Pemanfaatan Biji Durian Sebagai Subtitusi Jagung Terhadap Performans Ayam Kampung

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Kampung
Klasifikasi ayam kampung secara zoologis adalah Filum: Chordata, Sub
Filum: Vertebrata, Kelas: Aves, Ordo: Galliformes, Famili: Phasianidae, Genus:
Gallus-gallus, Spesies: Gallus-gallus domesticus. Dibandingkan dengan ayam ras,
ayam kampung juga jauh lebih lincah dan aktif bergerak. Jika dipelihara secara
umbaran, terbiasa hinggap atau istirahat di dahan pohon yang cukup tinggi. Selain
itu, ukuran tubuhnya juga lebih kecil dibandingkan dengan ayam ras
(Sarwono, 1996).

Hampir di setiap pelosok daerah di Indonesia terdapat ternak ayam yang
dipelihara oleh masyarakat dengan karakteristik sangat beragam. Bentuk tubuh,
bentuk jengger, warna bulu, warna paruh dan cakar yang sangat beragam. Ayam
tersebut disebut sebagai ayam kampung atau ada pula yang menyebutnya ayam
sayur. Daerah penyebaran ayam kampung sangat luas dan dipelihara oleh hampir
semua masyarakat dipedesaan diseluruh Indonesia (Suprijatna, 2005).
Ayam kampung berukuran kecil dan bentuknya agak ramping. Berat
badannya mencapai 1,4 kg pada umur 4 bulan dan produksi telurnya mencapai
135 butir/ tahun. Jenis ini memiliki bulu warna putih, hitam coklat kuning
kemerahan, kuning atau kombinasi dari warna-warni tersebut. Pada ayam jantan

memiliki jengger yang bergerigi dan berdiri tegak, serta berukuran agak besar.
Sedangkan pada ayam betina memiliki jengger kecil dan tebal, tegak serta
berwarna merah cerah. Pada ayam jantan memiliki pial yang berukuran sedang
dan berwarna merah cerah, sedangkan pada ayam betina mamiliki pial (gelambir)
sangat kecil dan berwarna merah cerah. Warna kulit kuning pucat, muka merah,

kaki agak panjang dan kuat. Jenis ayam kampung merupakan tipe dwiguna, yaitu
dapat diusahakan untuk pedaging maupun untuk petelur (Cahyono, 1998).

Populasi Ayam Kampung
Diakui atau tidak selera konsumen terhadap ayam kampung sangat tinggi.
Hal itu terlihat dari pertumbuhan populasi dan permintaan ayam kampung yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari peningkatan produksi
ayam kampung dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2001 – 2005 terjadi
peningkatan sebanyak 4,5 % dan pada tahun 2005 – 2009 konsumsi ayam
kampung dari 1,49 juta ton meningkat menjadi 1,52 juta ton (Aman, 2011).

Sistem Pencernaan Ayam Kampung
Sistem pencernaan merupakan rangkaian proses yang terjadi di dalam
saluran pencernaan ayam untuk memanfaatkan nutrisi dari pakan atau bahan

pakan yang diperlukan tubuh untuk hidup, beraktivitas, berproduksi dan
bereproduksi. Saluran pencernaan pada ayam terdiri dari berbagai organ yang
berfungsi untuk memecah pakan atau bahan pakan yang masuk ke saluran
pencernaan, menyerap zat gizi yang dibutuhkan dan membuang sisa yang tidak
dapat dicerna (Roura et al., 2013).
Disamping itu, ada beberapa kelenjar yang ikut berperan dalam
pencernaan pada ayam seperti kelenjar pankreas, empedu, limpa dan hati. Setiap
organ atau bagian dari organ ini mempunyai fungsi masing-masing. Pengetahuan
tentang sistem pencernaan akan membantu untuk mengerti tentang kebutuhan gizi
ternak, dan membantu pemberian pakan. Sistem digesti adalah suatu lintasan
organ yang menghubungkan antara lingkungan dengan proses metabolisme

alamiah pada hewan. Pencernaan diartikan sebagai pengelolaan pakan sejak
masuk dalam mulut sehingga diabsorbsi. Secara garis besar fungsi saluran
pencernaan adalah sebagai tempat pakan ditampung, tempat pakan dicerna, tempat
pakan diabsorbsi dan tempat pakan sisa yang dikeluarkan. Sistem pencernaan
meliputi saluran pencernaan (paruh, mulut, tenggorok, lambung kelenjar,
empedal, usus halus, usus buntu, usus besar, kloaka, anus) dan alat tambahan
(hati, pankreas, lien). Unggas mengalami proses pencernaan yang berbeda dengan
hewan lain, meskipun mempunyai kesamaan pada prosesnya. Sebagaimana hewan

lain proses pada saluran pencernaan unggas menggunakan tiga prinsip:
a. Secara mekanik, pencernaan secara mekanik pada unggas berlangsung pada
empedal, pakan di dalam empedal dengan adanya kontraksi otot empedal
dengan bantuan grit akan diubah menjadi pasta;
b. Secara khemis/ enzimatis, pencernaan secara enzimatis terutama dibantu
dengan adanya senyawa kimia dan kerja dari enzim yang dihasilkan oleh alatalat pencernaan;
c. Secara mikrobiologik, pencernaan secara mikrobiologik terjadi dengan adanya
mikrobia yang ikut berperan dalam proses pencernaan. Pada ayam pencernaan
secara mikrobiologik tidak berperan besar seperti pada ternak yang lain, hanya
sedikit ditemukan mikrobia pada tembolok dan usus besarnya. Pada tembolok
ditemukan beberapa bakteri aktif yang menghasilkan asam organik seperti
asam asetat dan asam laktat dan juga pada ceca terjadi sedikit pencernaan
hemiselulosa oleh bakteri (Kamal, 1994).

Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung
Tabel 1. Kebutuhan nutirisi ayam Kampung
Minggu
0-12
Energi (%)
2600

Protein (%)
17-20
Kalsium (%)
0,9
Phospor (%)
0,45
Methionin (%)
0,37
Lisin(%)
0,87
Sumber : Nawawi dan Norrohmah (2002)

12-22
2400
14
1,00
0,45
0,21
0,45


22 keatas
2400-2600
14
3,4
0,34
0,22-0,30
0,68

Sifat khusus unggas adalah mengkonsumsi ransum untuk memenuhi
kebutuhan energi, sehingga jumlah pakan/ ransum yang dikonsumsi tiap harinya
cenderung berhubungan erat dengan kadar energinya. Bila konsentrasi protein yang
tetap terdapat dalam semua ransum, maka ransum yang mempunyai konsentrasi
energi metabolis tinggi akan menyediakan protein yang kurang dalam tubuh unggas
karena rendahnya jumlah pakan yang dikonsumsi. Sebaliknya, bila kadar energi
kurang maka unggas akan mengkonsumsi pakan/ ransum untuk mendapatkan lebih
banyak energi akibatnya kemungkinan akan mengkonsumsi protein yang berlebihan
(Tillman et a., 1991).

Secara umum, kebutuhan gizi untuk ayam paling tinggi selama minggu
awal (0-8 minggu) dari kehidupan, oleh karena itu perlu diberikan ransum yang

cukup mengandung energi, protein, mineral dan vitamin dalam jumlah yang
seimbang. Faktor lainnya adalah perbaikan genetik dan peningkatan manajemen
pemeliharaan ayam kampung harus didukung dengan perbaikan nutrisi pakan
(Sapuri, 2006).
Menurut Scott et al. (1982) kebutuhan energi termetabolis ayam tipe
ringan umur 2-8 minggu antara 2600-3100 kkal/kg dan protein pakan antara 18%
- 21,4% sedangkan menurut NRC (1994) kebutuhan energi termetabolis dan
protein masing - masing 2900 kkal/kg dan 18%. Standar tersebut sebenarnya

adalah untuk ayam ras, sedangkan standar kebutuhan energi dan protein untuk
ayam kampung yang dipelihara di daerah tropis belum ada. Oleh sebab itu
kebutuhan energi dan protein untuk ayam kampung di Indonesia perlu diteliti.

Buah Durian (Durio zibethinus murr)
Bobot total buah durian terdiri dari tiga bagian, bagian pertama daging
buah sekitar 20-25%, kedua biji sekitar 5-15%, sisanya berupa bobot kulit
mencapai 60-70%. Bobot sebuah durian antara 0,5-9,0 kg tetapi sebagian besar
antara 1,5-2,5 kg. setiap buah berisi 5 juring, di dalam juring terdapat 1-5 biji
berbentuk lonjong dan berwarna coklat. Sebuah durian rata-rata mengandung 1525 biji di dalamnya (Untung, 1996).
Tabel 2. Produksi durian per kabupaten/ kota di Provinsi Sumatera Utara tahun

2001
No
Kabupaten/ kota
Produksi Durian (Ton)
1
Medan
205
2
Langkat
1.945
3
Deli Serdang
27.134
4
Simalungun
6.389
5
Tanah Karo
327
6

Asahan
2.199
7
Labuhan Batu
3.454
8
Tapanuli Utara
7.130
9
Tapanuli Tengah
3.671
10
Tapanuli Selatan
3.102
11
Nias
1.676
12
Dairi
1.151

13
Tebing Tinggi
36
14
Pematang Siantar
17
15
Tobasa
2.532
16
Madina
5.085
Jumlah
66.098
Sumber: Dinas Pertanian Prov. Sumatera Utara (2001).

Populasi Durian (Durio zibethinus murr)
Produksi durian di Indonesia cukup melimpah. Data Biro Pusat Statistik
(2004), menunjukkan bahwa produksi durian meningkat setiap tahun. Seiring
dengan meningkatnya luas daerah panen durian yaitu dari 24.031 ha pada tahun

1999 menjadi 53.770 ha pada tahun 2003, maka terjadi peningkatan produksi
durian di Indonesia dari 194.359 ton pada tahun 1999 menjadi 741.841 ton pada
tahun 2002 (Wahyono, 2009). Sedangkan di wilayah Semarang vegetasi tanaman
durian dapat dijumpai di daerah Kecamatan Tembalang, Banyumanik, Gunung
Pati, Ngaliyan dan Mijen, dengan jumlah lebih dari 100.000 pohon dan tingkat
produksi 1500-2000 ton/tahun.

Kandungan Nutrisi Biji Durian
Persentase berat bagian ini termasuk rendah yaitu hanya 20-35%. Hal ini
berarti kulit (60-75%) dan biji (5-15%) belum termanfaatkan secara maksimal.
Umumnya kulit dan biji menjadi limbah yang hanya sebagian kecil dimanfaatkan
sebagai pakan ternak, malahan sebagian besar dibuang begitu saja. Biji durian
mentah tidak dapat dimakan karena mengandung asam lemak siklopropena yang
beracun. Sebagian kecil masyarakat mengkonsumsi bijinya dengan cara dibakar,
dikukus atau direbus. Padahal jika diolah lebih lanjut biji durian dapat bermanfaat
lebih sebagai bahan baku berbagai olahan makanan yang tentunya akan
memberikan nilai tambah (Wahyono, 2009).
Secara fisik, biji durian berwarna putih kekuning-kuningan berbentuk
bulat telur, berkeping dua, berwarna putih kekuning- kuningan atau coklat muda.
Biji durian yang masak mengandung 51,1% air, 46,2% karbohidrat, 2.5% protein

dan 0.2% lemak. Kadar karbohidratnya ini lebih tinggi dibanding singkong

(karbohidrat 34,7%) ataupun ubi jalar (karbohidrat 27,9%). Kandungan
karbohidrat yang tinggi ini memungkinkan dimanfaatkannya biji durian sebagai
bahan baku pangan tingginya kandungan karbohidrat, biji durian ini dapat
dimanfaatkan sebagai sumber glukosa (Prasetyaningrum, 2010).
Tabel 3. Kandungan nutrisi dalam biji durian
No
Komponen
1
Protein (%)
2
Lemak (%)
3
Karbohidrat (%)
4
Abu (%)
5
Air (%)
Toksisitas
1
Asam sianida
2
Asam siklopropena
Sumber: Prasetyaningrum (2010).

Berat Basah
2-3