak,
dan cangkul. Dalam kondisi serangan hama yang sudah parah, tindakan yang dapat
dilakukan adalah memindahkan ikan budidaya dan memisahkannya dari hama.
Sementara itu tindakan pengendalian hama di tambak dilakukan dengan cara seperti :


Sebelum benur ditebar, usahakan agar tambak dikeringkan secara total agar
semua organisme mati dan pengeringan dasar tambak dapat membantu
memperbaiki struktur tanah.



Lubang-lubang pada pematang sebaiknya diperbaiki, jika terdapat lubang
dapat dilakukan penyumbatan. Cara lain adalah dengan melapisi tanggul
dengan plastik.



Dilakukan dengan menangkapi udang liar, ikan, kepiting dan ular. Cara ini
sangat efektif jika dilakukan teratur sehingga menghemat biaya pembelian
pestisida.



Air yang ke dalam tambak harus disaring terlebih dahulu, misalnya dengan
ijuk atau dengan saringan yang berukuran halus agar hewan-hewan liar tidak
dapat masuk ke dalam petakan tambak.

2. Kimia : menggunakan bahan kimia untuk meracuni hama sehingga hama
terganggu, sakit dan mati. Bahan kimia yang disarankan adalah pestisida organik
seperti saponin dan akar tuba. Dalam keadaan biasa, air garam dapat diberikan untuk
membunuh hama atau hewan kecil seperti lintah. Jika cara fisik mengalami hambatan
maka cara kimiawi dapat digunakan tetapi tetap harus hati-hati dalam pemilihan jenis
maupun dosis yang digunakan. Cara kimiawi lebih menguntungkan dalam hal tenaga
dan waktu.
Penanganan hama yang paling baik adalah melalui pencegahan di mana hama
dicegah untuk bisa masuk dan berkembang di dalam wadah produksi. Pencegahan
dilakukan pada saat dilakukannya persiapan wadah budidaya, melalui proses
pengeringan dasar kolam yang baik dan pemberian zat-zat beracun, baik racun alami

seperti saponin, akar tuba, maupun racun buatan seperti brestan. Pencegahan lainnya
melalui

pemasangan

pembuatan/pemasangan

saringan
pagar

pada

pintu

pengaman,

pemasukan

penutupan

wadah

air

(inlet)

dengan

dan
jaring.

Penggunaan perangkap tertentu sering memberikan hasil positif terhadap upaya
mengatasi serangan hama pada ikan yang dibudidayakan (Winarto, 1980).
Secara umum, hama ikan dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan
sifat hidupnya, yaitu : (Winarto, 1980).
1. Predator
Predator secara harfiah diartikan sebagai pemangsa. Pada dasarnya predator
adalah binatang yang sifatnya karnivora (pemakan daging) dengan cara memangsa
atau menyantap targetnya. Predator sejatinya selalu memiliki ukuran tubuh yang lebih
besar dari mangsanya atau kalau predatornya berukuran kecil, biasanya memiliki
“senjata” yang mematikan seperti bisa, racun dan sejenisnya. Predator yang
berukuran jauh lebih besar dari mangsanya, biasanya memangsa santapan dalam
jumlah banyak dan biasanya dilakukan berkali-kali. Predator ini hidup menetap di
kolam atau di lingkungan sekitar areal budidaya walaupun ada juga yang sekedar
mampir di areal budidaya tersebut dalam rangka mencari makan atau bermigrasi
(berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya).
Predator adalah hewan pemangsa yang secara sengaja maupun tidak sengaja
masuk ke areal budidaya ikan dan memangsa ikan yang dibudidayakan. Jenisnya
dapat berupa ikan yang lebih besar, hewan air jenis lain, hewan darat dan beberapa
jenis serangga/insekta air. Contohnya ikan tagih (Mystus nemurus), lele (Clarias
batrachus), kakap (Lates calcalifer), bulan-bulan (Megalops cyprinides), ikan gabus
atau pemangsa lainnya seperti linsang, ular atau burung (seperti bangau, kuntul,
blekok, ibis,burung raja udang, dsb.) anjing, katak pada fase dewasa dan lain-lain.
2. Kompetitor
Kompetitor adalah organisme yang menimbulkan persaingan dalam
mendapatkan oksigen, pakan dan ruang gerak. Hama ini tidak dikehendaki
keberadaannya dalam wadah atau areal budidaya. Kompetitor yang sering
menyebabkan terjadinya persaingan dalam memperoleh pakan adalah ikan mujair

(Tilapia mossambica). Masuknya jenis organisme lain ke kolam pemeliharaan
merupakan kompetitor selain dapat menyebabkan terjadinya persaingan untuk
mendapatkan pakan juga akan menyebabkan terjadinya kompetisi untuk memperoleh
oksigen dan ruang gerak, sehingga kompetisi yang terjadi adalah kompetisi
biological requirement, yakni ruang dan makanan. Contoh hama kompetitor lainnya
adalah jenis ketam, seperti yuyu (Saesarma spp.), kepiting (Scylla serrata), katak
(pada fase berudu), keong dan sebagainya.
3. Pengganggu/Pencuri
Pengganggu adalah organisme atau aktivitas lain diluar ikan budidaya yang
keberadaannya dapat mengganggu ikan budidaya. Perlakuan manusia yang kurang
baik dalam mengelola ikan dapat dikategorikan sebagai pengganggu, seperti saat
sampling yang tidak sesuai aturan atau cara panen yang kurang baik. Selain itu, ada
juga literatur yang mengelompokkan hama ketiga ini dalam istilah ”pencuri”, yang
merupakan hama menakutkan bagi petani ikan.
Selain hama predator, kompetitor dan pengganggu/pencuri, terdapat pula
sekelompok hewan yang dapat digolongkan ke dalam insekta air yang
membahayakan ikan budidaya yang dikenal dengan istilah predator kelompok
serangga air. Golongan insekta air ini biasanya ditemukan di areal pembenihan dan
pendederan ikan di mana golongan hewan ini akan menyerang dan memangsa larva
dan benih ikan (Winarto, 1980).
Sementara itu untuk predator benih ikan, ada yang hidup di air bersama ikan
yang dipelihara dan ada pula yang hidup di darat (di luar kolam ikan). Predator benih
ikan ini ada yang tinggal menetap di sekitar kolam dan ada pula yang hanya sekedar
lewat dalam rangka migrasi. Dalam prakteknya, predator benih ikan, ada yang
memakan atau menyantap langsung benih ikan secara utuh dan ada pula yang
mematikan target terlebih dahulu beberapa waktu kemudian dimakan setelah menjadi
bangkai. Selain itu, ada juga predator benih ikan yang hanya mematikan benih ikan
untuk dihisap darah atau cairan tubuhnya (Noble, 1989). Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk mencegah serangan hama terhadap ikan :

• Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran
sebaiknya dosis pemakaiannya diperhatikan atau dipatuhi.
• Pada pintu pemasukan air dipasang saringan agar hama tidak masuk ke
dalam kolam. Saringan air pemasukan ini berguna untuk menghindari masuknya
kotoran dan hama ke dalam kolam budidaya.
• Secara rutin melakukan pembersihan disekitar kolam pemeliharaan agar
hama seperti siput atau trisipan tidak dapat berkembangbiak disekitar kolam
budidaya.
Salah satu hama yang ditemukan dalam praktikum ini adalah keong,
pengendalian hama keong mas menggunakan moluskosida sintesis, bahan kimia ini
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan karena mengandung residu seperti
metaldehid, niklosamid atau klorothalonil. Penggunaan moluskosida sintesis
berbahaya bagi kelangsungan hidup organisme lain di sawah dan dapat menyebabkan
kematian bagi ikan - ikan, bahkan hewan peliharaan. Pencemaran lingkungan sebagai
dampak dari pengendalian hama keong mas pada tanaman padi dapat dihindari
dengan mencari alternative moluskosida alami dari bahan tumbuhan (Musri Musman
et all, 2011).
Kontrol kimia siput dan siput terutama dilakukan dengan menggunakan pelet
molluscicidal. Paling moluskisida umum digunakan adalah metaldehid dan
methiocarb karbamat, yang mewakili lebih dari 90% dari semua penjualan Eropa
untuk moluskisida. Namun, penggunaan pelet ini bisa bahaya untuk non-target
invertebrata tanah seperti kutu kayu yang dapat memakan pelet dan dengan demikian
akan teracuni pestisida ini (Miguel João G. Santos et all, 2010).

V.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil praktikum Teknik Pengelolaan
Kesehatan Organisme Akuatik acara 1 diantaranya:
1. Jenis – jenis hama pada ikan diantaranya predator, kompetitor, vector, dan
pest. Bahayanya yaitu predator dapat memangsa ikan yang dibudidayakan.
Kompetitor dapat menjadi pesaing bagi ikan yang dibudidayakan, contohnya
bersaing untuk memperebutkan makan, atau tempat. Vector yaitu pembawa
penyakit yang dapat menularkan penyakit pada ikan yang dibudidayakan. Dan
pest dapat merugikan fasilitas tambak karena pest bersifat perusak.
2. Macam- macam bahan kimia untuk pengendalian hama diantaranya pestisida
organik seperti saponin dan akar tuba.

DAFTAR REFERENSI

Afrianto. E, Liviawaty. E, 1992, Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan,
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Aulia, G. 1991. Penggaulanagan Hama dan Penyakit Ikan. Pustaka Ilmu. Solo.
Doni, M. 1995. Mengidentifikasi dan Pencegahan Penyakit pada Ikan. Universitas
Negeri Tadulako. Sulawesi.
Leonardo. 2010. Hama Kolam serta Pencegahan Translate. London Press. London
Linnaeus, C. 1758. Classification. New York Academy of Sciences. New York.
Mollers. 1989. Asia Diagnostic Guide to Aquatic Animal Diseases. FAO. Amerika.
Noble. 1989. Karakteristik Parasitologi Dan Bakteriologi. Green Piece Indonesia.
Indonesia.
Sunco, L. 2010. Pengaruh Bioflok Terhadap Daya Tahan Tubuh Terhadap Clarias
batracus. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Suwigyo. 1997. Pengujian Daya Tahan Tubuh Terhadap Virus Pada Lates calcarifer
Di Desa Sumbang. LPPM UNSOED. Purwokerto.
Winarto. 1980. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Padjajaran. Bandung.
Suwarsito dan Hindayati M. 2011. Diagnosa Penyakit Ikan Menggunakan Sistem
Pakar (Diagnozing Fish Disease Using Expert Syetem). Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto
Santos, M. J. G., Nuno G. C. F., Amadeu M. V. M. S., and Susana L . 2010. Toxic
effects of molluscicidal baits to the terrestrial isopod Porcellionides pruinosus
(Brandt, 1833). Departamento de Biologia & CESAM, Universidade de Aveiro,
Campus Universitário de Santiago. Portugal
Musman M., Sofyatuddin K., Kavinta M. 2011. Uji selektivitas ekstrak etil asetat
(EtOAc) biji putat air (Barringtonia racemosa) terhadap keong mas (Pomacea
canaliculata) dan ikan lele lokal (Clarias batrachus). Universitas Syiah Kuala.
Banda Aceh.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25