ANALISIS ETIKA PEMERINTAH DAERAH DALAM M
ANALISIS ETIKA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENANGGAPI KEBIJAKAN
LOW COST GREEN CAR (LCGC) ATAU MOBIL MURAH DARI PEMERINTAH PUSAT
Malisa Ladini: Pemikiran tentang Etika Kebijakan
Ilmu Politik, UNNES
A. PENDAHULUAN
Ketika kita berbicara mengenai etika, tentu kita akan menyebutnya sebagai perilaku
seseorang. Etika hampir sama dengan nilai sosial yaitu tolok ukur sesuatu yang baik atau buruk
di masyarakat. Etika bersifat universal, berlaku umum dimanapun masyarakat berada, tapi karena
tiap masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda maka etika juga bersifat relatif (Handoyo
2010:2). Tak lepas dengan kehidupan politik pemerintah daerah juga diharapkan berjalan sesuai
etika. Etika tersebut dinamakan etika politik. Pemerintah daerah merupakan kepanjangan tangan
dari pemerintah pusat yang diberi tanggungjawab untuk mengatur rumah tangganya sendiri.
Pengertian ini merupakan otonomi daerah yang sampai sekarang masih berjalan di Indonesia.
Mempersoalkan etika anggota pemerintah itu penting sebab mereka menjadi representasi
masyarakat. Etika sendiri adalah pagar atau pembatas perilaku yang tidak selamanya diatur
dalam dunia politik (Labolo, 211)
Pemerintah daerah dapat membuat kebijakan-kebijakan untuk mengatur bagi kebaikan
daerahnya. Tentu hal ini dapat berjalan lancar seiring dengan dukungan pemerintah pusat yang
menjadi kunci utama dalam memperbaiki negeri. Tapi apa jadinya apabila kebijakan yang dibuat
pemerintah pusat justru menuai pro dan kontra oleh pemerintah daerah. Umumnya ketidak
sepahaman pemerintah daerah dikarenakan keputusan dari pemerintah pusat justru menyimpang
dalam praktisnya ketika sudah sampai ke daerah. Sedang masalah daerah merupakan
tanggungjawab pemerintah daerah.
Paper ini akan memberikan analisis berkenaan dengan pro dan kontra kebijakan mobil
murah yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dari beberapa sumber media massa yang beredar,
baik dari surat kabar dan surat harian online. Saya juga akan memberikan ulasan beberapa
penolakan yang terjadi akibat dikeluarkannya kebijakan mobil murah tersebut. Seperti
Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang dimotori Joko Widodo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar
Pranowo, Wali kota Bandung Ridwan Kamil dan Wali kota Solo FX Hadi Rudyatmoko menolak
keluarnya kebijakan mobil murah tersebut. Penolakan tersebut dikaitkan dengan dampak buruk
yang akan terjadi setelah dijalankannya kebijakan itu. Tingkat konsumsi mobil yang meningkat
tentu akan mengakibatkan kemacetan dan meningkatnya penggunaan bahan bakar minyak.
Padahal sebelum dikeluarkannya kebijakan tersebut saja, di berbagai kota besar telah banyak
mengalami masalah kemacetan lalu lintas. Tentu dalam penolakan, pemerintah daerah harus
menggunakan etika politik yang sesuai.
B. PEMBAHASAN
Ringkasan Berita dari Berbagai Media Massa
Keluarnya kebijakan Pemerintah Pusat tentang Low Cost Green Car (LCGC)
yang dimulai dengan adanya Indonesia Internasional Motor Show IIMS 2013, Jakarta
Internasional Expo JIE tampaknya menuia kontroversi. Sebab ini berakibat pada
perbedaan pendapat dengan sejumlah pemerintah daerah di Indonesia. SBY (Partai
Demokrat) sebagai presiden, Boediono, Menko Perekonomian Hatta Rajasa (PAN),
Menteri Perindustrian MS Hidayat (Partai Golkar), Menteri Perdagangan Gita Wirjawan
(Peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat) yakin bahwa adanya Kebijakan
tersebut dapat membuat industri mobil di Indonesia akan maju. Ini juga merupakan
kebijakan pemerintah untuk menghapus kesenjangan sosial yang terjadi di kalangan
masyarakat Indonesia. Pemerintah pusat mengharapkan masyarakat menengah juga dapat
merasakan hal yang sama dengan masyarakat kelas tinggi. Tapi kebijakan ini justru
ditentang tegas oleh pemerintah DKI Jakarta. Jokowi menolak adanya kebijakan mobil
murah karena peminatnya pasti paling tinggi untuk wilayah Jabodetabek. Tentu ini akan
membuat semakin parahnya kemacetan di ibu kota padahal pemerintah DKI Jakarta
sedang berupaya keras menanggulangi kemacetan. Disusul dengan Gubernur Jawa
Tengah Ganjar Pranowo juga menolak adanya kebijakan mobil murah dari pusat sebab
kini Semarang sudah mirip Jakarta yang cukup krusial terkait hal kemacetan. Hal serupa
dirasakan oleh Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Wali Kota Solo FX Hadi
Rudyatmoko yang tidak menyetujui kebijakan tersebut.
Analisis Kontoversi Kebijakan LOW COST GREEN CAR (LCGC) atau Mobil
Murah (Dihimpun dari beberapa Media Massa)
1. Pendukung Kebijakan (Pro Pemerintah Pusat)
a. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Kompas 18/9)
Adanya
kebijakan
mobil
murah
ialah
trobosan
untuk
mengembangkan industri kendaraan bermotor yang terarah pada
peningkatan ekspor mobil secara utuh di Indonesia.
b. Gubernur Bali, Made Mangku Pastika (News Ticker 20/9)
Kebijakan mobil murah sangat bagus karena akan mendukung
masyarakat bawah dapat mempunyai mobil. Tetapi untuk harga Rp 100
juta-an masih mahal, terbilang murah kalau harganya Rp 20 juta.
Kekhawatiran macet, akan dibuat jalan baru sebab banyak imigran di Bali
yang meningkat setiap tahunnya.
c. Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil (Pontianak Post Online 20/19)
Ridwan tidak setuju dengan kebijakan mobil murah sebab akan
menambah kendaraan dan mempersempit usaha menekan kemacetan.
Menurutnya mobil murah hanya dipasok di daerah yang belum padat
penduduk.
d. Menko Perekonomian, Hatta Rajasa (Sindo 23/9)
Hatta mendukung adanya kebijakan mobil murash asalkan ke
depan bisa berhenti untuk tidak impor dan kebijakan ini harus betul-betul
memenuhi kriteria untuk mengurangi BBM bersubsidi. “Kita harus
mengikuti roadmap mobil nasional dan mengurangi efek rumah kaca”,
ujarnya.
e. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Marzuki Alie (antaranews Jateng
24/9)
Ia mendukung adanya kebijakan mobil murah. Alasannya karena
Indonesia harus siap menghadapi pasar bebas ASEAN 2015. Apabila tidak
disiapkan dengan adanya mobil murah maka Indonesia akan kalang kabut
dengan masuknya mobil murah dari Thailand tahun 2015 mendatang.
Untuk bersaing dengan pasar bebas ASEAN 2015, Indonesia harus
memberikan penguatan pada industri automotif. Apabila Indonesia dapat
menjadi produsen mobil murah yang unggul, maka persaingan produk
ASEAN tidak akan bisa masuk ke dalam negeri.
Marzuki Alie justru sangat prihatin dengan pemerintah daerah yang
menolak adanya kebijakan tersebut karena hal ini ialah cara untuk
menanggulangi persaingan pasar bebas di ASEAN dengan memperkuat
industrialisasi automotif. Hal ini justru dijadikan kambing hitam
kemacetan. Menurutnya kemacetan yang ada di daerah ialah tanggung
jawab pemerintah daerah untuk membuat tata ruang yang baik. “Tata
ruang kota dan daerah melingkupi banyak aspek, Jepang juga menjadi
negara produsen automotif tetapi tidak macet karena tata ruangnya tepat”,
katanya.
f. Wali Kota Makassar Sulawesi Selatan, Ilham Arief Sirajuddin
(Kompas 25/9)
Ia telah menyiapkan transportasi massal yang memadai salah
satunya pemberian fasilitas bus jalur khusus seperti di Jakarta untuk
menanggulangi dampak kemacetan akibat kebijakan mobil murah dari
pusat. Banyak kelas menengah yang memerlukan mobil sehingga
kebijakan mobil murah ada positifnya. Ia tidak akan kuatir mobil tersebut
akan digunakan sebagai fasilitas sehari-hari apabila transportasi umumnya
baik dan aman. Ia juga mencanangkan adanya penambahan ruas jalan.
Model trans busway akan diterapkan di ruas utama kota dengan enam
koridor. Namun semua itu masih terganjal pada infrastruktur jalan yang
tidak bisa dilalui oleh bus khusus.
g. Wali Kota Tegal, Jawa Tengah Ikmal Jaya (Kompas 25/9)
Pemerintah daerah tidak akan bisa menolak masuknya mobil
murah oleh pemerintah pusat. Sehingga hal yang dapat diupayakan untuk
mengatasi kemacetan ialah meningkatkan infrastruktur, memperlebar ruas
jalan, meningkatkan kualitas angkutan umum, dan meningkatkan
penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas. Pemerintah kota Tegal akan
membenahi terminal dan halte bus, menertibkan angkutan, memberikan
kenyamanan
bagi
masyarakat
pengguna
angkutan
umum,
dan
membebaskan biaya uji kendaraan angkutan umum yang beroperasi di
wilayah Tegal.
h. Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
Kementrian Perindustrian, Budhi Dharmadi (Kompas 26/9)
Ia mengatakan uji kelayakan mobil hemat energi dan harga
terjangkau terus jalan. Mobil yang sudah dinyatakan lolos uji ialah Astra
Daihatsu Ayla dan Astra Toyota Agya. Honda dan Suzuki sudah lolos uji
perusahaan tapi produknya masih dalam tahap verifikasi
i. Genderal Manager Honda Surabaya Center, Wendy Miharja (Kompas
26/9)
Belum sebulan diluncurkan, permintaan di Jawa Timur sudah
ratusan unit.
2. Penolak Kebijakan (Kontra Pemerintah Pusat)
a. Menteri Perhubungan, EE Mangindaan (Kompas 18/9)
Ia menghimbau agar produksi mobil murah yang akan masuk ke
pasar murah tidak terlalu banyak. Apabila akan mengusung ramah
lingkungan seharusnya diperhatikan juga kapasitas jalan.
b. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (Pontianak Post Online 18/9)
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menolak kebijakan mobil
murah karena akan menambah beban jalan di kota besar semakin macet.
Menurutnya pertimbangan mobil murah harus dipikirkan. Kalau memang
konsep mobil murah itu diproduksi dalam negeri hal yang bagus sebab
akan merangsang industri dalam negeri. “Tapi kalau impor lebih baik
jangan”, ujarnya.
(Sindo 23/9) Ganjar Pranowo menilai kebijakan mobil murah itu
terlalu tergesa-gesa. Seharusnya yang perlu kita pikirkan bukan mobil
murah bagi rakyat tetapi transportasi murah untuk rakyat.
c. Koordinator
Forum
Indonesia
untuk
Transparansi
Anggaran(FITRA), Uchok Sky Khadafi (Kompas.com 22/9)
Menurutnya pemerintah hanya tergiur pada pajak mobil yang akan
didapatkan, meskipun itu tidak seberapa sebab tidak sebanding dengan
dampak yang akan didapatkan berupa polusi udara dan kemacetan.
Adapun rincian target pendapatan pajak yang akan dituai sebagai berikut:
(1) SIM ditargetkan sebesar Rp 1 triliun.
(2) STNK ditargetkan sebesar Rp 1 triliun.
(3) STCK ditargetkan sebesar Rp 32,1 milyar.
(4) BPKB ditargetkan sebesar Rp 1 triliun.
(5) TNKB ditargetkan sebesar Rp 897,3 milyar.
(6) Simulator ditargetkan sebesar Rp 284,5 milyar.
(7) Denda Pelanggaran Lalu Lintas ditargetkan sebesar Rp 2,4
milyar.
d. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, (ESDM) (Sindo 23/9)
Adanya kebijakan mobil murah akan berdampak buruk pada
peningkatan BBM bersubsidi.
e. Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir
(Sindo 23/9)
Adanya mobil murah akan berdampak pada peningkatan BBM
bersubsidi. Kebijakan ini juga membuat masyarakat menengah dapat
memiliki mobil dan menambah armadanya. Tentu pemerintah harus
menyiapkan rancangan APBN lagi guna mengatasi peningkatan BBM
bersubsidi. Pekerjaan baru bagi pemerintah untuk mengakomodasi
peningkatan BBM bersubsidi.
f. Direktur Bank Dunia, Sri Mulyani (Sindo 23/9)
Direktur Bank Dunia saat menghadiri APEC Finance Minister
Meeting 2013 di Nusa Dua Bali mengingatkan, bahwa pemerintah
seharusnya lebih fokus pada pembangunan infrastruktur dan peningkatan
investasi infrastruktur daripada harus mementingkan kebijakan mobil
murah. Sebab infrastruktur dalam jangka panjang akan membuat dampak
lebih besar di bidang ekonomi dan menekan inflasi dan defisit transaksi
berjalan (current account). Hal ini mengingat bahwa Indonesia masih
mempunyai hambatan besar di bidang inffrastruktur dan adanya
infrastruktur yang baik tentu dapat mengurangi beban logistic yang besar.
g. Direktur Institute for Development of Economics and Finance
(INDEF), Enny Sri Hartati (Kompas.com 23/9)
Kebijakan mobil murah akan berpengaruh pada mikro dan makro
pembangunan secara ekonomi. Ini ialah kebijakan tidak masuk akal,
alasannya sebagai berikut:
(1) Mobil murah tetapi tidak boleh memakai premium sehingga yang
dibidik bukan masyarakat kurang mampu.
(2) Tidak ada transportasi yang memadai sehingga masyarakat harus
kredit mobil.
(3) Kebijakan yang sangat membebani dari pemerintah sebab harus
impor minyak mentah.
(4) Pembengkakan subsidi BBM bisa sampai Rp 70 triliun.
(5) Apabila hal ini adalah trobosan untuk ekspor tapi pemerintah
justru sudah memesan 20.000 unit mobil.
(6) Apabila mobil murah berharga Rp 100 juta-an ini termasuk berat
bagi masyarakat bawah, apalagi distribusinya susah untuk
sampai Papua. Hal ini bukan kebijakan pemerataan melainkan
menumbuhkan kesenjangan juga.
h. Transportasi Society, Danang Parikesit (Tribunnews.com 25/9)
Kebijakan yang muncul dari pemerintah pusat terkait mobil murah
masih sangat belum matang dan terlalu cepat.
i. Tenaga Ahli DPR, Karyudi Sutajah Putra (Suara Merdeka.com 25/9)
Ia mengatakan adanya kebijakan mobil murah sebenarnya ialah
cara SBY (Partai Demokrat) sebagai presiden, Boediono, Menko
Perekonomian Hatta Rajasa (PAN), Menteri Perindustrian MS Hidayat
(Partai Golkar), Menteri Perdagangan Gita Wirjawan (Peserta Konvensi
Calon Presiden Partai Demokrat) untuk menjatukan elektabilitas Jokowi
dan partainya perihal pemilu 2014 mendatang. Apabila dampaknya Jokowi
tidak mampu menertibkan Jakarta tentu elektabilitasnya akan menurun
drastis. Inilah cara-cara politik kotor untuk menang dalam pemilu presiden
2014 nanti.
j. Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Kompas 25/9)
Ia mempertanyakan komitmen pemerintah pusat terkait kebijakan
mobil murah dengan janjinya untuk menanganani kemacetan. Ia juga
sudah berupaya untuk memberikan surat kepada Wakil Presiden RI
Boediono terkait penanganan kemacetan ibu kota. Sebab Jokowi sudah
melaksanakan program untuk mengatasi kemacetan, sedang kebijakan
tersebut justru menyimpang dengan program yang telah dicanangkan.
k. Ketua Organda DKI Jakarta, Shafruhan (Kompas 25/9)
Menurutnya pemerintah pusat harus fair membuat kebijakan.
Dampak yang akan timbul adanya kebijakan mobil murah harus
dipikirkan. Apabila dampak dilimpahkan pada pemerintah daerah rasanya
tidak adil.
l. Kepala Dinas Perhubungan DKI, Udar Pristono (Kompas 25/9)
Ada beberapa hal penanganan kemacetan di Jakarta yang belum
direalisasikan oleh pemerintah pusat seperti electronic road pricing
(ERP/jalan berbayar). Pemerintah DKI juga sedang menunggu realisasi
pengadaan bus dan penambahan transjakarta. Pemerintah juga DKI sudah
mencanangkan 17 kebijakan sebagai langkah mengurangi kemacetan,
beberapa diantaranya sebagai berikut:
(1) Melakukan sterilisasi jalur bus trans jakarta.
(2) Mengkaji ulang kebijakan parkiran.
(3) Melakukan perbaikan jalan.
(4) Melakukan penertiban angkutan umum.
(5) Memulai pembangunan mass rapid transit (MRT).
(6) Memperbaiki jalur pejalan kaki.
(7) Melakukan restrukturisasi angkutan umum.
m. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Kompas 25/9)
Ia menghimbau adanya penanganan dampak kemacetan akibat
kontroversi adanya kebijakan mobil murah. Pemerintah harus endorong
adanya transportasi yang aman, nyaman, dan terjangkau bagi masyarakat.
Menurutnya kemacetan di Jakarta akan bisa dibendung apabila ada jalur
(rel) khusus untuk transportasi non-busway mencapai panjang 100
kilometer dan sekarang baru 16 kilometer.
n. Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmoko (Kompas 25/9)
Ia akan menekan jumlah kendaraan yang bergerak di jalanan dan
menerapkan tarif parkir yang tinggi. Tapi sebelumnya Pemerintah kota
Solo akan menyediakan transportasi masal yang murah dan nyaman.
Menambah koridor baru untuk Batik Solo Trans (BST). Pemerintah daerah
akan mengenakan tarif parkir Rp 5000,00 /jam.
o. Wakil Wali Kota Malang, Sutiaji (Kompas 25/9)
Ia tidak setuju dengan adanya mobil murah sebab masyarakat akan
memiliki gaya hidup mempunyai mobil itu lebih baik. Pemerintah kota
justru sedang menggarap angkutan umum yang lebih baik. Ia akan
menerapkan kebijakan adanya mobil jemputan bagi anak sekolah. Ini ialah
langkah awal mengantisipasi adanya kemacetan.
p. Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Kompas 25/9)
Ia akan segera mengoperasikan MRT di Surabaya pada tahun 2015.
Pemerintah kota juga sedang menggarap gedung parkiran sehingga
pemilik kendaraaan pribadi akan lebih suka menggunakan angkutan
umum. Perlu strategi membanjirnya mobil murah, yaitu dengan pengadaan
angkutan umum yang baik dan aman. Angkutan massaal berbasis rel yang
akan dibangun awal tahun 2015 akan cukup membantu.
q. Pengamat Kota, Yayat Supriyatna (Kompas 26/9)
Ia menghimbau adanya dukungan dari pemimpin daerah lain untuk
menekan adanya mobil murah. Sebab pemerintah DKI Jakarta tidak bisa
menolak sendiri.
r. Pengajar UNIKA Soegijapranata Semarang Prodi Teknik Sipil, Djoko
Setijowarno (Kompas 26/9)
Ia mengatakan bahwa 95 persen lebih kota-kota di Indonesia
memiliki pelayanan sarana transportasi umum yang masih buruk. Sejak
naiknya harga BBM terjadi penuruunan 40 persen beroperasinya angkutan
umum. Seharusnya pemerintah pusat dapat mengembalikan pendapatan
pajak ari sektor industri automatif kepada penanganan sarana transportasi
publik. Sekitar 520 Kepala Daerah hanya kurang lebih 10 orang saja yang
peduli pada ketersediaan angkutan umum yang memadai.
(Sindo 23/9) Djoko mengatakan bahwa adanya kebijakan mobil
murah tersebut akan merangsang masyarakat membeli mobil murah
akibatnya banyak kendaraan yang beredar dan macet.
Analisis Etika Politik “Best Practice” Pemerintah Pusat VS Pemerintah Daerah dengan
Pendekatan Perilaku (Behavior Approach) Behavioralism
Pemerintahan yang baik (good governance) ialah pemerintahan yang beretika
menggunakan asas dan prinsip pemerintahan yang baik dan mematuhi kaidah good
governance. Berbeda dengan government yang berarti mengatur dan betindak otoriter,
totaliter, bahkan bisa menjadi despotis apabila tidak ada kontrol dari rakyat. Sedang
governance ialah pemerintahan yang mengelola kepentingan rakyat dan menerapkan
prinsip demokrasi. Pemerintahan yang baik erat hubungannya dengan pemerintahan yang
bersih (Handoyo, 2010:90).
Merujuk pada kontroversi kebijakan mobil murah dan pengertian good
governance di atas, kita dapat menganalisisnya dengan salah satu pendekatan yaitu
pendekatan perilaku. Kebijakan pemerintah daerah Jakarta dan Jawa Tengah untuk
menolak adanya mobil murah apakah suatu best practise atau justru sikap
pembangkangan? Kemudian manakah yang lebih pro rakyat, apakah pemerintah pusat
atau pemerintah daerah?
Pendekatan perilaku ialah aktualisasi kegiatan politik. Perilaku lembaga politik
dilihat dari segi personal perilaku individu dengan pola tertentu.
Dibalik tindakan
lembaga-lembaga politik salah satunya terdapat keputusan pemerintah. Pendekatan
perilaku yang ditelaah bukan lembaganya melainkan latar belakang individu yang
mengendalikan lembaga. Perilaku aktor politik seperti perencanaan, pengambilan
keputusan, dan penegakan keputusan dipengaruhi oleh berbagai dimensi latar belakang
yang merupakan bahan dalam latar belakang politiknya (Sastroatmodjo, 1995:13).
Pendekatan perilaku behavioralisme berfokus pada serangkaian masalah yang
terkait dengan proses pembelajaran dan sosialisasi, motivasi, persepsi, sikap terhadap
kekuasaan, dan sejenisnya (Chilcote 2004:28). Sehingga kita dapat menganalisis
kebijakan pemerintah daerah yang menolak kebijakan pemerintah pusat terkait keluarnya
mobil murah berdasarkan latar belakang aktor di dalamnya baik dari segi pemerintah
pusat dan pemerintah daerah.
1.
Identifikasi Pendekatan Perilaku Politik Pemerintah Pusat dalam
membuat Kebijakan Mobil Murah
a.
Lingkungan Sosial Politik tidak Langsung
(1) Media massa
Media massa ialah pintu utama bagi masyarakat Indonesia
untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi di pemerintahan.
Setelah keluarnya kebijakan pemerintah pusat terkait adanya
mobil murah, tampaknya media massa baik dari surat kabar dan
surat harian online terus memberitakan perihal kontroversi yang
terjadi.
Bahkan diberitakan pula pada media massa Suara Merdeka
ada persaingan politik dibalik kebijakan mobil murah yang
diluncurkan. Staf Ahli DPR misalnya, yang berbicara di depan
media bahwa adanya trik dari pemerintah pusat yang digawangi
oleh Partai Demokrat, PAN, dan Golkar yang sengaja
menurunkan elektabilitas Jokowi dalam pemilu 2014 mendatang.
Menurutnya
banyaknya
pesanan
mobil
akan
membuat
penanganan Jokowi terhadap ibukota menjadi kacau akibatnya
rakyat tidak menaruh simpati lagi terhadap Jokowi.
b.
Lingkungan Sosial Politik Langsung
(1) Keluarga
Apabila dilihat dari segi keluarga pemerintah pusat, saya
menganalisisnya dari segi pemerintah pusat yang dimotori oleh
presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Partai Demokrat) dan
Menko Perekonomian Hatta Rajasa (PAN) yang nota bene
ialah besan dari presiden berpendapat sama bahwa keluarnya
kebijakan mobil murah ialah suatu strategi yang ditujukan
untuk penguatan industri automotif di Indonesia.
(2) Kelompok Pergaulan
Dilihat dari kelompok pergaulan politik tiap partai
mempunyai kelompok dan kedekatan masing-masing. Dari segi
pemerintah
pusat
yang
bernada
sama
sepakat
untuk
mengeluarkan kebijakan mobil murah di Indonesia yaitu SBY
(Partai Demokrat) sebagai presiden, Boediono, Menko
Perekonomian Hatta Rajasa (PAN), Menteri Perindustrian MS
Hidayat (Partai Golkar), Menteri Perdagangan Gita Wirjawan
(Peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat) ialah satu
keompok partai yang seirama. Seperti ketika pemilihan
gubernur Jawa Tengah kendaraan politik yang digunakan Bibit
Waluyo dan Sudijono Sastroatmdjo ada tiga partai yaitu Partai
Demokrat, PAN, dan Golkar. Menurut saya, ketiga partai itu
kini juga membuat lingkaran yang sama untuk bahu membahu
kelancaran masuknya mobil murah di Indonesia.
c.
Struktur Kepribadian
Dilihat dari segi pemerintah pusat dalam hal struktur
kepribadian, nampaknya kubu Partai Demokrat sudah kehilangan
nama baik. Banyaknya aktor politik yang berpartai Demokrat
namun ternyata menjadi tersangka korupsi membuat rakyat sudah
tidak lagi simpati. Kini rakyat sedang menaruh harapan besar pada
PDIP yang digawangi Jokowi sebagai “best practice”. Secara
psikologis Partai Demokrat sudah tidak lagi percaya diri untuk
memenangkan pemilu 2014 sebab elektabilitasnya kini jauh di
bwah Jokowi.
d.
Situasi Sosial Politik Langsung
Dilihat dari segi situasi sosial politik yang terjadi saat ini
etika politik best practice memang selalu tersemat oleh nama
Jokowi. Jokowi selalu dielu-elukan rakyat bahwa sosoknya
terkenal mengabdi pada rakyat dan jujur. Situasi inilah yang
membuat munculnya berita bahwa tim Partai Demokrat yang kini
kehilangan nama baiknya untuk menggeser nama Jokowi dengan
cara mengeluarkan kebijakan mobil murah. Banyaknya masyarakat
yang memesan mobil dengan harga murah secara cash maupun
kredit akan membuat wilayah daerah macet khususnya ibukota
Jakarta. Banyak pihak yang berpikir bahwa inilah cara sengit Partai
Demokrat untuk menarik simpati publik bahwa pemerintah daerah
khususnya Jokowi telah gagal mengatasi kemacetan.
2.
Identifikasi Pendekatan Perilaku Politik Pemerintah Daerah dalam
Menanggapi Kebijakan Mobil Murah
a.
Lingkungan Sosial Politik tidak Langsung
(1) Media massa
Dari berbagai sumber media yang saya himpun, menurut saya
media massa mengarahkan masyarakat untuk menolak adanya
kebijakan mobil murah. Sebab sebagian besar sumber media selalu
menghadirkan kontra para tokoh dan sejumlah pemerintah daerah
yang menolak masuknya mobil murah ke Indonesia dengan jumlah
yang besar.
Sebagian besar berita media yang saya ambil seakan membentuk
opini publik bahwa pemerintah pusat bersikap egois dan tidak pro
rakyat. Disebutkan pula oleh Direktur Institute for Development of
Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati berbicara di
surat harian online kompas bahwa kebijakan mobil murah ialah
suatu yang tidak rasional karena yang dibidik bukan masyarakat
bawah apabila tidak boleh menggunakan bahan bakar premium
sedang premium ialah bahan bakar bersubsidi yang diberikan
pemerintah untuk masyarakat tidak mampu, juga harga mobil yang
dibandrol berkisar Rp 100 juta-an merupakan hal yang jauh dari
jangkauan masyarakat daerah.
Koordinator Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran
(FITRA), Uchok Sky Khadafi juga berbicara di surat harian
kompas justru mengatakan bahwa pemerintah pusat mengeluarkan
kebijakan mobil murah hanya untuk mengeruk keuntungan dari
pajak mobil yang akan didapatkan. Media massa kompas juga
seakan mendukung Jokowi dan gencar memberitakan penolakan
Jokowi terhadap kebijakan tersebut. Tuntutan Jokowi terhadap
perbaikan kemacetan lalu lintas yang belum direalisasikan oleh
pemerintah pusat juga banyak mendapatkan sorotan media.
Dibandingkan dengan surat harian online Antaranews, Ketua
Dewan Perwakilan Rakyat, Marzuki Alie justru keras mendukung
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pusat sebab ini ialah
strategi canggih yang diberikan pemerintah untuk siap bersaing
pasar bebas ASEAN 2015 mendatang. Ia juga menyayangkan
adanya protes dari pemerintah daerah yang mengaitkan usaha
kemajuan industri automatif dengan kemacetan lalu lintas,
menurutnya kemacetan disebabkan oleh tata ruang kota yang
buruk.
Menurut saya, dengan identifikasi pendekatan perilaku melalui
faktor sosial politik tidak langsung yaitu media massa kontroversi
yang terjadi juga berkaitan dengan pemilik atau penguasa media
yang menyiarkan berita tersebut. Sebut saja misalnya kompas dan
suara merdeka lebih banyak menampilkan yang kontra daripada
yang pro. Kompas juga lebih mendukung Jokowi dibandingkan
dengan pemerintah pusat. Sedangkan Antaranews cenderung
menjadi
pendukung
pemerintah
pusat
dan
menyalahkan
pemerintah daerah.
b.
Lingkungan Politik Langsung
a. Keluarga
Sedangkan dari keluarga pemerintah daerah yaitu Jokowi
yang nota bene bekas wali kota Solo meskipun kini telah
menjadi gubernur DKI Jakarta, tetapi ikatan kekeluargaan
dengan wali kota Solo yang baru yaitu FX Hadi Rudyatmoko
masih terjalin erat sehingga mereka berdua sepakat untuk tidak
menyetujui banjirnya mobil murah di Indonesia karena akan
membawa dampak buruk.
b. Kelompok Pergaulan
Sedangkan dari kubu kontra ada Gubernur DKI Jakarta
Joko Widodo (PDIP), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo
(PDIP), Wali Kota Badung Ridwan Kamil, dan Wali Kota Solo
FX Hadi Rudyatmoko didominasi oleh PDIP. Dimana Joko
Widodo dan Ganjar Pranowo nampaknya seperjuangan dan
sepaham untuk menolak masuknya mobil murah sebab “kini
Semarang macetnya sudah mirip Jakarta”, ujar Ganjar.
Menurut saya gabungan partai dan pergaulan politik aktor
politik sangat berpengaruh pada kebijakan politik yang mereka
keluarkan. Mereka akan mendukung atau menolak seirama
dengan apa yang dilontarkan oleh aktor politik yang berpartai
sama. Ini adalah bentuk kerjasama tubuh partai untuk
mempertahankan eksistensi di depan rakyat. Namun sampai
saat ini elektabilitas Jokowi masih tinggi, sehingga bisa saya
simpulkan bahwa sesungguhnya opini publik lebih cenderung
berpihak pada setiap apa yang dilontarkan oleh Jokowi.
Masyarakat juga masih menganggap Jokowi ialah aktor politik
pemerintah daerah yang pro rakyat dan best pratice.
c. Struktur Kepribadian
Sedangkan dilihat dari kepribadian Jokowi dan Ganjar
Pranowo yang berlatar belakang PDIP sedang mendapat
banyak simpati dari rakyat. Etika politik yang dimiliki PDIP
masih mendapat kesan bahwa mereka pro rakyat. Apalagi
prestasi Jokowi sendiri juga bagus dan banyak mendapat
perhatian dari rakyat.
d. Sosial Politik Langsung
Situasi sosial politik Jokowi yang dekat dengan rakyat
membuat semua bantahan yang ia berikan pada kebijakan
mobil murah oleh pemerintah pusat dapat dipahami oleh
rakyat. Pendukung Jokowi yang disebut “wong cilik” percaya
pada pendapat Jokowi benar. Tentu dampak yang diakibatkan
atas kebijakan tersebut tambah mengganggu masyarakat
Indonesia. Selain akan bmenambah macet juga anak-anak di
bawah umur yang tidak boleh mengendarai mobil cenderung
terpikat untuk mengendarai mobil murah. Hal ini berdampak
buruk pada lalu lintas di jalan raya.
Analisis Etika Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Handoyo (2010:69) menulis bahwa Pasal 18 UUD 1945 menyatakan negara
Indonesia dibagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi lagi atas kabupaten dan
kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah secara otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan sesuai dengan otonomi daerah. Ada
tiga asas otonomi daerah yaitu sebagai berikut:
1. Desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam
sistem NKRI.
2. Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
kepada gubernur sebaga wakil pemerintah dan kepada instansi vertikal di
wilayah tertentu.
3. Tugas pembantuan yaitu penugasan dari pemerintah daerah dan desa dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten atau kota dan desa serta dari
pemerintah kabupaten atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas
tertentu.
Analisis
Merujuk pada ketiga tugas otonomi daerah di atas, pemerintah daerah mempunyai
hak dan kewajiban untuk melakukan pembantuan atau tugas yang diberikan oleh
pemerintah pusat. Namun dalam pelaksanaan kebijakan mobil murah ada perbedaan
pendapat dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Setelah pelimpahan wewenang ke
pemerintah daerah untuk mengakomodasi banjirnya permintaan mobil murah oleh
masyarakat, jusru sejumlah pemerintah daerah seperti Gubernur DKI Jakarta Joko
Widodo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmoko,
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Wakil Wali Kota Malang, Sutiaji, Wali Kota
Surabaya, Tri Rismaharini menolak adanya kebijakan mobil murah dari pemerintah.
Khususnya etika pemerintah daerah yang digadang Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo
menolaknya dengan cara santai tapi santun. Bahkan ia telah mengirim surat ke Wakil
Presiden Boediono terkait dengan tolakannya terhadap kebijakan mobil murah.
Berkaitan dengan hal ini, hubungan pemerintah pusat dan daerah sebagai berikut:
1.
Hubungan administrasi yaitu hubungan yang terjadi sebagai konsekuensi
kebijakan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang merupakan satu
kesatuan dan penyelenggaraan sistem administrasi daerah.
2.
Hubungan kewilayahan yaitu hubungan yang terjalin meskipun dilimpahkan
pada daerah otonom tapi masih berada pada lingkup NKRI.
Analisis
Merujuk pada kedua hubungan di atas, menurut analisis saya etika pemerintah
daerah yang menolak kebijakan mobil murah dengan alasan kepentingan rakyat di jalan
raya khususnya kota besar adalah hal yang bijak. Sebelum mengeluarkan kebijakan, tentu
rakyat seharusnya diberi wadah untuk ikut memberi solusi. Kebijakan tergesa-gesa tentu
akan menimbulkan banyak pro-kontra. Hal yang menjadi penting ialah bagaimana semua
kebijakan yang dikeluarkan dapat menyatukan NKRI, bukan memecah belah karena
kebijakan yang dikeluarkan hanya ditunggangi oleh kepentingan golongan elit negeri ini,
Urusan wajib pemerintah daerah berskala provinsi, kabupaten/kota meliputi
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Perencanaan dan pengendalian pembangunan.
Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang.
Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.
Penyediaan sarana dan prasana umum.
Penanganan bidang kesehatan.
Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensia.
Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota.
Pelayanan bidang ketangakerjaan lintas kabupaten/kota.
Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas
10.
11.
12.
13.
14.
kabupaten/kota.
Pengendalian lingkungan hidup.
Pelayanan pertahanan termasuk lintas kabupaten/kota.
Pelayanan kependudukan dan catatan sipil.
Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota.
Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh
15.
kabupaten/kota.
Urusan wajib lainnya yanng diamanatkan oleh peraturan perundangundangan.
Analisis
Merujuk pada tugas-tugas pemerintah daerah di atas, analisis saya menyoroti pada
poin ke 1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan, 2. Penyelenggaraan ketertiban
umum dan ketentraman masyarakat, 4. Penyediaan sarana dan prasana umum, 7.
Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota, 10. Pengendalian lingkungan
hidup, bahwa sikap yang ditunjukan oleh pemerintah daerah sangat tepat. Mereka
menolak kebijakan pemerintah daerah dengan dukungan kuat dari para pengamat
ekonomi, tata ruang kota, komunikasi, pertamina, daan sebagainya bahwasanya
pemerintah daerah berhak menolak kebijakan dari pemerintah pusat dengan
memperhatikan dampak buruk yang terjadi dalam jangka panjang. Banyak alternatif
kebijakan lain yang sebenarnya menjadi fokus seperti nasehat Direktur Bank Dunia Sri
Mulyani bahwa Indonesia seharusnya menangani infrasruktur, karena dampaknya sangat
besar di bidang ekonomi dibandingkan fokus pada kebijakan mobil murah.
Pengarahan pelaksanaan otonomi daerah harus nyata dan bertanggungjawab.
Otonomi daerah harus sesuai dengan pembinaan politik dan kesatuan bangsa, keserasian
hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah atas dasar keutuhan negara
kesatuan harus terjamin. Hal ini akan sejalan apabila perkembangan dan pembangunan
daerah harus terjamin (Kansil:2003).
Analisis saya jelas bahwa dalam pembuatan kebijakan seharusnya memang ada
keserasian antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sehingga tanggungjawab
adanya otonomi daerah dapat menjamin adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
C. Kesimpulan
Berpijak pada kontroversi yang saya himpun dari berbagai media massa baik
cetak maupun oline, saya dapat menganalisis etika pemerintah daerah dalam menanggapi
kebijakan low cost green car. Analisis pertama berdasarkan pendekatan perilaku politik
atau behavioralism yang saya kaji dari beberapa buku, dimana analisis tersebut
berdasarkan latar belakang individu secara personal pemerintah pusat dan daerah. Dari
segi pemerintah pusat, tampaknya ada indikasi kepentingan politik Partai Demokrat,
PAN, dan Golkar dimana individu di dalamnya sepaham untuk mengeluarkan kebijakan
mobil murah dengan alasan meningkatkan industri automotif dan menyiapkan diri
bersaing pada pasar bebas ASEAN tahun 2015. Banyak pengamat yang menyatakan
bahwa kebijakan tersebut terkesan tergesa-gesa dan akan membawa dampak buruk
seperti kemacetan, dan polusi udara. Bahkan banyak pihak yang mengatakan bahwa ini
ialaah strategi partai untuk menurunkan elektabilitas Joko Widodo dan PDIP dalam
pemilu 2014 mendatang.
Tetapi dilihat dari segi personal pemerintah daerah yang getol menolak kebijakan
tersebut yaitu Joko Widodo dan Ganjar Pranowo dimana berasal dari partai yang sama
(PDIP) dan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmoko yang erat sekali dengan Joko Widodo
disinyalir ada sebab-sebab personal yang saling terikat pada lingkungan PDIP. Mereka
ialah anggota partai yang sama dan tentu mempunyai visi yang sama. Disusul dengan
pemerintah daerah lainnya yang ada menerima kebijakan mobil murah, ada juga yang
menolak. Mereka menolak bukan tanpa alasan, utamanya ialah dampak lingkungan
daerah yang akan terserang juga didukung oleh para pengamat ekonomi, tata ruang kota,
komunikasi, dan pihak pertamina. Nasehat Direktur Bank Dunia Sri Mulyani untuk lebih
berfokus pada perbaikan infrastruktur dan pihak pertamina yang menolak karena harus
ada akomodasi baru pemakaian BBM bersubsidi yang meningkat.
Analisis kedua berdasarkan aturan hubungan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dimana pemerintah daerah berhak memberikan penolakan terhadap wewenang
dari pusat dengan alasan yang sudah ditetapkan. Seperti menjamin pembangunan daerah,
menyejahterakan rakyat, memberikan fasilitas umum yang memadai, pngendalian
lingkungan, dan mencegah masalah sosial. Sehingga etika pemerintah daerah yang
menolak kebijakan mobil murah karena pelaksanaan otonomi daerah sudah seharusnya
memperhatikan kebutuhan rakyat dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu adanya keserasian
seperti aturan yang sudah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Handoyo, Eko dkk. 2010. Etika Politik dan Pembangunan. Semarang: Widya
Karya Press
Sastroatmodjo, Sudijono. 1995. Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press
Chilcote, Ronald. 2003. Teori Perbandingan Politik, terjemahan Haris Munandar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Labolo, Muhadan. 2011. Demokrasi Politik dan Pemerintah Darah. Jakarta:
Indeks
Kansil. 2003. Sistem Pemerintah Daerah Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Kompas. 2013. Nissan Juga Luncurkan Mobil Murah. XIII. 080. 19 September.
Hlm. 19.
Kompas. 2013. Momentum Benahi Transportasi. XIII. O86. 25 September. Hlm.
1. 15.
Kompas. 2013. Pemda Perlu Bersatu Desak Pusat. XIII. 087. 26 September. Hlm.
1.
Kompas. 2013. Pembenahan Infrastruktur Menjadi Kunci. XIII. 087. 26
September. Hlm. 40.
Kompas. 2013. Ada Juga Mobil-mobil yang Eksotik. XIII. 087. 26 September.
Hlm. 34.
Kompas. 2013. Pasar Domestik Maju, Ekspor Menjanjikan. XIII. 087. 26
September. Hlm. 35.
Kompas. 2013. Honda Ikut Masuk Pasar MPV Low. XIII. 087. 26 September.
Hlm. 38.
http://halocities.com/ diunduh Jumat, 27 September 2013 |
19:23 WIB
Haryono, Asep. 2013. Jokowi: Mobil Murah Program Nggak Benar.
http://www.pontianakpost.com/, diunduh Jumat, 27 September 2013 |
19:25 WIB
Purniawan, Arif. 2013. Jateng Keberatan Mobil Murah.
http://issuu.com/seputar-indonesia/docs/media_profil_sindo_2010_-_
2011_new?mode=embed&viewMode=presentation&layout=http%3A%2F%2F,
diunduh Jumat, 27 September 2013 | 19:27 WIB
Laeis, Zuhdiar. 2013. Marzuki Alie Dukung Mobil Murah.
http://www.antaranews.com, Jumat, 27 September 2013 |
19:28 WIB
Suryawati, Estu. 2013. Pengamat: Mobil Murah Bentuk Inkonsistensi Kebijakan
Pemerintah. http://www.kompas.com/, Jumat, 27 September 2013 |
19:30 WIB
Jatmiko, Bambang Priyo. 2013. FITRA : Kebijakan Mobil Murah adalah Sebuah
Ironi. http://www.kompas.com/, Jumat, 27 September 2013 |
19:34 WIB
Martinus, Yaspen. 2013. Kebijakan Mobil Murah Salah Orientasi.
http://www.tribunnews.com/, Jumat, 27 September 2013 |
19:37WIB
Asril, Sabrina. 2013. PDI-P: Soal Mobil Murah, Jokowi Tak Membangkang dari
Pemerintah Pusat. http://www.kompas.com/, diunduh Jumat, 27 September
2013 | 19:40 WIB
Ardhi, Yogi. 2013. Pertamina Siap Pasok Gas Mobil Murah.
http://www.republika.com, diunduh Jumat, 27 September 2013 |
19:41 WIB
Putra, Karyadi Sutajah. 2013. Low Cost Green Car.
http://www.suaramerdeka.com/, diunduh Jumat, 27 September 2013 |
19:43 WIB
LOW COST GREEN CAR (LCGC) ATAU MOBIL MURAH DARI PEMERINTAH PUSAT
Malisa Ladini: Pemikiran tentang Etika Kebijakan
Ilmu Politik, UNNES
A. PENDAHULUAN
Ketika kita berbicara mengenai etika, tentu kita akan menyebutnya sebagai perilaku
seseorang. Etika hampir sama dengan nilai sosial yaitu tolok ukur sesuatu yang baik atau buruk
di masyarakat. Etika bersifat universal, berlaku umum dimanapun masyarakat berada, tapi karena
tiap masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda maka etika juga bersifat relatif (Handoyo
2010:2). Tak lepas dengan kehidupan politik pemerintah daerah juga diharapkan berjalan sesuai
etika. Etika tersebut dinamakan etika politik. Pemerintah daerah merupakan kepanjangan tangan
dari pemerintah pusat yang diberi tanggungjawab untuk mengatur rumah tangganya sendiri.
Pengertian ini merupakan otonomi daerah yang sampai sekarang masih berjalan di Indonesia.
Mempersoalkan etika anggota pemerintah itu penting sebab mereka menjadi representasi
masyarakat. Etika sendiri adalah pagar atau pembatas perilaku yang tidak selamanya diatur
dalam dunia politik (Labolo, 211)
Pemerintah daerah dapat membuat kebijakan-kebijakan untuk mengatur bagi kebaikan
daerahnya. Tentu hal ini dapat berjalan lancar seiring dengan dukungan pemerintah pusat yang
menjadi kunci utama dalam memperbaiki negeri. Tapi apa jadinya apabila kebijakan yang dibuat
pemerintah pusat justru menuai pro dan kontra oleh pemerintah daerah. Umumnya ketidak
sepahaman pemerintah daerah dikarenakan keputusan dari pemerintah pusat justru menyimpang
dalam praktisnya ketika sudah sampai ke daerah. Sedang masalah daerah merupakan
tanggungjawab pemerintah daerah.
Paper ini akan memberikan analisis berkenaan dengan pro dan kontra kebijakan mobil
murah yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dari beberapa sumber media massa yang beredar,
baik dari surat kabar dan surat harian online. Saya juga akan memberikan ulasan beberapa
penolakan yang terjadi akibat dikeluarkannya kebijakan mobil murah tersebut. Seperti
Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang dimotori Joko Widodo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar
Pranowo, Wali kota Bandung Ridwan Kamil dan Wali kota Solo FX Hadi Rudyatmoko menolak
keluarnya kebijakan mobil murah tersebut. Penolakan tersebut dikaitkan dengan dampak buruk
yang akan terjadi setelah dijalankannya kebijakan itu. Tingkat konsumsi mobil yang meningkat
tentu akan mengakibatkan kemacetan dan meningkatnya penggunaan bahan bakar minyak.
Padahal sebelum dikeluarkannya kebijakan tersebut saja, di berbagai kota besar telah banyak
mengalami masalah kemacetan lalu lintas. Tentu dalam penolakan, pemerintah daerah harus
menggunakan etika politik yang sesuai.
B. PEMBAHASAN
Ringkasan Berita dari Berbagai Media Massa
Keluarnya kebijakan Pemerintah Pusat tentang Low Cost Green Car (LCGC)
yang dimulai dengan adanya Indonesia Internasional Motor Show IIMS 2013, Jakarta
Internasional Expo JIE tampaknya menuia kontroversi. Sebab ini berakibat pada
perbedaan pendapat dengan sejumlah pemerintah daerah di Indonesia. SBY (Partai
Demokrat) sebagai presiden, Boediono, Menko Perekonomian Hatta Rajasa (PAN),
Menteri Perindustrian MS Hidayat (Partai Golkar), Menteri Perdagangan Gita Wirjawan
(Peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat) yakin bahwa adanya Kebijakan
tersebut dapat membuat industri mobil di Indonesia akan maju. Ini juga merupakan
kebijakan pemerintah untuk menghapus kesenjangan sosial yang terjadi di kalangan
masyarakat Indonesia. Pemerintah pusat mengharapkan masyarakat menengah juga dapat
merasakan hal yang sama dengan masyarakat kelas tinggi. Tapi kebijakan ini justru
ditentang tegas oleh pemerintah DKI Jakarta. Jokowi menolak adanya kebijakan mobil
murah karena peminatnya pasti paling tinggi untuk wilayah Jabodetabek. Tentu ini akan
membuat semakin parahnya kemacetan di ibu kota padahal pemerintah DKI Jakarta
sedang berupaya keras menanggulangi kemacetan. Disusul dengan Gubernur Jawa
Tengah Ganjar Pranowo juga menolak adanya kebijakan mobil murah dari pusat sebab
kini Semarang sudah mirip Jakarta yang cukup krusial terkait hal kemacetan. Hal serupa
dirasakan oleh Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Wali Kota Solo FX Hadi
Rudyatmoko yang tidak menyetujui kebijakan tersebut.
Analisis Kontoversi Kebijakan LOW COST GREEN CAR (LCGC) atau Mobil
Murah (Dihimpun dari beberapa Media Massa)
1. Pendukung Kebijakan (Pro Pemerintah Pusat)
a. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Kompas 18/9)
Adanya
kebijakan
mobil
murah
ialah
trobosan
untuk
mengembangkan industri kendaraan bermotor yang terarah pada
peningkatan ekspor mobil secara utuh di Indonesia.
b. Gubernur Bali, Made Mangku Pastika (News Ticker 20/9)
Kebijakan mobil murah sangat bagus karena akan mendukung
masyarakat bawah dapat mempunyai mobil. Tetapi untuk harga Rp 100
juta-an masih mahal, terbilang murah kalau harganya Rp 20 juta.
Kekhawatiran macet, akan dibuat jalan baru sebab banyak imigran di Bali
yang meningkat setiap tahunnya.
c. Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil (Pontianak Post Online 20/19)
Ridwan tidak setuju dengan kebijakan mobil murah sebab akan
menambah kendaraan dan mempersempit usaha menekan kemacetan.
Menurutnya mobil murah hanya dipasok di daerah yang belum padat
penduduk.
d. Menko Perekonomian, Hatta Rajasa (Sindo 23/9)
Hatta mendukung adanya kebijakan mobil murash asalkan ke
depan bisa berhenti untuk tidak impor dan kebijakan ini harus betul-betul
memenuhi kriteria untuk mengurangi BBM bersubsidi. “Kita harus
mengikuti roadmap mobil nasional dan mengurangi efek rumah kaca”,
ujarnya.
e. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Marzuki Alie (antaranews Jateng
24/9)
Ia mendukung adanya kebijakan mobil murah. Alasannya karena
Indonesia harus siap menghadapi pasar bebas ASEAN 2015. Apabila tidak
disiapkan dengan adanya mobil murah maka Indonesia akan kalang kabut
dengan masuknya mobil murah dari Thailand tahun 2015 mendatang.
Untuk bersaing dengan pasar bebas ASEAN 2015, Indonesia harus
memberikan penguatan pada industri automotif. Apabila Indonesia dapat
menjadi produsen mobil murah yang unggul, maka persaingan produk
ASEAN tidak akan bisa masuk ke dalam negeri.
Marzuki Alie justru sangat prihatin dengan pemerintah daerah yang
menolak adanya kebijakan tersebut karena hal ini ialah cara untuk
menanggulangi persaingan pasar bebas di ASEAN dengan memperkuat
industrialisasi automotif. Hal ini justru dijadikan kambing hitam
kemacetan. Menurutnya kemacetan yang ada di daerah ialah tanggung
jawab pemerintah daerah untuk membuat tata ruang yang baik. “Tata
ruang kota dan daerah melingkupi banyak aspek, Jepang juga menjadi
negara produsen automotif tetapi tidak macet karena tata ruangnya tepat”,
katanya.
f. Wali Kota Makassar Sulawesi Selatan, Ilham Arief Sirajuddin
(Kompas 25/9)
Ia telah menyiapkan transportasi massal yang memadai salah
satunya pemberian fasilitas bus jalur khusus seperti di Jakarta untuk
menanggulangi dampak kemacetan akibat kebijakan mobil murah dari
pusat. Banyak kelas menengah yang memerlukan mobil sehingga
kebijakan mobil murah ada positifnya. Ia tidak akan kuatir mobil tersebut
akan digunakan sebagai fasilitas sehari-hari apabila transportasi umumnya
baik dan aman. Ia juga mencanangkan adanya penambahan ruas jalan.
Model trans busway akan diterapkan di ruas utama kota dengan enam
koridor. Namun semua itu masih terganjal pada infrastruktur jalan yang
tidak bisa dilalui oleh bus khusus.
g. Wali Kota Tegal, Jawa Tengah Ikmal Jaya (Kompas 25/9)
Pemerintah daerah tidak akan bisa menolak masuknya mobil
murah oleh pemerintah pusat. Sehingga hal yang dapat diupayakan untuk
mengatasi kemacetan ialah meningkatkan infrastruktur, memperlebar ruas
jalan, meningkatkan kualitas angkutan umum, dan meningkatkan
penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas. Pemerintah kota Tegal akan
membenahi terminal dan halte bus, menertibkan angkutan, memberikan
kenyamanan
bagi
masyarakat
pengguna
angkutan
umum,
dan
membebaskan biaya uji kendaraan angkutan umum yang beroperasi di
wilayah Tegal.
h. Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
Kementrian Perindustrian, Budhi Dharmadi (Kompas 26/9)
Ia mengatakan uji kelayakan mobil hemat energi dan harga
terjangkau terus jalan. Mobil yang sudah dinyatakan lolos uji ialah Astra
Daihatsu Ayla dan Astra Toyota Agya. Honda dan Suzuki sudah lolos uji
perusahaan tapi produknya masih dalam tahap verifikasi
i. Genderal Manager Honda Surabaya Center, Wendy Miharja (Kompas
26/9)
Belum sebulan diluncurkan, permintaan di Jawa Timur sudah
ratusan unit.
2. Penolak Kebijakan (Kontra Pemerintah Pusat)
a. Menteri Perhubungan, EE Mangindaan (Kompas 18/9)
Ia menghimbau agar produksi mobil murah yang akan masuk ke
pasar murah tidak terlalu banyak. Apabila akan mengusung ramah
lingkungan seharusnya diperhatikan juga kapasitas jalan.
b. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (Pontianak Post Online 18/9)
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menolak kebijakan mobil
murah karena akan menambah beban jalan di kota besar semakin macet.
Menurutnya pertimbangan mobil murah harus dipikirkan. Kalau memang
konsep mobil murah itu diproduksi dalam negeri hal yang bagus sebab
akan merangsang industri dalam negeri. “Tapi kalau impor lebih baik
jangan”, ujarnya.
(Sindo 23/9) Ganjar Pranowo menilai kebijakan mobil murah itu
terlalu tergesa-gesa. Seharusnya yang perlu kita pikirkan bukan mobil
murah bagi rakyat tetapi transportasi murah untuk rakyat.
c. Koordinator
Forum
Indonesia
untuk
Transparansi
Anggaran(FITRA), Uchok Sky Khadafi (Kompas.com 22/9)
Menurutnya pemerintah hanya tergiur pada pajak mobil yang akan
didapatkan, meskipun itu tidak seberapa sebab tidak sebanding dengan
dampak yang akan didapatkan berupa polusi udara dan kemacetan.
Adapun rincian target pendapatan pajak yang akan dituai sebagai berikut:
(1) SIM ditargetkan sebesar Rp 1 triliun.
(2) STNK ditargetkan sebesar Rp 1 triliun.
(3) STCK ditargetkan sebesar Rp 32,1 milyar.
(4) BPKB ditargetkan sebesar Rp 1 triliun.
(5) TNKB ditargetkan sebesar Rp 897,3 milyar.
(6) Simulator ditargetkan sebesar Rp 284,5 milyar.
(7) Denda Pelanggaran Lalu Lintas ditargetkan sebesar Rp 2,4
milyar.
d. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, (ESDM) (Sindo 23/9)
Adanya kebijakan mobil murah akan berdampak buruk pada
peningkatan BBM bersubsidi.
e. Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir
(Sindo 23/9)
Adanya mobil murah akan berdampak pada peningkatan BBM
bersubsidi. Kebijakan ini juga membuat masyarakat menengah dapat
memiliki mobil dan menambah armadanya. Tentu pemerintah harus
menyiapkan rancangan APBN lagi guna mengatasi peningkatan BBM
bersubsidi. Pekerjaan baru bagi pemerintah untuk mengakomodasi
peningkatan BBM bersubsidi.
f. Direktur Bank Dunia, Sri Mulyani (Sindo 23/9)
Direktur Bank Dunia saat menghadiri APEC Finance Minister
Meeting 2013 di Nusa Dua Bali mengingatkan, bahwa pemerintah
seharusnya lebih fokus pada pembangunan infrastruktur dan peningkatan
investasi infrastruktur daripada harus mementingkan kebijakan mobil
murah. Sebab infrastruktur dalam jangka panjang akan membuat dampak
lebih besar di bidang ekonomi dan menekan inflasi dan defisit transaksi
berjalan (current account). Hal ini mengingat bahwa Indonesia masih
mempunyai hambatan besar di bidang inffrastruktur dan adanya
infrastruktur yang baik tentu dapat mengurangi beban logistic yang besar.
g. Direktur Institute for Development of Economics and Finance
(INDEF), Enny Sri Hartati (Kompas.com 23/9)
Kebijakan mobil murah akan berpengaruh pada mikro dan makro
pembangunan secara ekonomi. Ini ialah kebijakan tidak masuk akal,
alasannya sebagai berikut:
(1) Mobil murah tetapi tidak boleh memakai premium sehingga yang
dibidik bukan masyarakat kurang mampu.
(2) Tidak ada transportasi yang memadai sehingga masyarakat harus
kredit mobil.
(3) Kebijakan yang sangat membebani dari pemerintah sebab harus
impor minyak mentah.
(4) Pembengkakan subsidi BBM bisa sampai Rp 70 triliun.
(5) Apabila hal ini adalah trobosan untuk ekspor tapi pemerintah
justru sudah memesan 20.000 unit mobil.
(6) Apabila mobil murah berharga Rp 100 juta-an ini termasuk berat
bagi masyarakat bawah, apalagi distribusinya susah untuk
sampai Papua. Hal ini bukan kebijakan pemerataan melainkan
menumbuhkan kesenjangan juga.
h. Transportasi Society, Danang Parikesit (Tribunnews.com 25/9)
Kebijakan yang muncul dari pemerintah pusat terkait mobil murah
masih sangat belum matang dan terlalu cepat.
i. Tenaga Ahli DPR, Karyudi Sutajah Putra (Suara Merdeka.com 25/9)
Ia mengatakan adanya kebijakan mobil murah sebenarnya ialah
cara SBY (Partai Demokrat) sebagai presiden, Boediono, Menko
Perekonomian Hatta Rajasa (PAN), Menteri Perindustrian MS Hidayat
(Partai Golkar), Menteri Perdagangan Gita Wirjawan (Peserta Konvensi
Calon Presiden Partai Demokrat) untuk menjatukan elektabilitas Jokowi
dan partainya perihal pemilu 2014 mendatang. Apabila dampaknya Jokowi
tidak mampu menertibkan Jakarta tentu elektabilitasnya akan menurun
drastis. Inilah cara-cara politik kotor untuk menang dalam pemilu presiden
2014 nanti.
j. Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Kompas 25/9)
Ia mempertanyakan komitmen pemerintah pusat terkait kebijakan
mobil murah dengan janjinya untuk menanganani kemacetan. Ia juga
sudah berupaya untuk memberikan surat kepada Wakil Presiden RI
Boediono terkait penanganan kemacetan ibu kota. Sebab Jokowi sudah
melaksanakan program untuk mengatasi kemacetan, sedang kebijakan
tersebut justru menyimpang dengan program yang telah dicanangkan.
k. Ketua Organda DKI Jakarta, Shafruhan (Kompas 25/9)
Menurutnya pemerintah pusat harus fair membuat kebijakan.
Dampak yang akan timbul adanya kebijakan mobil murah harus
dipikirkan. Apabila dampak dilimpahkan pada pemerintah daerah rasanya
tidak adil.
l. Kepala Dinas Perhubungan DKI, Udar Pristono (Kompas 25/9)
Ada beberapa hal penanganan kemacetan di Jakarta yang belum
direalisasikan oleh pemerintah pusat seperti electronic road pricing
(ERP/jalan berbayar). Pemerintah DKI juga sedang menunggu realisasi
pengadaan bus dan penambahan transjakarta. Pemerintah juga DKI sudah
mencanangkan 17 kebijakan sebagai langkah mengurangi kemacetan,
beberapa diantaranya sebagai berikut:
(1) Melakukan sterilisasi jalur bus trans jakarta.
(2) Mengkaji ulang kebijakan parkiran.
(3) Melakukan perbaikan jalan.
(4) Melakukan penertiban angkutan umum.
(5) Memulai pembangunan mass rapid transit (MRT).
(6) Memperbaiki jalur pejalan kaki.
(7) Melakukan restrukturisasi angkutan umum.
m. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Kompas 25/9)
Ia menghimbau adanya penanganan dampak kemacetan akibat
kontroversi adanya kebijakan mobil murah. Pemerintah harus endorong
adanya transportasi yang aman, nyaman, dan terjangkau bagi masyarakat.
Menurutnya kemacetan di Jakarta akan bisa dibendung apabila ada jalur
(rel) khusus untuk transportasi non-busway mencapai panjang 100
kilometer dan sekarang baru 16 kilometer.
n. Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmoko (Kompas 25/9)
Ia akan menekan jumlah kendaraan yang bergerak di jalanan dan
menerapkan tarif parkir yang tinggi. Tapi sebelumnya Pemerintah kota
Solo akan menyediakan transportasi masal yang murah dan nyaman.
Menambah koridor baru untuk Batik Solo Trans (BST). Pemerintah daerah
akan mengenakan tarif parkir Rp 5000,00 /jam.
o. Wakil Wali Kota Malang, Sutiaji (Kompas 25/9)
Ia tidak setuju dengan adanya mobil murah sebab masyarakat akan
memiliki gaya hidup mempunyai mobil itu lebih baik. Pemerintah kota
justru sedang menggarap angkutan umum yang lebih baik. Ia akan
menerapkan kebijakan adanya mobil jemputan bagi anak sekolah. Ini ialah
langkah awal mengantisipasi adanya kemacetan.
p. Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Kompas 25/9)
Ia akan segera mengoperasikan MRT di Surabaya pada tahun 2015.
Pemerintah kota juga sedang menggarap gedung parkiran sehingga
pemilik kendaraaan pribadi akan lebih suka menggunakan angkutan
umum. Perlu strategi membanjirnya mobil murah, yaitu dengan pengadaan
angkutan umum yang baik dan aman. Angkutan massaal berbasis rel yang
akan dibangun awal tahun 2015 akan cukup membantu.
q. Pengamat Kota, Yayat Supriyatna (Kompas 26/9)
Ia menghimbau adanya dukungan dari pemimpin daerah lain untuk
menekan adanya mobil murah. Sebab pemerintah DKI Jakarta tidak bisa
menolak sendiri.
r. Pengajar UNIKA Soegijapranata Semarang Prodi Teknik Sipil, Djoko
Setijowarno (Kompas 26/9)
Ia mengatakan bahwa 95 persen lebih kota-kota di Indonesia
memiliki pelayanan sarana transportasi umum yang masih buruk. Sejak
naiknya harga BBM terjadi penuruunan 40 persen beroperasinya angkutan
umum. Seharusnya pemerintah pusat dapat mengembalikan pendapatan
pajak ari sektor industri automatif kepada penanganan sarana transportasi
publik. Sekitar 520 Kepala Daerah hanya kurang lebih 10 orang saja yang
peduli pada ketersediaan angkutan umum yang memadai.
(Sindo 23/9) Djoko mengatakan bahwa adanya kebijakan mobil
murah tersebut akan merangsang masyarakat membeli mobil murah
akibatnya banyak kendaraan yang beredar dan macet.
Analisis Etika Politik “Best Practice” Pemerintah Pusat VS Pemerintah Daerah dengan
Pendekatan Perilaku (Behavior Approach) Behavioralism
Pemerintahan yang baik (good governance) ialah pemerintahan yang beretika
menggunakan asas dan prinsip pemerintahan yang baik dan mematuhi kaidah good
governance. Berbeda dengan government yang berarti mengatur dan betindak otoriter,
totaliter, bahkan bisa menjadi despotis apabila tidak ada kontrol dari rakyat. Sedang
governance ialah pemerintahan yang mengelola kepentingan rakyat dan menerapkan
prinsip demokrasi. Pemerintahan yang baik erat hubungannya dengan pemerintahan yang
bersih (Handoyo, 2010:90).
Merujuk pada kontroversi kebijakan mobil murah dan pengertian good
governance di atas, kita dapat menganalisisnya dengan salah satu pendekatan yaitu
pendekatan perilaku. Kebijakan pemerintah daerah Jakarta dan Jawa Tengah untuk
menolak adanya mobil murah apakah suatu best practise atau justru sikap
pembangkangan? Kemudian manakah yang lebih pro rakyat, apakah pemerintah pusat
atau pemerintah daerah?
Pendekatan perilaku ialah aktualisasi kegiatan politik. Perilaku lembaga politik
dilihat dari segi personal perilaku individu dengan pola tertentu.
Dibalik tindakan
lembaga-lembaga politik salah satunya terdapat keputusan pemerintah. Pendekatan
perilaku yang ditelaah bukan lembaganya melainkan latar belakang individu yang
mengendalikan lembaga. Perilaku aktor politik seperti perencanaan, pengambilan
keputusan, dan penegakan keputusan dipengaruhi oleh berbagai dimensi latar belakang
yang merupakan bahan dalam latar belakang politiknya (Sastroatmodjo, 1995:13).
Pendekatan perilaku behavioralisme berfokus pada serangkaian masalah yang
terkait dengan proses pembelajaran dan sosialisasi, motivasi, persepsi, sikap terhadap
kekuasaan, dan sejenisnya (Chilcote 2004:28). Sehingga kita dapat menganalisis
kebijakan pemerintah daerah yang menolak kebijakan pemerintah pusat terkait keluarnya
mobil murah berdasarkan latar belakang aktor di dalamnya baik dari segi pemerintah
pusat dan pemerintah daerah.
1.
Identifikasi Pendekatan Perilaku Politik Pemerintah Pusat dalam
membuat Kebijakan Mobil Murah
a.
Lingkungan Sosial Politik tidak Langsung
(1) Media massa
Media massa ialah pintu utama bagi masyarakat Indonesia
untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi di pemerintahan.
Setelah keluarnya kebijakan pemerintah pusat terkait adanya
mobil murah, tampaknya media massa baik dari surat kabar dan
surat harian online terus memberitakan perihal kontroversi yang
terjadi.
Bahkan diberitakan pula pada media massa Suara Merdeka
ada persaingan politik dibalik kebijakan mobil murah yang
diluncurkan. Staf Ahli DPR misalnya, yang berbicara di depan
media bahwa adanya trik dari pemerintah pusat yang digawangi
oleh Partai Demokrat, PAN, dan Golkar yang sengaja
menurunkan elektabilitas Jokowi dalam pemilu 2014 mendatang.
Menurutnya
banyaknya
pesanan
mobil
akan
membuat
penanganan Jokowi terhadap ibukota menjadi kacau akibatnya
rakyat tidak menaruh simpati lagi terhadap Jokowi.
b.
Lingkungan Sosial Politik Langsung
(1) Keluarga
Apabila dilihat dari segi keluarga pemerintah pusat, saya
menganalisisnya dari segi pemerintah pusat yang dimotori oleh
presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Partai Demokrat) dan
Menko Perekonomian Hatta Rajasa (PAN) yang nota bene
ialah besan dari presiden berpendapat sama bahwa keluarnya
kebijakan mobil murah ialah suatu strategi yang ditujukan
untuk penguatan industri automotif di Indonesia.
(2) Kelompok Pergaulan
Dilihat dari kelompok pergaulan politik tiap partai
mempunyai kelompok dan kedekatan masing-masing. Dari segi
pemerintah
pusat
yang
bernada
sama
sepakat
untuk
mengeluarkan kebijakan mobil murah di Indonesia yaitu SBY
(Partai Demokrat) sebagai presiden, Boediono, Menko
Perekonomian Hatta Rajasa (PAN), Menteri Perindustrian MS
Hidayat (Partai Golkar), Menteri Perdagangan Gita Wirjawan
(Peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat) ialah satu
keompok partai yang seirama. Seperti ketika pemilihan
gubernur Jawa Tengah kendaraan politik yang digunakan Bibit
Waluyo dan Sudijono Sastroatmdjo ada tiga partai yaitu Partai
Demokrat, PAN, dan Golkar. Menurut saya, ketiga partai itu
kini juga membuat lingkaran yang sama untuk bahu membahu
kelancaran masuknya mobil murah di Indonesia.
c.
Struktur Kepribadian
Dilihat dari segi pemerintah pusat dalam hal struktur
kepribadian, nampaknya kubu Partai Demokrat sudah kehilangan
nama baik. Banyaknya aktor politik yang berpartai Demokrat
namun ternyata menjadi tersangka korupsi membuat rakyat sudah
tidak lagi simpati. Kini rakyat sedang menaruh harapan besar pada
PDIP yang digawangi Jokowi sebagai “best practice”. Secara
psikologis Partai Demokrat sudah tidak lagi percaya diri untuk
memenangkan pemilu 2014 sebab elektabilitasnya kini jauh di
bwah Jokowi.
d.
Situasi Sosial Politik Langsung
Dilihat dari segi situasi sosial politik yang terjadi saat ini
etika politik best practice memang selalu tersemat oleh nama
Jokowi. Jokowi selalu dielu-elukan rakyat bahwa sosoknya
terkenal mengabdi pada rakyat dan jujur. Situasi inilah yang
membuat munculnya berita bahwa tim Partai Demokrat yang kini
kehilangan nama baiknya untuk menggeser nama Jokowi dengan
cara mengeluarkan kebijakan mobil murah. Banyaknya masyarakat
yang memesan mobil dengan harga murah secara cash maupun
kredit akan membuat wilayah daerah macet khususnya ibukota
Jakarta. Banyak pihak yang berpikir bahwa inilah cara sengit Partai
Demokrat untuk menarik simpati publik bahwa pemerintah daerah
khususnya Jokowi telah gagal mengatasi kemacetan.
2.
Identifikasi Pendekatan Perilaku Politik Pemerintah Daerah dalam
Menanggapi Kebijakan Mobil Murah
a.
Lingkungan Sosial Politik tidak Langsung
(1) Media massa
Dari berbagai sumber media yang saya himpun, menurut saya
media massa mengarahkan masyarakat untuk menolak adanya
kebijakan mobil murah. Sebab sebagian besar sumber media selalu
menghadirkan kontra para tokoh dan sejumlah pemerintah daerah
yang menolak masuknya mobil murah ke Indonesia dengan jumlah
yang besar.
Sebagian besar berita media yang saya ambil seakan membentuk
opini publik bahwa pemerintah pusat bersikap egois dan tidak pro
rakyat. Disebutkan pula oleh Direktur Institute for Development of
Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati berbicara di
surat harian online kompas bahwa kebijakan mobil murah ialah
suatu yang tidak rasional karena yang dibidik bukan masyarakat
bawah apabila tidak boleh menggunakan bahan bakar premium
sedang premium ialah bahan bakar bersubsidi yang diberikan
pemerintah untuk masyarakat tidak mampu, juga harga mobil yang
dibandrol berkisar Rp 100 juta-an merupakan hal yang jauh dari
jangkauan masyarakat daerah.
Koordinator Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran
(FITRA), Uchok Sky Khadafi juga berbicara di surat harian
kompas justru mengatakan bahwa pemerintah pusat mengeluarkan
kebijakan mobil murah hanya untuk mengeruk keuntungan dari
pajak mobil yang akan didapatkan. Media massa kompas juga
seakan mendukung Jokowi dan gencar memberitakan penolakan
Jokowi terhadap kebijakan tersebut. Tuntutan Jokowi terhadap
perbaikan kemacetan lalu lintas yang belum direalisasikan oleh
pemerintah pusat juga banyak mendapatkan sorotan media.
Dibandingkan dengan surat harian online Antaranews, Ketua
Dewan Perwakilan Rakyat, Marzuki Alie justru keras mendukung
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pusat sebab ini ialah
strategi canggih yang diberikan pemerintah untuk siap bersaing
pasar bebas ASEAN 2015 mendatang. Ia juga menyayangkan
adanya protes dari pemerintah daerah yang mengaitkan usaha
kemajuan industri automatif dengan kemacetan lalu lintas,
menurutnya kemacetan disebabkan oleh tata ruang kota yang
buruk.
Menurut saya, dengan identifikasi pendekatan perilaku melalui
faktor sosial politik tidak langsung yaitu media massa kontroversi
yang terjadi juga berkaitan dengan pemilik atau penguasa media
yang menyiarkan berita tersebut. Sebut saja misalnya kompas dan
suara merdeka lebih banyak menampilkan yang kontra daripada
yang pro. Kompas juga lebih mendukung Jokowi dibandingkan
dengan pemerintah pusat. Sedangkan Antaranews cenderung
menjadi
pendukung
pemerintah
pusat
dan
menyalahkan
pemerintah daerah.
b.
Lingkungan Politik Langsung
a. Keluarga
Sedangkan dari keluarga pemerintah daerah yaitu Jokowi
yang nota bene bekas wali kota Solo meskipun kini telah
menjadi gubernur DKI Jakarta, tetapi ikatan kekeluargaan
dengan wali kota Solo yang baru yaitu FX Hadi Rudyatmoko
masih terjalin erat sehingga mereka berdua sepakat untuk tidak
menyetujui banjirnya mobil murah di Indonesia karena akan
membawa dampak buruk.
b. Kelompok Pergaulan
Sedangkan dari kubu kontra ada Gubernur DKI Jakarta
Joko Widodo (PDIP), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo
(PDIP), Wali Kota Badung Ridwan Kamil, dan Wali Kota Solo
FX Hadi Rudyatmoko didominasi oleh PDIP. Dimana Joko
Widodo dan Ganjar Pranowo nampaknya seperjuangan dan
sepaham untuk menolak masuknya mobil murah sebab “kini
Semarang macetnya sudah mirip Jakarta”, ujar Ganjar.
Menurut saya gabungan partai dan pergaulan politik aktor
politik sangat berpengaruh pada kebijakan politik yang mereka
keluarkan. Mereka akan mendukung atau menolak seirama
dengan apa yang dilontarkan oleh aktor politik yang berpartai
sama. Ini adalah bentuk kerjasama tubuh partai untuk
mempertahankan eksistensi di depan rakyat. Namun sampai
saat ini elektabilitas Jokowi masih tinggi, sehingga bisa saya
simpulkan bahwa sesungguhnya opini publik lebih cenderung
berpihak pada setiap apa yang dilontarkan oleh Jokowi.
Masyarakat juga masih menganggap Jokowi ialah aktor politik
pemerintah daerah yang pro rakyat dan best pratice.
c. Struktur Kepribadian
Sedangkan dilihat dari kepribadian Jokowi dan Ganjar
Pranowo yang berlatar belakang PDIP sedang mendapat
banyak simpati dari rakyat. Etika politik yang dimiliki PDIP
masih mendapat kesan bahwa mereka pro rakyat. Apalagi
prestasi Jokowi sendiri juga bagus dan banyak mendapat
perhatian dari rakyat.
d. Sosial Politik Langsung
Situasi sosial politik Jokowi yang dekat dengan rakyat
membuat semua bantahan yang ia berikan pada kebijakan
mobil murah oleh pemerintah pusat dapat dipahami oleh
rakyat. Pendukung Jokowi yang disebut “wong cilik” percaya
pada pendapat Jokowi benar. Tentu dampak yang diakibatkan
atas kebijakan tersebut tambah mengganggu masyarakat
Indonesia. Selain akan bmenambah macet juga anak-anak di
bawah umur yang tidak boleh mengendarai mobil cenderung
terpikat untuk mengendarai mobil murah. Hal ini berdampak
buruk pada lalu lintas di jalan raya.
Analisis Etika Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Handoyo (2010:69) menulis bahwa Pasal 18 UUD 1945 menyatakan negara
Indonesia dibagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi lagi atas kabupaten dan
kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah secara otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan sesuai dengan otonomi daerah. Ada
tiga asas otonomi daerah yaitu sebagai berikut:
1. Desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam
sistem NKRI.
2. Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
kepada gubernur sebaga wakil pemerintah dan kepada instansi vertikal di
wilayah tertentu.
3. Tugas pembantuan yaitu penugasan dari pemerintah daerah dan desa dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten atau kota dan desa serta dari
pemerintah kabupaten atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas
tertentu.
Analisis
Merujuk pada ketiga tugas otonomi daerah di atas, pemerintah daerah mempunyai
hak dan kewajiban untuk melakukan pembantuan atau tugas yang diberikan oleh
pemerintah pusat. Namun dalam pelaksanaan kebijakan mobil murah ada perbedaan
pendapat dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Setelah pelimpahan wewenang ke
pemerintah daerah untuk mengakomodasi banjirnya permintaan mobil murah oleh
masyarakat, jusru sejumlah pemerintah daerah seperti Gubernur DKI Jakarta Joko
Widodo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmoko,
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Wakil Wali Kota Malang, Sutiaji, Wali Kota
Surabaya, Tri Rismaharini menolak adanya kebijakan mobil murah dari pemerintah.
Khususnya etika pemerintah daerah yang digadang Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo
menolaknya dengan cara santai tapi santun. Bahkan ia telah mengirim surat ke Wakil
Presiden Boediono terkait dengan tolakannya terhadap kebijakan mobil murah.
Berkaitan dengan hal ini, hubungan pemerintah pusat dan daerah sebagai berikut:
1.
Hubungan administrasi yaitu hubungan yang terjadi sebagai konsekuensi
kebijakan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang merupakan satu
kesatuan dan penyelenggaraan sistem administrasi daerah.
2.
Hubungan kewilayahan yaitu hubungan yang terjalin meskipun dilimpahkan
pada daerah otonom tapi masih berada pada lingkup NKRI.
Analisis
Merujuk pada kedua hubungan di atas, menurut analisis saya etika pemerintah
daerah yang menolak kebijakan mobil murah dengan alasan kepentingan rakyat di jalan
raya khususnya kota besar adalah hal yang bijak. Sebelum mengeluarkan kebijakan, tentu
rakyat seharusnya diberi wadah untuk ikut memberi solusi. Kebijakan tergesa-gesa tentu
akan menimbulkan banyak pro-kontra. Hal yang menjadi penting ialah bagaimana semua
kebijakan yang dikeluarkan dapat menyatukan NKRI, bukan memecah belah karena
kebijakan yang dikeluarkan hanya ditunggangi oleh kepentingan golongan elit negeri ini,
Urusan wajib pemerintah daerah berskala provinsi, kabupaten/kota meliputi
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Perencanaan dan pengendalian pembangunan.
Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang.
Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.
Penyediaan sarana dan prasana umum.
Penanganan bidang kesehatan.
Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensia.
Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota.
Pelayanan bidang ketangakerjaan lintas kabupaten/kota.
Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas
10.
11.
12.
13.
14.
kabupaten/kota.
Pengendalian lingkungan hidup.
Pelayanan pertahanan termasuk lintas kabupaten/kota.
Pelayanan kependudukan dan catatan sipil.
Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota.
Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh
15.
kabupaten/kota.
Urusan wajib lainnya yanng diamanatkan oleh peraturan perundangundangan.
Analisis
Merujuk pada tugas-tugas pemerintah daerah di atas, analisis saya menyoroti pada
poin ke 1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan, 2. Penyelenggaraan ketertiban
umum dan ketentraman masyarakat, 4. Penyediaan sarana dan prasana umum, 7.
Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota, 10. Pengendalian lingkungan
hidup, bahwa sikap yang ditunjukan oleh pemerintah daerah sangat tepat. Mereka
menolak kebijakan pemerintah daerah dengan dukungan kuat dari para pengamat
ekonomi, tata ruang kota, komunikasi, pertamina, daan sebagainya bahwasanya
pemerintah daerah berhak menolak kebijakan dari pemerintah pusat dengan
memperhatikan dampak buruk yang terjadi dalam jangka panjang. Banyak alternatif
kebijakan lain yang sebenarnya menjadi fokus seperti nasehat Direktur Bank Dunia Sri
Mulyani bahwa Indonesia seharusnya menangani infrasruktur, karena dampaknya sangat
besar di bidang ekonomi dibandingkan fokus pada kebijakan mobil murah.
Pengarahan pelaksanaan otonomi daerah harus nyata dan bertanggungjawab.
Otonomi daerah harus sesuai dengan pembinaan politik dan kesatuan bangsa, keserasian
hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah atas dasar keutuhan negara
kesatuan harus terjamin. Hal ini akan sejalan apabila perkembangan dan pembangunan
daerah harus terjamin (Kansil:2003).
Analisis saya jelas bahwa dalam pembuatan kebijakan seharusnya memang ada
keserasian antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sehingga tanggungjawab
adanya otonomi daerah dapat menjamin adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
C. Kesimpulan
Berpijak pada kontroversi yang saya himpun dari berbagai media massa baik
cetak maupun oline, saya dapat menganalisis etika pemerintah daerah dalam menanggapi
kebijakan low cost green car. Analisis pertama berdasarkan pendekatan perilaku politik
atau behavioralism yang saya kaji dari beberapa buku, dimana analisis tersebut
berdasarkan latar belakang individu secara personal pemerintah pusat dan daerah. Dari
segi pemerintah pusat, tampaknya ada indikasi kepentingan politik Partai Demokrat,
PAN, dan Golkar dimana individu di dalamnya sepaham untuk mengeluarkan kebijakan
mobil murah dengan alasan meningkatkan industri automotif dan menyiapkan diri
bersaing pada pasar bebas ASEAN tahun 2015. Banyak pengamat yang menyatakan
bahwa kebijakan tersebut terkesan tergesa-gesa dan akan membawa dampak buruk
seperti kemacetan, dan polusi udara. Bahkan banyak pihak yang mengatakan bahwa ini
ialaah strategi partai untuk menurunkan elektabilitas Joko Widodo dan PDIP dalam
pemilu 2014 mendatang.
Tetapi dilihat dari segi personal pemerintah daerah yang getol menolak kebijakan
tersebut yaitu Joko Widodo dan Ganjar Pranowo dimana berasal dari partai yang sama
(PDIP) dan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmoko yang erat sekali dengan Joko Widodo
disinyalir ada sebab-sebab personal yang saling terikat pada lingkungan PDIP. Mereka
ialah anggota partai yang sama dan tentu mempunyai visi yang sama. Disusul dengan
pemerintah daerah lainnya yang ada menerima kebijakan mobil murah, ada juga yang
menolak. Mereka menolak bukan tanpa alasan, utamanya ialah dampak lingkungan
daerah yang akan terserang juga didukung oleh para pengamat ekonomi, tata ruang kota,
komunikasi, dan pihak pertamina. Nasehat Direktur Bank Dunia Sri Mulyani untuk lebih
berfokus pada perbaikan infrastruktur dan pihak pertamina yang menolak karena harus
ada akomodasi baru pemakaian BBM bersubsidi yang meningkat.
Analisis kedua berdasarkan aturan hubungan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dimana pemerintah daerah berhak memberikan penolakan terhadap wewenang
dari pusat dengan alasan yang sudah ditetapkan. Seperti menjamin pembangunan daerah,
menyejahterakan rakyat, memberikan fasilitas umum yang memadai, pngendalian
lingkungan, dan mencegah masalah sosial. Sehingga etika pemerintah daerah yang
menolak kebijakan mobil murah karena pelaksanaan otonomi daerah sudah seharusnya
memperhatikan kebutuhan rakyat dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu adanya keserasian
seperti aturan yang sudah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Handoyo, Eko dkk. 2010. Etika Politik dan Pembangunan. Semarang: Widya
Karya Press
Sastroatmodjo, Sudijono. 1995. Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press
Chilcote, Ronald. 2003. Teori Perbandingan Politik, terjemahan Haris Munandar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Labolo, Muhadan. 2011. Demokrasi Politik dan Pemerintah Darah. Jakarta:
Indeks
Kansil. 2003. Sistem Pemerintah Daerah Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Kompas. 2013. Nissan Juga Luncurkan Mobil Murah. XIII. 080. 19 September.
Hlm. 19.
Kompas. 2013. Momentum Benahi Transportasi. XIII. O86. 25 September. Hlm.
1. 15.
Kompas. 2013. Pemda Perlu Bersatu Desak Pusat. XIII. 087. 26 September. Hlm.
1.
Kompas. 2013. Pembenahan Infrastruktur Menjadi Kunci. XIII. 087. 26
September. Hlm. 40.
Kompas. 2013. Ada Juga Mobil-mobil yang Eksotik. XIII. 087. 26 September.
Hlm. 34.
Kompas. 2013. Pasar Domestik Maju, Ekspor Menjanjikan. XIII. 087. 26
September. Hlm. 35.
Kompas. 2013. Honda Ikut Masuk Pasar MPV Low. XIII. 087. 26 September.
Hlm. 38.
http://halocities.com/ diunduh Jumat, 27 September 2013 |
19:23 WIB
Haryono, Asep. 2013. Jokowi: Mobil Murah Program Nggak Benar.
http://www.pontianakpost.com/, diunduh Jumat, 27 September 2013 |
19:25 WIB
Purniawan, Arif. 2013. Jateng Keberatan Mobil Murah.
http://issuu.com/seputar-indonesia/docs/media_profil_sindo_2010_-_
2011_new?mode=embed&viewMode=presentation&layout=http%3A%2F%2F,
diunduh Jumat, 27 September 2013 | 19:27 WIB
Laeis, Zuhdiar. 2013. Marzuki Alie Dukung Mobil Murah.
http://www.antaranews.com, Jumat, 27 September 2013 |
19:28 WIB
Suryawati, Estu. 2013. Pengamat: Mobil Murah Bentuk Inkonsistensi Kebijakan
Pemerintah. http://www.kompas.com/, Jumat, 27 September 2013 |
19:30 WIB
Jatmiko, Bambang Priyo. 2013. FITRA : Kebijakan Mobil Murah adalah Sebuah
Ironi. http://www.kompas.com/, Jumat, 27 September 2013 |
19:34 WIB
Martinus, Yaspen. 2013. Kebijakan Mobil Murah Salah Orientasi.
http://www.tribunnews.com/, Jumat, 27 September 2013 |
19:37WIB
Asril, Sabrina. 2013. PDI-P: Soal Mobil Murah, Jokowi Tak Membangkang dari
Pemerintah Pusat. http://www.kompas.com/, diunduh Jumat, 27 September
2013 | 19:40 WIB
Ardhi, Yogi. 2013. Pertamina Siap Pasok Gas Mobil Murah.
http://www.republika.com, diunduh Jumat, 27 September 2013 |
19:41 WIB
Putra, Karyadi Sutajah. 2013. Low Cost Green Car.
http://www.suaramerdeka.com/, diunduh Jumat, 27 September 2013 |
19:43 WIB