PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN PANJANG
PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN PANJANG TUNGKAI
TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA DADA 50 M
INFLUENCE OF PLIOMETRIK EXERCISE AND LEGS LENGTH TO THE
50 M BREAST STROKE SWIMMING SPEED
Yulingga Nanda Hanief
Penjaskesrek UNP Kediri
yulingganandahanief@unpkediri.ac.id
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : (1) Pengaruh latihan knee-tuck
jump dan double leg box bound terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter;
(2) Pengaruh panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter
antara yang memiliki tungkai panjang dengan yang memiliki tungkai pendek; (3)
Interaksi antara latihan pliometrik dan panjang tungkai terhadap kecepatan renang
gaya dada 50 meter. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi
dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP
UNS tahun 2012 berjumlah 28 orang. Dari jumlah populasi 28 orang dilakukan
tes dan pengukuran panjang tungkai dimana hasil tes dan pengukuran panjang
tungkai diklasifikasikan menjadi dua yaitu tungkai panjang dan tungkai pendek.
Teknik pengumpulan data dengan tes dan pengukuran panjang tungkai dan tes
renang gaya dada 50 meter. Teknik analisis data yang digunakan adalah ANAVA
2 X 2 dan uji Newman Keuls. Hasil penelitian ini adalah (1) Ada pengaruh antara
latihan knee-tuck jump dan latihan double leg box bound terhadap kecepatan
renang gaya dada 50 meter. (2) Ada pengaruh panjang tungkai terhadap kecepatan
renang gaya dada 50 meter antara yang memiliki tungkai panjang dengan yang
memiliki tungkai pendek. (3) Ada interaksi antara latihan pliometrik dan panjang
tungkai tehadap kecepatan renang gaya dada 50 meter.
Kata kunci : latihan pliometrik, panjang tungkai, renang gaya dada 50 meter.
Pendahuluan
5) Koordinasi
Renang Gaya Dada
Menurut PRSI/ FINA mengenai
batasan-batasan renang gaya dada
yang dikutip oleh Dumadi dan
Kasiyo Dwijowinoto (1980 : 104)
Suatu gaya renang yang sejak
dimulainya dayungan lengan
yang pertama sesudah start dan
sesudah pembalikan badan harus
telungkup dan kedua bahu
segaris dengan air. Semua
gerakan lengan selamanya harus
serempak dan dalam bidang
horizontal yang sama, tanpa
gerakan
bergantian.
Kedua
lengan harus didorong ke depan
bersama-sama dari dada, lalu
ditarik ke belakang dibawah
permukaan air. Gerakan kedua
tungkai harus serempak dalam
bidang horizontal yang sama.
Pada waktu mendorong tungkai,
kedua tungkai harus diarahkan
keluar pada saat ke belakang.
Dalam satu gerakan keseluruhan,
sebagian kepala harus memecah
permukaan air pada saat kedua
lengan ditarik ke belakang.
gerakan
keseluruhan
Sistem Metabolisme Otot Selama
Latihan
Sistem
metabolisme
merupakan
proses
dasar
kimia
yang
memungkinkan sel melangsungkan
kehidupan.
Menurut
(1994:376)
sistem
Guyton
metabolisme
dibagi menjadi 3, yaitu 1) Sistem
Fosfagen, 2) Sistem Glikogen-asam
laktat,
3) Sistem Aerob.
Peranan
Power
Otot
Tungkai
dalam Renang Gaya Dada
Power otot tungkai dalam renang
gaya dada berperan sebagai daya
dorong yang utama dibandingkan
dengan dayungan lengan. Untuk
memperoleh kecepatan dalam renang
gaya dada diperlukan dorongan kaki
yang cepat dan kuat. Semakin besar
Teknik Dasar Renang Gaya Dada
power otot tungkai, maka akan
Dalam pelaksanaan renang gaya
semakin cepat pula dorongan yang
dada ada beberapa unsur atau bagian
akan diraih.
yang harus diperhatikan. Bagian-
Pada manusia terdapat tungkai atas
bagian tersebut antara lain :
dan tungkai bawah. Otot-otot yang
1) Posisi badan
terdapat
2) Gerakan kaki
menurut Luttgens dan Hamilton,
3) Gerakan lengan
Nancy (1997:212-234) adalah :
4) Pernapasan
pada
tungkai
1) Tungkai atas
a) Anterior
tersebut
(1) Quadriceps femoris
group
(a) Rectus femoris
(b) Vastus
intermedius
(c) Vastus lateralis
(d) Vastus medialis
b) Posterior
(2)
Hamstring
group
(a) Biceps femoris
(b) Semimembranos
us
(c) Semitendinosus
(3) Sartorius
(4) Gracilis
(5) Popliteus
(6) Gastrocnemius
2) Tungkai bawah
a) Anterior aspect of leg
(1) Tibialis anterior
(2) Extensor digitorum
longus
(3) Extensor hallucis
longus
(4) Peroneus tertius
b) Lateral aspect of leg
(1) Peroneus longus
(2) Peroneus brevis
c) Posterior aspect of leg
(1) Gastrocnemius
(2) Soleus
(3) Tibialis posterior
(4) Flexor digitorum
longus
(5) Flexor hallucis
longus
Gambar 1 Quadriceps Femoris
Group
Gambar 2 Hamstring group
Gambar 3 Lateral Aspect of Leg
Gambar 5 Flexor Digitorum Longus
dan Flexor Hallucis Longus
Latihan Pliometrik
Plyometrics berasal dari bahasa latin
“plyo” + “”metrics” yang berarti
“measurable
increases”
peningkatan
1992:1).
yang
atau
terukur
Pengertian
(Chu,
pliometrik
menurut Chu D. A. (1992:1) bahwa
pliometrik
adalah
latihan
yang
dilakukan dengan sengaja untuk
Gambar 4 Posterior Aspect of Leg
meningkatkan
kemampuan
atlet,
yang merupakan perpaduan latihan
kecepatan dan kekuatan”. Pliometrik
adalah salah satu cara terbaik untuk
mengembangkan
power
eksplosif
untuk berbagai cabang olahraga.
Prinsip Latihan Pliometrik
Pedoman
1
:
Pemanasan
dan
Pedoman 3 : Beban Lebih yang
Pendinginan (warm Up dan Warm
Progresif.
Down).
Program latihan pliometrik harus
Pliometrik membutuhkan kelenturan
diberikan beban lebih yang resistif,
dan kelincahan, maka semua latihan
temporal dan spatial. Beban lebih
harus
memaksa
diikuti
dengan
periode
otot-otot bekerja pada
pemanasan dan pendinginan yang
intensitas yang tinggi. Beban lebih
tepat dan memadai. Jogging, lari,
yang
peregangan dan kalistenik sederhana
mengontrol ketinggian turun atau
merupakan aktifitas yang sangat
jatuhnya atlet, beban yang digunakan
dianjurkan sebelum dan sesudah
dan jarak tempuh. Beban leboh yang
latihan
tidak
untuk
memperoleh
efek
latihan yang optimal.
tepat
ditentukan
tepat
keefektifan
dapat
latihan
dengan
mengganggu
atau
bahkan
menyebabkan cedera. Jadi, dengan
Pedoman 2 : Intensitas Tinggi
menggunakan
beban
Intensitas merupakan faktor penting
melampaui
dalam latihan pliometrik. Kecepatan
resistif
pelaksanaan dengan kerja maksimal
pliometrik
sangat penting untuk memperoleh
meningkatkan kekuatan tetapi tidak
efek latihan yang optimal. Kecepatan
meningkatkan
peregangan otot lebih penting dari
Beban yang dapat digunakan seperti
pada besarnya peregangan. Respons
bola
reflex yang dicapai makin besar jika
sekedar berat tubuh.
tuntutan
dari
yang
lebih
yang
gerakan-gerakan
tertentu
power
medicine,
dapat
eksplosive.
dumbbell,
atau
otot diberi beban yang cepat. Karena
latihan-latihan
harus
delakukan
Pedoman 4 : Memaksimalkan Gaya
dengan sungguh-sungguh (intensif),
dan Meminimalkan Waktu.
maka
Gaya
penting
untuk
diberikan
maupun
kecepatan
gerak
kesempatan beristirahat yang cukup
sangat penting dalam pliometrik
di antara serangkaian latihan yang
dalam berbagai hal, titik beratnya
terus menerus.
adalah kecepatan dimana suatu aksi
tertentu dapat dilakukan. Misalnya
mendapat tekanan karena latihan
dalam nomor tolak peluru, sasaran
pliometrik
utama adalah menggunakan gaya
Periode istirahat yang cukup juga
maksimum selama gerak menolak.
penting untuk pulih kembali. Periode
Makin cepat rangkaian aksi yang
yang cukup juga penting untuk
dilakukan, maka makin besar gaya
pemulihan yang semestinya untuk
yang dihasilkan dan makin jauh jarak
otot, ligamen dan tendon. Latihan
yang dicapai.
pliometrik 2 – 3 hari perminggu
untuk
pulih
kembali.
tampaknya dapat memberikan hasil
Pedoman 5 : Lakukan sejumlah
yang optimal.
Ulangan
Banyaknya ulangan atau repetisi
Pedoman 7 : Bangun Landasan yang
berkisar antara 8 sampai 10 kali
Kuat Terlebih Dahulu.
dengan semakin
sedikit ulangan
Karena landasan kekuatan penting
untuk rangkaian yang lebih berat dan
dan bermanfaat dalam pliometrik,
lebih banyak ulangan untuk latihan-
maka suatu program latihan beban
latihan yang lebih ringan. Banyaknya
harus dirancang untuk mendukung
ulangan tidak hanya ditentukan oleh
dan
intensitas latihan, tetapi juga oleh
pengembangan power eksplosive.
kondisi
atlet,
pelaksanaan
bukannya
menghambat
tiap
ulangan dan nilai hasil. Mengingat
Pedoman
8
:
Program
latihan tersebut untuk meningkatkan
Individualisasi.
reaksi syaraf, otot, keekplosifan,
Untuk
kecepatan dan kemampuan untuk
terbaik, program latihan pliometrik
membangkitkan gaya (tenaga) kea
dapat diindividualisasikan, sehingga
rah tertentu.
kita harus tahu apa yang dapat
menghasilkan
Latihan
hasil
yang
dilakukan oleh tiap-tiap atlet dan
Pedoman 6 : Istirahat yang Cukup
seberapa banyak latihan yang dapat
Periode istirahat 1 – 2 menit disela-
membawa manfaat. Banyak pemuka
sela set biasanya sudah memadai
dibidang
untuk sistem neuromuskuler yang
adanya tes-tes yang sederhana guna
olahraga
manyarankan
dijadikan
landasan
mengindividualisasikan
tersebut,
sekalipun
untuk
telapak tangan. Setelah mendarat,
latihan
segeralah mengulangi gerakan ini.
misalnya
tes
Gerakan ini dilakukan mulai dari 2
tersebut tidak berdasarkan temuan
set dengan jumlah ulangan 10 kali
penelitian yang memadai.
dan waktu istirahat antar set 1 menit.
Latihan Knee-Tuck Jump
Latihan
knee-tuck
jump
ini
merupakan bentuk latihan meloncat
ke atas ke depan dengan kedua kaki
diangkat tinggi di depan dada.
Latihan
ini
lapangan
dapat
dilakukan
berumput,
matras
di
atau
keset. Latihan ini dilakukan dalam
satu
bentuk
rangkaian
loncatan
Gambar 6 Latihan Knee-Tuch Jump
(M. Furqon H., Muchsin Doewes,
eksplosif yang cepat. Tujuan dari
latihan
ini
adalah
untuk
2002:41)
c) Kelebihan
mengembangkan dan meningkatkan
dan
kekurangan
latihan knee-tuck jump
power otot-otot tungkai. Pelaksanaan
Pelaksanaan latihan knee-tuck jump
dari latihan ini adalah sebagai berikut
ini
:
meloncat ke atas depan dengan
a) Posisi Awal
kedua kaki diangkat tinggi di depan
Ambil posisi tegak lurus dan kaki
dada,
selebar
kedua
berulang-ulang. Latihan dilakukan
telapak tangan menghadap ke bawah
dengan kedua kaki juga sehingga
setinggi dada.
beban tubuh diangkat oleh kedua
b) Pelaksanaan
kaki pula. Latihan knee-tuck jump
Mulai
bahu.
Tempatkan
dengan
quarter-squat,
merupakan
secara
memiliki
bentuk
latihan
bersama-sama
dan
kecenderungan
kemudian loncatlah ke atas dengan
pengembangan unsur teknik untuk
cepat. Gerakan lutut ke atas ke arah
membuat posisi kaki siap mendorong
dada
dan
usahakan
menyentuh
ke
arah
belakang
pada
teknik
berenang gaya dada.
depan kotak pertama. Kaki berada
sedikit di belakang bahu, tubuh
Kecenderungan
pengembangan
dalam posisi semi-squat, punggung
unsur teknik mengakibatkan kurang
lurus, pandangan ke depan dan
terkontrolnya
lengan di samping badan.
peningkatan
hasil
kemampuan melompat mahasiswa,
b) Pelaksanaan
karena penekanannya lebih kepada
Mulailah dengan loncatan ke atas
penguasaan
kurang
kotak pertama. Sesegera mungkin
memperhatikan hasil dorongan dari
mendarat ke atas kotak pertama,
gerakan tungkai.
kemudian loncat ke atas tinggi dan
teknik
sejauh mungkin, mendarat ke tanah.
Latihan Double Leg Box Bound
Latihan
double leg
Gerakan ini dilakukan mulai dari 4
box bound
merupakan bentuk latihan meloncat
set dengan jumlah ulangan 8 kali dan
waktu istirahat antar set 2 menit.
ke atas ke depan dengan mendarat di
atas kotak yang berukuran tinggi
kira-kira 12-22 inci. Penggunaan
kotak ini memberikan beban lebih
(overload)
untuk
kelompok
otot
gluteals, hamstrings, quadriceps dan
gastrocnemicus.
Otot-otot
lengan
Gambar 7 Latihan Double Leg Box
dan bahu secara tidak langsung juga
Bound
terlibat. Latihan ini memiliki aplikasi
(M. Furqon H., Muchsin Doewes,
yang luas untuk berbagai cabang
2002:30)
olahraga
yang
melibatkan
c) Kelebihan
dan
kekurangan
lompat/loncat, lari, angkat besi dan
latihan double leg box bound
renang. Pelaksanaan dari latihan ini
Ditinjau dari pelaksanaannya, latihan
adalah sebagai berikut
double leg box bound memiliki
a) Posisi Awal
kelebihan
Kotak dengan jarak antara 3-6 kaki,
mengembangkan unsur teknik yang
berdirilah kira-kira 2-3 langkah di
lebih
baik
cenderung
untuk
menguatkan
kekuatan otot tungkai yang akan
Peranan
digunakan untuk mendorong ke arah
terhadap Kecepatan Renang Gaya
belakang saat berenang gaya dada.
Dada 50 Meter
Sehingga apabila tendangan ke arah
Ditinjau dari biomekanika gerak,
belakang memiliki power yang kuat,
tungkai
akan mempengaruhi kecepatan atau
jangkauan
laju
memulai
perenang.
Terlebih
latihan
Panjang
yang
Tungkai
panjang
yang
memiliki
panjang
gerak
untuk
mendorong
ke
double leg box bound menggunakan
belakang agar laju renang lebih
kotak
cepat.
sebagai
pemberian
beban
Sehingga
tungkai
yang
lebih. Kelemahannya terletak pada
panjang dapat membantu kualitas
unsur teknik sebelum mendorong,
kecepatan renang seorang atlet.
posisi kaki kurang efisien bentuknya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
Panjang Tungkai
metode
Berkaitan dengan panjang tungkai,
penggunaan
Ismaryati (2008:100) menyatakan,
kegiatan percobaan yang diawali
”Pengukuran panjang tungkai dari
dengan
tulang belakang bawah atau dapat
diberikan perlakuan kepada subyek
juga dari trochanter sampai ke
dan diakhiri dengan suatu bentuk tes
lantai”.
guna mengetahui pengaruh perlakuan
Sedangkan
(2000:49)
menjelaskan,
Depdiknas
“Panjang
yang
eksperimen.
metode
tes
telah
Dasar
ini
awal
adalah
selanjutnya
diberikan.
Sugiyanto
tungkai adalah jarak antara SIAS
(1995: 21) menjelaskan bahwa :
(Spina Illioca Anterior Superior) dan
“Tujuan
(mata kaki) moleolus”.
Berdasarkan
adalah
penelitian
untuk
eksperimental
meneliti
ada
pengertian
tidaknya hubungan sebab akibat
panjang tungkai yang dikemukaan
serta besarnya hubungan sebab
tersebut dapat disimpulkan, panjang
akibat
tungkai merupakan proporsi tungkai
memberikan
yang diukur dari trochanter sampai
(treatment) terhadap kelompok
lantai
eksperimen
(tidak
kaki/sepatu).
memakai
alas
tersebut
dibandingkan
dengan
cara
perlakuan
yang
dengan
hasilnya
hasil
kelompok kontrol yang tidak
UNS Surakarta. Populasi dan sampel
diberikan
perlakuan
atau
dalam
diberikan
perlakuan
yang
mahasiswa
berbeda”.
Penelitian
ini
Variabel Penelitian
Tungkai
(B)
ini
adalah
Pembinaan
Prestasi
Renang JPOK FKIP UNS Surakarta
menggunakan
rancangan faktorial 2 x 2 :
Panjang
penelitian
Panjang
(b1)
Pendek
(b2)
a2b1
a1b2
a2b2
ajaran
2011/2012
yang
berjumlah 28 mahasiswa. Teknik
Latihan Pliometrik (A)
Knee
Double Leg
tuck
Box Bound
Jump
(a2)
(a1)
a1b1
tahun
pengambilan sampel yang digunakan
adalah
total
keseluruhan
sampling.
populasi
Yaitu
dijadikan
sampel penelitian, sehingga disebut
sebagai sampel populasi.
Teknik Analisis Data
1.Uji Normalitas (Metode Lilliefors)
2.Uji Homogenitas (Metode Bartlett)
Keterangan :
3.ANAVA Rancangan Faktorial 2x2
A: Variasi latihan pliometrik.
B: Panjang Tungkai
a1b1: Kelompok latihan knee-tuch
Hasil Penelitian dan Pembahasan
jump yang memiliki tungkai
Pengaruh Latihan Knee-Tuch
panjang.
Jump dan Double Leg Box Bound
a1b2: Kelompok latihan knee-tuch
terhadap Kecepatan Renang Gaya
jump yang memiliki tungkai
Dada 50 Meter
pendek.
Untuk tes kecepatan renang gaya
a2b1: Kelompok latihan double leg
dada 50 meter, hasil penelitian
box bound yang memiliki
menunjukkan
tungkai panjang.
yang signifikan antara peningkatan
adanya
perbedaan
a2b2: Kelompok latihan double leg
kecepatan renang gaya dada 50 meter
box bound yang memiliki
mahasiswa yang diberi perlakuan
tungkai pendek.
dengan latihan knee-tuck jump dan
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
latihan double leg box bound. Dari
Lapangan Tenis Kampus Ngoresan
hasil perhitungan diperoleh Fhit =
5.9841 lebih besar dari Ftabel = 4.11
terhadap Kecepatan renang Gaya
(F0 > Ft) pada taraf signifikasi 5%. Ini
Dada 50 Meter
berarti bahwa hipotesis nol (Ho)
Dari hasil analisis data yang telah
ditolak sehingga ada perbedaan yang
dilakukan menunjukkan bahwa ada
signifikan antara kedua kelompok
interaksi antara latihan pliometrik
perlakuan. Dari analisis lanjutan
dan
diketahui ternyata latihan double leg
ditunjukkan oleh F0 = 7.1676 lebih
box bound memiliki peningkatan
besar dari Ft = 4.110
yang lebih baik terhadap kecepatan
signifikasi 5% sehingga H0 ditolak,
renang gaya dada 50 meter.
jadi dapat disimpulkan bahwa antara
Pengaruh Kecepatan Renang Gaya
latihan
Dada 50 Meter antara Mahasiswa
tungkai,
yang Memiliki Tungkai Panjang
peningkatan kecepatan renang gaya
dengan Mahasiswa yang Memiliki
dada 50 meter.
Tungkai Pendek
Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit
=4.7261 lebih besar dari Ftabel = 4.11
(F0 > Ft) pada taraf signifikasi 5%.
Ini berarti hipotesis nol (H0) ditolak
sehingga
ada
pengaruh
yang
signifikan antara mahasiswa
yang
memiliki ukuran tungkai panjang dan
ukuran tungkai pendek. Dari analisis
lanjutan
diketahui
ternyata
mahasiswa yang memiliki ukuran
tungkai
panjang
mempunyai
peningkatan yang lebih baik terhadap
kecepatan renang gaya dada 50
meter.
Interaksi Pengaruh antara Latihan
Pliometrik dan Panjang Tungkai
panjang
tungkai,
pliometrik
ada
yang
pada taraf
dan
panjang
interaksi
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Andi Suhendro. (2004). Dasar-dasar
Kepelatihan.
Jakarta:
Universitas Terbuka.
Bompa, Tudor O. (1994). Theory
and Metodology of Training.
Dubuque, lowa: Kendall Hunt
Publishing Company.
Dumadi
&
Kasiyo
Dwijowinoto._____.Renang
(materi, metode, penilaian).
Depdikbud. Dirjendikti.
Dwijowinoto,
Kasiyo.
(1980).
Renang
Perkembangan
Pengajaran
Teknik
dan
Taktik. Semarang: IKIP.
FINA hand book, 2009-2013.
Peraturan
Perlombaan
Renang.
Guyton, Arthur C. (1994). Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Ed. 7.
Jakarta: EGC.
Harsono. (1998). Coaching dan
Aspek-aspek
Psikologis
dalam Coaching. Jakarta:
Departemen
Pendidikan
danm Kebudayaan. Dirjen
Dikti.
Ismaryati (2008). Tes & Pengukuran
Olahraga. Surakarta: UNS
Press.
Luttgens, K., & Hamilton, N. (1997).
Kinesiology Scientific Basic
of Human Motion. Dubuque,
lowa: A Times Mirror
Company.
M. Furqon, H. & Doewes, Muchsin.
(2002). Plaiometrik : Untuk
Meningkatkan
Power.
Surakarta: UNS Press.
M. Sajoto. (1995). Peningkatan dan
Pembinaan
Kekuatan
Kondisi
Fisik
Dalam
Olahraga. Semarang : IKIP
Semarang Press.
Moh.Nazir, Ph.D. (1985). Metode
Penelitian. Jakarta: Ghalia
Indah.
Mulyono B. (1993).
Pengukuran
Pendidikan
Tes
dan
dalam
Jasmani/Olahraga.
Surakarta: UNS Press.
Nosseck, Josef. (1982). General
Theory of Training. Lagos:
National Institute for Sport.
Sudjana.
(1992).
Metodologi
Penelitian. Jakarta: Grafindo.
Sugiyanto.
(1994).
Penelitian
pendidikan. Surakarta: UNS
Suharno HP. (1993). Metodologi
Kepelatihan.
Yogyakarta:
Yayasan STO.
Suharsimi
A.
(1996).
Penelitian.
Prosedur
Jakarta:
PT.
Rineka Cipta.
Suryatna, Ermat & Adang Suherman.
(2004). Renang Kompetitif.
Jakarta: Depdiknas
Thomas D. G, (1996). Renang
Tingkat Pemula, Alih Bahasa
Alfons P. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Yusuf
Hadisasmita
dan
Aip
Syarifuddin . (1996). Ilmu
Kepelatihan Dasar. Jakarta :
Depdikbud. Dirjendikti.
TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA DADA 50 M
INFLUENCE OF PLIOMETRIK EXERCISE AND LEGS LENGTH TO THE
50 M BREAST STROKE SWIMMING SPEED
Yulingga Nanda Hanief
Penjaskesrek UNP Kediri
yulingganandahanief@unpkediri.ac.id
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : (1) Pengaruh latihan knee-tuck
jump dan double leg box bound terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter;
(2) Pengaruh panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter
antara yang memiliki tungkai panjang dengan yang memiliki tungkai pendek; (3)
Interaksi antara latihan pliometrik dan panjang tungkai terhadap kecepatan renang
gaya dada 50 meter. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi
dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP
UNS tahun 2012 berjumlah 28 orang. Dari jumlah populasi 28 orang dilakukan
tes dan pengukuran panjang tungkai dimana hasil tes dan pengukuran panjang
tungkai diklasifikasikan menjadi dua yaitu tungkai panjang dan tungkai pendek.
Teknik pengumpulan data dengan tes dan pengukuran panjang tungkai dan tes
renang gaya dada 50 meter. Teknik analisis data yang digunakan adalah ANAVA
2 X 2 dan uji Newman Keuls. Hasil penelitian ini adalah (1) Ada pengaruh antara
latihan knee-tuck jump dan latihan double leg box bound terhadap kecepatan
renang gaya dada 50 meter. (2) Ada pengaruh panjang tungkai terhadap kecepatan
renang gaya dada 50 meter antara yang memiliki tungkai panjang dengan yang
memiliki tungkai pendek. (3) Ada interaksi antara latihan pliometrik dan panjang
tungkai tehadap kecepatan renang gaya dada 50 meter.
Kata kunci : latihan pliometrik, panjang tungkai, renang gaya dada 50 meter.
Pendahuluan
5) Koordinasi
Renang Gaya Dada
Menurut PRSI/ FINA mengenai
batasan-batasan renang gaya dada
yang dikutip oleh Dumadi dan
Kasiyo Dwijowinoto (1980 : 104)
Suatu gaya renang yang sejak
dimulainya dayungan lengan
yang pertama sesudah start dan
sesudah pembalikan badan harus
telungkup dan kedua bahu
segaris dengan air. Semua
gerakan lengan selamanya harus
serempak dan dalam bidang
horizontal yang sama, tanpa
gerakan
bergantian.
Kedua
lengan harus didorong ke depan
bersama-sama dari dada, lalu
ditarik ke belakang dibawah
permukaan air. Gerakan kedua
tungkai harus serempak dalam
bidang horizontal yang sama.
Pada waktu mendorong tungkai,
kedua tungkai harus diarahkan
keluar pada saat ke belakang.
Dalam satu gerakan keseluruhan,
sebagian kepala harus memecah
permukaan air pada saat kedua
lengan ditarik ke belakang.
gerakan
keseluruhan
Sistem Metabolisme Otot Selama
Latihan
Sistem
metabolisme
merupakan
proses
dasar
kimia
yang
memungkinkan sel melangsungkan
kehidupan.
Menurut
(1994:376)
sistem
Guyton
metabolisme
dibagi menjadi 3, yaitu 1) Sistem
Fosfagen, 2) Sistem Glikogen-asam
laktat,
3) Sistem Aerob.
Peranan
Power
Otot
Tungkai
dalam Renang Gaya Dada
Power otot tungkai dalam renang
gaya dada berperan sebagai daya
dorong yang utama dibandingkan
dengan dayungan lengan. Untuk
memperoleh kecepatan dalam renang
gaya dada diperlukan dorongan kaki
yang cepat dan kuat. Semakin besar
Teknik Dasar Renang Gaya Dada
power otot tungkai, maka akan
Dalam pelaksanaan renang gaya
semakin cepat pula dorongan yang
dada ada beberapa unsur atau bagian
akan diraih.
yang harus diperhatikan. Bagian-
Pada manusia terdapat tungkai atas
bagian tersebut antara lain :
dan tungkai bawah. Otot-otot yang
1) Posisi badan
terdapat
2) Gerakan kaki
menurut Luttgens dan Hamilton,
3) Gerakan lengan
Nancy (1997:212-234) adalah :
4) Pernapasan
pada
tungkai
1) Tungkai atas
a) Anterior
tersebut
(1) Quadriceps femoris
group
(a) Rectus femoris
(b) Vastus
intermedius
(c) Vastus lateralis
(d) Vastus medialis
b) Posterior
(2)
Hamstring
group
(a) Biceps femoris
(b) Semimembranos
us
(c) Semitendinosus
(3) Sartorius
(4) Gracilis
(5) Popliteus
(6) Gastrocnemius
2) Tungkai bawah
a) Anterior aspect of leg
(1) Tibialis anterior
(2) Extensor digitorum
longus
(3) Extensor hallucis
longus
(4) Peroneus tertius
b) Lateral aspect of leg
(1) Peroneus longus
(2) Peroneus brevis
c) Posterior aspect of leg
(1) Gastrocnemius
(2) Soleus
(3) Tibialis posterior
(4) Flexor digitorum
longus
(5) Flexor hallucis
longus
Gambar 1 Quadriceps Femoris
Group
Gambar 2 Hamstring group
Gambar 3 Lateral Aspect of Leg
Gambar 5 Flexor Digitorum Longus
dan Flexor Hallucis Longus
Latihan Pliometrik
Plyometrics berasal dari bahasa latin
“plyo” + “”metrics” yang berarti
“measurable
increases”
peningkatan
1992:1).
yang
atau
terukur
Pengertian
(Chu,
pliometrik
menurut Chu D. A. (1992:1) bahwa
pliometrik
adalah
latihan
yang
dilakukan dengan sengaja untuk
Gambar 4 Posterior Aspect of Leg
meningkatkan
kemampuan
atlet,
yang merupakan perpaduan latihan
kecepatan dan kekuatan”. Pliometrik
adalah salah satu cara terbaik untuk
mengembangkan
power
eksplosif
untuk berbagai cabang olahraga.
Prinsip Latihan Pliometrik
Pedoman
1
:
Pemanasan
dan
Pedoman 3 : Beban Lebih yang
Pendinginan (warm Up dan Warm
Progresif.
Down).
Program latihan pliometrik harus
Pliometrik membutuhkan kelenturan
diberikan beban lebih yang resistif,
dan kelincahan, maka semua latihan
temporal dan spatial. Beban lebih
harus
memaksa
diikuti
dengan
periode
otot-otot bekerja pada
pemanasan dan pendinginan yang
intensitas yang tinggi. Beban lebih
tepat dan memadai. Jogging, lari,
yang
peregangan dan kalistenik sederhana
mengontrol ketinggian turun atau
merupakan aktifitas yang sangat
jatuhnya atlet, beban yang digunakan
dianjurkan sebelum dan sesudah
dan jarak tempuh. Beban leboh yang
latihan
tidak
untuk
memperoleh
efek
latihan yang optimal.
tepat
ditentukan
tepat
keefektifan
dapat
latihan
dengan
mengganggu
atau
bahkan
menyebabkan cedera. Jadi, dengan
Pedoman 2 : Intensitas Tinggi
menggunakan
beban
Intensitas merupakan faktor penting
melampaui
dalam latihan pliometrik. Kecepatan
resistif
pelaksanaan dengan kerja maksimal
pliometrik
sangat penting untuk memperoleh
meningkatkan kekuatan tetapi tidak
efek latihan yang optimal. Kecepatan
meningkatkan
peregangan otot lebih penting dari
Beban yang dapat digunakan seperti
pada besarnya peregangan. Respons
bola
reflex yang dicapai makin besar jika
sekedar berat tubuh.
tuntutan
dari
yang
lebih
yang
gerakan-gerakan
tertentu
power
medicine,
dapat
eksplosive.
dumbbell,
atau
otot diberi beban yang cepat. Karena
latihan-latihan
harus
delakukan
Pedoman 4 : Memaksimalkan Gaya
dengan sungguh-sungguh (intensif),
dan Meminimalkan Waktu.
maka
Gaya
penting
untuk
diberikan
maupun
kecepatan
gerak
kesempatan beristirahat yang cukup
sangat penting dalam pliometrik
di antara serangkaian latihan yang
dalam berbagai hal, titik beratnya
terus menerus.
adalah kecepatan dimana suatu aksi
tertentu dapat dilakukan. Misalnya
mendapat tekanan karena latihan
dalam nomor tolak peluru, sasaran
pliometrik
utama adalah menggunakan gaya
Periode istirahat yang cukup juga
maksimum selama gerak menolak.
penting untuk pulih kembali. Periode
Makin cepat rangkaian aksi yang
yang cukup juga penting untuk
dilakukan, maka makin besar gaya
pemulihan yang semestinya untuk
yang dihasilkan dan makin jauh jarak
otot, ligamen dan tendon. Latihan
yang dicapai.
pliometrik 2 – 3 hari perminggu
untuk
pulih
kembali.
tampaknya dapat memberikan hasil
Pedoman 5 : Lakukan sejumlah
yang optimal.
Ulangan
Banyaknya ulangan atau repetisi
Pedoman 7 : Bangun Landasan yang
berkisar antara 8 sampai 10 kali
Kuat Terlebih Dahulu.
dengan semakin
sedikit ulangan
Karena landasan kekuatan penting
untuk rangkaian yang lebih berat dan
dan bermanfaat dalam pliometrik,
lebih banyak ulangan untuk latihan-
maka suatu program latihan beban
latihan yang lebih ringan. Banyaknya
harus dirancang untuk mendukung
ulangan tidak hanya ditentukan oleh
dan
intensitas latihan, tetapi juga oleh
pengembangan power eksplosive.
kondisi
atlet,
pelaksanaan
bukannya
menghambat
tiap
ulangan dan nilai hasil. Mengingat
Pedoman
8
:
Program
latihan tersebut untuk meningkatkan
Individualisasi.
reaksi syaraf, otot, keekplosifan,
Untuk
kecepatan dan kemampuan untuk
terbaik, program latihan pliometrik
membangkitkan gaya (tenaga) kea
dapat diindividualisasikan, sehingga
rah tertentu.
kita harus tahu apa yang dapat
menghasilkan
Latihan
hasil
yang
dilakukan oleh tiap-tiap atlet dan
Pedoman 6 : Istirahat yang Cukup
seberapa banyak latihan yang dapat
Periode istirahat 1 – 2 menit disela-
membawa manfaat. Banyak pemuka
sela set biasanya sudah memadai
dibidang
untuk sistem neuromuskuler yang
adanya tes-tes yang sederhana guna
olahraga
manyarankan
dijadikan
landasan
mengindividualisasikan
tersebut,
sekalipun
untuk
telapak tangan. Setelah mendarat,
latihan
segeralah mengulangi gerakan ini.
misalnya
tes
Gerakan ini dilakukan mulai dari 2
tersebut tidak berdasarkan temuan
set dengan jumlah ulangan 10 kali
penelitian yang memadai.
dan waktu istirahat antar set 1 menit.
Latihan Knee-Tuck Jump
Latihan
knee-tuck
jump
ini
merupakan bentuk latihan meloncat
ke atas ke depan dengan kedua kaki
diangkat tinggi di depan dada.
Latihan
ini
lapangan
dapat
dilakukan
berumput,
matras
di
atau
keset. Latihan ini dilakukan dalam
satu
bentuk
rangkaian
loncatan
Gambar 6 Latihan Knee-Tuch Jump
(M. Furqon H., Muchsin Doewes,
eksplosif yang cepat. Tujuan dari
latihan
ini
adalah
untuk
2002:41)
c) Kelebihan
mengembangkan dan meningkatkan
dan
kekurangan
latihan knee-tuck jump
power otot-otot tungkai. Pelaksanaan
Pelaksanaan latihan knee-tuck jump
dari latihan ini adalah sebagai berikut
ini
:
meloncat ke atas depan dengan
a) Posisi Awal
kedua kaki diangkat tinggi di depan
Ambil posisi tegak lurus dan kaki
dada,
selebar
kedua
berulang-ulang. Latihan dilakukan
telapak tangan menghadap ke bawah
dengan kedua kaki juga sehingga
setinggi dada.
beban tubuh diangkat oleh kedua
b) Pelaksanaan
kaki pula. Latihan knee-tuck jump
Mulai
bahu.
Tempatkan
dengan
quarter-squat,
merupakan
secara
memiliki
bentuk
latihan
bersama-sama
dan
kecenderungan
kemudian loncatlah ke atas dengan
pengembangan unsur teknik untuk
cepat. Gerakan lutut ke atas ke arah
membuat posisi kaki siap mendorong
dada
dan
usahakan
menyentuh
ke
arah
belakang
pada
teknik
berenang gaya dada.
depan kotak pertama. Kaki berada
sedikit di belakang bahu, tubuh
Kecenderungan
pengembangan
dalam posisi semi-squat, punggung
unsur teknik mengakibatkan kurang
lurus, pandangan ke depan dan
terkontrolnya
lengan di samping badan.
peningkatan
hasil
kemampuan melompat mahasiswa,
b) Pelaksanaan
karena penekanannya lebih kepada
Mulailah dengan loncatan ke atas
penguasaan
kurang
kotak pertama. Sesegera mungkin
memperhatikan hasil dorongan dari
mendarat ke atas kotak pertama,
gerakan tungkai.
kemudian loncat ke atas tinggi dan
teknik
sejauh mungkin, mendarat ke tanah.
Latihan Double Leg Box Bound
Latihan
double leg
Gerakan ini dilakukan mulai dari 4
box bound
merupakan bentuk latihan meloncat
set dengan jumlah ulangan 8 kali dan
waktu istirahat antar set 2 menit.
ke atas ke depan dengan mendarat di
atas kotak yang berukuran tinggi
kira-kira 12-22 inci. Penggunaan
kotak ini memberikan beban lebih
(overload)
untuk
kelompok
otot
gluteals, hamstrings, quadriceps dan
gastrocnemicus.
Otot-otot
lengan
Gambar 7 Latihan Double Leg Box
dan bahu secara tidak langsung juga
Bound
terlibat. Latihan ini memiliki aplikasi
(M. Furqon H., Muchsin Doewes,
yang luas untuk berbagai cabang
2002:30)
olahraga
yang
melibatkan
c) Kelebihan
dan
kekurangan
lompat/loncat, lari, angkat besi dan
latihan double leg box bound
renang. Pelaksanaan dari latihan ini
Ditinjau dari pelaksanaannya, latihan
adalah sebagai berikut
double leg box bound memiliki
a) Posisi Awal
kelebihan
Kotak dengan jarak antara 3-6 kaki,
mengembangkan unsur teknik yang
berdirilah kira-kira 2-3 langkah di
lebih
baik
cenderung
untuk
menguatkan
kekuatan otot tungkai yang akan
Peranan
digunakan untuk mendorong ke arah
terhadap Kecepatan Renang Gaya
belakang saat berenang gaya dada.
Dada 50 Meter
Sehingga apabila tendangan ke arah
Ditinjau dari biomekanika gerak,
belakang memiliki power yang kuat,
tungkai
akan mempengaruhi kecepatan atau
jangkauan
laju
memulai
perenang.
Terlebih
latihan
Panjang
yang
Tungkai
panjang
yang
memiliki
panjang
gerak
untuk
mendorong
ke
double leg box bound menggunakan
belakang agar laju renang lebih
kotak
cepat.
sebagai
pemberian
beban
Sehingga
tungkai
yang
lebih. Kelemahannya terletak pada
panjang dapat membantu kualitas
unsur teknik sebelum mendorong,
kecepatan renang seorang atlet.
posisi kaki kurang efisien bentuknya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
Panjang Tungkai
metode
Berkaitan dengan panjang tungkai,
penggunaan
Ismaryati (2008:100) menyatakan,
kegiatan percobaan yang diawali
”Pengukuran panjang tungkai dari
dengan
tulang belakang bawah atau dapat
diberikan perlakuan kepada subyek
juga dari trochanter sampai ke
dan diakhiri dengan suatu bentuk tes
lantai”.
guna mengetahui pengaruh perlakuan
Sedangkan
(2000:49)
menjelaskan,
Depdiknas
“Panjang
yang
eksperimen.
metode
tes
telah
Dasar
ini
awal
adalah
selanjutnya
diberikan.
Sugiyanto
tungkai adalah jarak antara SIAS
(1995: 21) menjelaskan bahwa :
(Spina Illioca Anterior Superior) dan
“Tujuan
(mata kaki) moleolus”.
Berdasarkan
adalah
penelitian
untuk
eksperimental
meneliti
ada
pengertian
tidaknya hubungan sebab akibat
panjang tungkai yang dikemukaan
serta besarnya hubungan sebab
tersebut dapat disimpulkan, panjang
akibat
tungkai merupakan proporsi tungkai
memberikan
yang diukur dari trochanter sampai
(treatment) terhadap kelompok
lantai
eksperimen
(tidak
kaki/sepatu).
memakai
alas
tersebut
dibandingkan
dengan
cara
perlakuan
yang
dengan
hasilnya
hasil
kelompok kontrol yang tidak
UNS Surakarta. Populasi dan sampel
diberikan
perlakuan
atau
dalam
diberikan
perlakuan
yang
mahasiswa
berbeda”.
Penelitian
ini
Variabel Penelitian
Tungkai
(B)
ini
adalah
Pembinaan
Prestasi
Renang JPOK FKIP UNS Surakarta
menggunakan
rancangan faktorial 2 x 2 :
Panjang
penelitian
Panjang
(b1)
Pendek
(b2)
a2b1
a1b2
a2b2
ajaran
2011/2012
yang
berjumlah 28 mahasiswa. Teknik
Latihan Pliometrik (A)
Knee
Double Leg
tuck
Box Bound
Jump
(a2)
(a1)
a1b1
tahun
pengambilan sampel yang digunakan
adalah
total
keseluruhan
sampling.
populasi
Yaitu
dijadikan
sampel penelitian, sehingga disebut
sebagai sampel populasi.
Teknik Analisis Data
1.Uji Normalitas (Metode Lilliefors)
2.Uji Homogenitas (Metode Bartlett)
Keterangan :
3.ANAVA Rancangan Faktorial 2x2
A: Variasi latihan pliometrik.
B: Panjang Tungkai
a1b1: Kelompok latihan knee-tuch
Hasil Penelitian dan Pembahasan
jump yang memiliki tungkai
Pengaruh Latihan Knee-Tuch
panjang.
Jump dan Double Leg Box Bound
a1b2: Kelompok latihan knee-tuch
terhadap Kecepatan Renang Gaya
jump yang memiliki tungkai
Dada 50 Meter
pendek.
Untuk tes kecepatan renang gaya
a2b1: Kelompok latihan double leg
dada 50 meter, hasil penelitian
box bound yang memiliki
menunjukkan
tungkai panjang.
yang signifikan antara peningkatan
adanya
perbedaan
a2b2: Kelompok latihan double leg
kecepatan renang gaya dada 50 meter
box bound yang memiliki
mahasiswa yang diberi perlakuan
tungkai pendek.
dengan latihan knee-tuck jump dan
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
latihan double leg box bound. Dari
Lapangan Tenis Kampus Ngoresan
hasil perhitungan diperoleh Fhit =
5.9841 lebih besar dari Ftabel = 4.11
terhadap Kecepatan renang Gaya
(F0 > Ft) pada taraf signifikasi 5%. Ini
Dada 50 Meter
berarti bahwa hipotesis nol (Ho)
Dari hasil analisis data yang telah
ditolak sehingga ada perbedaan yang
dilakukan menunjukkan bahwa ada
signifikan antara kedua kelompok
interaksi antara latihan pliometrik
perlakuan. Dari analisis lanjutan
dan
diketahui ternyata latihan double leg
ditunjukkan oleh F0 = 7.1676 lebih
box bound memiliki peningkatan
besar dari Ft = 4.110
yang lebih baik terhadap kecepatan
signifikasi 5% sehingga H0 ditolak,
renang gaya dada 50 meter.
jadi dapat disimpulkan bahwa antara
Pengaruh Kecepatan Renang Gaya
latihan
Dada 50 Meter antara Mahasiswa
tungkai,
yang Memiliki Tungkai Panjang
peningkatan kecepatan renang gaya
dengan Mahasiswa yang Memiliki
dada 50 meter.
Tungkai Pendek
Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit
=4.7261 lebih besar dari Ftabel = 4.11
(F0 > Ft) pada taraf signifikasi 5%.
Ini berarti hipotesis nol (H0) ditolak
sehingga
ada
pengaruh
yang
signifikan antara mahasiswa
yang
memiliki ukuran tungkai panjang dan
ukuran tungkai pendek. Dari analisis
lanjutan
diketahui
ternyata
mahasiswa yang memiliki ukuran
tungkai
panjang
mempunyai
peningkatan yang lebih baik terhadap
kecepatan renang gaya dada 50
meter.
Interaksi Pengaruh antara Latihan
Pliometrik dan Panjang Tungkai
panjang
tungkai,
pliometrik
ada
yang
pada taraf
dan
panjang
interaksi
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Andi Suhendro. (2004). Dasar-dasar
Kepelatihan.
Jakarta:
Universitas Terbuka.
Bompa, Tudor O. (1994). Theory
and Metodology of Training.
Dubuque, lowa: Kendall Hunt
Publishing Company.
Dumadi
&
Kasiyo
Dwijowinoto._____.Renang
(materi, metode, penilaian).
Depdikbud. Dirjendikti.
Dwijowinoto,
Kasiyo.
(1980).
Renang
Perkembangan
Pengajaran
Teknik
dan
Taktik. Semarang: IKIP.
FINA hand book, 2009-2013.
Peraturan
Perlombaan
Renang.
Guyton, Arthur C. (1994). Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Ed. 7.
Jakarta: EGC.
Harsono. (1998). Coaching dan
Aspek-aspek
Psikologis
dalam Coaching. Jakarta:
Departemen
Pendidikan
danm Kebudayaan. Dirjen
Dikti.
Ismaryati (2008). Tes & Pengukuran
Olahraga. Surakarta: UNS
Press.
Luttgens, K., & Hamilton, N. (1997).
Kinesiology Scientific Basic
of Human Motion. Dubuque,
lowa: A Times Mirror
Company.
M. Furqon, H. & Doewes, Muchsin.
(2002). Plaiometrik : Untuk
Meningkatkan
Power.
Surakarta: UNS Press.
M. Sajoto. (1995). Peningkatan dan
Pembinaan
Kekuatan
Kondisi
Fisik
Dalam
Olahraga. Semarang : IKIP
Semarang Press.
Moh.Nazir, Ph.D. (1985). Metode
Penelitian. Jakarta: Ghalia
Indah.
Mulyono B. (1993).
Pengukuran
Pendidikan
Tes
dan
dalam
Jasmani/Olahraga.
Surakarta: UNS Press.
Nosseck, Josef. (1982). General
Theory of Training. Lagos:
National Institute for Sport.
Sudjana.
(1992).
Metodologi
Penelitian. Jakarta: Grafindo.
Sugiyanto.
(1994).
Penelitian
pendidikan. Surakarta: UNS
Suharno HP. (1993). Metodologi
Kepelatihan.
Yogyakarta:
Yayasan STO.
Suharsimi
A.
(1996).
Penelitian.
Prosedur
Jakarta:
PT.
Rineka Cipta.
Suryatna, Ermat & Adang Suherman.
(2004). Renang Kompetitif.
Jakarta: Depdiknas
Thomas D. G, (1996). Renang
Tingkat Pemula, Alih Bahasa
Alfons P. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Yusuf
Hadisasmita
dan
Aip
Syarifuddin . (1996). Ilmu
Kepelatihan Dasar. Jakarta :
Depdikbud. Dirjendikti.