TUJUAN HIDUP DALAM PERSPEKTIF HADITS

Makalah Hadist
Tentang

Tujuan Hidup

OLEH KELOMPOK :X
ANGGOTA :

Dewi Suci Andini
Lesmanita
Fitra Yuliana
Yaldi Afrianto

: 512.143
: 512.143
: 512.141
: 512.115

Dosen Pembimbing
Dra. Sarmida Hanaum, M.Ag
Yulia Rahmi, M.Ag


PSIKOLOGI ISLAM (PI-B) FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
2013 M / 1434 H

BAB I
PENDAHULUAN
Hadis di bahwah ini menegaskan bahwa pentingnya berniat, Al-khauyi mengatakan,
seakan-akan Rasulullah member pengertian bahwa niat itu bermacam-macam sebagaimana
perbuatan. Seperti orang melakukan perbuatan dengan motivasi ingin mendapat ridho Allah
dan apa yang dijanjikan kepadanya, atau ingin menjauhikan diri dari ancaman-Nya.
Kekuatan dan kekuasaan Allah jauh lebih besar dari persoalan yang dihadapi manusia.
Lalu, kalau manfaat sedekah begitu dahsyatnya, masihkah kita belum juga tergerak untuk
mencintai sedekah? Wallahu a'lam bis-shawab.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Perilaku manusia adalah realisasi tujuan hidupnya
‫سمعت عمر بن ا لحطا ب يقو ل سمعت رسو ل ا ل – صلي ا ل عليه و سلم – يقلو ل – انما ا لعما ل با‬

‫ ومن كانت‬, ‫ فمن كا نت هجرله الي ا ال ورسو له فهجرله الي ل ورسوله‬, ‫ و ا نما لمرى ما نوي‬,‫لنيا ت‬
‫ فهجر ته الي ماها جراليه‬, ‫ هجرته الي دنيا يصيبها او ا مراةيزوجها‬.
“ Saya mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘ Sesungguhnya setiap
amalan itu tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan sesuatu sesuai
dengan niatnya. Maka, barang siapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa hijrah karena kekayaan dunia yang hendak
dikejarnya, atau lantaran wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya (mendapatkan)
sesuai dengan apa yang ditujunya.” (HR. Bukhari)1
Niat secara etimelogi berarti tujuan atau keinginan, sedangkan menurut sebagian
ulama’, niat itu memiliki 2 cakupan makna:
1. Niat adalah sesuatu yang membedakan antara ibadah yang satu dengan ibadah
lainnya, atau sesuatu yang dapat membedakan antara ibadah dan kebiasaan.
2. Niat adalah sesuatu yang dapat menunjukan maksud atau atau tujuan dari suatu amal,
apakah amal tersebut dikerjakan hanya karena Allah semata, atau karena Allah dan
lain-Nya.
Al-khauyi mengatakan, seakan-akan Rasulullah member pengertian bahwa niat itu
bermacam-macam sebagaimana perbuatan. Seperti orang melakukan perbuatan dengan
motivasi ingin mendapat ridho Allah dan apa yang dijanjikan kepadanya, atau ingin
menjauhikan diri dari ancaman-Nya.
Sebagian riwayat menggunakan lafaz ‫ ا لنية‬dalam bentuk mufrad (tunggal) dengan

alasan bahwa tempat niat adalah dalam hati, sedangkan hati itu satu, maka kata niat
disebutkan dalam bentuk tunggal. Berbeda dengan perbuatan yang sangat tergantung kepada
hal-hal yang bersifat lahiriyah yang jumlahnya sangat banyak dan beragam, sehingga dalam
hadist tersebut kata ‘amal menggunakan lafaz jama’ (plural) yaitu ‫ العمل‬.
1Munirul Abidin,.Sarah Riyadhus Shalihin(Jakarta: Darul Falah) hal.3

Selain itu niat hanya akan kembali kepada Dzat Yang Esa, dan tidak ada sekutu bagiNya Lafazh – ‫ انما ا لعما ل با لنيا ت‬mengandung arti hashr (pembatasan) menurut para
muhaqqiq (peneliti).
Setiap perbuatan pasti membutuhkan pelaku, maka kaliamat ‫ ا لعما ل با لنيا ت‬secara
lengkap adalah ‫العما ل الصا د رة من ا لمكالفين‬perbuatan yang berasal dari orang – orang
mukallaf ( orang yang dikenai beban syari’at. Dengan demikian apakah perbuatan orang kafir
masuk dalam kategori ini? Jawabannya, tidak termasuk, karena maksud perbuatan dalam
hadis ini adalah ibadah sehingga orang kafir tidak termasuk dalam hadis ini, meskipun
mereka diperintahkan untuk melaksanakan mendapat hukuman apabila meninggalkannya. ‫با‬
‫ لنيا ت‬huruf ba’ menunjukka arti musahabah ( menyertai), dan ada juga yang mengartikan
sababiyah atau menunjukka sebab.
Para ahli fiqih berselisih pendapat untuk menetukan apakah niat itu termasuk rukun
atau syarat, dalam hal ini pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang menyatakan
bahwa mengucapkan niat diawal pekerjaan adalah rukun sedangkan menyertakannya dalam
pekerjaan adalah syarat.

Baidhawi berkata niat ada diruang hati untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan,
baik yang ,mendatangkan atau menolak mudhorat, sedangkan syari’at adalah sesuatu yang
membawa pada perbuatan yang diridhoi Allah dan mengamalkan segala perintah-Nya.
Arti penting niat
Kedudukan niat dalam suatu perbuatan sangatlah penting, niat memiliki banyak
keutamaan . misalnya saja banyak ungkapan yang menyatakan tidaka akan diterima amalan
seseorang jika tidak diawali dengan niat, berniat namun tidak ikhlas.
Yahya Bin Abu Katsir berkata, “ belajarlah berniat, sebab ia lebih sempurna daripada
amal”. Dan menurut Zaid Asy- Syami, “ saya senang berniat dalam setiap perbuatan yang
saya kerjakan. Bahkan saat makan dan minumpun saya berniat”. Dan Mtraf Bin Abdullah
berkata,” bagusnya hati dan bagusnya amal, dan bagusnya amal dengan bagusnya niat”. Ibnu
Al- Mubarak berkata,” tidak jarang sebuah amal kecil berubah menjadi besar lantaran niat,
sebaliknya amalan besar berubah menjadi kecil dengan sebab niat”.
Sebagian orang berkata pada ulama ,” tunjukkanlah padaku amal yang membuat aku
selalu tercatat sebagai amal yang beramal karena Allah ! maka dijawab, “ berniatlah

mengerjakan kebajikan. Enkau akan selalu dicatat telah mengerjakan kebajikan itu meskipun
engkau tidak mengerjakannya. Niat akan tetap berfungsi meskipun amal tidak terlajsana.2
Tujuan utama adanya niat adalah untuk membedakan berbagai macam ibadah yang satu
dengan yang lainnya. Keistimewaan niat, ibadah menjadi sah karenanya dan membedakannya

dari kebiasaan. Karena sesungguhnya suatu hal yang dikerjakan dengan niat maka ia akan
menjadi ibadah dan tampa niat menjadi kebiasaan, seperti duduk didalam mesjuid dengan
niat iktikaf akan bernilai ibadah, tetapi jika tampa niat hanya akan dipandang sebagai
istirahat, dianggap sebagai kebiasaan. Contoh lain misalnya mandi, dengan niat yang diakui
oleh syariat, seperti niat untuk bersuci dari jinabah, maka hal tersebut akan menjadi ibadah.
Tapi jika berniat hanya untuk mebersihkan diri, hal itu dianggap sebagai kebiasaan saja.
Berkat niat yang baik, kebiasaan akan menjadi nilai ibadah. Seperti makan , minum dan tidur
dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam memperoleh kekuatan dalam mengerjakan
ketaatan kepada Allah. Berpakain dengan menutup aurat, meperolek diri dengan niat untuk
taat kapda Allah, nikah dengan niat untuk memelihara kehormatan dan mengembangkan
keturunan seperti apa yang telah diperintahkan oleh allah SWT. Maka kesemuanya itu
menjadi ibadah bagi orang yang bersangkutan.3
Keterangan hadis
Pernyataan Rasulullah SAW. Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya, dalam
riwayat yang lain berbunyi ‫ ( ا لعما ل با لنيا ت‬amal itu tergantung niatnya ). Kedua redaksi ini
sama- sama mengisyaratkan adanya pembatasan. Para ulama berselisih pendapat tentang
penafsiran sabda Rasulullah “ Al- a’malu bin-niyat’’
a. Mayorita ulama muta’khirin berpendapat bahwa diterima atau ditolaknya suatu
amal perbuatan sangat ditentukan oleh niatnya.
b. Ulama lain menuturkan bahwa amal perbuatan yang dimaksud dalam hadis tersebut

bersifat umum, meliputi seluruh amal perbuatan. Tampa ada pengecualian sama
sekali.
c. Boleh jadi maksud hadis diatas adalah bahwa seluruh amal perbuatan bisa menjadi
baik atau rusak, diterima atau tertolak, dan berpahala atau tidak, tergantung pada
niatnya.

2 Sarah Kumpulan Hadis Shahih Tentang Wanita Ismam Bin asy syarif (Jakarta: Pustaka Azzam) hal. 27
3 Syekh Mansur Ali Nasyf , mahkota pokok – poko hadis rasulullah (Bandung: Sinar Baru) hal.108-109

d. Sabda Rasulullah SAW “ dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan sesuatu
sesuai dengan niatnya’’ memberikan gambaran pada kita bahwa seseorang akan
mendapatkan bagian dari amalannya sesuai dengan niatnya.
Ungkapan “ dan sesungguhnya seseorang hanya akan mendapatkan sesuatu sesuai
dengan niatnya” tidak hanya sekedar mengulang ungkapan yang pertama “ sesungguhnya
setiap amalan itu tergantung niatnya”. Ungkapan yang pertama bermakna bahwa baik
buruknya suatu amal tergantung pada niat atau motivasi yang menggerakkanya, sedangkan
ungkapan yang kedua bermakna bahwa pahala orang yang mengerjakan suatu amal
ditentukan oleh baiknya niat atau motivasi yang mendorongnya. Sebaliknya seseoran akan
memperoleh siksa jika niat atau motif yang menggerakkanya jelek.
Sabda Rasulullah SAW. “ ( maka ) barang siapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya

maka hijrah nya kepada Allah dan Rasulnya. Dan barang siapa berhijrah karena kekayaan
dunia yang hendak dikejarnya, atau lantaran wanita yang hendak dinikahinya, maka
hendaknya, ( mendapat sesuai dengan yang ditujunya. Ketika Rasulullah telah menuturkan
bahwa seluruh amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan bagian pahala orang yang
mengerjakan suatu amal ditentukan oleh baik buruknya niat yang melandasinya, juga bahwa
kedua ungkapan ini merupakan kaidah yang bersifat universal dan menjangkau seluruh amal
perbuatan tampa terkecuali, maka selanjutnya rasulullah SAW menberikan contoh amal
perbutan secara lahiriah bentuknya sama, namun kualitasnya berbeda sesuai dengan baik
buruknya niat yang memotivasinya seolah - olah Rasulullah SAW ingin menuturkan bahwa
seluruh amal tidak luput dari kualifikasi tersebut.
Hubungan niat dengan amal
Amal perbuatan manusia terbagi dalam tiga bagian :
1. Perbuatan maksiat. Niat tidak bisa mengubah posisi perubahan tersebut. Misalnya,
seseorang membangun mesjid dengan menggunakan harta yang haram dengan
tujuan kebajikan.4
2. Perbuatan taat. Sah tidaknya perbuatan taat berlipat ganda atau tidaknya pahala
sangat ditentukan oleh niat yang menggerakanya. Pada dasarnya setipa perbuatan
taat harus diniatkan sebagai ibadah kepada Allah dan bukan yang lain.5

4Sarah Kumpulan Hadis Shahih Tentang Wanita Ismam Bin asy syarif (Jakarta: Pustaka Azzam) hal. 26

5 Ibid, hal 27

3. Perbuatan mubah. Setiap perbuatan mubah dapat memiliki beberapa niat. Dengan
niat yang baik, perbuatan mubah dapat menjadi amalan ibadah yang mengantarkan
pada derajat yang luhur.

B. Tujuan Hidup Yang Baik Menghasilkan Perilaku Baik
‫ وأ ك مرر كك ببا‬,‫ تككب سرسرمكك بفي كو جبه أ كبخيكك ل ككك كصكدقكةة‬: ‫عكليبه كو كسل س ككم‬
‫ل كصلي ا ر‬
‫ كقا كل كر رسورل ا ب‬: ‫عن أ ك ببي كذ بسركقا كل‬
‫ل ك‬
‫ك‬
‫لكمعررو ب‬
‫ل ا ل سكر بد ي‬
‫ كو كبكصرركك ل ب سكررج ب‬,‫ كو بإر كشا رد كك ا ل سكر رجكل بفي كأر بض ا ل س كضل ك بل ل ككك كصكد قكةة‬,‫عبن ا لرمنك كبر كصكد قكةة‬
‫ف كو كنهيركك ك‬
‫غكك بمن كد لبو كك بفي كد لبو أ ك‬
‫ كوإب فكرا ك‬,‫عبن ا لط سكبر يبق ل ككك كصكدقكةة‬
‫ كو إب كما ط كتركك ا لكحكجكركو ا ل سكشوكككة كوا لكعظكم ك‬,‫بء ا لكبكصبر ل ككك كصكد قكةة‬
‫بخيكك ل ككك كصكد قكةة‬.

“ Diriwayatkan dari Abi zard, berkata Rasulullah SAW, Senyummu dihadapan keluargamu
adalah sedekah, perintahmu kepada perkara yang ma’ruf dan larangan terhadap perkara yang
munkar adalah sedekah, penunjukmu kepada seseorang yang tersesat jalan adalah sedekah,
dan engkau menyingkirkan batu, duri dan tulang dari jalan merupakan sedekah bagi mu,
(Riwayat Bhukari)6

Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan
oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu
dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai
kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di
atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebuh sadaqah at-tatawwu' (sedekah secara spontan dan
sukarela).
Di dalam Alquran banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum Muslimin untuk
senantiasa memberikan sedekah. Di antara ayat yang dimaksud adalah firman Allah SWT
yang artinya:

6 Sayyid Ahmad Al-Harsyimi, sarah muktaarul Al-HAdist (Bandung: Sinar Baru, 2010) hal.363

‫ف أ لرو هإرصلحح بلي رلن ال لناهس لولمرن ي لرفلعرل لذلهلك ابرهتلغالء لمررلضاهة الل لهه‬
‫جلوارهرم هإل لمرن أ للملر هبلصلدلقحة أ لرو لمرعررو ح‬

‫ل لخي رلر هفي ك لهثيحر همرن ن ل ر‬
‫عهظيمما‬
‫لفلسرولف ن ررؤهتيهه أ لرجمرا ل‬
''Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari
orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf atau mengadakan
perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari
keridhaan Allah, maka kelak Kami akan memberi kepadanya pahala yang besar.'' (QS An
Nisaa [4]: 114).

Diceritakan, ketika Nabi Ayub AS sedang mandi tiba-tiba Allah SWT mendatangkan
seekor belalang emas dan hinggap di lengannya. Baginda menepis-nepis lengan bajunya agar
belalang jatuh. Lantas Allah SWT berfirman, ''Bukankah Aku lakukan begitu supaya kamu
menjadi lebih kaya?'' Nabi Ayub AS menjawab, ''Ya benar, wahai Sang Pencipta! Demi
keagungan-Mu apalah makna kekayaan tanpa keberkahan-Mu.''
Kisah di atas menegaskan betapa pentingnya keberkahan dalam rezeki yang
dikurniakan oleh Allah SWT. Kekayaan tidak akan membawa arti tanpa ada keberkahan.
Dengan adanya keberkahan, harta dan rezeki yang sedikit akan bisa terasakan mencukupi.
Sebaliknya, tanpa keberkahan rezeki yang meskipun banyak akan terasakan sempit dan
menyusahkan.
Agar rezeki yang Allah SWT berikan kepada kita menjadi berkah, Rasulullah SAW

menganjurkan kepada umatnya untuk memperbanyak sedekah. Kata Rasulullah SAW,
''Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah.'' Dalam hadis lain, Rasulullah SAW
menjelaskan, ''Setiap awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua malaikat menyeru kepada
manusia di bumi. Yang satu menyeru, 'Ya Tuhanku, karuniakanlah?ganti kepada orang yang
membelanjakan hartanya kerena Allah'. Yang satu lagi menyeru, 'Musnahkanlah orang yang
menahan hartanya'.''
Sedekah walaupun kecil tetapi amat berharga di sisi Allah SWT. Orang yang bakhil dan
kikir dengan tidak menyedekahkan sebagian hartanya akan merugi di dunia dan akhirat
karena tidak ada keberkahan. Jadi, sejatinya orang yang bersedekah adalah untuk kepentingan

dirinya. Sebab, menginfakkan (belanjakan) harta akan memperoleh berkah, dan sebaliknya
7

menahannya adalah celaka.
Sedekah memiliki beberapa keutamaan bagi orang yang mengamalkannya. Pertama,

mengundang datangnya rezeki. Allah SWT berfirman dalam salah satu ayat Alquran bahwa
Dia akan membalas setiap kebaikan hamba-hamba-Nya dengan 10 kebaikan. Bahkan, di ayat
yang lain dinyatakan 700 kebaikan. Khalifah Ali bin Abi Thalib menyatakan, ''Pancinglah
rezeki dengan sedekah.'' Kedua, sedekah dapat menolak bala. Rasulullah SAW bersabda,
''Bersegeralah bersedekah, sebab yang namanya bala tidak pernah bisa mendahului sedekah.''
Ketiga, sedekah dapat menyembuhkan penyakit. Rasulullah SAW menganjurkan,
''Obatilah penyakitmu dengan sedekah.'' Keempat, sedekah dapat menunda kematian dan
memperpanjang umur. Kata Rasulullah SAW, ''Perbanyaklah sedekah. Sebab, sedekah bisa
memanjangkan umur.''
Mengapa semua itu bisa terjadi? Sebab, Allah SWT mencintai orang-orang yang
bersedekah. Kalau Allah SWT sudah mencintai seorang hambanya, maka tidak ada persoalan
yang tidak bisa diselesaikan, tidak ada permintaan dan doa yang Allah tidak kabulkan, serta
tidak ada dosa yang Allah tidak ampuni, dan hamba tersebut akan meninggal dunia dalam
keadaan husnul khatimah (baik).
Kekuatan dan kekuasaan Allah jauh lebih besar dari persoalan yang dihadapi manusia.
Lalu, kalau manfaat sedekah begitu dahsyatnya, masihkah kita belum juga tergerak untuk
mencintai sedekah? Wallahu a'lam bis-shawab.

Macam-Macam Sedekah
Rasulullah saw. dalam hadits di atas menjelaskan tentang cakupan sedekah yang begitu
luas, sebagai jawaban atas kegundahan hati para sahabatnya yang tidak mampu secara
maksimal bersedekah dengan hartanya, karena mereka bukanlah orang yang termasuk banyak
hartanya. Lalu Rasulullah saw. menjelaskan bahwa sedekah mencakup:
1. Tasbih, Tahlil dan Tahmid
7 http://sedekahindahberkah.blogspot.com/search/label/Kisah-kisah

Rasulullah saw. menggambarkan pada awal penjelasannya tentang shadaqah
bahwa setiap tasbih, tahlil dan tahmid adalah sedekah. Oleh karenanya mereka
‘diminta’ untuk memperbanyak tasbih, tahlil dan tahmid, atau bahkan dzikir-dzikir
lainnya. Karena semua dzikir tersebut akan bernilai ibadah di sisi Allah swt. Dalam
riwayat lain digambarkan:
Dari Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah saw. berkata, “Bahwasanya diciptakan dari
setiap anak cucu Adam tiga ratus enam puluh persendian. Maka barang siapa yang
bertakbir, bertahmid, bertasbih, beristighfar, menyingkirkan batu, duri atau tulang dari
jalan, amar ma’ruf nahi mungkar, maka akan dihitung sejumlah tiga ratus enam puluh
persendian. Dan ia sedang berjalan pada hari itu, sedangkan ia dibebaskan dirinya dari
api neraka.” (HR. Muslim)
2. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Setelah disebutkan bahwa dzikir merupakan sedekah, Rasulullah saw.
menjelaskan bahwa amar ma’ruf nahi mungkar juga merupakan sedekah. Karena untuk
merealisasikan amar ma’ruf nahi mungkar, seseorang perlu mengeluarkan tenaga,
pikiran, waktu, dan perasaannya. Dan semua hal tersebut terhitung sebagai sedekah.
Bahkan jika dicermati secara mendalam, umat ini mendapat julukan ‘khairu ummah’,
karena memiliki misi amar ma’ruf nahi mungkar. Dalam sebuah ayat-Nya Allah swt.
berfirman:
‫ت هلل لناهس تلأ ررمررولن هبال رلمرعررو ه‬
‫عهن‬
‫ف لوتلن رلهرولن ل‬
‫ك رن رتررم لخي رلر أ ر لمحة أ ررخهرلج ر‬
‫كالن لخي رمرا ل لرهرم همن ررهرم ال ررمرؤهمرنولن لوأ لك رثلرررهرم ال رلفاهسرقولن‬
‫ب لل ل‬
‫ال ررمن رك لهر لوتررؤهمرنولن هبالل لهه لول لرو آلملن أ لرهرل ال رهكلتا ه‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” [QS. Ali Imran (3): 110]
3. Hubungan Intim Suami Istri

Hadits di atas bahkan menggambarkan bahwa hubungan suami istri merupakan
sedekah. Satu pandangan yang cukup asing di telinga para sahabatnya, hingga mereka
bertanya, “Apakah salah seorang diantara kami melampiaskan syahwatnya dan dia
mendapatkan sedekah?” Kemudian dengan bijak Rasulullah saw. menjawab, “Apa
pendapatmu jika ia melampiaskannya pada tempat yang haram, apakah dia
mendapatkan dosa? Maka demikian pula jika ia melampiaskannya pada yang halal, ia
akan mendapat pahala.” Di sinilah para sahabat baru menyadari bahwa makna sedekah
sangatlah luas. Bahwa segala bentuk aktivitas yang dilakukan seorang insan, dan
diniatkan ikhlas karena Allah, serta tidak melanggar syariah-Nya, maka itu akan
terhitung sebagai sedekah.:

4. Bekerja dan memberi nafkah pada sanak keluarganya

Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam sebuah hadits: Dari Al-Miqdan bin
Ma’dikarib Al-Zubaidi ra, dari Rasulullah saw. berkata, “Tidaklah ada satu pekerjaan
yang paling mulia yang dilakukan oleh seseorang daripada pekerjaan yang dilakukan
dari tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang menafkahkan hartanya terhadap diri,
keluarga, anak dan pembantunya melainkan akan menjadi sedekah.” (HR. Ibnu Majah)

5. Membantu urusan orang lain
Dari Abdillah bin Qais bin Salim Al-Madani, dari Nabi Muhammad saw. bahwa
beliau bersabda, “Setiap muslim harus bersedekah.” Salah seorang sahabat bertanya,
“Bagaimana pendapatmu, wahai Rasulullah, jika ia tidak mendapatkan (harta yang
dapat disedekahkan)?” Rasulullah saw. bersabda, “Bekerja dengan tangannya sendiri
kemudian ia memanfaatkannya untuk dirinya dan bersedekah.” Salah seorang sahabat
bertanya, “Bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah saw.?” Beliau bersabda,
“Menolong orang yang membutuhkan lagi teranaiaya.” Salah seorang sahabat bertanya,
“Bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah saw.?” Beliau menjawab,
“Mengajak pada yang ma’ruf atau kebaikan.” Salah seorang sahabat bertanya,

“Bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah saw.?” Beliau menjawab,
“Menahan diri dari perbuatan buruk, itu merupakan sedekah.” (HR. Muslim)8
6. Mengishlah dua orang yang berselisih
Dalam sebuah hadits digambarkan oleh Rasulullah saw.: Dari Abu Hurairah r.a.
berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Setiap ruas-ruas persendian setiap
insan adalah sedekah. Setiap hari di mana matahari terbit adalah shadaqah, mengishlah
di antara manusia (yang berselisih adalah sedekah).” (HR. Bukhari)

7. Menjenguk orang sakit
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda: Dari Abu Ubaidah bin Jarrah ra
berkata, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menginfakkan
kelebihan hartanya di jalan Allah swt., maka Allah akan melipatgandakannya dengan
tujuh ratus (kali lipat). Dan barangsiapa yang berinfak untuk dirinya dan keluarganya,
atau menjenguk orang sakit, atau menyingkirkan duri, maka mendapatkan kebaikan dan
kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya. Puasa itu tameng selama ia tidak merusaknya.
Dan barangsiapa yang Allah uji dengan satu ujian pada fisiknya, maka itu akan menjadi
penggugur (dosa-dosanya).” (HR. Ahmad)

8. Berwajah manis atau memberikan senyuman
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda: Dari Abu Dzar r.a. berkata, bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian menganggap remeh satu kebaikan pun.
Jika ia tidak mendapatkannya, maka hendaklah ia ketika menemui saudaranya, ia
menemuinya dengan wajah ramah, dan jika engkau membeli daging, atau memasak
dengan periuk/kuali, maka perbanyaklah kuahnya dan berikanlah pada tetanggamu dari
padanya.” (HR. Turmudzi)9
9. Berlomba-lomba dalam amalan sehari-hari (baca: yaumiyah)
8 Ibid
9 Muhamad al-Maghribi fadhail a’mal(Jakarta, Darul Haq, 2007) hal. 46

Dalam sebuah riwayat digambarkan: Dari Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Siapakah di antara kalian yang pagi ini berpuasa?” Abu
Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.” Rasulullah saw. bersabda, “Siapakah hari
ini yang mengantarkan jenazah orang yang meninggal?” Abu Bakar menjawab, “Saya,
wahai Rasulullah.” Rasulullah saw. bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini
memberikan makan pada orang miskin?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai
Rasulullah.” Rasulullah saw. bertanya kembali, “Siapakah di antara kalian yang hari ini
telah menengok orang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.”
Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah semua amal di atas terkumpul dalam
diri seseorang melainkan ia akan masuk surga.” (HR. Bukhari)
Allah berfirman dalam surat Al-baqarah ayat 218.
‫هإ لن ال لهذيلن آلمرنوا لوال لهذيلن لهالجرروا لولجالهردوا هفي لسهبيهل الل لهه رأول لهئلك‬
‫ي لرررجولن لررحلملة الل لهه لوالل لره ل‬
‫غرفومر لرهحيمم‬
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan
Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” ( Al-baqarah 218)10

10 Al-Qura’an dan Terjemahanya

BAB III
PENUTUP

niat dalam suatu perbuatan sangatlah penting, niat memiliki banyak keutamaan .
misalnya saja banyak ungkapan yang menyatakan tidaka akan diterima amalan seseorang jika
tidak diawali dengan niat, berniat namun tidak ikhlas.
Sedekah walaupun kecil tetapi amat berharga di sisi Allah SWT. Orang yang bakhil dan
kikir dengan tidak menyedekahkan sebagian hartanya akan merugi di dunia dan akhirat
karena tidak ada keberkahan. Jadi, sejatinya orang yang bersedekah adalah untuk kepentingan
dirinya. Sebab, menginfakkan (belanjakan) harta akan memperoleh berkah, dan sebaliknya
menahannya adalah celaka.

Daftar Pustaka

Al-Qur’an dan Terjemahannya
Munirul Abidin,.Sarah Riyadhus Shalihin(Jakarta: Darul Falah, 2005)
Sarah Kumpulan Hadis Shahih Tentang Wanita Ismam Bin asy syarif (Jakarta: Pustaka
Azzam)
Syekh Mansur Ali Nasyf , mahkota pokok – poko hadis rasulullah (Bandung: Sinar Baru)
Sayyid Ahmad Al-Harsyimi, sarah muktaarul Al-HAdist (Bandung: Sinar Baru, 2010)
Muhamad al-Maghribi fadhail a’mal(Jakarta, Darul Haq, 2007) hal. 46
http://sedekahindahberkah.blogspot.com/search/label/Kisah-kisah