Tinjauan Yuridis Penanaman Modal Dalam Wilayah Tanah Adat (Studi di Kabupaten Samosir)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan dan arah pembangunan nasional sebagaimana ditetapkan dalam
program pembangunan nasional (Propenas), yakni berusaha mewujudkan suatu
masyarakat adil dan makmur, dimana masyarakat yang adil dan makmur itu akan
diwujudkan melalui pembangunan di berbagai bidang diantaranya ekonomi.
Pembangunan ekonomi identik dengan pembangunan sektor ekonomi, seperti
sektor pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, industry,
perdagangan, dan jasa-jasa. 1
Pembangunan bidang ekonomi di Indonesia telah berjalan kurang lebih
39 tahun sejak dicanangkan oleh pemerintahan Orde Baru pada tahun 1970.
Kurun waktu

lebih dari seperempat abad itu membawa perubahan dalam

masyarakat Indonesia yang digerakkan oleh pembangunan ekonomi dengan
berbagai eskalasi dan dinamikanya. Keberhasilan pembangunan bidang ekonomi
Indonesia dapat dilihat dari angka statistik pertumbuhan ekonomi yang
menunjukkan tingkat pertumbuhan yang rata-rata 5-6 % per tahun baik sebelum

era krisis berlangsung maupun sekarang ini. Keadaan tersebut menandai
keberhasilan pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan di Indonesia yang
disinyalir masih terdapat kurang lebih 25 juta rakyat yang berada di bawah garis
kemiskinan.
1

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia ( Jakarta :Kencana, 2010 ),

hlm 1.

1
Universitas Sumatera Utara

2

Pelaksanaan pembangunan ekonomi memerlukan modal dalam jumlah yang
cukup besar dan tersedia pada waktu yang tepat. Seharusnya modal dapat
disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat luas melalui tabungan nasional
(national saving). Keadaan yang ideal dari segi nasionalisme adalah apabila
kebutuhan akan modal tersebut sepenuhnya dapat disediakan oleh kemampuan

modal dalam negeri sendiri, apakah itu oleh pemerintah dan/atau dunia usaha
swasta dalam negeri. Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian. Oleh karena
umumnya, negara berkembang dalam hal ketersediaan modal yang cukup untuk
melaksanakan pembangunan secara menyeluruh mengalami berbagai kesulitan
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : tingkat tabungan (saving) masyarakat
yang masih rendah, akumulasi modal yang belum efektif dan efisien, keterampilan
(skill) yang belum memadai, serta tingkat teknologi yang belum modern. Kendala
ini umumnya, oleh negara-negara berkembang atau sedang berkembang dicoba
untuk diatasi dengan berbagai macam cara dan alternative diantaranya melalui
bantuan dan kerja sama dengan luar negeri yang dibutuhkan untuk melengkapi
modal dalam negeri yang dapat segera dikerahkan. 2
Krisis ekonomi dan krisis politik sejak tahun 1997 yang sampai saat ini
masih belum pulih kembali sepenuhnya telah memunculkan agenda baru bagi
Indonesia pada saat itu, yaitu pemulihan ekonomi melalui peningkatan penanaman
modal serta tuntutan demokratisasi di berbagai bidang. Dimana pemulihan
ekonomi melalui peningkatan penanaman modal dapat dilakukan dengan
menggerakkan kegiatan penanaman modal.

2


Ibid, hlm 2.

Universitas Sumatera Utara

3

Penanaman modal sebagai sarana pemulihan ekonomi setidaknya akan
menjadi suatu hubungan ekonomi yang tidak terelakkan. Sebagaimana hubungan
ekonomi internasional lainnya, penanaman modal menjadi suatu tuntutan guna
memenuhi kebutuhan suatu Negara, perusahaan dan juga masyarakat. Hubungan
tersebut terjadi karena masing-masing pihak saling membutuhkan satu sama lain
dalam memenuhi kebutuhan atau kepentingannya. Pada satu sisi, Negara
penerima modal (host country) membutuhkan sejumlah dana, teknologi dan
keahlian atau skill bagi kepentingan pembangunan dalam bentuk penanaman
modal. Di sisi lain, investor sebagai pihak yang berkepentingan untuk
menanamkan modal memerlukan bahan baku, tenaga kerja, sarana dan prasarana,
pasar,

jaminan


keamanan,

dan

kepastian

hukum

untuk

dapat

lebih

mengembangkan usaha dan memperbesar perolehan keuntungan. 3
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
mengamanatkan

bahwa


penanaman

modal

harus

menjadi

bagian

dari

penyelenggaraan perekonomian nasional sebagai upaya untuk menciptakan
lapangan

kerja,

meningkatkan

pembangunan


ekonomi

nasional

yang

berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, serta
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu system perekonomian yang
berdaya saing.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebagai lembaga yang
mempunyai tugas dan fungi mengkoordinasikan kebijakan penanaman modal,
harus dapat meningkatkan daya saing Indonesia di antara Negara-negara tujuan
penanaman modal lainnya. Berbagai kebijakan umum di bidang penanaman
3

ErmantoFahamsyah, HukumPenanaman Modal (Pengaturan, Pembatasan, Pengaruh
Budaya Hukum dan Praktik Penanaman Modal di Indonesia) ( Yogyakarta: LaksBang
PRESSindo, 2015), hlm 1-2


Universitas Sumatera Utara

4

modal telah ditempuh untuk menarik kegiatan penanaman modal, anatara lain
berupa pemberian insentif penanaman modal, penataan regulasi serta memberikan
pelayanan prima di bidang penanaman modal, pengembangan berbagai kawasan
ekonomi beserta berbagai fasilitasnya, mendorong partisipasi Usaha Mikro Kecil
Menengah dan Koperasi (UMKMK), mendorong penanaman modal dalam
pembangunan infrastruktur dengan pola kemitraan antara Pemerintah dan Badan
Usaha (public-private partnership). 4
Permasalahan pokok yang dihadapi penanam modal dalam memulai
usaha di Indonesia mendapat perhatian dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun
2007 sehingga terdapat pengaturan mengenai pengesahan dan perizinan yang
didalamnya terdapat pengaturan mengenai pelayanan terpadu satu pintu. Dengan
system itu sangat diharapkan bahwa pelayanan terpadu di pusat dan di daerah
dapat menciptakan penyederhanaan perizinan dan percepatan penyelesaiannya.
Penanaman modal mempunyai arti yang sangat penting dalam
pembangunan ekonomi nasional sebagaimana tujuan yang hendak dicapai melalui
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Tujuan

penanaman modal menurut UndangNomor 25 tahun 2007 adalah :
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
2. Menciptakan lapangan kerja.
3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional.
5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional.
6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan.
4

IBR Supancana, Ikhtisar Ketentuan Penanaman Modal (Jakarta :NLRP, 2010), hlm.

V.

Universitas Sumatera Utara

5

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar
negeri.

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 juga memberikan ruang kepada
pemerintah untuk mengambil kebijakan guna mengantisipasi berbagai perjanjian
internasional yang terjadi dan sekaligus untuk mendorong kerjasama internasional
lainnya guna memperbesar peluang pasar regional dan internasonal bagi produk
barang dan jasa di Indonesia. 5
Modal memiliki peran yang sangat penting bagi pertumbuhan
perekonomian suatu negara untuk mengembangkan potensi kekayaan sumber
daya alam yang belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Setiap penanaman
modal akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi
sebuah negara karena penanaman modal akan mendorong berkembangnya
aktivitas perekonomian secara keseluruhan. 6
Sejak

Januari

2001

negara


Indonesia

memulai

babak

baru

penyelenggaraan pemerintah. Otonomi daerah dilaksanakan di seluruh daerah
Tingakt II kota dan kabupaten. Hampir seluruh kewenangan pemerintah pusat
diserahkan pada daerah kecuali lima bidang, yaitu politik luar negeri, pertahanan,
keamanan, peradilan, moneter dan fiscal moneter, serta agama.

7

Dalam

menyerasikan kewenangan pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi dan

5


Asmin Nasution, Transparansi dalam Penanaman Modal ( Medan :Pustaka Bangsa
Press, 2008), hlm.11-12.
6
Jonker Sihombing, Hukum Penanaman Modal di Indonesia (Bandung : PT. Alumni,
2009), hlm.31.
7
Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia (Malang : Bayumedia
Publishing, 2003), hlm.113.

Universitas Sumatera Utara

6

pemerintah kota/kabupaten, pembentuk undang-undang mencoba menyusunnya
berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang dimaksud berdasarkan eksternalitas,
akuntabilitas dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar
susunan pemerintahan.

8

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (selanjutnya disebut UU Pemda) disebutkan bahwa urursan pemerintah
yang menjadi kewenangan pemerintah daerah terdiri atas urusan wajib dan urusan
lain. Salah satu tugas yang menjadi urusan wajib pemerintah daerah dalam pasal
10 ayat (1) butir n UU Pemda, urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintah daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi
pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota. Dalam
passal 11 ayat (2) Pemda disebutkan bahwa urusan pemerintahan wajib yang tidak
berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi bidang penanaman modal. 9
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal (selanjutnya disebut UUPM) pada Bab XII, Pasal 27 ayat (1) dinyatakan
sebagai berikut :
Pemerintah mengkoordinasikan kebijakan penanaman modal, baik koordinasi
antar instansi pemerintah, antara instansi pemerintah dengan Bank Indonesia,
antara instansi pemerintah dengan daerah, maupun antar pemerintah daerah.
Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur
dan mengurus diri sendiri urusan penyelenggaraan penanaman modal berdasarkan
asas otonomi daerah dan tugas pembantuan atau dekonsentrasi. Untuk itu, dalam
8

Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

9

Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah
Daerah

Universitas Sumatera Utara

7

rangka penyelenggaraan penanaman modal diatur mengenai penyelenggaraan
urusan penanaman modal. Oleh karena itu dengan diberikannya kewenangan
kepada pemerintah daerah mengurus daerahnya secara otonom termasuk
diantaranya memberikan insentif kepada investor, perlu menciptakan peluang
investasi yang memadai tidak hanya secara fisik, tetapi juga non fisik misalnya
diterbitkannya peraturan daerah yang selanjutnya disebut perda dapat dijadikan
sebagai pemacu kehadiran investor. 10
Hidup manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah. Sehingga apabila
membicarakan eksistensi manusia maka secara tidak langsung juga membicarakan
tentang tanah. Permasalahan tanah tidak semata-mata hanya menyangkut aspek
ekonomi dan kesejahteraan saja, tetapi juga meliputi aspek sosial, kultur, politik,
hukum dan agama. Diantara permasalahan-permasalahan yang berhubungan
dengan masalah tanah tersebut, adalah persoalan tanah yang berada dalam
lingkungan atau wilayah suatu masyarakat hukum adat. Di satu pihak ada
masyarakat hukum adat dengan hak ulayat dan di pihak lain ada pemanfaatan
tanah untuk kepentingan pembangunan oleh pemerintah. Benturan kewenangan
antara masyarakat hukum adat dan pemerintah ini sering dianggap dapat
menghambat pembangunan di Negara Indonesia.
Konflik ini semakin rumit dengan hadirnya pemerintah dan para investor
terutama investasi yang berhubungan dengan penggunaan lahan secara signifikan
(luas) seperti perkebunan, pertambangan, industry manufaktur, termasuk juga
kehutanan. Investasi pada sector tersebut akan memberikan tekanan terhadap
penggunaan lahan yakni tanah. 11
10
11

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi (Bandung : CV Nuansa Aulia, 2007), hlm.188
https://fhukum.unpatti.ac.id, diakses tanggal 6 Juli 2017, pukul 07:15 wib.

Universitas Sumatera Utara

8

Sebagian besar tanah di Kabupaten Samosir adalah tanah adat yang
tunduk atau dikuasai oleh hak petuanan dari desa yang dimaksud. Batas-batas
petuanan suatu negeri/desa adat di Kabupaten Samosir biasanya bukan hanya
dalam ruang lingkup tanah tempat tinggal atau kebun tempat berusaha saja,
melainkan juga meliputi hutan, sungai dan segala hasil yang terdapat didalamnya.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih
lanjut mengenai penanaman modal di wilayah tanah adat, sehingga penulis
mengangkat judul “Tinjauan Yuridis Penanaman Modal dalam Wilayah
Tanah Adat (Studi di Kabupaten Samosir)”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dirumuskan beberapa
pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaturan kegiatan penanaman modal berdasarkan UU
Nomor 25 tahun 2007?
2. Bagaimana pengaturan kegiatan penanaman modal dalam wilayah tanah
adat?
3. Bagaimana pengaturan penanaman modal di wilayah tanah adat di
Kabupaten Samosir?

Universitas Sumatera Utara

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan skripsi
ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan penanaman modal di Indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan penanaman modal dalam wilayah
tanah adat.
3. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan penanaman modal dalam wilayah
tanah adat di Kabupaten Samosir.

Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Dari skripsi ini diharapkan mampu memberikan masukan secara konsep
teoritis dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, khususnya
terhadap perkembangan hukum ekonomi di bidang penanaman modal.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Akademisi
Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam memperkaya referensi
kepustakaan bagi akademisi dan diharapkan dapat menambah wawasan bagi para
pembaca.
b. Bagi Praktisi
Diharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangsih bagi para praktisi
baik di bidang hukum maupun di bidang ekonomi dalam melakukan kegiatan
penanaman modal.

Universitas Sumatera Utara

10

c. Bagi Masyarakat
Penulisan skripsi ini diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat
terkhusus bagi mereka yang belum mengetahui tentang kegiatan penanaman
modal serta bagi mereka yang ingin terlibat dalam kegiatan penanaman modal.

D. Keaslian Penulisan
Salah satu upaya dalam mengembangkan pemikiran yang kristis dan
menambah wawasan, penulis menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul
“ Tinjauan Yuridis Penanaman Modal Dalam Wilayah Tanah Adat (Studi di
Kabupaten Samosir)”. Untuk mengetahui keorisinalitas penulisan, sebelum
melakukan penulisan skripsi, penulis terlebih dahulu melakukan penelusuran
terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara. Hal ini dibenarkan oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi
Hukum/ Perpustakaan Universitas Sumatera Utara cabang Fakultas Hukum
melalui surat tertanggal 12 April 2017 yang menyatakan bahwa “tidak ada judul
yang sama”
Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil
pemikiran penulis yang didasarkan pada pengertian, teori-teori dan aturan hokum
yang berlaku dan diperoleh dari referensi buku, media elektronik serta data-data
dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Samosir dalam rangka memenuhi tugas akhir dan memenuhi syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara. Apabila di kemudian hariterdapat judul yang sama atau sudah pernah
ditulis, maka penulis bertanggung jawab sepenuhnya.

Universitas Sumatera Utara

11

E. Tinjauan Kepustakaan
Berdasarkan judul “ Tinjauan Yuridis Penanaman Modal Dalam Wilayah
Tanah Adat (Studi di Kabupaten Samosir)”, dapat ditemukan beberapa istilah,
diantaranya adalah “
1. Penanaman Modal
Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (selanjutnya
NKRI).

12

Penanaman modal tersebut terdiri dari penanaman modal dalam negeri

dan penanaman modal asing. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah NKRI yang dilakukan oleh
penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.

13

Sedangkan penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah NKRI yang dilakukan oleh penanam modal asing,
baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan
dengan penanam modal asing. 14
Berdasarkan bentuknya, penanaman modal dapat dibedakan menjadi 2
bentuk, yaitu penanaman modal secara langsung (direct investment) dan
penanaman modal secara tidak langsung (indirect investment). Penanaman modal
secara langsung (direct investment) adalah penanaman modal yang modalnya
diinvestasikan secara langsung ke dalam bidang usaha tertentu. Sedangkan
penanaman modal secara tidak langsung (indirect investment) adalah penanaman

12

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
14
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
13

Universitas Sumatera Utara

12

modal yang modalnya diinvestasikan secara tidak langsung melalui mekanisme
atau sistem investasi lain, seperti lembaga pasar modal. 15
Terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini, maka
bentuk penanaman modal yang digunakan adalah penanaman modal secara
langsung, karena investor secara langsung menginvestasikan sahamnya di wilayah
tanah adat yang terdapat di Kabupaten Samosir. Dan investor juga secara
langsung mengontrol jalannya kegiatan penanaman modal serta menanggung
resiko atau untung rugi dari penanaman modal tersebut.
2. Masyarakat Hukum Adat
Siapapun yang ingin mengetahui tentang berbagai lembaga hukum yang
ada dalam suatu masyarakat, seperti lembaga hukum tentang perkawinan, lembaga
hukum tentang pewarisan, lembaga hukum tentang jual beli barang, lembaga
hukum tentang milik tanah dan lain-lain, harus mengetahui struktur masyarakat
yang bersangkutan. 16
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
Bab IX Pasal 67 ayat (1) menyebutkan bahwa, masyarakat hukum adat sepanjang
menurut keberadaannya masih ada dan diakui keberadaannya dan mempunyai
hak:
1. Melakukan pemungutan hasil hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup seharihari masyarakat adat yang bersangkutan.
2. Melakukan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan hukum adat yang berlaku
dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang.

15

https://resumehukum.blogspot.com>resume hukum: direct investment dan indirect
investment, diakses ttanggal 7 Juli 2017, pukul 20:00 wib.
16
Bushar Muhammad, Asas-Asas Hukum Adat (Jakarta : PT.Pradnya Paramita, 2003),
hlm 20.

Universitas Sumatera Utara

13

3. Mendapatkan pemberdayaan dalam rangka peningkatan kesejahteraan.
Masyarakat hukum adat diakui keberadaannya jika menurut kenyataan
memenuhi unsur-unsur antara lain :
1. Masyarakat masih dalam bentuk paguyuban.
2. Ada kelembagaan dalam bentuk perangkat pengusaha adatnya.
3. Ada wilayah hukum adat yang jelas.
4. Ada pranata dan perangkat hukum, khususnya peradilan adat yang masih
ditaati. 17
Masyarakat hukum adat juga mempunyai kekayaan alam yang
terkandung didalamnya serta kebebasan untuk mengelola serta memanfaatkan
sumber daya alam secara arif. Kegiatan hutan rakyat dalam aktifitas tanah dan
hutan umtuk dijadikan sumber kehidupan berlangsung secara turun-temurun
bahkan eksistensi tradisional masyarakat hokum adat tumbuh dan tersebar sejak
dahulu sebagai pengelola tanah hutan. Tanah ulayat dan hukum adat yang
dilestarikan berlangsung terus-menerus secara swakelola diberbagai wilayah. 18
Ada tiga jenis masyarakat hukum adat yang strukturnya bersifat
territorial, yaitu :
1. Masyarakat hukum desa
Masyarakat hukum desa adalah segolongan atau sekumpulan orang yang
hidup bersama berasaskan pandangan hidup, cara hidup dan system kepercayaan
yang sama, yang menetap pada suatu tempat kediaman bersama yang merupakan
satu kesatuan, satu tata susunan yang tertentu, baik ke luar maupun kedalam.

17

https://masyarakathukumadat.com>2013, diakses tanggal 10 Juli 2017, pukul 21:30

18

http://pengertian-defenisi.blogspot.co.id, diakses tanggal 10 Juli 2017, pukul 22:30

wib.
wib.

Universitas Sumatera Utara

14

2. Masyarakat hukum wilayah
Masyarakat hukum wilayah adalah suatu kesatuan sosial yang
teritorialnya melingkupi beberapa masyarakat hukum desadan masing-masing
tetap merupakan kesatuan-kesatuan yang berdiri sendiri. Biarpun masing-masing
masyarakat hukum desa yang tergabung dalam masyarakat hukum wilayah itu
mempunyai tata susunan dan pengurus sendiri-sendiri, masih juga masyarakat
hukum desa tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan,
yaitu merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat wilayah sebagai
kesatuan sosial teritorial yang lebih tinggi.
3. Masyarakat hukum serikat desa
Masyarakat hukum serikat desa adalah suatu kesatuan sosial yang
territorial, yang melulu dibentuk atas dasar kerjasama diberbagai-bagai lapangan
demi kepentingan bersama masyarakat hukum desa yang tergabung dalam
masyarakat hukum serikat desa itu. Kerjasama itu dimungkinkan karena kebetulan
berdekatan letaknya masyarakat hukum desa yang bersama-sama membentuk
masyarakat hukum serikat desa itu. 19

F. Metode Penelitian
Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami obyek
yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. 20 Penelitian
merupakan bagain pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengetahui dan
memahami segala kehidupan, atau lebih jelasnya penelitian merupakan sarana

19

Bushar Muhammad, Masyarakat Hukum Adat (Jakarta: CV Mandar Maju, 2010), hlm

28-30.
20

Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris (Jakarta :
Indonesia Hillco, 1990), hlm.106.

Universitas Sumatera Utara

15

yang digunakan oleh manusia untuk memperkuat, menguji, serta mengembangkan
ilmu pengetahuan.

21

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat

lebih terarah dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka metode
penelitian yang digunakan antara lain :
1.

Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian dalam menyusun skripsi ini adalah penelitian hukum normatif

yang bersifat deskriptif. Metode penelitian hukum normatif atau metode penelitian
hukum kepustakaan adalah metode atau cara yang dipergunakan dalam penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada. Tahapan
pertama penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk
mendapatkan hukum objektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan
penelitian terhadap masalah hukum. Tahapan kedua penelitian hukum normatif
adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum subjektif (hak dan
kewajiban).

22

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk

meggambarkan secara tepat mengenai peraturan hukum dalam konteks teori-teori
hukum dan pelaksanaannya serta menganalisis fakta secara cermat tentang
kebijakan penanaman modal. Adapun pendekatan yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah pendekatan yang mengkonsepsikan hukum sebagai norma,
kaidah, maupun azas dengan tahapan berupa studi kepustakaan dengan
pendekatan dari berbagai literatur. Metode penelitian juga menggabungkan
dengan studi kepustakaan (library research) dengan menggunakan media literatur
yang ada maupun jurnal ilmiah elektronik lainnya seperti internet dan tinjauan
yuridis.
21
22

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta : UI Press, 1986), hlm.250.
https://lawmetha.wordpress.com, diakses tanggal 13 Juli 2017, pukul 12:08 wib.

Universitas Sumatera Utara

16

2.

Data Penelitian
Sumber data yang menjadi bahan penulisan skripsi ini adalah data

sekunder yang dilakukan dengan cara studi kepustakaan dan didukung oleh data
primer. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan melalui
wawancara dengan informan yaitu Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Samosir. Sedangkan data sekunder
antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian
yang berbentuk laporan, buku harian dan seterusnya. Data-data sekunder meliputi:
a. Bahan Hukum Primer, terdiri dari :
1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1995
2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok
Agraria
5) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
6) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2009
7) Peraturan Bupati Samosir Nomor 9 Tahun 2011 tentang Prosedur
Standard/Standard Operating Procedure (SOP) Pelayanan Perizinan dan
Non Perizinan di Bidang Penanaman Modal pada Badan Penanaman
Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir
8) Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 10 Tahun 2011 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing

Universitas Sumatera Utara

17

b. Bahan Hukum Sekunder, memberikan penjelasan terhadap bahan hukum
primer. Bahan hukum sekunder berupa buku-buku yang terkait dengan judul
skripsi, artikel-artikel dan hasil penelitian.
c. Bahan Hukum Tersier, berupa petunjuk dan penjelasan terhadap hukum
primer dan sekunder seperti kamus hukum, jurnal ilmiah dan bahan-bahan
hukum lain yang relevan dan bisa digunakan melengkapi data yang
diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
3.

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Penelitian kepustakaan (library research), yakni mempelajari literatur atau
dari sumber bacaan buku-buku, peraturan perundang-undangan, karya
ilmiah para ahli, artikel-artikel baik dari surat kabar, majalah, media
elektronik, dan bahan bacaan lain yang terkait dengan penulisan skripsi ini
yang semua itu dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang bersifat
teoritis yang dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian.
b. Penelitian lapangan (field research), yakni dengan melakukan penelitian
lapangan untuk mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang aktual dari
Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten

Samosir.

Untuk

mengumpulkan

data-data

ini,

penulis

menggunakan teknik wawancara (interview) dan memberikan daftar
pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi.

Universitas Sumatera Utara

18

4.

Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara :
a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum relevan dengan permasalahan yang
diteliti.
b. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian.
c. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal, atau
doktrin yang ada.
d. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif artinya diawali dengan
mengemukakan secara umum kemudian diakhiri dengan menarik
kesimpulan yang bersifat lebih khusus.

G. Sistematika Penulisan
Penulisan ini ditulis secara terperinci dan sistematis agar memeberikan
kemudahan bagi pembaca dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya.
Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah :
Bab I yaitu pendahuluan. Bab ini dimulai dengan mengemukakan apa
yang menjadi latar belakang penulisan skripsi. Kemudian dilanjutkan dengan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan
pustaka, metode penelitian dan ditutup dengan memberikan sistematika dari
penulisan skripsi ini.
Bab II mengenai kegiatan penanaman modal berdasarkan UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Bab ini berisikan latar
belakang diundangkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, pertimbangan dalam penanaman modal, kebijakan penanaman

Universitas Sumatera Utara

19

modal dan juga pokok-pokok pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007.
Bab III mengenai kegiatan penanaman modal dalam wilayah tanah adat.
Bab ini berisikan pengakuan terhadap tanah adat di Indonesia, hak-hak
masyarakat hukum adat terhadap tanah adat, manfaat dan dampak kegiatan
penanaman modal terhadap masyarakat tanah adat.
Bab IV tentang kegiatan penanaman modal di wilayah tanah adat di
Kabupaten Samosir. Bab ini membahas tentang pengaturan pemerintah daerah
Kabupaten Samosir dalam hal penanaman modal, ketentuan bagi investor dalam
menanamkan modal di wilayah tanah adat Kabupaten Samosir, dan juga jaminan
hokum bagi masyarakat adat atass tanah adat.
Bab V merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dari bab-bab
terdahulu, serta saran yang menyangkut rumusan masalah.

Universitas Sumatera Utara