PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TAKWA TASAWUF DAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM :
TAKWA, TASAWUF DAN AKHLAK
ELIN ERLINA Dra., M.Hum

KELOMPOK 4 :
1.
2.
3.
4.
5.

Reza Maulana
Desi Lestari Rusmana
Inayah
Sabillah F
Shandika Triancitta Herlambang

KELAS : ILKOM A Semester 1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UNSWAGATI 2016


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah tasawwuf tidak dikenal dalam kalangan generasi umat Islam pertama, yaitu pada
masa (sahabat) dan kedua (tabiin). Sedangkan ilmu tasawwuf menurut Ibnu Khaldun
merupakan ilmu yang lahir kemudian setelah datangnya Islam, karena sejak masa awalnya
para sahabat dan tabiin serta genearasi berikutnya telah memilih jalan hidayah (berpegang
kepada ajaran al-Quran dan Sunnah Nabi). Dalam kehidupannya, mereka gemar beribadah,
berdzikir dan beraktifitas rohani lainya. Akan tetapi, setelah banyak orang Islam
berkecimpung dalam mengejar kemewahan hidup duniawi pada abad kedua dan sesudahnya,
maka orang-orang mengarahkan hidupnya kepada ibadah yang disebut suffiyah dan
mutasawwifin. Dari sinilah kemudian dia mengembangkan dan mengamalkan tasawuf
sehingga diadopsi pemikirannya hingga sekarang.
Akhlak dilihat dari sudut bahasa (etimologi) adalah bentuk jamak dari kata khulk, dalam
kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai maupun tabiat. Di dalam Da`iratul Ma`arif,
akhlak ialah sifat – sifat manusia yang terdidik. Selain itu, pengertian akhlak adalah sifat –
sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.
Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, yang disebut akhlak yang mulia, sedangkan
akhlak yang buruk disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.

TAWAKAL (tawakul) dalam bahasa arab berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam
agama islam, tawakal berarti berserah diri kepada allah dalam menghadapi suatu pekerjaan,
atau menanti akibat dari suatu keadaan. Tawakal adalah kesungguhan hati dalam bersandar
kepada Allah SWT untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah bahaya, baik
menyangkut urusan dunia maupun akhirat
Pokok pembahasan akhlak tertuju pada tingkah laku manusia untuk menetapkan nilainya,
baik atau buruk dan daerah pembahasan akhlak meliputi seluruh aspek kehidupan manusia,
baik sebagai individu maupun masyarakat. Dalam perspektif perbuatan manusia. Tindakan
atau perbuatan dikategorikan menjadi dua, yaitu perbuatan yang lahir dengan kehendak dan
disengaja (akhlaki) dan perbuatan yang lahir tanpa kehendak dan tak disengaja. Nah disinilah
ada titik potong antara tasawwuf dengan akhlak dan juga tawakal yang akan dibahas pada
makalah ini.

1.2 Tujuan Penulisan
1. Agar pembaca dapat mengetahui pengertian dari tasaawuf, tawakal dan akhlak
2. Agar pembaca memahami semua inti atau hubungan dari tasawuf, tawakal dan akhlak

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TAKWA

A. MAKNA TAKWA SECARA ETIMOLOGIS.
Secara etimologis, Takwa berasal dari kata waqa-yaqi, infinitif ( mashdar ) –nya
adalah wiqayah yang berarti memelihara, menjaga, melindungi, hati-hati, menjauhi sesuatu,
dan takut azab. Takwa dapat juga berarti al-khasyyah dan al-khauf yang berarti takut kepada
azab Allah. “ Taqwa al-Lah “ adalah takut kepada azab Allah, yang menimbulkan sesuatu
konsekuensi untuk melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Sedangkan insan yang bertakwa dapat diidentifikasi sebagai insan yang tetap taat kepada
Allah dan berusaha meninggalkan kemaksiatan.
Hakikat takwa adalah menjadi manusia memelihara dirinya dari yang ditakuti.
Adapun yang ditakuti di sini adalah azab, siksa, sanksi, dan hukuman dunia akhirat. Seorang
pakar bahasa arab Ibnu Faris ( w. 395 H. ), berpendapat bahwa takwa yang terdiri dari hurufhuruf waw, qaf, dan ya, mengandung makna : “ menolak sesuatu dari sesuatu dengan sesuatu
yang lain “, dan al-wiqayah berarti “ memelihara sesuatu “, sedangkan ittaqillah bermakna ”
jadikanlah Allah sebagai pemelihara kamu “. Pernyataan tersebut didasarkan atas hadist Nabi
Muhammad yang berarti : “ Dari ‘Adi bin Hatim, sesungguhnya Nabi Muhammad bersabda :
takutlah kamu kepada neraka sekalipun dengan separuh korma “. ( H.R. al-Bukhari ).
Artinya dikiaskan dengan “ menjadikan Allah sebagai pemelihara dari azan-Nya “.
Menurut Al-Baghdadi, takwa secara etimologis, berasal dari kata al-wiqayah, yaitu
ditemukan dalam firman Allah dalam surah An-Nisa / 1 yang berarti : Kata ittaqu rabbakum
berarti : “ Hati-hatilah, takutlah dan sangat peliharalah dari azab Tuhanmu “. Dalam
Ensiklopedia Islam Indonesia, takwa diartikan dengan waspada, menjaga diri, dan takut.

Pendapat-pendapat para pakar memunculkan pemahaman bahwa takwa mengandung
beberapa pengertian, yaitu : memelihara, menjaga, melindungi dan menjauhi sesuatu dari
segala yang menyakiti dan yang memberi mudarat didunia dan di akhirat, hati-hati, waspada,
takut terhadap azab Allah, menghalangi, mencegah, iamn, tauhid, tobat, taat ( patuh )
meninggalkan kemaksiatan, ikhlas, beribadah dan memebersihkan hati dari dosa, dan inilah
hakikat pengertian yang sebenarnya dari takwa.

B. MAKNA TAKWA SECARA TERMINOLOGIS.
Takwa secara terminologis memiliki peristilahan yang beragam, hal ini terbukti dari
banyaknya sumbangan ( kontribusi ) para ulama untuk menelusuri pengertian terminologis
takwa. Firman Allah dalam surah Al-A’raf /7 : 35 yang artinya : “ maka barang siapa yang
bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka tidak ( pula )

mereka bersedih hati “. Dikemukakan oleh Muhammad Ismail takwa adalah takut kepada
azab Allah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Bertolak dari pengertian terminologis takwa yang diberikan para ulama yang mengacu
kepada sikap mental yang positif terhadap Allah, berupa waspada dan mawas diri sedemikian
rupa sehingga dapat melaksanakan segenap perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Kamus
Besar Bahasa Indonesia mengemukakan beberapa komponen yang terkandung dalam
peristilahan takwa :

1. Terpeliharanya sifat diri untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah dan
meninggalkan segala larangan-Nya.
2. Keinsafan yang didikuti kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya.
3. Keshalehan hidup.
Dari keterangan-keterangan tersebut diatas dapat dipahami bahwa takwa itu merupakan
suatu kesadaran lahir dan batin yang mendatangkan suatu konsekuensin untuk taat
melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh
leikhlasan, sesuai dengan kemampuan manusia.

C. MAKNA TAKWA MENURUT AL-QUR’AN.
Dari paparan diatas dapat dipahami bahwa kata takwa dalam al-qur’an mempunyai
beberapa makna, antara lain : takut azab Allah, iman, tauhid, taubat, taat, meninggalkan
kemaksiatan, ikhlas, beribadah, dan membersihakan hati dari dosa, dan inilah hakikat takwa.
Terlihat sebuah indikasi yang menunjukkan bahwa takwa lebih luas, lebih tinggi, dan lebih
dalam maknanya dari iman, dan secara terbuka hal ini telah digariskan oleh Rasulullah dalam
sabdanya yang berarti : “ orang yang bertakwa itu mengendalikan diri, dan orang yang
bertakwa itu ditinggikan serajatnya atas orang yang beriman ( mikmin ) dan orang yang taat
“. Pernyataan bahwa orang yang bertakwa lebih mulia dan tinggi serajatnya dari orang yang
beriman juga telah disinggung dalam QS. Al-Hujarat/49:13 yang artinya : “ … sesungguhnya

orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa
diantara kamu … “.
Dari penegasan ayat diatas jelas terlihat bahwa manusia yang terhormat, termulia,
sertatinggi kualitas dan derajatnya adalah manusia yang paling bertakwa, dengan demikian
jelaslah bahwa derajat takwa lebih tinggi dari iman. Takwa merupakan puncak kebajikan
yang paling mulia dan bermanfaat bagi umat manusi didunia dan akhirat.

D. HIKMAH PERINTAH BERTAKWA.
Setiap perintah Allah mempunyai hikmah, begitu juga perintah bertakwa. Didalam alqur’an Allah telah menyinggung tiga hikmah ataupun keuntungan bagi orang yang bertakwa,
yaitu :
-

MEMPEROLEH RAHMAT DI DUNIA DAN DI AKHIRAT.

Rahmat itu berasal dari Allah, maka ia diartikan sebagai kebaikan dari Allah. Kata rahmat
berasal dari akar kata rahima-yarhamu yang menurut pengertian bahasa berarti, antara lain :
kasih sayang, belaian kasih, kerahiman, karunia ( Allah ), berkah ( Allah ). Tentang rahmat
dan firman-Nya QS. Al-An’am/6: 155, Allah menegaskan yang artinya : “ dan al-qur’an itu
adalah kitab yang kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar
kamu diberi rahmat “. Ayat diatas merupakan tujuan dari perintah bertakwa yaitu mendapat

rahmat Allah, atau dapat dikatakan bahwa ketakwaan kepada Allah akan mendatangkan
rahmat-Nya sebagai balasan dari takwa.
Dalam al-qur’an tercatat beberapa ayat yang memperingatkan manusia untuk senantiasa
bertakwa kepada Allah, diantaranya : ayat 96 surah Al-A’raf, ayat 45 surah Yasin, dan ayat
10 surah Al-Hujurat. Terlihat bahwa rahmat Allah didunia yang fana ini berlaku secara
umum, yang dianugerahkan kepada seluruh makhluk-Nya, akan tetapi rahmat-Nya hanya
diperuntukkan dan diberikan kepada orang mukmin dan muttaqin saja.
-

MERAIH KEUNTUNGAN DI DUNIA DAN DI AKHIRAT.

Kata Al-falah bermakna “ keuntunga, keadaan baik, dan keselamatan “, tetapi dalam
bahasa Indonesia biasanya diartikan dengan keuntungan ataupun kemenangan. Keuntungan
itu ada dua macam, yaitu keuntungan duniawi dan ukhrawi. Keuntungan duniawi merupakan
keuntungan yang diraih didunia berupa kebahagiaan, panjang umur, kaya dan mulia.
Sedangkan keuntungan ukhrawi atau akhirat merupakan keuntungan kekal abadi, kaya, mulia
dan berilmu. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah/2:5 yang artinya : “ mereka
( orang-orang yang bertakwa ) itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang-orang yang beruntung “.
Manusia yang bertakwa adalah insan yang paling mulia disisi Allah, dan mereka itulah

yang termasuk golongan ( hamba ) Allah yangmendapat keuntungan, sebagaimana firman
Allah dalam QS. Al-Mujadalah/58:22 yang artinya : “ … mereka itulah golongan Allah.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung “. Pada
teks ayat diatas, muttaqi merupakan konsep manusia berkualitas tinggi yang sempurna dalam
islam.
-

MENSYUKURI NIKMAT ALLAH.

Syukur sendiri diartikan dengan memuji Allah atas penciptaan-Nya yang baik. Terkesan
bahwa syur merupakan kewajiban hamba terhadap khaliknya semata. Akan tetapi,
sebenarnya Allah juga bersyukur terhadap hambanya. Syuukur Allah terhadap hamba-Nya
diaplikasikan dalam pemberian pahala terhadap amal hamba-hamba-Nya yang berbuat
kebajikan dengan ganjaran yang sempurna.
Al-Asfahani mengartikannya dengan menggunakan dan menyatakan nikmat Allah. AlAshafani membagi syukur dalam tiga tingkat :
1. Syukur hati, yaitu mengekspresikan nikmat Allah.
2. Sukur lisan, yaitu ungkapan puja-puji kepada Allah yang memberi nikmat.
3. Syukur semua anggota badan, yaitu membalas nikmat Allah sesuai dengan hak-Nya.
Secara etimologi menurut Al-Jurjani, syukur adalah penghormatan kepada Allah atas
nikmat yang ia limpahkan, yang diekspresi dengan baik dalam lisan, hati, dan anggota badan.

Sedangkan pengertian terminologis syukur adalah mempergunakan segala nikmat yang

dianugerahkan Allah seperti pendengaran dan penglihatan sesuai dengan tujuan Allah
menciptakannya. Firman Allah dalam QS. Luqman, 31:12 yang artinya : “ … bersyukurlah
kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur ( kepada Allah ), maka sesungguhnya ia
bersyukur untuk dirinya sendiri “.
Bahwa perintah Allah kepada manusia untuk bertakwa pada hakikatnya untuk kebaikan
manusia sendiri. Ketakwaan akan memunculkan rasa syukur dan rasa syukur terhadap nikmat
Allah akan membawa bertambahnya nikmat yang dilimpahkan oleh Allah. Pernyataan ini
telah ditegaskan Allah dalam firman-Nya QS. An-Nahl/16:114 yang berarti : “ … dan
syukurilah nikmat Allah, jika hanya kepada-Nya kamu menyembah “.

2.2 TASAWUF
1. Pengertian Tasawuf
Dari segi bahasa tasawuf berarti sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri,
beribadah, hidup sederhana, rela berkorbann untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana.
Sikap yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat bergantung
pada sudut pandang yang digunakan masing-masing.
Selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan tasawuf,

yaitu :

a. Sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas
Didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan
dunia, dan hanya memusatkan perhatian kepada Alloh SWT.

b. Manusia sebagai makhluk yang harus berjuang
Diartikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama
dalam rangka mendekatkan diri kepada Alloh SWT

c. Dan manusia sebagai makhlauk yang ber-Tuhan
Diartikan sebagai kesadaran fitrah (ke-Tuhanan) yang dapat megarahkan jiwa agar tertuju
kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan

Jika tiga definisi tasawuf tersebut di atas satu dan lainnya dihubungkan, maka segera
tampak bahwa, Tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan
yang dapat membebaskan diri dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak
yang mulia dan dekat dengan Alloh SWT. Dengan kata lain tasawuf adalah bidang kegiatan
yang berhubungan dengan mental rohaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.


2. Pandangan Umat Islam Terhadap Tasawuf
Ada yang bependapat bahwa tasawuf berasal dari kata shaf pertama dalam shalat.
Sebagaimana halnya orang yang shalat di shaf pertama akan mendapat kemuliaan dan pahala,
maka demikian juga kaum sufi dimuliakan Allah dan diberi pahala. Dan ada yang
berpendapat bahwa tasawuf berasal dari kata al-Shafa’ yang berarti suci. Seorang sufi adalah
orang yang mensucikan dirinya melalui latihan - latihan yang lama.
Sophos kata Yunani yang berarti hikmah merupakan asal kata tasawuf. Di dalam
transliterisasi huruf s yang terdapat di dalam kata sophos ke dalam Bahasa Arab menjadi (sin)
dan bukan (shod), sebagaimana halnya kata falsafat dari kata philosophia. Dengan demikian
kata sufi ditulis dengan (sufi) dan bukan (shufi). Selain itu ada yang menisbahkannya kepada
kata shuf yang berarti wol kasar. Kain yang terbuat dari wol kasar merupakan symbol
kesederhanaan dan kemiskinan. walaupun hidup penuh kesederhanaan dan miskin, mereka
berhati suci, tekun beribadah.

Berikut beberapa definisi Tasawuf menurut para ahli / sufi :
1. Tasawuf menurut Muhammad bin Ali bin Husain bin Abi Thalib : Kebaikan budi
pekerti. Maka apabila bertambah baik kelakuannya, maka bertambah pula tasawufnya
2. Tasawuf menurut Hasan Nuri : Tasawuf itu tidak terdiri atas praktik-praktik dan
ilmu-ilmu tertentu melainkan ia (tasawuf) itu merupakan etika
3. Tasawuf menurut Ali Karmini : Tasawuf itu merupakan moral/etika yang baik.
4. Tasawuf menurut Al- Junaidi : Suatu sifat yang di dalamnya terletak dikehidupan
manusia
Tasawuf juga berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Dapat di lihat ayat-ayat dan hadisthadist yang menggambarkan dekatnya manusia dengan tuhan, di antaranya adalah :
1. Terdapat dalam surat Al-Baqarah (2) kalimat pertama ayat 186, yang terjemahannya
kurang lebih berbunyi sebagai berikut : “(jawablah Muhammad) bahwa aku adalah
dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang bermohon kepadaKu”
2. Dalam ayat 115 surat yang sama, Allah berfirman : “Dan kepunyaan Allah lah timur
dan barat, maka kemanapun kamu menghadap, di situlah wajah Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
3. Dalam surat Qaf ayat 16, Allah menyatakan : “Dan sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia dan mengetahui apa yang di bisikkan oleh hatinya, dan kami
lebih dekat kepadanya dari urat lehernya.”

3. Istilah – Istilah Dalam Tasawuf
1. Waktu
2. Al – Maqam
3. Al – Hal
4. Al – Qabdhu dan Al – Basthu
5. Al – Haibah dan Al – Unsu
6. At – Tawajud, Al – Wajd dan Al – Wujud
7. Al – Jam’u dan Al – Farqu
8. Fana’ dan Baqa’
9. Ghaibah dan Hudhur
10. Shahwu dan Sakr
11. Dazauq dan Syarab
12. Mahw dan Itsbat
13. Sitr dan Tajalli
14. Muhadharah, Mukasyafah dan Musyahadah
15. Lawaih, Thawali’, dan Lawami’
16. Bawadih dan Hujum
17. Al – Qurb dan Al – Bu’d
18. Syaria’t dan Hakikat
19. Nafas
20. Al – Khawatir
21. Ilmul Yaqin, ‘Ainun Yaqin, dan Haqqul Yaqin
22. Warid
23. Nafsu
24. Ruh
25. Sirri

4. Kesimpulan dari Tasawuf
Ajaran tasawuf yang benar adalah yang tidak mengabaikan akhlak terhadap sesama
manusia. Jadi, bukan hanya hubungan vertikal dengan Tuhan saja yang harus di bina, namun
perlu juga hubungan dengan sesama manusia (hablumminannaas) dengan akhlak yang
terpuji. Dalam Islam, bahwa walaupun tujuan hidup harus diarahkan ke alam akhirat, namun
setiap muslim diwajibkan untuk tidak melupakan urusan dunianya. Setiap muslim wajib kerja
keras untuk menikmati rezeki Tuhan yang telah dihalalkan untuk umat-Nya, asal diperoleh
melalui jalan yang halal. Yakni berlomba dengan cara yang jujur dalam kebaikan (fastabiqul
khairat). Akan tetapi mengutamakan kehidupan dunia dan berpandangan materialis-sekuler
sangatlah dicela dan diharamkan dalam Islam.
Tujuan tertinggi dari seorang sufi adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah atau
kalau bisa menunggal dengan Allah. Untuk mencapai tujuan tersebut seorang sufi harus
melalui cara tersendiri atau tingkatan-tingkatan yang dikenal dengan istilah maqâm. Di
samping istilah maqâm kaum sufi juga menganal istilah ahwâl yaitu keadaan seseorang yang
merupakan anugrah Allah. Kedua-duanya tidak dapat dipisahkan.

2.3 AKHLAK
1. Pengertian akhlak
Diterjemah dari kitab Is’af thalibi Ridhol Khllaq bibayani Makarimil Akhlaq.Akhlak
adalah sifat-sifat dan perangai yang diumpamakan pada manusia sebagai gambaran batin
yang bersifat maknawi dan rohani.Dimana dengan gambaran itulah manusia dibangkitkan
disaat hakikat segala sesuatu tampak dihari kiamat nanti.
Akhlak adalah kata jamak dari khuluk yang kalau dihubungkan dengan manusia,kata
khuluk lawan kata dari kholq.
Perilaku dan tabiat manusia baik yang terpuji maupun yang tercela disebut dengan
akhlak.Akhlak merupakan etika perilaku manusia terhadap manusia lain,perilaku manusia
dengan Allah SWT maupun perilaku manusia terhadap lingkungan hidup.
Segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari
disebut akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah.Acuhannya adalah Al-Qur’an dan Hadist
serta berlaku universal.
2. Macam-macam akhlak terpuji
Akhlakul karimah(sifat-sifat terpuji) ini banyak macamnya,diantaranya adalah
husnuzzan,gigih,berinisiatif,rela
berkorban,tata
karma
terhadap
makhluk
Allah,adil,ridho,amal shaleh,sabar,tawakal,qona’ah,bijaksana,percaya diri,dan masih banyak
lagi.
Husnuzzan adalah berprasangka baik atau disebut juga positive thinking.Lawan dari kata
ini adalah su’uzzan yang artinya berprasangka buruk ataup negative thinking.
Gigih atau kerja keras serta optimis termasuk diantara akhlak mulia yakni percaya akan
hasil positif dalam segala usaha.
Berinisiatif adalah perilaku yang terpuji karena sifat tersebut berarti mampu
berprakarsa melakukan kegiatan yang positif serta menhindarkan sikap terburu-buru
bertindak kedalam situasi sulit,bertindak dengan kesadaran sendiri tanpa menunggu
perintah,dan selalu menggunakan nalar ketika bertindak di dalam berbagai situasi guna
kepentingan masyarakat.
Rela berkorban artinya rela mengorbankan apa yang kita miliki demi sesuatu atau
demi seseorang.Semua ini apabila dengan maksud atau dilandasi niat dan tujuan yang baik.
Tata karma terhadap sesama makhluk Allah SWT ini sangat dianjurkan kepada
makhluk Allah karena ini adalah salah satu anjuran Allah kepada kaumnya.
Adil dalam bahasa arab dikelompokkan menjadi dua yaitu kata al-‘adl dan
al-‘idl.Al-‘adl adalah keadilan yang ukurannya didasarkan kalbu atau rasio,sedangkan al-‘idl
adalah keadilan yang dapat diukur secara fisik dan dapat dirasakan oleh pancaindera seperti
hitungan atau timbangan.

Ridho adalah suka,rela,dan senang.Konsep ridho kepada Allah mengajarkan manusia
untuk menerima secara suka rela terhadap sesuatu yang terjadi pada diri kita.
Amal Shaleh adalah perbuatan lahir maupun batin yang berakibat pada hal positif atau
bermanfaat.
Sabar adalah tahan terdapat setiap penderitaan atau yang tidak disenangi dengan sikap
ridho dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.
Tawakal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau
menunggu hasil dari suatu pekerjaan.
Qona’ah adalah merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan menjauhkan diri dari
sifat ketidakpuasan atau kekurangan..
Bijaksana adalah suatu sikap dan perbuatan seseorang yang dilakukan dengan cara
hati-hati dan penuh kearifan terhadap suatu permasalahan yang terjadi,baik itu terjadi pada
dirinya sendiri ataupun pada orang lain.
Percaya diri adalah keadaan yang memastikan akan kemampuan seseorang dalam
melakukan suatu pekerjaan karena ia merasa memiliki kelebihan baik itu kelebihan postur
tubuh,keturunan,status social,pekerjaan ataupun pendidikan.
Macam – Macam Akhlak :
1). Akhlak kepada Pencipta
Salah satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak kepada Pencipta adalah
Taubat.Taubat secara bahasa berarti kembali pada kebenaran. Secara istilah adalah
meninggalkan sifat dan kelakuan yang tidak baik,salah atau dosa dengan penuh penyesalan
dan berniat serta berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang serupa. Dengan kata
lain,taubat mengandung arti kembali kepada sikap,perbuatan atau pendirian yang baik dan
benar serta menyesali perbuatan dosa yang sudah terlanjur dikerjakan.
# Menurut Ibnu Katsir
Taubat adalah Tobat adalah menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan menyesali atas dosa
yang pernah dilakukan pada masa lalu serta yakin tidak akan melakukan kesalahan yang
sama pada masa mendatang.
# Menurut A.Jurjani
Tobat adalah kembali pada Allah dengan melepaskan segala keterikatan hati dari perbuatan
dosa dan melaksanakan segala kewajiban kepada Tuhan.
# Menurut Hamka
Tobat adalah kembali ke jalan yang benar setelah menempuh jalan yang sangat sesat dan
tidak tentu ujungnya.
2). Akhlak terhadap Sesama
Setelah mencermati kondisi realitas social tentunya tidak terlepas berbicara masalah
kehidupan.Masalah dan tujuan hidup adalah mempertahankan hidup untuk kehidupan
selanjutnya dan jalan mempertahankan hidup hanya dengan mengatasi masalah
hidup.Kehidupan sendiri tidak pernah membatasi hak ataupun kemerdekaan seseorang untuk
bebas berekspresi,berkarya.Kehidupan adalah saling berketergantungan antara sesama

makhluk dan dalam kehidupan pula kita tidak terlepas dari aturan-aturan hidup baik
bersumber dari norma kesepakatan ataupun norma-norma agama,karena dengan norma hidup
kita akan jauh lebih mewmahami apa itu akhlak dalam hal ini adalah akhlak antara sesama
manusia dan makhluk lainnya.

Dalam aklak terhadap sesama dibedakan mnjadi dua macam

:

1) Akhlak kepada sesama muslim.
Sebagai umat pengikut Rasullulah tentunya jejak langkah beliau merupakan guru
besar umat Islam yang harus diketahui dan patut ditiru,karena kata rasululah yang di nukilkan
dalam sebuah hadist yang artinya “sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia”.Yang dimaksud akhlak yang mulia adalah akhlak yang terbentuk dari hati
manusia yang mempunyai nilai ibadah setelah menerima rangsangan dari keadaan
social.Karena kondisi realitas social yang membentuk hadirnya karakter seseorang untuk
menggapai sebuah keadaan.Contohnya:ketika kita ingin di hargai oleh orang lain,maka
kewajiban kita juga harus menghargai orang lain,menghormati orang yang lebih
tua,menyayangi yang lebih muda,menyantuni yang fakir karena hal itu merupakan cirri-ciri
akhlak yang baik dan terpuji.Contoh lain yang merupakan akhlak terpuji antar sesame
muslim adalah menjaga lisan dalam perkataan agar tidak membuat orang lain disekitar kita
tersinggung bahkan lebih menyakitkan lagi ketika kita berbicara hanya dengan melalui
bisikan halus ditalinga teman dihadapan teman-teman yang lain,karena itu merupakan etika
yang tidak sopan bahkan diharamkan dalam islam.
2) Akhlak kepada sesama non muslim
Akhlak antara sesama non muslim,inipun diajarkan dalam agama karena siapapun
mereka,mereka adalah makhluk Tuhan yang punya prinsip hidup dengan nilai-nilai
kemanusiaan.Namun sayangnya terkadang kita salah menafsirkan bahkan memvonis siapa
serta keberadaan mereka ini adalah kesalahan yang harus dirubah mumpung ada waktu untuk
perubahan diri.Karena hal ini tidak terlepas dari etika social sebagai makhluk yang hidup
social.Berbicara masalah keyakinan adalah persoalan nurani yang mempunyai asasi
kemerdekaan yang tidak bias dicampur adukkan hak asasi kita dengan hak merdeka orang
lain,apalagi masalah keyakinan yang terpenting adalah kita lebih jauh memaknai kehidupan
social karena dalam kehidupan ada namanya etika social.Berbicara masalah etika social
adalah tidak terlepas dari karakter kita dalam pergaulan hidup,berkarya hidup dan lainlain.Contohnya bagaimana kita menghargai apa yang menjadi keyakinan mereka,ketika
upacara keagamaan sedang berlangsung ,mereka hidup dalam minoritas sekalipun.Memberi
bantuan bila mereka terkena musibah atau lagi membutuhkan karena hal ini akhlak yang baik
dalam kehidupan non muslim.
3) Kesimpulan Akhlak Kepada Sesama
Setelah menelaah dan memahami akhlak kepada sesama sebagai kesimpulannya
adalah sesungguhnya dalam kehidupan,kita tidak terlepas dari apa yang sudak ada dalam diri
kita sebagai manusia termasuk salah satunya adalah akhlak.Karena akhlak adalah salah satu
predikat tang disandang oleh manusia akhlak akan berjalan setelah manusia itu sendiri berada
dalam alam social.Baik dan buruknya akhlak kepada sesama tergantung dari orang menjalani
hidup,apakah membentuk karakternya dengan akal atau dengan hati karena keduanya adalah
sumber.Jadi kesimpulan akhlak antar sesama yaitu sangat dianjurkan selama apa yang
dilakukan punya nilai ibadah .

Dengan demikian orang yang berakal dan beriman wajib untuk mengerahkan segala
kemampuannya untuk meluruskan akhlaknya dan berperilaku dengan perilaku yang dicintai
Allah SWT.Serta melaksanakan maksud dan tujuan dari terutusnya baginda Rasullulah SAW
yang bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan Akhlak”
Dari penjelasan ini menunjukkan bahwa: kesempurnaan akhlak yang hanya untuk itu
Rasullulah diutus,merupakan ukuran baik dan tidaknya seseorang baik di dunia ini atau di
akhirat nanti.Oleh karena itu wajib bagi setiap kaum muslimin agar budi pekertinya.Baik
kepada dirinya,keluarga,dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.

Berikut Beberapa penjelan lebih lanjut tentang tata karma terhadap sesama makhluk Allah
SWT :
1). ADIL
Pengertian adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya.Adil juga berarti tidak
berat sebelah,tidak memihak.Dengan demikian berbuat adil adalah memerlukan hak dan
kewajiban secara seimbang tidak memihak dan tidak merugikan pihak manapun.Sebagai
contoh seseorang yang adil akan melaksanakan tugas sesuai fungsi dan
kedudukannya,menghukum orang yang bersalah melakukan tindak pidana,membarikan hak
orang lain sesuai dengan haknya tanpa mengurngi sedikitpun.
Firman Allah di dalam Al-Qur’an yang mamarintahkan berbuat adil antara lain:
Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 8
‫ُُوا ا‬
ْ ُ‫وا ه َُو أَ ْق َربُ لِلتّ ْق َوى َواتّق‬
ْ ُ‫وا ا ْع ِدل‬
ْ ُ‫ْط َولَ يَجْ ِر َمنّ ُك ْم َشنَآنُ قَوْ ٍم َعلَى أَلّ تَ ْع ِدل‬
ْ ُ‫وا ُكون‬
ْ ُ‫يَا أَيههَا الّ ِذينَ آ َمن‬
ِ ‫وا قَوّا ِمينَ ِ الِ ُشهَدَاء بِ ْالقِس‬
َ‫ا‬
‫إِ ّن ا‬
َ‫اَ خَ بِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena
adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Berlaku adil harus diterapkan kapada siapa saja tanpa membedakan suku,agama atau
status sosial.Bahkab perlaku adil diterapkan kepada keluarga dan kerabat
sendiri.Sebagaimana firman Allah berikut ini
Al-Qur’an surat An-nisa Ayat 135
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum
kerabatmu. Jika ia[361] kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika
kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.

Dalam ayat tersebut Allah SWT memerintahkan kepada hambanya yang beriman
supaya menjadi orang yang benar-benar menegakkan keadilan ditengah masyarakat.Berani
menjadi saksi akrena Allah,walaupun yang menjadi tergugat dan terdakwa adalah diri
sendiri,orang tua dan kerabat.
Oleh karena itu hukum harus diterapkan secara adil kepada semua masyarakat,karena
sekali ada pihak yang merasa dizalimi dengan cara diperlakukan secara tidak adil,maka akan
menimbulkan gejolak.Firman Allah lain tentang dali terdapat dalam surat An Nahl ayat 90
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku ADIL dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu daoat mengambil pelajaran.

2). RIDHO
Ridho menurut bahasa artinya rela,sedangkan menurut istilah ridha artinya menerima
dengan senang hati segala sesuatu yang diberikan Allah SWT.Yakni berupa ketentuan yang
telah ditetapkan baik berupa nikmat maupun saat terkena musibah.Orang yang mempunyai
sifat tidak mudah bimbang,tidak mudah menyesal ataupan menggerutu atas kehidupan yang
diberikan olaeh Allah,tidak iri hati atas kelebihan orang lain,sebab dia berkeyakinan bahwa
semua berasal dari Allah SWT,manusia hanya berusaha.Ridho bukan ebrarti menyerah tanpa
usaha namanya putus asa.Dan sikap putus asa tidak dibenarkan dalam agama islam.
Firman Allah dalam Al-qur’an surat A-baqarah ayat 153
Artinya:
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu
Bagaimanakah caranya agar seseorang bisa memunculkan rasa ridho ketika menerima
kenyataan pahit yang tidak dikehendaki?Caranya yang paling jitu adalah dengan menyadari
bahwa Allah SWT maha adil dan bijaksana dalam setiap ketetapan dan
keputusannya.hendaklah seseorang yakin bahwa Allah tidak pernah salah dalam memutuskan
suatu hal.
Sebenarnya sikap ridho adalah perasan hati yang senantiasa merasa bahagia ketika
menerima takdir baik apapun.Melalui sikap ridho seseorang akan mudah bersabar
menghadapi berbagai macam cobaan.
Ridho mencerminkan puncak ketenangan jiwa seseorang.Orang yangtelah menempati
tingkatan ridho tidak akan mudah tergoncang apapun yang dihadapinya.Baginya apapun yang
terjadi dialam ini merupakan kodrat atau kekuasaan dan irodat kehendak Allah.Segalanya
harus diterima dengan rasa tenang danikhlas karena hal tersebut adalah pilihan Allah SWT
yang berarti pilihan terbaik.

3). AMAL SHALIH
Amal berasal dari bahasa arab yang terbantuk masdar yaitu ya’mal yang artinya
segala pekerjaan atau perbuatan.Sedangkan shalih artimya bagus.Amal shalih berarti segala
perbuatan/pekerjaan yang bagus yang berguna bagi pribadi,keluarga,masyarakat dan manusia
secara keseluruhan.Kebalikan dari amal shalih adalah amalan sayyi’an atau amal jelek yaitu
perbuatan yang mendatangkan madhorot,baik bagi pelaku maupun orang lain.

Secara garis besar amal shalih dapat dibagi dua macam:
1. Amal shalih yang bersifat vertikal,dalam hal ini diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual
kepada Allah SWT
2. Amal shalih ag bersifat horisontal yakni segala bentuk aktivitas
kemasyarakatan,bentuk politik yang diniati untuk bekal kehidupan alam akhirat.

sosial

Islam merupakan agama yang sama sekali tidak membadakan nilai ibadah yang
terkandung dalam amal shalih yang barsifat vertikal maupum horisontal.Karena islam
menghendaki umatnya menjadi penganut agama yang memiliki kedua keshalihan tersebut
yaitu keshalihan individual setelah menunaikan amal shalih vertikal dan sekaligus manjadi
anggota masyarakat yang memiliki keshalihan sosial setelah melakukan amal shalih
horisontal.
Perintah Allah agar kita mangerjakan amal shalih terdapat dalam Ai-Qur’an anara lain:
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 82
Artinya:
Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal
di dalamnya.

2.4 Hubungan Takwa, Tasawuf dan Akhlak
Jadi akhlak dan takwa merupakan bagian dari tasawwuf akhlaqi, yang merupakan
salah satu ajaran dari tasawwuf, dan yang terpenting dari ajaran tasawwuf akhlaki adalah
mengisi kalbu (hati) dengan sifat khauf yaitu merasa khawatir terhadap siksaan Allah.
Kemudian, dilihat dari amalan serta jenis ilmu yang dipelajari dalam tasawwuf amali, ada dua
macam hal yang disebut ilmu lahir dan ilmu batin yang terdiri dari empat kelompok, yaitu
syariat, tharikat, hakikat, dan ma`rifat.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tasawuf adalah melakukan pengabdian kepada Allah dengan cara mensucikan diri,
meningkatkan ahlaq dan ketaqwaan kepada Allah SWT, membangun kehidupan jasmani dan
rahani untuk mencapai kebahagiaan abadi atau hakiki. Maqamat tasawuf terdiri dari tobat,
wara’, zuhud, fakir, sabar, tawakal, ridho.
Akhlak adalah perbuatan yang tertanam didalam jiwa seseorang secara kuat sehingga
menjadi kepribadian, dilakukan secara sepontan tanpa paksaan atau tekanan dari luar diri
seseorang, dan dilakukan dengan ikhlas hanya mengharap ridho Allah SWT. Akhlak ada dua
yaitu madzmumah (akhlak yang tercela) dan akhlak Mhmudah (akhlak yang terpuji).
Takwa adalah wiqayah yang berarti memelihara, menjaga, melindungi, hati-hati,
menjauhi sesuatu, dan takut azab. Takwa dapat juga berarti al-khasyyah dan al-khauf yang
berarti takut kepada azab Allah. “ Taqwa al-Lah “ adalah takut kepada azab Allah, yang
menimbulkan sesuatu konsekuensi untuk melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi
segala larangan-Nya. Sedangkan insan yang bertakwa dapat diidentifikasi sebagai insan yang
tetap taat kepada Allah dan berusaha meninggalkan kemaksiatan
Akhlak dan Takwa merupakan bagian dari tasawwuf akhlaqi, yang merupakan salah satu
ajaran dari tasawuf, dan yang terpenting dari ajaran tasawuf akhlaki adalah mengisi kalbu
(hati) dengan sifat khauf yaitu merasa khawatir terhadap siksaan Allah SWT. Kemudian,
dilihat dari amalan serta jenis ilmu yang dipelajari dalam tasawuf amali, ada dua macam hal
yang disebut ilmu lahir dan ilmu batin yang terdiri dari empat kelompok, yaitu syariat,
tharikat, hakikat, dan ma`rifat.

3.2 Kritik dan Saran
Kami yakin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurang dan kesalahan oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Saran kami
setelah membuat makalah ini, agar bagi pembaca menerapkan apa yang telah kami tulis
dalam makalah ini dalam kehidupan sehari-hari, trimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
Drs. Yatno Darmawan, M.Pdi . 2011 . Tasawuf Islam . PUSTAKAMAS
H.M. Ashaf Shaleh . Makna dan Hikmah Takwa dalam Al – Qur’an . Jakarta : Erlangga

http://henrydisney.blogspot.co.id/2013/04/tasawuf-agama-islam.html

https://mihwanuddin.wordpress.com/2011/03/07/pengertian-akhlaq-macam-macam-akhlaqterpuji-dan-penerapan-akhlaq-dalam-kehidupan-sehari-hari/