MAKALAH SEMINAR PLAGIARISME DALAM DUNI
MAKALAH SEMINAR
PLAGIARISME DALAM PENDIDIKAN
OLEH
KELOMPOK 8
HIMPUNAN MAHASISWA TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2017
HALAMAN PENGESAHAN
PLAGIARISME DALAM PEDIDIKAN
Sebagai salah satu syarat menyelesaikan tahapan akhir dari masa Didikan Dasar
Himpinan Mahasiswa Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (HIMATERIN)
MENGETAHUI
PEMBIMBING
NUR NETI
NIM : 1622060101
MENYETUJUI
KETUA UMUM
KOORDINAT SDM
AHMAD AMIRUDDIN
NIM : 1522060356
TRI YANG ARSYAD
NIM : 1622030576
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
PLAGIARISME DALAM PENDIDIKAN
ANGGOTA KELOMPOK:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
AHMAD
ZULHAM NUR
SRI MULYANI
SRI ANUGRAWATI NUR
ARDIAH MESRATUL AZZAHRAH
HERIYANI HERMAN
NORMAWATI
MUSDALIFAH
NURLINDA
DISAHKAN OLEH
TIM PENGUJI
1. ........................
1. ............................
2. .......................
2. ............................
3. .......................
3. ............................
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT karena anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah tentang “Plagiarisme Dalam Pendidikan”. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus dan
menjadi anugrah serrta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Kami bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
makalah seminar pada kegiatan dikdas pengolahan hasil perikanan. Disamping itu,
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat.
Mandalle, 23 Agustus 2017
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
COVER
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................ii
PLAGIARISME DALAM PEDIDIKAN............................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI..........................................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................iv
DAFTAR ISI.............................................................................................. 1
BAB l....................................................................................................... 2
PENDAHULUAN....................................................................................... 2
1.1.Latar Belakang.............................................................................. 2
1.2.Tujuan Penulisan................................................................................. 3
1.3.Rumusan Masalah.........................................................................4
BAB II..................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 5
2.1.Pendidikan Tinggi................................................................................ 5
2.2.Plagiarisme................................................................................... 6
2.3.Faktor Penyebab Melakukan Plagiarisme.................................................10
2.4.Jenis Plagiarisme............................................................................... 11
BAB III.................................................................................................. 14
METODOLOGI........................................................................................ 14
3.1.Waktu dan Tempat............................................................................. 14
3.2,Metode Penelitian.............................................................................. 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................15
BAB V................................................................................................... 17
PENUTUP.............................................................................................. 17
5.1. Kesimpulan................................................................................ 17
5.2. Saran......................................................................................... 17
LAMPIRAN............................................................................................. 19
1
BAB l
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Plagiat berasal dari kata latin “Plagiarus” yang berarti penculik dan
“Plagiare” yang berarti mencuri. Berangkat dari asal kata tersebut, secara
sederhana plagiat berarti mengambil ide, kata-kata, dan kalimat seseorang dan
memposisikannya sebagai hasil karyanya sendiri atau menggunakan ide, katakata, dan kalimat tanpa mencantumkan sumber dimana seorang penulis
mengutipnya. Dosen dalam hal ini sebagai salah satu akademisi dengan
kewajiban menjalankan tridarmanya, khususnya melakukan penelitian
sangatlah rentan terprosok dalam plagiarisme.
Dalam pemaparannya Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum mengatakan
bahwa terjadinya suatu plagiatisme itu bersumber dari penulis sendiri. Apakah
di dalam karyanya terdapat unsur plagiat, penulis itu sendri yang
menggetahuinya. Dalam konteks ini jika terdapat unsur plagiat yang harus
dipertanyakan adalah bagaimana hal tersebut bisa terjadi dan pada bagian mana
yang dikatakan plagiat? Oleh sebab itu dasar yang utama dalam menulis
sebuah karya ilmiah adalah dihidupinya asas keaslian dan asas kejujuran.
Asas keaslian ini diukur atau berdasarkan pada pemikiran sendiri, bukan
dari jiplakan. Keaslian atau orisinalitas pemikiran dapat diketahui melalui
keunikan dari bahasa maupun isi, oleh sebab itu karya ilmiah itu khas dan unik.
Keunikan ini yang kemudian menjadikan hak cipta penulisnya dilindungi
undang-undang, karena terdapat kekahasan isi dan bahasanya. Perlindungan ini
yang kemudian dikenal dengan Undang-undang Hak Cipta.
Berikut ini beberpa jenis plagiarisme (Sudigdo Sastroasmoro, 2007:240) :
1. Plagiarisme berdasaran aspek yang dicuri
2. Plagiarisme Ide
3. Plagiarisme isi (data penelitian)
4. Plagiarisme kata, kalimat, pragraf
5. Plagiarisme total
6. Plagiarisme berdasarkan sengaja atau tidaknya plagiarisme
7. Plagiarisme yang tidak disengaja
8. Plagiarisme yang disengaja
9. Plagiarisme berdasarkan proporso atau presentasi kata, kalimat,
paragraf yang dibajak
2
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Palgiarisme ringan < 30%
Palgiarisme sedang 30-70%
Plagiarisme berat atau total >70%
Palagiarisme berdasarkan pola
Plagiarime kata demi kata
Plagiarime mosaik
Self Plagiarisme
Plagiat dan Plagiarime di lingkungan Perguruan Tinggi sendiri sebenarnya
terjadi karena beberapa hal. Penulis atau peneliti kurang atau sangat jarang
membaca baik buku, jurnal, maupun hasil peneltian. Hal ini yang kemudian
turut menumpulkan pengembangan ide. Pada umumnya keterbatasan ini diatasi
dengan cara yang singkat dengan mengambil ide-ide dari orang lain tanpa
memperhatikan aturan pengutiapan suatu tulisan. Tingginya intensitas kegiatan
dan waktu yang semakin berkurang untuk menggali atau menemukan ide-ide
baru terkait dengan karya ilmiah yang akan dihasilkan menyebabkan para
penulis terperosok ke jalan pintas yang tidak etis melalui palgiat atau
plagiarisme. Suatu ide muncul tidak dapat dengan jalan dipacu dan dibuat
instan melainkan melalui serangkaian proses yang tidak sederhana.
Keterbatasan inilah dan date line penyelesaian karya ilmiah yang terkadang
dapat mendorong penulis melakukan penyimpangan dalam bentuk palgiat dan
plagiatisme.
Dalam dunia pendidikan tinggi tidak menutup kemungkinan terdapat
banyak dosen yang tidak mengetahui secara detail batasan sesuatu dikatakan
sebagai salah satu bentuk dari plagiat atau plagiatisme. Kondisi ini yang
kemudian memposisikan dosen sebagai penulis dan peneliti dalam posisi yang
tidak aman. Batasan ini merupakan hal yang sangat penting, mengingat tidak
menutup kemungkinan diantara dosen sebagai penulis dan peneliti memiliki
ide yang sama tanpa ada unsur mencuri dan mengambil ide orang lain.
Keterbatasan manusia dalam pengembangan dunia ide ini yang memungkinkan
antar dosen memilki ide atau pemikiran yang sama terkait dengan penulisan
atau peneltian. Disamping itu keterbatasan bahasa juga turut menjadi
persoalan. Oleh karena itu perlu kiranya batasan-batasan plagiarime itu lebih
diperjelas.
1.2.Tujuan Penulisan
Tujuan dari penpenulisan ini adalah untuk mengetahui & memahami :
1. Makna plagiarisme bagi mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pengkep.
2. Bentuk-bentuk plagiarisme yang dilakukan mahasiswa Politeknik Pertanian
Negeri Pengkep
3
3. Faktor penyebab plagiat tmahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pengkep
1.3.Rumusan Masalah
1. Apa makna plagiarisme bagi mahasiswa politeknik pertanian negeri
pengkep.
2. Bagaimana bentuk-bentuk plagiarisme yang dilakukan mahasiswa politeknik
pertanian negeri pengkep?
3.Apa faktor penyebab plagiat tmahasiswa politeknik pertanian negeri
pengkep ?
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah sebuah tempat yang memegang peran penting
dalam perkembangan sebuah Negara sehingga semua agen yang biasa di sebut
dengan Mahasiswa harus mampu memberikan konstribusi aktif dalam proses
pembangunan dan perkembangan Negara, itulah sebabnya kenapa kemajuan
sebuah Negara pastilah di tentukan oleh mutu institusi di dalam Negara
tersebut termasuk pendidikan tinggi yang juga memegang peran penting dalam
perkembangan bangsa, sehingga pendidikan tinggi memegang tanggung jawab
yang besar untuk menciptakan manusia-manusia yang akan membawa
perubahan bagi bangsa ini seperti membentuk karakter yang kuat kepada setiap
individu di dalamnya untuk memajukan bangsa dengan berbagai prestasi
mereka yang kemudian dapat di jadikan skill untuk membantu memperbaiki
bangsa ini.
Hal ini pun menjadi tanggung jawab pemerintah untuk membantu
memperbaiki mutu dalam pendidikan tinggi sehingga tidak akan terjadi krisis
dalam pendidikan tinggi tersebut, misalnya dengan memberikan kurikulum
yang mendukung adanya pengembangan skill pada mahasiswa seperti
memberikan pengajaran mengenai budaya dan tekhnologi secara seimbang
dengan tujuan akan tumbuh rasa cinta dan ingin melindungi budaya mereka
tanpa harus menjadi orang yang terkesan primitif dan tidak mengenal adanya
tekhnologi.
Dalam sebuah situs media massa di sebutkan ada delapan aspek yang
harusnya di tanamkan kepada mahasiswa di dalam sebuah pendidikan tinggi,
yang pertama adalah kemampuan komunikasi dalam bentuk lisan ataupun
tulisan artinya pendidikan tinggi harus memberikan tempat untuk mahasiswa
memperbaiki mutu dalam hal komunikasi nya karena kegagalan dalam hal
komunikasi di sebutnya dengan kegagalan demokrasi, komunikasi yang di
maksutkan disini bukan hanya dengan berdebat atau diskusi tapi juga dalam
bentuk karya tulisan yang bermutu dan jujur. Yang kedua adanya pengajaran
untuk berfikir kritis mengenai masalah yang tengah di hadapi oleh Negara serta
mampu memberikan argumentasi yang mendukung dan dapat membantu
menyelesaikan masalah tersebut. Yang ketiga adalah kemampuan untuk
menganalisis masalah dan menentukan sisi baik dan buruk nya sehingga tidak
ada keputusan yang salah dalam menentukan pemecahkan masalah. Keempat
adalah pengajaran yang dapat menumbuhkan sikap rasional untuk
5
mengahadapi kekuasaan politik sehingga mahasiswa dapat menciptakan
perlawanan untuk politik yang dapat merugikan bangsa dan rakyat, tapi juga
tetap menahan ego mereka.
Kemudian yang kelima adalah kemampuan untuk toleran sehingga tidak
memaksakan kehendak yang dianggapnya benar, karena belum tentu sesuatu
yang di anggap mereka benar adalah yang terbaik untuk Negara ini, karena itu
mereka tetap harus memperhatkan kepentingan lain, Kemudian yang keenam
adalah mahasiswa tidak boleh buta akan pengetahuan karena mereka adalah
sumber perubahan dan perubahan itu bisa di dapat jika mereka mau membuka
telinga akan budaya global di luar sana. Yang ketujuh adalah memiliki minat
besar untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan seperti pengetahuan
filsafat dan berbagai bidang keilmuan lain demi kecerdasan dan kemajuan
bangsa.
Lalu yang terakhir memiliki kesiapan untuk masuk di dalam masyarakat
dengan berbagai permasalahan yang ada di dalamnya serta di harapkan mampu
menyelesaikan permasalahan di dalamnya dengan skil yang dimiliki oleh
Mahasiswa. Dari begitu banyaknya beban tanggung jawab yang harus di
jalankan oleh pendidikan tinggi maka sebuah pendidikan tinggi haruslah
bermutu bukan justru mengalami krisis yang saat ini terjadi di Indonesia.
2.2.Plagiarisme
Plagiarisme merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan krisis
dalam pendidikan tinggi, plagiarisme tidak hanya dilakukan oleh kalangan
mahasiswa strata satu yang masih minim dengan ilmu-ilmu pengetahuan
sehingga dalam berbagai tugasnya mereka merasa perlu untuk melakukan
plagiarisme karena ketidakmampuan mereka untuk menyajikan karya ilmiah
yang mereka anggap bagus dan bermutu, selain ketidakmampuan tersebut
adapula faktor kesempatan misalnya saja seorang mahasiswa yang melakukan
plagiarisme dalam proses penulisan skripsi, dalam keadaan yang kadang
membuat mereka kehabisan kata-kata karena harus memenuhi tuntutan yang
diberikan oleh lembaga pendidikan tinggi kemudian membuat mereka memiki
kesempatan melakukan plagiarisme ditambah lagi jika mereka memiliki
pembimbing skripsi yang mungkin acuh dan hanya mau menerima hasil tanpa
peduli dengan perkembangan mahasiswanya mungkin karena kesibukan yang
begitu padat atau karena banyaknya mahasiswa yang dibimbingnya sehingga
dosen tersebut tidak punya banyak waktu untuk melakukan penilaian secara
6
mendalam terhadap mahasiswanya, kesempatan inilah yang kemudian
dimanfaatkan mahasiswa untuk melakukan plagiarisme tanpa harus lama-lama
berfikir dan merangkai kalimat.
Selain itu plagiarisme ini juga sering dilakukan oleh para Dosen bahkan
Mentri dan juga mereka-mereka yang sudah memiliki jam terbang tinggi dalam
dunia pendidikan, dan merekapun paham betul dengan berbagai ilmu
pengetahuan juga tidak menutup kemungkinan bahwa mereka telah banyak
membaca buku-buku pengetahuan umum, tapi nyatanya mereka-mereka ini
masih tergoda dengan tulisan-tulisan yang dianggapnya bagus dan kemudian
diambil untuk menambah daftar prestasi mereka tanpa mencantumkan dari
mana tulisan tersebut diadopsi.
Kebobrokan semacam inilah yang kemudian menjadikan pendidikan tinggi
mengalami sebuah krisis, karena memang cukup banyak kasus plagisrisme
yang berhasil diketahui oleh publik, misalnya saja kasus yang dituliskan pada
salah satu media online yang menyebutkan beberapa nama yang berani
mempublikasikan tulisan hasil plagiarisme yang mereka lakukan tanpa
memberikan dari mana asal tulisan tersebut didapatkan, seperti disertasi Yahya
Muhaimin di MIT yang dimana dia adalah seorang Mentri Pendidikan pada
masa presiden Megawati, dengan jabatannya sebagai Mentri Pendidikan
harusnya dia adalah orang yang mampu menghargai sebuah karya pendidikan
dan memberikan contoh untuk memperbaiki karya dalam bidang pendidikan
yang bermutu dan tentunya jauh dari praktik plagiarisme, dia juga merupakan
Guru Besar di Universitas Gaja Mada (UGM), yang harusnya memberikan
contoh untuk banyak mahasiswanya, dapat dibayangkan orang dengan jabatan
tinggi dan tentulah disegani banyak orang melakukan pelanggaran di bidang
ilmu pengetahuan yang memalukan untuk dirinya dan tentu pula untuk Negara
Indonesia, kemudian pelagiarisme yang dilakukan oleh Prof. Agung Anak
Banyu Perwita seorang Guru Besar juga di Universitas Katolik Parahyangan
yang menjiplak beberapa artikel ilmiah yang telah diterbitkan di Jakarta post,
dan yang baru lagi adalah plagiarisme yang dilakukan oleh Dr. Zuliansyah dari
Institut Tekhnologi Bandung (ITB) dalam tulisanya yang diikutkan dalam
sebuah seminar ilmiah di China saat dia masih berstatus mahasiswa strata tiga,
hal ini tentu sangat memalukan bagi ITB dan juga Indonesia karena dia
membawanya dalam acara internasional yang diadakan di China.
Kasus-kasus plagiarisme yang dilakukan oleh beberapa orang ternama
yang seharusnya menyuarakan anti plagiarisme inilah yang kemudian
menjadikan krisis dalam pendidikan tinggi semakin parah, karena bukan hanya
mahasiswa yang minim dengan ilmu pengetahuan jika dibanding dengan
7
mereka, yang kemudian melakukan plagiarisme, ternyata mereka yang
harusnya dijadikan contohpun melakukan pelanggaran yang sama dengan apa
yang dilakukan oleh para mahasiswa.
Kasus plagiarisme merupakan akar permasalahan penting dalam dunia
pendidikan sehingga plagiarisme ini patut dijadikan alasan kenapa pendidikan
saat ini mengalami krisis, mereka yang melakukan plagiarisme pasti memiliki
alasan yang hampir semuanya sama yaitu kurangnya pengetahuan atau malas
untuk menyusun kata menjadi sebuah kalimat yang bagus atau memang
kurangnya minat menulis di dalam pendidikan tinggi. Dalam sebuah
pendidikan tinggi harusnya budaya menulis ini selalu ditekankan sebagai upaya
pemulihan krisis pada pendidikan tinggi, karena dengan keinginan menulis
seseorang akan selalu mencari informasi dari berbagai sudut, selalu
memperkaya buku-buku bacaan dan berbagai literatur lain selain itu mereka
juga pasti akan banyak melakukan diskusi dengan masyarakat luar untuk
mencari masalah yang harus diselesaikan selain itu yang terpenting adalah
melatih seorang individu dalam hal menulis sehingga mengurangi adanya
tindakan plagiarisme di kalangan intelektual, mahasiswa, dosen, guru besar
bahkan pejabat Negara.
Budaya menulis inipun yang selanjutnya dapat memperbaiki pandangan
dunia terhadap Indonesia karena banyaknya tulisan-tulisan ilmiah yang akan
masuk dan diterbitkan dalam publikasi ilmiah. Menurut laporan UNESCO
jumlah publikasi ilmiah Indonesia di tahun 2004 hanya sekitar 0,012% dari
jumlah publikasi ilmiah yang masuk pada tahun itu, tentu ini adalah jumlah
yang sedikit dibandingkan negara lain seperti Malaysia dan Singapura yang
merupakan tetangga kita, Karena beberapa kejahatan intelektual yang sering
dilakukan oleh pelaku dunia pendidikan inilah yang kemudian menjadikan
banyak lulusan dari pendidikan tinggi tidak bermutu, tidak memiliki banyak
pengetahuan dan tidak dapat menciptakan perubahan yang dapat membuat
masyarakat berkembang menjadi lebih baik, artinya dalam hal ini adalah
mereka tidak kreatif dan hanya bisa ikut-ikutan saja dalam melakukan
perannya, bukan berfikir untuk melakukan dan menciptakan hal baru yang
lebih menarik dari sebelumnya.
Sehingga kebanyakan lulusan dari pendidikan tingga hanya bisa bekerja
dan mensejahterakan dirinya sendiri bukan menjadi interpreneur yang mampu
memperkerjakan banyak orang dan mensejahterakan masyarakat luas, jikapun
ada itu hanya seratus banding satu. Lalu siapa yang harus disalahkan dalam
gagalnya peran pendidikan tinggi untuk mencetak lulusan yang mampu berbuat
8
jujur, berkarakter dan kreatif. Tidak ada yang dapat disalahkan dari adanya
praktik plagiarisme tersebut karena memang plagiarisme bukan sepenuhnya
kesalahan yang dihasilkan dari tingkatan pendidikan tinggi saja tapi juga
merupakan karakter seseorang yang dibentuk dari mulai pendidikan dasar.
Menurut Permen No. 17 Tahun 2010, plagiarisme atau yang sering disebut
plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh
atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan
mengutip sebagian atau seluruh karya dan atau karya ilmiah pihak lain yang
diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan
memadai.
Dan kegiatan plagiarisme ini telah membudaya di Indonesia dalam dunia
pendidikan bagi kalangan pelajar, mahasiswa ataupun dosen. Mereka
menganggap kegiatan mengcopy pendapat atau tulisan orang lain tanpa
disertakan sumber untuk dimasukkan dalam tugas, penelitian, dan karya ilmiah
termasuk hal yang biasa, bahkan ada pula yang tidak mengetahui bahwa
kegiatan mereka termasuk kegiatan plagiat dan dapat dikenakan sanksi bagi
pelakunya. Sebagai contoh saya sendiri, sewaktu menjadi pelajarSMP saya
sering mengcopy dan paste referensi dari internet tanpa mengcantumkan
sumber, karena dahulu saya tidak mengetahui bahwa tulisan yang ada di
internet itu memang ada penulis yang harus dihargai yang saya tahu saat itu
adalah bahwa tulisan di internet bebas diambil oleh siapapun tanpa
mencantumkan sumber karena semua yang ada di internet memang untuk saya,
dan guru sayapun tak pernah memberitahu dan membiasakan setelah
mengambil tulisan orang harus mencantukan sumber.Dan saya baru
mengetahui saat SMA bahwa saat mendapatkan tugas harus menyertakan
sumber, tetapi saat itu saya tak menyertakan sumber dengan lengkap karena
saya lupa menggunakan sumber yang mana dan menurut saya dulu sumber itu
tidak begitu penting. Dan baru saat SMA kelas 3 ini, saya baru mengetahui
apabila orang yang mengcopy tulisan orang tanpa disertakan sumber disebut
plagiat dan mulai saat itu saya benar – benar memperhatikan dari sumber mana
saya mendapatkan.
Berikut ini adalah beberapa jenis plagiarisme :Plagiarisme minimalis: Di
sini, penulis plagiator orang lain konsep, gagasan, pikiran, atau pendapat dalam
kata-kata mereka sendiri dan dalam aliran yang berbeda. Plagiarisme Sumber
Kutipan: Ketika informasi sumber lengkap dengan kutipan disediakan, tidak
berjumlah plagiarisme. Namun, definisi sumber kutipan lengkap bervariasi
jauh. Beberapa penulis mengutip nama sumber, tetapi tidak memberikan
9
informasi yang dapat diakses lainnya. Sementara beberapa mudah memberikan
referensi palsu, beberapa hanya menggabungkan informasi mereka dengan
karya asli penulisan. Seorang penulis hantu adalah contoh sempurna dari
plagiator.
Di sini penulis merasa bebas untuk sumber informasi dan mereproduksi itu
sebagai milik mereka. PlagiarismeSelf-plagiarisme: Bentuk plagiarisme yang
mungkin paling diperebutkan sebagai "itu" dan "tidak". Menggunakan karya
sendiri, sepenuhnya atau sebagian, atau bahkan pikiran yang sama dan remenulisnya, dikenal sebagai self-plagiarisme oleh banyak orang. Selain itu
Bapak Wasmen juga menjelaskan jenis-jenis perbuatan tercela dalam
pengetahuan atau kegiatan plagiarisme yang lain diantaranya, fabrikasi
(mengarang-ngarang data), falsifikasi (mengubah data supaya hasik sesuai
dengan kemauan peneliti/pembimbing/atau sponsor) dan terakhir plagiarisme
(mengambil ide, data, atau tulisan orang lain tanpa menyebutkan sumbernya
aytau mengakui pemiliknya). Beliau melanjutkan bahwa plagiarisme terdiri
dari dua kategori yaitu, plagiarisme atas karya orang lain dan plagiarisme atas
karya sendiri. Terkait dengan plagiarisme atas karya sendiri, Beliau
menjelaskan bahwasannya plagiarisme atas karya sendiri terkait dengan
publikasi data penelitian yang sama berulang-ulang pada jurnal yang berbeda,
membagi-bagi atau memecah data penelitian yang harusnya menjadi satu
kesatuan dan diterbitkab menjadi artikel yang berbeda.
2.3.Faktor Penyebab Melakukan Plagiarisme
Berdasarkan faktor penyebab, plagiarisme dibedakan menjadi
plagiarisme yang disengaja dan tidak disengaja. Plagiarisme yang disengaja
terjadi apabila sejak awal tindakan plagiarisme tersebut telah dipikirkan dan
direncanakan. Hal tersebut mungkin terjadi pada berbagai keadaan, misalnya
tidak mempunyai cukup waktu untuk menghasilkan karya tulis sendiri, tidak
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan karya sendiri, berpikiran bahwa
pembaca tidak mungkin mengetahuinya, dan khusus untuk mahasiswa
berpikiran bahwa dosen pembimbing tidak akan mengetahui perbuatan
plagiarisme bahkan mungkin tidak peduli, serta berpura-pura tidak tahu dan
tidak paham akan plagiarisme. Dengan niat sengaja, plagiarisme dapat terjadi
dengan cara mengutip atau menjiplak yang lazim dikenal sebagai block–copy–
paste karya orang lain dalam jumlah kecil atau besar. Karya tersebut dapat
berasal dari buku teks, majalah ilmiah, mengunduh bacaan dari internet atau
mengutip karya teman tanpa mencantumkan penulis asli dan sumber informasi.
Cara lain adalah meminta orang lain, biasanya disertai dengan imbalan jasa
untuk menuliskan karya imiah. Plagiarisme yang tidak disengaja dapat terjadi
dengan melakukan pengutipan panjang atau pendek tetapi kemudian lupa
10
mencantumkan nama penulis asli dan sumber Penyebab lain adalah
ketidaktahuan cara menempatkan referensi yang seharusnya dilakukan dalam
karya tulis atau cara mengutip dengan baik dan benar, bahkan tidak mengetahui
cara melakukan parafrasa. Setelah membaca karya tulis penulis lain dan
membuat catatan tentang penulis dan sumber informasi, tetapi lupa
mencantumkannya ketika memasukkan dalam karya sendiri. Merasa bahwa
tulisan tersebut bukan sebuah karya ilmiah misalnya cerita pendek popular
sehingga menganggap tidak perlu menuliskan nama penulis dan sumber
informasi yang dikutip.
2.4.Jenis Plagiarisme
Metaphor plagiarism adalah mengutip atau menjiplak bagian karya
penulis lain dan digunakan untuk memperjelas makna dari tulisan sendiri.
Metaphor plagiarism umumnya dilakukan apabila penulis merasa bahwa
sebuah fenomena yang ditulis dalam karyanya belum cukup mampu dijelaskan
kepada pembaca. Oleh sebab itu, penulis membutuhkan dukungan tulisan
penulis lain dengan isi yang diperkirakan lebih mampu menjelaskan
fenomena tersebut. Menjiplak metafora dan tidak mencantumkan nama penulis
dan sumber yang dikutip disebut metaphor plagiarism.
Demikian pula dengan idea plagiarism yaitu mengambil dan mengutip
gagasan seorang penulis yang telah mengeluarkan sebuah gagasan untuk
pemecahan suatu masalah atau menggambarkan konsep suatu fenomena dan
dikutip dalam karya tulis sendiri tanpa mencantumkan nama penggagas dan
sumber informasi. Apabila perlu, pada catatan kaki diberi keterangan yang
cukup sehingga pembaca memahami gagasan tersebut bukan gagasan sendiri.
Dalam membuat karya ilmiah, penulis harus dapat memilah dan
membedakan ide murni dari pemikiran sendiri dan ide orang lain yang menjadi
pengetahuan umum. Beberapa literatur mengatakan bahwa ide yang bersifat
umum tidak wajib disebutkan sumbernya. Idea plagiarism dapat terjadi apabila
si penulis, mahasiswa, mendapatkan gagasan dari pembimbing atau sesama
teman kemudian ide tersebut dituangkan ke dalam karya si penulis. Secara
ideal, sumber gagasan tersebut disebutkan pada catatan kaki. Apabila tidak
yakin kapan harus mencantumkan nama orang yang membantu gagasan atau
ragu memutuskan gagasan public domain maka mahasiswa dapat
mendiskusikan hal tersebut dengan pembimbing.
Dengan demikian, pembimbing mengetahui dan dapat membantu
mempertahankan karya mahasiswa. Selalu mencantumkan sumber
11
gagasan tersebut dan apabila tidak berasal dari referensi buku, pemberi gagasan
dihargai dengan mengucapkan terima kasih pada bab acknowledgment atau
ucapan terima kasih yang ditulis sebagai bagian terakhir dari karya ilmiah.
Penentuan idea plagiarism sulit dilakukan sebab ide adalah hal yang bersifat
virtual. Diperlukan penelusuran pustaka yang cermat dan pertimbangan yang
sah dari para ahli termasuk para editor majalah ilmiah.
Self plagiarism yang juga dikenal dengan plagiarisme daur ulang,
swaplagiarisme, plagiarisme diri, karya tulis duplikat, atau publikasi berulang
banyak menimbulkan pro dan kontra di kalangan para ahli.
Di sini, penulis mengutip atau menjiplak sebagian atau seluruh hasil
karya sendiri secara identik dan mengirimkan ke sejumlah jurnal untuk
dipublikasikan, tanpa mencantumkan informasi karya sendiri yang dikutip atau
karya terdahulu sudah pernah dipublikasikan di majalah ilmiah sebelumnya.
Karya ilmiah sama yang berhasil dimuat pada lebih dari satu majalah disebut
publikasi ganda atau multiplepublication. Beberapa rujukan mengatakan bahwa
self plagiarism tidak etis apabila masih diterbitkan di majalah ilmiah lain dan
mendapat hak cipta. Namun, beberapa pengarang lain menyatakan bahwa tidak
ada pelanggaran hak cipta sebab yang menerbitkan ulang adalah pengarangnya
sendiri. Keputusan Rektor UI pada Bab 1 Pasal 1 mendefinisikan self
plagiarism sebagai tindakan seseorang yang menggunakan berulang-ulang ide
atau pikiran yang telah dituangkan dalam bentuk tertulis dan atau tulisannya
sendiri sebagian atau keseluruhan tanpa menyebutkan sumber pertama yang
telah dipublikasikan sehingga seolah- olah merupakan ide, pikiran, dan atau
tulisan yang baru dan menguntungkan diri sendiri. Di dunia pendidikan,
penulis sangat mungkin melakukan publikasi berulang pada majalah ilmiah
yang berbeda dengan maksud lebih menyebarluaskan hasil penelitian atau
pemikiran.
Beberapa editor majalah ilmiah membuat patokan apabila 50% dari
karya berulang adalah sama persis dengan karya terdahulu, harus ditolak untuk
mencegah daur ulang. Self plagiarism bukan masalah. Beberapa faktor yang
memungkinkan daur ulang dari karya tulis sendiri tanpa dituduh sebagai self
plagiarism antara lain karya tulis sebelumnya perlu ditulis ulang untuk
dijadikan dasar dari karya berikut yang merupakan karya baru dari penulis
tersebut; beberapa bagian dari karya tulis sebelumnya perlu diulang dan
dituangkan kembali dalam karya tulis yang baru untuk mendukung konsep baru
yang ditulis sekarang; pembaca karya tulis sebelumnya dan pembaca karya
tulis sekarang sangat berbeda dalam waktu dan tempat. Memublikasikan karya
tulis yang sama tetapi dengan bahasa berbeda dalam majalah yang berbeda
12
pula dianggap sangat perlu untuk mendiseminasikan isi dan makna dari karya
tulis asli (memperluas jumlah pembaca).
Penulis beranggapan bahwa karya tulis pertama sudah sempurna dan
bagus sehingga pada waktu menuliskan kembali tidak ada satu pun bagian dan
katakata yang diubah. Pada pembaca yang berbeda, seorang penulis ingin lebih
menyebarluaskan isi atau pesan dalam karya tulis ke lingkaran pembaca yang
lebih luas. Samuelson pernah mendaur ulang karya tulis sendiri dengan
menerjemahkan karya tulis pertama dari bahasa Inggris ke bahasa Jerman.5
Self plagiarism merupakan kejanggalan, sebab plagiarisme berlaku pada
pencurian karya orang lain. Namun, diakui bahwa terdapat unsur tidak etis
dalam self plagiarism dari segi memublikasikan karya yang sama secara
berulang. Terlihat bahwa kalangan mahasiswa ada kecenderungan
memasukkan satu tugas karya tulis dalam beberapa mata kuliah yang berbeda.
David B.
Resnik melihat self plagiarism sebagai ketidakjujuran tetapi bukan
pencurian karya.5 Self plagiarism dikelompokkan dalam 4 jenis yaitu
menduplikasikan satu artikel dan memublikasikan
ke beberapa jurnal; memenggal sebuah karya ilmiah menjadi beberapa karya
tulis yang baru (salamislicing); daur ulang karya tulis yang sudah ada; dan
pelanggaran hak cipta. Semuanya disebut plagiat apabila tidak mencantumkan
informasi tentang karya terdahulu.3 Dengan kemajuan pada era digital, dalam
hitungan tik, informasi sudah dapat diakses dengan mudah. Semakin banyak
majalah ilmiah elektronik, diperkirakan plagiarisme semakin mudah terjadi.
Namun, para editor majalah ilmiah terkemuka telah menyiapkan peranti lunak
untuk mencegah plagiarisme elektronik agar berbagai karya tulis dari majalah
tersebut tidak dapat diunduh.
Apabila ingin mengunduh sebuah karya tulis dari sebuah majalah
elektronik, si pengunduh diharuskan mendaftar terlebih dahulu, ada yang bebas
biaya dan ada yang mengharuskan pembayaran sebagai anggota untuk dapat
mengakses informasi yang dibutuhkan.
13
BAB III
METODOLOGI
3.1.Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 23 Agustus 2017 sampai selesai.
Sedangkan tempat penelitian yaitu lingkungan kampus Politeknik Pertanian
Negeri Pangkep.
3.2,Metode Penelitian
Teknik pengumpulan data yang kami gunakan pada saat melakukan
penelitian adalah sebagai berikut :
1.
Wawancara
Wawanca adalah suatu proses melakukan kegiatan tanya jawab seseorang
dengan orang lain.Adapun orang yang melakukan wawancara disebut
pewancara dan orang yang di wawancarai disebut narasumber.Wawancara
juga salah satu cara dalam teknik pengumpulan data yang sangat akurat
karna dapat berinteraksi langsung dengan orang yang ingin di wawancarai.
14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Berdasarkan pengambilan data tentang Plagiarisme Dalam Pendidikan,
dapat dijabarkan pada table berikut:
Tabel 1. Faktor penyebab plagiarisme
N
Nama
Tanggapan
o
1
Ilham
Malas, kesibukan, kepepet dengan
keadaan
2
Syamsul Bahri
Kurangnya kekreatifan
3
Setiawan
Malas, kurang kreatif
Sumber data : Mahasiswa Politani Pertanian Negeri Pangkep
Tabel 2. Dampak plagiarisme
No
Nama
1
Syamsul Bahri
Positif
Negatif
Menguntungkan
Merugikan bagi
bagi melakukan
yang diplagiat
plagiat
2
Setiawan
Melanggar hak
Sumber data : Mahasiswa Politani Pertanian Negeri Pangkep
Table 3. Solusi
No
Nama
.
1
Syamsul Bahri
Solusi
Mengembangkan kekreatifan,
tergantung dari person
2
Setiawan
Kembagkan kreatifitas, lebih banyak
belajar
Sumber data : Mahasiswa Politani Pertanian Negeri Pangkep
4.1. Pembahasan
a. Faktor penyebab
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan dikalangan mahasiswa
Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, ada beberapa mahasiswa yang
berpendapat yaitu :
1) Faktor malas
Faktor malas merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang yang tidak mau bekerja dan berusaha. Serta, menurunnya
motivasi dalam melakukan sesuatu.
2) Kesibukan
15
Banyaknya kesibukan atau pekerjaan sesorang dapat membuat
sesorang dapat melakukan plagiat.
3) Kepepet dengan keadaan
Seseorang melakukan plagiat karena kurangnya waktu untuk
berfikir sehingga mengambil keputusan untuk meniru.
4) Kurangnya kekreatifitas
Kurangnya kemampuan dan keterampilan untuk memecahkan
sebuah masalah untuk mendapatkan solusi-solusi yang unik.
b. Dampak plagiarisme dalam pendidikan
Dari hasil survei yang dilakukan dikalangan mahasiswa Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep. Dari 5 mahasiswa yang diwawancarai ada
beberapa mahasiswa yang berpendapat dampak positif dan negatif
diantaranya :
1) Dampak positif
Menguntungkan bagi orang yang melakukan plagiat karena lebih
mudah dan cepat mendapakan idea atau suatu karya.
2) Dampak negatif
a) Merugikan bagi orang yang memiliki ide atau karya karena merasa
karyanya ditiru oleh orang lain tanpa izin dari pembuat karya
tersebut.
b) Melanggar Hak
Sesorang dapat dikatakn melanggar hak apabila, orang tersebut
melakukan suatu tindakan tanpa izin dari hak cipta.
c. Solusi pencegahan meluasnya plagiarisme
Beberapa mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep berpendapat
mengenai solusi pencegahan plagiarisme diantaranya :
1) Mengembangkan kekreatifan
Setiap mahasiswa mengembangkan kreatifitasnya masing-masing
sehinggan tidak meniru atau melakukan tindakan plagiat terhadap
idea tau karya seseorang.
2) Tergantung person
Setiap orang memiliki ide dan kepribadian yang berbeda-beda
tergantung bagaimana cara mengembangkan ide tersebut.
3) Lebih banyak belajar
Seseorang mahasiswa harus mengasah diri dengan cara lebih banyak
belajar, berinteraksi dengan orang lain yang lebih berpengalaman
serta memiliki motivasi untuk menciptakan hal yang baru.
16
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam pembuatan makalah ini :
1. Pendidikan tinggi adalah sebuah tempat yang memegang peran penting
dalam perkembangan sebuah Negara sehingga semua agen yang biasa di
sebut dengan Mahasiswa harus mampu memberikan konstribusi aktif
dalam proses pembangunan dan perkembangan Negara, itulah sebabnya
kenapa kemajuan sebuah Negara pastilah di tentukan oleh mutu institusi di
dalam Negara tersebut termasuk pendidikan tinggi yang juga memegang
peran penting dalam perkembangan bangsa, sehingga pendidikan tinggi
memegang tanggung jawab yang besar untuk menciptakan manusiamanusia yang akan membawa perubahan bagi bangsa ini seperti
membentuk karakter yang kuat kepada setiap individu di dalamnya untuk
memajukan bangsa dengan berbagai prestasi mereka yang kemudian dapat
di jadikan skill untuk membantu memperbaiki bangsa ini.
2. Plagiarisme merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan krisis
dalam pendidikan tinggi, plagiarisme tidak hanya dilakukan oleh kalangan
mahasiswa strata satu yang masih minim dengan ilmu-ilmu pengetahuan
sehingga dalam berbagai tugasnya mereka merasa perlu untuk melakukan
plagiarisme karena ketidakmampuan mereka untuk menyajikan karya
ilmiah yang mereka anggap bagus dan bermutu, selain ketidakmampuan
tersebut adapula faktor kesempatan.
5.2. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas maka sebagai mahasiswa kita harus
mengasah dan mengembangkan kekreatifitas sehingga tidak melakukan
plagiat atau menjadikan hak cipta seseorang menjadi milik sendiri.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kompasiona.com/resitadyah/plagiarisme-dalampendidikan_5528c3f76ea8340f3f8b45b8
18
LAMPIRAN
Wawancara kak Setiawan
Wawancara kak Syamsul Bahri
Wawancara kak Ilham
19
PLAGIARISME DALAM PENDIDIKAN
OLEH
KELOMPOK 8
HIMPUNAN MAHASISWA TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2017
HALAMAN PENGESAHAN
PLAGIARISME DALAM PEDIDIKAN
Sebagai salah satu syarat menyelesaikan tahapan akhir dari masa Didikan Dasar
Himpinan Mahasiswa Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (HIMATERIN)
MENGETAHUI
PEMBIMBING
NUR NETI
NIM : 1622060101
MENYETUJUI
KETUA UMUM
KOORDINAT SDM
AHMAD AMIRUDDIN
NIM : 1522060356
TRI YANG ARSYAD
NIM : 1622030576
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
PLAGIARISME DALAM PENDIDIKAN
ANGGOTA KELOMPOK:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
AHMAD
ZULHAM NUR
SRI MULYANI
SRI ANUGRAWATI NUR
ARDIAH MESRATUL AZZAHRAH
HERIYANI HERMAN
NORMAWATI
MUSDALIFAH
NURLINDA
DISAHKAN OLEH
TIM PENGUJI
1. ........................
1. ............................
2. .......................
2. ............................
3. .......................
3. ............................
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT karena anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah tentang “Plagiarisme Dalam Pendidikan”. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus dan
menjadi anugrah serrta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Kami bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
makalah seminar pada kegiatan dikdas pengolahan hasil perikanan. Disamping itu,
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat.
Mandalle, 23 Agustus 2017
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
COVER
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................ii
PLAGIARISME DALAM PEDIDIKAN............................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI..........................................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................iv
DAFTAR ISI.............................................................................................. 1
BAB l....................................................................................................... 2
PENDAHULUAN....................................................................................... 2
1.1.Latar Belakang.............................................................................. 2
1.2.Tujuan Penulisan................................................................................. 3
1.3.Rumusan Masalah.........................................................................4
BAB II..................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 5
2.1.Pendidikan Tinggi................................................................................ 5
2.2.Plagiarisme................................................................................... 6
2.3.Faktor Penyebab Melakukan Plagiarisme.................................................10
2.4.Jenis Plagiarisme............................................................................... 11
BAB III.................................................................................................. 14
METODOLOGI........................................................................................ 14
3.1.Waktu dan Tempat............................................................................. 14
3.2,Metode Penelitian.............................................................................. 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................15
BAB V................................................................................................... 17
PENUTUP.............................................................................................. 17
5.1. Kesimpulan................................................................................ 17
5.2. Saran......................................................................................... 17
LAMPIRAN............................................................................................. 19
1
BAB l
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Plagiat berasal dari kata latin “Plagiarus” yang berarti penculik dan
“Plagiare” yang berarti mencuri. Berangkat dari asal kata tersebut, secara
sederhana plagiat berarti mengambil ide, kata-kata, dan kalimat seseorang dan
memposisikannya sebagai hasil karyanya sendiri atau menggunakan ide, katakata, dan kalimat tanpa mencantumkan sumber dimana seorang penulis
mengutipnya. Dosen dalam hal ini sebagai salah satu akademisi dengan
kewajiban menjalankan tridarmanya, khususnya melakukan penelitian
sangatlah rentan terprosok dalam plagiarisme.
Dalam pemaparannya Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum mengatakan
bahwa terjadinya suatu plagiatisme itu bersumber dari penulis sendiri. Apakah
di dalam karyanya terdapat unsur plagiat, penulis itu sendri yang
menggetahuinya. Dalam konteks ini jika terdapat unsur plagiat yang harus
dipertanyakan adalah bagaimana hal tersebut bisa terjadi dan pada bagian mana
yang dikatakan plagiat? Oleh sebab itu dasar yang utama dalam menulis
sebuah karya ilmiah adalah dihidupinya asas keaslian dan asas kejujuran.
Asas keaslian ini diukur atau berdasarkan pada pemikiran sendiri, bukan
dari jiplakan. Keaslian atau orisinalitas pemikiran dapat diketahui melalui
keunikan dari bahasa maupun isi, oleh sebab itu karya ilmiah itu khas dan unik.
Keunikan ini yang kemudian menjadikan hak cipta penulisnya dilindungi
undang-undang, karena terdapat kekahasan isi dan bahasanya. Perlindungan ini
yang kemudian dikenal dengan Undang-undang Hak Cipta.
Berikut ini beberpa jenis plagiarisme (Sudigdo Sastroasmoro, 2007:240) :
1. Plagiarisme berdasaran aspek yang dicuri
2. Plagiarisme Ide
3. Plagiarisme isi (data penelitian)
4. Plagiarisme kata, kalimat, pragraf
5. Plagiarisme total
6. Plagiarisme berdasarkan sengaja atau tidaknya plagiarisme
7. Plagiarisme yang tidak disengaja
8. Plagiarisme yang disengaja
9. Plagiarisme berdasarkan proporso atau presentasi kata, kalimat,
paragraf yang dibajak
2
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Palgiarisme ringan < 30%
Palgiarisme sedang 30-70%
Plagiarisme berat atau total >70%
Palagiarisme berdasarkan pola
Plagiarime kata demi kata
Plagiarime mosaik
Self Plagiarisme
Plagiat dan Plagiarime di lingkungan Perguruan Tinggi sendiri sebenarnya
terjadi karena beberapa hal. Penulis atau peneliti kurang atau sangat jarang
membaca baik buku, jurnal, maupun hasil peneltian. Hal ini yang kemudian
turut menumpulkan pengembangan ide. Pada umumnya keterbatasan ini diatasi
dengan cara yang singkat dengan mengambil ide-ide dari orang lain tanpa
memperhatikan aturan pengutiapan suatu tulisan. Tingginya intensitas kegiatan
dan waktu yang semakin berkurang untuk menggali atau menemukan ide-ide
baru terkait dengan karya ilmiah yang akan dihasilkan menyebabkan para
penulis terperosok ke jalan pintas yang tidak etis melalui palgiat atau
plagiarisme. Suatu ide muncul tidak dapat dengan jalan dipacu dan dibuat
instan melainkan melalui serangkaian proses yang tidak sederhana.
Keterbatasan inilah dan date line penyelesaian karya ilmiah yang terkadang
dapat mendorong penulis melakukan penyimpangan dalam bentuk palgiat dan
plagiatisme.
Dalam dunia pendidikan tinggi tidak menutup kemungkinan terdapat
banyak dosen yang tidak mengetahui secara detail batasan sesuatu dikatakan
sebagai salah satu bentuk dari plagiat atau plagiatisme. Kondisi ini yang
kemudian memposisikan dosen sebagai penulis dan peneliti dalam posisi yang
tidak aman. Batasan ini merupakan hal yang sangat penting, mengingat tidak
menutup kemungkinan diantara dosen sebagai penulis dan peneliti memiliki
ide yang sama tanpa ada unsur mencuri dan mengambil ide orang lain.
Keterbatasan manusia dalam pengembangan dunia ide ini yang memungkinkan
antar dosen memilki ide atau pemikiran yang sama terkait dengan penulisan
atau peneltian. Disamping itu keterbatasan bahasa juga turut menjadi
persoalan. Oleh karena itu perlu kiranya batasan-batasan plagiarime itu lebih
diperjelas.
1.2.Tujuan Penulisan
Tujuan dari penpenulisan ini adalah untuk mengetahui & memahami :
1. Makna plagiarisme bagi mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pengkep.
2. Bentuk-bentuk plagiarisme yang dilakukan mahasiswa Politeknik Pertanian
Negeri Pengkep
3
3. Faktor penyebab plagiat tmahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pengkep
1.3.Rumusan Masalah
1. Apa makna plagiarisme bagi mahasiswa politeknik pertanian negeri
pengkep.
2. Bagaimana bentuk-bentuk plagiarisme yang dilakukan mahasiswa politeknik
pertanian negeri pengkep?
3.Apa faktor penyebab plagiat tmahasiswa politeknik pertanian negeri
pengkep ?
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah sebuah tempat yang memegang peran penting
dalam perkembangan sebuah Negara sehingga semua agen yang biasa di sebut
dengan Mahasiswa harus mampu memberikan konstribusi aktif dalam proses
pembangunan dan perkembangan Negara, itulah sebabnya kenapa kemajuan
sebuah Negara pastilah di tentukan oleh mutu institusi di dalam Negara
tersebut termasuk pendidikan tinggi yang juga memegang peran penting dalam
perkembangan bangsa, sehingga pendidikan tinggi memegang tanggung jawab
yang besar untuk menciptakan manusia-manusia yang akan membawa
perubahan bagi bangsa ini seperti membentuk karakter yang kuat kepada setiap
individu di dalamnya untuk memajukan bangsa dengan berbagai prestasi
mereka yang kemudian dapat di jadikan skill untuk membantu memperbaiki
bangsa ini.
Hal ini pun menjadi tanggung jawab pemerintah untuk membantu
memperbaiki mutu dalam pendidikan tinggi sehingga tidak akan terjadi krisis
dalam pendidikan tinggi tersebut, misalnya dengan memberikan kurikulum
yang mendukung adanya pengembangan skill pada mahasiswa seperti
memberikan pengajaran mengenai budaya dan tekhnologi secara seimbang
dengan tujuan akan tumbuh rasa cinta dan ingin melindungi budaya mereka
tanpa harus menjadi orang yang terkesan primitif dan tidak mengenal adanya
tekhnologi.
Dalam sebuah situs media massa di sebutkan ada delapan aspek yang
harusnya di tanamkan kepada mahasiswa di dalam sebuah pendidikan tinggi,
yang pertama adalah kemampuan komunikasi dalam bentuk lisan ataupun
tulisan artinya pendidikan tinggi harus memberikan tempat untuk mahasiswa
memperbaiki mutu dalam hal komunikasi nya karena kegagalan dalam hal
komunikasi di sebutnya dengan kegagalan demokrasi, komunikasi yang di
maksutkan disini bukan hanya dengan berdebat atau diskusi tapi juga dalam
bentuk karya tulisan yang bermutu dan jujur. Yang kedua adanya pengajaran
untuk berfikir kritis mengenai masalah yang tengah di hadapi oleh Negara serta
mampu memberikan argumentasi yang mendukung dan dapat membantu
menyelesaikan masalah tersebut. Yang ketiga adalah kemampuan untuk
menganalisis masalah dan menentukan sisi baik dan buruk nya sehingga tidak
ada keputusan yang salah dalam menentukan pemecahkan masalah. Keempat
adalah pengajaran yang dapat menumbuhkan sikap rasional untuk
5
mengahadapi kekuasaan politik sehingga mahasiswa dapat menciptakan
perlawanan untuk politik yang dapat merugikan bangsa dan rakyat, tapi juga
tetap menahan ego mereka.
Kemudian yang kelima adalah kemampuan untuk toleran sehingga tidak
memaksakan kehendak yang dianggapnya benar, karena belum tentu sesuatu
yang di anggap mereka benar adalah yang terbaik untuk Negara ini, karena itu
mereka tetap harus memperhatkan kepentingan lain, Kemudian yang keenam
adalah mahasiswa tidak boleh buta akan pengetahuan karena mereka adalah
sumber perubahan dan perubahan itu bisa di dapat jika mereka mau membuka
telinga akan budaya global di luar sana. Yang ketujuh adalah memiliki minat
besar untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan seperti pengetahuan
filsafat dan berbagai bidang keilmuan lain demi kecerdasan dan kemajuan
bangsa.
Lalu yang terakhir memiliki kesiapan untuk masuk di dalam masyarakat
dengan berbagai permasalahan yang ada di dalamnya serta di harapkan mampu
menyelesaikan permasalahan di dalamnya dengan skil yang dimiliki oleh
Mahasiswa. Dari begitu banyaknya beban tanggung jawab yang harus di
jalankan oleh pendidikan tinggi maka sebuah pendidikan tinggi haruslah
bermutu bukan justru mengalami krisis yang saat ini terjadi di Indonesia.
2.2.Plagiarisme
Plagiarisme merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan krisis
dalam pendidikan tinggi, plagiarisme tidak hanya dilakukan oleh kalangan
mahasiswa strata satu yang masih minim dengan ilmu-ilmu pengetahuan
sehingga dalam berbagai tugasnya mereka merasa perlu untuk melakukan
plagiarisme karena ketidakmampuan mereka untuk menyajikan karya ilmiah
yang mereka anggap bagus dan bermutu, selain ketidakmampuan tersebut
adapula faktor kesempatan misalnya saja seorang mahasiswa yang melakukan
plagiarisme dalam proses penulisan skripsi, dalam keadaan yang kadang
membuat mereka kehabisan kata-kata karena harus memenuhi tuntutan yang
diberikan oleh lembaga pendidikan tinggi kemudian membuat mereka memiki
kesempatan melakukan plagiarisme ditambah lagi jika mereka memiliki
pembimbing skripsi yang mungkin acuh dan hanya mau menerima hasil tanpa
peduli dengan perkembangan mahasiswanya mungkin karena kesibukan yang
begitu padat atau karena banyaknya mahasiswa yang dibimbingnya sehingga
dosen tersebut tidak punya banyak waktu untuk melakukan penilaian secara
6
mendalam terhadap mahasiswanya, kesempatan inilah yang kemudian
dimanfaatkan mahasiswa untuk melakukan plagiarisme tanpa harus lama-lama
berfikir dan merangkai kalimat.
Selain itu plagiarisme ini juga sering dilakukan oleh para Dosen bahkan
Mentri dan juga mereka-mereka yang sudah memiliki jam terbang tinggi dalam
dunia pendidikan, dan merekapun paham betul dengan berbagai ilmu
pengetahuan juga tidak menutup kemungkinan bahwa mereka telah banyak
membaca buku-buku pengetahuan umum, tapi nyatanya mereka-mereka ini
masih tergoda dengan tulisan-tulisan yang dianggapnya bagus dan kemudian
diambil untuk menambah daftar prestasi mereka tanpa mencantumkan dari
mana tulisan tersebut diadopsi.
Kebobrokan semacam inilah yang kemudian menjadikan pendidikan tinggi
mengalami sebuah krisis, karena memang cukup banyak kasus plagisrisme
yang berhasil diketahui oleh publik, misalnya saja kasus yang dituliskan pada
salah satu media online yang menyebutkan beberapa nama yang berani
mempublikasikan tulisan hasil plagiarisme yang mereka lakukan tanpa
memberikan dari mana asal tulisan tersebut didapatkan, seperti disertasi Yahya
Muhaimin di MIT yang dimana dia adalah seorang Mentri Pendidikan pada
masa presiden Megawati, dengan jabatannya sebagai Mentri Pendidikan
harusnya dia adalah orang yang mampu menghargai sebuah karya pendidikan
dan memberikan contoh untuk memperbaiki karya dalam bidang pendidikan
yang bermutu dan tentunya jauh dari praktik plagiarisme, dia juga merupakan
Guru Besar di Universitas Gaja Mada (UGM), yang harusnya memberikan
contoh untuk banyak mahasiswanya, dapat dibayangkan orang dengan jabatan
tinggi dan tentulah disegani banyak orang melakukan pelanggaran di bidang
ilmu pengetahuan yang memalukan untuk dirinya dan tentu pula untuk Negara
Indonesia, kemudian pelagiarisme yang dilakukan oleh Prof. Agung Anak
Banyu Perwita seorang Guru Besar juga di Universitas Katolik Parahyangan
yang menjiplak beberapa artikel ilmiah yang telah diterbitkan di Jakarta post,
dan yang baru lagi adalah plagiarisme yang dilakukan oleh Dr. Zuliansyah dari
Institut Tekhnologi Bandung (ITB) dalam tulisanya yang diikutkan dalam
sebuah seminar ilmiah di China saat dia masih berstatus mahasiswa strata tiga,
hal ini tentu sangat memalukan bagi ITB dan juga Indonesia karena dia
membawanya dalam acara internasional yang diadakan di China.
Kasus-kasus plagiarisme yang dilakukan oleh beberapa orang ternama
yang seharusnya menyuarakan anti plagiarisme inilah yang kemudian
menjadikan krisis dalam pendidikan tinggi semakin parah, karena bukan hanya
mahasiswa yang minim dengan ilmu pengetahuan jika dibanding dengan
7
mereka, yang kemudian melakukan plagiarisme, ternyata mereka yang
harusnya dijadikan contohpun melakukan pelanggaran yang sama dengan apa
yang dilakukan oleh para mahasiswa.
Kasus plagiarisme merupakan akar permasalahan penting dalam dunia
pendidikan sehingga plagiarisme ini patut dijadikan alasan kenapa pendidikan
saat ini mengalami krisis, mereka yang melakukan plagiarisme pasti memiliki
alasan yang hampir semuanya sama yaitu kurangnya pengetahuan atau malas
untuk menyusun kata menjadi sebuah kalimat yang bagus atau memang
kurangnya minat menulis di dalam pendidikan tinggi. Dalam sebuah
pendidikan tinggi harusnya budaya menulis ini selalu ditekankan sebagai upaya
pemulihan krisis pada pendidikan tinggi, karena dengan keinginan menulis
seseorang akan selalu mencari informasi dari berbagai sudut, selalu
memperkaya buku-buku bacaan dan berbagai literatur lain selain itu mereka
juga pasti akan banyak melakukan diskusi dengan masyarakat luar untuk
mencari masalah yang harus diselesaikan selain itu yang terpenting adalah
melatih seorang individu dalam hal menulis sehingga mengurangi adanya
tindakan plagiarisme di kalangan intelektual, mahasiswa, dosen, guru besar
bahkan pejabat Negara.
Budaya menulis inipun yang selanjutnya dapat memperbaiki pandangan
dunia terhadap Indonesia karena banyaknya tulisan-tulisan ilmiah yang akan
masuk dan diterbitkan dalam publikasi ilmiah. Menurut laporan UNESCO
jumlah publikasi ilmiah Indonesia di tahun 2004 hanya sekitar 0,012% dari
jumlah publikasi ilmiah yang masuk pada tahun itu, tentu ini adalah jumlah
yang sedikit dibandingkan negara lain seperti Malaysia dan Singapura yang
merupakan tetangga kita, Karena beberapa kejahatan intelektual yang sering
dilakukan oleh pelaku dunia pendidikan inilah yang kemudian menjadikan
banyak lulusan dari pendidikan tinggi tidak bermutu, tidak memiliki banyak
pengetahuan dan tidak dapat menciptakan perubahan yang dapat membuat
masyarakat berkembang menjadi lebih baik, artinya dalam hal ini adalah
mereka tidak kreatif dan hanya bisa ikut-ikutan saja dalam melakukan
perannya, bukan berfikir untuk melakukan dan menciptakan hal baru yang
lebih menarik dari sebelumnya.
Sehingga kebanyakan lulusan dari pendidikan tingga hanya bisa bekerja
dan mensejahterakan dirinya sendiri bukan menjadi interpreneur yang mampu
memperkerjakan banyak orang dan mensejahterakan masyarakat luas, jikapun
ada itu hanya seratus banding satu. Lalu siapa yang harus disalahkan dalam
gagalnya peran pendidikan tinggi untuk mencetak lulusan yang mampu berbuat
8
jujur, berkarakter dan kreatif. Tidak ada yang dapat disalahkan dari adanya
praktik plagiarisme tersebut karena memang plagiarisme bukan sepenuhnya
kesalahan yang dihasilkan dari tingkatan pendidikan tinggi saja tapi juga
merupakan karakter seseorang yang dibentuk dari mulai pendidikan dasar.
Menurut Permen No. 17 Tahun 2010, plagiarisme atau yang sering disebut
plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh
atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan
mengutip sebagian atau seluruh karya dan atau karya ilmiah pihak lain yang
diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan
memadai.
Dan kegiatan plagiarisme ini telah membudaya di Indonesia dalam dunia
pendidikan bagi kalangan pelajar, mahasiswa ataupun dosen. Mereka
menganggap kegiatan mengcopy pendapat atau tulisan orang lain tanpa
disertakan sumber untuk dimasukkan dalam tugas, penelitian, dan karya ilmiah
termasuk hal yang biasa, bahkan ada pula yang tidak mengetahui bahwa
kegiatan mereka termasuk kegiatan plagiat dan dapat dikenakan sanksi bagi
pelakunya. Sebagai contoh saya sendiri, sewaktu menjadi pelajarSMP saya
sering mengcopy dan paste referensi dari internet tanpa mengcantumkan
sumber, karena dahulu saya tidak mengetahui bahwa tulisan yang ada di
internet itu memang ada penulis yang harus dihargai yang saya tahu saat itu
adalah bahwa tulisan di internet bebas diambil oleh siapapun tanpa
mencantumkan sumber karena semua yang ada di internet memang untuk saya,
dan guru sayapun tak pernah memberitahu dan membiasakan setelah
mengambil tulisan orang harus mencantukan sumber.Dan saya baru
mengetahui saat SMA bahwa saat mendapatkan tugas harus menyertakan
sumber, tetapi saat itu saya tak menyertakan sumber dengan lengkap karena
saya lupa menggunakan sumber yang mana dan menurut saya dulu sumber itu
tidak begitu penting. Dan baru saat SMA kelas 3 ini, saya baru mengetahui
apabila orang yang mengcopy tulisan orang tanpa disertakan sumber disebut
plagiat dan mulai saat itu saya benar – benar memperhatikan dari sumber mana
saya mendapatkan.
Berikut ini adalah beberapa jenis plagiarisme :Plagiarisme minimalis: Di
sini, penulis plagiator orang lain konsep, gagasan, pikiran, atau pendapat dalam
kata-kata mereka sendiri dan dalam aliran yang berbeda. Plagiarisme Sumber
Kutipan: Ketika informasi sumber lengkap dengan kutipan disediakan, tidak
berjumlah plagiarisme. Namun, definisi sumber kutipan lengkap bervariasi
jauh. Beberapa penulis mengutip nama sumber, tetapi tidak memberikan
9
informasi yang dapat diakses lainnya. Sementara beberapa mudah memberikan
referensi palsu, beberapa hanya menggabungkan informasi mereka dengan
karya asli penulisan. Seorang penulis hantu adalah contoh sempurna dari
plagiator.
Di sini penulis merasa bebas untuk sumber informasi dan mereproduksi itu
sebagai milik mereka. PlagiarismeSelf-plagiarisme: Bentuk plagiarisme yang
mungkin paling diperebutkan sebagai "itu" dan "tidak". Menggunakan karya
sendiri, sepenuhnya atau sebagian, atau bahkan pikiran yang sama dan remenulisnya, dikenal sebagai self-plagiarisme oleh banyak orang. Selain itu
Bapak Wasmen juga menjelaskan jenis-jenis perbuatan tercela dalam
pengetahuan atau kegiatan plagiarisme yang lain diantaranya, fabrikasi
(mengarang-ngarang data), falsifikasi (mengubah data supaya hasik sesuai
dengan kemauan peneliti/pembimbing/atau sponsor) dan terakhir plagiarisme
(mengambil ide, data, atau tulisan orang lain tanpa menyebutkan sumbernya
aytau mengakui pemiliknya). Beliau melanjutkan bahwa plagiarisme terdiri
dari dua kategori yaitu, plagiarisme atas karya orang lain dan plagiarisme atas
karya sendiri. Terkait dengan plagiarisme atas karya sendiri, Beliau
menjelaskan bahwasannya plagiarisme atas karya sendiri terkait dengan
publikasi data penelitian yang sama berulang-ulang pada jurnal yang berbeda,
membagi-bagi atau memecah data penelitian yang harusnya menjadi satu
kesatuan dan diterbitkab menjadi artikel yang berbeda.
2.3.Faktor Penyebab Melakukan Plagiarisme
Berdasarkan faktor penyebab, plagiarisme dibedakan menjadi
plagiarisme yang disengaja dan tidak disengaja. Plagiarisme yang disengaja
terjadi apabila sejak awal tindakan plagiarisme tersebut telah dipikirkan dan
direncanakan. Hal tersebut mungkin terjadi pada berbagai keadaan, misalnya
tidak mempunyai cukup waktu untuk menghasilkan karya tulis sendiri, tidak
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan karya sendiri, berpikiran bahwa
pembaca tidak mungkin mengetahuinya, dan khusus untuk mahasiswa
berpikiran bahwa dosen pembimbing tidak akan mengetahui perbuatan
plagiarisme bahkan mungkin tidak peduli, serta berpura-pura tidak tahu dan
tidak paham akan plagiarisme. Dengan niat sengaja, plagiarisme dapat terjadi
dengan cara mengutip atau menjiplak yang lazim dikenal sebagai block–copy–
paste karya orang lain dalam jumlah kecil atau besar. Karya tersebut dapat
berasal dari buku teks, majalah ilmiah, mengunduh bacaan dari internet atau
mengutip karya teman tanpa mencantumkan penulis asli dan sumber informasi.
Cara lain adalah meminta orang lain, biasanya disertai dengan imbalan jasa
untuk menuliskan karya imiah. Plagiarisme yang tidak disengaja dapat terjadi
dengan melakukan pengutipan panjang atau pendek tetapi kemudian lupa
10
mencantumkan nama penulis asli dan sumber Penyebab lain adalah
ketidaktahuan cara menempatkan referensi yang seharusnya dilakukan dalam
karya tulis atau cara mengutip dengan baik dan benar, bahkan tidak mengetahui
cara melakukan parafrasa. Setelah membaca karya tulis penulis lain dan
membuat catatan tentang penulis dan sumber informasi, tetapi lupa
mencantumkannya ketika memasukkan dalam karya sendiri. Merasa bahwa
tulisan tersebut bukan sebuah karya ilmiah misalnya cerita pendek popular
sehingga menganggap tidak perlu menuliskan nama penulis dan sumber
informasi yang dikutip.
2.4.Jenis Plagiarisme
Metaphor plagiarism adalah mengutip atau menjiplak bagian karya
penulis lain dan digunakan untuk memperjelas makna dari tulisan sendiri.
Metaphor plagiarism umumnya dilakukan apabila penulis merasa bahwa
sebuah fenomena yang ditulis dalam karyanya belum cukup mampu dijelaskan
kepada pembaca. Oleh sebab itu, penulis membutuhkan dukungan tulisan
penulis lain dengan isi yang diperkirakan lebih mampu menjelaskan
fenomena tersebut. Menjiplak metafora dan tidak mencantumkan nama penulis
dan sumber yang dikutip disebut metaphor plagiarism.
Demikian pula dengan idea plagiarism yaitu mengambil dan mengutip
gagasan seorang penulis yang telah mengeluarkan sebuah gagasan untuk
pemecahan suatu masalah atau menggambarkan konsep suatu fenomena dan
dikutip dalam karya tulis sendiri tanpa mencantumkan nama penggagas dan
sumber informasi. Apabila perlu, pada catatan kaki diberi keterangan yang
cukup sehingga pembaca memahami gagasan tersebut bukan gagasan sendiri.
Dalam membuat karya ilmiah, penulis harus dapat memilah dan
membedakan ide murni dari pemikiran sendiri dan ide orang lain yang menjadi
pengetahuan umum. Beberapa literatur mengatakan bahwa ide yang bersifat
umum tidak wajib disebutkan sumbernya. Idea plagiarism dapat terjadi apabila
si penulis, mahasiswa, mendapatkan gagasan dari pembimbing atau sesama
teman kemudian ide tersebut dituangkan ke dalam karya si penulis. Secara
ideal, sumber gagasan tersebut disebutkan pada catatan kaki. Apabila tidak
yakin kapan harus mencantumkan nama orang yang membantu gagasan atau
ragu memutuskan gagasan public domain maka mahasiswa dapat
mendiskusikan hal tersebut dengan pembimbing.
Dengan demikian, pembimbing mengetahui dan dapat membantu
mempertahankan karya mahasiswa. Selalu mencantumkan sumber
11
gagasan tersebut dan apabila tidak berasal dari referensi buku, pemberi gagasan
dihargai dengan mengucapkan terima kasih pada bab acknowledgment atau
ucapan terima kasih yang ditulis sebagai bagian terakhir dari karya ilmiah.
Penentuan idea plagiarism sulit dilakukan sebab ide adalah hal yang bersifat
virtual. Diperlukan penelusuran pustaka yang cermat dan pertimbangan yang
sah dari para ahli termasuk para editor majalah ilmiah.
Self plagiarism yang juga dikenal dengan plagiarisme daur ulang,
swaplagiarisme, plagiarisme diri, karya tulis duplikat, atau publikasi berulang
banyak menimbulkan pro dan kontra di kalangan para ahli.
Di sini, penulis mengutip atau menjiplak sebagian atau seluruh hasil
karya sendiri secara identik dan mengirimkan ke sejumlah jurnal untuk
dipublikasikan, tanpa mencantumkan informasi karya sendiri yang dikutip atau
karya terdahulu sudah pernah dipublikasikan di majalah ilmiah sebelumnya.
Karya ilmiah sama yang berhasil dimuat pada lebih dari satu majalah disebut
publikasi ganda atau multiplepublication. Beberapa rujukan mengatakan bahwa
self plagiarism tidak etis apabila masih diterbitkan di majalah ilmiah lain dan
mendapat hak cipta. Namun, beberapa pengarang lain menyatakan bahwa tidak
ada pelanggaran hak cipta sebab yang menerbitkan ulang adalah pengarangnya
sendiri. Keputusan Rektor UI pada Bab 1 Pasal 1 mendefinisikan self
plagiarism sebagai tindakan seseorang yang menggunakan berulang-ulang ide
atau pikiran yang telah dituangkan dalam bentuk tertulis dan atau tulisannya
sendiri sebagian atau keseluruhan tanpa menyebutkan sumber pertama yang
telah dipublikasikan sehingga seolah- olah merupakan ide, pikiran, dan atau
tulisan yang baru dan menguntungkan diri sendiri. Di dunia pendidikan,
penulis sangat mungkin melakukan publikasi berulang pada majalah ilmiah
yang berbeda dengan maksud lebih menyebarluaskan hasil penelitian atau
pemikiran.
Beberapa editor majalah ilmiah membuat patokan apabila 50% dari
karya berulang adalah sama persis dengan karya terdahulu, harus ditolak untuk
mencegah daur ulang. Self plagiarism bukan masalah. Beberapa faktor yang
memungkinkan daur ulang dari karya tulis sendiri tanpa dituduh sebagai self
plagiarism antara lain karya tulis sebelumnya perlu ditulis ulang untuk
dijadikan dasar dari karya berikut yang merupakan karya baru dari penulis
tersebut; beberapa bagian dari karya tulis sebelumnya perlu diulang dan
dituangkan kembali dalam karya tulis yang baru untuk mendukung konsep baru
yang ditulis sekarang; pembaca karya tulis sebelumnya dan pembaca karya
tulis sekarang sangat berbeda dalam waktu dan tempat. Memublikasikan karya
tulis yang sama tetapi dengan bahasa berbeda dalam majalah yang berbeda
12
pula dianggap sangat perlu untuk mendiseminasikan isi dan makna dari karya
tulis asli (memperluas jumlah pembaca).
Penulis beranggapan bahwa karya tulis pertama sudah sempurna dan
bagus sehingga pada waktu menuliskan kembali tidak ada satu pun bagian dan
katakata yang diubah. Pada pembaca yang berbeda, seorang penulis ingin lebih
menyebarluaskan isi atau pesan dalam karya tulis ke lingkaran pembaca yang
lebih luas. Samuelson pernah mendaur ulang karya tulis sendiri dengan
menerjemahkan karya tulis pertama dari bahasa Inggris ke bahasa Jerman.5
Self plagiarism merupakan kejanggalan, sebab plagiarisme berlaku pada
pencurian karya orang lain. Namun, diakui bahwa terdapat unsur tidak etis
dalam self plagiarism dari segi memublikasikan karya yang sama secara
berulang. Terlihat bahwa kalangan mahasiswa ada kecenderungan
memasukkan satu tugas karya tulis dalam beberapa mata kuliah yang berbeda.
David B.
Resnik melihat self plagiarism sebagai ketidakjujuran tetapi bukan
pencurian karya.5 Self plagiarism dikelompokkan dalam 4 jenis yaitu
menduplikasikan satu artikel dan memublikasikan
ke beberapa jurnal; memenggal sebuah karya ilmiah menjadi beberapa karya
tulis yang baru (salamislicing); daur ulang karya tulis yang sudah ada; dan
pelanggaran hak cipta. Semuanya disebut plagiat apabila tidak mencantumkan
informasi tentang karya terdahulu.3 Dengan kemajuan pada era digital, dalam
hitungan tik, informasi sudah dapat diakses dengan mudah. Semakin banyak
majalah ilmiah elektronik, diperkirakan plagiarisme semakin mudah terjadi.
Namun, para editor majalah ilmiah terkemuka telah menyiapkan peranti lunak
untuk mencegah plagiarisme elektronik agar berbagai karya tulis dari majalah
tersebut tidak dapat diunduh.
Apabila ingin mengunduh sebuah karya tulis dari sebuah majalah
elektronik, si pengunduh diharuskan mendaftar terlebih dahulu, ada yang bebas
biaya dan ada yang mengharuskan pembayaran sebagai anggota untuk dapat
mengakses informasi yang dibutuhkan.
13
BAB III
METODOLOGI
3.1.Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 23 Agustus 2017 sampai selesai.
Sedangkan tempat penelitian yaitu lingkungan kampus Politeknik Pertanian
Negeri Pangkep.
3.2,Metode Penelitian
Teknik pengumpulan data yang kami gunakan pada saat melakukan
penelitian adalah sebagai berikut :
1.
Wawancara
Wawanca adalah suatu proses melakukan kegiatan tanya jawab seseorang
dengan orang lain.Adapun orang yang melakukan wawancara disebut
pewancara dan orang yang di wawancarai disebut narasumber.Wawancara
juga salah satu cara dalam teknik pengumpulan data yang sangat akurat
karna dapat berinteraksi langsung dengan orang yang ingin di wawancarai.
14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Berdasarkan pengambilan data tentang Plagiarisme Dalam Pendidikan,
dapat dijabarkan pada table berikut:
Tabel 1. Faktor penyebab plagiarisme
N
Nama
Tanggapan
o
1
Ilham
Malas, kesibukan, kepepet dengan
keadaan
2
Syamsul Bahri
Kurangnya kekreatifan
3
Setiawan
Malas, kurang kreatif
Sumber data : Mahasiswa Politani Pertanian Negeri Pangkep
Tabel 2. Dampak plagiarisme
No
Nama
1
Syamsul Bahri
Positif
Negatif
Menguntungkan
Merugikan bagi
bagi melakukan
yang diplagiat
plagiat
2
Setiawan
Melanggar hak
Sumber data : Mahasiswa Politani Pertanian Negeri Pangkep
Table 3. Solusi
No
Nama
.
1
Syamsul Bahri
Solusi
Mengembangkan kekreatifan,
tergantung dari person
2
Setiawan
Kembagkan kreatifitas, lebih banyak
belajar
Sumber data : Mahasiswa Politani Pertanian Negeri Pangkep
4.1. Pembahasan
a. Faktor penyebab
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan dikalangan mahasiswa
Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, ada beberapa mahasiswa yang
berpendapat yaitu :
1) Faktor malas
Faktor malas merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang yang tidak mau bekerja dan berusaha. Serta, menurunnya
motivasi dalam melakukan sesuatu.
2) Kesibukan
15
Banyaknya kesibukan atau pekerjaan sesorang dapat membuat
sesorang dapat melakukan plagiat.
3) Kepepet dengan keadaan
Seseorang melakukan plagiat karena kurangnya waktu untuk
berfikir sehingga mengambil keputusan untuk meniru.
4) Kurangnya kekreatifitas
Kurangnya kemampuan dan keterampilan untuk memecahkan
sebuah masalah untuk mendapatkan solusi-solusi yang unik.
b. Dampak plagiarisme dalam pendidikan
Dari hasil survei yang dilakukan dikalangan mahasiswa Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep. Dari 5 mahasiswa yang diwawancarai ada
beberapa mahasiswa yang berpendapat dampak positif dan negatif
diantaranya :
1) Dampak positif
Menguntungkan bagi orang yang melakukan plagiat karena lebih
mudah dan cepat mendapakan idea atau suatu karya.
2) Dampak negatif
a) Merugikan bagi orang yang memiliki ide atau karya karena merasa
karyanya ditiru oleh orang lain tanpa izin dari pembuat karya
tersebut.
b) Melanggar Hak
Sesorang dapat dikatakn melanggar hak apabila, orang tersebut
melakukan suatu tindakan tanpa izin dari hak cipta.
c. Solusi pencegahan meluasnya plagiarisme
Beberapa mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep berpendapat
mengenai solusi pencegahan plagiarisme diantaranya :
1) Mengembangkan kekreatifan
Setiap mahasiswa mengembangkan kreatifitasnya masing-masing
sehinggan tidak meniru atau melakukan tindakan plagiat terhadap
idea tau karya seseorang.
2) Tergantung person
Setiap orang memiliki ide dan kepribadian yang berbeda-beda
tergantung bagaimana cara mengembangkan ide tersebut.
3) Lebih banyak belajar
Seseorang mahasiswa harus mengasah diri dengan cara lebih banyak
belajar, berinteraksi dengan orang lain yang lebih berpengalaman
serta memiliki motivasi untuk menciptakan hal yang baru.
16
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam pembuatan makalah ini :
1. Pendidikan tinggi adalah sebuah tempat yang memegang peran penting
dalam perkembangan sebuah Negara sehingga semua agen yang biasa di
sebut dengan Mahasiswa harus mampu memberikan konstribusi aktif
dalam proses pembangunan dan perkembangan Negara, itulah sebabnya
kenapa kemajuan sebuah Negara pastilah di tentukan oleh mutu institusi di
dalam Negara tersebut termasuk pendidikan tinggi yang juga memegang
peran penting dalam perkembangan bangsa, sehingga pendidikan tinggi
memegang tanggung jawab yang besar untuk menciptakan manusiamanusia yang akan membawa perubahan bagi bangsa ini seperti
membentuk karakter yang kuat kepada setiap individu di dalamnya untuk
memajukan bangsa dengan berbagai prestasi mereka yang kemudian dapat
di jadikan skill untuk membantu memperbaiki bangsa ini.
2. Plagiarisme merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan krisis
dalam pendidikan tinggi, plagiarisme tidak hanya dilakukan oleh kalangan
mahasiswa strata satu yang masih minim dengan ilmu-ilmu pengetahuan
sehingga dalam berbagai tugasnya mereka merasa perlu untuk melakukan
plagiarisme karena ketidakmampuan mereka untuk menyajikan karya
ilmiah yang mereka anggap bagus dan bermutu, selain ketidakmampuan
tersebut adapula faktor kesempatan.
5.2. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas maka sebagai mahasiswa kita harus
mengasah dan mengembangkan kekreatifitas sehingga tidak melakukan
plagiat atau menjadikan hak cipta seseorang menjadi milik sendiri.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kompasiona.com/resitadyah/plagiarisme-dalampendidikan_5528c3f76ea8340f3f8b45b8
18
LAMPIRAN
Wawancara kak Setiawan
Wawancara kak Syamsul Bahri
Wawancara kak Ilham
19