Tinjauan Yuridis Penanaman Modal Dalam Wilayah Tanah Adat (Studi di Kabupaten Samosir)

BAB II
KEGIATAN PENANAMAN MODAL BERDASARKAN UNDANGUNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

A.

Latar Belakang Diundangkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal
Setelah menanti cukup lama akhirnya ketentuan investasi yang selama

empat puluh tahun diatur dalam dua undang-undang yakni pertama, UndangUndang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan yang
kedua, Undang-Undang Nomor 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN), dicabut dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal (UUPM). Undang-Undang Penanaman Modal
dinyatakan berlaku sejak diundangkan dlam Lembaran Negara Republik
Indonesia (LNRI) tahun 2007 Nomor 67 pada tanggal 26 April 2007.
Jika

dirunut

kebelakang


tampak

bahwa

pembahasan

terhadap

pembaharuan ketentuan investasi memakan waktu relative cukup lama. Hal ini
dapat dimaklumi, sebab ruh yang terkandung dalam Undang-Undang Penanaman
Modal menganut paham liberal tampaknya belum sepenuhnya dapat diterima
oleh berbagai pihak. Namun dalam perjanjian waktu, akhirnya berbagai masukan
yang disampaikan oleh para pihak yang mempunyai perhatian terhadap
pengaturan hukum investasi dirangkum dalam semangat yang ada dalam UUPM
yang ada saat ini. Adapun paham liberal dalam Undang-Undang Penanaman
Modal dapat disimpulkan, dari perlakuan yang diberikan oleh pemerintah kepada

20
Universitas Sumatera Utara


21

penanam modal. Dalam undang-undang ini tidak dibedakan perlakuan terhadap
penanam modal asing dengan penanam modal dalam negeri. Kelihatannya
disinilah letak perbedaan sudut pandang dalam melihat arti pentingnya
penanaman modal. Adapun alasan dikemukakan oleh pihak yang kurang setuju
diterapkannya paham liberal yakni dalam kondisi masa kini, masih diperlukan
perlindungan terhadap industri dalam negeri, maka belum saatnya untuk
memberlakukan paham liberal dalam Undang-Undang Penanaman Modal. Ketika
Rancangan Undang-Undang Penanaman Modal (RUUPM) digulirkan Denni
Purbasari, salah seorang yang menentang paham liberisasi mengemukakan
liberalisasi dalam RUUPM tidak tepat untuk meningkatkan investasi. Hal ini
karena penurunan investasi disebabkan tingginya biaya berbisnis (pungli,
perizinan pusat dan perda) dan menurunnya pasar Indonesia karena menurunnya
daya beli. Dengan demikian topik perdebatan sebenarnya adalah bagaimana
memberikan perlindungan terhadap industri dalam negeri. 23
Sedangkan

dari


pihak

pemerintah

sebagai

penggagas

RUUPM

mempunyai alasan tersendiri, mengapa perlu dirasakan ada liberalisasi dalam
penanaman modal. Hal ini dikemukakan oleh Menteri Perdagangan Mari Elka
Pangestu, dengan disahkannya RUUPM menjadi Undang-Undang Penanaman
Modal, pemerintah optimistis investasi usaha diberbagai bidang akan semakin
meningkat. Investasi adalah instrumen yang paling penting dalam pembangunan
nasional. Diperlukan undang-undang yang benar-benar berbeda dan menarik bagi
investor. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Fahmi Idris, Menteri
Perindustrian kala itu, adanya kesan bahwa RUUPM lebih menguntungkan

23


Ibid, hlm.126.

Universitas Sumatera Utara

22

investor asing, hal ini merupakan hal yang tak terhindarkan. Saat ini tidak lagi
dikenal modal asing atau dalam negeri. Yang dipersoalkan justru kalau terjadi
sengketa

bagaimana

penyelesaiannya.

Hal

ini

pun


sudah

ada

skema

penyelesaiannya di dalam UU tersebut. Jadi kebijakan ini sah saja diterapkan asal
ditujukan untuk mendorong investasi sebab dunia sekarang ini sudah tanpa
batas. 24
Namun ada juga pemikiran lain yang mengatakan, bahwa tersendatnya
arus modal asing masuk ke Indonesia tidaklah semata-mata karena undangundang investasi tidak memadai, akan tetapi biaya yang harus dikeluarkan oleh
para pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan bisnisnya sulit untuk diprediksi.
Pemikiran ini dilontarkan oleh Harlan Sumarsono, sebelum melakukan investasi,
investor biasanya mempertanyakan apakah yang diperoleh dari investasi ini di
kemudian hari.

Untuk itu para investor perlu mendekati kepastian, teknis

melakukan perkiraan ini diantaranya :

a.

25

Basic Forcasting atau perkiraan dasar. Investor biasanya mendapatkan
informasi dasar dari lembaga advisor atau konsultan sebelum melakukan
investasi.

b.

Structuring Forcasting atau perkiraan struktur. Investor biasanya
mengidentifikasi beberapa faktor yang akan mempengaruhi struktur
pembiayaan mereka seperti resiko bisnis Negara (country risk), kestabilan
mata uang, kestabilan politik, penyediaan infrastruktur.

c.

Transmission

Forcasting.


Sebelum

investor

memutuskan

untuk

berinvestasi, investor biasanya mengamati aspek-aspek yang terkait dengan
24
25

Ibid.
Ibid, hlm.127.

Universitas Sumatera Utara

23


investasinya melalui berbagai salran seperti media massa, jurnal dan bahkan
dari mulut ke mulut.
d.

Track Record. Investor sangat memperhatikan apa yang telah dialami oleh
investor lain dalam melakukan investasi. Kegagalan dan keberhasilan suatu
investasi yang terjadi akan menjadi catatan khusus bagi calon investor lain.

e.

Cost of Service. Untuk membuat perkiraan yang mendekati kepastian,
investor perlu mengidentifikasi biaya-biaya yang harus dikeluarkan sebelum
bisnis berjalan hingga operasional. Semakin biaya dapat diperkirakan, maka
resiko bisnis semakin dapat ditekan. Bagi investor, yang paling
dikhawatirkan adalah biaya siluman. Bukan karena besarnya, tapi tidak
dapat diprediksi.
Terlepas dari adanya berbagai pandangan terhadap kehadiran Undang-

Undang Penanaman Modal yang mengadopsi berbagai perkembangan hukum
investasi internasional, menarik unruk dicermati apa yang dikemukakan oleh

Didik J.Rahcbini, dalam undang-undang ini berbagai kepentingan coba
diakomodasikan, disamping itu juga bertindak adil kepada investor namun tanpa
mengurangi kepentingan nasional. Apa yang dikemukakan oleh pakar ekonomi
tersebut patut direnungkan, sebab jika hanya berfokus pada satu sudut pandang
saja, sementara pergerakan arus modal global begitu cepat, maka pilihan yang
bijak adalah bagaimana menyatukan berbagai kepentingan tersebut dalam satu
norma hukum yang dapat dijadikan pegangan bagi semua pihak yang terkait
dengan investasi. 26

26

Ibid, hlm.128.

Universitas Sumatera Utara

24

Oleh karena itu, untuk memahami secara utuh apa yang dikandung dalam
UUPM agaknya perlu didalami lebih jauh latar belakang kehadirannya. Jika
dicermati secara seksama lahirnya Undang-Undang Penanaman Modal memang

tidak dapat dilepaskan dari perkembangan masyarakat khususnya komunitas
pebisnis yang demikian dinamis, baik di dalam negeri maupun di dunia
internasional, terlebih lagi di era masa kini yang lebih dikenal sebagai era
globalisasi, arus perputaran modal pun demikian cepat dari satu tempat ke tempat
lain. Dengan kata lain, dimana ada peluang disitulah modal berhenti. Hal ini juga
tercermin dari pertimbangan diterbitkannya Undang-Undang Penanaman Modal
dalam konsideran atau pertimbangan disebutkan bahwa untuk mempercepat
pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi
Indonesia diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi
ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal
baik dalam negeri maupun dari luar negeri, bahwa dalam menghadapi perubahan
perekonomian global dan keikutseraan Indonesia dalam berbagai kerjasama
internasional perlu diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif, promotif,
memberikan kepastian hukum, keadilan dan efisiensi dengan tetap memperhatikan
kepentingan ekonomi nasional. 27
Dari paparan diatas terlihat bahwa terbitnya UUPM tahun 2007
melahirkan secercah harapan dalam iklim investasi di Indonesia. Disebut
demikian karena selama ini undang-undang investasi yang ada dianggap sudah
tidak memadai lagi sebagai landasan hukum untuk menarik investor. Untuk itu
tidaklah berlebihan jika berbagai pihak menyebutkan Undang-Undang Penanaman


27

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

25

Modal cukup kompetitif. Dengan kata lain berbagai fasilitas yang diberikan
kepada investor dalam rangka melakukan investasi cukup menarik. Artinya
UUPM dapat dibandingkan dengan ketentuan penanaman modal di Negara lain.
Yang menarik dalam UUPM tahun 2007 adalah dilihat dari judulnya
yang cukup sederhana yakni “penanaman modal”. Seperti telah dikemukakan
dalam awal tulisan ini, sebelum lahirnya UUPM menjelang pertengahan tahun
2007 dikenal terminologi UUPMA dan UUPMDN. Dari kedua undang-undang ini
secara kasat mata dapat dilihat ada perbedaan perlakuan antara PMA dan PMDN.
Sebagaimana dikemukakan oleh M.Sadeli, di UUPMA dan UUPMDN masih
cukup banyak perbedaan. UUPMDN jauh lebih bebas dibandingkan dengan PMA.
Di UUPMA mendapat jaminan hukum tidak dinasionalisasi, berhak mentransfer
keuntungan dan modal. PMA dilakukan dalam bentuk devisa, sedangkan PMDN
dalam bentuk rupiah. Namun yang lebih penting lagi kata pakar ekonomi ini,
yakni masalah sentimen nasional, apakah pro (modal dan perusahaan) asing, anti
atau ambivalen? Di Indonesia sentimen nasional terhadap sesuatu “asing” sering
ambivalen, tidak menolak akan tetapi menerima dengan perasaan was-was. Asing
disamakan dengan besar, sangat berkuasa, sehingga mudah menyaingi dan
mematikan pengusaha kecil yang pribumi. 28
Adanya diskusi terhadap eksistensi UUPM suatu fenomena yang
menarik, artinyaberbagai pihak merasa berkepentingan terhadap kegiatan
investasi. Untuk itupatut disambut dengan lapang dada, sehingga bial di kemudian
hari undang-undang ini kelak diubah berbagai kekurangan yang adadapat
dilengkapi sesuai dengan dinamika masyarakat yang ada. Sebagaimana

28

Ibid, hlm.129.

Universitas Sumatera Utara

26

dikemukakan oleh Yusnan, UUPM 2007 bertujuan untuk beberapa hal
diantaranya : Pertama, sebagai bentuk kepastian hokum terhadap berbagai
ketidakpastian yang terkait dengan kegiatan investasi. Kedua, untuk memperbaiki
gambaran investasi dalam negeri sehingga menjadikan Indonesia tidak hanya
menjadi pasar bagi produk-produk asing tetapi tempat yang layak unuk
melakukan investasi. Setidak-tidaknya dengan diterbitkannya UU ini terlihat ada
respon yang positif yang ditunjukkan dari angka statistik persetujuan investasi dan
realisasi investasi. 29
Dari apa yang dikemukakan oleh para pakar ekonomi dan birokrat di
bidang investasi diatas, satu hal yang rasanya cukup signifikan untuk
disatubahasakan oleh berbagai pihak yakni kehadiran investor sangat dibutuhkan
dalam mengelola potensi ekonomi yang ada. Kehadiran investor tersebut
diharapkan dapat membawa dampak positif selain membuka lapangan pekerjaan,
juga dapat menggerakkan roda perekonomian baik skala lokal maupun nasional.
Investor akan datang dengan sendirinya apabila berbagai hal yang dibutuhkan
telah tersedia untuk menjalankan investasi. 30

B. Pertimbangan-Pertimbangan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal
1. Pertimbangan Filosofis
Untuk mewujudkan kehidupan yang layak dan bermartabat, serta untuk
memenuhi hak atas kebutuhan dasar warga negara demi tercapainya kesejahteraan
sosial, negara menyelenggarakan pelayanan dan pengembangan kesejahteraan
29
30

Ibid, hlm.130.
Sentosa Sembiring, Op.,Cit, hlm 130.

Universitas Sumatera Utara

27

sosial secara terencana, terarah, dan berkelanjutan. Tidak ada satupun manusia
yang mau diperlakukan tidak adil. Di dalam kegiatan penanaman modal sering
terjadi pergesekan yang menimbulkan permasalahan. Dan nilai keadilan
merupakan poin utama yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan
tersebut. Dengan prinsip keadilan maka dapat dikembangkan prinsip-prinsip lain
antara lain tidak melakukan perbuatan yang merugikan pemodal lain, menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban, tidak memaksakan kehendak kepada
sesama penanam modal, tidak menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan
pribadi, dan sebagainya.
Untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, perlu
dilaksanakan pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan dengan
berlandaskan demokrasi ekonomi untuk mencapai tujuan bernegara.
2.

Pertimbangan Ekonomis
Untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan

kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman
modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan modal yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Pertimbangan ekonomi dan juga politik pada hakikatnya tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya, stabilitas politik secara otomatis akan
melancarkan

pergerakan

roda

perekonomian.

Pelaku

bisnis

senantiasa

membutuhkan ketenangan berusaha dengan harapan mendapatkan insentif dari
pemerintah yang memadai, peluang untuk berkembang dengan lingkungan dan
karyawan serta mitranya secara baik sebagai faedah kegiatan penanaman modal

Universitas Sumatera Utara

28

tersebut. Pertimbangan ekonomiyang dimaksud antara lain : ketersediaan bahan
baku, lokasi yang strategis, tenaga kerja yang ahli, standard upah yang relative
lebih murah, kondisi pasar yang prospektif, serta infrastruktur yang memadai.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa potensi sumber daya alam yang dimiliki
oleh Indonesia yang memiliki daya tarik ialah keseragaman dan kekayaan
ekosistem. 31
3. Pertimbangan Politik
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor:
XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi,
kebijakan penanaman modal selayaknya perlu mendasari ekonomi kerakyatan
yang melibatkan pengembangan bagi usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi.
Secara umum pertimbangan politik merupakan salah satu factor
pendukung investor masuk ke suatu negara untuk berinvestasi. Demikian pula hal
nya dengan kondisi politik Indonesia. Stabilitas politik menentukan kebijakan
pemerintah untuk hal-hal yang berkaitan dengan usaha. Para investor yang ingin
melakukan kegiatan investasi di suatu negara, maka harus tetap memperhatikan
kondisi politik di negara tersebut apakah stabil atau tidak. Sehingga ketika
kegiatan penanaman modal sedang terjadi, maka dipastikan tidak akan terjadi
permasalahan dalam bidang politik negara tersebut.
4. Pertimbangan Sosiologis
Kepastian hukum menekankan agar hukum atau peraturan ditegakkan
sebagaimana yang diinginkan oleh bunyi hukum atau peraturannya. Adapun
pertimbangan sosiologis menekankan kepada kemanfaatan kegiatan penanaman
31

https://repository.usu.ac.id > bitstream>handle, diakses tanggal 14 Juli 2017, pukul

12:30 wib.

Universitas Sumatera Utara

29

modal bagi masyarakat sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Investasi yang terus bertumbuh berdampak kepada semakin banyak
lowongan kerja yang terbuka bagi seluruh rakyat Indonesi, membuka kesempatankesempatan baru untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Bagi negara, investasi
juga berdampak positif dengan semakin banyaknya infrastruktur yang terbangun
sehingga dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Dan pada
akhirnya kesejahteraan masyarakat pun bias dicapai jika iklim investasi terus
terjaga dengan baik dan kondusif.
5.

Pertimbangan Hukum (Yuridis)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang
Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967

tentang

Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan UndangUndang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri perlu
diganti karena tidak sesuai lagi dengan kebutuhan percepatan perkembangan
perekonomian dan pembangunan hukum nasional, khususnya di bidang
penanaman modal. 32
Adanya pertimbangan hukum dalam penanaman modal mengacu pada
sistem hukum apa yang digunakan pada saat melakukan kegiatan investasi.
Keberadaan hukum sebagai dasar melakukan penanaman modal harus disertai

32

Mahmul Siregar, Bahan Ajar Hukum Investasi Fakultas Hukum USU (Medan, 2010)

Universitas Sumatera Utara

30

dengan kekuatan hukum yang mengikatnya. Dalam penegakan hukum terdapat 3
unsur yang harus diperhatikan, yaitu kepastian hukum, keadilan, dan
kemanfaatan. Apabila penegakan hukum hanya memperhatikan kepastian hukum
semata, maka implementasinya dapat mengabaikan kemanfaatan dan keadilan di
masyarakat. Begitu pula sebaliknya apabila salah satu dari unsur tersebut terlalu
diutamakan, maka pelaksanaannya dapat mengabaikan unsur-unsur lainnya.

C. Kebijakan Dasar Penanaman Modal
Dalam ketentuan penanaman modal sebagaimana diatur dalam berbagai
peraturan penanaman modal, khususnya yang terdapat dalam ketentuan undangundang tentang penanaman modal ditetapkan kebijakan penanaman modal di
Indonesia sebagai dasar atau landasan bagi pemerintah untuk mengatur dan
mengarahkan, serta mengembangkan penanaman modal di Indonesia. Adanya
kebijakan penanaman modal ini akan mempertegas upaya pemerintah dalam
mengatur dan mengarahkan penanaman modal yang ada di Indonesia agar dapat
memberi kontribusi optimal pada pembangunan ekonomi Indonesia.
Adanya suatu kebijakan penanaman modal memberi batasan dan arahan
terhadap suatu tindakan atau perbuatan pemerintah untuk melakukan suatu hal
yang berkenaan dengan kepentingan atau kebutuhan dasar masyarakat terhadap
terciptanya pembukaan kesempatan kerja yang luas, tingkat penguasaan teknologi,
kemampuan atau

kapasitas sumber daya manusia, dan tingkat pendapatan

masyarakat. Keberadaan penanaman modal di sebuah negara haruslah diatur dan
diarahkan sedemikian rupa agar dalam pelaksanaan aplikasi usahanya dapat

Universitas Sumatera Utara

31

bersesuaian dengan kepentingan dan kebutuhan dasar masyarakat dan tidak
bertentangan dengan kebijakan pembangunan ekonomi kita. 33
Banyak contoh yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam melihat
keberadaan penanaman modal berbagai negara. Dengan tidak adanya kebijakan
yang jelas dalam pengaturan penanaman modal mengakibatkan keberadaan
penanaman modal dianggap tidak memberikan kontribusi atau keuntungan bagi
negara penerima modal (host country). Bahkan sebaliknya, keberadaan
penanaman modal hanya dianggap sebagai parasit dalam sistem perekonomian
sebuah Negara. Bercermin dari kasus yang terjadi di hampir semua negara
Amerika Latin dimana keberadaan penanaman modal hanya menjadi alat bagi
penguasa untuk memperkaya diri dan terjadinya pengurasan sumber daya alam
sehingga menimbulkan kebencian dan antipasti masyarakat Amerika Latin yang
mendalam terhadap PMA di negara mereka. Untuk itu mereka dengan tegas
menolak keberadaan PMA di negara mereka dan menganggap hanya mengisap
kekayaan negara mereka. 34
Bercermin dari kasu yang terjadi di Negara Amerika Latin terhadap
keberadaan penanaman modal, khususnya modal asing tersebut maka sudah
seharusnya pemerintah Indonesia membuat suatu kebijakan dasar dalam
pengembangan penanaman modal Indonesia guna mengatur dan mengarahkan
penanaman modal, khususnya modal asing agar sejalan dan bersesuaian dengan
kepentingan dan kebutuhan dasar masyarakat serta kepentingan pembangunan
ekonomi nasional. 35

33

Aminuddin Ilmar, Op.,Cit, hlm.59.
Ibid, hlm 60.
35
Ibid, hlm. 61.
34

Universitas Sumatera Utara

32

1.

Kebijakan untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang
kondusif bagi

penanaman modal untuk penguatan daya saing perekomian

nasional.
Kehadiran UUPM mempertegas dan memperjelas kebijakan penanaman
modal di Indonesia. Dalam ketentuan Bab 3 Pasal 4 diatur tentang kebijakan dasar
penanaman modal untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang
kondusif bagi

penanaman modal untuk penguatan daya saing perekomian

nasional dan mempercepat peningkatan penanaman modal. Kebijakan dasar
penanaman modal diwujudkan dalam bentuk rencana umum penanaman modal
sesuai dengan landasan piker serta asas dan tujuan yang ditetapkan. Kebijakan
dasar penanaman modal sangat bergantung pada ketertiban dalam membuat
peraturan-peraturan pelaksanaannya dan hal ini sangat krusial dalam keberhasilan
pelaksanaan setiap undang-undang. 36
Adapun kebijakan untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional
yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian
nasional seperti :
a.

37

Memberikan perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam
negeri dan asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

b.

Menjamin kepastian hukum berusaha dan keamanan berusaha bagi
penanam modal sejak proses pengurusan perizinan hingga berakhirnya
kegiatan

penanaman

modal

sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan, pemerintah juga mengeluarkan beberapa paket
kebijakan ekonomi jilid I, jilid III dan jilid IV pada tahun 2015.
36
37

Ibid, hlm .80.
Aminuddin Ilmar, Op.,Cit, hlm.62.

Universitas Sumatera Utara

33

c.

Membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan
perlindungan pada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. Hal ini
dilakukan dengan mengatur kemitraan antara PMA dan PMDN serta
menambah 48 bidang usaha yang dicadangkan untuk kemitraan tersebut.
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai macam kebijakan untuk

menciptakan ekonomi makro yang kondusif dalam berbagai paket kebijakan
ekonomi. Pada Paket Kebijakan Ekonomi Jilid 1 tahun 2015, kebijakan yang
dikeluarkan antara lain :
a.

38

Mendorong daya saing industri nasional melalui deregulasi,
debirokratisasi, serta penegakan hokum akan kepastian usaha. Hal ini
dilakukan dengan merombak 89 peraturan yang tidak relevan atau
menghambat daya saing industi Negara.

b.

Menyiapkan 17 Rancangan Peraturan Pemerintah, 11 Rancangan
Peraturan Presiden, 2 Rancangan Instruksi Presiden, 63 Rancangan
Peraturan Menteri dan 5 Aturan Menteri.

c.

Penyederhanaan izin dan memperbaiki prosedur kerja perizinan.

d.

Memperkuat sinergi antara pemerintah pusat dan daerah.

e.

Peningkatan kualitas pelayanan penanaman modal.

f.

Menggunakan pelayanan yang berbasis elektronik.

g.

Memperbaiki dan mempermudah iklim usaha serta kualitas
pengurusan perizinan dan syarat berusaha dan investasi.
Pada Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III, kebijkan yang dikeluarkan

adalah:

39

38
39

http://www.ekbis.sindonews.com, diakses tanggal 15 Juli 2017, pukul 11:00 wib.
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

34

a.

Penurunan tarif atau harga.

b.

Penyederhanaan izin pertanahan untuk kegiatan penanaman modal
dengan merevisi Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 2
Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Agraria. Hak
guna usaha lahan yang selanjutnya disebut HGU seluas 200 ha yang
sebelumnya 30-90 hari dipersingkat menjadi 20 hari kerja. HGU diatas
200 ha dikenakan 30-90 hari diubah menjadi 45 hari kerja.
Pada Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III, kebijkan yang dikeluarkan
40

adalah:
a.

Menentukan formula upah minimum provinsi.

b.

Penerima kredit usaha rakyat yang selanjutnya disebut KUR
merupakan perorangan atau karyawan yang melakukan kegiatan usaha
produktif, calon TKI yang akan bekerja ke luar negeri dan membuka
usaha, serta anggota keluarga buruh yang berpenghasilan tetap dan
melakukan kegiatan usaha produktif.

2.

Kebijakan untuk mempercepat peningkatan penanaman modal.
Undang-undang penanaman modal menggabungkan PMA dan PMDN

dalam suatu undang-undang yang didasarkan pada asas kesetaraan bagi semua
investor. Kebijakan dasar investasi dalm UUPM dimaksud adalah memberikan
perlakuan yang sama antara investor dalam negeri dengan investor asing dengan
tetap

memperhatikan

kepentingan

nasional.

UUPM

menegaskan

bahwa

penanaman modal di Indonesia diselenggarakan berdasarkan asas kepastian

40

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

35

hukum, keterbukaan, akuntabilitas dan perlakuan yang sma terhadap investor
dalam negeri maupun asing, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, dan keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional. 41
Adapun kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mempercepat
peningkatan penanaman modal dalam Paket Kebijakan Ekonomi, yaitu : 42
a.

Mendorong pembangunan masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR) dan membuka peluang investasi yang lebih besar di sektor
property.

b.

Mempercepat layanan perizinan investasi di Indonesia yang terdiri
dari izin investasi di kawasan industri 151-180 hari dan diluar kawasan
industri dengan mengeluarkan kebijakan bahwa investasi di kawasan
industri bisa dijadikan setelah mendapat perizinan badan usaha dengan
waktu pengurusan perizinan paling lama 8 hari, lalu 11 perizinan lainnya
tidak diperlukan sebagai izin lagi, namun sebagai standard dan
persyaratan.

c.

Menyediakan layanan perizinan penanaman modal berupa akta
pendirian perusahaan, pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM
(selanjutnya disebut Kemenkumham) serta NPWP hanya selama 3 jam.
Untuk izin persetujuan nama perorangan, BKPM diminta untuk memiliki
notaris sendiri agar investor tidak perlu bolak balik untuk mengurus akta
notaris.

41

Jonker Sihombing, Investasi Asing Melalui Surat Utang Negara di Pasar Modal
(Bandung : PT. Alumni, 2008), hlm 81.
42
http://www.ekbis.sindonews.com, diakses tanggal 15 Juli 2017, pukul 12:00 wib.

Universitas Sumatera Utara

36

d.

Membentuk peraturan pemerintah tentang kawasan industri dan
peraturan menteri keuangan untuk harmonisasi fasilitas terhadap
penanaman modal.

e.

Penghilangan pajak berganda untuk Kontrak Investasi Kolektif
untuk seluruh perusahaan infrastruktur.
Dalam rangka mereformasi perizinan investasi, BKPM melakukan

terobosan perizinan untuk mempermudah realisasi minat investasi di Indonesia,
dalam bentuk peluncuran Layanan Izin Investasi 3 jam yang dilakukan sejak
tanggal 26 Oktober 2015. Izin investasi 3 jam adalah izin prinsip dengan kriteria
tertentu yang diproses dalam satu paket dengan penerbitan Akta Pendirian
Perusahaan dan Pengesahan Kemenkumham, NPWP, serta informasi ketersediaan
tanah dalam waktu 3 jam.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa kebijakan penanaman
modal dalam UUPM dilakukan untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional
yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian
nasional dan mempercepat peningkatan penanaman modal. Kebijakan tersebut
dilakukan dengan cara memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal baik
asing maupun dalam negeri, menjamin perlindungan dan kepastian hukum
penanaman modal di Indonesia, penyederhanaan prosedur perizinan, membuka
kesempatan bagi perkembangan UMKM-K dan meningkatkan kualitas pelayanan
penanaman modal di Indonesia. Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah pusat
yang dikoordinasikan dengan pemerintah daerah sesuai dengan otonomi daerah
dalam bentuk rencana umum penanaman modal.

Universitas Sumatera Utara

37

D. Pokok-Pokok Pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal
1. Bentuk-Bentuk Penanaman Modal
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah
membedakan secara tegas antara investasi langsung (direct investment) dengan
investasi tidak langsung (indirect investment). Hal ini dapat dilihat dalam
penjelasan Pasal 2 undang-undang tersebut yang mengatakan : “yang dimaksud
dengan penanaman modal di semua sektor di wilayah Republik Indonesia adalah
penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung
atau portofolio.” 43
Penanaman modal secara langsung selalu dikaitkan adanya keterlibatan
secara langsung dari pemilik modal dalam kegiatan penanaman modal. Artinya
pihak investor langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan usaha dan
bertanggung jawab secara langsung apabila terjadi suatu kerugian.

44

Penanaman modal asing secara langsung menurut OEEC (Organization
for European Economic Coorperation) memberikan rumusan bahwa “suatu
bentuk penanaman modal asing dimana penanam modal diberi keleluasaan
penguasaan dan penyelenggaraan pimpinan dalam perusahaan dimana modalnya
ditanam, dalam arti bahwa penanam modal mempunyai penguasaan atas
modalnya”. Penanaman modal asing secara langsung juga memberikan pengertian
bahwa bagi pemodal asing yang ingin menanamkan modalnya secara langsung,
maka secara fisik pemidal asing hadir dalam menjalankan usahanya. Dengan
hadirnya atau dengan didirikannya badan usaha yang berstatus sebagai penanaman
43
44

Penjelasan Pasal Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Rosyidah Rakhmawati, Op.,Cit, hlm.11.

Universitas Sumatera Utara

38

modal asing, maka badan usaha tersebut harus tunduk pada ketentuan hukum di
Indonesia.

45

Dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal telah ditentukan secara jelas tentang bentuk hukum perusahaan
penanaman modal asing. Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan
terbatas. Secara lengkap, bunyi Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal : “penanaman modal asing wajib dalam bentuk
perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah
negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.”
Unsur yang melekat dalam ketentuan ini meliputi:
a.

bentuk hukum dari perusahaan penanaman modal asing adalah
perseroan terbatas (PT);

b.

didasarkan pada hukum Indonesia;

c.

berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia.
Penanaman modal asing di Indonesia dapat dilakukan oleh pihak

asing/perorangan atau badan hukum ke dalam suatu perusahaan yang seratus
persen diusahakan oleh pihak asing atau dengan menggabungkan modal asing itu
dengan modal nasional. 46
Menurut Ismail Suny ada 3 (tiga) macam kerjasama antara modal asing
dengan modal nasional berdasarkan Undang-Undang Penanaman Modal Asing
Nomor 1 Tahun 1967 yaitu sebagai berikut :

45
46

Sentosa Sembiring, Op.,Cit, hlm.3.
Salim H.S dan Budi Sutrisno, Op.,Cit, hlm.174.

Universitas Sumatera Utara

39

1.

Joint Venture
Joint Venture merupakan kerjasama antara pemilik modal asing dengan

pemilik modal nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian belaka
(contractual). Misalnya bentuk kerjasama antara Van Sickle Associates Inc (suatu
badan hukum yang berkedudukan di Delaware, Amerika Serikat) dengan PT.
Kalimantan Plywood Factory (suatu badan hukum Indonesia) untuk bersamasama merngolah kayu di Kalimantan Selatan. Kerjasama ini juga disebut dengan
“Contract of Cooperation” yang tidak membentuk suatu badan hukum Indonesia
seperti yang dipersyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA.
Berbagai macam corak atau variasi dari joint venture yang ditemukan
dalam praktik aplikasi penanaman modal asing dikemukakan sebagai berikut:
a.

Technical Assistance (service) Contract : suatu bentuk kerjasama
yang dilakukan antara pihak modal asing dengan modal nasional
sepanjang yang bersangkut paut dengan skill atau cara kerja, misalnya
suatu perusahaan modal nasional yang ingin memajukan atau
meningkatkan produksinya. Membutuhkan suatu peralatan baru disertai
cara kerja atau metode kerja. Dalam hal demikian, maka dibutuhkan
technical assistance dari perusahaan modal asing di luar negeri dengan
cara pembayaran sejumlah uang tertentu yang dapat diambilkan dari
penjualan produksi perusahaan yang bersangkutan.

b.

Franchise and brand-use Agreement : suatu bentuk usaha
kerjasama yang digunakan apabila suatu perusahaan nasional atau dalam
negeri hendak memproduksi suatu barang yang telah mempunyai merek

Universitas Sumatera Utara

40

terkenal seperti Coca-Cola, Pepsi-Cola, Van Houten, Mc’Donalds,
Kentucky Fried Chicken dan sebagainya.
Management Contract : suatu bentuk usaha kerjasama antara pihak

c.

modal asing dengan modal nasional menyangkut pengelolaan suatu
perusahaan khususnya dalam hal pengelolaan manajemen oleh pihak
modal asing terhadap suatu perusahaan nasional. Misalnya yang lazim
dipergunakan pembuatan maupun pengelolaan hotel yang bertaraf
internasional oleh pihak Indonesia diserahkan kepada swasta luar negeri
seperti Hilton Internasional Hotel, Mandarin Internasional Hotel, dan
sebagainya.
Build, Operation, and Transfer (B.O.T) : suatu kerjasama yang

d.

relatif baru dikenal yang pada pokoknya merupakan suatu kerjasama
antara para pihak, dimana suatu objek dibangun, dikelola, atau
dioperasikan selama jangka waktu tertentu diserahkan kepada pemilik
asli. 47

Joint Enterprise

2.

Joint Enterprise merupakan suatu kerjasama antara penanaman modal
asing dengan penanaman modal dalam negeri dengan membentuk suatu
perusahaan atau badan hukum baru sesuai dengan yang disyaratkan dalam Pasal 3
UU PMA, Joint Enterprise merupakan suatu perusahaan terbatas, yang modalnya
terdiri dari modal dalam nilai rupiah maupun dengan modal yang dinyatakan
dalam valuta asing. 48
47
48

Aminuddin Ilmar, Op.,Cit, hlm.61-62.
Ibid, hlm.62-63.

Universitas Sumatera Utara

41

3.

Kontrak Karya
Pengetian kontrak karya (contract of work) sebagai suatu bentuk usaha

kerjasama antara penanaman modal asing dengan modal nasional terjadi apabila
penanam modal asing membentuk badan hukum Indonesia dan badan hukum ini
mengadakan

perjanjian

kerjasama

dengan

suatu

badan

hukum

yang

mempergunakan modal nasional. Bentuk kerjasama kontrak karya ini hanya
terdapat dalam perjanjian kerjasama antara badan hukum milik negara (BUMN)
seperti Kontrak karya antara Pertamina dengan PT. Caltex Internasional
Petroleum yang berkedudukan di Amerika Serikat. 49
Disamping ketiga bentuk kerjasama di atas masih terdapat bentuk
kerjasama yang lain seperti production sharing, management contract,
penanaman modal asing dengan disc-rupiah dan kredit untuk proyek (barang
modal).
Pengertian penanaman modal dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 angka 2 UUPM adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha
di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam
negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Bentuk badan usaha PMDN
seperti yang disebutkan dalam Pasal 5 ayat (1) UUPM dijelaskan bahwa PMDN
dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak
berbadan hukum, dan usaha perseorangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pasal 5 ayat (3) lebih lanjut menjelaskan, penanam modal
dalam negeri dan asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk PT
dilakukan dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

49

Ibid, hlm.63-64.

Universitas Sumatera Utara

42

a.

mengambil bagian saham pada saat pendirian PT;

b.

memberi saham;

c.

melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

50

2. Kegiatan Usaha
Dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal telah ditentukan tiga golongan bidang usaha, yaitu :
1.

bidang usaha terbuka;

2.

bidang usaha tertutup;

3.

bidang usaha terbuka dengan persyaratan.
Dalam Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal telah ditentukan daftar bidang usaha yang tertutup bagi
penanaman modal, baik untuk investasi domestik maupun investasi asing, yang
meliputi:
1.

produksi senjata;

2.

mesiu;

3.

alat peledak;

4.

peralatan perang;

5.

bidang usaha yang secara ekplisit dinyatakan tertutup berdasarkan
undang-undang. 51
Penjelasan lebih lanjut dari Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah dituangkan dalam Peraturan

50

https://www.sumbarprov.go.id>perbedaan perusahaan penanaman modal dalam
negeri(PMDN) dan perseroan terbatas(PT), diakses tanggal 17 Juli 2017, pukul 09:10 wib.
51
Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Universitas Sumatera Utara

43

Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan
Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
Bidang usaha terbuka merupakan bidang usaha yang dilakukan tanpa
persyaratan dalam rangka penanaman modal. Bidang usaha tertutup merupakan
bidang usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman
modal. Bidang usaha terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu
yang dapat diusahakan untuk kegiatan penanaman modal dengan persyaratan,
yaitu dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah serta koperasi,
kemitraan, kepemilikan modal, lokasi tertentu, perizinan khusus, dan penanam
modal dari Negara Association of Southeast Asian Nation (ASEAN). 52
Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan harus memenuhi
persyaratan lokasi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di
bidang penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup. Dalam hal izin untuk
bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan telah ditetapkan lokasinya dan
penanam modal bermaksud memperluas usaha dengan melakukan kegiatan usaha
yang sama di luar lokasi yang sudah ditetapkan dalam izin penanaman modal
tersebut. Untuk memenuhi persyaratan lokasi penanam modal tidak diwajibkan
untuk mendirikan badan usaha baru, kecuali ditentukan lain oleh undangundang. 53
Dalam hal pelaksanaan penanaman modal pada bidang usaha yang terbuka
dengan persyaratan dilakukan secara tidak langsung atau portofolio yang

52

Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang
Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
53
Pasal 7 Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang
Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Universitas Sumatera Utara

44

transaksinya dilakukan melalui pasar modal dalam negeri, bidang usaha yang
terbuka dengan persyaratan menjadi bidang usaha terbuka.
Pelaksanaan kegiatan penanaman modal terhadap bidang usaha yang diatur
dalam Peraturan Presiden ini tidak mengurangi kewajiban penanam modal untuk
mematuhi ketentuan dan syarat teknis untuk melakukan kegiatan usaha yang
ditetapkan oleh kementerian/lembaga yang secara teknis berwenang di bidang
usaha penanaman modal dan pemerintah.
3. Perizinan Penanaman Modal
Berdasarkan Pasal 25 ayat (4) UUPM, perusahaan penanaman modal
yang akan melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan instansi yang memiliki kewenangan
kecuali ditentukan lain dalam undang-undang. Izin tersebut diperoleh melalui
pelayanan terpadu satu pintu yang bertujuan membantu penanam modal dalam
memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai
penanaman modal. Pelayanan terpadu satu pintu dilakukan oleh lembaga atau
instansi yang berwenang di bidang penanaman modal yang mendapat
pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang
memiliki wewenang perizinan dan nonperizinan di tingkat pusat atau lembaga
atau instansi yang berwenang mengeluarkan perizinan dan nonperizinan di
provinsi atau kabupaten/kota.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (9) Peraturan Kepala BKM RI Nomor 14
Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal.
Yang dimaksud dengan perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk
melakukan penanaman modal yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat,

Universitas Sumatera Utara

45

pemerintah daerah, dan pengusahaan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan
bebas, dan administrator kawasan ekonomi khusus yang memilik wewenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 54
Adapun izin yang diperlukan untuk melakukan penanaman modal i
Indonesia, yaitu :
a.

Izin prinsip penanaman modal (selanjutnya disebut izin prinsip)
yaitu izin yang wajib dimiliki dalam rangka memulai usaha.

b.

Izin investasi, yaitu izin prinsip yang dimiliki oleh perusahaan
dengan kriteria tertentu yang diatur dalam peraturan peraturan kepala
badan koordinasi penanaman modal.

c.

Izin usaha, yaitu izin yang wajib dimiliki perusahaan untuk
memulai pelaksanaan kegiatan produksi/operasi yang menghasilkan
barang atau jasa, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundangundangan seperti izin lokasi, izin mendirikan bangunan (IMB), izin
lingkungan dan perizinan lainnya.

d.

Izin usaha penempatan tenaga kerja adalah izin usaha jasa
penempatan

tenaga

kerja

untuk

menyelenggarakan

pelayanan

penempatan tenaga kerja.
e.

Izin kantor perwakilan adalah izin untuk perusahaan asing di luar
negeri yang memiliki perwakilannya di Indonesia.

f. Izin Usaha Industri (IUI) dan Tanda Daftar Industri (TDI).
g.

Izin Usaha Tetap (IUT).

54

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal.

Universitas Sumatera Utara

46

Untuk dapat memulai pelaksanaan kegiatan produksi komersial,
perusahaan penanaman modal diwajibkan memiliki Izin Usaha Tetap
(IUT). IUT adalah izin yang dikeluarkan BKPM atau BKPM daerah
untuk perusahaan yang didirikan dalam rangka PMA atau PMDN.
h.

Angka Pengenal Importir (API) dan Angka Pengenal Importir
Terbatas (APIT).
Angka Pengenal Importir (API) adalah tanda pengenal sebagai
importir yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan yang melakukan
perdagangan impor, yaitu kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah
pabean Indonesia. Sedangkan APIT wajib dimiliki oleh perusahaan
PMDN /PMA yang akan melaksanakan sendiri pengimporan barang
modal/atau bahan baku.

4. Persyaratan Kepemilikan Saham
Dengan terjadinya perubahan struktur politik dan ekonomi di berbagai
belahan dunia serta meluasnya globalisasi perekonomian dunia, banyak negra
yang dulunya sangat tertutup bagi penanaman modal asing, sekarang telah
membuka kesempatan yang sebesar-besarnya kepada pemodal asing dalam rangka
meningkatkan kesempatan kerja, pertumbuhan dan memperluas kegiatan
ekonominya. Keadaan tersebut telah menimbulkan persaingan yang semakin
tajam dalam penanaman modal asing untuk peningkatan dan perluasan investasi.
Keadaan ini juga terjadi di Indonesia dengan upaya meningkatkan dan
memperluas kegiatan ekonomi serta memperbaharui pembangunan nasionalnya
dengan memberikan peranan yang semakin besar kepada masyarakat dan dunia
usaha dalam pembiayaan pembangunan.

Universitas Sumatera Utara

47

Untuk mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam
meningkatkan daya saing dalam investasi dan perdagangan dunia serta alih
teknologi,

kemampuan

managerial

dan

modal

agar

semakin

mampu

meningkatkan investasi, pertumbuhan dan perluasan kegiatan ekonomi di
berbagai daerah, maka perlu dipandang perlu memberikan perangsang yang lebih
menarik terhadap penanaman modal asing. Guna mencapai sasaran yang
dimaksud, maka dipandang perlu melakukan penyempurnaan terhadap ketentuan
kepemilikan saham dalam perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman
modal asing. 55
Sejak diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994
tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka
Penanaman Modal Asing yang merupakan salah satu bagian dari kelengkapan
Undang-Undang Penanaman Modal Asing, kegiatan penanaman modal di
Indonesia, khususnya penanaman modal asing telah cukup berkembang dengan
baik dan mampu memberikan kontribusi dalam mendukung pembangunan
nasional.
Namun demikian sejak pertengahan tahun 1997 di berbagai negara telah
terjadi perubahan keadaan ke arah kemunduran perekonomian yang disebut
sebagai krisis ekonomi yang terjadi di Negara Indonesia. Dalam rangka
mempercepat pemulihan perekonomian nasional Indonesia akibat krisis tersebut,
diperlukan

langkah

kebijakan

reformasi,

khususnya

kebijakan

dibidang

penanaman modal untuk meningkatkan dan memperluas kegiatan ekonomi serta
memperbarui pembangunan nasional dengan memberikan peranan yang semakin
55

Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1999 tentang Pemilikan
Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing

Universitas Sumatera Utara

48

besar kepada masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan
nasional. Tampaknya pemerintah menyadari bahwa perkembangan dunia bisnis
khususnya dalam menarik investasi semakin kompetitif.
Kepemilikan saham dalam penanaman modal juga diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang
Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal dalam Pasal 6 menyatakan bahwa dalam hal terjadi perubahan
kepemilikan modal akibat penggabungan, pengambilalihan, atau peleburan dalam
perusahaan penanaman modal yang bergerak di bidang usaha yang sama, berlaku
ketentuan sebagai berikut : 56
a.

Batasan kepemilikan modal dalam penanam modal asing dalam
perusahaan penanaman modal yang menerima penggabungan adalah
sebagaimana yang tercantum dalam surat persetujuan perusahaan
tersebut.

b.

Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam
perusahaan penanaman modal yang mengambil alih adalah sebagaimana
yang tercantum dalam surat persetujuan perusahaan tersebut.

c.

Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam
perusahaan baru hasil peleburan adalah sebagaimana ketentuan yang
berlaku pada saat terbentuknya perusahaan baru hasil peleburan
dimaksud.

56

Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang
Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Universitas Sumatera Utara

49

5. Hak dan Kewajiban Penanam Modal
Undang-Undang Penanaman Modal dalam Pasal 14 sampai 16 telah
mengatur mengenai hak, kewajiban, serta tanggung jawab penanam modal, antara
lain:
“Setiap penanam modal berhak mendapat:”
a.

kepastian hak, hukum, dan perlindungan;

b.

informasi

yang

terbuka

mengenai

bidang

usaha

yang

dijalankannya;
c.

hak pelayanan;

d.

berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Penanam modal juga diberi hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam
valuta asing, antara lain terhadap:
a.

modal;

b.

keuntungan, bunga bank, deviden, dan pendapatan lain;

c.

dana yang diperlukan untuk pembelian bahan baku dan penolong,
barang setengah jadi, atau barang jadi atau penggantian barang modal
dalam rangka melindungi kelangsungan hidup penanaman modal;

d.

tambahan dana yang diperlukan bagi pembiayaan penanaman
modal;

e.

dana untuk pembayaran kembali pinjaman;

f.

royalti atau biaya yang harus dibayar;

g.

pendapatan dari perseorangan warga negara asing yang bekerja
dalam perusahaan penanaman modal;

Universitas Sumatera Utara

50

h.

hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal;

i.

kompensasi atau kerugian;

j.

kompensasi atau pengambilalihan;

k.

pembayaran yang dilakukan dalam rangka bantuan teknis, biaya
yang harus dibayar untuk jasa teknik dan manajemen, pembayaran yang
dilakukan dibawah kontrak proyek, dan pembayaran hak atas kekayaan
intelektual;
hasil penjualan asset. 57

l.

“Setiap penanam modal berkewajiban:”
a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
c. membuat

laporan

tentang

kegiatan

penanaman

modal

dan

menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;
d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
penanaman modal; dan
e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
“Setiap penanam modal bertanggung jawab:”
a. menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika
penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan
kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
57

Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Universitas Sumatera Utara

51

c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik
monopoli dan hal lain yang merugikan Negara;
d. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
e. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan
pekerja; dan
f. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Fasilitas Penanaman Modal
Fasilitas untuk penanam modal diberikan berdasarkan kebijakan industri
nasional yang ditetapkan oleh pemerintah. Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 UUPM tidak berlaku bagi PMA yang tidak berbentuk perseroan
terbatas. 58 Penanaman modal yang mendapat fasilitas adalah yang sekurangkurangnya memenuhi salah satu dari kriteria berikut ini;
a.

menyerap banyak tenaga kerja;

b.

termasuk skala prioritas tinggi;

c.

termasuk pembangunan infrastruktur;

d.

melakukan alih teknologi;

e.

melakukan industry pionir;

f.

berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan,
atau daerah lain yang dianggap perlu;

g.

menjaga kelestarian lingkungan hidup;

h.

melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi;

i.

bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi; atau

58

Pasal 19 dan 20 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Universitas Sumatera Utara

52

j.

industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau
peralatan yang diproduksi didalam negeri.
Apabila salah satu kriteria itu telah dipenuhi, maka dianggap cukup bagi

pemerintah untuk memberikan fasilitas atau kemudahan kepada investor. Ada
sepuluh bentuk fasilitas atau kemudahan yang diberikan kepada investor, baik itu
investor domestik maupun investor asing, antara lain:
a.

Fasilitas PPh melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat
tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu
tertentu

b.

Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal,
mesin, atau keperluan untuk produksi yang belum bisa diproduksi dalam
negeri.

c.

Pembebasan bea masuk bahan baku atau penolong untuk keperluan
produksi dalam jangka waktu dan dengan persyaratan tertentu.

d.

Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
atas impor barang modal yang belum dapat diproduksi dalam negeri
dengan jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu.

e.

Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat.

f.

Keringanan PBB.

g.

Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan.

h.

Fasilitas hak atas tanah.

i.

Fasilitas pelayanan keimigrasian.

Universitas Sumatera Utara

53

Fasilitas perizinan impor. 59

j.

Secara umum insentif dalam bidang penanaman modal yang bersifat
nonpajak dapat dibagi atas:
a.

diberikan jaminan terhadap tindakan nasionalisasi;

b.

jaminan investasi atas terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu;

c.

telah diratifikasinya konvensi penyelesaian