Hubungan antara pemeriksaan payudara det

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DETEKSI DINI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DETEKSI DINI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DETEKSI DINI

(SADARI) DENGAN KETERLAMBATAN (SADARI) DENGAN KETERLAMBATAN (SADARI) DENGAN KETERLAMBATAN PENDERITA KANKER PAYUDARA PENDERITA KANKER PAYUDARA PENDERITA KANKER PAYUDARA MELAKUKAN PEMERIKSAAN DI MELAKUKAN PEMERIKSAAN DI MELAKUKAN PEMERIKSAAN DI RSUD KRATON KABUPATEN RSUD KRATON KABUPATEN RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN PEKALONGAN PEKALONGAN

Skripsi Skripsi Skripsi

FRIDA SUKMA SETIAWAN FRIDA SUKMA SETIAWAN FRIDA SUKMA SETIAWAN NIM: 07. 0175. S NIM: 07. 0175. S NIM: 07. 0175. S

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN 2012 2012 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DETEKSI DINI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DETEKSI DINI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DETEKSI DINI

(SADARI) DENGAN KETERLAMBATAN (SADARI) DENGAN KETERLAMBATAN (SADARI) DENGAN KETERLAMBATAN PENDERITA KANKER PAYUDARA PENDERITA KANKER PAYUDARA PENDERITA KANKER PAYUDARA MELAKUKAN PEMERIKSAAN DI MELAKUKAN PEMERIKSAAN DI MELAKUKAN PEMERIKSAAN DI RSUD KRATON KABUPATEN RSUD KRATON KABUPATEN RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN PEKALONGAN PEKALONGAN

Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana keperawatan Sarjana keperawatan Sarjana keperawatan

FRIDA SUKMA SETIAWAN FRIDA SUKMA SETIAWAN FRIDA SUKMA SETIAWAN NIM: 07. 0175. S NIM: 07. 0175. S NIM: 07. 0175. S

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN 2012 2012 2012

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dan Deteksi Dini (SADARI) Dengan Keterlambatan Penderita Kanker Payudara Melakukan Pemeriksaan Di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan” yang di susun oleh Frida Sukma Setiawan, telah di setujui dan diperiksa oleh Dosen Pembimbing Skripsi untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi.

Pekajangan, 22 September 2012 Pembimbing I

Pembimbing II

Mokhammad Arifin, M.Kep Neti Mustikawati, Skep. NS NIK. 851.815

NIK 09. 01. 021

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DETEKSI DINI (SADARI) DENGAN KETERLAMBATAN PENDERITA KANKER PAYUDARA MELAKUKAN PEMERIKSAAN DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

Disusun oleh Frida Sukma Setiawan

NIM 07.0175.S Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji

pada tanggal 22 September 2012 Dewan Penguji

Penguji I

Penguji II

Penguji III

Mokhammad Arifin, M.Kep Neti Mustikawati, Skep.Ns Wiwiek Natalya, MKep. Sp.Kom NIK. 851.815

NIK. 09. 01. 021

NIK. 10.001.081

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

Pekajangan, Oktober 2012 Ketua STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Mokhammad Arifin, M.Kep NBM. 851.815

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi penelitian ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademis di suatu Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis dan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari diketahui adanya plagiasi, maka saya siap untuk mengganti topik penelitian yang akan saya lakukan dan pengunduran pengambilan skripsi di tahun yang akan datang.

Pekajangan, April 2012 Peneliti,

Frida Sukma Setiawan

07. 0175. S

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Perjalanan seribu batu bermula dari satu langkah. (Lao Tze) Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu akan menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) sedangkan harta terhukum.

Kalau harta itu akan berkurang apabila dibelanjakan, tetapi ilmu akan bertambah

apabila dibelanjakan. (Sayidina Ali bin Abi Thalib). Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang, tahun depan anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui. Dan anda tak akan mengetahui masa depan jika anda menunggu-nunggu. (William Feather)

“Bangun dari tidur panjangmu, bangkit dan jadilah orang yang pertama aku kenal, jadilah seperti waktu kecilmu dulu, kau yang periang, kau yang lincah, kau yang

lucu, dan kini aku pula yang akan menyemangatimu di kala kau terjatuh putraku????”

Terimakasih ku ucapkan untukmu ayah dan bundaku, ku rindukan saat-saat itu,

saat-saat aku ada di tengah-tengah keluarga kecilku.

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Diagnosa Pada Penderita Kanker Payudara Di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan”. Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini bukan semata-mata hasil kerja peneliti sendiri, melainkan berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Mokhamad Arifin, SKp.,M.Kep., selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan dan sebagai pembimbing 1 yang telah banyak membantu untuk membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

2. Ibu Aida Rusmariana, MAN, Selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.

3. Ibu Neti Mustikawati, Skep.Ns selaku pembimbing II yang juga telah membimbing dan mengarahkan dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak dan ibu tercinta yang telah memberikan kesabarannya dan dukungan moril dan materiil serta doa yang tak terhenti hingga saat ini.

5. Segenap dosen dan staf STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan yang telah membantu selama proses penyusunan proposal.

6. Rekan-rekan S1 Keperawatan regular angkatan 2007 yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam penyusunan proposal skripsi ini.

7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas doa dan dukungannya. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti menyadari masih banyak kekurangannya dan masih jauh dari kesempurnaan, sehingga peneliti mengharapkan adanya saran dan masukkan dalam rangka penyempurnaan proposal skripsi ini, sehingga dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Pekalongan, Oktober 2012 Peneliti

Frida Sukma Setiawan

07. 0175.S

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel: Halaman Tabel 2.1 Klasifikasi TNM Kanker Payudara berdasarkan AJCC..........

22 Cancer Staging Manual. Tabel 2.2 Stadium klinis berdasarkan klasifikasi TNM kanker..............

24 Payudara berdasarkan AJCC Cancer Staging Manual Tabel 3.1 Definisi operasional ..............................................................

46 Tabel 4.1 Pelaksanaan penelitian .........................................................

52 Tabel 5.1 Distribusu frekuensi pengetahuan responden tentang............

65 Penyakit kanker payudara di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi kemampuan responden dalam...............

Melakukan deteksi dini penyakit kanker payudara (SADARI) Di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi keterlambatan penderita.........................

66 Kanker payudara melakukan pemeriksaan kanker payudara Di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.

Tabel 5.4 Distribusi hubungan pengetahuan responden tentang............

67 Penyakit kanker payudara dengan adanya keterlambatan Penderita kanker payudara melakukan pemeriksaan kanker payudara di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.

Tabel 5.4 Distribusi hubungan kemampuan responden dalam..............

68 Melakukan deteksi dini penyakit kanker payudara

(SADARI) dengan keterlambatan penderita Kanker payudara melakukan pemeriksaan kanker payudara di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar: Halaman Gambar 2.1. Inspeksi kesimetrisan bentuk payudara.................................

36 Gambar 2.2. Inspeksi ada tidaknya perubahan pada payudara...................

37 Gambar 2.3. Melihat ada tidaknya massa di sekitar payudara....................

37 Gambar 2.4. Meregangkan otot-otot Axila.................................................

38 Gambar 2.5. Teknik pemijatan di area payudara guna meraba masa tumor.. 39 Gambar 2.6. Memeriksa Cairan Payudara...................................................

39 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian...................................................

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Persetujuan Ujian Skripsi. Lampiran 2 Surat Permohonan Menjadi Responden. Lampiran 3 Surat Persetujuan Menjadi Responden. Lampiran 4 Kuesioner Pengetahuan Pasien Kanker Payudara Tentang Penyakit

Kanker Payudara. Lampiran 5 Kuesioner Kemampuan Responden Dalam Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri. Lampiran 6 Kuesioner Keterlambatan Penderita Kanker Payudara Untuk Melakukan Pemeriksaan Kanker Payudara. Lampiran 7 Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan Pasien Kanker Payudara Tentang Penyakit Kanker Payudara. Lampiran 8 Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Responden Dalam Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri. Lampiran 9 Kisi-kisi Kuesioner Keterlambatan Penderita Kanker Payudara

Untuk Melakukan Pemeriksaan Kanker Payudara.

Lampiran 10 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas. Lampiran 11 Hasil Output SPSS Frequencies, Chi Square. Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian.

Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Pekajangan September, 2012

ABSTRAK

Frida Sukma Setiawan

Hubungan Pengetahuan Dan Deteksi Dini (SADARI) Dengan Keterlambatan Penderita Kanker Payudara Melakukan Pemeriksaan Di Rsud Kraton Kabupaten Pekalongan

XIV + 81 halaman + 8 tabel + 7 gambar + 12 lampiran Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang tidak terkendali pada jaringan

payudara. Sedangkan keterlambatan pasien kanker payudara dalam memeriksakan kondisinya adalah keadaan dimana pasien kanker payudara datang minimal sudah pada stadium III. Salah satu pencegahan kanker payudara adalah dengan melakukan deteksi dini kanker payudara (SADARI), yang bertujuan untuk menemukan secara dini kanker yang masih dapat disembuhkan, untuk mengurangi mordibitas dan mortilitas kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan deteksi dini (SADARI) dengan keterlambatan penderita kanker payudara untuk periksa di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. Desain penelitian menggunakan studi deskriptf korelasi (correlation study) dengan pendekatan croos sectional, teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah accidental sampling, dengan jumlah responden kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan sebanyak 50 orang. Hasil uji statistik bivariat menggunakan chi square dengan α = 0,05. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan keterlambatan penderita kanker payudara dalam melakukan pemeriksaan di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan di dapatkan hasil ρ = 0,026 dan hubungan deteksi dini (SADARI) dengan keterlambatan penderita kanker payudara dalam melakukan pemeriksaan di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan di dapatkan hasil 0,039. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan pengetahuan dan deteksi dini (SADARI) terhadap keterlambatan penderita kanker payudara melakukan pemeriksaan di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.

Kata kunci : pengetahuan kanker payudara, deteksi dini (SADARI), keterlambatan penderita kanker dalam melakukan pemeriksaan kanker payudara.

Daftar pustaka

: 23 buku, 5 website (2000-2011)

Nursing Science S1 Study Program Medical College of Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan September, 2012

ABSRACT

Frida Sukma Setiawan

Correlation between Knowledge, Early Detection (Self Breast Examination) and Patients’ Delay in Having Their Breast Cancer Examined at General Hospital of Kraton Pekalongan Regency

xiv + 81 pages + 8 tables + 7 images + 12 appendices Breast cancer is the uncontrolled cell growth in the breast tissue and patients’

delay in having their breast cancer examined is a condition of which patients with breast cancer see the doctor at least at stadium III. One way of preventing breast cancer is by early detection of breast cancer (Self Breast Examination) with the purpose of finding cancer earlier that is still possible to be cured in order to reduce morbidity and mortality of the cancer. This research aimed at finding out the correlation between knowledge, early detection (self breast examination) and patients’ delay in having their breast cancer checked at General Hospital of Kraton Pekalongan Regency. The design of this research was descriptive correlative study with cross sectional approach. Samples were taken through accidental sampling. The number of respondents with breast cancer undergoing chemotherapy at General Hospital of Kraton Pekalongan Regency was 50 persons. The result of statistical bivariat test using chi square with α = 0.05 to find out the correlation between knowledge and the patients’ delay in having their breast cancer examined at General Hospital of Kraton Pekalongan Regency was ρ = 0.026 while the correlation between early detection (Self breast examination) and patients’ delay in having their breast cancer examined was 0.039. The result of this research suggested the existence of correlation between knowledge, early detection (self breast examination) and patients’ delay in having their breast cancer examined at General Hospital of Kraton Pekalongan Regency.

Key words : Knowledge on breast cancer, early detection (self breast examination), patients’ delay in having their breast cancer examined.

Bibliography

: 23 books, 5 websites (2000- 2011)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan penyakit tidak menular yang muncul di masyarakat ialah kanker, kanker masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat masih mempersepsikan kanker sebagai penyakit mematikan, tidak dapat disembuhkan, dan tidak dapat dicegah serta memerlukan biaya pengobatan yang tinggi. Di sisi lain, informasi tentang kanker dan pencegahannya masih minim, masih banyak persoalan dan hambatan yang dihadapi dalam upaya penanganan dan pencegahan kanker seperti kurangnya informasi tentang kanker kepada masyarakat, adanya persepsi masyarakat tentang kanker yang tidak benar dan program pengendalian dan pencegahan kanker belum menjadi prioritas utama di tiap- tiap daerah.

Tumor ganas atau kanker dianggap sebagai pertumbuhan sel yang tidak terkendali, karena itu secara patologik tumor ganas disebut sebagai penyakit sel. Tetapi kita juga menyadari bahwa pertumbuhan sel secara tidak terkendali menyebabkan sel-sel tersebut membentuk massa yang kemudian menginfiltrasi organ dan mengganggu fungsinya, karena itu kanker juga dapat disebut penyakit organ (Kresno 2007, h.378). Sedangkan menurut Bustan (2000, h.71) kanker bukanlah satu penyakit, tetapi beberapa penyakit dengan patogenesis, gambaran klinik dan penyebab yang berbeda. Kanker di tandai dengan terjadinya pertumbuhan sel yang tidak normal. Sel-sel kanker tumbuh dengan tanpa terkontrol dan tanpa tujuan yang jelas. Pertumbuhan ini akan Tumor ganas atau kanker dianggap sebagai pertumbuhan sel yang tidak terkendali, karena itu secara patologik tumor ganas disebut sebagai penyakit sel. Tetapi kita juga menyadari bahwa pertumbuhan sel secara tidak terkendali menyebabkan sel-sel tersebut membentuk massa yang kemudian menginfiltrasi organ dan mengganggu fungsinya, karena itu kanker juga dapat disebut penyakit organ (Kresno 2007, h.378). Sedangkan menurut Bustan (2000, h.71) kanker bukanlah satu penyakit, tetapi beberapa penyakit dengan patogenesis, gambaran klinik dan penyebab yang berbeda. Kanker di tandai dengan terjadinya pertumbuhan sel yang tidak normal. Sel-sel kanker tumbuh dengan tanpa terkontrol dan tanpa tujuan yang jelas. Pertumbuhan ini akan

Ristarolas (2009) menyatakan kanker payudara adalah kanker yang menyerang jaringan payudara. Kanker payudara tidak menyerang kulit payudara yang berfungsi sebagai pembungkus. Kanker payudara menyebabkan sel dan jaringan payudara berubah bentuk menjadi abnormal dan bertambah banyak secara tidak terkendali.

Pada tahun 2005 kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insiden relatif tinggi, yaitu dari 600.000 kasus kanker payudara setiap tahunnya. Kanker payudara merupakan jenis kanker yang mayoritas terjadi pada wanita, dengan perbandingan laki-laki dan wanita 1:100. Di Amerika lebih dari 212.000 wanita di diagnosa kanker payudara setiap tahun, dan sekitar 41.000 dari kasus tersebut meninggal setiap tahunnya (Pradipta, 2005).

Penderita kanker payudara di Indonesia pada tahun 2004 sebanyak 5.207 kasus. Setahun kemudian pada 2005, jumlah penderita kanker payudara meningkat menjadi 7.850 kasus. Tahun 2006, penderita kanker payudara Penderita kanker payudara di Indonesia pada tahun 2004 sebanyak 5.207 kasus. Setahun kemudian pada 2005, jumlah penderita kanker payudara meningkat menjadi 7.850 kasus. Tahun 2006, penderita kanker payudara

Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan program yang berasal dari Rumah Sakit, kasus kanker yang ditemukan pada tahun 2011 sebanyak 8.182 kasus. Terdiri atas Ca mamae 3.593 kasus (43,91%), Ca servik 2.780 kasus (33,98%), Ca hepar 1.030 (12,59%), dan Ca paru 779 kasus (9,52%). Kasus terbanyak Ca Mammae adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 1.205 kasus (33,53%) dibanding dengan jumlah keseluruhan Ca Mammae di kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah (Ayu, 2011).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan, pada tahun 2007 penderita kanker payudara untuk wilayah Kabupaten Pekalongan sebanyak 11 kasus, pada tahun 2008 sebanyak 28 kasus, pada tahun 2009 sebanyak 97 kasus, pada tahun 2010 sebanyak 245 kasus, dan sampai dengan bulan september 2011 sebanyak 229 kasus dimana terhitung pada bulan Januari sebanyak 16 kasus, Februari 53 kasus, Maret 19 kasus, April 2 kasus, Mei 60 kasus, Juni 4 kasus, Juli 6 kasus, Agustus 65 kasus, dan pada bulan September terhitung ada 4 kasus.

Berdasarkan data dari RSUD Kraton Kabupaten pekalongan tahun 2010, jumlah penderita kanker sebanyak 218 dan 117 merupakan pasien dengan kanker payudara, sedangkan untuk tahun 2011 sampai dengan tanggal

2 Desember tercatat sebanyak 276 kasus kanker dengan jumlah pasien kanker payudara adalah 154 orang dengan 77 orang diketahui pada stadium lanjut, 59 orang dalam kondisi suspec kanker payudara, 18 orang ditemukan pada stadium awal. Umumnya pasien dengan kanker payudara datang ke rumah 2 Desember tercatat sebanyak 276 kasus kanker dengan jumlah pasien kanker payudara adalah 154 orang dengan 77 orang diketahui pada stadium lanjut, 59 orang dalam kondisi suspec kanker payudara, 18 orang ditemukan pada stadium awal. Umumnya pasien dengan kanker payudara datang ke rumah

Pengetahuan masyarakat mengenai tanda dan gejala kanker terutama kanker payudara sangatlah minim, sering tidak disadari oleh penderita bahwa ia sedang menderita penyakit kanker. Karena gejala pada stadium dini sering tidak tampak. Jika kanker sudah mulai menyebar ke kelenjar getah bening dan menyebabkan timbulnya benjolan, masih juga kurang mendapat perhatian, atau kadang-kadang penderita berpendapat bahwa hal itu dibuat (disantet) oleh orang yang bermaksud jahat terhadap penderita. Bila penderita mengerti bahwa penyakit itu bukan penyakit biasa, seringkali penderita takut memeriksakan diri karena takut dioperasi, sehingga pemeriksaan kanker payudara secara dini terlambat untuk dilakukan. Kurangnya edukasi kanker payudara sejak remaja dapat di kaitkan sebagai penyebab penderita kanker payudara terlambat dalam mendeteksi dan menangani kanker payudara secara dini (Sunaryadi, 2007).

Di Indonesia skrining terhadap kanker payudara masih bersifat individual dan sporadik sehingga program deteksi dini masih belum efisien dan efektif. Sebagai akibatnya pasien dengan kanker payudara stadium lanjut masih cukup tinggi (Manuaba 2010, h. 17-18).

Keterlambatan penderita kanker payudara dalam melakukan pemeriksaan kanker payudara dapat terjadi karena berbagai faktor, diantaranya adalah faktor sosial ekonomi, faktor pendidikan atau ketidaktahuan, faktor psikologik, kurangnya informasi tentang penyakit dan cara pencegahannya, kurangnya kesadaran masyarakat dalam mencegah kanker sedini mungkin, dan dari sisi program penanggulangan penyakit, kanker belum menjadi prioritas utama di daerah. Dimana faktor-faktor tersebut dapat menimbulkan ketakutan yang tidak beralasan, hal tersebut disebabkan pendapat masyarakat secara umum yang menyatakan bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian.

Deteksi dini kanker ialah usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan tes, pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat, benar-benar sehat dengan tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan (Rasjidi 2009, h. 3). Deteksi dini dapat dilakuakan dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) yang sebaiknya dilakukan sekali dalam satu bulan sehingga kita terbiasa dengan keadaan payudara. Keterbiasaan ini membuat kita lebih mudah untuk menemukan kalau ada perubahan dari bulan ke bulan. Penemuan yang dini perubahan dari keadaan yang normal adalah ide dasar dari SADARI. Jika terjadi menstruasi maka waktu yang terbaik untuk melakukan SADARI adalah 5-7 hari setelah menstruasi berakhir dan payudara sudah menjadi lembut dan tidak membengkak (Bustan 2000, h.97).

Dari fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakuakan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dan Deteksi Dini (SADARI) Dengan Keterlambatan Penderita Kanker Payudara Melakukan Pemeriksaan Di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Hubungan Pengetahuan Dan Deteksi Dini (SADARI) Dengan Keterlambatan Penderita Kanker Payudara Melakukan Pemeriksaan Di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu:

1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan deteksi dini (SADARI) dengan keterlambatan penderita kanker payudara untuk periksa di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan responden tentang penyakit kanker payudara di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.

b. Untuk mengetahui praktek responden dalam melakukan tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADAIRI) di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.

c. Untuk mengetahui adanya keterlambatan pasien kanker dalam melakukan pemeriksaan kanker payudara di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.

d. Untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan responden mengenai penyakit kanker payudara terhadap keterlambatan periksa di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.

e. Untuk mengetahui adanya hubungan praktek responden dalam melakukan tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) terhadap keterlambatan periksa di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan diagnosa pada penderita kanker payudara yang ditinjau dari aspek pengetahuan, pola hidup sehat sakit, dan fasilitas pelayanan kesehatan penderita kanker payudara.

2. Bagi Profesi Keperwatan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, sumber pengetahuan dan acuan bagi perawat dalam memberikan informasi dan asuhan keperawatan yang komperhensif terhadap penderita dan masyarakat dalam upaya deteksi dini atau pengendalian kanker payudara.

3. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan motivasi kepada penderita kanker payudara tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan diagnosa kanker payudara yang dialaminya agar penderita mampu hidup lebih baik serta dapat berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat baik sosial maupun ekonomi.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya, namun penelitian yang hampir sama pernah dilakukan oleh: Ristarolos Tiolena H (2008) dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara RSUP H. Adam Malik Medan, menggunakan desain penelitian kualitatif dengan jumlah sampel 7 orang. Metode pengumpulan data menggunakan tehnik wawancara mendalam (indepth interview) meliputi faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor), dan faktor penguat (reinforcing factor). Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan terdiri dari dua faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor) sedangkan faktor penguat (reinforcing factor) tidak mempengaruhi keterlambatan pengobatan. Dimana faktor predisposisi (predisposing factor) yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan yaitu pendidikan informal rendah dan informan yang tidak memilik riwayan keluarga menderita kanker Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya, namun penelitian yang hampir sama pernah dilakukan oleh: Ristarolos Tiolena H (2008) dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara RSUP H. Adam Malik Medan, menggunakan desain penelitian kualitatif dengan jumlah sampel 7 orang. Metode pengumpulan data menggunakan tehnik wawancara mendalam (indepth interview) meliputi faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor), dan faktor penguat (reinforcing factor). Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan terdiri dari dua faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor) sedangkan faktor penguat (reinforcing factor) tidak mempengaruhi keterlambatan pengobatan. Dimana faktor predisposisi (predisposing factor) yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan yaitu pendidikan informal rendah dan informan yang tidak memilik riwayan keluarga menderita kanker

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Keterlambatan Pemeriksaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah keterlambatan berarti keadaan yang lambat atau lewat dari waktu yang telah ditentukan, sedangkan istilah periksa (memeriksa atau memeriksakan) adalah menyelidiki untuk mengetahui sesuatu (untuk mempelajari, mencari, pengetahuan, dan sebagainya), atau melihat dengan teliti untuk mengetahui keadaan (baik tidaknya, salah benarnya, dan sebagainya) (Moeliono 1989, h. 409 dan 769).

Dengan kata lain keterlambatan pasien kanker payudara dalam memeriksakan kondisinya diartikan sebagai keadaan dimana pasien kanker payudara datang untuk mengetahui kondisinya melebihi waktu yang telah ditentukan (kanker sudah pada stadium III) ketika kanker sudah tidak dapat berdeferensi dengan baik untuk dilakukan pengobatan.

Ahli patologi memberikan tingkatan pada pertumbuhan tumor dengan tingkat 1 (deferensiasi baik), tingkat 2 (deferensiasi baik sedang), tingkat 3 (deferensiasi sangat buruk), dan tingkat 4 (tidak punya kemampuan untuk berdeferensiasi). Sehingga penantuan prognosis adalah suatu penilaian yang dilakukan pada contoh jaringan yang menunjukkan agresivitas, laju pertumbuhan, dan derajat abnormalitas tumor tersebut (Danielle Gale & Jane Charette 2000, h.2).

Tumor pada tahap deferensi buruk atau tidak dapat berdeferensi cenderung menjadi lebih agresif dan kurang responsif terhadap pengobatan Tumor pada tahap deferensi buruk atau tidak dapat berdeferensi cenderung menjadi lebih agresif dan kurang responsif terhadap pengobatan

Beberapa permasalahan yang dapat menyebabkan terlambatnya pasien kanker untuk memeriksakan kondisinya secara dini, antara lain adalah faktor sosial ekonomi (biaya pengobatan yang mahal), faktor pendidikan atau ketidaktahuan (ignorancy), dan faktor psikologik. Faktor-faktor psikologik yang dapat menghambat pemeriksaan kanker secara dini antara lain adalah rasa takut, rasa rendah diri (malu), tidak pernah meraba atau memperhatikan payudaranya sendiri (SADARI), sikap negativistik, depresi, dan kompulsi (Hawari 2004, h. 97-99).

B. Kanker Payudara

1. Definisi Pada zaman purbakala, kanker sudah dikenal oleh orang-orang yang mahir melaksanakan observasi dan mereka menyebutnya cancer dalam bahasa latin cancri (crab), artinya kepiting. Diartikan demikian karena dapat mengadakan penyebaran seperti kepiting yang punya banyak kaki. (Mary 2008, h.1).

Tumor ganas atau kanker dianggap sebagai pertumbuhan sel yang tidak terkendali, karena itu secara patologik tumor ganas disebut sebagai penyakit sel. Tetapi kita juga menyadari bahwa pertumbuhan sel secara tidak terkendali menyebabkann sel-sel tersebut membentuk massa yang kemudian menginfiltrasi organ dan mengganggu fungsinya, karena itu kanker juga dapat disebut penyakit organ (Kresno 2007, h.378).

Kanker payudara adalah pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol karena perubahan abnormal dari gen yang bertanggung jawab atas pengaturan pertumbuhan sel (Santoso 2009, h. 120).

Dari beberapa pernyataan di atas maka dapat di simpulkan bahwa kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang tidak terkendali pada jaringan payudara.

2. Etiologi Kanker sendiri bukanlah penyakit tunggal, dan sampai saat ini belum ada satu penyebab tunggal yang dapat di tunjuk menjadi etiologi kanker itu sendiri. Secara umum faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab kanker adalah:

a. Radiasi Radiografi dan radium dapat menyembuhkan kanker, tetapi juga dapat menyebabkan kanker. Radiasi pengion terdiri dari gelombang- gelombang atau partikel-partikel elektromagnetik yang memiliki kekuatan

(menguraikan atau memindahkan/menghilangkan elektron). Hal ini dapat mengubah kegiatan kimianya dalam jumlah yang kuat radiasi pengion dapat merusak sel-sel tubuh (Mary 2008, h.11).

untuk

mengionisasi

b. Riwayat keluarga atau genetik 10% dari kanker payudara di temukan secara genetis dalam kaitannya dengan BRCA 1, BRCA 2, p53, dan A-T. Adanya riwayat kanker payudara, endometrium, atau kanker ovarium mengindikasikan b. Riwayat keluarga atau genetik 10% dari kanker payudara di temukan secara genetis dalam kaitannya dengan BRCA 1, BRCA 2, p53, dan A-T. Adanya riwayat kanker payudara, endometrium, atau kanker ovarium mengindikasikan

Rasjidi (2009, h.55) menyatakan pada masyarakat umum yang tidak dapat memeriksa gen dan faktor proliferasinya, maka riwayat kanker pada keluarga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker payudara, adalah:

1) Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena kanker payudara atau ovarium.

2) Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau ovarium usia dibawah 40 tahun.

3) Adanya keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara dan ovarium.

4) Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.

5) Adanya riwayat kanker payudara pada pria dalam keluarga. Mary (2008, h. 7) ciri-ciri umum dari kanker herediter antara lain adalah timbul pada usia yang lebih muda (sekitar usia 20tahun, dibandingkan dengan kanker yang tidak herediter), insiden tinggi untuk kanker bilateral pada organ yang berpasangan seperti dada, ovarium, ginjal, tiroid, dan timbulnya kanker pada dua atau lebih dari dua anggota keluarga dalam satu generasi.

c. Riwayat adanya tumor Bustan (2000, h. 79) menyatakan terjadinya kanker berhubungan dengan berbagai faktor secara luas. Berbagai faktor memberikan kontribusi yang berbeda-beda berdasarkan estimasi persentasi c. Riwayat adanya tumor Bustan (2000, h. 79) menyatakan terjadinya kanker berhubungan dengan berbagai faktor secara luas. Berbagai faktor memberikan kontribusi yang berbeda-beda berdasarkan estimasi persentasi

d. Faktor reproduksi Rasjidi (2009, h. 56-58) menyatakan faktor reproduksi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan sel kanker payudara antara lain adalah:

1) Usia menarche dan siklus menstruasi Menarche dini pada usia yang lebih muda (12 tahun) terdapat peningkatan resiko terjadinya kanker payudara, dan kejadian ini semakin kuat apabila terjadi pada wanita dengan

berat badan yang rendah (BMI = <22kg/m 2 ). Menopause yang terlambat turut meningkatkan kanker payudara.

2) Usia kehamilan Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan usia mereka pada saat kehamilan pertama. Ini diperkirakan karena adanya rangsangan pematangan dari sel-sel pada payudara yang diinduksi oleh kehamilan sehingga membuat sel-sel ini lebih peka terhadap transformasi yang bersifat karsinogenik.

3) Paritas Dalam suatu studi metaanalisis, dilaporkan bahwa wanita nulipara mempunyai resiko 30% untuk berkembang menjadi kanker dibanding denga wanita yang multipara. Level hormon 3) Paritas Dalam suatu studi metaanalisis, dilaporkan bahwa wanita nulipara mempunyai resiko 30% untuk berkembang menjadi kanker dibanding denga wanita yang multipara. Level hormon

4) Menyusui Selama proses menyusui menimbulkan efek protektif terhadap kanker payudara, hal ini dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui.

e. Faktor endokrin Rasjidi (2009, h. 58-62) menyatakan faktor endokrin yang dapat mempengaruhi pertumbuhan sel kanker adalah:

1) Faktor endogen Telah diketahui bahwa salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan kanker payudara pada wanita adalah paparan hormon endogen selama hidupnya. Faktor-faktor seperti menstruasi dini (sebelum usia 12 tahun) dan menopause pada usia lanjut (setelah usia 55 tahun) merupakan faktor resiko yang berperan dalam pertumbuhan kanker payudara.

Hormon bukanlah karsinogen, tetapi dapat mempengaruhi karsinogenesis. Hormon dapat mengendalikan atau dapat menambah pertumbuhan tumor. Dasar pemberian terapi hormon dan beberapa terapi pembedahan hipofisektomi dan ooforektomi adalah prinsip karsinogenesis. Juga telah terbukti bahwa jaringan Hormon bukanlah karsinogen, tetapi dapat mempengaruhi karsinogenesis. Hormon dapat mengendalikan atau dapat menambah pertumbuhan tumor. Dasar pemberian terapi hormon dan beberapa terapi pembedahan hipofisektomi dan ooforektomi adalah prinsip karsinogenesis. Juga telah terbukti bahwa jaringan

Papara esterogen terutama apabila tidak ditandingi oleh progesteron, menjelaskan hubungan kanker payudara dengan menstruasi yang dimulai pada usia lebih muda, menopause yang terlambat, dan nuliparitas (Davey 2005, h.340).

2) Faktor eksogen

a) Kontrasepsi oral Beberapa studi menunjukkan bahwa kontrasepsi oral berperan dalam meningkatkan resiko kanker payudara pada wanita paramenopause, tetapi tidak pada wanita dalam masa pascamenopause.

b) Terapi sulih hormon Dari studi metaanalisis ditunjukkan bahwa terapi sulih hormon (TSH) dapat meningkatkan resiko kanker payudara. TSH pada wanita pasca menopause dapat meningkatkan resiko kanker payudara sebesar 30-40%.

c) Densitas payudara Densitas dipengaruhi oleh jumlah jaringan lemak, jaringan ikat dan epitel pada payudara. Payudara dengan proporsi jaringan lemak yang tinggi mempunyai densitas yang c) Densitas payudara Densitas dipengaruhi oleh jumlah jaringan lemak, jaringan ikat dan epitel pada payudara. Payudara dengan proporsi jaringan lemak yang tinggi mempunyai densitas yang

d) Intake alkohol Hubungan antara peningkatan resiko kanker payudara dengan intake alkohol lebih kuat didapat pada wanita post menopause, hal ini dikarenakan alkohol dapat menyebabkan hiperinsulinemia yang akan merangsang faktor pertumbuhan pada jaringan payudara (insuline-like growth factor).

e) Obesitas Peningkatan berat badan wanita pasca menopause meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Setelah menopause, ketika ovarium berhenti memproduksi hormon esterogen, jaringan lemak merupakan tempat utama dalam memproduksi esterogen endogen. Oleh karena itu, wanita dengan berat badan berlebih dan BMI yang tinggi mempunyai level esterogen yang tinggi.

f) Lesi Lesi dan tumor benigna tertentu mempunyai kecenderungan untuk menjadi maligna. Kanker dapat di cegah jika lesi dan tumor yang benigna dapat diketahui dan diobati dengan cepat atau dini. Yang termasuk dalam keadaan prakanker adalah polip pada kolon dan rektum, mole berpigmen (tahi lalat), displasia pada epitelium serviks dari f) Lesi Lesi dan tumor benigna tertentu mempunyai kecenderungan untuk menjadi maligna. Kanker dapat di cegah jika lesi dan tumor yang benigna dapat diketahui dan diobati dengan cepat atau dini. Yang termasuk dalam keadaan prakanker adalah polip pada kolon dan rektum, mole berpigmen (tahi lalat), displasia pada epitelium serviks dari

American Cancer Soceity (2008) yang di kutip dalam Rasjidi ( 2009, h.64) menyatakan beberapa dari kelainan di bawah ini yang mempunyai resiko untuk berkembang menjadi kanker payudara:

(1) Lesi non-proliferatif Kelainan ini mempunyai peluang yang kecil untuk menjadi kanker payudara, antara lain fibrokistik (fibrocystic disease),

hiperplasia sedang (Mild Hiperplasia),

(non-scleroning), simpel fibroadenoma (simple fibroadenoma), tumor pilloides (benign), papilloma (single papilloma), mastitis, tumor jinak lainnya ( lipoma, hamartoma, hemangioma, dan neurofibroma).

adenosis

(2) Lesi proliferatif tanpa kelainan atipik Kelainan ini menunjukkan pertumbuhan yang cepat (excessive growth) dari duktus dan lobulus pada jaringan payudara, antara lain hiperplasia duktus (non- atipik), fibroadenoma komplek, adenosis (sclerosing), papillomatosis.

(3) Lesi proliferatif dengan kelainan atipik Kelainan ini mempunyai efek yang lebih kuat dalam meningkatkan resiko kanker payudara, yaitu (3) Lesi proliferatif dengan kelainan atipik Kelainan ini mempunyai efek yang lebih kuat dalam meningkatkan resiko kanker payudara, yaitu

f. Faktor obat-obatan The International Agency for Research on Cancer telah mengidentifikasikan sejumlah obat yang mempunyai efek karsinogenik (potensial) pada manusia antara lain zat-zat sitotoksik, obat-obat imunosupresif, esterogen, kontrasepsi oral, steroid androgenik anabolik, metoksalen, analgesik yang mengandung fenasetin. Kontrasepsi oral mempunyai efek karsinogenik (potensial) untuk kanker payudara (Mary 2008, h.10).

g. Faktor psikologis Stresor atau perubahan dalam hidup seseorang seperti perkawinan, perceraian, menjadi orang tua, kematian seseorang yang berarti dalam hidupnya dan seterusnya dapat menjadi faktor dalam perkembangan kanker. Efek status emosi atau status psikologis seseorang pada sistem imun atau sistem hormon belum dapat dipastikan dengan jelas. Mungkin penelitian yang lebih lanjut mengenai psikoneuroimunologi dapat memberikan kejelasan mengenai interaksi tersebut. Dikatakan bahwa seseorang yang memiliki

kebutuhan dukungan sosial tinggi, tetapitidak memperolehnya adalah orang yang lebih beresiko kanker dari pada orang yang kebutuhannya minimal atau rendah (Mary 2008, h. 15).

3. Klasifikasi Santoso (2009, hh. 122-126) mengatakan bahwa terdapat banyak macam kanker payudara yang menyerang manusia, diantaranya :

a) Lobular Carsinoma In Situ (LCIS) Kanker payudara ini paling sering ditemukan atau biasa disebut juga Lobular Neoplasia. Namun, sebagian ahli kedokteran menolak mengklasifikasikan LCIS ke dalam kategori kanker, karena LCIS umumnya tidak meluas, melainkan hanya terjebak pada kelenjar susu.

b) Ductal Carsinoma In Situ (DCIS) Ductal Carsinoma In Situ adalah perkembangan sel abnormal yang menyerang sel-sel pada saluran susu. Kanker ini termasuk jenis non invasif (Tidak menyebar). Namun ada kemungkinan DCIS ini menyerang ke kelenjar susu dan jaringan lemak. Jika ini terjadi, maka akan dapat mengancam nyawa penderitanya.

c) Infiltrating Lobular Carsinoma (ILC) ILC adalah jenis kanker payudara invasif, kanker ini bahkan sulit dideteksi dengan teknik mammogram. Kanker jenis ini menyerang jaringan payudara di bawah kulit, di dalam kelenjar susu, dan menyebar ke jaringan lemak serta jaringan penyangga payudara. Ciri-ciri fisik ILC adalah payudara penderitanya menebal serta di bagian tertentu menebal dan keras, puting susu tertarik ke dalam, dan kulit payudara menebal,berkerut atau bersisik.

d) Infiltrating Ductal Carsinoma (IDC) Kanker jenis ini paling banyak menyerang, terutama pada wanita diatas 45 tahun. IDC dari saluran susus dan menyebar melalui aliran darah serta jaringan limfa ke bagian tubuh yang lainnya. Salah satu ciri fisik dari gejala IDC adalah puting susu tertarik kedalam, dan terdapat benjolan yang runcing.

e) Varian Kanker yang Jarang Menyerang Ada beberapa varian kanker payudara yang jarang menyerang, antara lain adalah: (1) Medullary carsinoma (2) Mucinous Carsinoma (3) Tubular Carsinoma

(4) Iflammatory Breast Cancer (5) Paget’s Disease of the Niple

Rasjidi (2009, h.65-67) menyatakan staging kanker sesuai dengan Sistem Tumor Nodus Metastasia (TNM) AJCC Cancer Staging Manual adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi TNM Kanker Payudara berdasarkan AJCC Cancer Staging Manual.

Klasifikasi

Definisi

Tumor primer

Tx

Tumor primer tidak didapat

To Tidak ada bukti adanya tumor primer Tis

Karsinoma in situ

Tis (DCIS) Duktal karsinoma in situ Tis (LCIS) Lobular karsinoma in situ Tis (paget) Paget’s Disease tanpa adanya tumor

T1

Ukuran tumor < 2 cm

T1 mic

Mikroinvasif > 0,1 cm

T1a

Tumor > 0.1 – 0,5 cm

T1b

Tumor > 0,5 - < 1 cm

T1c

Tumor > 1 cm - < 2 cm

T2

Tumor > 2 cm - < 5 cm

T3

Tumor > 5 cm Tumor dengan segala ukuran disertai dengan

T4 adanya perlekatan pada dinding thoraks atau kulit.

Melekat pada dinding dada, tidak merusak M. T4a

Pectoralis major. Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi pada

T4b kulit, atau adanya nodul satelit pada payudara.

T4c

Gabungan antara T4a dan T4b

T4d

Inflamatory carcinoma

Kelenjar Limfe Region (N)

Nx Kelenjar limfe region tidak didapatkan No

Tidak ada metastasis pada kelenjar limfe Metastasis pada kelenjar aksila ipsilateral, bersifat

N1

mobile. Metastasis pada kelenjar limfe aksila ipsilateral,

N2

tidak dapat digerakkan (fixed). Metastasis pada kelenjar limfe infraclavikular, atau

N3 mengenai kelenjar mammae interna, atau kelenjar limfe supraclavicular.

Metastasis (M)

Mx

Metastasis jauh tidak ditemukan

M0 Tidak ada bukti adanya metastasis M1

Didapatkan metastasis yang telah mencapai organ

Tabel 2.2

Stadium klinis berdasarkan klasifikasi TNM kanker payudara berdasarkan

AJCC Cancer Staging Manual. Metastasis

Stadium Ukuran tumor Metastasis jauh

kelenjar limfe

M0 IIIa

T1

N2

T2

N2

M0

T3

N1, N3

M0

M0 IIIb T apapun

T4

N apapun

N3

M0

IV T apapun

N apapun

M1

Keterangan:

a. Stage 0 Tahap sel kanker payudara tetap didalam kelenjar payudara, tanpa invasi ke dalam jaringan payudara normal yang berdekatan.

b. Stage I Tumor 2 cm atau kurang dan batas yang jelas (kelenjar getah bening normal).

c. Stage IIa Tumor tidak ditemukan pada payudara tetapi sel-sel kanker di temukan di kelenjar getah bening ketiak, atau tumor dengan ukuran 2 cm atau kurang dan telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak (aksiler), atau tumor yang lebih besar dari 2 cm tapi tidak lebih dari

5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.

d. Stage IIb Tumor yang lebih besar dari 2 cm, tetapi tidak ada yang lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening yang berhubungan dengan ketiak, atau tumor yang lebih besar dari 5 cm tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.

e. Stage IIIa Tidak di temukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di kelenjar getah bening ketiak yang melekat bersama atau dengan e. Stage IIIa Tidak di temukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di kelenjar getah bening ketiak yang melekat bersama atau dengan

f. Stage IIIb Tumor denga ukuran tertentu dan telah menyebar ke dinding dada dan atau kulit payudara dan mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak yang melekat dengan struktur lainnya, atau mungkin kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di tulang dada. Kanker payudara inflamatori (berinflamasi) dipertimbangkan paling tidak pada tahap IIIb.

g. Stage IIIc Ada atau tidak adanya kanker dipayudara atau mungkin telah menyebar ke dinding dada dan atau kulit payudara dan kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening baik di atas atau di bawah tulang belakang dan kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau ke kelenjar geteah bening di dekat tulang dada.

h. Stage IV Kanker telah menyebar atau metastase ke bagian lain dari tubuh. Manuaba (2010, h.26) menyatakan bahwa pencatatan stadium harus di cantumkan pada setiap diagnosis kanker payudara, hal ini bertujuan untuk:

1) Memudahkan untuk melakukan penelitian multisenter.

2) Untuk menentukan terapi modalitas yang diberikan.

3) Untuk menentukan prognosis dari masing-masing stadium dengan memberikan modalitas terapi yang disepakati.

4) Pemeriksaan standar dari masing-masing stadium tumor, terutama untuk menentukan stadium nodes (N) dan metastasis (M).

4. Patofisiologi Sel abnormal membentuk klon dan mulai berproliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal yang mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sel tersebut. Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasif, dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase (penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain. Neoplasia adalah suatu proses pertumbuhan sel yang tidak terkontrol yang tidak mengikuti tuntutan fisiologik, yang dapat disebut benigna atau maligna. Pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dapat disebabkan oleh berbagai faktor, faktor-faktor yang dapat menyebabkan kanker biasanya disebut dengan karsinogenesis.

Transformasi maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga tahapan proses seluler, diantaranya yaitu insiasi dimana insiator atau karsinogen melepaskan mekanisme enzimatik normal dan menyebabkan perubahan dalam struktur genetik asam deoksiribonukleat seluler (DNA), promosi dimana terjadi pemejanan berulang terhadap agens yang mempromosikan Transformasi maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga tahapan proses seluler, diantaranya yaitu insiasi dimana insiator atau karsinogen melepaskan mekanisme enzimatik normal dan menyebabkan perubahan dalam struktur genetik asam deoksiribonukleat seluler (DNA), promosi dimana terjadi pemejanan berulang terhadap agens yang mempromosikan