Tinjauan Yuridis Penanaman Modal Dalam Wilayah Tanah Adat (Studi di Kabupaten Samosir) Chapter III V

BAB III
KEGIATAN PENANAMAN MODAL DALAM WILAYAH TANAH ADAT

A. Pengakuan terhadap Tanah Adat di Indonesia
Tanah adat adalah tanah yang ada dalam penguasaan hukum adat.
Artinya tanah tersebut diatur dan digunakan oleh hukum tidak tertulis. Hukum ini
pada intinya tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara, tidak
bertentangan dengan sosialisme di Indonesia, tidak bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Pokok Agraria, tidak
bertentangan dengan pembangunan nasional, serta dapat menunjang program
pemerintah menuju masyarakat yang adil dan makmur. 66
Tanah adalah kebutuhan, setiap manusia selalu berusaha untuk
memilikinya, merupakan sebuah kenyataan sekalipun ada juga yang tidak pernah
memiliki tanah. Tanah dapat dimiliki siapa saja, individu, masyarakat sebagai
kelompok, atau badan hukum. Suatu ketika tanah menjadi warisan atau asset
perusahaan bahkan menjadi benda keramat. Jelaslah bahwa tanah memiliki nilai
ekonomi, semakin banyak permintaan dan kebutuhan akan tanah, maka semakin
tinggi nilai tanah dan juga tidak dapat terhindar yang berakibat pada semakin
tinggi konflik tanah.
Menurut J.B.A.F. Polak, hubungan manusia dengan tanah sepanjang
sejarah terjadi dalam 3 (tiga) tahap berikut ini:


66

https://monenggue.blogspot.com>2012/10>tanah-adat, diakses tanggal 27 Juli 2017,
pukul 17:20 wib.

57
Universitas Sumatera Utara

58

a.

Tahap pertama, yaitu tahap dimana manusia memperoleh
kehidupannya dengan cara memburu binatang, mencari buah-buahan
hasil hutan, mencari ikan di sungai atau di danau.

b.

Tahap kedua, yaitu bahwa pada tahap ini manusia sudah mulai

mengenal cara bercocok tanam. Mereka mulai menetap di suatu tempat
tertentu selama menunggu hasil tanaman.

c.

Tahap ketiga, yaitu tahap dimana manusia mulai menetap di tempat
tertentu dan tidak ada lagi perpindahan periodic. Untuk kelangsungan
hidupnya sudah mulai dari hasil pertanian dan peternakan.

67

Dalam pandangan hukum bahwa hubungan manusia dengan tanah
menjadi semakin penting, karena selain hak komunal ada juga hak perorangan.
Hak komunal merupakan hak kodrati manusia sebagai makhluk social, namun
agar manusia dapat hidup bertahan harus didukung oleh hak pribadi.
Menurut hukum adat, selain hubungan hukum, manusia dengan tanahnya
mempunyai hubungan kosmis-magis-religius. Hubungan ini bukan saja antara
individu dengan tanah, juga antara sekelompok anggota masyarakat suatu
masyarakat hukum adat (rechtshemeentschap) dalam hubungan hak ulayat. Di
beberapa daerah diperlukan pengakuan dari kepala masyarakat hukum adat untuk

memungkinkan sebidang tanah menjadi hak milik. Pada zaman kolonial terjadi
juga proses peralihan hak milik melalui campur tangan pihak penguasa dalam
bentuk izin pembukaan hutan, sedangkan kepada orang bukan pribumi dalam

67

Djamanat Samosir, Hukum Adat Indonesia (Bandung: Nuansa Aulia, 2014), hlm 98-

99.

Universitas Sumatera Utara

59

bentuk pemberian hak eigendom, erfacht, dan postal oleh Gubernur Jenderal
melalui Pengadilan Negeri (PN). 68
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 18 B ayat (1) dan (2) dikatakan bahwa: (1) Negara mengakui dan
menghormati satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus atau istimewa
yang diatur dengan undang-undang. (2) Negara mengakui dan menghormati

kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisional nya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

69

Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), hukum tanah nasional disusun
berdasarkan

Hukum

Adat

tentang

tanah

yang


dinyatakan

dalam

konsiderans/UUPA. Dalam Pasal 5 UUPA dinyatakan bahwa: Hukum Agraria
yang berlaku atas bumi, air, dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas
persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan
yang tercantum dalam undang-undang ini, dan dengan peraturan perundangan
lainnya, segala sesuatu yang mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada
hukum agama. 70

68

Ibid, hlm.100.
Pasal 18 B ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945
70
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok

69


Agraria

Universitas Sumatera Utara

60

B.

Hak-Hak Masyarakat Hukum Adat terhadap Tanah Adat
Hak ulayat adalah serangkaian wewenang dan kewajiban suatu

masyarakat hukum adat yang berhubungan dengan tanah yang terletak dalam
lingkungan wilayahnya. Wewenang dan kewajiban ini ada yang termasuk bidang
hukum perdata, yaitu adanya unsur kepunyaan bersama atas tanah tersebut dan
ada yang termasuk hukum publik, yaitu tugas kewenangan untuk mengelola,
mengatur

dan


memimpin

penguasaan,

pemeliharaan,

peruntukan,

dan

penggunaannya. Hak ulayat ini meliputi semua tanah yang ada dalam lingkungan
wilayah masyarakat hukum yang bersangkutan baik yang sudah dihaki oleh
seseorang maupun yang belum. Jadi masyarakat hukum adatlah sebagai
penjelmaan dari seluruh anggotanya yang mempunyai hak ulayat, bukan
seseorang.
Para anggota masyarakat hukum adat mempunyai kekusaan untuk
membuka dan mempergunakan tanah yang termasuk lingkungan wilayah
hukumnya. Tetapi untuk menjaga jangan sampai terjadi bentrokan dengan anggota
masyarakat lainnya, misalnya tanah yang akan dibuka pula oleh anggota
masyarakat lainnya, maka sebelum ia membuka ia harus memberitahukannya

kepada penguasa adat. Pemberitahuan tersebut bukan bersifat permintaan ijin,
oleh karenanya ia tidak diwajibkan untuk membayar sesuatu. 71
Berlakunya hak ke dalam maka tiap anggota persekutuan dapat
mengusahakan tanah, dengan demikian dapat melahirkan hak-hak atas tanah yang
dinamakan hak perorangan. Hak perorangan atas tanah adalah hak yang lahir dari

71

Irene Eka Sihombing, Segi-Segi Hukum Tanah Nasional dalam Pengadaan Tanah
untuk Pembangunan (Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti, 2009), hlm 20-21.

Universitas Sumatera Utara

61

hubungan tanah dengan seseorang diluar hak ulayat dari masyarakat hukum adat.
Hak-hak perorangan atas tanah adat yang dikenal adalah:
1.

Hak Milik

Hak milik atas tanah atau disebut juga dengan istilah “hak milik terikat”,

yaitu hak yang dibatasi oleh hak komunal. Yang dimaksud dengan hak milik
adalah hak dari anggota masyarakat (hak perorangan) untuk menguasai secara
penuh atas tanah. Sifat berkuasa sepenuhnya adalah penguasaan seperti milik
sendiri, seperti dalam arti menguasai rumah, ternak, dan benda lain miliknya.
Namun demikian, tetap dibatasi oleh hak-hak sebagai berikut:
a.

Hak ulayat masyarakat hukum.

b.

Kepentingan-kepentingan lain yang memiliki tanah.

c.

Peraturan-peraturan/hukum adat seperti kewajiban memberi izin
ternak orang lain selama tidak dipagari atau tidak dipergunakan.


Hak milik atas tanah dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut: 72
a.

Membuka tanah
Setiap warga masyarakat hukum mempunyai hak membuka hutan atau

tanah belukar yang masih dalam lingkungan hak ulayat masyarakat hukum.
Dengan sepengetahuan kepala persekutuan ia memilih sebidang tanah, membuat,
dan menempatkan tanda-tanda batas, kemudian memberi sedekah berupa
selamatan sekadar menurut adat kebiasaan setempat. Dengan demikian terciptalah
hubungan antara si pembuka tanah dengan tanahnya, dengan konsekuensi: ia
berhak mengolahnya, sedangkan orang lain tidak boleh mengganggunya.

72

Djamanat Samosir, Op.,Cit, hlm 170-171.

Universitas Sumatera Utara

62


Tindakan yang dilakukan si pembuka tanah ini dengan sendirinya akan
mengurangi

intensitas

hak

ulayat,

yang

lambat

laun

dengan

pengusahaan/pengerjaan secara terus menerus atau kontinu dapat melahirkan hak
milik perorangan atas tanah.
b.

Mewaris tanah
Yang dimaksud dengan mewaris tanah adalah suatu tindakan yang

dimaksudkan untuk pengoperan atau penerusan tanah generasi ke generasi
berikutnya. Mewaris tanah terjadi sebagai akibat pengaruh hubungan hak
masyarakat hukum dengan hak perseorangan, di mana hak masyarakat hukum
menipis maka disitulah ahli waris dari pemilik tanah yang meninggal selalu
mendapat hak milik atas tanah itu sebagai warisan. Di mana hak masyarakat
hukum adat masih kuat, terdapat peraturan istimewa mengenai hak warisan tanah.
c.

Pembelian, pertukaran, hibah
Mewaris tanah terjadi sebagai akibat pengaruh hubungan hak masyarakat

hukum dengan hak perseorangan, di mana hak-hak masyarakat hukum semakin
menipis maka seorang pemilik dapat menjual, menghadiahkan, atau menukarkan
tanahnya kepada orang Indonesia asli dengan bebas. Disini harus ada campur
tangan dari kepala masyarakat hukum adat yang bersangkutan untuk menjaga
keadaannya dan tidak terjadi kerugian bagi orang lain. Di daerah masyarakat
hukum yang masih kuat maka hak menjual tanah itu dibatasi dengan hanya
kepada warga asli yang berdiam di wilayahnya atau dengan suatu pengesahan
kerapatan desa.

Universitas Sumatera Utara

63

2.

Hak Menikmati Hasil
Hak menikmati hasil (genotrecht) adalah hak yang diperoleh warga

masyarakat hukum ataupun orang lain, yaitu orang di luar warga masyarakat
hukum, yang dengan persetujuan pemimpin masyarakat hukum untuk mengolah
sebidang tanah selama satu atau beberapa kali panen. Hak memungut hasil,
Supomo menyebut hak usaha atas sebidang tanah, yaitu suatu hak yang dimiliki
oleh seseorang untuk menganggap sebidang tanah tertentu sebagai tanah miliknya,
asal saja ia memenuhi kewajiban-kewajiban serta menghormati pembatasanpembatasan yang melekat pada hak itu. Van Vollenhoven menamakan hak
menggarap, yang menurutnya si pemilik hak usaha terhadap tuan tanah yang
mempunyai hak eigendom atas tanah partikelir adalah membayar semacam pajak
yang dinamakan “cukai” dan melakukan macam-macam pekerjaan untuk
keperluan tuan tanah. 73
Bagi

warga

mengembangkan

masyarakat

hukum

adat

dimungkinkan

untuk

hak menikmati menjadi hak milik, sehingga diperkenankan

mengolah tanahnya selama beberapa kali panen berturut-turut.

Bagi orang

luar/asing hak menikmati hasil pada umumnya hanya berjalan sepanjang satu kali
panen setelah membayar syarat-syarat tertentu.
3.

Hak Wewenang Pilih/Hak Terdahulu
Hak wewenang pilih (voorkeursrecht) adalah hak yang diberikan kepada

seseorang untuk mengusahakan tanah di mana orang itu lebih diutamakan dari
orang lain. Selama masih ada tanda-tanda batas tanah maka tanah itu masih ada

73

Ibid, hlm 173.

Universitas Sumatera Utara

64

hubungannya dengan orang yang akan menggarapnya. Hak wewenang pilih
diberikan kepada:
a.

mereka yang melekat suatu tanda larangan atau mereka yang pernah
membuka tanah;

b.

orang yang terakhir mengusahakan tanah;

c.

orang yang tanahnya berbatasan dengan tanah belukar.
Menurut Soekanto, hak wewenang pilih/hak terdahulu member

kesempatan kepada warga yang pertama kali membuka tanah dan yang
mengerjakan tanah itu, untuk lebih dahulu kembali menggarap tanah-tanah yang
dimaksud, apabila berhubungan dengan sesuatu hal tanah itu ia tinggalkan untuk
sesuatu masa tertentu.

4.

74

Hak Wewenang Beli
Hak wewenang beli (naastingsrecht) adalah hak yang diberikan kepada

seseorang untuk membeli sebidang tanah dengan mengesampingkan orang lain.
Wewenang beli diberikan kepada:

5.

a.

sanak saudara atau kerabat si penjual;

b.

pemilik tanah yang berbatasan dengan tanah miliknya;

c.

tetangga/warga atau anggota-anggota masyarakat hukum/desa.
Hak Karena Jabatan
Pada umumnya tanah jabatan ini terdapat di seluruh Indonesisa. Hak

karena jabatan adalah hak dari pengurus atau pejabat masyarakat hukum adat
sebidang tanah untuk menikmati hasil selama ia memegang jabatannya. Maksud

74

Ibid, hlm.174.

Universitas Sumatera Utara

65

pemberian hak itu adalah untuk menjamin penghasilan pejabat tersebut. Isi hak itu
adalah pejabat yang bersangkutan boleh mengerjakan tanah jabatan itu atau
menyewakannya kepada orang lain, tetapi ia tidak boleh menjual atau
menggadaikannya. Kalau yang bersangkutan sudah selesai masa jabatannya maka
tanah yang bersangkutan kembali kepada hak masyarakat hukum adat atau
berpindah ke tangan pejabat yang menggantikannya.
6.

Konversi Hak-Hak Tanah Adat
Dengan berlakunya UUPA maka hak atas tanah yang diatur atau yang

tunduk pada hukum adat dapat dikonversi sesuai dengan hak yang tercantum
dalam UUPA. Adapun pengaturan mengenai konversi hak-hak atas tanah adat
setelah berlakunya UUPA adalah sebagai berikut:
a.

Hak milik Yasan sesuai dengan ketentuan konversi Pasal II ayat (1) UUPA
menjadi hak milik ex Pasal 28 ayat (1) UUPA.

b.

Hak masyarakat hukum adat yang tidak mungkin menjadi hak milik sesuai
dengan ketentuan konversi VII UUPA, hak ini menjadi hak pakai ex Pasal
41 ayat (1) UUPA.

c.

Hak milik atas tanah yang jatuh kepada ahli warisnya karena meninggal si
pemilik, sesuai dengan ketentuan-ketentuan konversi pasal VII menjelma
menjadi hak milik ex Pasal 20 ayat (1) UUPA.

d.

Tanah-tanah sawah jabatan sesuai denagn konversi pada VI UUPA
menjadi hak pakai ex Pasal 41 ayat (1) UUPA. 75

75

Ibid, hlm.175-176.

Universitas Sumatera Utara

66

C.

Manfaat dan Dampak Kegiatan Penanaman Modal terhadap
Masyarakat Adat
Seiring dengan dibukanya kegiatan penanaman modal baik penanaman

modal dalam negeri maupun luar negeri, masuklah perusahaan-perusahaan besar
ke tanah air yang ingin menanamkan modalnya dalam berbagai bidang usaha.
Kegiatan usaha tersebut memerlukan tanah sebagai modal utamanya. Kebutuhan
perusahaan akan tanah ini difasilitasi oleh negara (pemerintah) diantaranya
dengan pemberian izin lokasi.
Namun di beberapa daerah, pemberian izin lokasi untuk usaha
penanaman modal seringkali menimbulkan persoalan karena lokasinya mencakup
tanah adat yang sangat penting artinya bagi suatu masyarakat adat. Masalah
muncul karena masyarakat adat telah lama menempati, menguasai atau
mengusahakan tanah adat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara turun
temurun. Namun atas nama penguasaan negara atas bumi, air, dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya sebagaimana yang diatur dalam Pasal 33 ayat (3)
UUD Tahun 1945, pemerintah memberikan izin (konsesi) penggunaan tanah adat
untuk kegiatan penanaman modal tanpa melibatkan partisipasi masyarakat adat
dalam pemberian izin tersebut. 76
Tidak jarang konflik lahan mengakibatkan terjadinya pelanggaran atas
hak asasi manusia (HAM). Sengketa lahan menempati angka tertinggi dalam
kasus pelanggaran HAM di Indonesia. Berdasarkan laporan tahunan Komnas
HAM tahun 2010, tercatat pengaduan kasus sengketa lahan mencapai 819 kasus.
Sementara periode September 2007 hingga September 2008, pengaduan
76

https://jurnal.dpr.go.id > article > view, diakses tanggal 29 Juli 2017, pukul 21:40

wib.

Universitas Sumatera Utara

67

pelanggaran hak atas tanah menempati peringkat kedua dengan jumlah kasus 692
kasus. Berbagai sengketa lahan yang terjadi seringkali menimbulkan banyak
korban jiwa selain juga harta benda yang tidak terhitung nilainya. Sengketa lahan
juga mengakibatkan 82.726 keluarga tergusur dari tanah mereka.
Data tersebut menunjukkan pengakuan dan perlindungan pemerintah
terhadap hak masyarakat adat atas tanah adatnya masih perlu dipertanyakan.
Mengingat pasal 18 B UUD Tahun 1945 mengamanatkan “Negara mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
undang-undang”. Berdasarkan ketentuan tersebut, upaya pemerintah untuk
meningkatkan penanaman modal hendaknya tetap memperhatikan pengakuan dan
penghormatan terhadap kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak
atas tanah adatnya. 77
Adapun yang menjadi manfaat kegiatan penanaman modal terhadap
masyarakat adat adalah :
1.

Memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat.

2.

Menambah pendapatan masyarakat.

3.

Memberikan kesadaran hukum bagi masyarakat untuk menjaga
wilayah melalui hukum adat.

4.

Menambah pengetahuan masyarakat di bidang teknologi.

5.

Berpengalaman dalam kegiatan penanaman modal.

6.

Menjadi daerah tujuan investor.
77

https://jurnal.dpr.go.id > article > view, diakses tanggal 29 Juli 2017, pukul 21:00

wib.

Universitas Sumatera Utara

68

D.

Kegiatan Penanaman Modal dalam Wilayah Tanah Adat
Kegiatan penanaman modal dalam wilayah tanah adat berdasarkan Pasal

1 UUPM adalah dibenarkan. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan
menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal
asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Sehubungan
dengan status tanah adalah tanah adat, maka investor yang ingin menanamkan
modalnya di wilayah tanah adat tersebut harus terlebih dahulu melakukan survey
ke wilayah tersebut untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas apakah tanah
tersebut dapat dijadikan menjadi lokasi untuk melakukan kegiatan penanaman
modal.
Dalam hal tanah yang diperlukan merupakan tanah hak ulayat
masyarakat hukum adat yang menurut kenyataannya masih ada, penanam modal
wajib melakukan musyawarah dengan masyarakat hukum adat pemegang hak
ulayat dan warga pemegang hak atas tanah yang bersangkutan, untuk memperoleh
kesepakatan mengenai penyerahan tanah dan imbalannya.
Mekanisme yang seharusnya ditempuh penanam modal yang mencakup
tanah adat adalah mendatangi masyarakat adat khususnya tokoh-tokoh adat,
kepala adat, kepala desa, temenggung adat, dan sebagainya. Pada tahap awal,
penanam modal perlu memberitahukan bahwa yang bersangkutan telah
mendapatkan izin usaha dan minta izin kepada masyarakat adat apakah
diperkenankan untuk membuka usaha penanaman modal di wilayah tanah
adatnya. Jika masyarakat adat mengizinkan, maka barulah aparat terkait dapat
mengeluarkan izin lokasi usaha penanaman modal. Namun jika masyarakat adat
menolak, penanam modal seharusnya mencari lahan di tempat lain karena jika

Universitas Sumatera Utara

69

dipaksakan, maka akan menimbulkan konflik. Tahap selanjutnya adalah penanam
modal perlu melakukan sosialisasi dan musyawarah dengan masyarakat hukum
adat untuk membuat kesepakatan mengenai pengalihan tanah adat menjadi usaha
kegiatan penanaman modal. 78
Apabila pihak penanam modal dan juga masyarakat adat sudah sepakat
untuk menjadikan tanah adat menjadi lokasi kegiatan penanaman modal, maka
harus ada perjanjian yang mengikat kedua belah pihak tersebut. Sehingga apabila
salah satu dari pihak yang telah mengikat perjanjian melanggar ketentuan yang
sudah disepakati, maka hal tersebut dapat dipertanggung jawabkan di depan
hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan Pasal 15 UUPM, ada beberapa kewajiban penanam modal,
yaitu: 79
a.

menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;

b.

melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

c.

membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan
menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;

d.

menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan
usaha penanaman modal;

e.

mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

78

https://jurnal.dpr.go.id > article > view, diakses tanggal 30 Juli 2017, pukul 05.15

79

Pasal 15 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

wib.

Universitas Sumatera Utara

70

Sedangkan tanggung jawab penanam modal berdasarkan Pasal 16 UUPM
adalah:

80

a.

menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b.

menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian
jika

penanam

modal

menghentikan

atau

meninggalkan

atau

menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
c.

menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik
monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;

d.

menjaga kelestarian lingkungan hidup;

e.

menciptakan

keselamatan,

kesehatan,

kenyamanan,

dan

kesejahteraan pekerja;
f.

mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Hak Masyarakat Adat terhadap Kegiatan Penanaman Modal dalam
Wilayah Tanah Adat
Sehubungan dengan diadakannya kegiatan penanaman modal di wilayah
tanah adat, maka masyarakat hukum adat tetap mendapat hak terhadap kegiatan
penanaman modal tersebut. Terlaksananya kegiatan penanaman modal tentu tidak
melupakan keberadaan tanah atau lokasi penanaman modal yang adalah hak milik
masyarakat adat. Penanam modal atau investor juga tidak akan mempergunakan
hak masyarakat adat dengan semena-mena, karena dasar terjadinya penanaman
80

Pasal 16 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Universitas Sumatera Utara

71

modal di wilayah tanah adat adalah atas dasar adanya kesepakatan yang diperoleh
dari musyawarah dengan masyarakat adat. Apabila terjadi sengketa atau
permasalahan dalam perusahaan yang sudah dijalankan dalam hal kegiatan
penanaman modal, maka penanam modal tidak berhak mengambil keputusan
sendiri untuk menanganinya apalagi jika menyangkut soal pertanahan. Hal ini
harus terlebih dahulu dibicarakan antara penanam modal dengan pemilik tanah.
Hak masyarakat adat terhadap kegiatan penanaman modal dalam wilayah
tanah adat adalah dengan adanya hak atas kompensasi tanah yang diatur dalam
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 38 Tahun 2013
tentang Kompensasi Atas Tanah, Bangunan dan Tanaman. Kompensasi adalah
pemberian sejumlah uang kepada pemegang hak atas tanah, bangunan, tanaman
dan atau benda-benda lain yang terkait dengan tanah tanpa dilakukan pelepasan
atau penyerahan hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan/atau benda-benda lain
yang terkait dengan tanah. 81
Kompensasi diberikan oleh pemegang izin. Kompensasi atas tanah
diberikan kepada pemegang hak atas tanah, masyarakat ulayat hukum adat dan
nadzir bagi tanah wakaf. Sedangkan kompensasi atas bangunan, tanaman atau
benda lain yang terkait dengan tanah diberikan kepada pemilik yang berhubungan
dengan tanah baik diatas tanah miliknya sendiri, milik orang lain maupun di atas
tanah Negara.

82

81

Pasal 1 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 38 Tahun 2013
tentang Kompensasi Atas Tanah, Bangunan dan Tanaman.
82
Pasal 3 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 38 Tahun 2013
tentang Kompensasi Atas Tanah, Bangunan dan Tanaman.

Universitas Sumatera Utara

72

Tata cara pemberian kompensasi diatur dalam Pasal 15 dan Pasal 16
dalam Peraturan Menteri ESDM, yaitu:
Pasal 15
(1)

Dalam rangka penetapan pemberian kompensasi, pemegang izin
berkoordinasi dengan unsur pemerintah daerah dan apabila dipandang
perlu dapat meminta bantuan instansi/dinas teknis terkait setempat;

(2)

Dalam rangka pelaksanaan pemberian kompensasi sebagaimana
dimaksud ayat (1) apabila diperlukan pemegang izin wajib melakukan
kegiatan sosialisasi kepada masyarakat;

(3)

Pemegang izin dapat mulai melaksanakan penarikan konduktor
setelah pembayaran kompensasi dilaksanakan atau setelah mendapat
izin dari pemegang hak.
Pasal 16

(1)

Pembayaran kompensasi diberikan langsung kepada yang berhak;

(2)

Pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
disaksikan oleh pejabat daerah yang berwenang;

(3)

Pemegang

izin

wajib

mendokumentasikan

seluruh

proses

pemberian kompensasi. 83

83

Pasal 15 dan 16 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 38
Tahun 2013 tentang Kompensasi Atas Tanah, Bangunan dan Tanaman.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PENGATURAN PENANAMAN MODAL DI WILAYAH TANAH ADAT DI
KABUPATEN SAMOSIR

A.

Peraturan

Pemerintah

Daerah

Kabupaten

Samosir

tentang

Penanaman Modal
Penyelenggaraaan penanaman modal yang ruang lingkupnya berada
dalam satu kabupaten/kota menjadi urusan kabupaten/kota dengan tujuan
mendorong kegiatan ekonomi, penciptaan iklim usaha yang semakin kondusif dan
menarik.
Sesuai dengan tujuan dan arah kebijakan pembangunan daerah adalah
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah itu sendiri sehingga dapat
dikur sejuah mana keberhasilan pembangunan daerah, hal itu tidak terlepas dari
sistem pemerintahan yang berlaku. Diharapkan pembangunan yang dilaksanakan
dapat

meningkatkan

pertumbuhan

ekonomi

masyarakat,

namun

dalam

pelaksanaan pembangunan tersebut harus memperhatikan beberapa aspek antara
lain; kondisi geografis, social budaya masyarakat, potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia, serta infrastruktur yang dimiliki, maka dalam pelaksanaan
pembangunan daerah untuk pertumbuhan ekonomi sangat diperlukan sekali aspek
penanaman modal di daerah. 84
Berdasarkan Bab III Pasal 3, 4, dan 5 Peraturan Daerah Kabupaten
Samosir Nomor 10 Tahun 2011 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri dan

84

Penjelasan Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 10 Tahun 2011 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing.

73
Universitas Sumatera Utara

74

Penanaman Modal Asing, tata cara penanaman modal di Kabupaten Samosir
adalah sebagai berikut: 85
Pasal 3
(1)

Calon Penanam Modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal
dalam rangka PMDN maupun PMA , wajib mengajukan permohonan
penanaman modal kepada Bupati melalui Kepala Badan.

(2)

Calon Penanam Modal harus mendapatkan Surat Persetujuan (SP) atau
Persetujuan Prinsip PMDN maupun PMA yang dikeluarkan oleh Kepala
Badan atas nama Bupati.

(3)

Calon Penanam Modal yang telah memperoleh Surat Persetujuan (SP) atau
Persetujuan Prinsip penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus menyelesaikan perizinan lainnya sesuai dnegan bidang usaha yang
diinginkan ke Badan.
Pasal 4

(1)

Calon Penanam Modal baik PMDN maupun PMA yang memerlukan
pembebasan lahan, baik untuk pertambangan, pertanian, perkebunan,
peternakan, perindustrian, pertokoan, dan perhotelan serta kegiatan lainnya
wajib mengajukan proposal terlebih dahulu kepada Bupati melalui Kepala
Badan.

(2)

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada Penanam Modal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati dapat membantu kelancaran
penyediaan lahan yang diperlukan oleh Penanam Modal baik PMDN maupun

85

Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 10 Tahun 2011 tentang Penanaman
Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing.

Universitas Sumatera Utara

75

PMA sesuai dengan permohonan yang diajukan kepada Pemerintah Daerah
sesuai dengan tata ruang Kabupaten Samosir.
(3)

Lahan-lahan yang telah dikuasai Pemerintah Daerah dapat dijual,
disewakan atau sebagai penyertaan modal kepada Penanam Modal.
Pasal 5

(1) Surat Persetujuan Penanaman Modal harus dibatalkan apabila dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun sejak tanggal dikeluarkan tidak ada realisasi proyek
dalam bentuk kegiatan yang nyata baik dalam bentuk administrasi ataupun
dalam bentuk fisik, yang ditindaklanjuti dengan surat permohonan dari
Kepala Badan.
(2) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) dapat diperpanjang
dengan persetujuan dari Kepala Badan.
(3) Dalam hal perluasan atau penambahan modal investasi serta fasilitasnya,
Penanam Modal wajib mengajukan permohonan kepada Bupati melalui
Kepala Badan.

Untuk memperoleh izin usaha, calon penanam modal dapat mengajukan
permohonan tertulis kepada Bupati melalui Kepala Badan. Adapun syarat
permohonan tersebut dengan melampirkan:

86

a.

Administrasi usaha dan ketenagakerjaan;

b.

Kebutuhan utilitas;

c.

Perjanjian antara calon penanam modal dengan pemilik tanah;

86

Pasal 7 Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 10 Tahun 2011 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing.

Universitas Sumatera Utara

76

d.

Rekaman Dokumen, Akta Pendirian Perusahaan, Pengesahan
Kehakiman, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

e.

Rekomendasi Tata Ruang;

f. Izin pelaksanaan lainnya;
g.

Dokumen AMDAL, Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) atau Upaya Pengelolaan
Lingkungan/UKL dan
Pernyataan

Upaya

Pengelolaan

Pemantauan

Lingkungan/SPL

Lingungan/UPL serta
sebelum

perusahaan

melakukan kontruksi dan disampaikan kepada instansi yang bertanggung
jawab di bidang lingkungan hidup dan instansi teknis di daerah.
Apabila sudah memenuhi syarat administrasi yang telah ditentukan, maka
permohonan diberikan tanda diterima. Pemberian izin ditetapkan dengan
Keputusan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak diterimanya permohonan.
Apabila permohonan ditolak, maka keputusan penolakan harus dengan
alasan yang jelas, sekaligus mengembalikan berkas permohonan. Keputusan
penolakan disampaikan kepada pemohon dalam waktu paling lama 40 (empat
puluh) hari terhitung sejak diterimanya permohonan. 87
Lebih lanjut dikatakan dalam Pasal 6 Peraturan Daerah Kabupaten
Samosir Nomor 10 Tahun 2011 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri dan
Penanaman Modal Asing bahwa penyelenggaraan penanaman modal yang ruang
lingkupnya berada dalam Kabupaten Samosir menjadi urusan Pemerintah Daerah.

87

Pasal 8 Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 10 Tahun 2011 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing.

Universitas Sumatera Utara

77

Dan untuk usaha sektor industri, kewenangan pemberian Izin Usaha Indusrti
(IUI), Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri (TDI) berada pada Bupati dengan
skala investasi sampai dengan Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

88

B. Ketentuan Bagi Investor dalam Perizinan dan Non Perizinan di Bidang
Penanaman Modal di Wilayah Tanah Adat Kabupaten Samosir
Demi terciptanya keteraturan dalam aktivitas penanaman modal, perlu
dilibatkan serangkaian proses perizinan oleh intansi berwenang sebelum akhirnya
investor dapat melakukan aktivitas penanaman modal di wilayah Indonesia.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memperkenalkan sistem Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) dimana investor dapat memperoleh serangkaian
kemudahan. Penyelenggara PTSP diwajibkan mematuhi pedoman dan tata cara
permohonan penanaman modal agar dapat terwujudnya keseragaman proses
penyelesaian permohonan penanaman modal dan tercapainya pelayanan yang
mudah, cepat, tepat, dan transparan untuk para investor. Pelayanan Terpadu Satu
Pintu adalah kegiatan pelaksanaan suatu perizinan dan non perizinan yang
mendapat pendelegasian atau atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau
instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan non perizinan, yang proses
pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai tahap terbitnya dokumen
yang dilakukan dalam satu tempat.

88

Pasal 6 Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 10 Tahun 2011 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing.

Universitas Sumatera Utara

78

Mengenai ketentuan bagi investor dalam hal perizinan dan non perizinan
di bidang penanaman modal di wilayah tanah adat Kabupaten Samosir,
Pemerintah Kabupaten Samosir telah mengeluarkan Peraturan Bupati Samosir
Nomor 9 Tahun 2011 tentang Prosedur Standard/Standard Operating Procedure
(SOP) Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Bidang Penanaman Modal pada
Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir. Peraturan
ini merupakan syarat maupun ketentuan yang harus dipenuhi oleh calon investor
apabila ingin menanamkan modalnya di Samosir.

Perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan penanaman
modal yang dikeluarkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah yang memiliki
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 89

Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik
(SPIPISE) adalah sistem elektronik pelayanan perizinan dan non perizinan yang
terintegrasi

antara

BKPM

dan

Kementerian/Lembaga

Pemerintah

Non

Departemen yang memiliki kewenangan perizinan dan non perizinan. Perangkat
Daerah Provinsi Penanaman Modal dan Perangkat Daerah Kabupaten Penanaman
Modal. 90

Prosedur Standard/Standard Operating Procedure (SOP) adalah sesuatu
yang dipakai atau sebutan lain sebagai contoh atau dasar yang sah bagi ukuran

89

Pasal 1 angka 13 Peraturan Bupati Samosir Nomor 9 Tahun 2011 tentang Prosedur
Standard/Standard Operating Procedure (SOP) Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Bidang
Penanaman Modal pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir.
90
Pasal 1 angka 14 Peraturan Bupati Samosir Nomor 9 Tahun 2011 tentang Prosedur
Standard/Standard Operating Procedure (SOP) Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Bidang
Penanaman Modal pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir.

Universitas Sumatera Utara

79

dalam acara atau yang disebut cara yang harus ditempuh dalam melaksanakan
pelayanan perizinan. 91

Prosedur yang harus dilakukan oleh investor dalam hal pelayanan
perizinan dan non perizinan adalah:

92

(1) Penanam Modal dapat mengajukan permohonan perizinan dan non
perizinan di bidang penanaman modal secara manual atau melalui
SPIPISE kepada BPMPT;
(2) Permohonan perizinan dan non perizinan secara manual dilakukan
dengan cara pemohon datang langsung ke Kantor Badan Penanaman
Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir;
(3) Permohonan perizinan dan non perizinan secara elektronik atau melalui
SPIPISE dilakukan dengan cara pemohon mengajukan permohonan
melalui internet.

Penandatanganan Izin Lokasi untuk Bidang Penanaman Modal tetap
berada pada Bupati Samosir, namun pemprosesan/pengelolaan pada Badan
Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir. 93

91

Pasal 1 angka 18 Peraturan Bupati Samosir Nomor 9 Tahun 2011 tentang Prosedur
Standard/Standard Operating Procedure (SOP) Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Bidang
Penanaman Modal pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir.
92
Pasal 2 Peraturan Bupati Samosir Nomor 9 Tahun 2011 tentang Prosedur
Standard/Standard Operating Procedure (SOP) Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Bidang
Penanaman Modal pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir.
93
Pasal 3 Peraturan Bupati Samosir Nomor 9 Tahun 2011 tentang Prosedur
Standard/Standard Operating Procedure (SOP) Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Bidang
Penanaman Modal pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir.

Universitas Sumatera Utara

80

Salah satu objek wisata di Samosir yang sudah mendunia adalah Danau
Toba. Danau Toba sebagai satu dari 10 destinasi wisata andalan Indonesia
membuat para investor semakin bergerak. Salah satu daerah yang paling
diincar investor yakni Pulau Samosir, khususnya kawasan wisata Tuktuk hingga
Simanindo. Ditaksir sudah terjadi kurang lebih 100 transaksi jual-beli tanah pada
tahun 2015-2016 di Samosir.

Menurut Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Samosir, Drs. Resman Simbolon, kondisi ini
sangat menarik perhatian investor untuk ikut serta melakukan kegiatan
penanaman modal di Samosir. Tetapi hal ini justru memprihatinkan karena
banyak warga yang sebelumnya hidup sederhana dan akhirnya tergiur dengan
uang yang menurut mereka sangat banyak. Lahan-lahan yang diincar para investor
rata-rata adalah lahan di tepi Danau Toba. Namun, lahan di bukit dengan
pemandangan menarik juga tidak masalah lagi bagi mereka. Lahan-lahan tersebut
akan dimanfaatkan untuk mendirikan hotel, fasilitas pariwisata, dan restoran
termegah. Dari hasil wawancara, bapak Resman Simbolon sangat khawatir bahwa
warga di Samosir akhirnya hanya akan menjadi penonton dalam industri
pariwisata yang tengah dikembangkan di Danau Toba. Menurutnya, satu notaris di
Samosir mengaku telah melakukan lebih dari 30 transaksi alih kepemilikan lahan
selama 2015-2017. Sementara di Samosir ada tiga notaris. Jumlah transaksi
diperkirakan mencapai lebih 100 kali karena banyak alih kepemilikan lahan yang

Universitas Sumatera Utara

81

hanya dilakukan di depan kepala desa. Kebanyakan pembeli investor kemudian
diberi marga. 94

Status semua tanah yang dipergunakan dalam kegiatan penanaman modal
di Samosir adalah tanah adat. Namun setelah zaman berkembang dan pemilik
tanah adat juga sudah banyak yang merantau ke luar Samosir, maka sebagian
tanah adat tersebut dapat dijadikan menjadi lokasi penanaman modal. Letak
Samosir yang berada diantara Danau Toba jelas sangat menarik investor dalam
negeri maupun investor asing. Akan tetapi tidak semua lokasi yang menjadi
sasaran penanaman modal yang di incar investor menjadi lokasi penanaman
modal yang sesungguhnya. Hal ini diakibatkan karena status keberadaan tanah
masih tanah adat dan masih dikuasai oleh petua-petua adat setempat. Apabila
calon investor tetap akan mengadakan kegiatan modal di atas tanah adat tersebut,
maka harus terlebih dahulu diadakan mufakat/musyawarah dengan mayarakat adat
setempat ataupun penatua adat. Tindakan ini dilakukan supaya kegiatan
penanaman modal yang dilakukan jelas status/keberadaannya sehingga akan
terhindar dari konflik atau sengketa yang mungkin terjadi di kemudian hari.

Adapun syarat atau ketentuan apabila tanah adat sudah disetujui untuk
dijadikan lokasi kegiatan penanaman modal adalah:

1. Adanya sertifikat tanah yang menyatakan bahwa tanah tersebut adalah
tanah adat.
2. Surat persetujuan dari masyarakat adat yang diwakili oleh petua adat
setempat.
94

Wawancara dengan Resman Simbolon, pada tanggal 4 Agustus 2017 di Kantor Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Samosir.

Universitas Sumatera Utara

82

3. Surat perjanjian kontrak tanah antara investor dengan petua adat.
4. Batasan-batasan wilayah tanah adat yang akan digunakan menjadi lokasi
penanaman modal.
5. Harga atau biaya selama kegiatan penanaman modal dilangsungkan.

95

C. Jaminan Hukum Penanaman Modal Bagi Masyarakat Adat atas Tanah
Adat di Kabupaten Samosir

Bapak Resman Simbolon mengatakan bahwa “Pengaturan masyarakat
adat di dalam hukum negara mulai dari level UUD sampai peraturan di bawahnya
masih bersifat ambigu karena tidak jelas dan tidak tegas. Dikatakan tidak jelas
karena tidak terinci bagaimana hak dan posisi masyarakat adat dalam kerangka
kebijakan negara secara lebih luas dalam ikhtiar kesejahteraan sosial secara
bersama. Dikatakan tidak tegas karena belum ada pengaturan yang dapat
ditegakkan untuk mengatasi persoalan-persoalan lapangan yang selama ini
dialami masyarakat adat seperti “perampasan” ulayat dan ancaman kriminalisasi
dari hukum negara, terutama perundang-undangan yang berkaitan dengan
sumberdaya alam”. 96

Ada dua kemungkinan mengapa pengaturan masyarakat adat dalam
hukum negara dari dahulu sampai hari ini masih kabur. Pertama: Pemerintah
Kabupaten

Samosir

dalam

kapasitas

sebagai

regulator

tidak

mampu

mengkonstruksi keragaman masyarakat adat dengan totalitas sosialnya ke dalam
95

Wawancara dengan Resman Simbolon, pada tanggal 4 Agustus 2017 di Kantor Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Samosir.
96

Wawancara dengan Resman Simbolon, pada tanggal 4 Agustus 2017 di Kantor Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Samosir.

Universitas Sumatera Utara

83

suatu perundang-undangan yang bersifat tertulis, publik dan general secara
akomodatif. Hal ini dikarenakan kondisi dari masyarakat Samosir sendiri yang
masih tergolong dalam hukum adat. Kemungkinan kedua, Pemerintah Kabupaten
Samosir enggan atau tidak mau membuat aturan yang menguatkan keberadaan
masyarakat adat. Kekaburan pengaturan masyarakat adat pada kenyataannya
menguntungkan penguasa politik dan pengusaha swasta besar karena dapat
memanipulasi hukum yang terlanjur melemahkan masyarakat adat. 97

Undang-Undang sudah memberikan janji bahwa masyarakat adat harus
dihormati dan diakui. Pengalaman ketidakadilan dan peminggiran selama ini
sudah cukup menjadi konsideran untuk lahirnya suatu pengaturan yang lebih baik
bagi masyarakat adat. Meskipun lahirnya suatu aturan yang baik belum tentu
berdampak pada jaminan sosial masyarakat adat. Setidaknya peraturan hukum
yang lebih jelas dan tegas bisa menjadi salah satu jaminan hukum bagi
masyaratakat adat yang ada di wilayah Kabupaten Samosir.

Jaminan hukum bagi masyarakat adat telah mendapat jaminan yang
terdapat dalam Pasal 18 B Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945, yang berbunyi :”negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.”

98

Hal ini membuktikan bahwa

jaminan masyarakat hukum adat sudah jelas. Begitu juga hal nya dengan kegiatan

97

Wawancara dengan Resman Simbolon, pada tanggal 4 Agustus 2017 di Kantor Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Samosir.
98

Pasal 18B Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Universitas Sumatera Utara

84

penanaman modal di wilayah tanah adat di Samosir, secara konstitusional UUD
telah memberikan jaminan hukum kepada masyarakat hukum adat. Selain dari
UUD itu sendiri, pemerintah Samosir juga tetap akan memberikan jaminan hukum
terhadap masyarakat adat atas kegiatan penanaman modal, seperti mendapat
perlakuan yang sama, mendapat perlindungan hukum, memiliki kesempatan untuk
berusaha di wilayah tanah adat, memberikan sejumlah biaya atas perjanjian
kegiatan penanaman modal yang telah disepakati.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang dijelaskan dalam skripsi ini, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal mengamanatkan bahwa penanaman modal
harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional sebagai
upaya untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan
ekonomi nasional yang berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan
teknologi nasional, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu
sistem perekonomian yang berdaya saing. Adanya suatu kebijakan penanaman
modal memberi batasan dan arahan terhadap suatu tindakan atau perbuatan
pemerintah untuk melakukan suatu hal yang berkenaan dengan kepentingan
atau kebutuhan dasar masyarakat terhadap terciptanya pembukaan kesempatan
kerja yang luas, tingkat penguasaan teknologi, kemampuan atau kapasitas
sumber daya manusia, dan tingkat pendapatan masyarakat. Keberadaan
penanaman modal di sebuah negara haruslah diatur dan diarahkan sedemikian
rupa agar dalam pelaksanaan aplikasi usahanya dapat bersesuaian dengan
kepentingan dan kebutuhan dasar masyarakat dan tidak bertentangan dengan
kebijakan pembangunan ekonomi kita.

85
Universitas Sumatera Utara

86

2.

Kegiatan penanaman modal dalam wilayah tanah adat berdasarkan
Pasal 1 UUPM adalah dibenarkan karena kegiatan penanaman modal dilakukan
di wilayah negara Republik Indonesia. Sehubungan dengan status tanah adalah
tanah adat, maka investor yang ingin menanamkan modalnya di wilayah tanah
adat tersebut harus terlebih dahulu melakukan survey ke wilayah tersebut untuk
mendapatkan informasi yang lebih jelas apakah tanah tersebut dapat dijadikan
menjadi lokasi untuk melakukan kegiatan penanaman modal. Mekanisme yang
seharusnya ditempuh penanam modal yang mencakup tanah adat adalah
mendatangi masyarakat adat khususnya tokoh-tokoh adat, kepala adat, kepala
desa, temenggung adat, dan sebagainya. Pada tahap awal, penanam modal
perlu memberitahukan bahwa yang bersangkutan telah mendapatkan izin usaha
dan minta izin kepada masyarakat adat apakah diperkenankan untuk membuka
usaha penanaman modal di wilayah tanah adatnya. Jika masyarakat adat
mengizinkan, maka barulah aparat terkait dapat mengeluarkan izin lokasi usaha
penanaman modal. Namun jika masyarakat adat menolak, penanam modal
seharusnya mencari lahan di tempat lain karena jika dipaksakan, maka akan
menimbulkan konflik. Tahap selanjutnya adalah penanam modal perlu
melakukan sosialisasi dan musyawarah dengan masyarakat hukum adat untuk
membuat kesepakatan mengenai pengalihan tanah adat menjadi usaha kegiatan
penanaman modal.

3. Dikarenakan kondisi sebagian besar tanah di Kabupaten Samosir merupakan
tanah adat dan masih dikuasai oleh raja adat, maka potensi alam yang dimiliki
wilayah Samosir menjadi daerah tujuan investor akan mengalami penurunan
dari sebelumnya. Letak Samosir yang mudah dijangkau dan pemandangan

Universitas Sumatera Utara

87

Danau Toba yang indah sebenarnya menjadi daya tarik bagi investor yang
ingin menanamkan modalnya di Samosir. Akan tetapi karna sebagian besar
tanah di Samosir masih tanah adat, maka para investor hanya diperbolehkan
menanamkna modalnya di wilayah tertemtu saja. Dan sebelum diadakan
kegiatan penanaman modal, investor dan pemilik tanah sudah terlebih dahulu
melakukan musyawarah dan membuat suatu perjanjian untuk kemudian
tanahnya bias diusahakan oleh investor yang bersangkutan.

B.

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis kemukakan, maka penulis

juga mengemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan masukandan
pertimbangan. Saran-saran tersebut antara lain :
1.

Kegiatan penanaman modal yang dilakukan di wilayah tanah adat Samosir
perlu mendapat dukungan dari masyarakat adat tersebut misalnya berupa
pemberian tanah untuk dikelola oleh investor sehingga akan memajukan
tingkat kesejahteraan masyarakat setempat.

2. Daerah Samosir perlu dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai untuk
memudahkan para investor berkunjung.
3. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Samosir sebaiknya melakukan evaluasi secara berkala untuk
mengetahui

kekurangan

pelayanannya

di

wilayah

tanah

adat.

Universitas Sumatera Utara