OPTIMALISASI PERAN KPU DALAM PENGAWASAN

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................

ii

KATA PENGANTAR.......................................................................................

iii

DAFTAR ISI.....................................................................................................

iv

ABSTRAK........................................................................................................

vi


BAB I PENDAHULUAN.............................................................................

1

A. Latar Belakang...................................................................................

1

B. Rumusan Masalah..............................................................................

2

C. Tujuan Penulisan................................................................................

2

D. Manfaat Penulisan..............................................................................

2


BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................

3

A. Pemilihan Umum...............................................................................

3

1. Definisi Pemilihan Umum...........................................................

3

2. Tujuan Pemilihan Umum.............................................................

3

3. Fungsi Pemilihan Umum.............................................................

3


4. Asas Pemilihan Umum.................................................................

4

B. Komisi Pemilihan Umum..................................................................

4

1. Definisi Komisi Pemilihan Umum..............................................

4

2. Sejarah Komisi Pemilihan Umum...............................................

5

3. Tugas dan Wewenang dalam Komisi Pemilihan Umum..............

5


C. Money Politic....................................................................................

6

1. Definisi Money Politic.................................................................

6

2. Sejarah Money Politic di Indonesia.............................................

7

BAB III METODE PENELITIAN................................................................

8

A. Pendekatan Penelitian.......................................................................

8


B. Jenis Bahan Hukum..........................................................................

9

C. Teknik Penelusuran Bahan Hukum...................................................

9

D. Teknik Analisis Bahan Hukum.........................................................

9

BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................

11

1

A. Kondisi Money Politic di Indonesia..................................................
11

B. Optimalisasi Pengawasan KPU Terhadap Money Politic.................

12

BAB V PENUTUP........................................................................................

15

A. Kondisi Money Politic di Indonesia..................................................
15
B. Optimalisasi Pengawasan KPU Terhadap Money Politic.................

15

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

16

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...........................................................................


16

2

ABSTRAK
Menurut Ali Murtopo, pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat
untuk menjalankan kedaulatannya, dan merupakan lembaga demokrasi. Pemilu
menjadi sebuah manifestasi dari UUD 1945 pasal 1 ayat (2), bahwa kedaulatan
berada di tangan rakyat. Namun kondisi kontemporer yang berada di masyarakat
berbanding terbalik dengan apa yang menjadi harapan UUD 1945 pasal 22E ayat
(1), bahwa pemilu diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
dan adil (luber jurdil). Tetapi pelaksanaan dari amanat UUD ini semakin
memprihatinkan. Indonesia sejak tahun 1955 telah melaksanakan Pemilu.
Indonesia telah melaksanakan Pemilu sebanyak 10 kali, sehingga seharusnya
Indonesia telah matang dalam berdemokrasi. Namun hal ini tidak menjamin
kedewasaan masyarakat dalam melaksanakan pesta demokrasinya sendiri. Adapun
metode penulisan yang kami gunakan adalah Yuridis Normatif atau disebut juga
penelitian hukum doktrinal, yaitu peneliti menelaah bahan hukum sekunder.
Adanya fenomena money politic yang telah menjadi rahasia umum merupakan
money politic sebagai instrumen penting untuk mendapatkan dukungan dari

berbagai lapisan masyarakat. Pelaku money politic biasanya merupakan oknum
politik yang memiliki kemampuan keuangan yang banyak. Keuangan ini
didapatkan dari sumbangan dalam jumlah yang besar. Dengan adanya fenomena
tersebut, KPU perlu mengambil peran untuk melakukan pengawasan money
politic terhadap pelaksanaan pemilu di Indonesia. KPU perlu membentuk sebuah
badan satuan tugas yang tugasnya khusus untuk mengawasi praktik money politic
yang ada di dalam masyarakat. Dengan demikian, tingkat praktik money politic
dapat berkurang sehingga dapat terciptanya pemilu yang berlandaskan keadilan.
Kata Kunci: Pemilu, KPU, dan Money Politic

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekuasaan tidak dapat diperoleh atas dasar kekuasaan atau karena di
tunjuk, namun harus melalui pemilu. Ketentuan pemilu di Indonesia diatur dalam
pasal 22E UUD NRI 1945 ayat (1) dan ayat (5). Pemilu diselenggarakan untuk
memilih anggota DPR, DPD, presiden dan wakil presiden, dan DPRD.
Menindaklanjuti dasar pemilu tersebut maka untuk memilih DPR, DPD, dan

DPRD diatur dalam UU No. 8 tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD,
dan DPRD. Di dalam dasar menimbang ditegaskan bahwa pemilihan anggotanya
diselenggarakan melalui pemilu sebagai sarana perwujudan aspiratif, berkualitas,
dan bertanggung jawab berdasarkan Pancasila, dan UUD NRI 1945. Kemudian di
dalam pasal 1 ayat (6) Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 bahwa lembaga
penyelenggara pemilu adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU). KPU sebagai
lembaga yang mandiri dalam melaksanakan tugasnya tidak dapat diintervensi atau
dipengaruhi oleh pihak luar.
Menurut Ali Murtopo, pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat
untuk menjalankan kedaulatannya, dan merupakan lembaga demokrasi. 1 Pemilu
menjadi sebuah manifestasi dari UUD 1945 pasal 1 ayat (2), bahwa kedaulatan
berada di tangan rakyat. Namun kondisi kontemporer yang berada di masyarakat
berbanding terbalik dengan apa yang menjadi harapan UUD 1945 pasal 22E ayat
(1), yaitu pemilu diselenggarakan secara Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur
dan Adil (LUBER JURDIL). Tetapi pelaksanaan dari amanat UUD ini semakin
memprihatinkan. Indonesia sejak tahun 1955 telah melaksanakan pemilu dan telah
terlaksana sebanyak 10 kali hingga sekarang, sehingga seharusnya Indonesia
1Bismar Ariyanto, Perbandingan Penyelenggaraan Pemilu,
pada tanggal 12 Desember 2016 pukul 15.32 WIB.


http://riset.umrah.ac.id, diakses

4

sudah matang dalam berdemokrasi.2 Namun hal ini tidak menjamin kedewasaan
masyarakat dalam melaksanakan pesta demokrasinya sendiri. Di dalam
pelaksanaan pemilu, terdapat tahap yang harus dilalui oleh calon, misalnya tahap
kampanye yang seringkali terjadi kecurangan. Kampanye baik terbuka hingga
terselubung seolah membodohi masyarakat.
Money politic didefinisikan sebagai tindakan mempengaruhi massa pemilu
dengan imbalan materi.3 Kejahatan moral ini menjadi tawaran pembodohan untuk
masyarakat. Kehidupan politik yang sejatinya mewujudkan idealisme bagi
masyarakat dan negara, namun dalam prakteknya politik menjadi sebuah
pertarungan untuk mempengaruhi dan menggiring opini masyarakat. KPU sebagai
penyelenggara pemilu harus melakukan tindakan tegas terhadap berbagai
kecurangan. Money politic termasuk dalam delik aduan, artinya hanya dapat
ditindaklanjuti apabila ada pihak yang dirugikan. Dalam pelaksanaannya, pihak
money politic menyembunyikan diri, sehingga sulit melacak kejahatan ini.
Berdasarkan asas hukum lex spesialis derogat lex generalis, bahwa peraturan
khusus menyampingkan peraturan umum, maka yang akan diterapkan adalah

undang-undang pemilu.4 Berdasarkan paparan latar belakang di atas, penulis
menggagas suatu tim yang menangani permasalahan pengawasan pelanggaran
pemilu dibawah KPU.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan money politic dalam pemilu di Indonesia?
2. Bagaimana peran KPU dalam pengawasan pelaksanaan Pemilu?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perkembangan money politic di Indonesia.
2. Untuk mengetahui peran KPU dalam pengawasan pelaksanaan pemilu.
2Ibid.
3 Istianahi, Money Politik Menurut Hukum, hal. 1, http://library.walisongo.ac.id diakses pada
tanggal 13 Januari 2016 pukul 20.31 WIB.
4 Ibid.

5

D. Manfaat Penulisan
1. Dapat

memberikan

kontribusi

pengetahuan

dan

pemikiran

yang

bermanfaat.
2. Dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap perkembangan money
politic.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemilihan Umum
1. Definisi Pemilu
Pemilu adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih
wakil-wakil rakyat atau presiden dan wakilnya yang akan duduk di
lembaga perwakilan rakyat, serta salah satu bentuk pemenuhan hak
asasi warga negara di bidang politik.5
2. Tujuan Pemilu
Pemilu bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat karena rakyat
tidak mungkin memerintah secara langsung. Oleh karena itu,
diperlukan cara untuk memilih wakil rakyat dalam memerintah suatu
negara dalam kurun waktu tertentu.6
3. Fungsi Pemilu
Fungsi Pemilu antara lain:
a. Prosedur rakyat dalam memilih wakil rakyat
Melalui pemilu, rakyat akan memilih wakil-wakilnya yang akan
duduk di lembaga legislatif. Wakil-wakil rakyat akan menjalankan
kebijakan-kebijakan legislatif yang didelegasikan kepada mereka.
Pemilu juga berfungsi sebagai sarana demokratis untuk menyeleksi
anggota perwakilan rakyat.
5
Dilihatya.com,
Pengertian
Pemilu
Menurut
Para
Ahli,
hal.
1,
http://dilihatya.com/762/pengertian-pemilu-menurut-para-ahli, diakses pada tanggal 8 Desember
2016 pukul 19.43 WIB.
6 Ibid, diakses pada 9 Desember 2016 pukul 16.21 WIB.

6

b. Pemilu sebagai legitimasi politik
Melalui pemilu, akan terbentuk sebuah pemerintahan yang
memiliki keabsahan. Pemerintahan yang absah akan merumuskan
program dan kebijakan yang akan ditaati oleh rakyat. Oleh karena
itu, rakyat akan tunduk dan taat sebagai sebuah konsekuensi atas
pilihan dan partisipasi politik yang telah dilakukan sebelumnya. Di
dalam sistem demokrasi, kehendak rakyat merupakan dasar bagi
keabsahan pemerintah.
c. Pemilu sebagai mekanisme pergantian elite politik
Dengan pemilu, rakyat bisa mengganti elit politik dengan yang
lainnya berdasarkan pilihannya dalam waktu tertentu. Putusan
tersebut bergantung pada penilaian rakyat terhadap kinerja elit
politik sebelumnya. Jika elit politik yang dipilih sebelumnya
dianggap tidak mampu memenuhi harapan rakyat dan kinerja tidak
baik, maka orang tersebut tidak akan dipilih kembali.
d. Sebagai sarana pendidikan politik
Pemilu sebagai sarana pendidikan politik merupakan suatu
pendidikan yang bersifat langsung, terbuka, dan massal karena
dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang demokrasi.
Melalui fungsi pendidikan politik inilah pemilu berperan sebagai
sarana pengembangan budaya politik dan demokratis.7
4. Asas Pemilu.
Asas Pemilu terdiri dari 6 asas. Hal ini sesuai dengan pasal 22E Ayat
(1) UUD 1945 dan Pasal 2 UU No 12 Tahun 2003. Keenam asas
tersebut sering disingkat menjadi “LUBER JURDIL” yaitu Langsung,
Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil.8
B. Komisi Pemilihan Umum
1. Definisi Komisi Pemilihan Umum
7 www.kitapunya.net, Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Asas Pemilu, hal. 1-2,
http://www.kitapunya.net/2016/02/pengertian-pemilu-tujuan-dan-asas-pemilu.html, diakses pada
tanggal 9 Desember 2016 pukul 17.52 WIB.
8 Ibid.

7

Komisi Pemilihan Umum adalah sebuah lembaga negara yang
menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia, yakni meliputi
Pemilihan Umum Anggota DPR/DPD/DPRD, Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden, serta Pemilihan Umum Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah.9
2. Sejarah Komisi Pemilihan Umum
Setelah Presiden Soeharto dilengserkan dari kekuasaannya pada
tanggal 21 Mei 1998, jabatan presiden diwakilkan oleh Bacharuddin
Jusuf Habibie. Atas desakan masyarakat, pemilu selanjutnya harus
segera

diselenggarakan.

pemilu

ini

dilanjutkan

dengan

penyelenggaraan sidang umum MPR. Sebelum menyelenggarakan
pemilu yang dipercepat itu, pemerintah mengajukan RUU tentang
pemilu dan RUU tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan
DPRD. Ketiga draf UU ini disiapkan oleh sebuah tim Depdagri, yang
disebut Tim 7 yang diketuai oleh Prof. Dr. M. Ryaas Rasyid (Rektor
IIP Depdagri, Jakarta). Setelah RUU ini disetujui DPR dan disahkan
menjadi UU, presiden membentuk Komisi Pemilihan Umum (KPU)
yang anggotanya adalah wakil-wakil dari partai politik dan
pemerintah.10
3. Tugas dan Wewenang Komisi Pemilihan Umum.
Dalam pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang
Pemilihan Umum dan Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun
1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan
Umum, dijelaskan bahwa untuk melaksanakan Pemilihan Umum, KPU
mempunyai tugas kewenangan sebagai berikut:
1. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum.
2. Menerima, meneliti, dan menetapkan partai-partai politik yang
berhak sebagai peserta Pemilihan Umum.
9 www.kpu.go.id, Sejarah Lembaga Penyelenggara Pemilihan Umum, hal. 1-2,
http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2008/11/Pemilu-1999, diakses pada tanggal 9
Desember 2016 pukul 17.45 WIB.
10 Ibid.

8

3. Membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut
PPI dan mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari
tingkat pusat sampai di Tempat Pemungutan Suara yang
selanjutnya disebut TPS;
4. Menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II
untuk setiap daerah pemilihan;
5. Menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum di semua daerah
pemilihan untuk DPR, DPRD I dan DPRD II;
6. Mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil
Pemilihan Umum;
7. Memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum.
Dalam Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 terdapat
tambahan huruf:
1. Tugas dan kewenangan lainnya yang ditetapkan dalam Undangundang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.
Sedangkan dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999
tersebut juga ditambahkan, bahwa selain tugas dan kewenangan KPU
sebagai dimaksud dalam Pasal 10, selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun
setelah Pemilihan Umum dilaksanakan, KPU mengevaluasi sistem
Pemilihan Umum.11
C. Money Politic
1. Definisi Money Politic
Money Politic atau politik uang adalah suatu bentuk pemberian atau
janji menyuap seseorang, dengan tujuan agar orang tersebut tidak
menjalankan haknya untuk memilih atau agar ia menjalankan haknya
dengan cara tertentu dalam pemilihan umum. Penyuapan bisa
dilakukan dengan uang atau barang. Politik uang biasanya dilakukan
oleh simpatisan, kader, bahkan pengurus partai politik menjelang
pemilihan umum.
11
www.kpu.go.id,
Tugas
dan
Kewenangan,
hal.
1,
http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2008/5/Tugas-dan-Kewenangan, diakses pada tanggal
11 Desember 2016 pukul 14.20 WIB.

9

2. Sejarah Money Politic di Indonesia
Jika dirunut secara sejarah, politik uang sudah dikenal masyarakat kita
sejak lama. Dalam Babad Tanah Jawi, ada sebuah bab yang
menceritakan tentang politik uang yang dilakukan oleh Ratu
Pandansari, adik dari penguasa Mataram, yaitu Sultan Agung. Alkisah
sang Pangeran Pekik Muda, suami dari Ratu Pandansari mengalami
kekalahan sewaktu berusaha menaklukkan kerajaan Giri. Ratu
Pandansari yang mengetahui kekalahan suaminya, mengumpulkan
para prajurit yang baru saja mengalami kekalahan. Ratu Pandansari
tidak serta merta menghukum mereka atas kekalahan mereka, tetapi
malah memberikan banyak hadiah kepada para prajuritnya, dan
menjanjikan hadiah yang lebih besar lagi sepulang mereka dari medan
perang jika membawa kemenangan. Hasilnya para prajurit menjadi
lebih semangat dengan hasil sebuah kemenangan atas ditaklukannya
Kerajaan Giri. Kemenangan ini merupakan kemenangan yang ironis,
karena sang Pekik Tua yaitu ayah dari Pekik Muda adalah murid
kesayangan Sunan Giri Prapen, kakek Sunan Giri Muda, raja kerajaan
Giri yang ditaklukkan.12

12
Indonesiana.tempo.co,
Money
Politic,
Revolusi
Mental?,
hal.
1,
http://indonesiana.tempo.co/read/17092/2014/06/12/etha_kereta/money-politic-revolusi-mental,
diakses pada tanggal 12 Desember 2016 pukul 17.46 WIB.

10

BAB III
METODE PENULISAN
A. Pendekatan Penulisan
Jenis penelitian ini adalah Yuridis Normatif atau disebut juga
penelitian hukum doktrinal13, yaitu peneliti menelaah bahan hukum
sekunder14 kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di
lapangan untuk menjawab permasalahan yang menjadi fokus penelitian
yang mengkonsepkan hukum sebagai kaidah atau norma yang merupakan
patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pendekatan Perundang-undangan15 (statue-approach), yaitu dengan
meneelaah perundang-undangan yang berkaitan dengan Komisi
Pemilihan Umum, Pemilihan Umum, dan Money Politics.
2. Pendekatan Konseptual (conceptual-approach), yaitu

dengan

menelaah dan memahami konsep-konsep16 demokrasi di Indonesia,
Komisi Pemilihan Umum, dan Pemilihan Umum.
3. Pendekatan Sejarah (historical-approach), yaitu dengan menelaah
rekonstruksi masa latihan secara sistematis dan objektif dengan cara
mengumpulkan,

mengevaluasi,

dan

memverifikasi,

serta

mensistensikan bukti-bukti mendukung fakta untuk memperoleh
kesimpulan.17

B. Jenis Bahan Hukum
13Sukisno B., Karakter Penelitian Hukum Normatif dan Sosiologis, Yogyakarta:
PUSKUMBANGSIH LEPPA UGM, tanpa tahun, hal. 8.
14Roni Haritijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Graha, 1998,
hal. 10.
15Peter Mahmud Murzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2007, hal. 96.
16Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: BayuMedia,
2007, hal. 391.
17Husaini Usman dan Purnama Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Cetakan Keempat,
Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hal. 29.

11

Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder sebagai data utama, yang terdiri dari :
a. Bahan Hukum Primer yakni Peraturan perundang-undangan meliputi:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
b. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 2011
tentang Partai Politik.
c. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 15 tahun 2011
tentang Penyelenggara Pemilu.
d. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 2011
tentang

Pemilihan

Umum

Anggota

DPR,

DPD,

dan

DPRD dan Lampiran Peta Daerah Pemilihan dan Jumlah Kursi.
e. Pasal 4 UU No. 22 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi
Penyelenggara Pemilu.
b. Bahan Hukum Sekunder, meliputi literatur-literatur yang terkait
dengan permasalahan yang dikaji berasal dari buku-buku, pendapat
ahli hukum, segi kepustakaan, dan artikel internet.
c. Bahan Hukum Tersier berupa kamus, yang terdiri dari kamus Bahasa
Indonesia, kamus Hukum, dan berbagai kamus lain yang dibutuhkan.
C. Teknik Penelusuran Bahan Hukum
Teknik penelusuran bahan hukum dalam penelitian ini dilakukan
melalui studi dokumentasi dan studi pustaka, serta dari internet. Untuk
mendapatkan badan hukum yang dibutuhkan maka peneliti akan
melakukan penulusuran bahan hukum di berbagai artikel di internet.
D. Teknik Analisis Bahan Hukum
Seluruh bahan hukum yang dikumpulkan, selanjutnya diinventaris,
diklarifikasi, dan dianalisi dengan menggunakan analisi deskriptif, yang
bertujuan untuk menguraikan berbagai permasalahan hukum yang ada,
sehingga didapatkan solusi yang tepat, guna memberikan formulasi baru
dalam konsep peran KPU dalam pengawasan money politics dalam pemilu
di Indonesia.
Metode Deskriptif, yaitu suatu metode yang digunakan untuk
mempelajari permasalahan yang ada dalam masyarakat, serta tata cara
12

yang berlaku dalam masyarakat sehari-hari serta situasi-situasi tertentu 18.
Tujuan dari penulisan deskriptif ini adalah untuk membuat gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat, hubungan yang antar fenomena yang diteliti untuk mendapatkan
suatu pemecahan. Setelah proses analisis, dilakukan proses sintesis dengan
menarik dan menghilangkan rumusan masalah, tujuan penulisan serta
pembahasan yang dilakukan. Berikutnya ditarik simpulan yang bersifat
umum kemudian direkomendasikan beberapa hal sebagai upaya transfer
gagasan.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kondisi Money Politic di Indonesia
18 Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005, hal. 35.

13

Politik Uang atau Money Politic adalah bentuk penyuapan atau pemberian
terhadap seseorang, dengan tujuan agar orang yang diberi tersebut diarahkan
untuk memilih orang yang memberinya. Perilaku money politic dalam konteks
politik sekarang, seringkali diatasnamakan sebagai bantuan, infaq, shadaqah, dan
lain-lain.19 Realita yang terjadi saat ini adalah pemilihan umum (pemilu) di
Indonesia sebagai pesta demokrasi dinilai tidak menerapkan dan menjalankan
sistem demokrasi yang sebenarnya. Proses pelaksanaan pemilu di Indonesia saat
ini telah mengalami kecurangan, yaitu dengan adanya “serangan fajar” atau yang
biasa kita ketahui istilahnya sebagai money politic.
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya money politic di Indonesia.
Kondisi ekonomi masyarakat Indonesia yang dibawah rata-rata menjadi salah satu
faktor penyebab terjadinya money politic. Angka kemiskinan di Indonesia cukup
tinggi yang menyebabkan masyarakat kurang mampu membutuhkan cara cepat
untuk mendapat uang. Kondisi tersebut menjadikan pemilu sebagai tempat mereka
berlomba-lomba mencari uang. Para calon wakil rakyat pun ikut berlomba-lomba
memberikan uang. Uang dalam money politic hanyalah sebagai media pemikat
agar masyarakat memilih calon wakil rakyat yang memberi “sumbangan” kepada
mereka. Dalam prakteknya, semakin besar jumlah uang yang diberi, semakin
besar pula kemungkinan yang terpilih.20 Dengan demikian, diharapkan ada timbal
balik yang terjadi, yaitu pemilih memilih calon wakil rakyat dalam ajang pemilu.
Faktor berikutnya yang menjadi penyebab terjadinya money politic dalam
pemilu adalah rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai politik. Bagi
masyarakat, siapapun calonnya atau diusung dari partai manakah mereka tidak
menjadi masalah. Jika mereka mengetahui siapa saja calonnya, dari partai politik
mana saja para calon tersebut berasal, bagaimana visi dan misi mereka, dan lainlain,21 tidak ada pengaruhnya. Masyarakat tidak peduli dengan semua hal itu,
karena yang terpenting adalah mereka mendapat uang. Jika kita melihat realita
19 Sabilal Rosyad, Praktik Money Politics Dalam Pemilu Legislatif di Kabupaten Pekalongan
Tahun 2009 (Studi Sosio-Legal-Normatif), Semarang: UIN Walisongo, 2010, hal. 2.
20 Ismail, S. E., M. M., Pengaruh Money Politic Terhadap Daya Pilih Masyarakat di
Kabupaten Tabalong, Tabalong: KPUD Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan, 2015,
hal. 1.
21
Hasna
Wahida
Yunastri,
Sebab-Akibat
Politik
Uang
Dalam
Pemilu,
http://www.hukumpedia.com/hasunachan/sebab-akibat-politik-uang-pada-pemilu, diakses pada
tanggal 12 Desember 2016 pukul 18.00 WIB.

14

yang terjadi saat ini, banyak wakil rakyat yang hanya menerima gaji buta dan
merugikan masyarakat. Uang rakyat mereka korupsi Tindakan para wakil rakyat
lakukan ini justru menurunkan ekonomi masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, money politic harus diatasi dengan cara memberikan
penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat mengenai betapa pentingnya
kelangsungan hidup Indonesia beserta penduduknya berdasarkan apa yang mereka
pilih. Selain itu, membantu perekonomian masyarakat kelas menengah ke bawah
merupakan cara yang efektif agar kampanye pemilu tidak menjadi sebuah jalan
pintas untuk mencari rezeki. Contohnya adalah dengan membuka lapangan
pekerjaan, memberi pinjaman agar mereka bisa membuat usaha, dan lain
sebagainya. Indonesia merupakan negara yang penduduknya banyak, namun
kesejahteraan penduduknya rendah.
B. Optimalisasi Pengawasan KPU terhadap Money Politic
Sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 pasal 22E ayat (5) “Pemilihan
umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum yang bersifat
nasional, tetap, dan mandiri.”. Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga
yang menyelenggarakan pemilu, mempunyai kewajiban menjaga dan mengawasi
marwah demokrasi di dalam masyarakat. Sejatinya fungsi dan kewenangan KPU
dari sisi undang-undang dan implementasinya sudah baik, namun di dalam
lingkungan

masyarakat

KPU

menjadi

sebuah

lembaga

yang

sekedar

mensosialisasi dan mengawasi pemilihan umum dan untuk pelaksaannya dikuasai
oleh masyarakat.
Berbicara tentang kekuasaan, maka tidak terlepas dari dinamika kehidupan
manusia yang menimbulkan sebuah interaksi, dimana ada yang memimpin dan
ada yang dipimpin. Untuk menetapkan seseorang menjadi pemimpin dilakukan
secara demokratis dan transparan, yaitu melalui pemilu. Namun dalam praktiknya,
seorang calon pemimpin maupun calon legislatif menghalalkan segala cara demi
mendapatkan sebuah kekuasaan. Salah satunya adalah adanya fenomena money
politic yang telah dijelaskan sebelumnya. Money politic sebagai instrumen penting
untuk mendapatkan dukungan dari berbagai lapisan masyarakat. Pelaku money

15

politic biasanya merupakan oknum politik yang memiliki kemampuan keuangan
yang banyak. Keuangan ini didapatkan dari sumbangan dalam jumlah yang besar.
Terbatasnya pengetahuan masyarakat mengenai profil calon menyebabkan
pemilih sulit untuk menentukan pilihan calon yang tepat. Padahal masih banyak
calon-calon yang memiliki track record dan kemampuan yang berkompeten.
Namun demikian, para calon tersebut tidak dipilih oleh masyarakat karena
elektabilitas mereka yang tidak sebanding dengan calon-calon yang melakukan
money politic. Gambaran umum tersebut menunjukkan fenomena money politic
yang telah menjadi rahasia umum di masyarakat. Eksistensi money politic dinilai
sebagai suatu hal yang wajar karena persepsi masyarakat menganggap bahwa
money politic merupakan sebuah hubungan timbal balik yang saling
menguntungkan kedua belah pihak. Artinya pihak calon membutuhkan suara
masyarakat untuk memenangkan pemilu dan mendapat kekuasaan, dan
masyarakat membutuhkan uang. Sepanjang tanpa adanya pemaksaan, intimidasi,
dan kekerasan politik lainnya, praktik money politic semacam ini biasanya sulit
ditindak atau dikenai hukuman kecuali tertangkap basah dan/atau ada laporan dari
masyarakat setempat.
Dalam implementasinya selama ini, tindakan money politic sulit dideteksi
atau

diawasi

karena

kewenangan

KPU

yang

terlalu

luas

mengenai

penyelenggaraan pemilu. Sehingga KPU hanya terfokus pada beberapa
kewenangan lain, dan menjadi tidak fokus terhadap tindakan money politic.
Melihat fenomena money politic yang telah begitu melekat di dalam kehidupan
masyarakat, mulai dari masyarakat kelas menengah ke bawah hingga ke atas,
maka persoalan yang pelik ini harus disikapi dengan serius. Sebuah persoalan
yang dianggap remeh, namun memiliki implikasi negatif yang cukup berpengaruh
terhadap perkembangan demokrasi dan penegakan hukum di Indonesia. Money
politic membuat kehidupan politik di Indonesia menjadi bias atau tidak objektif.
Apabila money politic tersebut dibiarkan terus menerus dan menjadi sebuah
budaya, maka pemilu tidak akan bisa menampakkan kejujuran, transparansi,
keadilan, serta persaingan yang sehat. Pemilu yang demikian akhirnya
menciptakan pemerintah yang tidak memikirkan nasib dan kesejahteraan rakyat.
Berangkat dari hipotesa yang telah dipaparkan oleh penulis di atas, dibutuhkan
16

sebuah upaya untuk mewujudkan optimalisasi KPU dalam pengawasan money
politic terhadap pelaksanaan pemilu di Indonesia.
Pada hakikatnya, money politic telah menjadi sebuah kebiasaaan di dalam
masyarakat, dan jika sebuah kebiasaaan telah melekat pada masyarakat akan
sangat sulit untuk menghilangkannya. Tetapi kebiasaan tersebut dapat dikurangi,
untuk itu KPU harus melakukan tindakan tegas dalam mengurangi dan mencegah
money politic di Indonesia. Tindakan KPU tersebut dapat diwujudkan melalui
dibentuknya suatu satuan tugas yang khusus mengawasi money politic. Satuan
tugas tersebut diberi wewenang untuk mengawasi dan menindak apabila terjadi
money politic di sebuah daerah. Satuan tugas ini ditempatkan di masing-masing
wilayah pemilihan. Selain membentuk satuan tugas, KPU perlu membentuk
aturan tersendiri yang mengatur sanksi tegas yang dapat membuat efek jera bagi
calon yang melakukan money politic dan massa yang menerima money politic
tersebut.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
17

1. Money Politic dalam proses pelaksanaan pemilu di Indonesia merupakan
suatu bentuk penyuapan di masa kampanye calon wakil rakyat terhadap
masyarakat pemilih dengan tujuan uang atau barang yang diberikan dapat
mengarahkan pemilih agar memilih calon wakil rakyat yang memberinya.
Faktor-faktor penyebab terjadinya money politic adalah tingginya angka
kemiskinan masyarakat Indonesia yang membutuhkan uang secara cepat
dan rendahnya kepedulian masyarakat mengenai politik.
2. Dengan adanya money politic, perlu adanya suatu solusi optimalisasi peran
KPU dalam pengawasan money politic terhadap perkembangan pemilu di
Indonesia.
B. Saran
1. KPU perlu membuat aturan yang lebih tegas sehingga dapat memberikan
efek jera bagi pelaku money politic. Selain itu, KPU dapat membentuk
satuan tugas yang berwenang untuk mengawasi masyarakat di sebuah
wilayah pemilihan, sehingga tindakan money politic dapat dihindari.
2. Masyarakat perlu memperhatikan track record dari masing-masing calon
wakil rakyat sehingga mereka bisa memilih calon yang berkompeten dan
sesuai bagi kelangsungan pemerintahan di Indonesia. Selain itu,
masyarakat perlu memahami hukum dan kehidupan politik agar mereka
menyadari bahwa tindakan money politic merupakan tindakan yang
merugikan dan melahirkan wakil rakyat yang hanya makan gaji buta serta
tidak memikirkan nasib rakyat.

DAFTAR PUSTAKA
Bismar

Ariyanto,

Perbandingan

Penyelenggaraan

Pemilu,

hal.

1,

http://riset.umrah.ac.id, diakses pada tanggal 12 Desember 2016 pukul 15.32 WIB

18

Dilihatya.com,

Pengertian

Pemilu

Menurut

Para

http://dilihatya.com/762/pengertian-pemilu-menurut-para-ahli,

Ahli,

hal.

diakses

1,
pada

tanggal 8 Desember 2016 pukul 19.43 WIB
Hasna Wahida Yunastri, Sebab-Akibat Politik Uang Dalam Pemilu, hal. 1,
http://www.hukumpedia.com/hasunachan/sebab-akibat-politik-uang-pada-pemilu,
diakses pada tanggal 12 Desember 2016 pukul 18.00 WIB
Husaini Usman dan Purnama Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial
Cetakan Keempat, Jakarta: Bumi Aksara, 2003
Indonesiana.tempo.co,

Money

Politic,

Revolusi

Mental?,

hal.

1,

http://indonesiana.tempo.co/read/17092/2014/06/12/etha_kereta/money-politicrevolusi-mental, diakses pada tanggal 12 Desember 2016 pukul 17.46 WIB
Ismail, S. E., M. M., Pengaruh Money Politic Terhadap Daya Pilih
Masyarakat di Kabupaten Tabalong, Tabalong: KPUD Kabupaten Tabalong
Provinsi Kalimantan Selatan, 2015
Istianahi, Money Politik Menurut Hukum, hal. 1, http://library.walisongo.ac.id
diakses pada tanggal 13 Januari 2016 pukul 20.31 WIB
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:
BayuMedia, 2007
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005
Peter Mahmud Murzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2007
Roni Haritijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta:
Graha, 1998
Sabilal Rosyad, Praktik Money Politics Dalam Pemilu Legislatif di Kabupaten
Pekalongan Tahun 2009 (Studi Sosio-Legal-Normatif), Semarang: UIN
Walisongo, 2010
Sukisno B., Karakter Penelitian Hukum Normatif dan Sosiologis, Yogyakarta:
PUSKUMBANGSIH LEPPA UGM, 2015
www.kitapunya.net, Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Asas Pemilu, hal. 1-2,
http://www.kitapunya.net/2016/02/pengertian-pemilu-tujuan-dan-asaspemilu.html, diakses pada tanggal 9 Desember 2016 pukul 17.52 WIB

19

www.kpu.go.id, Sejarah Lembaga Penyelenggara Pemilihan Umum, hal. 1-2,
http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2008/11/Pemilu-1999, diakses pada
tanggal 9 Desember 2016 pukul 17.45 WIB
www.kpu.go.id, Tugas dan Kewenangan, hal. 1,
http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2008/5/Tugas-dan-Kewenangan,
diakses pada tanggal 11 Desember 2016 pukul 14.20 WIB

20