Tinjauan Yuridis Penanaman Modal Dalam Wilayah Tanah Adat (Studi di Kabupaten Samosir)
ABSTRAK
TINJAUAN YURIDIS PENANAMAN MODAL DALAM WILAYAH
TANAH ADAT (STUDI DI KABUPATEN SAMOSIR)
Sahma Rosani Naibaho *)
Prof.Dr.Budiman Ginting, SH.,M.Hum**)
Dr.Mahmul Siregar, SH.,M.Hum ***)
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Penanaman Modal menjelaskan
bahwa Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. Pasal tersebut
memberikan titik tekan pada kegiatannya, yaitu menanam modal. Pada askhir
pasal tersebut juga menegaskan bahwa undang-undang ini mengatur kegiatan
menanam modal yang usahanya dilakukan di wilayah Negara Republik Indonesia.
Sehingga undang-undang ini tidak mengatur kegiatan menanam modal yang
usahanya dilakukan diluar wilayah Republik Indonesia.
Modal menurut Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Penanaman Modal
adalah asset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimilik
oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis. Dari pengertian
penanaman modal dan penanam modal sebelumnya, maka modal merupakan apa
yang ditanam (asset) dalam kegiatan penanaman modal oleh pihak penanam
modal. Apa yang ditanam dapat berupa uang atau bentuk lain selain uang yang
memiliki nilai ekonomis. Jika tidak memilik inilai ekonomis maka ia tidak dapat
dikategorikan sebagai modal atau asset.
Penanaman Modal membutuhkan tanah sebagai modal utama. Lahan yang
digunakan untuk kegiatan penanaman modal kadang-kadang dimiliki oleh
masyarakat adat selama beberapa generasi. Pembebasan tanah adat untuk kegiatan
penanaman modal harus dilakukan konsultasi dengan masyarakat adat terlebih
dahulu. Tetapi ternyata pengambilalihan tanah adat menyebabkan kerugian
financial terhadap masyarakat adat. Bahkan ada tanah adat yang diserahkan
langsung oleh aparat kepada investor karena dianggap tanah milik Negara. Di
wilayah tanah adat seperti di wilayah Kabupaten Samosir, keberadaan tanah adat
masih berada dalam penguasaan petua-petua adat dari beberapa generasi. Letak
dan kekayaan alam serta kondisi geografis Samosir sangat mendukung investor
untuk menanamkan modalnya diwilayah tersebut. Tetapi yang menjadi
penghalang bagi investor adalah status kepemilikan tanah yang sudah turun
temurun. Pemerintah Kabupaten Samosir tetap memberikan batasan dan jaminan
kepada masyarakat Samosir maupun investor untuk tetap bias menjalankan
kegiatan penanaman modal.
Kata kunci : Penanaman Modal, Mayarakat Hukum Adat, Tanah Adat
*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**) Dosen Pembimbing I
***) Dosen Pembimbing II
i
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN YURIDIS PENANAMAN MODAL DALAM WILAYAH
TANAH ADAT (STUDI DI KABUPATEN SAMOSIR)
Sahma Rosani Naibaho *)
Prof.Dr.Budiman Ginting, SH.,M.Hum**)
Dr.Mahmul Siregar, SH.,M.Hum ***)
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Penanaman Modal menjelaskan
bahwa Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. Pasal tersebut
memberikan titik tekan pada kegiatannya, yaitu menanam modal. Pada askhir
pasal tersebut juga menegaskan bahwa undang-undang ini mengatur kegiatan
menanam modal yang usahanya dilakukan di wilayah Negara Republik Indonesia.
Sehingga undang-undang ini tidak mengatur kegiatan menanam modal yang
usahanya dilakukan diluar wilayah Republik Indonesia.
Modal menurut Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Penanaman Modal
adalah asset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimilik
oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis. Dari pengertian
penanaman modal dan penanam modal sebelumnya, maka modal merupakan apa
yang ditanam (asset) dalam kegiatan penanaman modal oleh pihak penanam
modal. Apa yang ditanam dapat berupa uang atau bentuk lain selain uang yang
memiliki nilai ekonomis. Jika tidak memilik inilai ekonomis maka ia tidak dapat
dikategorikan sebagai modal atau asset.
Penanaman Modal membutuhkan tanah sebagai modal utama. Lahan yang
digunakan untuk kegiatan penanaman modal kadang-kadang dimiliki oleh
masyarakat adat selama beberapa generasi. Pembebasan tanah adat untuk kegiatan
penanaman modal harus dilakukan konsultasi dengan masyarakat adat terlebih
dahulu. Tetapi ternyata pengambilalihan tanah adat menyebabkan kerugian
financial terhadap masyarakat adat. Bahkan ada tanah adat yang diserahkan
langsung oleh aparat kepada investor karena dianggap tanah milik Negara. Di
wilayah tanah adat seperti di wilayah Kabupaten Samosir, keberadaan tanah adat
masih berada dalam penguasaan petua-petua adat dari beberapa generasi. Letak
dan kekayaan alam serta kondisi geografis Samosir sangat mendukung investor
untuk menanamkan modalnya diwilayah tersebut. Tetapi yang menjadi
penghalang bagi investor adalah status kepemilikan tanah yang sudah turun
temurun. Pemerintah Kabupaten Samosir tetap memberikan batasan dan jaminan
kepada masyarakat Samosir maupun investor untuk tetap bias menjalankan
kegiatan penanaman modal.
Kata kunci : Penanaman Modal, Mayarakat Hukum Adat, Tanah Adat
*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**) Dosen Pembimbing I
***) Dosen Pembimbing II
i
Universitas Sumatera Utara