PENGUATAN SILA KEDUA PANCASILA DALAM MEN

PENGUATAN SILA KEDUA PANCASILA DALAM MENGATASI KASUS HAM DI
INDONESIA
Edwin Maulana Fauzi
Politeknik Negeri Bandung
[email protected]
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia hidup di dalam berbagai macam keberagaman, baik itu suku,
bangsa, budaya dan agama. Dari ke semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu
keutuhan. Menjadi kesatuan dan bersatu di dalam persatuan yang kokoh di bawah
naungan Pancasila dan semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika.
Di Indonesia perlu adanya Pancasila. Karena Pancasila adalah sebagai dasar
atau landasan utama Negara kita. Tanpa adanya Pancasila mungkin kita tidak akan
ada sampai sekarang ini. Hanya Pancasila yang dapat mengatur Negara kita, karena
di dalam Pancasila terdapat norma-norma dan aturan-aturan yang harus dipatuhi
oleh setiap manusia di Negara kita Republik Indonesia. Ada juga yang tidak kalah
penting dari Pancasila yaitu Undang-Undang Dasar 1945 (UUD45). Undangundang Dasar 1945 juga sebagai pokok utama kemerdekaan Indonesia dan juga
sebagai landasan utama. Mungkin banyak orang yang belum menyadari arti dari
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 di Negara kita Republik Indonesia.
Di jaman yang modern dan penuh persaingan seperti saat ini, masih banyak
orang-orang yang tidak mampu dan dikucilkan olah masyarakat. Mereka dikucilkan

dari masyarakat karena mereka dianggap tidak mempunyai kemampuan dan
ketrampilan yang memadai. Hal ini sangat bertentangan sekali dengan pengamalan
pancasila terumata sila ke-2 yang berbunyi “Kemanusiaan Yang Adil dan beradap”.
Di sila ke dua ini terkandung makna :
 mengakui persamaan derajat. persamaan hak dan persamaan kewajiban
antara sesama manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk
Tuhan.
 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
 Bertingkah laku sesuai dengan adap dan norma yang berlakudi
masyarakat
Inti dari Pancasila sila ke – 2 “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” adalah
landasan manusia. Jadi setiap apapun penyelenggaraan Negara, acara Negara, atau
apapun yang berhubungan dengan Negara yang diadakan di Indonesia harus sesuai
dengan sifat-sifat manusia dan hakekat manusia. Karena manusia tak lepas dari
HAM (Hak Asasi Manusia). Setiap manusia memiliki HAM (Hak Asasi Manusia)
masing-masing.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana permasalahan HAM yang terjadi di Indonesia?
b. Apa faktor marak terjadinya kasus HAM di Indonesia ?
c. Bagaimana penguatan sila kedua Pancasila untuk mengatasi permasalahan

HAM di Indonesia?

2. Pembahasan
2.1 Permasalahan HAM yang terjadi di Indonesia
Permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan HAM di Indonesia tidak lepas
dari kasus-kasus pelanggaran HAM yang cukup popular di masyarakat kasus kasus
tersebut diantaranya sebagai berikut :
a. Pembantaiaan Rawagede
Pembantaian Rawagede merupakan pelanggaran HAM yang terjadi
penembakan dan pembunuhan penduduk kampung Rawagede oleh tentara
Belanda tanggal 9 Desember 1945 bersamaan dengan Agresi Militer Belanda I.
Akibatnya puluhan warga sipil terbunuh oleh tentara Belanda yang kebanyakan
dibunuh tanpa alasan yang jelas. Tanggal 14 September 2011, Pengadilan Den
Haag menyatakan pemerintah Belanda bersalah dan harus bertanggung jawab
dengan membayar ganti rugi kepada keluarga korban pembantaian Rawagede.
b. Kasus Pembunuhan Munir
Munir Said Thalib merupakan aktifis HAM yang pernah menangani
kasus-kasus pelanggaran HAM. Munir lahir di Malang pada 8 Desember 1965.
ia meninggal pada 7 September 2004 di dalam pesawat Garuda Indonesia ketika
Munir sedang melakukan perjalanan menuju Amsterdam, Belanda. Spekulasi

mulai bermunculan, banyak berita yang mengabarkan bahwa Munir meninggal
di dalam pesawat karena serangan jantung, dibunuh, bahkan diracuni. Namun,
sebagian orang percaya bahwa Munir meninggal karena diracun menggunakan
Arsenikum di makanan atau minumannya saat ia merada di dalam pesawat.
Kasus ini sampai sekarang masih belum ada titik temu, bahkan kasus ini
telah diajukan ke Amnesty Internasional dan tengah diproses. kemudian pada
tahun 2005, Pollycarpus Budihari Priyanto selaku Pilot pesawat yang
ditumpangi munir dijatuhi hukuman 14 tahun penjara karena terbukti bahwa ia
merupakan tersangka dari kasus pembunuhan Munir, karena dengan sengaja
Pollycarpus menaruh Arsenik di makanan Munir sehingga ia meninggal di
pesawat.
c. Pembunuhan Aktivis Buruh Wanita, Marsinah
Kasus Marsinah terjadi pada 3-4 Mei 1993. Seorang pekerja dan
aktivitas wanita PT Catur Putera Surya Porong, Jatim. Peristiwa ini berawal dari
aksi mogok yang dilakukan oleh Marsinah dan buruh PT CPS. Mereka
menuntun kepastian pada perusahaan yang telah melakukan PHK mereka tanpa
alasan. Setelah aksi demo tersebut, Marsinah malah ditemukan tewas 5 hari
kemudian. Ia tewas di kawasan hutan Wilangan, Nganjuk dalam kondisi
mengenaskan dan diduga menjadi korban pelanggaran HAM berupa
penculikan, penganiayaan dan pembunuhan. Penyelidikan masih belum

menemukan titik terang hingga sekarang.
d. Tragedi Trisakti
Peristiwa penembakan mahasiswa Universitas Trisakti pada tanggal 12
Mei 1998, pada saat demonstrasi menuntut Soeharto mundur dari jabatannya.
Dalam kasus ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti
diantaranya : Hendrawan Sie (1975-1998), Heri Hertanto (1977-1998), Elang
Mulia Lesmana (1978-1998) dan Hafidin Royan (1976-1998). Mereka tewas

tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti
kepala, tenggorokan, dan dada.
Itulah beberapa contoh kasus-kasus popular yang berkaitan dengan
pelanggaran ham di Indonesia. Selain kasus tersebut di Indonesia sendiri masih
marak terjadinya kasus-kasus pelanggaran HAM baik kasus pelanggaran HAM
ringan maupun kasus pelanggaran HAM berat.

2.2 Faktor Penyebab Maraknya Kasus HAM di Indonesia
Maraknya kasus pelanggaran HAM di Indonesia di sebabkan oleh 2 faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal adalah
faktor dorongan untuk melakukan pelanggaran ham yang timbul dari diri pelaku.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor pendorong melakukan pelanggaran HAM

yang berasal dari luar diri pelaku
.
2.2.1 Faktor Internal
Yang menjadi factor penyebab terjadinya pelanggaran HAM adalah
sebagai berikut:
a. Sikap egois dan terlalu mementingkan diri sendiri
Sikap ini akan menyebabkan seseorang untuk selalu menuntut
semua haknya sementara kewajiban nya sering di abaikan.
Seseorang yang seperti ini akan memiliki pikiran untuk
menghalalkan segala cara agar haknya terpenuhi meskipun hal itu
melanggar hak orang lain.
b. Rendahnya kesadaran akan HAM
Kesadaran akan HAM masyarakat Indonesia tergolong masih
rendah.Hal ini akan menyebabkan pelaku pelanggaran untuk berbuat
seenaknya. Factor ini menyebabkan seorang pelaku tidak mau tahu
bahwa orang lain pun mempunyai hak yang harus dihormati.
c. Sikap tidak toleran
Sikap ini menyebabkan munculnya rasa saling tidak menghargai
dan menghormati atas kedudukan dan keberadaan orang lain. SIkap
ini selanjutnya akan menimbulkan orang untuk melakukan

diskriminasi terhadap orang lain.
2.2.2

Faktor Eksternal
Yang menjadi factor eksternalnya adalah sebagai berikut:
a. Penyalahgunaan Kekuasaan
Dimasyarakat banyak terdapat kekuasaan yang berlaku.
Kekuasaan disini tidak hanya menunjuk pada kekuasaan
pemerintah. Tetapi juga bentuk-bentuk kekuasaan lain yang terdapat
di masyarakat.

b. Ketidaktegasan apparat penegak hokum
Aparat penegak hukum yang tidak bertindak tegas pada suatu
kasus pelanggaran HAM tentu akan mendorong timbulnya
pelanggaran HAM lainnya. Penyelesaian kasus pelanggaran yang
tidak tuntas akan menjadi pemicu munculnya kasus-kasus lain, para
pelaku tidak akan merasa jera, dikarenakan mereka tidak menerima
sanksi yang tegas akan perbuatannya itu. Selain hal tersebut, apparat
penegak hukum bertindadk sewenang-wenang juga merupakan
pelanggaran HAM dan menjadi cocntoh yang tidak baik, serta dapat

mendorong terjadinya pelanggaran oleh masyarakat umumnya.
c. Penyalahgunaan Teknologi
Kemajuan teknologi dapat memberikan pengaruh positif , tetapi
juga bias memberikan pengaruh negatif bahkan dapat memicu
timbulnya kejahatan
. Selain itu juga, kemajuan teknologi
dalam bidang produksi ternyata dapat menimbulkan dampak negatif,
misalnya munculnya pencemaran lingkungan yang bisa
mengakibatkan terganggunya kesehatan manusia.
d. Kesenjangan social dan ekonomi yang timggi
Kesenjangan menggambarkan telah adanya ketidakseimbangan
yang mencolok didalam kehidupan masyarakat. Biasanya
pemicunya adalah perbedaan tingkat kekayaan atau jabatan yang
dimiliki. Apabila hal tersebut dibiarkan, maka akan menimbulkan
terjadinya pelanggaran HAM, misalnya perbudakan, pelecehan,
perampokan bahkan bisa terjadi pembunuhan.
2.3 Penguatan Sila Kedua Pancasila dalam Mengatasi Kasus HAM di Indonesia
Untuk mengatasi masalah HAM di Indonesia diperlukan penguatan nilai-nilai
Pancasila terutama Pancasila sila ke dua. Penguatan-penguatan tersebut dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia. Butir ini menghendaki bahwa setiap manusia mempunyai
martabat, sehingga tidak boleh melecehkan manusia yang lain, atau
menghalangi manusia lain untuk hidup secara layak, serta menghormati
kepunyaan atau milik ( harta, sifat, dan karakter) orang lain serta serta
menjalankan kewajiban atau sesuatu yang harus dilakukan sesama manusia
yaitu menghormati hak manusia lain seperti hidup, rasa aman, dan hidup layak.
b) Saling mencintai sesama manusia. Kata cinta menghendaki adanya suatu
keinginan yang sangat besar untuk memperoleh sesuatu dan rasa untuk memiliki
dan kalau perlu berkorban untuk mempertahankannya. Oleh sebab itu, terhadap
sesama manusia yang berbeda baik agama, suku, pendidikan, ekonomi, politik,
sebaran geografi seperti kota dan desa, dan lain-lain, sebagai manusia
Indonesia, kita harus tetap memiliki keinginan untuk mencintai sesama manusia
(yaitu rasa memiliki dan kemauan berkorban untuk sesama manusia sehingga
tercipta hidup rukun damai dan sejahtera.

c) Mengembangkan sikap tenggang rasa. Tenggang rasa menghendaki adanya
usaha dan kemauan dari setiap manusia Indonesia untuk menghargai dan
menghormati perasaan orang lain. Oleh sebab itu, butir ini menghendaki, setiap
manusia Indonesia untuk saling menghormati perasaan satu sama lain dengan

menjaga keseimbangan hak dan kewajiban. Sebagai contoh selalu memberikan
kritik yang membangun dengan cara yang santun dan berfokus pada
permasalahan alih-alih kepada individu.
d) Tidak semena-mena terhadap orang lain. Semena-mena berarti berwenangwenang, berat sebelah, dan tidak berimbang. Oleh sebab itu, butir ini
menghendaki, perilaku setiap manusia terhadap orang tidak boleh sewenangwenang, harus menjunjung hak dan kewajiban. Manusia karena kemampuan
dan usahanya sehingga mempunyai kelebihan dibandingkan yang lain baik
dalam kekuasan, ekonomi atau kekayaan dan status sosial tidak boleh
sewenang-wenang.
3. Simpulan
Permasalahan dan kasus tentang HAM di Indonesia memang tidak akan habis
tetapi kita tetap harus berusaha untuk menekan kasus tersebut salahsatunya dengan
menguatkan nilai-nilai pada Pancasila terutama sila kedua yaitu sila “Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab”. Dengan menguatkan nilai-nilai yang terkandung pada sila
tersebu kita mampu menegakkan HAM di Indonesia ini.
Daftar Pustaka
http://mybooksanddreams.blogspot.co.id/2016/04/penyebab-terjadinya-pelanggaran-hakasasi-manusia-di-indonesia.html diakses pada Tanggal 4 Oktober 2016
http://www.markijar.com/2016/05/16-contoh-kasus-pelanggaran-ham-di.html
pada tanggal 4 Oktober 2016

diakses


http://etikaberwarganegara.blogspot.co.id/2013/12/implementasi-sila-kedua-kemanusianyang.html diakses pada tanggal 5 Oktober