ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGION

ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN
INVESTASI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI DIY TAHUN 1984
– 2013

CALVIN FAZA

20150430250

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Latar belakang penyusun mengambil judul Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) dan Investasi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di DIY tahun 1984-2013
dikarenakan bahwa PAD didaerah DIY itu semakin dari tahun ke tahun mengalami kenaikan,
kemudian PAD itu sendiri memiliki beberapa faktor yang memiliki pengaruh terhadapnya tapi
disini penulis lebih memilih PDRB dan Investasi.
PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha

dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkanoleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.Dimana Tingkat PDRB dapat
menggambarkan pertumbuhan Ekonimi suatu wilayah.Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi
yang ditunjukkan dengan tingginya nilai PDRB menunjukkan bahwa daerah tersebut mengalami
kemajuan dalam perekonomian.
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional. Ketergantungan
dana pemerintah daerah pada pemerintah pusat mewujudkan juga keterbatasan kemampuan
pemerintah mengakumulasi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk meningkatkan pelaksanaan
pembangunan dana pemberian pelayanan masyarakat serta peningkatan pertumbuhan ekonomi di
daerah diperlukan penyediaan sumber-sumber dan pendapatan asli daerah yang hasilnya
memadai. Inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi penting yang dapat memberikan
informasi mengenai perkembangan harga barang dan jasa yang dibayar oleh konsumen.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) DIY tiap tahunnya mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya PDRB yang disertai dengan tingkat investasi akibat pertumbuhan ekonomi yang
terjadi di DIY. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh PDRB dan Investasi terhadap
Pendapatan Asli Daerah di DIY.

B. Batasan Masalah
Sehubungan dengan faktor keterbatasan yang ada dan mengingat banyaknya faktor
yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka penelitian hanya membahas

pada :
1 Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap besar kecilnya Pendapatan
2

Asli Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu pada PDRB dan Investasi.
Data yang digunakan adalah data tahunan yaitu dari tahun 1984 sampai 2013 terdiri
atas :
a) Produk Domestik Regional Bruto

b) Tingkat Penanaman Modal Asing
C. Rumusan Masalah
1. Seberapa besar pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di DIY?
2. Seberapa besar pengaruh Investasi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di DIY?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 Untuk mengetahui pengaruh tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
2

terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)di DIY?

Untuk mengetahui pengaruh investasi atau penanaman modal

3

Pendapatan Asli Daerah(PAD) di DIY?
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh PDRB, investasi, dan PAD di DIY?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

terhadap

E. Kerangka Teori
A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

1. Pengertian
PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai
kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode (Hadi Sasana, 2006). PDRB dapat
menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola sumber saya alam yang
dimilikinya. Oleh karena itu besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing

daerah sangat bergantung kepada potensi sumber daya alam dan faktor produksi
Daerah tersebut.
Adanya keterbatasan dalam penyediaan faktor-faktor tersebut menyebabkan besaran
PDRB bervariasi antar daerah. Di dalam perekonomian suatu negara, masing-masing
sektor tergantung pada sektor yang lain, satu dengan yang lain saling memerlukan
baik dalam tenaga, bahan mentah maupun hasil akhirnya. Sektor industri
memerlukan bahan mentah dari sektor pertanian dan pertambangan, hasil sektor
industri dibutuhkan oleh sektor pertanian dan jasa-jasa.
Cara perhitungan PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan
produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran yang selanjutnya
dijelaskan sebagai berikut :
a. Menurut Pendekatan Produksi
PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai
unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit
produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 sektor atau
lapangan usaha yaitu; Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri
Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan, Perdagangan, Hotel dan
Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Jasa Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan, Jasa-jasa.
b. Menurut pendekatan pengeluaran,

PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir yaitu:
a) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang
tidak mencari untung.
b) Konsumsi pemerintah.
c) Pembentukan modal tetap domestik bruto.
d) Perubahan stok.

e) Ekspor netto.
c.

Menurut pendekatan pendapatan
PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang
ikut serta dalam proses produksi dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu
(satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa
rumah, bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong
pajak penghasilan dan pajak lainnya.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Badan Pusat Statistik

(BPS) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa

akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Produk Domestik
Regional Bruto atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedang Produk Domestik
Regional Bruto atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar dimana dalam
perhitungan ini digunakan tahun 2000. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar
harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke
tahun (Sadono Sukirno, 2000), sedangkan menurut BPS Produk Domestik Regional
Bruto atas dasar harga berlaku digunakan untuk menunjukkan besarnya struktur
perekonomian dan peranan sektor ekonomi.
Kuncoro (2001) menyatakan bahwa pendekatan pembangunan tradisional
lebih dimaknai sebagai pembangunan yang lebih memfokuskan pada peningkatan
PDRB suatu provinsi, Kabupaten, atau kota. Sedangkan pertumbuhan ekonomi dapat
dilihat dari pertumbuhan angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Saat ini
umumnya PDRB baru dihitung berdasarkan dua pendekatan, yaitu dari sisi sektoral /
lapangan usaha dan dari sisi penggunaan. Selanjutnya PDRB juga dihitung
berdasarkan harga berlaku dan harga konstan. Total PDRB menunjukkan jumlah
seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh penduduk dalam periode tertentu.
2. Teori PDRB
a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik Tradisional

Dalam argumen pasar bebas neoklasik merupakan keyakinan bahwa
liberalisasi pasar-pasar nasional akan merangsang investasi, baik itu investasi
domestik maupun yang berasal dari luar negeri, sehingga dengan sendirinya akan

memacu tingkat akumulasi modal. Bila diukur berdasarkan satuan tingkat
pertumbuhan Gross National Product (GNP), hal tersebut sama dengan
penambahan

tingkat

tabungan

domestik,

yang

pada

gilirannya


akan

meningkatkan rasio modal-tenaga kerja (capital-labor ratios) dan pendapatan per
kapita negara-negara berkembang yang pada umumnya miskin modal. Modelmodel pertumbuhan neoklasik tradisional sesungguhnya bertolak secara langsung
dari model Harrod-Domar dan Solow.
b. Model Pertumbuhan Endogen
Aspek yang paling menarik dari model pertumbuhan endogen adalah bahwa
model tersebut membantu menjelaskan keanehan aliran modal internasional yang
memperparah ketimpangan antara negara maju dengan negara berkembang.
Potensi tingkat pengembalian investasi yang tinggi yang ditawarkan oleh negara
berkembang yang mempunyai rasio modal-tenaga kerja yang rendah berkurang
dengan

cepat

dikarenakan

rendahnya

tingkat


investasi

komplementer

(complementary investments) dalam sumber daya manusia (pendidikan),
infrastruktur, atau riset dan pengembangan (R& D). Secara sederhana, dengan
demikian fungsi produksi agregat dapat dimodifikasi menjadi sebagai berikut :
Y = A. F (K. H. L)
Pada persamanaan di atas H adalah sumberdaya manusia yang merupakan
akumulasi dari pendidikan dan pelatihan.
Pengangguran merupakan permasalahan yang dihadapi oleh seluruh Negara di
dunia, terutama di negara-negara berkembang tidak terkecuali Indonesia. Jumlah
lapangan pekerjaan di negara sedang berkembang belum dapat menampung
jumlah pencari kerja. Tidak tertampungnya tenaga kerja dalam suatu kegiatan
ekonomi antara lain disebabkan oleh kurangnya keahlian yang dimiliki oleh
tenaga kerja dan terbatasnya jumlah lapangan kerja. Yang dimaksud dengan
pengangguran disini adalah pengangguran terbuka dan belum termasuk mereka
yang tergolong pengangguran terselubung (disguised unemployment) atau
setengah pengangguran dengan angka yang lebih besar bila dibandingkan dengan

angka pengangguran terbuka.
B. Investasi

Investasi merupakan penambahan pembentukan modal yang mengakibatkan
terjadinya pertambahan kekayaan, investasi juga merupakan permintaan terhadap

barang dan jasa untuk menambah kapasitas produksi sehingga meningkatkan
pendapatan dimasa datang. Ada dua tujuan utama dalam investasi yaitu untuk
mengganti bagian dari penyediaan modal yang rusak dan sebagai tambahan
penyediaan modal yang ada, pengertian investasi secara statistik dalam
perhitungan pendapatan nasional adalah seluruh nilai pembeliaan para pengusaha
atas barang-barang modal dan pembelanjaan untuk mendirikan industri dan
penambahan nilai dalam stock barang perusahaan yang berupa bahan mentah,
bahan setengah jadi dan barang jadi.
Menurut Jhingan (1999:338) bahwa investasi dalam peralatan modal tidak saja
meningkatkan

produksi tetapi juga kesempatan kerja. Pembentukan modal

menghasilkan kemajuam teknik yang menunjang tercapainya ekonomi produksi

skala luas dan meningkatkan spesialisasi, pembentukan modal pada kenyataanya
akan membantu tercapainya swasembada suatu negara dan mengurangi beban
hutang luar negeri.
Menurut Suparmoko dan Irawan (2002 :262-264) ada beberapa cara untuk
meningkatkan investasi dapat dilakukan dengna jalan :
1) Meningkatkan tabungan dengan mengurangi konsumsi, cara ini dapat
dilakukan dengan cara paksa(involuntary) yaitu dengan menaikkan tingkat
pajak (tax rate) tetapi ini menyebabkan tabungan sukarela (voluntary
saving) menurun karena masyarakat tetap mempertahankan konsumsinya.
2) Pemerintah menjual obligasi dengan bunga menarik sehingga masyarakat
tertarik untuk membelinya.
3) Pembatasan impor barang-barang konsumsi dan bila memungkinkan juga
membatasi impor barang kapital agar ada inovasi didalam negeri.
4) Dengan mengadakan pinjaman ke luar negeri.
5) Memperluas sektor perdagangan dengan menaikkan terms of trade, misal
bila barang-barang ekspor naik, maka kenaikan pendapatan dari ekspor
diinvestasikan kembali di dalam negeri.

Dalam undang-undang No. 1 Tahun 1967 ditegaskan bahwa pengertian
penanaman modal asing di dalam undang-undang ini hanyalah meliputi
penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau
berdasarkan ketentuan-ketentuan, dalam arti bahwa pemilik modal secara
langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.

Pengertian Modal Asig dalam undang-undang ini menurut pasal 2 adalah :
1.

Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan
devisa Indonesia, yang dengan persetujuan Pemerintah digunakan untuk

2.

pembiayaan perusahaan di Indonesia.
Alat-alat untuk perusahaan, termasuk enemuan-penemuan baru milik
orang asing dan bahan, yang dimasukkan ari luar ke dalam wilayah
Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa

3.

Indonesia.
Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang-undang ini
diperkenankan

ditransfer,

tetapi

dipergunakan

untuk

membiayai

perusahaan di Indonesia.
Adapun modal asing dalam undang-undang ini tidak hanya berbentuk valuta
asing, tetapi meliputi pula alat-alat perlengkapan tetap yang diperlukan untuk
menjalankan perusahaan di Indonesia dan keuntungan yang boleh ditransfer ke
luar negeri tetapi dipergunakan kembali di Indonesia. Didaerah DIY sendiri
investasi atau penanaman modal yang terjadi terkadang mengalami kenaikan yang
signifikan terkadang pula mengalami penurunan tetapi tidak untuk setiap
waktunya. Tentang rencana anggaran yang digunakan dengan yang terealisasikan
tidaklah begitu jauh untuk perbandingannya, hampir 80-90% dari anggaran
rencana dengan realisasi.
C. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pengertian pendapatan asli daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka
18 bahwa “Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang
diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan”.
Menurut Warsito (2001:128) Pendapatan Asli Daerah “Pendapatan asli daerah
(PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah
daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah, laba dari badan
usaha milik daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah”.
Sedangkan menurut Herlina Rahman(2005:38) Pendapatan asli daerah
Merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah ,hasil distribusi
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli

daerah yang sah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otoda sebagai
perwujudan asas desentralisasi.
Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan pendapatan asli
daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang dapat dipergunakan oleh
daerah dalam rnelaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan
kebutuhannya guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dan
pemerintah tingkat atas (subsidi). Dengan demikian usaha peningkatan pendapatan
asli daerah seharusnya dilihat dari perspektif yang Iebih luas tidak hanya ditinjau dan
segi daerah masing-masing tetapi daham kaitannya dengan kesatuan perekonomian
Indonesia. Pendapatan asli daerah itu sendiri, dianggap sebagai alternatif untuk
memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan
pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri khususnya keperluan rutin. Oleh
karena itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal yang dikehendaki setiap
daerah. (Mamesa, 1995:30)
Sumber Pendapatan Asli Daerah
a. Pajak Daerah


Hasil Pajak Daerah;
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada

daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
(Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).


Hasil Retribusi Daerah;
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).


Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Bagi daerah yang memiliki BUMD seperti Perusahan Daerah Air Minum
(PDAM), Bank Pembangunan Daerah (BPD), badan kredit kecamatan, pasar, tempat
hiburan/rekreasi, villa, pesanggrahan, dan lain-lain keuntungannya merupakan
penghasilan bagi daerah yang bersangkutan (Hanif Nurcholis, 2007 : 184). Menurut
Ahmad Yani (2004 : 40) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan antara
lain bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah.
Lain-Lain PAD Yang Sah



Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, lain-lain PAD yang sah
meliputi :
1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
2. Jasa giro
3. Pendapatan bunga
4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan
5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.
F. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2
PDRB/ Pertumbuhan
Ekonomi

Investasi

PAD/ Pendapatan Asli
Daerah

G. Hipotesis
Sejalan dengan latar belakang pada penelitian ini dapat diambil suatu hipotesis atau
dugaan sementara sebagai berikut :
1. Diduga PDRB berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
2. Diduga investasi atau penanaman modal asing berpengaruh signifikan
terhadap

Pendapatan

Asli

Daerah

(PAD)

di

Daerah

Istimewa

Yogyakarta(DIY).
3. Diduga PDRB dan Investasi berpengaruh signifikan terhadap PAD di Daerah
Istimewa Yogyakarta(DIY).