URGENSI NILAI MORAL PADA PENDIDIKAN KARA

URGENSI NILAI MORAL PADA PENDIDIKAN KARAKTER ANAK
SEKOLAH DASAR

Disusun Oleh :
Fatimah Saidah Savitri Ongko

1815151851

Tugas ini disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester pada mata kuliah
Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah
Dosen : Dr. Fahrurrozi, M.Pd
KELAS E 2015 SEMESTER 6
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
JULI 2018

URGENSI NILAI MORAL PADA PENDIDIKAN KARAKTER ANAK
SEKOLAH DASAR
Renstra (Rencana Strategis) Kementerian Pendidikan
Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan) 2010 -2014 telah mencanangkan
penerapan pendidikan karakter untuk seluruh jenjang
pendidikan di Indonesia mulai tingkat Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) sampai Perguruan Tinggi (PT) dalam
sistem pendidikan di Indonesia. Berkaitan dengan
pelaksanaan Renstra pendidikan karakter di semua
jenjang tersebut maka sangat diperlukan kerja keras
semua pihak, terutama terhadap program- program yang
memiliki kontribusi besar terhadap peradaban bangsa
harus benar-benar dioptimalkan. Namun, penerapan
pendidikan karakter di sekolah memerlukan pemahaman
tentang konsep, teori, metodologi dan aplikasi yang
relevan dengan pembentukan karakter (character
building) dan pendidikan karakter (character education)
Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah jati
diri seorang peserta didik untuk lebih maju. Menurut para
ahli, ada beberapa pengertian yang mengupas tentang
definisi dari pendidikan itu sendiri di antaranya menurut
John Dewey, pendidikan adalah merupakan salah satu
proses pembaharuan makna pengalaman.1

Pendidikan karakter sangatlah penting karena karakter akan
menunjukkan siapa diri kita sebenarnya karakter akan menentukan
bagaimana seseorang membuat keputusan, karakter menentukan
sikap, perkataan, dan perbuatan seseorang, sehingga menjadi
identitas yang menyatu dan mempersonalisasi terhadap dirinya,
sehingga mudah membedakan dengan identitas yang lainnya. Hal
tersebut seperti disampaikan oleh Mufid (2011:447) bahwa karakter
membentuk ciri khusus suatu identitas yang menentukan individu
atau identitas lain. Kualitas yang menggambarkan suatu karakter
bersifat unik, khas, yang mencerminkan pribadi atau entitas
dimaksud, yang akan selalu nampak secara konsisten dalam sikap

1

Listyarti Retno. Pendidikan Karakter dalam metode aktif, inovatif dan kreatif.

Jakarta. Erlangga. Hal 2

dan perilaku individu atau identitas dalam menghadapi setiap
permasalahan.

Wiratman (2008:264) menyatakan banyak tokoh yang
menggarisbawahi pentingnya pendidikan karakter. Seperti
Mahatma Gandi menyatakan salah satu internalisasikan, baik
dalam dunia pendidikan formal maupun dalam pendidikan non
formal tentu beralasan, karena memiliki manfaat serta tujuan yang
cukup mulia bagi bekal kehidupan peserta didik agar senantiasa
siap dalam merespon segala dinamika kehidupan dengan penuh
tanggung jawab. Pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab
guru tetapi semua stakeholder pendidikan harus terlibat dalam
rangka mengembangkan pendidikan karakter ini, bahkan
pemangku kebijakan harus menjadi teladan terdepan. Halini
sebagaimana dikemukakan Doni (2007:135), dengan
menempatkan pendidikan karakter dalam rangka dinamika dan
dialektika proses pembentukan individu, para insan pendidik seperti
guru, orang tua, staf sekolah, masyarakat dan lainnya, diharapkan
semakin menyadari pentingnya pendidikan karakter sebagai sarana
pembentuk pedoman perilaku, pengayaan nilai individu dengan
cara memberikan ruang bagi figur keteladanan bagi anak didik dan
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi proses pertumbuhan
berupa kenyamanan dan keamanan yang membantu suasana

pengembangan diri satu sama lain dalam keseluruhan dimensinya.
A. Nilai Moral
Pengertian moralitas dan perkembangannya pada seorang anak :
Istilah moral berasal dari kata LatinMOS (MORIS) yang berarti adat
istiadat, kebiasaan, tata cara kehidupan. Sedangkan pengertian
moralitas berhubungan dengan keadaan nilai-nilai moral yang
berlaku dalam suatu kelompok sosial atau masyarakat. Jadi suatu
tingkahlaku dikatakan bermoral apabila tingkahlaku itu sesuai
dengan nilai-nilai moral yang berlaku dalam kelompok sosial di

mana anak itu hidup. Tentu saja nilai-nilai moral ini tidak sama
pada semua masyarakat, karena pada umumnya nilai-nilai moral ini
dipengaruhi oleh kebudayaan dan kelompok atau masyarakat itu
sendiri. Apa yang dianggap baik oleh suatu kelompok atau
masyarakat belum tentu baik oleh kelompok atau masyarakat
lainnya. Tetapi apa yang oleh suatu kelompok dianggap tidak baik
namun dilakukan juga oleh sescorang dalam kelompok tersebut,
maka tingkahlaku orang tersebut dikatakan tidak bermoral.
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi
oleh lingkungan di mana ia hidup. Tanpa masyarakat (lingkungan),

kepribadian seorang individu tidak dapat berkembang, demikian
pula halnya dengan aspek moral pada anak. Nilai-nilai moral yang
dimiliki seorang anak lebih merupakan sesuatu yang diperoleh
anak dari luar. Anak belajar dan diajar oleh lingkungannya
mengenai bagaimana ia harus bertingkahlaku yang baik dan
tingkahlaku yang bagaimana yang dikatakan salah atau tidak baik.
Lingkungan ini dapat berarti orangtua, saudara-saudara, temanteman, guru-guru dan sebagainya.
Namun karena pada tahun-tahun pertama kehidupan
seorang anak sepenuhnya bergantung pada orang lain, yaitu
orangtuanya, maka di sinilah pentingnya peranan orangtua sebagai
orang pertama yang dikenal anak dalam hidupnya untuk
memperkembangkan kehidupan moral anaknya. Anak terutama
akan belajar dari orangtuanya bagaimana ia harus bersikap
terhadap orang lain, tingkahlaku-tingkahlaku apa yang baik untuk
dilakukan atau yang harus dihindari. Namun hal ini tidak berarti
bahwa apabila seorang anak menunjukkan tingkahlaku yang tidak
bermoral, hal itu disebabkan, karena orangtuanya. Faktor individual
dan lingkungan lainnya di sekitar kehidupan si anak, dapat pula
mempengaruhi perkembangan tingkahlaku tersebut. Jadi dapat
dikatakan bahwa orangtua bukanlah satu-satunya faktor penentu

bagi perkembangan moral anak, namun orangtua dapat

mengarahkan perkem bangan moral anak sejauh mungkin, dengan
menyadari akan peranannya yang besar dalam kehidupan anak.

B. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter
Nilai-nilai yang Dikembangkan dalam Pendidikan Karakter Seperti
dikemukan sebelumnya bahwa inti pendidikan karakter bukanlah
sekadar mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik tentang
mana yang baik dan mana yang buruk. Namun lebih dari itu,
pendidikan karakter adalah proses menanamkan (internalisasi)
nilai-nilai positif kepada peserta didik melalui berbagai metode dan
strategi yang tepat.
Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan
karakter, pemerintah sebenarnya telah mengidentifikasi 18 nilai
yang bersumber dari agama, budaya dan falsafah bangsa, yaitu:
(1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6)
kreatif, (7) mandiri (8) demokratis (9) rasa ingin tahu (10) semangat
kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13)
bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca,

(16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab
C. Langkah-langkah pendidikan karakter di sekolah
1. Need assesment, mengidentifikasi akar permasalahan yang
menimbulkan sikap konsumtif (boros), mengumpulkan potensi
yang dimiliki oleh masyarakat untuk mengurangi sikap tersebut,
dan mengidentifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh
masyarakat, sikap dan karakteristik masyarakat, adat istiadat.
Assesment dilakukan melalui wawancara langsung, observasi
dan foccus discusses.
2. Menetapkan prioritas, informasi yang terkumpul diolah dan
diidentifikasi untuk menetapkan prioritas permasalahan yang
harus segera dipecahkan dan kebutuhan yang berkaitan

dengan kondisi moral masyarakat. Hal-hal yang berkaitan
dengan sikap, cara pandang, dan perilaku anggota masyarakat
3. Menyusun program kegiatan, dalam menyusun program
dilakukan dengan melibatkan warga masyarakat yang akan
menjadi subyek. Program kegiatan pendidikan karakter di
sekolah berisi: bentuk kegiatan, materi kegiatan, sasaran,
pelaksana, pengelola, waktu, langkah-langkah kegiatan, nara

sumber, media pembelajaran, indikator keberhasilan, model
evaluasi dan tindak lanjut. Mempersiapkan lingkungan yang
mendukung berkembangnya nilai-nilai moral dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Pelaksanaan kegiatan, Kegiatan dilakukan melalui tiga tahap,
yaitu tahap persiapan (mempersiapkan hal-hal yang
dibutuhkdan untuk menopang kelancaran kegiatan), Tahap
kegiatan inti (appersepsi, pelaksanaan, evaluasi) dan tahap
akhir/penutup (evaluasi, refleksi dan tindak lanjut). Dalam
implementasinya dikondisikan berkembangnya pembiasaan
nilai-nilai moral dan sosial untuk membentuk kultur anggota
masyarakat yang berkarakter.
5. Pengendalian mutu, dilakukan untuk mengetahui tingkat
pencapaian dari pelaksanaan program kegiatan dan adanya
upaya yang perlu dilakukan untuk perbaikan berdasarkan
standar nilai-nilai moral yang berlaku.
6. Tindak lanjut kegiatan. Tindak lanjut dilakukan untuk menjaga
kontinyuitas dan kesinambungan kegiata, sehingga
keberhasilan kegiatan diharapkan mampu memberdayakan
masyarakat sehingga nilai-nilai moral menajdoi bagian dari

kehidupannya.
Secara pragmatis, mencermati perilaku moral yang sedang dianut
oleh kaum politisi, teknokrat/ akademisi, dan kaum
birokrat/eksekutif, dan kaum yudikatif, dan masyarakat baik di
tataran pusat maupun daerah, yaitu: kondisi masyarakat yang

bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme yang mendorong
munculnya affluent society, maysrakat yang steril dari kerusuhan
dan pengungsian, masyarakat yang memiliki “good-governance”,
masyarakat yang dapat mengejar ketertinggalan pendidikan, dan
masyarakat yang maju dan mandiri. Untuk itu perlu diberdayakan
pelayanan pendidikan yang berorienrtasi moral sebagai fondasi
pendidikan karakter dalam kehidupan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Azzet, Akhmad Muhaimin. 2016. Urgensi Pendidikan Karakter di
Indonesia. Yogyakarta. Ar-ruzz Media.
Cahyoto. 2002. Budi Pekerti dalam Perspektif Pendidikan. Malang:
Depdiknas-Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah-Pusat Penataran

Guru IPS dan PMP Malang.
Depdiknas, 2010. Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah
Jakarta. Pertama (draft).
Desmita. 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. PT
Remaja Rosdakarya.
Drake, Frederick. 2000. Using Alternative Assessment To Improve The
Teaching and Learning History. ERIC: Clearing House for Social Studies/
Social Science Education.
Gunarsa, Singgih D. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta. Gunung Mulia.
Kartasasmita, G., 1996. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan
Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta. Cides.
Kusrahmadi, Sigit Dwi. 2008. Pentingnya Pendidikan Moral Bagi Anak
Sekolah Dasar. Google Cendikia: Pendidikan Moral Anak SD.
Listyarti Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam metode aktif, inovatif
dan kreatif. Jakarta. Erlangga.
Otib Satibi Hidayat. 2000. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-Nilai
Agama. Jakarta: Universitas Terbuka.
Paulo Freire, Ivan illich, Eric From “Menggugat Pendidikan “ Pustaka
Pelajar 2004 Yogyakarta

Suara Pembaruan, 25 September 2015, “Revolusi Mental Butuh Sistem.”
Sumantri, Syarif. 2010. Pengembangan Pendidikan Karakter.Jakarta. PT
Margi Wahyu.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta. Prenadamedia Group.
Suriasumantri, J. S., 2000. Filsafat Ilmu. Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta. Pustaka Sinar harapan.
Syarbini, Amirullah. 2012. Buku Pintar Pendidikan Karakter. Jakarta.
Prima Pustaka.
Tarumingkeng, R. C., 2001. Moralitas Kaum Terdidik. Bogor:
Pascasarjana IPB.
Yusuf, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25