TEORI INVESTASI DAN PASAR MODAL fix (2)

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Perekonomian Global
Dana Moneter Internasional (IMF) kembali menurunkan perkiraan
ekonomi dunia. Laporan ekonomi dunia IMF, World Economic Outlook,
memperkirakan pertumbuhan dunia sebesar 3,2% tahun ini dan 3,5% di tahun
2017. Ekonom IMF, Maurice Obstfeld, menggambarkan tingkat pertumbuhan
"semakin mengecewakan".
Situasi ekonomi dunia belum pulih dari kelesuan sepanjang tahun lalu.
Bank Dunia memprediksi pertumbuhan global 2016 masih lemah. Sejumlah faktor
membuat kondisi ekonomi tetap rentan.
Pertama, Amerika Serikat yang menjadi penggerak pertumbuhan global
berada dalam posisi menjaga suku bunga rendah untuk menggairahkan ekonomi
mereka. Sementara itu, ekonomi Eropa dalam tahap perbaikan menghadapi risiko
karena Inggris berencana keluar dari Uni Eropa. Ada pula krisis pengungsi. Di
belahan dunia lain, pertumbuhan ekonomi Jepang juga belum membaik. Hal ini
terkait efek kebijakan penerapan suku bunga negatif.
Direktur Departemen Penelitian dan Penasihat Ekonomi IMF Maurice
Obstfeld mengatakan, kecepatan ekonomi dunia untuk tumbuh masih melambat.
Hanya negara-negara yang pasarnya tengah berkembang (emerging market), yang
masih menunjukan potensi perbaikan. Yakni mampu tumbuh hingga tujuh persen,

dan terendah empat persen. Perkiraan ini sepertinya merujuk kepada pertumbuhan
ekonomi di Cina, India, dan beberapa negara berkembang lainnya, seperti
Indonesia.
Faktor kedua, harga komoditas tetap rendah seiring pasokan minyak yang
masih tinggi dan permintaan tidak meningkat secara cepat. Ketiga, perubahan
iklim berpotensi menciptakan 100 juta orang miskin baru. El Nino atau
kekeringan tahun ini, yang terparah sejak akhir 1990-an, melanda banyak
kawasan, seperti Afrika Timur dan Selatan, Amerika Tengah, dan Karibia.

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

1

Penyebab terakhir yakni konflik yang semakin tegang belum menciptakan
ketidakstabilan ekonomi terutama di Timur Tengah dan Eropa Timur. Untuk itu,
Bank Dunia mengimbau setiap negara menciptakan fondasi yang lebih kuat untuk
mengatasi risiko volatilitas perekonomian global. Kebijakan makroekonomi perlu
dipadukan dengan peningkatan daya saing dan produktivitas serta membangun
kelembagaan yang kuat dan efektif.
1.2 Perekonomian Indonesia

Pertumbuhan global yang lemah pada tahun 2015 telah berdampak pada
Indonesia, dengan pertumbuhan hanya sebesar 4,8% tahun lalu. Pertumbuhan
Indonesia pada tahun 2015 cukup baik untuk negara pengekspor komoditas, tetapi
belum cukup untuk menyerap sekitar 3 juta anak muda yang baru masuk dalam
pasar tenaga kerja, juga tidak cukup untuk membalik tren pengentasan kemiskinan
yang

melambat.

mengandalkan

Untuk

perluasan

mempercepat
ruang

fiskal


pertumbuhan,
dalam

jangka

Indonesia

harus

pendek,

sambil

memperkenalkan reformasi untuk memfasilitasi investasi dan mengurangi biaya
berusaha untuk jangka menengah.
Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan PDB sebesar 5,1% untuk
tahun 2016, dan 5,3% untuk tahun 2017. Proyeksi ini lebih rendah 0,2% dari
proyeksi bulan Desember, akibat kondisi eksternal yang lebih lemah dari
perkiraan awal, serta kemungkinan pertumbuhan pendapatan rendah yang bisa
menjadi hambatan bagi rencana pemerintah untuk meningkatkan belanja.

Berkurangnya subsidi bahan bakar minyak, yang setara 20% belanja
pemerintah pusat pada tahun 2014, menciptakan ruang fiskal untuk melakukan
investasi publik yang besar – investasi pemerintah pusat naik 42% tahun-ke-tahun
pada tahun 2015 – untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Namun, pendapatan akan lebih rendah dari sasaran APBN 2016, akibat
harga minyak dan gas yang lebih rendah dari perkiraan. Menjaga belanja modal
akan memerlukan defisit fiskal di atas 2,8% dari PDB dan memangkas

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

2

pengeluaran yang bukan prioritas. Perluasan fiskal saja tidak bisa menaikkan
pertumbuhan menjadi di atas 5%. Hal ini akan bergantung pada perbaikan
aktivitas sektor swasta, khususnya investasi. Pertumbuhan konsumsi masyarakat
tetap moderat pada kuartal terakhir tahun 2015, sementara pendapatan dari
manufaktur dan ekspor komoditas terus turun.
Pertumbuhan

ekonomi


Indonesia

diperkirakan

akan

mengalami

peningkatan menjadi 5,30 persen dari perkiraan awal 5,04 persen, serta akan terus
meningkat hingga 5,70 persen di tahun 2017 mendatang dengan diberlakukannya
tax amnesty di Indonesia. i sisi lain, pertumbuhan ekonomi semakin bagus ini
jelas akan memicu aliran-aliran dana asing untuk masuk kembali ke Indonesia
terutama melalui stock market. Hal ini bisa dilihat dari dengan adanya respon
positif yang terus mendorong kenaikan IHSG setelah pengesahan RUU tersebut
diberlakukan.
Dana asing yang masuk ke Pasar saham (IHSG) telah mencapai Rp 9,5 triliun
hanya dalam tenggang waktu 9 hari kerja bursa (28 Juni 2016-15 Juli 2016). Ini
mengakibatkan kenaikan IHSG dari 4.836,052 poin menjadi 5,110.178 poin
(+5,67%) pada penutupan Jumat, 15 Juli 2016 lalu. (www.worldbank.org)


Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

3

BAB 2
ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL

2.1

Analisis Fundamental
Analasis fundamental dapat digunakan investor untuk menganalisa

kesehatan perekonomian perusahaan dengan melihat perekonomian industri dan
perekonomian makro. Analisis fundamental juga dipakai oleh investor pasif
(investor yang melakukan pembelian aset keuangan dan disimpan dalam jangka
waktu yang lama atau lebih dari satu tahun untuk dijual ketika mendapatkan
untung) untuk mengambil sebuah keputusan beli, tahan, dan jual. Penulis
menggunakan pendekatan Top Down dalam strategi investasi ini untuk dapat
menemukan emiten yang baik untuk digunakan dalam jual beli saham, berikut

uraiannya
2.1.1 Analisa Makro Ekonomi
2.1.1.1 Inflasi
Inflasi yang sangat tinggi itu sangat bepengaruh terhadap kegiatan
ekonomi yang lain seperti pada investasi dan harga saham. Semakin tinggi
angka inflasi hal itu memiliki arti bahwa tingkat harga saham pada sebuah
perusahaan mengalami penurunan. Inflasi yang naik akan berdampak pada
lemahnya minat investor untuk berinvestasi di pasar modal.

INFLASI
10.00%
8.00%
6.00%
4.00%
2.00%
0.00%

8.38%

8.36%

6.38%

3.79%

4.30%

2011

2012

3.67%

2013

2014

2015

2016


INFLASI

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

4

Grafik 2.1.1.1 Inflasi, diolah (www.bi.go.id)

2.1.1.2 BI Rate
Tingkat suku bunga akan mempengaruhi pola pembelanjaan dari
konsumen. Tingkat suku bunga tidak hanya mencerminkan biaya konsumsi
saat ini dan masa mendatang, tetapi juga mencerminkan harapan inflasi dan
risiko kredit (Muhardi, 2013). Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh
yang berbanding lurus dengan inflasi. Artinya, jika inflasi naik dimana
jumlah uang beredar sangat banyak akan membuat bank sentral, dalam hal
ini Bank Indonesia berupaya untuk menurunkan jumlah uang beredar
dengan menaikkan tingkat BI rate yang membuat masyarakat berupaya
untuk menabungkan uangnya di Bank atau berinvestasi di pasar uang.
Masyarakat akan cenderung memilih berinvestasi di Deposito ataupun SBI.


BI RATE
7.40%
7.20%
7.00%
6.80%
6.60%
6.40%
6.20%
6.00%

7%
7%
7%

7%

7%
7%

Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16


Grafik 2.1.1.2 BI Rate, diolah dari (www.bi.go.id)

2.1.1.3 Kurs
Kurs adalah nilai tukar suatu mata uang. Kurs Rupiah mempunyai
dampak yang besar dalam mempengaruhi pasar modal. Kurs Rupiah yang

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

5

menguat akan mempengaruhi jumlah uang beredar di Indonesia dimana
jumlah uang beredar akan semakin sedikit. Menguatnya kurs rupiah yang
didukung dengan penurunan inflasi akan menyebabkan minat investor
untuk berinvestasi di pasar modal cenderung naik karena BI akan
menurunkan BI Rate, sehingga investor yang tadinya berinvestasi di pasar
uang akan beralih investasi di pasar modal.

Grafik 2.1.1.3 Kurs Rupiah, diolah (www.kursdollar.net)

2.1.1.4 PDB
Produk domestik bruto (PDB) merupakan faktor yang dapat
digunakan dalam mengukur kinerja makro ekonomi. PDB mencerminkan
market value dari barang dan jasa yang dihasilkan secara domestik. Dalam
rangka memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) terdapat 3
indikator: leading indicator (berupa consumer spending, consumer
confidence, dan market index), lagging indikator (sebagai indikator yang
bergerak

mengikuti

perubahan

ekonomi

saat

ini

seperti

tingkat

pengangguran), dan coincident indicator (seperti industrial production,
personal income, dan retail sales. (Muhardi, 2013).

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

6

Grafik
2.1.1.4
GDP
Indonesia, diolah (www.tradingeconomics.com)

2.1.1.5

Kondisi Makroekonomi Indonesia
Kondisi Makroekonomi Indonesia tahun 2016 dinilai sangat baik

dimana inflasi turun yang menyebabkan suku bunga BI juga turun dan
dinilai minat investor untuk masuk ke pasar modal cukup besar. Hal itu juga
didukung dengan program tax amnesty dan repatriasi dimana terjadi
penarikan uang dari luar negeri ke Indonesia yang kebanyakan dialokasikan
di pasar modal. Selama 9 hari program tax amnesty dilakukan IHSG sudah
mengalami kenaikan dari 4.836,052 poin menjadi 5,110.178 poin (+5,67%).
2.1.2 Analisis Industri
2.1.2.1 Agricultrure

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

7

Grafik 2.1.2.1 Industri Agriculture (Sumber: Chart Nexus)

Dari gambar chart di atas, menunjukkan bahwa industri agriculture
ini mengalami penurunan tajam disbanding pasarnya di tahun 2015. Pada
pertengahn bulan April 2016 terjadi penyempitan dimana pita Bohlinger
Band yang menandai adanya break, setelah terjadinya break dapat dilihat
colume pembelian saham yang sangat tinggi. Pada awal Bulan Juli,
Candlestick sudah menyentuh pita BB yang dirAmalkan akan adanya tren
naik, namun Ichimoku Kinko Hyo meramalkan bahwa keadaan industri ini
akan mengalami penurunan setelah Bulan Juli.

2.1.2.2

Industri Dasar dan Kimia

Grafik 2.1.2.2 Industri Dasar dan Kimia (Sumber: Chart Nexus)

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

8

Dalam industri ini juga digambarkan bahwa pada tahun 2016 ini,
industri dasar dan kimia mengalami penurunan drastic disbanding tahun
kemarin. Performa industri ini mulai membaik setelah pada bulan April pita
BB mulai menyempit yang menggambarkan break menuntun industri ini
mulai mempunyai kondisi yang baik. Hal ini juga didukung oleh Indikator
Ichimoku Kinko Hyo. Namun pada pertengahan Bulan Juli ini, diramalkan
industri ini akan kembali mengalami penurnan. Hal ini ditandai dengan
indicator Ichimoku Kinko Hyo yang mulai berubah menjadi daerah biru, dan
penyempitan pita BB, yang artinya pasar mulai sepi atau pembentukan tren
yang berlawanan dengan tren yang diramalkan sebelumnya.
2.1.2.3

Industri Barang Konsumsi

Grafik 2.1.2.3 Industri Barang Konsumsi (Sumber: Chart Nexus)

Dalam industri konsumsi ini, terlihat peningkatan paling besar
pada Bulan Februari yang ditandai dengan terbukanya lebar pita Bollinger
Band. Selain itu, sempat terjadi penurunan pada awal Bulan Juni sedikit
ketika terjadi event bulan Ramadhan yang menekan konsumsi masyarakat
sedikit. Namun, pada bulan Juli peningkatan mulai terjadi lagi. Namun,
karena indicator candlestick sudah menyentuh batas atas PPita BB
diramalkan industri ini akan mengalami penurunan. Selain itu, ramalan ini
didukung indicator Ichimoku Kinko Hyo yang juga akan mengalami
penurunan.

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

9

2.1.2.4

Finance

Grafik 2.1.2.4 Industri Finance (Sumber: Chart Nexus)

Sama seperti industri lainnya, industri keuangan juga mengalami
pelemahan di tahun 2016 ini. Namun, indeks ini menunjukkan perbaikan
pasar saat bulan Desember 2015. Saham di industri ini terus naik sampai
akhir bulan Mei mengalami penurunan. Bulan Juli 2016 ini menjadi puncak
pertumbuhan industri perbankan yang ditunjukkan dengan diagram candle
stick yang menembus pita BB, MA 1 dan MA 2. Namun setelah
pertumbuhan tertinggi ini, indicator Ichimoku Kinko Hyo menujukkan akan
terjadi penurunan pada industri ini karena, pergerakan industri nya sudah
menembus batas – batas atas indicator yang seharusnya akan segera
dipantulkan ke bawah.
2.1.2.5 Infrastructure, Utilities and Transportation

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

10

Grafik 2.1.2.5 Industri Infrastructure, Utilities, and Transportation (Sumber:
Chart Nexus)

Dalam gamabr di atas menunjukkan bahwa industri ini sedang
mengalami tren kenaikan yang akan terjadi samapi lepas bulan Agustus.
Setelah pada bulan Juni akhir menyentuh pita BB, industri ini mulai
memantul ke atas dan naik ke atas, sehingga pada bulan Juli mengalami
kenaikan tinggi samapi enembus batas MA 1 &2 serta pita BB. Hal ini
sejalan dengan keadaan IHSG yang menguat menyambut hari raya Lebaran.
Prospek industri ini ke depannya juga bagus karena Indonesia sedang
mengalami perkembangan infrastruktur yang besar – besaran dalam
pemerintahan Presiden Joko Widodo, sehingga kinerja industri ini ke
depannya akan sangat baik.
2.1.2.6

Pertambangan

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

11

Grafik 2.1.2.6 Industri Pertambangan (Sumber: Chart Nexus)

Dalam indicator ini, industri pertambangan mengalami peurunan
yang cukup drastic, dan memulai rebound kembali mulai bulan April. Hal ini
disebabkan karena harga minyak dunia yang mulai naik dan saham – saham
perusahaan pertambangan yang underprice. Namun, kenaikan ini diyakini
hanya sementara karena kinerja harga batu bara yang belum mengalami
perbaikan. Jika hal ini terus terjadi, batu bara sebagai komoditas utama
penunjang industri pertambangan, akan menggerakkan industri ini ke
penurunan lagi.
2.1.2.7 Aneka Industri

Grafik 2.1.2.7 Industri Aneka (Sumber: Chart Nexus)

Dalam industri ini, tahun 2016 menjadi tahun peningkatan industri
ini. Namun, pada pertengahan bulan Mei terjadi penurunan besar yang
ditunjukkan adanya perubahan tren. Perubahan tren ini ditunjukkan oleh pita
BB yang mulai melebar dan saat ini pita BB mulai menyempit yang akan
menandakan perubahan tren. Perubahan tren ini kurang baik karena
candlestick sudah menyentuh batas atas pita BB dan MA 1 & 2 yang artinya
pasar akan mengalami penurunan. Selain itu, indicator Ichimoku Kinko Hyo
mengindikasikan penurunan dengan daerah biru.

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

12

2.1.2.8

Property,

Real

Estate

and

Building

Construction

Grafik 2.1.2.8 Industri Property, Real Estate, and Building Construction
(Sumber: Chart Nexus)

Industri ini adalah industri yang digambarkan sangat berkembang
selama 5 tahun terakhir oleh banyak portal berita. Dimana lonjakannya
mencapai 12% selama 5 tahun berakhir. Investor perlu berharap di industri
ini karena perkembangannya cukup baik dan stabil. Ichimoku Kinko Hyo
meramalkan kinerja industri ini akan terus naik dan berkembang. Di
samping itu, perkembangan besar – besaran di sector property akan
memberikan return yang signifikan pada investor. Industri ini sangat baik
untuk dijadikan investasi jangka pendek maupun panjang.
2.1.2.9

Perdagangan, Jasa dan Investasi

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

13

Grafik 2.1.2.9 Industri Perdagangan, Jasa dan Investasi (Sumber: Chart Nexus)

Dalam chart ini industri perdagangan dan jasa banyak terdapat naik
dan turun. Pada tahun 2016 ini memang terjadi penurunan pada awal 2016,
namun industri ini mampu bangun kembali. Puncak peningkatannya terjadi
di Bulan Juli saat terjadi lebaran di mana semua industri retail sangat banyak
mengalami peningkatan. Industri ini diramalkan oleh Ichimoku Kinko Hyo
akan terus naik ke depannya.
2.1.3 Analisis Mikro Perusahaan
2.1.3.1 PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, biasa disebut Telkom
Indonesia atau Telkom

adalah

perusahaan informasi dan komunikasi serta

penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap di Indonesia. Telkom
mengklaim sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, dengan
jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak 15 juta dan pelanggan telepon seluler
sebanyak 104 juta.
1. Rasio Likuiditas
Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban (utang) jangka pendek.
a. Current Ratio
Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh
tempo dengan aktiva lancar yang tersedia. Current ratio yang rendah

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

14

biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi,
sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean
menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat
mengurangi kemampuan laba perusahaan (Sawir, 2009:10)
Tabel 2.1.3.1.1.1 Perbandingan Current Ratio Perusahaan Subsektor Komunikasi

. TLKM dalam rasio lancar ini selama bertahun – tahun berada di
tingkat teratas dari perusahaan pembanding lainnya. Selama bertahun –
tahun, TLKM, mempunyai rasio lancar sebesar 0.91, 0.96, 1.16, 1.16, dan
1.06. Rasio ini menunjukkan bahwa TLKM menjadi perusahaan
komunikasi terlikuid dalam sektornya, karena kemampuan perusahaan ini
untuk melunasi utang jangka pendejnya baik.

Grafik 2.1.3.1.1.1 Perbandingan Current Ratio Perusahaan
Subsektor Komunikasi
b. Quick Ratio
Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk
mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

15

lancar dengan persediaan. Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio
umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin
baik kondisi perusahaan.

Tabel 2.1.3.1.1.2 Perbandingan Quick Ratio Perusahaan
Subsektor Komunikasi

Grafik 2.1.3.1.1.2 Perbadingan Quick Ratio Perusahaan Subsektor
Komunikasi
Dalam rasio ini dapat dilihat, bahwa TLKM menjadi perusahaan
yang mempunyai rasio cepat yang paling baik. Selama 5 tahun, TLKM
mempunyai rasio cepat yang stabil dan berada jauh di atas perusahaan
komunikasi pesaing lainnya.
2. Rasio Solvabilitas
Menurut Fred Weston dikutip dari Kasmir (150:2008),

Rasio

Solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

16

aktiva perusahaan dibiayai dengan utang dan mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek
maupun jangka panajang apabila perusahaan dilikuidasi (dibubarkan).

a. DER (Debt to Equity Ratio)
DER menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat
menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang
mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini
disebut juga rasio leverage. Rasio leverage merupakan rasio untuk
mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Struktur
permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang
jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Wahyono,
2002:12).
Menurut Syafri (2008:303) semakin kecil rasio hutang modal
maka semakin baik dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika
jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama.

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

17

DER
50
40
30
20
10
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015
-10
-20

TLKM
EXCL
ISAT
BTEL
FREN

Tabel

2.1.3.1.2.1 Perbandingan DER Perusahaan Subsektor Komunikasi

Grafik 2.1.3.1.2.1 Perbandingan DER Perusahaan Subsektor
Komunikasi
Selama 5 tahun berturut – turut, TLKM mempertahankan rasio
DER nya stabil berada di bawah angka 1, dan jauh lebih kecil dari para
perusahaan komunikasi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja
operasinya tidak ditunjang oleh banyaknya hutang, tetapi lebih dari modal.
TLKM membuktikan sebagai dengan struktur permodalan yang baik di
antara perusahaan komunikasi lainnya.
b. DAR (Debt to Asset Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total
aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi
oleh aktiva. Menurut Sawir (2008:13) debt ratio merupakan rasio yang

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

18

memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh
kekayaan yang dimiliki.
Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva
tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total
hutang semakin besar berarti rasio financial atau rasio kegagalan
perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi.

Tabel 2.1.3.1.2.2 Perbandingan DAR Perusahaan Subsektor Komunikasi

Grafik
2.1.3.1.2.2 Perbandingan DAR Perusahaan Subsektor Komunikasi

Pada rasio DAR ini, TLKM menjadi perusahaan dengan rasio
DAR terbaik dan stabil selama 5 tahun berturut – turut di angka 0,4.
Sedangkan, perusahaan komunikasi lainnya berada di lebih dari angka 0,5.
Hal ini membuktikan bahwa TLKM dapat menutupi total hutangnya
dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Sehingga rasio kegagalan
perusahaan untuk mengembalikan pinjaman rendah.
3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif
perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya.
Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

19

penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas
menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara
penjualan dan beragam unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan
aktiva lainnya.

a.

Working Capital Turnover
Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis
terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan
banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan
untuk tiap rupiah modal kerja (Sawir, 2009:16). Modal kerja selalu dalam
keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang
bersangkutan dalam keadaan usaha.periode perputaran modal kerja
(working capital turn over period) dimulai dari saat dimana kas
diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai dimana
saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin
cepat perputaran atau makin tinggi perputarannya (turn over rate-nya).
Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung berapa
lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja
tersebut.

Tabel 2.1.3.1.3.1 Perbandingan rasio Working Capital Turnover Perusahaan
Subsektor Komunikasi

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

20

Grafik 2.1.3.1.3.1Perbandingan W.Capt Turnover Perusahaan Subsektor
Komunikasi

Dalam rasio ini, TLKM juga unggul dengan tingkat perputaran
modal kerja yang tinggi dan di tahun 2014 mengalami peningkatan yang
cukup besar. TLKM membuktikan bahwa modal kerja yang dimiliki
TLKM sangat menunjang aktivitas operasinya.
b. Total Assets Turnover
Total assets turn over merupakan perbandingan antara penjualan
dengan total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan
kecepatan perputarannya total aktiva dalam satu periode tertentu. Total
assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi
penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume
penjualan tertentu (Syamsuddin, 2009:19).
Total assets turn over merupakan rasio yang menggambarkan
perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio
ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan
meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan
aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang
sama dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya
ditingkatkan atau diperbesar.

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

21

Tabel 2.1.3.1.3.2Perbandingan T.Asset Turnover Perusahaan Subsektor Komunikasi

Grafik 2.1.3.1.3.2 Perbandingan T.Asset Turnover Perusahaan Subsektor
Komunikasi

Dalam rasio Total Asset Turnover, TLKM mempunyai rasio
tertinggi selama 5 tahun berturut – turut dibanding perusahaan
pembandingnya. Hal ini membuktikan bahwa aktiva lebih cepat berputar
dan meraih laba. TLKM menunjukkan penggunaan aktiva secara efisien
dalam menghasil penjualan dibanding perusahaan pembanding lainnya di
sub-sektor yang sama.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu
dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen
dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini
dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi
perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas.

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

22

a.

ROA (Return On Assets)
ROA adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara
keseluruhan

didalam

menghasilkan

keuntungan

dengan

jumlah

keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin,
2009:63). Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu
perusahaan. Return on assets merupakan rasio yang menunjukkan berapa
besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva
(Syafri, 2008:63).

Tabel 2.1.3.1.4.1 Perbandingan ROA Perusahaan Subsektor Komunikasi

Grafik 2.1.3.1.4.1 Perbandingan ROA Perusahaan Subsektor Komunikasi

Dalam rasio ini dapat dilihat bahwa TLKM menjadi perusahan
dengan tingkat ROA paling tinggi dan paling stabil di antara perusahaan
pembanding lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa TLKM mampu
menghasilkan keuntungan yang besar dari total nilai aktivanya.
b. ROE (Return Of Equity)
Return on equity adalah

rasio yang memperlihatkan sejauh

manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif,
mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik
modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20). ROE
Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

23

menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut
rentabilitas usaha.

Tabel 2.1.3.1.4.2 Perbandingan ROE Perusahaan Subsektor Komunikasi

Grafik 2.1.3.1.4.2 Perbandingan ROE Perusahaan Subsektor Komunikasi

Dalam rasio ini, TLKM menjadi yang paling stabil selam 5 tahun
berturut dengan rata – rata 20%. Walaupun pada tahun 2014 BTEL
mempunyai ROE tertinggi, namun TLKM masih dapat digolongkan
sebagai perusahaan dengan ROE yang baik.
5. Rasio Pasar
Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang nghubungkan harga
saham dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan
petunjuk mengenai apa yang dipikirkan invenstor atas kinerja perusahaan
di masa lalu serta prospek di masa mendatang (Moeljadi, 2006:75).
a. EPS (Earning Per Share)
Menurut Alwi (2003:77), Earning Per Share (EPS) biasanya
menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang
saham dan manajmeen. EPS menunjukan jumlah uang yang dihasilkan
(return) dari satu lembar saham. Semakin besar nilai EPS semakin besar
keuntungan yang diterima pemegang saham.

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

24

Tabel 2.1.3.1.5.1 Perbandingan EPS Perusahaan Subsektor Komunikasi

Grafik 2.1.3.1.5.1 Perbandingan EPS Perusahaan Subsektor Komunikasi

Dalam rasio EPS ini dapat dilihat bahwa TLKM selama 5 tahun
berturut – turut mebukukan keuntungan yang akan didapat oleh para
investornya secara positif. Return yang diberikan TLKM ini bahkan berada
jauh di atas perusahaan pembanding lainnya yang berada di sektor yang
sama. Hal ini menunjukkan bahwa TLKM merupakan perusahaan yang
cukup menarik para investor untuk menginvestasikan dananya, karena
return yang dijanjikan cukup besar.
b. PER (Price Earning Ratio)
Menurut

Moeljadi

(2006:75), Price

Earning

Ratio (PER)

menunjukan berapa banyak investor bersedia membayar untuk tiap rupiah
dari laba yang dilaporkan. Oleh para investor rasio ini digunakan untuk
memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilakn laba di masa
yang akan dating. Kesedian para investor untuk menerima kenaikan PER
sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang
tingkat pertumbuhan yang tingi, biasanya memiliki PER yang tinggi.
Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

25

Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah
cenderung memiliki PER yang rendah pula (Prastowo 2005:96)

Tabel 2.1.3.1.5.2 Perbandingan PER Perusahaan Subsektor Komunikasi
Grafik

2.1.3.1.5.2 Perbandingan PER Perusahaan Subsektor Komunikasi

Dalam rasio PER ini, TLKM masih mempunyai prospek rasio
yang stabil. Hal ini menunjukkan bahwa TLKM diprediksi akan
mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi dibanding perusahaan
pembanding lainnya. Rasio ini juga menyatakan bahwa TLKM diprediksi
mampu menghasilkan laba yang cukup baik di masa depan.
c. PBV (Price to Book Ratio)
Menurut Prastowo (2005:99),jika harga pasar berada di bawah nilai
bukunya, investor memandang bahwa perusahaan tidak cukup potensial.
Bila seorang investor pesimistik atau prospek suatu saham, banyak saham
dijual pada harga di bawah nilai bukunya. Sebaliknya jika investor
optimistic maka saham dijual dengan harga di atas nilai bukunya.

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

26

Tabel 2.1.3.1.5.3 Perbandingan PBV Perusahaan Subsektor Komunikasi

Grafik 2.1.3.1.5.3 Perbandingan PBV Perusahaan Subsektor Komunikasi

Dalam rasio ini, TLKM menjadi perusahaan dengan nilai PBV
tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa investor sangat optimis dengan
kinerja TLKM ke depannya. Investor juga mempunyai harapan bahwa
perusahaan ini akan sangat cocok dijadikan sebagai investasi jangka
panjang.
6. Price to Book Value Valuation (Relative Valuation)
Peramalan harga saham di masa depan dijelaskan dengan menggunakan
kondisi perusahaan saat ini dengan merata – rata kondisi perusahaan selama 5
tahun dan membandingkannya dengan melihat PIR industri yang sama.

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

27

Tabel 2.1.3.1.6.1 Rata – Rata PBV TLKM

Tabel 2.1.3.1.6.2 Rata – Rata PBV EXCL
Tabel 2.1.3.1.6.3 Rata – Rata PBV ISAT

Tabel 2.1.3.1.6.4 Nilai Intrinsik TLKM

Setelah merata – rata kondisi PBV perusahaan dengan industry yang
sejenis, rata – rata PBV yang didapat yaitu 2.96 untuk TLKM, 2.81 untuk
EXCL dan 1.71 untuk ISAT. Untuk mendapatakn nilai intrinsic TLKM harus

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

28

melakukan perkalian PBV rata – rata industry dengan BV TLKM dimana
didapatkan nilai intrinsic saham sebesar Rp 4435,59.

Tabel 2.1.3.1.6.5. Perbandingan Harga Saham TLKM

Dalam perbandingan di atas, valuasi menunjukkan bahwa nilai intrinsic
saham TLKM masih berada di bawah harga pasar TLKM. (undervalue).
Sehingga untuk investasi jangka panjang, TLKM diyakini akan memiliki
potensi yang menguntungkan investor.
7. Kesimpulan Analisis Fundamental
Sebagai perusahaan yang berada di sub sektor informasi dan komunikasi,
PT Telekomunikasi Indonesia menjadi perusahaan yang mempunyai rasio
likuiditas, solvabilitas, aktivitas, profitabilitas dan pasar yang terbaik
dibandingkan 3 perusahaan pesaingnya yang berada dalam subsector yang
sama. Dalam segi rasio fundamental, TLKM mempunyai prospek yang bagus
ke depannya.
TLKM ini menjadi saham yang sangat baik untuk para investor jangka
panjang, karena selain rasio fundamental perusahaan yang sangat baik. Selain
itu, TLKM membuktikan kualitas sahamnya dengan terus berada di indeks
LQ45.
PT WASKITA KARYA (PERSERO) TBK
PT Waskita Karya adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang
bergerak di bidang konstruki. Perusahaan ini berasal dari nasionalisasi
perusahaan Belanda Volker

Aannemings

Maatschappij

N.V. pada

tahun 1961 dan berubah bentuk menjadi persero pada tahun 1973.
1. Rasio Likuiditas

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

29

Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban (utang) jangka pendek
a. Current Ratio
CURRENT
RASIO
2010
2011
2012
2013
2014
2015
1.26
ADHI
1,14
1,13
1,24
1,39
1,34
1.30
PP
1,38
1,30
1,36
1,34
1,38
1.15
WIKA
1,36
1,14
1,10
1,10
1,12
1.21
WASKITA
1,47
1,43
1,36
Tabel 2.1.3.2.1.1 Perbandingan Current Ratio Perusahaan
Subsektor Kontruksi Bangunan

Grafik 2.1.3.2.1.1 Perbandingan Current Ratio Perusahaan Subsektor
Konstruksi Bangunan
Dalam rasio lancar ini, WSKT menjadi perusahaan dengan rasio paling baik.
WSKT yang baru saja listing tahun 2012, menjadi perusahaan dengan rasio
lancar jauh di atas perusahaan pembanding lainnya, yaitu sebesar 1,47; 1,43;
dan 1,36 selama 3 tahun berturut – turut

b. Quick Ratio
QUICK
RASIO

2010

2011

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

2012

2013

2014

2015

30

1.26
ADHI
1,12
1,11
1,22
1,37
1,32
0.98
PP
0,98
0,99
1,10
1,14
1,10
1.33
WIKA
1,17
0,97
0,93
0,94
1,03
1.18
WASKITA
1,39
1,38
1,28
Tabel 2.1.3. Perbandingan Quick Ratio Perusahaan Subsektor
Kontruksi Bangunan

Grafik 2.1.4.13 Perbandingan Quick Ratio Perusahaan Subsektor
Konstruksi Bangunan
Dalam rasio cepat ini, WSKT menjadi perusahaan dengan rasio cepat
paling baik selama 3 tahun listing. Hal ini menunjukkan bahwa WSKT mampu
mengelola asset lancar nya dengan baik selama 3 tahun berturut.
2.

Rasio Solvabilitas
Menurut Fred Weston dikutip dari Kasmir (150:2008), Rasio Solvabilitas

adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai dengan utang dan mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar
seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panajang apabila
perusahaan dilikuidasi (dibubarkan).

a. Rasio Debt to Equity Ratio

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

31

DER
ADHI
PP
WIKA
WASKITA

2010
471%
331,4%
242,5%

2011
517%
386,5%
275,1%

2012
567%
416,4%
288,9%
317%

2013
2014
528%
497%
525,5% 511,4%
290,3% 219,6%
269%
340%

2015
225%
274%
260%
212%

Tabel 2.1.3.2.2.1Perbandingan DER Ratio Perusahaan
Subsektor Kontruksi Bangunan

Grafik 2.1.3.2.2.1 Perbandingan DER Perusahaan
Subsektor Konstruksi Bangunan
Dalam rasio debt to equity ratio, WSKT mempunyai DER paling sedikit
dibanding perusahaan pembandingnya. Hal ini membuktikan bahwa WSKT
dapat mengelola modalnya dengan baik.
b. Rasio debt to assets ratio
DAR

2010

2011

2012

2013

2014

2015

ADHI

82,4%

83,8%

85%

84,1%

83,3%

69%

PP

76,8%

79,5%

80,6%

84%

83,6%

73%

WIKA

69,5%

73,3%

74,3%

74,4%

68,7%

72%

76%

72,9%

77,3%

68%

WASKITA

Tabel 2.1.3.2.2.2 Perbandingan DAR Perusahaan Subsektor Kontruksi Bangunan

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

32

Grafik
2.1.3.2.2.2 Perbandingan DAR Perusahaan Subsektor Konstruksi
Bangunan
Dalam rasio debt to assets ratio, WSKT menjadi saham dengan rasio DAR
paling baik. Hal ini membuktikkan bahwa asset WSKT dapat menutup
semua hutang – hutangnya. Sehingga risiko gagal bayar sangat kecil
terjadi.
3.

Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan

dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio
aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi
pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya
terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva
misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya.
a.

Working Capital Turnover
WORK CAP
TURNOVER
ADHI
PP
WIKA
WASKITA

2010
11,51
3,06
4,59

2011
10,98
4,04
10,87

2012
5,33
3,72
14,63
3,53

2013
3,83
3,91
17,10
4,12

2014
3,58
3,35
12,00
3,68

2015
5.52
5.99
11.12
6.21

Tabel 2.1.3.2.3.1 Perbandingan W.Capt Turnover Perusahaan Subsektor Kontruksi
Bangunan

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

33

Grafik 2.1.3.2.3.1 Perbandingan W.Capt Turnover Perusahaan Subsektor
Konstruksi Bangunan

Dalam rasio ini, WSKT menjadi saham dengan kecepatan
perputaran modal kerja terbaik kedua di bawah WIKA. Sebagai
perusahaan yang baru saja listing, WSKT menunjukkan kinerjanya yang
baik dengan mempunyai perputaran modal kerja yang cepat dibanding
asset nya.
b.

Rasio T.Assets Turnover
T.ASET
TURNOVER

2010

2011

2012

2013

2014

2015

ADHI

1,15

1,10

0,97

1,01

0,83

0.95

PP

0,81

0,90

0,94

0,94

0,85

0.74

WIKA

0,96

0,93

0,90

0,94

0,78

0.69

1,05

1,10

0,82

1.37

WASKITA

Tabel 2.1.3.2.3.2. Perbandingan T.Asset Turnover Perusahaan Subsektor Kontruksi
Bangunan

Grafik 2.1.3.2.3.2 Perbandingan T.Asset Turnover Perusahaan Subsektor
Konstruksi Bangunan

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

34

Dalam rasio ini, WSKT kembali menjadi saham yang selama 2 tahun
berturut – turut mempunyai perputaran asset paling baik dibanding perusahaan
pembanding lainnya. WSKT saat ini mempunyai perputaran yang menurun,
namun, masih bisa bersaing dengan perusahaan pembanding lainnya yang juga
merupakan anggota indeks LQ45.
4.

Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan
juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam
melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari
laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini
disebut juga rasio rentabilitas.
a. ROA
ROA
ADHI
PP
WIKA
WASKITA

2010
3,84%
3,71%
4,53%

2011
2,99%
4,90%
4,83%

2012
2,72%
3,63%
4,61%
3,04%

2013
4,20%
3,39%
4,53%
4,19%

ROA
6.00%
4.00%
2.00%
0.00%
2010

2011

2012

2013

2014

2014
3,13%
3,64%
3,86%
4,00%

2015
2.77%
4.42%
3.59%
3.46%

ADHI
PTPP
WIKA
WSKT
2015

Tabel

2.1.3.2.4.1 Perbandingan ROA Perusahaan Subsektor Kontruksi
Bangunan

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

35

Grafik 2.1.3.2.4.1 Perbandingan ROA Perusahaan Subsektor Konstruksi
Bangunan
Dalam rasio ROA ini, WSKT menjanjikan return yang besar dibandingkan
perusahaan pembanding lainnya. Sebagai perusahaan yang baru saja
melakukan listing, perkembangan perusahaan ini pesat dan menjanjikan return
yang sangat besar dilihat dari asset perusahaan.
b. ROE
ROE
ADHI
PP
WIKA
WASKITA

2010
2011
2012
2013
21,95% 18,48% 18,12% 26,36%
16,01% 23,86% 18,72% 21,21%
15,82% 18,12% 17,95% 17,66%
12,66% 15,44%

2014
18,66%
22,26%
12,35%
17,62%

ROE

ADHI
PTPP
WIKA
WSKT

30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2010

2011

2012

2013

2015
19.10%
25.61%
16.04%
17.20%

2014

2015

Tabel 2.1.3.2.4.2 Perbandingan ROE Perusahaan Subsektor Kontruksi Bangunan

Grafik 2.1.3.2.4.2 Perbandingan ROE Perusahaan Subsektor Konstruksi Bangunan

Dalam rasio ROE, WSKT mengalami peningkatan ROE tiap tahunnya yang
mengindikasikan perusahaan ini berkembang setiap tahunnya. Sehingga dapat
dilihat bahwa kinerjanya akan bagus untuk investasi jangka panjang.
5.

Rasio Pasar
Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang nghubungkan harga saham
dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan petunjuk

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

36

mengenai apa yang dipikirkan invenstor atas kinerja perusahaan di masa lalu
serta prospek di masa mendatang (Moeljadi, 2006:75).
a. EPS
EPS
ADHI
PP
WIKA
WASKITA
Industri

2010
105
42
48

2011
101
50
67

53

52

2012
119
64
83
26
72

2013
225
87
93
38
104

2014
180
110
100
52
94

2015
130
153
102
77

Tabel 2.1.3.2.5.1 Perbandingan EPS Perusahaan Subsektor Kontruksi
Bangunan

EPS
250
200
150
100
50
0
2010

2011

2012

2013

ADHI
PTPP
WIKA
WSKT
INDUSTRI

2014

2015

Grafik 2.1.3.2.5.1 Perbandingan EPS Perusahaan Subsektor Konstruksi Bangunan

Dalam rasio EPS ini, WSKT menjadi perusahaan dengan EPS terkecil. Hal
ini wajar menurut penulis karena WSKT sebagai perusahaan yang baru saja
listing selama 3 tahun, belum bisa menjanjikan laba yang cukup banyak pada
investor.
b. PER
PER
ADHI
PP

2010
8,65
19,21

2011
5,72
9,78

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

2012
14,84
12,98

2013
6,70
13,35

2014
19,34
32,54

2015
49.58
25.51

37

WIKA
WASKITA
Industri

14,26
13,45

9,15

17,75

17,02

36,78

15,10

17,04
15,87

10,6
10,19

28,51
22,97

PER

ADHI
PTPP
WIKA
WSKT
INDUSTRI

60
40
20
0
2010

2011

2012

2013

2014

27.55
22.48
17.68

2015

Tabel 2.1.3.2.5.2 Perbandingan PER Perusahaan Subsektor Kontruksi Bangunan

Grafik 2.1.3.5.2 Perbandingan PER Perusahaan Subsektor Konstruksi Bangunan

Dalam rasio PER ini, WSKT mempunyai PER yang paling kecil.
Hal ini tentu menarik investor karena PER yang kecil, membuat investor
berasumsi akan mendapatkan return yang lebih tinggi di masa depannya.
c. PBV
2015
PBV
2010
2011
2012
2013
2014
5.42
ADHI
1,9
1,05
2,68
1,76
3,58
3.69
PP
3,07
1,65
2,43
2,83
7,24
3.17
2,25
1,66
3,21
3,01
4,55
WIKA
2.43
WASKITA
2,16
1,64
5,02
Industri
2,01
1,99
2,88
1,89
3,72
Tabel 2.1.3.2.5.3 Perbandingan PBV Perusahaan Subsektor
Kontruksi Bangunan

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

38

PBV
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2010

ADHI
PTPP
WIKA
WSKT
INDUSTRI

2011

2012

2013

2014

2015

Grafik 2.1.3.2.5.3 Perbandingan PBV Perusahaan Subsektor
Konstruksi Bangunan
Dalam rasio ini, WSKT memiliki rasio yang kecil. Hal ini berarti saham
perusahaan ini masih undervalue dan layak untuk diinvestasikan melihat
potensinya di rasio lainnya.
6. Price to Book Value Valuation (Relative Valuation)
Peramalan

harga

saham

di

masa

depan

dijelaskan

dengan

menggunakan kondisi perusahaan saat ini dengan merata – rata kondisi
perusahaan selama 5 tahun dan membandingkannya dengan melihat PIR
industri yang sama.

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

39

Tabel 2.1.3.2.6.1 Rata – Rata PBV WSKT

Tabel 2.1.3.2.6.2 Rata – Rata PBV ADHI

Tabel 2.1.3.2.6.3 Rata – Rata PBV WIKA

Tabel 2.1.3.2.6.4 Rata – Rata PBV PTPP

Tabel 2.1.3.2.6.5 Nilai Intrinsik WSKT

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

40

Setelah merata – rata kondisi PBV perusahaan dengan industry yang
sejenis, rata – rata PBV yang didapat yaitu 3.53 untuk WSKT, 3.70 untuk
ADHI, 3.43 untuk WIKA dan 3.56 untuk WSKT. Untuk mendapatakn nilai
intrinsic TLKM harus melakukan perkalian PBV rata – rata industry dengan
BV WSKT dimana didapatkan nilai intrinsic saham sebesar Rp 2547.83.

Tabel 2.1.3.2.6.6 Perbandingan Harga Saham WSKT

Dalam perbandingan di atas, valuasi menunjukkan bahwa nilai intrinsic
saham TLKM masih berada di bawah harga pasar TLKM. (undervalue).
Sehingga untuk investasi jangka panjang, TLKM diyakini akan memiliki
potensi yang menguntungkan investor.
7. Kesimpulan Analisis Fundamental
Sebagai perusahaan yang berada di sub konstruksi, PT Waskita Karya Tbk
menjadi perusahaan yang mempunyai rasio – rasio yang cukup baik dan
diproyeksi dapat berkembang ke depannya.
Walaupun pada valuasi saham PT Waskita Karya terlihat mempunyai nilai
intrinsic yang lebih rendah dari nilai pasar. Namun, hal ini dimungkinkan
bahwa pasar menilai kinerja perusahaan ini cukup baik sehingga harga pasar
saham ini cukup tinggi.
Dilihat dari segi rasio – rasio, perusahaan ini digolongkan cukup aman
untuk investasi, karena walaupun baru listing selama 3 tahun. WSKT mampu
membuktikan kinerjanya yang baik dengan masuk indeks LQ45.
2.1.4 Analisis Teknikal
Analasis teknikal digunakan investor untuk menganalisa potensial untung
dan rugi melalui pergerakan saham dan indikator-indikator yang menyertainya.
Analisis teknikal dipakai oleh investor aktif (investor yang melakukan

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

41

pembelian aset keuangan dan disimpan dalam jangka waktu yang singkat atau
hanya beberapa hari untuk dijual ketika mendapatkan untung) untuk
mengambil sebuah keputusan beli, tahan dan jual.
2.1.4.1 Portofolio Perbandingan

Tabel 2.1.4.1.1 Kinerja Portofolio
Dalam table perhitungan tersebut, dapat dilihat bahwa kinerja
portofolio saham penulis cukup baik, di mana baik dalam indeks Sharpe,
Treynor dan Jensen berada lebih besar dibandingkan indeks pasarnya.
Dimana pada indeks Sharpe dan Treynor, portofolio saham mampu
membagi risikonya lebih baik di bawah indeks pasar. Sedangkan nilai
positif indeks Jensen, menunjukkan bahwa portofolio saham ini akan
memberikan return yang lebih besar dibandingkan return harapannya.
2.1.4.2 Portofolio

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

42

Code
TLKM
WSKT

Avg.Price
3800
2400

In
Out
210 0
10
0
TOTAL

Vol
10
10

M.Price
3860
2490

M.Value
3.860.000
2.490.000
6.340.000
ROE

Gain(Lost)
60.000
90.000
140.000
2.2%

Tabel 2.1.4.2.1 Tabel Return Rata – rata Portofolio
Kinerja portofolio penulis cukup baik dengan ROE yang
menguntungkan, namun penulis kurang mengambil risiko dalam
berinvestasi sehingga return yang didapatkan cenderung kecil.
2.1.4.3 Pivot Point
Pivot point digunakan penulis untuk memperhitungkan potential
gain or loss dengan melihat pada harga berapa harga saham akan
menyentuh titik support dan pada harga berapa harga saham akan
menyentuh titik resistance.

TLKM

Tabel 2.1.4.3.1 Tabel Pivot Poin TLKM

Tabel diatas menjelaskan potensial dari saham TLKM yang dibeli
pada harga Rp 3.800 sebesar 10 lot akan diprediksi memperoleh laba pada
harga Rp 4.003.3 sebesar Rp 203.333,33 jika indikator terus meningkat
maka laba yang diperoleh akan lebih besar. Perhitungan diatas juga
memperlihatkan potesial rugi pada harga Rp 3.563,3 sebesar Rp
236.666,67 dan akan dilakukan cut lost untuk mencegah terjadinya rugi

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

43

yang terlalu tinggi. Pembelian dilakukan di angka Rp 3800/lot, dimana
harga tersebut mendekati nilai pivot poin yang artinya adalah penulis
memilih waktu yang tepat dalam memasuki pasar.

Tabel 2.1.4.3.2 Tabel Pivot Poin WSKT

Tabel diatas menjelaskan potensial dari saham WSKT yang dibeli
pada harga Rp 2.400 sebesar 10 lot akan diprediksi memperoleh laba pada
harga Rp 2.626,7 sebesar Rp 226.666,67 jika indikator terus meningkat
maka laba yang diperoleh akan lebih besar. Perhitungan diatas juga
memperlihatkan potesial rugi pada harga Rp 2.283,3 sebesar Rp
116.666,67 dan akan dilakukan cut lost untuk mencegah terjadinya rugi
yang terlalu tinggi. Pembelian dilakukan di angka Rp 2400/lot yang
nilainya mendekati nilai pivot poin, sehingga dapat disimpulkan bahwa
penulis memilih waktu yang tepat dalam memasuki pasar.
2.1.4.4 Chart History

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

44

Grafik 2.1.4.4.1 Stock History TLKM
DATE
4/5/2016

CODE
TLKM

AVG.PRICE
3800

BUY
INDIKATOR
RSI

-

BOLINGER
BAND
VOLUME

-

VOLUME
10

KETERANG
AN

SEL
L

KETERANG
AN

DIBAWAH
30%
PEMBELIAN

_

DIATAS 70%

_

PENJUALAN

MENYENTUH
_
MENYENTUH
DAERAH
DAERAH
DOWN BAND
UPPER BAND
ICHIMOKU

AREA
AREA
KINKO HYO
PREDIKSI
PREDIKSI
BERWARNA
BERWARNA
UNGU
BIRU
MONEY FLOW

IHSG
_
IHSG
INDEX
MENURUN
MENINGKAT
Tabel 2.1.4.4.1 Tabel Analisis Indikator TLKM


Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

45

Grafik 2.1.4.4.2 Stock History WSKT
DATE
15/6/2016

INDIKAT
OR
RSI

CODE
WSKT

BUY


AVG.PRICE
2400

KETERANGAN

VOLUME
10

SELL

DI BAWAH 30%

KETERANGAN
DI ATAS 70%

_
BOLINGE
R BAND
VOLUME
ICHIMOK
U KINKO
HYO
MONEY
FLOW
INDEX



PEMBELIAN

PENJUALAN
_







MENYENTUH
DAERAH
DOWN BAND
AREA PREDIKSI
BERWARNA
UNGU
IHSG
MENURUN

_

_

MENYENTUH
DAERAH UPPER
BAND
AREA PREDIKSI
BERWARNA
BIRU
IHSG
MENINGKAT

Tabel 2.1.4.4.2.1Tabel Analisis Indikator WSKT
BAB III
KESIMPULAN
Analisis fundamental memperlihatkan analisis makro ekonomi Indonesia,
yang diproyeksikan oleh Bank Indonesia dimana inflasi pada tahun ini akan relatif
Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

46

rendah yang berdampak pada penurunan suku bunga BI. Penurunan suku bunga
akan mempengaruhi investor yang sebelumnya berinvestasi di pasar uang seperti,
deposito ke pasar modal. Keadaan ekonomi yang baik ini juga didukung dengan
penguatan nilai rupiah. Program tax amnesty yang dilakukan pemerintah juga
membawa dampak baik dimana banyak dana asing yang kembali ke Indonesia
diinvestasikan ke pasar modal, yang menyebabkan IHSG menguat sampai 5,67%.
Keadaan makroekonomi yang baik ini akan membawa dapak yang baik
terhadap saham – saham yang dipilih oleh penulis. Terutama program tax amnesty
ini nantinya akan lebih meningkatkan kinerja pasar modal di Indonesia.
Analisis mikro perusahaan melalui analisis fundamental menggunakan rasio
juga sangat dibutuhkan untuk menilai kinerja suatu saham dengan baik.
Perusahaan yang mampu mengelola kinerja keuangan dengan baik yang
tergambar dalam rasio akan bertahan di pasar dan dapat menarik minat investor.
Saham yang dipilih oleh penulis juga adalah saham yang terdaftar dalam indeks
LQ45 secara stabil.
Dalam berinvestasi di pasar modal juga diperlukan analisis teknikal guna
mengambil keputusan jangka pendek (trader). Analisis teknikal dilakukan pada
perusahaan pilihan yang tercantum pada portofolio dengan menganalisis Return
on Equity kinerja portofolio serta potensial laba dan rugi dari masing-masing
saham perusahaan dengan berbagai perhitungan. Selain itu, analisis teknikal
dengan menggunakan indikator – indikator digunakan untuk menentukan saat
terbaik untuk membeli atau menjual saham di dalam portofolio penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

47

Charles P. Jones 2000. Investments. 8-th edition. John Wiley & Son.
Hirschey, M. & Nofsinger, J . 2008. Investments: Analysis and Behavior.
McGraw-Hill/Irwin.
Jogiyanto H. M. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE-Yogyakarta.
Tandelilin, E. 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. 1-th
edition.Kanisius-Yogyakarta.
www.idx.co.id
www.icamel.com
www.reuters.com
finance.yahoo.com
www.bi.go.id

Kompetisi Nasional Pasar Modal 2016

48