TEKNOLOGI DAN ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
INDONESIA

TEKNOLOGI
DAN ARAH
PENDIDIKAN
MASA DEPAN
SUATU KAJIAN DAN PEMIKIRAN STRATEGIS

RICHARDUS EKO INDRAJIT

2016

Running head: ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

1

Arah Pendidikan Masa Depan dalam Konteks Perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK)


Richardus Eko Indrajit
Universitas Negeri Jakarta

Author Note
Penulis adalah Mahasiswa Program Doktor Teknologi Pendidikan Universitas
Negeri Jakarta. Tulisan ini merupakan tugas penyusunan makalah Mata Kuliah
Orientasi Baru dalam Pedagogik yang diampu oleh Prof. Zulfiati pada semester pendek
Agustus 2016. Informasi lengkap mengenai penulis dapat dilihat pada alamat situs
http://Eko-Indrajit.com atau dapat dihubungi melalui email indrajit@post.harvard.edu.

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

2

Ringkasan
Sebagai sebuah usaha sadar dan terencana untuk meningkatkan kompetensi manusia,
pendidikan telah melalui berbagai tahapan evolusi dalam perkembangannya. Manusia
sebagai subyek sekaligus obyek dalam pendidikan secara dinamis telah mengalami
berbagai kejadian dan peristiwa sejalan dengan kemajuan jaman itu sendiri. Fenomena

globalisasi yang dipicu dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah
berhasil meruntuhkan batas-batas ruang dan waktu yang selama ini menjadi penyekat
sekaligus pembatas berbagai usaha manusia untuk belajar. Adalah merupakan suatu
kenyataan bahwa pesatnya perkembangan teknologi yang ditandai dengan munculnya
berbagai inovasi dan kreasi telah menyebabkan terjadinya perubahan pola pikir dan
perilaku manusia dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Aplikasi semacam e-learning,
e-education, e-library, virtual class, smart campus, digital board, dan lain-lain - tidak
saja memberikan alternatif mengenai bagaimana melakukan proses pembelajaran di
abad ke-21 ini, namun dalam berbagai kasus telah mengubah karakteristik dari proses
belajar mengajar itu sendiri. Konsep seperti pendidikan terbuka (open education),
pendidikan jarak jauh (distance education), open educational resources (sumber daya
pendidikan terbuka), dan lain sebagainya telah menjadi sebuah gerakan yang semakin
masif dan mendunia. Tidak berlebihan jika sejumlah praktisi pendidikan melihat
fenomena ini sebagai sebuah transformasi yang bersifat revolusioner dan akan
mengubah ekosistem pendidikan di masa depan. Makalah ini mencoba untuk melihat
arah pendidikan masa depan dipandang dalam konteks perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Agar perspektif yang dipergunakan utuh dan holistik, maka
pembahasan dibagi menjadi beberapa topik sesuai dengan aspek dan komponen pada
ekosistem pendidikan Indonesia, yang secara lugas dikelompokkan ke dalam delapan
Standar Nasional Pendidikan, yaitu: kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik dan

tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya, penilaian, dan pengelolaan.
Keywords: pendidikan masa depan, teknologi informasi dan komunikasi, standar
nasional pendidikan

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

3

Arah Pendidikan Masa Depan dalam Konteks Perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK)
Pendahuluan
UNESCO dalam berbagai literaturnya mencoba memperkenalkan apa yang
diamksud dengan pendidikan abad ke-21 (Voogt & Roblin, 2010). . Spektrum
penjelasan yang coba dipaparkan mulai dari perlunya terjadi perubahan paradigma,
prinsip pembelajaran, konsep belajar, hingga pada model penyusunan rancangan
pembelajaran (instructional design) itu sendiri (Brown, 2005). Salah satu pemicu
utama yang menyebabkan terjadinya perubahan adalah perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat cepat. Penerapan TIK dalam kehidupan
manusia telah membawa berbagai perubahan dan segala konsekuensinya. Adanya

transformasi pada ekosistem pendidikan ini mau tidak mau memaksa para praktisi
pendidikan untuk mencoba memahami kembali secara fundamental mengenai
bagaimana manusia moderen melakukan aktivitas belajar untuk meningkatkan kualitas
kehidupannya sehari-hari (Trilling & Fadel, 2009). Oleh karena itulah maka perlu
dipahami secara sungguh-sungguh bagaimana perkembangan TIK memberikan
pengaruh yang nyata dan signifikan terhadap berbagai komponen penting yang ada di
dalam ekosistem pendidikan, khususnnys pada sistem pendidikan nasional di Indonesia.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Sebagai sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran dalam rangka pembentukan manusia muda, pendidikan telah
melalui berbagai tahapan evolusi dalam perkembangannya. Manusia sebagai subyek
sekaligus obyek dalam pendidikan secara dinamis telah mengalami berbagai kejadian
dan peristiwa sejalan dengan kemajuan jaman itu sendiri. Fenomena globalisasi yang
dipicu dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah berhasil
meruntuhkan batas-batas ruang dan waktu yang selama ini menjadi penyekat sekaligus
pembatas berbagai usaha manusia untuk belajar. Adalah merupakan suatu kenyataan
bahwa pesatnya perkembangan tersebut telah mentransformasikan ekosistem

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)


4

pendidikan formal menjadi lebih terbuka, inklusif, dan egaliter. Setiap satuan
pendidikan tanpa kecuali harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut,
agar dapat senantiasa relevan menjawab kebutuhan masyarakat di era global ini.
Perspektif Standar Nasional Pendidikan
Salah satu cara yang dapat dipergunakan dalam melihat ekosistem proses
pembelajaran dalam satuan pendidikan adalah melalui indikator kualitas yang telah
ditetapkan. Dalam konteks Indonesia dapat dipergunakan kacamata Standar Nasional
Pendidikan. Undang-undang mendefinisikan standar sebagai kriteria minimal tentang
sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang meliputi 8 (delapan) aspek utama, yaitu: Standar Kompetensi Lulusan, Standar
Isi, Standar Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana
Prasarana, Standar Biaya, Standar Penilaian, dan Standar Pengelolaan. Seluruh satuan
pendidikan mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi ditargetkan untuk dapat
memenuhi standar ini, bahkan melampauinya. Adalah merupakan tugas dari
pemerintah dibantu oleh masyarakat dan pemilik serta pengelola satuan pendidikan itu
sendiri untuk senantiasa berusaha memenuhi kualitas pendidikan yang menjadi hak
warganegara melalui pemenuhan standar nasional ini. Sebagaimana karakteristik

sebuah standar, keberadaannya senantiasa harus direvisi dan dikembangkan dari waktu
ke waktu, berdasarkan hasil evaluasi dan dinamika perubahan jaman. Paling tidak
dengan adanya perkembangan TIK, sejumlah aspek dalam standar perlu dikembangkan
lebih lanjut. Berikut adalah paparan ringkas mengenai bagaimana konteks
perkembangan TIK berpengaruh terhadap revisi dan pengembangan Standar Nasional
Pendidikan di Indonesia.
Kompetensi Lulusan dan Capaian Pembelajaran
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Mempersiapkan
individu untuk dapat hidup secara mandiri pada abad ke-21 merupakan tantangan
terbesar di dalam dunia pendidikan menurut UNESCO. Ada sejumlah pandangan yang

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

5

dikemukakan berdasarkan hasil penelitian berbagai lembaga riset, mengenai kompetensi
dan keahlian apa saja yang harus dimiliki manusia pada era globalisasi tersebut, seperti:
• P21 (Partnership for 21st century skills): learning and innovation skills;

information and media and technology skills; life and career skills; core subjects; dan
interdisciplinary themes.
• EnGauge: inventive thinking; effective communication; digital-age literacy; dan
high productivity.
• ATCS (Assessment and Teaching of 21st Century Skills ): ways of thinking;
ways of working; tools for working; living in the world; dan core curriculum.
• NETS/ISTE (National Educational Technology Standards): creativity and
innovation; critical thinking, problem solving and decision making; communication and
collaboration; technology operations and concepts; research and information fluency; dan
digital citizenship.
• EU (European Union): learning to learn; communication; digital competence;
cultural awareness and expression; social and civic competences; dan sense of initiative
and entreprenurship.
• OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development): interacting
in heterogeneous groups; using tools interactively; dan acting autonomously.
Dari keenam hasil penelitian tersebut, secara langsung maupun tidak langsung, dapat
dikatakan bahwa manusia abad ke-21 harus membekali dirinya dengan kemampuan
maupun keahlian dalam hal (Banks, 2003):
1. Menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi dan media digital untuk
pengembangan karir hidupnya;

2. Menerapkan berbagai fitur dan fasilitas TIK dalam berbagai konteks kehidupan
seperti: pengambilan keputusan, menghasilkan inovasi, mengasah kreativitas, berfikir
kritis, dan lain sebagainya; dan
3. Menanamkan budaya “melek informasi digital” atau digital literacy dalam
menghadapi berbagai fenomena kehidupan yang dijumpai sehari-hari.
Dalam draft dokumen kerja yang dihasilkan oleh Tim Kurikulum Kemenristek-Dikti,

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

6

dirumuskan mengenai konteks TIK bagi manusia abad ke-21, berdasarkan asumsi
bahwa manusia membutuhkan TIK untuk memfasilitasi mereka dalam hal (Ellis &
Goodyear, 2009):
• Menjalani kehidupannya sebagai manusia pembelajar sepanjang hayat (IT for
learning);
• Bekerja secara produktif dan kompetitif, tidak sekedar efektif dan efisien;
• Berinovasi secara kreatif dalam memperbaiki serta meningkatkan situasi
kehidupan;

• Beradaptasi dengan dunia global yang saling terhubung (communication tools);
• Berfikir secara holistik, logis, terstruktur dan sistemik (algorithmic thinking);
• Belajar secara terbuka, terus menerus, dan membuday; dan
• Berkarya secara mandiri sebagai sebuah pilihan kehidupan (professional
careers).
Hal ini mengandung arti bahwa segenap satuan pendidikan harus berani mendefinisikan
dan mentargetkan terbekalinya para peserta didik dengan kompetensi maupun keahlian
sebagaimana disampaikan di atas. Tanpa dibekalinya dengan kemampuan tersebut,
para pemelajar akan mengalami kesulitan dalam menghadapi dunia global pada masa
mendatang yang penuh dengan tantangan dan persaingan (Alan, 2010).

Materi, Konten, dan Pokok Bahasan
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi
mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Conrad & Donaldson, 2011). Materi, konten,
maupun pokok bahasan yang dipilih dan digunakan tentu saja akan sangat bergantung
pada kompetensi yang ingin dituju pada jenjang pendidikan yang spesifik. Kurikulum
2013 yang diberlakukan di Indonesia saat ini mengedepankan karakteristik materi
pembelajaran yang bersifat tematik-integratif.

Dalam konteks ini, kehadiran TIK berkaitan erat dengan bentuk entitas atau

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

7

format dari materi atau konten yang dimaksud. Jika dahulu materi dan konten dikemas
dalam entitas seperti kertas, dokumen, artikel, buku, dan bentuk fisik lainnya, maka
pada saat ini kemajuan multimedia telah menawarkan berbagai bentuk lain berformat
elektronik atau digital, antara lain:
• Text file atau berkas elektronik - terutama yang dihasilkan oleh aplikasi word
processing atau text editor;
• Gambar atau citra digital - yang diperoleh secara langsung melalui alat
semacam kamera, scanner, handphone, gawai (gadget), dan lain sebagainya;
• Audio atau suara dalam format digital - baik yang merupakan hasil rekaman
asli, olahan, maupun kombinasi dari berbagai sumber;
• Video atau film berformat elektronik - baik yang asli diambil dari piranti
elektronik maupun hasil olahan ataupun manipulasi dengan menggunakan berbagai
aplikasi teknologi; dan

• Multimedia - yang secara integratif merupakan gabungan dari dua atau seluruh
komponen digital di atas, dimana produknya dapat merupakan hasil karya berbentuk
animasi, simulasi, dan lain-lain.
Memahami jenis-jenis format data/informasi berisi konten pembelajaran ini sangatlah
penting mengingat kebanyakan learning object pada era moderen ini dikemas dalam
bentuk multimedia tersebut (Garrison & Anderson, 2003). Dalam tataran selanjutnya,
learning object ini dikemas lebih lanjut dalam berbagai produk untuk membantu proses
belajar, seperti misalnya:
• Paket animasi atau simulasi untuk membantu peserta didik memahami topik
bahasan yang diajarkan;
• CD Multimedia pelengkap materi pembelajaran yang dipergunakan oleh guru
dalam mengajar;
• Computer-Based Training (CBT) yang didesain khusus untuk modus
pembelajaran mandiri;
• Film racikan bebas individu (amatir) yang ditayangkan melalui internet (seperti
pada situs Youtube.com, Facebook.com, dan lain-lain); dan lain sebagainya.

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

8

Satuan pendidikan, guru, dosen, instruktur, dan peserta didik harus benar-benar sadar
dan memahami bahwa dewasa ini, sumber belajar dapat berasal dari mana saja - tidak
sebatas pada buku dan guru yang berada di dalam tembok sekolah. Secara bebas,
mudah, dan terbuka, guru dan pemelajar dapat mencari dan mengakses berbagai
bahan/materi ajar yang ada di mana saja, kapan saja, dan dari mana saja.

Proses dan Aktivitas Pembelajaran

Hal yang paling banyak dibahas dalam konteks pedagogik adalah cara
melaksanakan proses pembelajaran yang berbeda antara dahulu dan sekarang
(Beetham & Sharpe, 2009). Salah satu pemicu perubahan tersebut adalah karena
transformasi global yang disebabkan karena perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang sedemikian pesat (Collins & Halvesron, 2009). Contoh dari perubahan
paradigma pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Dari teacherd-centered bergeser menuju student-centered learning: Jika dahulu
biasanya yang terjadi adalah guru berbicara dan siswa mendengar, menyimak, dan
menulis – maka saat ini guru harus lebih banyak mendengarkan siswanya saling
berinteraksi, berargumen, berdebat, dan berkolaborasi. Hal ini menjadi kenischayaan
karena peserta didik dapat secara bebas dan terbuka mencari informasi mengenai
materi pembelajaran melalui internet misalnya - tanpa harus menunggu diajarkan oleh
gurunya. Fungsi guru dari pengajar berubah dengan sendirinya menjadi fasilitator bagi
siswa-siswanya.
2. Dari one-way bergeser menuju interactive teaching: Jika dahulu mekanisme
pembelajaran yang terjadi adalah satu arah dari guru ke siswa, maka saat ini harus
terdapat interaksi yang cukup antara guru dan siswa dalam berbagai bentuk
komunikasinya. Guru berusaha membuat kelas semenarik mungkin melalui berbagai
pendekatan interaksi yang dipersiapkan dan dikelola. Pemanfaatan komputer dan
internet dalam proses pembelajaran secara simultan antara guru dan pemelajar
memungkinkan terjadinya interaksi ini.

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

9

3. Dari isolated bergeser menuju networked environment: Jika dahulu siswa hanya
dapat bertanya pada guru dan berguru pada buku yang ada di dalam kelas semata,
maka sekarang ini yang bersangkutan dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari
mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh via internet. Jejaring pengetahuan ini
memberikan keleluasan untuk para pemelajar menimba ilmu seluas-luasnya tanpa
dibatasi oleh tembok sekolah atau kampus sebagai satuan pendidikan.
4. Dari passive bergeser menuju active inquiry-based learning: Jika dahulu siswa
diminta untuk pasif saja mendengarkan dan menyimak baik-baik apa yang disampaikan
gurunya agar mengerti, maka sekarang disarankan agar siswa harus lebih aktif dengan
cara memberikan berbagai pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya. Keingintahuan
seorang siswa terhadap suatu materi pembelajaran dapat dijawab melalui keaktifannya
mengeksplorasi berbagai sumber belajar yang dapat dijumpai dan diaksesnya.
5. Dari aritificial bergeser menuju real-world context: Jika dahulu contoh-contoh
yang diberikan guru kepada siswanya kebanyakan bersifat artifisial, maka saat ini sang
guru harus dapat memberikan contoh-contoh yang sesuai dengan konteks kehidupan
sehari-hari dan relevan dengan bahan yang diajarkan. Bahkan dengan adanya animasi,
simulasi, dan serious games misalnya, konteks dunia nyata dapat dengan mudah dibawa
ke dalam kelas.
6. Dari personal bergeser menuju team-based learning: Jika dahulu proses
pembelajaran lebih bersifat personal atau berbasiskan masing-masing individu, maka
yang harus dikembangkan saat ini adalah model pembelajaran yang mengedepankan
kerjasama antar individu. Aplikasi teknologi semacam collaboration tools, virtual
meeting, maupun team games dapat dipergunakan untuk memfasilitasi terjadinya
model pembelajaran berbasis kelompok atau kerjasama tim.
7. Dari broad bergeser menuju selected provision for optimasing relevance: Jika
dahulu ilmu atau materi yang diajarkan lebih bersifat umum (semua materi yang
dianggap perlu diberikan), maka saat ini harus dipilih benar-benar ilmu atau materi
yang benar-benar relevan untuk ditekuni dan diperdalam secara sungguh-sungguh
(hanya materi yang relevan bagi kehidupan sang siswa yang diberikan). Terdapat

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

10

berbagai scenario-based appications yang dapat dipergunakan untuk kebutuhan ini.
8. Dari single-sense stimulation bergeser menuju multisensory stimulation: Jika
dahulu siswa hanya menggunakan sebagian panca inderanya dalam menangkap materi
yang diajarkan guru (mata dan telinga), maka saat ini seluruh panca indera dan
komponen jasmani-rohani harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran (kognitif,
afektif, dan psikomotorik). Teknologi semacam virtual reality dan augmented reality
mulai banyak dipergunakan di negara maju untuk memfasilitasi proses pembelajaran
semacam ini.
9. Dari single bergeser menuju multimedia tools: Jika dahulu ilmu guru hanya
mengandalkan papan tulis untuk mengajar, maka saat ini diharapkan guru dapat
menggunakan beranekaragam peralatan dan teknologi pendidikan yang tersedia – baik
yang bersifat konvensional maupun moderen. Kehadiran multimedia memberikan
suasana dan pengalaman baru dalam belajar yang lebih menarik, interaktif, dan
menyenangkan.
10. Dari adversarial bergeser menuju cooperative relationships: Jika dahulu siswa
harus selalu setuju dengan pendapat guru dan tidak boleh sama sekali menentangnya,
maka saat ini harus ada dialog antar guru dan siswa untuk mencapai kesepakatan
bersama. Argumentasi yang disampaikan kedua belah pihak merupakan suatu bentuk
diskursus yang saling mengayakan.
11. Dari mass bergeser menuju customised content production: Jika dahulu seluruh
siswa tanpa kecuali memperoleh bahan atau konten materi yang sama, maka sekarang
ini setiap siswa berhak untuk mendapatkan konten sesuai dengan ketertarikan atau
keunikan potensi yang dimilikinya. Bahan ini dapat diperoleh dari berbagai sumber
yang tersebar dalam berbagai institusi formal maupun informal.
12. Dari conformity/compliance bergeser menuju diversity initiative: Jika dahulu
siswa harus secara seragam mengikuti sebuah cara dalam berproses maka yang harus
ditonjolkan saat ini justru adanya keberagaman inisiatif yang timbul dari
masing-masing individu. Teknologi informasi memungkinkan peserta didik belajar
sesuai dengan kecepatan dan gayanya masing-masing.

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

11

13. Dari single bergeser menuju multi-disciplinary knowledge: Jika dahulu siswa
hanya mempelajari sebuah materi atau fenomena dari satu sisi pandang ilmu, maka
saat ini konteks pemahaman akan jauh lebih baik dimengerti melalui pendekatan
pengetahuan multi disiplin. Filosofi tematik-integratif yang dipakai dalam Kurikulum
2013 pada dasarnya merupakan contoh implementasi dari paradigma baru ini.
14. Dari centralised bergeser menuju autonomy and accountability control: Jika
dahulu seluruh kontrol dan kendali kelas ada pada sang guru, maka sekarang ini siswa
diberi kepercayaan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan dan aktivitasnya
masing-masing. Aplikasi komunikasi semacam email, chatting, mailing list, forum, blog,
dan lain-lain merupakan sejumlah cara yang dipergunakan pemelajar dalam
mempertahankan berbagai gagasan atau ide-idenya.
15. Dari factual bergeser menuju critical thinking: Jika dahulu hal-hal yang
dibahas di dalam kelas lebih bersifat faktual, maka sekarang ini harus dikembangkan
pembahasan terhadap berbagai hal yang membutuhkan pemikiran kreatif dan kritis
untuk menyelesaikannya. Media sosial merupakan salah satu fenomena dimana individu
dapat mengemukakan pendapat kritisnya secara luas, untuk dapat didiskusikan dan
dikomentari oleh sejawat atau publik.
16. Dari knowledge delivery bergeser menuju knowledge exchange: Jika dahulu yang
terjadi di dalam kelas adalah “pemindahan” ilmu dari guru ke siswa, maka dalam abad
moderen ini yang terjadi di kelas adalah pertukaran pengetahuan antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan sesamanya. Sekali lagi teknologi komunikasi dipergunakan
untuk interaksi dimaksud.

Proses belajar mengajar harus berubah di dalam kelas, sesuai dengan dinamika jaman
dan kebutuhan dunia pendidikan itu sendiri. Berbagai konsep pun diperkenalkan untuk
menjawab berbagai kebutuhan, seperti: collaborative learning, problem-based learning,
authentic learning, active learning, dan lain sebagainya (Unsal, 2010). .

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

12

Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Guru atau dosen selaku pendidik perlu menyadari pentingya memahami dan
memanfaatkan berbagai teknologi informasi dan komunikasi ini demi peningkatan
kinerja proses pembelajaran (Lehman & Conceicao, 2010). Ada sejumlah alasan yang
melatarbelakangi pemikiran ini. Pertama adalah karena fungsi mereka sebagai
fasilitator berjalannya proses pembelajaran di kelas. Dengan memahami bagaimana
teknologi dapat membantu memfasilitasi proses pembelajaran, mereka dapat merancang
proses pembelajaran yang efektif (Rose, Meyer & Strangman, 2002). Alasan kedua
adalah karena sebagai seorang guru atau dosen, mereka juga merupakan individu
pemelajar sepanjang hayat. Keberadaan TIK dapat membantu mereka dalam
meningkatkan pengetahuan, kompetensi, dan kualitasnya. Terutama dalam
memutakhirkan bahan ajar yang dipergunakan dalam proses pembelajaran. Ketiga
adalah karena model pembelajaran masa kini seperti collaborative learning, cooperative
learning, problem-based learning, active learning, dan lain sebagainya dapat terwujud
dengan memanfaatkan berbagai fasilitas dan fitur TIK (Iiyoshi, Kumar, & Brown,
2010).. Sementara alasan keempat adalah karena begitu banyaknya konsep pendidikan
baru yang dipicu karena perkembangan TIK, seperti e-learning, open education, MOOC
(Massive Open Online Courses), OER (Open Educational Resources), dan lain-lain
(Chadha & Kumail, 2003). Khusus bagi dosen selaku pendidik, kewajiban melakukan
penelitian dan publikasi juga akan sangat terbantukan dengan adanya TIK. Sementara
bagi tenaga kependidikan, TIK memiliki berbagai konteks yang perlu diperhatikan.
Pertama adalah sebagai alat bantu dalam mengadministrasikan dan mengelola satuan
pendidikan. Pemanfaatan komputer di satuan pendidikan membantu segenap
penyelenggara dalam mengelola institusi yang dipimpinnya secara efektif, efisien, dan
terkendali. Artinya adalah bahwa kepala sekolah, rektor, dekan, kaprodi, dan segenap
karyawan harus memiliki keterampilan dalam menggunakan komputer. Alasan kedua
terkait dengan sejumlah fasilitas atau sarana prasarana berbasis TIK yang
dipergunakan oleh satuan pendidikan, seperti perpustakaan digital, laboratorium
simulasi, kelas virtual dan lain sebagainya. Artinya adalah seorang pustakawan atau

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

13

asisten laboratorium harus mampu mengoperasikan berbagai aplikasi TIK dimaksud.
Sementara hal ketiga yang harus dikuasai oleh para tenaga kependidikan adalah literasi
TIK yang cukup dalam arti mereka mampu memahami, menguasai, memanfaatkan,
mengolah data maupun informasi digital/elektronik yang dijumpai sehari-hari, seperti
misalnya dalam rupa-rupa angka statistik, berita media sosial, transaksi elektronik, dan
lain-lain. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah kemampuan mereka dalam
menggunakan TIK untuk berkomunikasi, berkolaborasi, dan berkooperasi - tentu saja
dengan menggunakan piranti seperti telepon genggam, gawai elektronik (gadget), sabak
digital (tablet), dan perangkat teknologi lainnya.

Fasilitas dan Sarana Prasarana
Kebutuhan satuan pendidikan akan perangkat komputer sudah merupakaan
kenischayaan, baik untuk keperluan proses belajar mengajar maupun pengelolaan
satuan pendidikan. Fasilitas dan sarana prasarana klasik yang biasa ditemui di sebuah
satuan pendidikan adalah sebagai berikut (Jonassen, 2000):
• Laboratorium komputer, berisi sejumlah perangkat keras tempat
dilaksanakannya berbagai kegiatan seperti: praktek keterampilan, tempat studi, pusat
informasi, dan lain sebagainya;
• Perpustakaan digital, merupakan suatu fasilitas dengan koleksi buku elektronik
dan terhubung dengan jejaring komputer yang terhubung dengan berbagai pusat
pengetahuan dan pembelajaran, seperti: lembaga riset, penerbit/publikasi, industri,
kampus, dan lain sebagainya;
• Ruang simulasi/multimedia, dibangun dan dikembangkan sebagai sebuah ruang
serbaguna untuk mensimulasikan berbagai fenomena dengan menggunakan teknologi
multimedia yang menarik dan canggih;
• Student Center, disediakan sebagai tempat para siswa atau peserta didik
berkumpul untuk berbagai keperluan, seperti belajar, diskusi, beristirahat, dan
bercengkrama - yang dilengkapi dengan berbagai teknologi informasi dan komunikasi;
• Research Center, merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan penelitian baik

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

14

oleh dosen, guru, maupun berkolaborasi dengan peserta didik, dengan menggunakan
berbagai fasilitas TIK yang ada; dan lain sebagainya.
Untuk dapat beroperasi sebagaimana layaknya sebuah institusi atau satuan pendidikan
moderen, seperangkat infrastruktur dan suprastruktur harus tersedia dengan baik,
terutama:
• Internet bandwidth, atau koneksi internet yang berpita lebar (broadband) untuk
mendukung seluruh kegiatan dan fasilitas berbasis TIK di dalam satuan pendidikan;
• Network infrastructure, atau jejaring infrastruktur sebagai backbone yang
menghubungkan seluruh titik-titik komputasi yang ada di dalam teritori satuan
pendidikan maupun pihak eskternal lainnya;
• Academic Information System, atau sistem informasi akademis yang memiliki
fungsi terintegrasi dan terpadu dari seluruh aktivitas pembelajaraan dan pengelolaan
sumber daya yang ada di satuan pendidikan;
• Mobile computing system, atau sistem aplikasi berbagai keperluan akademik
yang dapat diakses dari mana saja, kapan saja, dan dengan berbagai alat teknologi apa
saja (ubiquitous computing); dan lain sebagainya.
Pada sejumlah negara maju, berkembang beranekaragam teknologi yang dipergunakan
dalam proses pembelajaran. Teknologi tingkat tinggi atau canggih yang telah
dikembangkan antara lain berbasis konsep semacam: virtual reality, augmented reality,
serious games, high-tech simulation, hologram, robotic, dan lain-lain. Riset terkait
dengan teknologi tersebut dilaksanakan secara terus menerus untuk mendapatkan
teknologi yang tepat guna dan terjangkau di kemudian hari.

Keuangan dan Sumber Daya Belajar
Banyak pihak yang tidak melihat adanya hubungan atau keterkaitan antara
sumber daya serta keuangan dengan TIK. Dalam konteks pengelolaan sumber daya
keuangan misalnya, ada sejumlah aspek yang berkaitan erat dengan TIK, terutama
dalam era global saat ini. Pada prinsipnya, dari segi keuangan, satuan pendidikan
berhadapan dengan dua aspek, yaitu pendapatan dan pengeluaran. Pendapatan

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

15

berkaitan dengan berbagai aktivitas yang berhubungan dengan pencarian sumber
pemasukan bagi kebutuhan operasional dan pengembangan satuan pendidikan;
sementara pengeluaran terkait erat dengan kebutuhan dana untuk mengelola dan
menyelenggarakan proses belajar mengajar pada satuan pendidikan. Berikut adalah
pemaparan singkat mengenai dimana TIK dapat berperan dalam konteks pembiayaan
satuan pendidikan ini.
Dari segi pendapatan, satuan pendidikan biasanya memperoleh pendapatan dari
sejumlah sumber. Pertama adalah dari uang pendidikan, yang dibayarkan oleh peserta
didik kepada satuan pendidikan setiap periode (sesuai kalendar akademik). Kedua
adalah dari sumbangan langsung (peserta didik) atau tidak langsung (pihak ketiga
seperti sponsor dan masyarakat). Ketiga adalah dari bantuan pemerintah atau pihak
terkait lainnya (grant). Ketiga jenis pendapatan pada dasarnya merupakan mayoritas
sumber daya satuan pendidikan. Dengan diimplementasikannya TIK, sebenarnya
satuan pendidikan berpotensi memperoleh sumber tambahan dana lain yang cukup
signifikan jumlahnya. Contohnya adalah sebagai berikut:
• Setiap kali satuan pendidikan mengadakan seminar yang menghadirkan
pembicara tokoh terkemuka, dilakukan proses penyiaran (broadcast) secara langsung
melalui internet dengan menggunakan aplikasi webinar agar dapat diikuti oleh
masyarakat di belahan dunia manapun tanpa harus secara fisik hadir di lokasi. Setiap
individu yang tertarik harus membayar sejumlah uang kepada satuan pendidikan. Pada
saat yang sama, rekaman seminar pun dalam bentuk CD-ROM atau DVD dapat dijual
bebas secara retail kepada masyarakat luas, baik secara tradisional atau menggunakan
e-commerce.
• Bahan ajar atau materi pembelajaran yang dikemas sebagai modul dapat
diperjualbelikan melalui berbagai toko buku online. Bahkan dalam berbagai inisiatif,
masyarakat luas ditawarkan untuk langganan produk-produk intelektual yang
dihasilkan oleh satuan pendidikan, seperti: majalah, artikel, buletin, dan bentuk
publikasi lainnya.
• Perguruan tinggi menawarkan produk e-learning (online courseware) yang

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

16

memungkinkan masyarakat luas untuk mengikuti mata kuliah secara daring (dalam
jaringan). Selain mendapatkan ilmu, online course ini dapat ditransfer untuk diakui
sebagai mata kuliah yang diakui melalui mekanisme transfer kredit (Bonk & Zhang,
2008).
• Masyarakat terbuka untuk berpartisipasi dalam kelas formal yang secara
reguler diselenggarakan satuan pendidikan. Di mana untuk berpartisipasi yang
bersangkutan dikenakan biaya tertentu. TIK dipergunakan sebagai alat marketing
mengenai program yang dibuka untuk umum tersebut.
• Perpustakaan digital yang dimiliki oleh satuan pendidikan terbuka untuk
publik. Mereka yang ingin memiliki akses terhadapnya, harus terlebih dahulu menjadi
anggota (member) dari fasilitas tersebut. Ada biaya tahunan yang dikenakan untuk
memperoleh layanan ini.
• Ruang multimedia serbaguna yang sehari-harinya dipergunakan untuk kegiatan
pembelajaran, khusus untuk hari Sabtu dan Minggu terbuka untuk disewa oleh
masyarakat. Mereka dapat menggunakan seluruh fitur dan kapabilitas teknologi yang
ada selama periode penyewaan ruangan tersebut.
Sementara itu dari segi pembiayaan, satuan pendidikan harus mengalokasikan
pendanaan untuk dua hal utama, yaitu: keperluan investasi dan kebutuhan operasional.
Investasi atau capital expenditure diperlukan biasanya untuk pengembangan kampus.
Pengembangan meliputi hal-hal semacam pembangunan fasilitas baru, pemutakhiran
sarana prasarana, pembelian aset strategis, dan lain sebagainya. Di sisi lain biaya
operasional adalah dana yang dibutuhkan sehari-hari untuk mengelola dan menjalankan
satuan penddiikan, terutama hal-hal yang berkaitan dengan: gaji karyawan, listrik,
komunikasi, transportasi, pemeliharaan gedung, dan lain-lain. Dalam konteks ini, TIK
dapat dimanfaatkan untuk membuat terobosan sebagaimana contoh berikut ini:
• Menawarkan masyarakat luas untuk melakukan investasi secara kolektif dengan
menggunakan konsep crowdsourcing, dimana dengan menggunakan aplikasi teknologi,
siapa saja baik individu maupun perusahaan dapat menjadi investor secara
bersama-sama dengan melakukan transaksi secara daring (online).

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

17

• Memanfaatkan aplikasi keuangan wealth management untuk mengelola aset
satuan pendidikan secara efektif, efisien, dan terkendali. Teknologi ini sangat
membantu pemilik dan pimpinan satuan pendidikan dalam mengoptimumkan aset dan
kewajiban yang dimilikinya.
• Mengintegrasikan sistem pembayaran satuan pendidikan dengan para mitra
pendukung pengelolaan, seperti: perusahaan listrik, perusahaan telekomunikasi, pemilik
gedung dan fasilitas, penyedia jasa-jasa operasional, dan lain sebagainya. Integrasi
sistem ini selain mempermudah dan mempercepat proses, juga meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan.
• Menjalin kerjasama dengan satuan pendidikan lain untuk secara kolektif
bersama-sama menyewa fasilitas atau sumber daya dengan mekanisme saling berbagi
pakai (resource sharing), sehingga mampu mengurangi biaya pengeluaran secara
signifikan. Berbagai aset maupun sumber daya berbasis TIK, pada dasarnya dapat
dibiayai investasi dan operasionalnya dengan menggunakan mekanisme saling berbagi
pakai ini.

Evaluasi dan Penilaian Hasil Proses Pembelajaran
Ada banyak cara yang dapat dipergunakan untuk mengukur apakah tujuan
pembelajaran yang telah disusun dan dicanangkan benar-benar telah tercapai atau
tidak. Cara yang paling klasik adalah dengan melakukan asesmen atau ujian
(examination), baik melalui pendekatan tes formatif maupun tes sumatif (Stefani,
Mason & Pegler, 2007). Sementara cara lain yang mulai diadopsi belakangan ini adalah
dengan cara peserta didik diharuskan untuk mengikuti uji kompetensi, dimana bagi
yang lulus akan diberikan sertifikat kompetensi sebagai bentuk pengakuan atas
penguasaan terhadap kompetensi, keahlian, atau keterampilan yang dimilikinya.
Biasanya, evaluasi akan dilaksanakan pada akhir tahap pembelajaran - sesuai dengan
agenda atau tahun akademik yang telah ditetapkan. Dengan menggunakan aplikasi
TIK, pada dasarnya evaluasi dapat dilakukan kapan saja, darimana saja, dan dengan
menggunakan apa saja. Contoh yang paling jelas terlihat adalah pada implementasi

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

18

Ujian Nasional (UN). Jika dahulu UN dilakukan secara serentak dan masal di seluruh
wilayah tanah air, di masa mendatang seharusnya UN dapat dilakukan kapan saja oleh
para individu pemelajar tanpa harus terikat waktu dan tempat. Prototip aplikasi
UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer) merupakan salah satu contoh bagaimana
aplikasi TIK dapat memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk dapat
melakukan evaluasi mandiri kapan saja yang bersangkutan ingin melakukannya. Dan
jika soal ujian benar-benar dirancang dengan baik, maka analisa terhadap hasil ujian
(evaluasi) dapat dilakukan secara cepat dan didukung oleh data yang akurat (Mason &
Pegler, 2007). Model evaluasi seperti ini cukup efektif dan efisien untuk dilakukan
dalam konteks pengukuran ranah kognitif peserta didik. Sementara untuk mengevaluasi
pencapaian kompetensi yang lebih kompleks karena melibatkan unsur psiko-motorik
misalnya, dapat dikembangkan berbagai model aplikasi TIK yang lain. Misalnya adalah
penggunaan teknologi simulasi seperti flight simulator untuk menguji kompetensi
seorang calon pilot, atau teknologi semacam virtual reality untuk menguji kemampuan
berperang prajurit militer. Pemanfaatan teknologi multimedia juga mulai banyak
dipergunakan para praktisi pendidikan dalam proses evaluasi hasil belajar. Misalnya
adalah pemanfaatan sensor gerak dan pengenal citra untuk menilai kesempurnaan gerak
tubuh seorang penari atau atlet olah raga. Bahkan telah dikembangkan berbagai
aplikasi TIK yang berjalan di atas sebuah sistem cerdas (expert system) yang dapat
berfungsi seolah-olah sebagai seorang asesor, karen dilengkapi dengan berbagai
teknologi canggih yang dapat memperhatikan, mengkaji, dan menilai gerak gerik
manusia. Pada bidang kedokteran misalnya, telah dipergunakan sistem robotik yang
dikombinasikan dengan konsep tele-medicine yang memungkinkan seorang peserta didik
untuk melakukan operasi bedah pasien dari jarak jauh secara virtual. Bahkan metoda
tersebut telah dipergunakan sebagai cara melakukan penilaian kompetensi secara resmi
dan formal (official).

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

19

Strategi Pengelolaan Satuan Pendidikan
Proses back office (administrasi dan operasional) pada sebuah satuan pendidikan
kebanyakan bersifat rutin dan mekanistik. Misalnya dalam lingkungan perguruan tinggi
adalah alur proses pengisian FRS (Formulir Rencana Studi) hingga penerbitan KHS
(Kartu Hasil Studi) dalam durasi waktu satu semester; atau proses penyelenggaraan
mata kuliah dari hari pertama perkuliahan hingga pengumuman hasil studi mahasiswa
terhadap mata kuliah yang diambilnya; atau proses penyusunan anggaran hingga revisi
dan realisasinya; dan lain sebagainya. Karena sifatnya yang berulang-ulang, banyak
sekali aktivitas yang dapat diautomatisasikan oleh TIK, sehingga tidak saja
meningkatkan efisiensi kerja, juga akan mengurangi biaya penyelenggaraan kegiatan
yang cukup besar melalui: penghematan kertas, pengurangan total jam lembur,
percepatan proses, perbaikan tingkat utilisasi sumber daya, dan lain-lain. Konsep TIK
yang dapat dipergunakan misalnya: workflow management, course management system,
workgroup computing, web-based administration system, electronic document
management system, dan lain sebagainya (Kolderie & McDonald, 2009).
Pada dasarnya, hampir semua aset utama dalam satuan pendidikan dipakai secara
bersama-sama dalam konteks shared resources maupun shared services – atau dalam
bahasa Indonesianya adalah sistem “berbagi pakai” atau “berbagi guna”. Yang dipakai
secara bergantian dan bersama-sama tidak hanya aset fisik seperti kelas, laboratorium,
auditorium, ruang pelatihan, fasilitas olah raga, ruang komputer, dan uang (sumber
daya finansial) semata, tetapi juga karyawan, guru, dosen, peneliti, bahkan pimpinan
pun merupakah sumber daya manusia yang di-“berbagi pakai”-kan dalam sejumlah
konteks. Dengan dimanfaatkannya beragam aplikasi TIK dengan baik, maka nischaya
manajemen pengelolaan sumber daya ini akan menjadi sangat optimum sehingga
memberikan nilai tambah bagi banyak pihak. Aspek lain yang juga disumbangkan oleh
TIK adalah suatu prinsip virtualisasi atau ke-“maya”-an yang memungkinkan satuan
pendidikan untuk dapat menikmati fasilitas kelas dunia tanpa harus menanamkan
investasi yang besar. Sebagai contoh. Sudah tidak jamannya lagi mengalokasikan
sekian besar ruang kosong untuk dipergunakan sebagai penyimpan dokumen, buku,

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

20

atau bahkan perpustakaan – karena saat ini semuanya dapat didigitalisasi dan disimpan
dalam sebuah sistem database raksasa (data warehouse) yang berkapasitas besar, harga
sangat terjangkau, dan tidak membutuhkan lokasi luas. Demikian pula untuk ruang
kelas; dengan adanya teknologi e-learning, tidak semua mata ajar harus membutuhkan
ruang kelas dan laboratorium secara fisik – investasi yang ada lebih baik dialokasikan
untuk meningkatkan lebar bandwidth internet (Zucker, 2008).
Bagi pemilik dan pimpinan satuan pendidikan, bukan hal yang mudah untuk
mengelola kepentingan sejumlah stakeholder dalam suatu bingkai pemanfaatan aset
manajemen dan operasional yang sedemikian beragam serta berbeda karakteristiknya.
Oleh karena itulah maka segenap pimpinan dan manajemen harus dibantu dengan
teknologi untuk keperluan pengambilan keputusan. Syarat utama pengambilan
keputusan yang berkualitas adalah tersedianya data serta informasi yang tepat, akurat,
relevan, dan memadai. Dengan jumlah sekian puluh ribu mahasiswa yang berinteraksi
dengan sekian ribu dosen dan karyawan dalam sekian ratus mata kuliah misalnya, akan
mustahil jika teknologi tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Dalam
konteks inilah maka TIK berperan untuk membantu menyediakan data dan informasi
yang dibutuhkan para decision maker untuk mempelajari, melihat, menganalisa,
menguji-coba, hingga mengevaluasi berbagai kondisi dan skenario terkait dengan
pengambilan keputusan yang harus dilakukan setiap harinya (atau sewaktu-waktu).
Aplikasi seperti MIS (Management Information System), DSS (Decision Support
System), EIS (Executive Information System), bahkan ES (Expert System) merupakan
contoh sistem yang dapat bermanfaat dan berguna bagi para pengambil keputusan di
satuan pendidikan
Media Komunikasi dan Koordinasi TIK tidak saja merupakan teknologi yang
berkaitan erat dengan proses pengolahan data elektronik semata, namun juga
merupakan jenis pengaplikasian teknologi telekomunikasi yang handal, terutama
dengan dikembangkannya berbagai model komunikasi berbasis IP atau Internet
Protocol (Rosenberg, 2000). Di satuan pendidikan, dibutuhkan media interaksi dan
komunikasi yang bersifat masif, cepat, dan murah untuk berbagai kebutuhan bersifat

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

21

kolaboratif maupun koordinatif. Dengan adanya fitur teknologi semacam email, mailing
list, chatting, newsgroup, blogging, dan lain-lain terbukti telah memberikan nilai
tambah yang luar biasa bagi para “scholar” di perguruan tinggi – yang secara tidak
langsung semakin memperbaiki kualitas penyelenggaraan pendidikan dan penyebaran
ilmu pengetahuan baik yang terjadi secara internal maupun eksternal. Tidak hanya itu
saja, peralatan elektronik yang lama, telah mampu diubah menjadi piranti digital yang
mampu saling berkomunikasi dengan mudah, seperti pemanfaatan teknologi: IP phone,
Fax Server, Push Mail, dan lain-lain – yang pada intinya tidak saja membuat
pertukaran informasi menjadi lebih cepat, murah, dan nyaman – namun dapat
disesuaikan atau dikustomisasikan berdasarkan kebutuhan pengguna. Kenyataan
memperlihatkan bahwa pemanfaatan TIK yang tepat untuk berkomunikasi akan dapat
menurunkan biaya komunikasi per kapita dan meningkatkan produktivitas individu
yang mempergunakannya.
Satuan pendidikan dalam menjalankan beragam aktivitasnya melibatkan begitu
banyak mitra kerja strategis di berbagai bidang, seperti: bank, koperasi, kantin,
telekomunikasi, warnet, toko buku, parkir mobil, vendor, dan lain-lain. Juga termasuk
di dalamnya kerjasama atau MOU dengan institusi lain di dalam dan luar negeri,
pemerintahan, maupun sejumlah perusahaan swasta. Sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing, pada dasarnya sistem kerja satuan pendidikan berhubungan
langsung dengan mekanisme kerja para mitra strategis ini. Artinya adalah bahwa TIK
bisa berfungsi untuk menjalin hubungan kolaborasi dengan para mitra strategis ini
(Cisco, 2008).

Kesimpulan dan Rekomendasi Antisipasi Masa Depan
Memperhatikan dan mempertimbangkan paparan di atas, dapat disimpulkan
kurang lebih dimana posisi TIK ditempatkan dalam koneks domain standar nasional
pendidikan pada masa mendatang sebagaimana terlihat pada Gambar 1, dimana secara
ringkas dapat disimpulkan sebagai berikut:
• Standar Kompetensi Kelulusan: lulusan satuan pendidikan harus kompeten

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

22

dalam memanfaatkan TIK untuk meningkatkan kualitas hidup;
• Standar Isi: pengetahuan tersebar di berbagai sumber yang dapat secara bebas
dan terbuka dapat diakses oleh para peserta didik (pemelajar) maupun
guru/dosen/instruktur;
• Standar Proses: beragam aplikasi dan kapabilitas TIK harus digunakan untuk
memfasilitasi proses pembelajaran demi peningkatan kualitas pendidikan;
• Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan: pendidik maupun tenaga
kependidikan harus mahir menggunakan berbagai piranti Dan aplikasi TIK untuk
mendukung aktivitas pembelajaran sehari-hari;
• Standar Sarana Prasarana: satuan pendidikan harus melengkapi dirinya dengan
berbagai fasilitas dan sarana prasarana TIK (komputasi) sebagai pendukung proses
pembelajaran;
• Standar Biaya: TIK memberikan kesempatan pada satuan pendidikan untuk
lebih mengoptimalkan pendapatan dan pengeluaran yang dibutuhkan dalam konteks
investasi dan operaasional sehari-hari;
• Standar Penilaian: TIK memberikan keleluasan kepada praktisi pendidikan
untuk melakukan proses penilaian secara inovatif karena kemampuannya mengikis
batas-batas ruang dan waktu yang selama ini menghambat berjalannya proses evaluasi;
dan
• Standar Pengelolaan: manajemen dan tata kelola satuan pendidikan moderen
harus memanfaatkan TIK untuk memastikan terjadinya penyelenggaraan proses yang
efektif, efisien, akuntabel, dan terkendali.
Mengenai arah perkembangan TIK bagi dunia pendidikan itu sendiri, arah ke depan
dapat dilihat melalui berbagai riset dan penelitian dunia di bidang terkait. Secara
prinsip, terdapat 8 (delapan) domain TIK dalam memfasilitasi belajar demi
peningkatan kinerja, yaitu:
1. Learning Environment: berkaitan dengan bentuk perimeter atau lingkungan
pembelajaran, mulai dari yang fisik hingga bersifat maya atau virtual;
2. Learning Resource: berkaitan dengan beranekaragam jenis sumber daya belajar

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

23

yang dikembangkan berbasis teknologi digital atau elektronik;
3. Learning Process: berkaitan dengan kemampuan dan kapabilitas teknologi
dalam memberikan alternatif cara pelaksanaan proses pembelajaran;
4. Learning Pedagogy: berkaitan dengan bagaimana teknologi dapat medukung
berbagai strategi pembelajaran moderen di era global abad ke-21;
5. Learning Tool: berkaitan dengan keberadaan sejumlah piranti alat bantu untuk
menunjang proses belajar mengajar;
6. Learning Space: berkaitan dengan beranekaragam antarmuka (interface) yang
menjadi model kanal akses interaksi proses pembelajaran;
7. Learning Management: berkaitan dengan bagaimana teknologi dapat
membantu tata kelola atau penyelenggaraan proses pembelajaran yang efektif; dan
8. Learning Agent: berkaitan dengan teknologi komputasi tingkat tinggi yang
dapat memimikkan perilaku manusia sebagai subyek/obyek pembelajaran.
Dengan kata lain, di kemudian hari, satuan pendidikan di Indonesia harus mampu
memenuhi Standar Nasional Pendidikan yang disempurnakan dan dikembangkan
berdasarkan kemajuan abad ke-21, yang ditandai dengan dilibatkannya secara intensif
TIK dalam proses pembelajaran. Gagal mengadopsi atau beradaptasi dengan
kebutuhan jaman moderen tersebut akan berakibat semakin tidak relevannya sistem
pendidikan yang dikembangkan untuk menjawab tantangan global yang sangat dinamis.

Penutup
Dalam dunia pendidikan, TIK tidak berada dalam ruang hampa. Sebagaimana
menjadi prinsip dalam dunia teknologi pendidikan, keberadaan TIK adalah untuk
memfasilitasi belajar, dengan tujuan akhir adanya peningkatan kinerja dalam proses
pembelajaran itu sendiri. Adopsi pemanfaatan TIK bukanlah merupakan tujuan,
melainkan strategi atau jalan untuk mencapai tujuan belajar itu sendiri. Oleh karena
itulah maka satuan pendidikan di masa mendatang harus benar-benar mampu memilih
teknologi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhannya, dan relevan dengan situasi
dan kondisi dunia pendidikan abad ke-21.

ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

24

Daftar Pustaka
• Alan C. (2010). Empowering Students With Technology. United States: SAGE
Company.
• Banks, J. A. (Editor). (2003). Diversity and Citizenship Education: Global
Perspectives. San Francisco: Jossey-Bass Publisher.
• Beetham, H. & Sharpe, R. (2009). Rethinking Pedagogy for Digital Age: Designing and
Delivering E-Learning. New York: Routledge.
• Bonk, C. J. & Zhang, K. (2008). Empowering Online Learning: 100+ Activities for
Reading, Reflecting, Displaying, and Doing. Jossey Bass Publisher.
• Brown, S.J. (2005). New Learning Environments for the 21st Century. Forum for the
Future of Higher Education Aspen Symposium.
• Chadha, G. & Kumail, S.M.N. (2003). E-Learning An Expression of the Knowledge
Economy. Tata McGraw Hill.
• Cisco. (2008). Connected School - Equipping Every Learner for the 21st Century: a
White Paper. Cisco Internal Publisher.
• Collins, A., & Halvesron, R. (2009). Rethinking Education in the Age of Technology:
The Digital Revolution and Schooling in America (Technology, Education–Connections
(Tec)) (Technology, Education-Connections, the Tec Series). John Seely Brown
Publisher.
• Conrad, RM & Donaldson, J.A. (2011). Engaging the Online Learner: Activities and
Resources for Creative Instruction. John Wiley and Sons Publishing. Cope, Bill, and
Mary Kalantzis. (2009). Ubiquitous Learning. The University of Illinois Publisher.
• Ellis, R. & Goodyear, P. (2009). Students’ Experiences of e-Learning in Higher
Education: the Ecology of Sustainable Innovation. Routledge Publishing Company.
Friedman, Thomas. (2005). The World is Flat: a Brief History of the Twenty-First
Century. United States: Farrar, Straus and Giroux Publisher.
• G