KONSEP MASLAHAH DALAM JUAL BELI MENURUT

KONSEP MASLAHAH DALAM JUAL-BELI MENURUT ISLAM
Untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester :
Ekonomika Pengantar 2
Dosen Pengampu:
Al-Ustad Imam Hariyadi, M.Sc.

Disusun oleh :
Dini Puspitasari

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM 2
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
KAMPUS MANTINGAN

KONSEP MASLAHAH DALAM JUAL-BELI MENURUT ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial, yakni tidak dapat hidup sendiri dan selalu
membutuhkan orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Terutama
dalam hal muamalah, seperti jual beli, baik dalam urusan diri sendiri maupun
untuk kemaslahatan umum. Oleh karena itu kemaslahatan dalam bidang

muamalah menjadi acuan dan patokan yang sangat penting dalam bidang ekonomi
islam. Namun sering kali dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui
kecurangan-kecurangan dalam urusan muamalah ini dan merugikan masyarakat.
Untuk menjawab segala problema tersebut, agama memberikan peraturan dan
pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kita yang telah diatur sedemikian rupa
dan tertulis dalam Al-Qur’an dan Hadits, dan tentunya untuk kita pelajari dengan
sebaik-baiknya agar hubungan antar manusia berjalan dengan lancar dan teratur.
Jual beli merupakan kegiatan tukar-menukar barang dengan cara tertentu
yang setiap hari pasti dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, namun kadang kala
kita tidak mengetahui apakah cara dalam mendapatkan barang tersebut atau dalam
menjual barang tersebut sudah memenuhi syara’ ataukah belum memenuhi. Oleh
karena itu kita perlu mengetahui bagaimana konsep jual beli yang telah ditentukan
menurut syariat islam.
Dalam konsep maslahah tujuan utama dari syari’at islam yang merupakan
tujuan ekonomi islam ialah untuk mencapai kesejahteraan manusia yang teletak
pada perlindungan terhadap lima kemaslahahan yaitu keimanan ilmu, kehidupan ,
harta dan kelangsungan keturunan.1 Dalam ekonomi islam keimanan merupakan
pondasi perilaku individu dan masyarakat, pemenuhan kebutuhan keimanan
secara benar akan mampu membentuk sikap, keputusan dan perilaku yang
mengarah pada perwujudan maslahah untuk mencapai falah.


1

P3EI UII Yogyakarta, Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, hlm:54

1

Dalam ekonomi islam maslahah dapat dicapai apabila manusia hidup
dalam keseimbangan. Kehidupan yang seimbang merupakan esensi dari ajaran
islam. Yang pada akhirnya nanti maslahah dalam pencapaian falah akan
menciptakan kesejahteraan bagi manusia.
Dan apabila maslahah dalam pencapaian falah tersebut tidak dalam
keseimbangannya, akan menyebabkan kerusakan (mafsadah) pada salah satu
kegiatan ekonomi.
Oleh karena itu, dalam tugas ini saya akan membahas mengenai jual beli
yang benar yaitu sesuai dengan apa yang diajarkan di dalam Al-Qur’an dan Hadits
dan pada akhirnya akan mencapai pencapaiannya dalam falah (kemenangan dunia
dan akhirat) tetapi itu semua akan terwujud apabila terpenuhinya kebutuhan hidup
manusia secara seimbang yang menyebabkan dampak yang disebut dengan
maslahah.

Yang tujuannya untuk mempermudah dalam praktek muamalah kita dalam
kehidupan sehari-hari dan agar kita tidak dengan mudah untuk masuk terjerat
dalam lingkaran kecurangan yang pada akhirnya menyebabkan pada kerugian
dalam kehidupan kita sekarang dan kemudian hari.

2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Maslahah Untuk Manuju Falah
a. Maslahah
 Menurut bahasa
Maslahah berasal dari bahasa arab yang berbentuk dari huruf shod, lam,
ha yang kemudian kata al-sholah, yang berarti kebaikan,. Yang katanya
hampir sama dengan kata al-khoir (kebaikan), al-naf’u (manfaat), dan alhasanah (kebaikan). Sedangakan lawan dari kata maslahah adalah mafsadah
yang artinya banyak keburukan.


Menurut istilah

Maslahah adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun

nonmaterial, yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai
makhluk yang paling mulia. Yaitu jika kesejahteraan di dunia dan di akhirat
dapat terwujud apabila terpenuhi kebutuhan hidup manusia secara seimbang.2
Itulah yang dimaksudkan syara’ untuk kepentingan hamba-Nya, baik
keturunan dan harta mereka. Yang dapat menjauhkan dari kemafsadahan dari
kehidupan manusia.
b. Falah
Falah adalah kemuliaan dan kemenangan, yaitu kemulian dan
kemenangan dalam hidup. Yang menurut islam dimaknai sebagai
keberuntungan di dunia dan di akhirat.
Untuk

mencapai

keduanya

dalam


ekonomi

islam

diperlukan

keseimbangan dalam system ekonomi dan tidak adanya tabdzir (pemborosan)
dalam penggunaannya.

2

P3EI UII, Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm:5

3

B. Jual Beli Dalam Islam
1. Pengertian jual beli
Jual beli adalah proses pemindahan hak milik/barang atau harta
kepada pihak lain dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya.
Secara etimologi, jual beli (‫ )البيع‬adalah proses tukar menukar barang

dengan barang yang lain.3 Secara terminology terdapat beberapa pengertian
jual beli menurut para ulama, yaitu:
a. Menurut Hanafi, jual beli adalah tukar menukar barang atau harta
dengan barang atau harta milik orang lain yang dilakukan dengan cara
tertentu. Atau tukar menukar barang yang bernilai dengan semacamnya
dengan cara yang sah yakni ijab qabul.
b. Menurut Imam Nawawi, jual beli adalah tukar menukar barang dengan
barang yang bertujuan membari kepimilikan.4
c. Menurut Ibnu Qudamah, jual beli adalah tukar menukar barang dengan
barang yang bertujuan memberi kepemilikan dan menerima hak milik.5

Pengertian lainnya jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara
penjual (yakni pihak yang menyerahkan/menjual barang) dan pembeli
(sebagai pihak yang membayar/membeli barang yang dijual). Pada masa
Rasullullah SAW harga barang itu dibayar dengan mata uang yang terbuat
dari emas (dinar) dan mata uang yang terbuat dari perak (dirham).

2. Dasar Hukum Jual Beli
Semua jual beli hukumnya boleh jika dilakukan oleh kedua belah
pihak yang mempunyai kelayakan untuk melakukan transaksi, kecuali jual

beli yang dilarang. Selain itu maka jual beli boleh hukumnya selama tidak
dilarang oleh Allah SWT. Terdapat beberapa ayat dalam al-Qur’an yang
menjadi dasar hukum jual beli, yaitu:

3
4
5

Rachmad Syafei, Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm.91
Muhammad Asy-Syarbini, Mugnil Muhtaaj, Juz 2, (Beirut: Dar al Fikr, tt), hlm.2
Wahbah Az-Zuhailiy, Fiqh Islam wa Adillatuhu, Juz 5, (Jakarta: Gema Insani, 2011), hlm.25-26

4

Al-Baqarah ayat: 275

ِّ ‫َح َّل للاه البَ ْي َع َو َحَّرَم‬
ْ‫الربَوا‬
َ ‫َوأ‬
Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba.” 6
Maksud dari ayat diatas ialah orang-orang yang mengambil riba atau
tambahan dengan uang atau bahan makanan baik itu mengambil tambahan
dari jumlahnya maupun mengenai waktunya, untuk jual beli secara kredit.
Maka akan dibangkitkan dari kubur dengan keadaan yang buruk. Tetapi
jika mereka bisa menghentikan memakan riba maka Allah akan
menghalalkan jual belinya.7
Dari tafsir tersebut dapat dilihat bahwa Allah membolehkan
melakukan transaksi jual beli dalam kehidupan kita agar semua orang
dapat memenuhi kebutuhannya. Tetapi Allah mengharamkan adanya riba
dalam jual beli karena itu akan menyebabkan adanya kecurangan pada
salah satu pihak dan ini akan merusak maslahah yang terdapat pada jual
beli.
Dalam Hadits adalah:

‫اََِّّّنَا البَ ْي هع َع ْن تَ َراض‬
Artinya: “Jual beli itu akan sah apabila ada kerelaan”
Kerelaan dalam jual beli sulit digambarkan. Jumhur ulama sepakat
bahwa kerelaan dalam jual beli terjadi melalui kesepakatan kedua belah
pihak yaitu dengan adanya ijab qabul.8


Dalam hadits Nabi saw:
9

6
7
8

ِّ ‫ضل ال َكس‬
‫الر هج ِّل بِّيَ ِّد ِّه َوهك ُّل بَْيع َم ْْبهْور‬
َّ ‫ب َع َم هل‬
َ ‫أَفْ َ ه‬

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Syamil Cipta Media, 2005), hlm.82
Tafsir Jalalain, hlm.153-154
Wahbah Az-Zuhaili, Opcit, hlm.32

5

Artinya: “Usaha yang paling utama adalah hasil usaha seseorang dengan

tangannya sendiri dan hasil dari jual beli yang mabrur.”
Dalam hadits tersebut dikatakan bahwa usaha yang baik hasilnya
adalah jual beli (berdagang), karena dalam berdagang manusia dapat
memenuhi kebutuhannya. Maksud dari hadits diatas adalah berdagang
dengan jujur, tidak menipu dan berbohong. Karena Rasulullah SAW
adalah pedagang dan beliau adalah pedagang yang jujur.1

0

C. Rukun dan Syarat Jual Beli
1. Rukun Jual Beli
Rukun menurut Hanafi adalah sesuatu yang menjadi tempat
ketergantungan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Sementara
rukun menurut mayoritas ahli fiqh adalah sesuatu yang menjadi tempat
bergantung adanya sesuatu dan bisa dicerna logika.
Rukun dalam jual beli ada empat, yaitu:
a. Penjual
b. Pembeli
c. Ijab qabul (serah terima)
d. Barang yang diperjualbelikan


2. Syarat terjadinya jual beli
Syarat adalah sesuatu yang harus ada dalam jual beli, yang bertujuan
untuk

menghindarkan

sengketa,

melindungi

kedua

belah

pihak,

menghindari terjadinya manipulasi dan kerugian. Inilah beberapa syaratsyarat yang harus dilakukan ketika ingin mengadakan jual beli.
a. Syarat penjual dan pembeli (pelaku aqad)
1) Syarat Pelaku akad hendaknya mumayyiz, memiliki kemampuan
mengatur hartanya, karena jual beli orang gila, anak kecil dan orang
mabuk tidak sah.1

1

2) Jual beli tersebut atas kehendaknya sendiri, bukan karena dipaksa.
9
1
1

Imam as-Shan’ani, Subulus Salam, Juz 3, (Hidayah: Surabaya.tt), hlm.4
0

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara,2006), hlm.233
Ibid, hlm.122

1

6

3) Baligh, karena jual beli anak kecil tidak sah.
4) Bukan pemborosan, karena harta seseorang yang boros berada
ditangan walinya.

b. Syarat ijab qabul (serah terima)
1) Pelaku transaksi harus mumayyiz.
2) Pernyataan qabul harus sesuai dengan pernyataan ijab.
3) Transaksi dilakukan satu majlis.

c. Syarat barang (objek) yang diperjualbelikan
1) Barang yang diperjualbelikan harus ada yaitu penjual dan pembeli
harus mengetahui keadaan barang, dari zat, sifat, bentuk dan
kadarnya agar tidak terjadi kesalahpahaman.
2) Barang yang diperjualbelikan adalah harta yang bernilai, merupakan
yang dibutuhkan manusia, yang dapat disimpan dan bermanfaat.
3) Barang tersebut milik sendiri.
4) Barang yang akan diperjualbelikan bisa diserahkan pada saat
transaksi

D. Macam-macam Jual Beli Yang Dilarang
Islam melarang bentuk jual beli yang mengandung tindak bahaya bagi
yang lain semacam jika BBM naik, sebagian pedagang menimbun barang
sehingga membuat warga sulit mencari minyak dan hanya bisa diperoleh
dengan harga yang relatif mahal. Begitu pula segala bentuk penipuan dalam
jual beli menjadikannya terlarang.
Sebagai agama yang lengkap telah memberikan petunjuk lengkap
tentang perdagangan, termasuk di dalamnya barang-barang yang tidak boleh
diperjualbelikan. Sebagai pengusaha muslim sudah sepantasnya kita
mempelajari masalah ini agar terhindar dari perniagaan yang haram dan tidak
di ridhoi Allah. Diantara jual beli yang diharamkan antara lain:1

1

2

http://hukumjualbelidalamislam.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-dan-dasar-hukum-jual-beli.html

7

2

1. Barang yang tidak ia miliki
2. Jual beli Hashat.
Adalah jual beli menggunakan undian atau adu ketangkasan agar
mendapatkan barang yang dibeli sesuai dengan undian. Contohnya,
melempar bola untuk mendapatkan harga yang murah dan mendapatkan
hadiah.
3. Jual beli mulamasah.
Mulamasah artinya sentuhan. Maksudnya seperti jika telah menyentuh
suatu barang maka barang tersebut harus kita beli. Ini tidak diperbolehkan
karena adanya unsur pemaksaan.
4. Jual beli Najasy.
Terdapat penipuan pada penjual kepada pembeli.

E. Barang-barang Yang Dilarang Dalam Jual Beli
1.

Khamar (minuman keras)

2.

Bangkai, Babi dan Patung

3.

Anjing

4.

Gambar yang bernyawa

5.

Buah-buahan yang belum nyata jadinya

6.

Biji-bijian yang belum mengeras

8

BAB III
PENUTUP

Hukum jual beli pada dasarnya diperbolehkan oleh ajaran islam. Tetapi
disini kita melihat apakah jual beli tersebut sudah mencapai keseimbangan untuk
seluruh orang yang membutuhannya ataukah belum mencapai keseimbangan.
Keseimbangan itu perlu karena setiap orang akan mendapatkan apa yang ia
inginkan dengan apa yang ia punya. Oleh karena itu kita tidak diperbolehkan
untuk berlebih-lebihan dalam menggunakan pendapatan yang kita miliki, dan
sesuai dengan hukum maslahah kita tidak diperbolehkan untuk merusak apa yang
telah ada di dunia. Tetapi seharusnya kita harus merawat dan menjaga agar semua
yang ada di bumi dapat kita pergunakan di kemudian hari.
Dan untuk mencapai falah dari sebuah kegiatan yang kita lakukan dalam
jual beli, itu semua harus berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits. Karena Al-Qur’an
merupakan pedoman yang paling utama bagi umat islam dalam melakukan segala
perbuatan di dunia maupun di akhirat dan Hadits sebagai pedoman kedua dan
menjadi pelengkap semua hukum-hukum yang tidak terdapat di dalam Al-Qur’an,
agar kita umat muslim tidak masuk ke dalam tujuan yang salah dalam segala
perbuatan dan kegiatan yang ada di dunia.

9

DAFTAR PUSTAKA
as-Shan’ani, Imam. Subulus Salam Juz 3. Surabaya: Hidayah,tt.
Asy-Syarbini, Muhammad. Mugnil Muhtaj Juz 2. Beirut: Dar al-Fikr,tt.
Az-Zuhailiy, Wahbah. Fiqih Islam wa Adillatuhu Juz 5. 2011. Jakarta: Gema
Insani.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. 2005. Bandung: Syamil
Cipta Media.
http://hukumjualbelidalamislam.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-dan-dasarhukum-jual-beli.html.
P3EI UII Yogyakarta. Ekonomi Islam. 2013. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. 2006. Jakarta: Pena Pundi Aksara.
Syafei, Rachmat. Fiqih Muamalat. 2006, Bandung: Pustaka Setia.
Tafsir Jalalain

10