PROBLEMATIKA GURU DALAM MENERAPKAN MODEL
TUGAS !!!
PEMBELAJARAN MICRO TEACHING
“PROBLEMATIKA SEORANG GURU DALAM MENERAPKAN MODEL
PEMBELAJARAN INOVATIF (PROBLEM SOLVING) DALAM PROSES
PEMBELAJARAN”
OLEH :
RISKA NOVIANTY
A1A 313 046
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
KOLAKA
2016/2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
.......................................
DAFTAR ISI
....................................... i
A.
LATAR BELAKANG
....................................... 1
B.
PEMBAHASAN (ISI)
....................................... 5
C.
KESIMPULAN
....................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
....................................... 9
A.
LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesia pada umumnya lebih mengarah pada
model pembelajaran yang dilakukan secara massal dan klasikal, dengan berorientasi pada
kuantitas agar mampu melayani sebanyak-banyaknya peserta didik sehingga tidak dapat
mengakomodasi kebutuhan peserta didik secara individual di luar kelompok. Pendidikan
hendaknya mampu mengembangkan potensi kecerdasan serta bakat yang dimiliki peserta didik
secara optimal sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi diri yang dimilikinya
menjadi suatu prestasi yang mempunyai nilai jual yang tinggi.
Untuk mencapai tujuan pendidikan diatas, maka diperlukannya paradikma yang baru
oleh seorang guru dalam melaksanakan proses interaksi belajar dan mengajar, dimana yang
mulanya pembelajaran hanya berpusat pada guru saja diubah menjadi pembelajaran yang
inovatif dan berpusat pada siswa. Perubahan tersebut dapat diawali dari segi kurikulum, model
pembelajaran, ataupun cara mengajar seorang guru.
Pada dasarnya model pembelajaran inovatif ialah model pembelajaran dimana siswa
dilibatkan secara aktif dan bukan hanya dijadikan sebagai objek semata, pembelajaran tidak
lagi berpusat pada guru, akan tetapi pada siswa. Dalam hal ini, guru wajib memfasilitasi siswa
untuk belajar sehingga mereka lebih leluasa untuk belajar. Dalam pembelajaran inovatif,
metode yang digunakan bukan lagi bersifat monoton seperti metode ekspositori atau metode
ceramah, melainkan metode yang sudah bersifat fleksibel dan dinamis sehingga dapat
memenuhi kebutuhan siswa secara keseluruhan.
Model pembelajaran inovatif problem solving (pemecahan masala) ialah suatu model
pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan
masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan
Dalam hal ini, untuk menerapkan model pembelajaran inovatif problem solving, seorang
guru pasti memiliki kendala-kendala ataupun problematikanya tersendiri, dilihat dari tingkat
kesukarannya dalam penerapan model ini seorang guru dituntut untuk memfasilitasi setiap
kebutuhan siswa didalam proses pembelajaran, agar siswa dapat mencari atau menemukan cara
menyelesaikan masalah yang diberikan serta agar proses pembelajaran semakin menyenangkan
dan tidak monoton.
B.
PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas difokuskan pada tiga aspek, yaitu kemampuan
guru mengelola pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran inovatif problem solving,
tahapan pelaksanaan pembelajaran, dan partisipasi anak dalam pembelajaran.
Secara umum, kemampuan guru-guru dalam mengelola pembelajaran sudah baik.
Tahapan-tahapan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut. (1) Guru mendata
kehadiran siswa. (2) Guru menyiapkan masalahyang akan dibahas di LKS. (3) Guru
mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok dan memberikan LKS. (4) Guru
menyuruh siswa secara berkelompok melakukan pengamatan terhadap masalah yang ada di
LKS. (5) Siswa mengamati masalah yang diberikan sesuai dengan pengalaman dikehidupan
sehari-harinya. (6) Guru menugaskan siswa untuk mengevaluasi pemngamatannya. (7) Guru
menyuruh siswa untuk memberikan kesimpulan dari jawaban yang diberikan sebagai hasil
akhir. (8) Guru menerapkan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku
sebagai pengujian kebenaran pemecahan masalah tersebut untuk dapat menuju hingga
kesimpulannya.
Namun demikian, tidak semua tahapan pembelajaran dapat dilakukan dengan baik oleh
semua guru. Beberapa guru masih mengalami beberapa hambatan dalam menerapkan model
pembelajaran dengan model pembelajaran problem solving pada langkah-langkah tertentu.
Adapun langkah-langkah yang belum dapat dilaksanakan secara sempurna adalah (1) merespon
hasil pengamatan siswa, (2) mengajukan masalah berdasarkan hasil pengamatan siswa, (3)
membimbing siswa dalam mengamati masalah yang berhubungan di dalam kehidupan sehariharinya, dan (4) menyimpulkan/mengklarifikasi temuan-temuan siswa. Fakta-fakta tersebut
menunjukkan bahwa guru kurang mempunyai keterampilan mendayagunakan situasi
pembelajaran yang muncul di kelas secara tiba-tiba. Dalam melanjutkan pelajaran, guru
cenderung terpaku pada persiapan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Sebagai
akibatnya, hal-hal inovatif atau hasil kreativitas siswa yang muncul belum dapat dimanfaatkan
sebagai bagian dari proses pembelajaran secara utuh.
Hambatan-hambatan lain yang terpantau dalam observasi kelas, antara lain memerlukan
cukup banyak waktu, melibatkan lebih banyak siswa, dapat mengubah kebiasaan peserta didik
belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru, dapat diterapkan secara
langsung yaitu untuk memecahkan masalah, beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk
menerapkan metode ini, kemampuan guru mengatur siswa yang jumlahnya banyak, merespon
tanggapan siswa, dan menggunakan respon siswa sebagai acuan menuju tahapan pembelajaran
selanjutnya. Dalam tahap pengamatan awal, siswa yang jumlahnya relatif banyak memerlukan
waktu pengamatan yang cukup lama. Dalam hal ini guru telah mengatasi dengan pelaksanaan
pengamatan secara berkelompok, namun dengan jumlah kelompok antara 5 – 7 kelompok hasil
pengamatan tiap-tiap kelompok tidak dapat ditampung di papan tulis. Kejadian semacam ini
pada pembelajaran berikutnya diperbaiki dengan menuliskan hasil pengamatan siswa di papan
tulis secara acak dengan mengambil 3 atau 4 kelompok dari 7 kelompok yang ada.
Selain dari pada itu hambatan juga terjadi ketika seorang guru belum menguasai ke 4
syarat yang harus dipenuhi dalam menambahkan soal yang digunakan sebagai sarana dalam
pembelajaran. Adapun syarat yang harus dipenuhi yaitu (1) Siswa belum tahu cara
penyelesaian soal tersebut. (2) Materi persyaratan sudah diperoleh siswa. (3) Penyelesaian soal
terjangkau oleh siswa dan (4) Siswa berkehendak untuk memecahkan soal tersebut.
Dalam hal ini untuk meminimalisir hambatan-hambatan yang mungkin terjadi seperti apa
yang telah terpaparkan di atas, seorang guru dituntut agar lebih berlatih dalam menggunakan
model tersebut dan mengumpulkan lebih banyak referensi serta mengikuti perkembangan
IPTEK sekarang ini yang semakin bertambah maju dan modern. Dimana sebagai seorang guru,
kita dapat memanfaatkan perkembangan tersebut dalam pembelajaran, walaupun tidak semua
guru yang memanfaatkannya itu dikarenakan oleh adanya guru yang masih menggunakan
strategi dam metode pembelajaran yang mengacu pada zaman dahulu. Akibatnya, guru menjadi
malas untuk melakukan inovasi. Padahal, dalam pembelajaran inovasi sangat diperlukan,
karena tidak akan mungkin sistem pembelajaran dari tahun ke tahun hanya seperti itu saja dan
tidak mengalami perubahan. Jika seperti itu, pendidikan akan tertinggal jauh
dari
perkembangan zaman. Pengaruh itu bukan hanya dalam pendidikan, melainkan banyak aspek,
seperti politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan lain-lain.
Sebagai seorang guru yang setiap hari berinteraksi dengan muridnya dapat melakukan
inovasi dalam proses pembelajarannya. Guru yang memiliki kemampuan dalam menggali
metode didalam proses pembelajaran, akan menciptakan model-model pembelajaran yang
baru, sehingga murid tidak mengalami kebosanan serta dapat menggali pengetahuan dan
pengalaman secara maksimal. Selain itu, guru juga dapat mengembangkan potensi yang
dimiliki secara maksimal.
C.
KESIMPULAN
Secara umum, kemampuan guru-guru dalam mengelola pembelajaran sudah baik.
Tahapan-tahapan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut. (1) Guru mendata
kehadiran siswa. (2) Guru menyiapkan masalahyang akan dibahas di LKS. (3) Guru
mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok dan memberikan LKS. (4) Guru
menyuruh siswa secara berkelompok melakukan pengamatan terhadap masalah yang ada di
LKS. (5) Siswa mengamati masalah yang diberikan sesuai dengan pengalaman dikehidupan
sehari-harinya. (6) Guru menugaskan siswa untuk mengevaluasi pemngamatannya. (7) Guru
menyuruh siswa untuk memberikan kesimpulan dari jawaban yang diberikan sebagai hasil
akhir. (8) Guru menerapkan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku
sebagai pengujian kebenaran pemecahan masalah tersebut untuk dapat menuju hingga
kesimpulannya.
Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa guru kurang mempunyai keterampilan
mendayagunakan situasi pembelajaran yang muncul di kelas secara tiba-tiba. Dalam
melanjutkan pelajaran, guru cenderung terpaku pada persiapan pembelajaran yang telah dibuat
sebelumnya. Sebagai akibatnya, hal-hal inovatif atau hasil kreativitas siswa yang muncul
belum dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari proses pembelajaran secara utuh
Sebagai seorang guru yang setiap hari berinteraksi dengan muridnya dapat melakukan
inovasi dalam proses pembelajarannya. Guru yang memiliki kemampuan dalam menggali
metode didalam proses pembelajaran, akan menciptakan model-model pembelajaran yang
baru, sehingga murid tidak mengalami kebosanan serta dapat menggali pengetahuan dan
pengalaman secara maksimal. Selain itu, guru juga dapat mengembangkan potensi yang
dimiliki secara maksimal.
D.
DAFTAR PUSTAKA
Aris Shoimin. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yokyakarta : Ar-Ruzz Media
Aril, Zainal.2010. Micro Teaching. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hasibuan, JJ & Moedjiono.1993. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Marno,dkk.2008. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Aruzzmedia.
Usman, M.Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (2005). Media pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
PEMBELAJARAN MICRO TEACHING
“PROBLEMATIKA SEORANG GURU DALAM MENERAPKAN MODEL
PEMBELAJARAN INOVATIF (PROBLEM SOLVING) DALAM PROSES
PEMBELAJARAN”
OLEH :
RISKA NOVIANTY
A1A 313 046
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
KOLAKA
2016/2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
.......................................
DAFTAR ISI
....................................... i
A.
LATAR BELAKANG
....................................... 1
B.
PEMBAHASAN (ISI)
....................................... 5
C.
KESIMPULAN
....................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
....................................... 9
A.
LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesia pada umumnya lebih mengarah pada
model pembelajaran yang dilakukan secara massal dan klasikal, dengan berorientasi pada
kuantitas agar mampu melayani sebanyak-banyaknya peserta didik sehingga tidak dapat
mengakomodasi kebutuhan peserta didik secara individual di luar kelompok. Pendidikan
hendaknya mampu mengembangkan potensi kecerdasan serta bakat yang dimiliki peserta didik
secara optimal sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi diri yang dimilikinya
menjadi suatu prestasi yang mempunyai nilai jual yang tinggi.
Untuk mencapai tujuan pendidikan diatas, maka diperlukannya paradikma yang baru
oleh seorang guru dalam melaksanakan proses interaksi belajar dan mengajar, dimana yang
mulanya pembelajaran hanya berpusat pada guru saja diubah menjadi pembelajaran yang
inovatif dan berpusat pada siswa. Perubahan tersebut dapat diawali dari segi kurikulum, model
pembelajaran, ataupun cara mengajar seorang guru.
Pada dasarnya model pembelajaran inovatif ialah model pembelajaran dimana siswa
dilibatkan secara aktif dan bukan hanya dijadikan sebagai objek semata, pembelajaran tidak
lagi berpusat pada guru, akan tetapi pada siswa. Dalam hal ini, guru wajib memfasilitasi siswa
untuk belajar sehingga mereka lebih leluasa untuk belajar. Dalam pembelajaran inovatif,
metode yang digunakan bukan lagi bersifat monoton seperti metode ekspositori atau metode
ceramah, melainkan metode yang sudah bersifat fleksibel dan dinamis sehingga dapat
memenuhi kebutuhan siswa secara keseluruhan.
Model pembelajaran inovatif problem solving (pemecahan masala) ialah suatu model
pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan
masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan
Dalam hal ini, untuk menerapkan model pembelajaran inovatif problem solving, seorang
guru pasti memiliki kendala-kendala ataupun problematikanya tersendiri, dilihat dari tingkat
kesukarannya dalam penerapan model ini seorang guru dituntut untuk memfasilitasi setiap
kebutuhan siswa didalam proses pembelajaran, agar siswa dapat mencari atau menemukan cara
menyelesaikan masalah yang diberikan serta agar proses pembelajaran semakin menyenangkan
dan tidak monoton.
B.
PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas difokuskan pada tiga aspek, yaitu kemampuan
guru mengelola pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran inovatif problem solving,
tahapan pelaksanaan pembelajaran, dan partisipasi anak dalam pembelajaran.
Secara umum, kemampuan guru-guru dalam mengelola pembelajaran sudah baik.
Tahapan-tahapan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut. (1) Guru mendata
kehadiran siswa. (2) Guru menyiapkan masalahyang akan dibahas di LKS. (3) Guru
mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok dan memberikan LKS. (4) Guru
menyuruh siswa secara berkelompok melakukan pengamatan terhadap masalah yang ada di
LKS. (5) Siswa mengamati masalah yang diberikan sesuai dengan pengalaman dikehidupan
sehari-harinya. (6) Guru menugaskan siswa untuk mengevaluasi pemngamatannya. (7) Guru
menyuruh siswa untuk memberikan kesimpulan dari jawaban yang diberikan sebagai hasil
akhir. (8) Guru menerapkan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku
sebagai pengujian kebenaran pemecahan masalah tersebut untuk dapat menuju hingga
kesimpulannya.
Namun demikian, tidak semua tahapan pembelajaran dapat dilakukan dengan baik oleh
semua guru. Beberapa guru masih mengalami beberapa hambatan dalam menerapkan model
pembelajaran dengan model pembelajaran problem solving pada langkah-langkah tertentu.
Adapun langkah-langkah yang belum dapat dilaksanakan secara sempurna adalah (1) merespon
hasil pengamatan siswa, (2) mengajukan masalah berdasarkan hasil pengamatan siswa, (3)
membimbing siswa dalam mengamati masalah yang berhubungan di dalam kehidupan sehariharinya, dan (4) menyimpulkan/mengklarifikasi temuan-temuan siswa. Fakta-fakta tersebut
menunjukkan bahwa guru kurang mempunyai keterampilan mendayagunakan situasi
pembelajaran yang muncul di kelas secara tiba-tiba. Dalam melanjutkan pelajaran, guru
cenderung terpaku pada persiapan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Sebagai
akibatnya, hal-hal inovatif atau hasil kreativitas siswa yang muncul belum dapat dimanfaatkan
sebagai bagian dari proses pembelajaran secara utuh.
Hambatan-hambatan lain yang terpantau dalam observasi kelas, antara lain memerlukan
cukup banyak waktu, melibatkan lebih banyak siswa, dapat mengubah kebiasaan peserta didik
belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru, dapat diterapkan secara
langsung yaitu untuk memecahkan masalah, beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk
menerapkan metode ini, kemampuan guru mengatur siswa yang jumlahnya banyak, merespon
tanggapan siswa, dan menggunakan respon siswa sebagai acuan menuju tahapan pembelajaran
selanjutnya. Dalam tahap pengamatan awal, siswa yang jumlahnya relatif banyak memerlukan
waktu pengamatan yang cukup lama. Dalam hal ini guru telah mengatasi dengan pelaksanaan
pengamatan secara berkelompok, namun dengan jumlah kelompok antara 5 – 7 kelompok hasil
pengamatan tiap-tiap kelompok tidak dapat ditampung di papan tulis. Kejadian semacam ini
pada pembelajaran berikutnya diperbaiki dengan menuliskan hasil pengamatan siswa di papan
tulis secara acak dengan mengambil 3 atau 4 kelompok dari 7 kelompok yang ada.
Selain dari pada itu hambatan juga terjadi ketika seorang guru belum menguasai ke 4
syarat yang harus dipenuhi dalam menambahkan soal yang digunakan sebagai sarana dalam
pembelajaran. Adapun syarat yang harus dipenuhi yaitu (1) Siswa belum tahu cara
penyelesaian soal tersebut. (2) Materi persyaratan sudah diperoleh siswa. (3) Penyelesaian soal
terjangkau oleh siswa dan (4) Siswa berkehendak untuk memecahkan soal tersebut.
Dalam hal ini untuk meminimalisir hambatan-hambatan yang mungkin terjadi seperti apa
yang telah terpaparkan di atas, seorang guru dituntut agar lebih berlatih dalam menggunakan
model tersebut dan mengumpulkan lebih banyak referensi serta mengikuti perkembangan
IPTEK sekarang ini yang semakin bertambah maju dan modern. Dimana sebagai seorang guru,
kita dapat memanfaatkan perkembangan tersebut dalam pembelajaran, walaupun tidak semua
guru yang memanfaatkannya itu dikarenakan oleh adanya guru yang masih menggunakan
strategi dam metode pembelajaran yang mengacu pada zaman dahulu. Akibatnya, guru menjadi
malas untuk melakukan inovasi. Padahal, dalam pembelajaran inovasi sangat diperlukan,
karena tidak akan mungkin sistem pembelajaran dari tahun ke tahun hanya seperti itu saja dan
tidak mengalami perubahan. Jika seperti itu, pendidikan akan tertinggal jauh
dari
perkembangan zaman. Pengaruh itu bukan hanya dalam pendidikan, melainkan banyak aspek,
seperti politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan lain-lain.
Sebagai seorang guru yang setiap hari berinteraksi dengan muridnya dapat melakukan
inovasi dalam proses pembelajarannya. Guru yang memiliki kemampuan dalam menggali
metode didalam proses pembelajaran, akan menciptakan model-model pembelajaran yang
baru, sehingga murid tidak mengalami kebosanan serta dapat menggali pengetahuan dan
pengalaman secara maksimal. Selain itu, guru juga dapat mengembangkan potensi yang
dimiliki secara maksimal.
C.
KESIMPULAN
Secara umum, kemampuan guru-guru dalam mengelola pembelajaran sudah baik.
Tahapan-tahapan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut. (1) Guru mendata
kehadiran siswa. (2) Guru menyiapkan masalahyang akan dibahas di LKS. (3) Guru
mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok dan memberikan LKS. (4) Guru
menyuruh siswa secara berkelompok melakukan pengamatan terhadap masalah yang ada di
LKS. (5) Siswa mengamati masalah yang diberikan sesuai dengan pengalaman dikehidupan
sehari-harinya. (6) Guru menugaskan siswa untuk mengevaluasi pemngamatannya. (7) Guru
menyuruh siswa untuk memberikan kesimpulan dari jawaban yang diberikan sebagai hasil
akhir. (8) Guru menerapkan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku
sebagai pengujian kebenaran pemecahan masalah tersebut untuk dapat menuju hingga
kesimpulannya.
Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa guru kurang mempunyai keterampilan
mendayagunakan situasi pembelajaran yang muncul di kelas secara tiba-tiba. Dalam
melanjutkan pelajaran, guru cenderung terpaku pada persiapan pembelajaran yang telah dibuat
sebelumnya. Sebagai akibatnya, hal-hal inovatif atau hasil kreativitas siswa yang muncul
belum dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari proses pembelajaran secara utuh
Sebagai seorang guru yang setiap hari berinteraksi dengan muridnya dapat melakukan
inovasi dalam proses pembelajarannya. Guru yang memiliki kemampuan dalam menggali
metode didalam proses pembelajaran, akan menciptakan model-model pembelajaran yang
baru, sehingga murid tidak mengalami kebosanan serta dapat menggali pengetahuan dan
pengalaman secara maksimal. Selain itu, guru juga dapat mengembangkan potensi yang
dimiliki secara maksimal.
D.
DAFTAR PUSTAKA
Aris Shoimin. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yokyakarta : Ar-Ruzz Media
Aril, Zainal.2010. Micro Teaching. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hasibuan, JJ & Moedjiono.1993. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Marno,dkk.2008. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Aruzzmedia.
Usman, M.Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (2005). Media pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.