STATUTORY FINANCIAL REPORTING DI INDONES

STATUTORY FINANCIAL REPORTING DI INDONESIA DAN PERBANDINGANNYA
DENGAN AUSTRALIA
Kelompok. 4 Seminar Akuntansi 7B Reguler
Spesialisasi D-IV Akuntansi Pemerintah,
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
ABSTRAK
Dalam menyusun sebuah laporan keuangan perusahaan, selain dibutuhkan adanya
standar akuntansi, juga diperlukan sebuah undang-undang sebagai landasan hukum
penyusunan laporan keuangan, yang disebut statutory financial reporting. Penyusunan
statutory financial reporting di suatu negara sangat erat kaitannya dengan peran dari dua
institusi di negara tersebut, yaitu pemerintah dan badan penyusun standar akuntansi.
Kedudukan badan penyusun standar akuntansi di tiap negara berbeda-beda sesuai dengan
kebijakan negara tersebut. Australia sebagai salah satu negara yang telah menerapkan goodpractice accounting sejak lama, memiliki standar akuntansi dan badan penyusun standar
akuntansi yang sudah mapan, termasuk statutory financial reporting nya. Makalah ini akan
membahas mengenai statutory financial reporting di Indonesia dan membandingkannya
dengan penerapannya di Australia.
Kata kunci: statutory financial reporting, IAI, AASB
ABSTRACT
In preparing company's financial statements, it requires both accounting standards
and statutory financial reporting. This Statutory financial reporting refers to the statues
of legal basis, made by the government body to assist businesses in preparing its financial

statements. The preparation of statutory financial reporting is closely related to the role
of two institutions. These include the government and the accounting standard board. The
position of accounting standard board is different in every country depending on country's
policy. For instance, Australia is one of the countries that has implemented good-practice
accounting as it has adopted both accounting standard and statutory financial reporting
made by government body. This paper will discuss the Statutory financial reporting in
Indonesia and how its application is different in comparison to Australia.
Keywords: statutory financial reporting, IAI, AASB

I. PENDAHULUAN
Akuntansi merupakan sarana bagi manajemen untuk mengkomunikasikan informasi
perusahaan yang berkaitan dengan posisi keuangan, kinerja, dan perubahan kepada para
pemangku kepentingan (stakeholders). Informasi akuntansi yang disediakan tersebut sangat
Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
1

penting dalam rangka pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun oleh para pemangku
kepentingan (stakeholders). Selain itu penggunaan informasi akuntansi juga berguna untuk
perencanaan strategis, pengawasan manajemen dan pengawasan operasional. Holmes dan
Nicholls (1989) mengklasifikasikan informasi akuntansi ke dalam tiga jenis berdasarkan

manfaat bagi para pemakainya, yaitu Statutory financial reporting Information, Budgetary
Information, dan Additional Accounting Information.
Dengan semakin berkembangnya perekonomian di dunia, maka semakin berkembang
pula jenis industri dan bisnis yang muncul. Hal tersebut menjadikan informasi akuntansi yang
tersedia juga semakin beragam. Untuk mengakomodir beragamnya informasi akuntansi
tersebut maka dibutuhkanlah suatu peraturan maupun undang-undang yang mengatur
mengenai kebijakan akuntansi yang diperlukan dan disesuaikan dengan jenis industri,
sehingga para pemangku kepentingan (stakeholders) dapat lebih memahami informasi
akuntansi tersebut. Peraturan disebut dikenal dikenal dengan nama Statutory financial
reporting. Lumbantoruan, Sophar (1996:2) mendefinisikan Statutory financial reporting
sebagai akuntansi yang dibatasi oleh peraturan perundang-undangan tertentu. Statutory
financial reporting dapat disusun oleh pemerintah melalui undang-undang (Act) maupun
badan independen di pemerintahan. Penyusunan kebijakan Statutory financial reporting juga
berkaitan erat dengan badan penyusun standar akuntansi di negara tersebut, hal tersebut
disebabkan Statutory financial reporting selalu disusun berdasarkan standar akuntansi yang
telah tersedia sebelumnya. Praktik Statutory financial reporting di beberapa negara dapat
berbeda-beda, disesuaikan dengan kebijakan akuntansi yang berlaku di negara tersebut.
Selanjutnya makalah ini akan membahas mengenai praktik Statutory financial reporting di
Indonesia dan perbandingannya dengan negara Australia, termasuk juga pembahasan
mengenai badan penyusun standar akuntansi dan hubungan antara badan penyusun standar

akuntansi dengan pemerintah di kedua negara tersebut.
Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
2

II. STATUTORY FINANCIAL REPORTING DI INDONESIA
Pendahuluan
Praktik akuntansi di Indonesia sudah berlangsung sangat lama, dimulai dari era
penjajahan Belanda sekitar abad 17 atau sekitar 1642, dimana pada saat itu praktik akuntansi
dilakukan oleh pemerintah Belanda. Eksistensi akuntan Indonesia mulai muncul di tahun
1957, yang ditandai dengan pembentukan pertama kali perkumpulan akuntansi di Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya, praktik akuntansi di Indonesia telah mengalami
peningkatan yang signifikan baik di sektor privat maupun di sektor publik, beberapa
pencapaiannya adalah:
a. Terbitnya undang-undang yang mengatur mengenai Akuntan Publik di Indonesia, yaitu
Undang-undang Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik.
b. Terbitnya pedoman standar akuntansi untuk sektor privat (PSAK) dan sektor publik
(PSAP).
c. Organisasi penyusun standar akuntansi (IAI untuk sektor privat dan KSAP untuk sektor
publik) yang semakin kuat.
d. Konvergensi standar akuntansi Indonesia ke IFRS.

e. Penyusunan standar akuntansi untuk entitas tanpa akuntabilitas publik.
f. Pengalihan basis akuntansi menuju basis akuntansi akrual pada akuntansi sektor
pemerintahan.
Peningkatan yang lebih dalam perkembangan akuntansi di Indonesia sangat
dibutuhkan untuk memastikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan praktik akuntansi
yang baik. Dalam mewujudkan hal tersebut, peran pemerintah yang bekerja sama dengan
badan penyusun standar akuntansi sangatlah diperlukan untuk menyusun kerangka kebijakan
akuntansi yang disesuaikan dengan perkembangan industri dan bisnis di Indonesia.
Badan Penyusun Standar Akuntansi

Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
3

Penyelenggaraan pembukuan di Indonesia yang merupakan kewajiban bagi suatu
perusahaan harus berpedoman pada suatu dasar hukum atau kerangka dasar, yang disebut
Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Kerangka dasar ini merumuskan konsep yang
mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal.
Kerangka dasar SAK yang mendasari laporan keuangan antara lain membahas tentang:
a. Tujuan laporan keuangan,
b. Karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan,

c. Definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan,
dan
d. Konsep modal serta pemeliharaan modal.
Adapun tujuan penyusunan kerangka dasar adalah dapat digunakan sebagai acuan
bagi pihak-pihak berikut ini:
a. Komite penyusunan SAK dalam pelaksanaan tugasnya.
b. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur
dalam SAK.
c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
d. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan SAK. SAK juga merupakan pedoman
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan suatu perusahaan dan unit-unit
ekonomi lainnya.
Bermula dari pertemuan yang dilakukan oleh lima orang akuntan dari Indonesia di
tahun 1957, maka dibentuklah sebuah perkumpulan akuntan indonesia pertama kali, yang
diberi nama Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) pada tanggal 23 Desember 1957. Awal mulanya
tujuan dibentuknya IAI adalah adanya keinginan oleh lima akuntan Indonesia untuk
membentuk perkumpulan akuntan tersendiri diluar organisasi akuntan yang dibentuk oleh
Belanda pada saat itu (Nederlands Institute van Accountants), dengan harapan Indonesia

Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
4

dapat membentuk suatu standar akuntansi tersendiri, dan dapat membina akuntan-akuntan
Indonesia. Selanjutnya IAI berkembang menjadi organisasi profesi akuntan yang juga
merupakan badan yang menyusun standar akuntansi keuangan di Indonesia yang bersifat
independen dan berada diluar pemerintahan. Saat ini, IAI merupakan satu-satunya wadah
yang mewakili profesi akuntan Indonesia secara keseluruhan. IAI merupakan anggota
International

Federation

of Accountants,

organisasi

profesi

akuntan


dunia

yang

merepresentasikan lebih 2,5 juta akuntan yang bernaung dalam 167 asosiasi profesi akuntan
yang tersebar di 127 negara. Sebagai anggota IFAC, IAI memiliki komitmen untuk
melaksanakan semua standar internasional yang ditetapkan demi kualitas tinggi dan
penguatan profesi akuntan di Indonesia. IAI juga merupakan anggota sekaligus pendiri
ASEAN Federation of Accountants (AFA), dimana IAI menjadi sekretariat permanen AFA.
IAI melaksanakan beragam kegiatan diantaranya:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

pendaftaran dan pelayanan keanggotaan;

pengembangan dan penyusunan standar akuntansi keuangan;
pengembangan dan penegakkan kode etik akuntan;
pemberian konsultasi untuk pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi;
publikasi;
hubungan internasional;
pusat pengetahuan dan pengembangan akuntansi;
menjaga dan meningkatkan kompetensi akuntan melalui kegiatan pendidikan dan
pelatihan; melaksanakan sertifikasi di bidang akuntansi sebagai tolak ukur standar

kualitas keprofesian;
i. menjaga kepercayaan pemakai jasa dan masyarakat luas atas hasil kerja profesi akuntan
yang tergabung dalam IAI.
Struktur organisasi IAI terdiri dari Dewan Penasehat, Dewan Pengurus Nasional,dan Majelis
Kehormatan, yang anggotanya terdiri dari perwakilan pemerintah dan praktisi akuntansi.
Keanggotaan IAI sendiri tergabung dalam 4 (empat) Kompartemen yang dibentuk, yaitu IAI
Kompartemen Akuntan Publik (IAI KAP), IAI Kompartemen Akuntan Pendidik (IAI KAPd),
Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
5

IAI Kompartemen Akuntan Manajemen (IAI KAM), dan IAI Kompartemen Akuntan Sektor

Publik (IAI KASP). Dalam perkembangan selanjutnya, pada tanggal 23 Mei 2007 IAI
melaksanakan Kongres Luar Biasa (KLB) yang memutuskan IAI adalah organisasi perofesi
yang beranggotakan Perseorangan dan Asosiasi. IAI KAP merubah formatnya menjadi
Asosiasi akuntan publik independen dengan nama Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
pada tanggal 24 Mei 2007. IAI KAP dibubarkan sesuai surat keputusan DPN IAI tanggal 4
Juni 2007 Nomor Kep-22/SK/DPN/IAI/V/2007. Selanjutnya IAPI pada saat yang sama
ditetapkan menjadi anggota asosiasi IAI sesuai surat keputusan DPN IAI tanggal 4 Juni 2007
nomor Kep-23/SK/DPN/IAI/V/2007. IAI KAM juga merubah formatnya menjadi Asosiasi
independen dengan nama Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI). Pada tanggal 1
September 2009 IAI KAM dibubarkan, dan IAMI ditetapkan menjadi anggota asosiasi IAI
sesuai surat keputusan DPN IAI nomor Kep-72/SK/DPN/IAI/IX/2009. Sampai saat ini IAI
memiliki 3 kompartemen, yaitu IAI Kompartemen Akuntan Pendidik (IAI KAPd), IAI
Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI KASP), dan IAI Kompartemen Akuntan
Perpajakan (IAI KAPj). Struktur organisasi IAI ditunjukkan pada bagan dibawah ini.

Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
6

Produk utama dari IAI adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang
berisi tentang kebijakan atau standar akuntansi yang wajib dipedomani oleh setiap entitas

dalam menyusun laporan keuangannya. IAI hanya mengatur mengenai kebijakan dan standar
akuntansi pada sektor privat saja, untuk kebijakan akuntansi sektor publik atau pemerintahan
disusun oleh badan penyusun standar tersendiri yang bernama Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan, dengan produk utamanya adalah Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
(PSAP). Dalam menyusun standar akuntansi pemerintahan, KSAP juga melibatkan IAI
sebagai organisasi profesi akuntan di Indonesia.
Dalam melakukan kegiatannya, IAI melakukan berbagai macam aktivitas pendanaan
(fund raising) seperti melalui pelatihan akuntansi yang dilakukan, bantuan dari organisasi
akuntansi, dan bantuan dari pemerintah. Pemerintah sendiri tidak mengalokasikan dana tetap
untuk kegiatan IAI, hal tersebut disebabkan IAI bukanlah merupakan institusi pemerintahan,
melainkan organisasi profesi independen yang berada diluar pemerintahan. Selain itu,
pendanaan IAI juga dilakukan dengan cara mengadakan perjanjian kerjasama pendanaan
dengan 3 SRO (Self Regulatory Organitation) pasar modal di Indonesia, yakni Bursa Efek
Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
7

Indonesia (BEI), Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI), dan KSEI (Kustodian Sentral Efek
Indonesia).
Hubungan IAI dengan Pemerintah
Seperti yang telah dijelaskan di subbab sebelumnya, bahwa IAI adalah organisasi

independen yang berada diluar pemerintahan, dan tidak berkaitan maupun bertanggungjawab
langsung kepada pemerintah. Landasan hukum pendirian IAI didasari pada Lembaran Berita
Negara, dan Penetapan Menteri Kehakiman, bukan melalui peraturan hukum nasional seperti
undang-undang ataupun Peraturan Pemerintah, hal tersebut sama seperti landasan hukum
pendirian organisasi lainnya di Indonesia. Ditinjau dari landasan hukum, yang membedakan
IAI dengan organisasi lainnya adalah dengan terbitnya Keputusan Menteri Keuangan Nomor
263/KMK.01/2014 tentang Penetapan Ikatan Akuntan Indonesia Sebagai Asosiasi Profesi
Akuntan, dimana dengan peraturan tersebut, IAI memiliki kewajiban menyampaikan laporan
pertanggungjawabannya kepada pemerintah, dalam hal ini Menteri Keuangan.
Terkait dengan anggaran dan pendanaan, dikarenakan IAI bukanlah institusi
pemerintahan, sehingga IAI dalam melaksanakan kegaitannya melakukan kegaiatan
pendanaan secara mandiri. Kontribusi dari pemerintah hanyalah bersifat bantuan, bukan
pendanaan tetap.
Hubungan IAI dengan pemerintah tercermin dari beberapa wakil pemerintahan yang
tergabung di dalam struktur organisasi IAI. Salah satunya adalah Dewan Pengurus Nasional
yang diketuai oleh Mardiasmo, dimana pada pemerintahan, beliau adalah Wakil Menteri
Keuangan. Selain itu beberapa pejabat di pemerintahan, khususnya pada Kementerian
Keuangan juga menjadi bagian dari Dewan Pengurus Nasional IAI. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat campur tangan pemerintah juga dalam menyusun standar akuntansi
Indonesia, walaupun sifatnya tidak secara langsung. IAI juga sering dilibatkan dalam
Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
8

kebijakan pemerintahan, salah satunya adalah dalam penyusunan standar akuntansi
pemerintahan di Indonesia.
Jenis Statutory financial reporting di Indonesia
Seperti telah dijelaskan pada bagian pendahuluan, bahwa Statutory financial
reporting adalah akuntansi yang dibatasi oleh perundang-undangan tertentu. Dalam
praktiknya di Indonesia, terdapat beberapa Statutory financial reporting yang diamanatkan
oleh peraturan, baik melalui undang-undang maupun peraturan institusi pemerintah lainnya
yang mengatur mengenai kebijakan akuntansi maupun mewajibkan entitas dalam
menyampaikan laporan keuangan tertentu. Statutory financial reporting di Indonesia tidak
diberlakukan kepada seluruh entitas, tetapi hanya beberapa entitas yang diatur dalam
peraturan tersebut. Beberapa contoh Statutory financial reporting yang berlaku di Indonesia
adalah:
a. Penyampaian laporan keuangan oleh perusahaan (Undang-undang Perseroan
Terbatas (PT))
Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) mengatur salah
satunya kewajiban perusahaan untuk menyusun laporan keuangan. Pada pasal 66 ayat (14) dinyatakan:
(2) Direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh
Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun
buku Perseroan berakhir.
(3) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat sekurangkurangnya:
a. laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun
buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya,
laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas, dan
laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan tersebut;
Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
9

b. .....
(4) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a disusun
berdasarkan standar akuntansi keuangan.
(5) Neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a bagi Perseroan yang wajib diaudit, harus
disampaikan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangb.

undangan.”
Penyampaian laporan keuangan bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Statutory financial reporting ini diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral di
Indonesia. Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/3/PBI/2013 tentang Transparasi Kondisi
Keuangan Bank Perkreditan Rakyat mewajibkan BPR untuk menyusun Laporan
Keuangan Tahunan yang disusun sesuai Standar Akuntansi Keuangan bagi Entitas tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dan Pedoman Akuntansi BPR (PA BPR). Pada pasal 2
peraturan ini dinyatakan:
“(1) BPR wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan bentuk dan
cakupan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia ini, yang terdiri

c.

dari:
a. Laporan Tahunan; dan
b. Laporan Keuangan Publikasi....”
Undang-undang Perpajakan
Dalam hal perpajakan sedikit berbeda dengan Statutory financial reporting yang lain,
dimana dalam UU perpajakan tidak mengamanatkan entitas untuk menyampaikan
laporan keuangan tertentu, tetapi mengamantkan entitas untuk melakukan pembukuan
khusus yang selanjutnya dapat digunakan untuk penghitungan pajak. UU Perpajakan No.
16 Tahun 2000 mengamanatkan agar perusahaan mengatur ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
“1) Orang atau badan yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas di
Indonesia harus mengadakan pembukuan yang dapat menyajikan keteranganketerangan yang cukup untuk menghitung penghasilan kena pajak atau harga perolehan

Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
10

dan penyerahan barang atas jasa guna penghitungan jumlah pajak terutang
berdasarkan ketentuan-ketentuan perundang-undangan perpajakan.”
“2) Bagi wajib pajak yang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan
dibebaskan dari kewajiban untuk mengadakan pembukuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) sekurang-kurangnya harus menyelenggarakan pencatatan untuk
dijadikan dasar pengenaan pajak terutang.
3) Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan memerhatikan
itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
4) Pembukuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya terdiri atas
catatan yang dikerjakan secara teratur tentang keadaan kas dan bank daftar utang
piutang dan daftar persediaan barang dan pada setiap tahun pajak berakhir wajib pajak
harus menutup pembukuannya dengan membuat neraca dan perhitungan rugi/laba
berdasarkan prinsip pembukuan yang taat asas (konsisten) dengan tahun sebelumnya.
5) Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah dan disusun dalam
bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
6) Pembukuan atau pencatatan dan dokumen yang menjadi dasarnya serta dokumen lain
yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas wajib pajak harus
disimpan selama 10 tahun.”
d. Undang-undang Pasar Modal
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 86 (1) mensyaratakan
perusahaan dengan Pernyataan Pendaftarannya efektif atau Perusahaan Publik untuk
menerbitkan laporan berkala dan menyampaikan laporan tersebut kepada Bapepam-LK
(sekarang berubah menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)), sebagai regulator pasar
modal. Laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar harus diaudit dan
disampaikan kepada Bapepam-LK dalam waktu 90 hari kalender akhir tahun. Laporan
keuangan semesteran juga harus disampaikan kepada Bapepam-LK dalam waktu 30 hari,
60 hari, atau 90 hari jika tidak diaudit, diulas, atau diaudit. Bursa Efek Indonesia
Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
11

membutuhkan laporan keuangan interim yang akan disampaikan dalam waktu 30 hari, 60
hari, atau 90 hari jika tidak diaudit, diulas, atau diaudit. Perusahaan Publik juga
diwajibkan untuk menerbitkan neraca yang telah diaudit tahunan dan laporan laba rugi
dalam setidaknya dua surat kabar Indonesia, salah satunya dengan sirkulasi nasional,
dalam waktu 90 hari dari tanggal neraca. Laporan keuangan semesteran ini harus
diterbitkan dalam setidaknya satu surat kabar nasional. Bursa Efek Indonesia juga
menerbitkan di situsnya laporan keuangan penuh dari semua perusahaan yang terdaftar.
e. Peraturan BAPEPAM-LK (OJK) mengenai Penyajian Laporan Keuangan
Perusahaan Publik.
Penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik juga
diatur tersendiri oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(BAPEPAM-LK), yang sekarang berubah menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Melalui Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor
KEP-347/BL/2012 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau
Perusahaan Publik, mengamantkan perusahaan publik untuk menyajikan laporan
keuangan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) yang telah dirubah
konvergensinya ke International Financial Reporting Standard (IFRS). Dalam lampiran
peraturan ini juga dijelaskan secara detail mengenai pedoman penyusunan laporan
keuangan bagi perusahaan publik, mulai dari struktur, isi, dan persyaratan penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan. Dalam peraturan ini juga dijelaskan bahwa apabila
terdapat penyajian dan pengungkapan yang tidak diatur, maka perusahaan wajib
mengikuti standar akuntansi keuangan (SAK) yang disusun oleh IAI. Untuk
penyampaian laporan keuangan oleh perusahaan diatur melalui Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-346/BL/2011 tentang
Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik.
f. Penyampaian Laporan Keuangan oleh Lembaga Keuangan Non-Bank

Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
12

Dengan dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan di tahun 2011, maka otoritas regulator
lembaga keuangan beralih dari BAPEPAM ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 3/POJK.05/2013 tentang Laporan Bulanan Lembaga Jasa
Keuangan Non-Bank tentang Laporan Bulanan Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank
mengamanatkan kepada lembaga keuangan untuk menyampaikan laporan tiap bulannya.
Dalam pasal 2 ayat 3 pada peraturan tersebut, dinyatakan:
“(3) Laporan Bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Laporan posisi keuangan;
b. Laporan laba rugi komprehensif;
c. Laporan perhitungan hasil usaha;
d. Laporan arus kas;
e. Laporan analisis kesesuaian aset dan liabilitas;dan
f. Laporan lain sesuai karakteristik masing-masing LJKNB.
Dengan adanya peraturan ini, lembaga keuangan non-bank diwajibkan menyampaikan
laporan keuangan tidak hanya tahunan, tetapi juga bulanan ke OJK. Tetapi pada
peraturan ini tidak dikatakan secara eksplisit standar akuntansi yang digunakan oleh
lembaga keuangan non-bank dalam menyusun laporan keuangan bulanan tersebut.
g. Penyampaian laporan keuangan oleh lembaga asuransi.
Kebijakan dan standar akuntansi asuransi yang masih dipakai saat ini adalah mengacu
pada PSAK Nomor 36 tentang Akuntansi Asuransi Jiwa. Mengenai bentuk dan susunan
laporan keuangan perusahaan asuransi diatur tersendiri dalam Surat Edaran Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 2/SEOJK.05/2013 tentang Bentuk dan Susunan Laporan Keuangan
Serta Bentuk dan Susunan Pengumuman Ringkasan Laporan Keuangan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Dalam lampiran surat edaran ini diatur secara
detail mengenai cover, format, bentuk, dan susunan laporan keuangan yang wajib
disusun oleh perusahaan asuransi dan disampaikan kepada OJK.
h. Pedoman Standar Akuntansi Badan Layanan Umum (BLU)
Pedoman standar akuntansi untuk Badan Layanan Umum (BLU) disusun tersendiri
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
13

Badan Layanan Umum, yang diatur secara spesifik melalui Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan
Layanan Umum. Penerapan standar akuntansi BLU berbeda dengan entitas lainnya, hal
tersebut disebabkan dalam menyusun laporan keuangannya didasari pada dua standar
akuntansi, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP). Dalam Pasal 2 ayat 1 peraturan menteri keuangan tersebut dinyatakan:
“BLU menerapkan standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi
akuntansi Indonesia sesuai dengan jenis industrinya”
selanjutnya pada pasal 6 ayat 4 dinyatakan sebagai berikut:
“Dalam rangka pengintegrasian Laporan Keuangan BLU dengan Laporan Keuangan
kementerian/lembaga, BLU mengembangkan sub sistem akuntansi keuangan yang
menghasilkan Laporan Keuangan sesuai dengan SAP”
III. STATUTORY FINANCIAL REPORTING DI AUSTRALIA
Pendahuluan
Sebagai salah satu negara maju, perkembangan akuntansi di Australia juga sudah jauh
lebih maju apabila dibandingkan dengan Indonesia. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan
penerapan akuntansi di Australia yang jauh lebih dahulu dibanding dengan Indonesia, dimana
Australia sudah mulai menerapkan dan mengembangkan standar akuntansi mulai tahun 1966
dengan dibentuknya Australian Accounting Research Foundation (AARF), yang bertugas
untuk mengembangkan standar akuntansi pada sektor privat dan sektor publik.
Australia mulai mengadopsi IFRS juga jauh lebih dahulu apabila dibandingkan
dengan Indonesia, dimana mulai tahun 2002 Australia mulai mengadopsi standar akuntansi
berdasarkan IFRS secara bertahap, dan di tahun 2005 seluruh laporan keuangan entitas di
Australia sudah menggunakan IFRS. Berbeda dengan Indonesia yang baru mengadopsi
standar akuntansi IFRS di tahun 2012.

Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
14

Di Australia, penerapan akuntansi dimandatkan pemerintah melalui undang-undang
(statutory financial reporting) dengan mengacu pada:



Corporations Act 2001,



Australian Securities and Investments Commission Act 2001

Badan Penyusun Standar Akuntansi
Dalam penerapan atas mandatori penerapan akuntansi berdasarkan amanat undang
undang, Australia membentuk lembaga-lembaga sebagai pembuat standar akuntansi,
pengawas dan supervisi serta pelaksanaan audit atas penerapan akuntansi yang diamanatkan.
Terdapat lima badan yang saling terkait dalam penyusunan standar akuntansi di Asutralia,
kelima badan tersebut adalah:
1. Australian Securities and Investments Commission (ASIC)
2. Australian Accounting Standards Board (AASB).
3. The Interpretation Agenda Committee
4. Financial Reporting Council
5. Australian Stock Exchange
a. Australian Securities and Investments Commission (ASIC)
ASIC yang sebelumnya bernama Australian Securities Commission (ASC) adalah
lembaga pemerintah independen yang mengatur terkait badan usaha, pasar finansial,
organisasi dan profesi layanan finansial yang bertanggungjawab dan memberikan
Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
15

pertimbangan terkait investasi, superannuation, asuransi, deposit taking, dan kredit,
berdasarkan undang-undang. ASIC bertanggunjawab kepada Commonwealth Parliement
(DPR) dan Treasurer (Bendahara Umum Negara).
Tugas dan fungsi yang diemban ASIC berdasarkan pada dua undang-undang yaitu:



Corporations Act 2001,



Australian Securities and Investments Commission Act 2001

b. Australian Accounting Standards Board (AASB).
AASB adalah lembaga Pemerintah Australia yang bernaung di bawah Undang-Undang
Australian Securities and Investments Commission 2001. Berdasarkan UU tersebut, tugas
dan fungsi dari AASB adalah :
a) untuk mengembangkan kerangka kerja konseptual untuk tujuan mengevaluasi standar
yang diusulkan ;
b) untuk membuat standar akuntansi berdasarkan Section 334Corporations Act 2001;
c) untuk merumuskan standar akuntansi untuk tujuan lain ;
d) untuk berpartisipasi dan berkontribusi pada pengembangan standar akuntansi untuk
digunakan di seluruh dunia ;
e) dan untuk memajukan dan mempromosikan objek utama dalam Section 12ASIC Act,
yaitu mengurangi biaya modal yang memungkinkan entitas Australia untuk bersaing
secara efektif di luar negeri dan mempertahankan kepercayaan investor dalam
perekonomian Australia.
Misi dari AASB adalah untuk :

Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
16

a) mengembangkan dan mempertahankan standar pelaporan keuangan untuk semua
sektor ekonomi Australia yang berkualitas; dan
b) memberikan kontribusi, melalui kepemimpinan dan bakat, untuk pengembangan
standar pelaporan keuangan global dan diakui sebagai fasilitator masuknya Australia
dalam pengaturan standar global.
Sejak tahun 2000 standar AASB di Australia telah diterapkan untuk seluruh sektor entitas
pelaporan, termasuk yang tidak diatur dalam Corporate Act 2001. Contohnya adalah pada
Standar Akuntansi Sektor Publik . Oleh karena itu, maka sejak tahun 2000 PSASB
sebagai badan yang mengatur mengenai standar akuntasi pemerintahan di Australia telah
dibubarkan. AASB bertanggunjawab kepada FRC. Keanggotaan AASB terdiri dari:
a) 1 orang Chairman yang bertugas penuh pada AASB yang ditunjuk oleh Minister of
Superannuation and Corporate Law, dan
b) 9 orang Member yang bertugas paruh waktu pada AASB yang ditunjuk oleh FRC
Berikut adalah struktur organisasi AASB yang menjelaskan hubungan AASB dengan
lembaga terkait lainnya dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
17

Sementara itu, proses penyusunan standar yang dilakukan oleh AASB dapat dilihat pada
bagan berikut:

c. Financial Reporting Council (FRC)
FRC bertanggung jawab untuk mengawasi efektivitas kerangka pelaporan keuangan di
Australia. Fungsi utamanya meliputi pengawasan terhadap standar akuntansi dan audit
pengaturan proses untuk sektor publik dan swasta, memberikan saran strategis dalam
kaitannya dengan kualitas audit yang dilakukan oleh auditor Australia, dan memberikan
saran kepada Menteri tentang hal tersebut dan terkait pengaruh kondisi yang ada tersebut
terhadap kerangka pelaporan keuangan di Australia.
FRC bertanggungjawab memastikan bahwa seluruh entitas pelaporan di Australia
mengadopsi IFRS yang diterbitkan oleh IASB.FRC memantau perkembangan standar
akuntansi dan audit internasional, dan mendorong pengembangan standar akuntansi dan
audit untuk digunakan di seluruh dunia dan mempromosikan adopsi standar tersebut. FRC
adalah badan hukum yang dibentuk berdasarkan amanat Bagian 12 dari Undang-Undang
Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
18

Australian Securities and Investments Commission 2001 (ASIC Act) . Oleh karena itu,
FRC beroperasi dalam kerangka yang ditetapkan dalam Undang-Undang Australian
Securities and Investments Commission 2001. Undang-undang menetapkan tujuan utama
untuk penetapan standar akuntansi dan audit di Australia . Tujuan tersebut antara lain:
a) Standar akuntansi harus mensyaratkan penyediaan informasi:


memungkinkan pengguna untuk membuat dan mengevaluasi keputusan tentang
alokasi sumber daya yang langka ;



membantu direksi untuk melaksanakan kewajiban mereka dalam kaitannya
dengan pelaporan keuangan ;



relevan dengan menilai kinerja , posisi keuangan , pembiayaan dan investasi ;



relevan dan dapat diandalkan ;



memfasilitasi perbandingan ; dan



mudah dipahami.

b) Standar audit harus mensyaratkan penyediaan informasi yang:


Menyediakan panduan yang relevan dan komprehensif untuk auditor Australia
dalam menentukan pendapat, dan melaporkan, apakah laporan keuangan sesuai
dengan persyaratan Corporations Act ; dan



Menyediakan dasar penyusunan laporan auditor yang handal dan mudah
dipahami oleh pengguna laporan keuangan yang mereka berhubungan .

Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
19

c) Standar akuntansi harus memfasilitasi ekonomi Australia dengan mengurangi biaya
modal dan memungkinkan entitas Australia untuk bersaing secara efektif di luar
negeri.
d) Akuntansi dan audit standar harus memfasilitasi ekonomi Australia dengan memiliki
standar akuntansi dan audit yang jelas dinyatakan dan mudah dimengerti.
e) Standar akuntansi harus menjaga kepercayaan investor terhadap perekonomian
Australia , termasuk pasar modal.
Undang-undang tegas membatasi kemampuan FRC untuk terlibat dalam pembahasan
teknis dari AASB dan AUASB . Oleh karena itu, FRC tidak memiliki kekuatan untuk
mengarahkan AASB atau AUASB dalam kaitannya dengan pembentukan, atau
pengebangan, standar tertentu, atau untuk mengambil keputusan mengenai standar yang
dirumuskan atau direkomendasikan oleh AASB atau AUASB . Ketentuan ini dirancang
untuk menjamin independensi pembuat standar(AASB dan AUASB).
d. Interpretations Agenda Committe (IAC)
Tugas Utama dari IAC adalah dan melakukan penilaian terkait dengan isu-isu yang
relevan untuk dimasukkan dalam program kerja AASB. Selain itu, tugas IAC adalah
memberikan interpretasi atas IFRS apabila ditemukan hal-hal yang kurang jelas atau
tidak relevan dengan Standar akuntansi yang disusun AASB.

e. Australian Stock Exchange (ASX)
ASXterbentuk tahun 1987 atas hasil dari penggabungan dari 6 bursa saham lokal di
Australia. ASX menyediakan fasilitas bagi perusahan publik yang terdaftar untuk

Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
20

menghasilkan laporan keuangan komprehensif yang sesuai dengan standar keuangan
AASB.
Hubungan Badan Penyusun Standar Akuntansi Dengan Pemerintah
Sebagaimana telah dipaparkan dalam pembahasan di atas, dapat kita ketahui bahwa di
Australia

terdapat

lembaga

yang

dibentuk

oleh

pemerintah

untuk

membentuk,

mengembangkan, mengawasi dan mensupervisi serta melakukan evaluasi atas penerapan
standar akuntansi di Australia. AASB sebagai badan yang membentuk dan mengembangkan
standar akuntansi Australia, bertanggungjawab kepada Minister of Superannuation and
Corporate Law dan FRC. Kepala AASB juga ditunjuk oleh pemerintah melalui Minister of
Superannuation and Corporate Law, sedangkan anggotanya ditunjuk oleh FRC.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, pendanaan utama AASB berasal dari
anggaran yang disetujui oleh parlemen melalui Australian Treasury Portofolio. Selain itu,
pendanaan signifikan juga diperoleh dari

Pemerintah Daerah (States and Teritories),

Organisasi Profesi Akuntansi, dan Australian Stock Exchange.
Dari pembahasan tersebut di atas, terlihat bahwa badan penyusun standar akuntansi di
Australia berada di dalam pemerintahan. Peran pemerintah Australia atas pembentukan
Standar Akuntansi oleh AASB juga dapat dibilang signifikan dan didukung melalui aturan
perundang-undangannya. Hal tersebut bertujuan agar kebijakan standar akuntansi yang
disusun oleh AASB tidak berbenturan dengan statutory reporting/accounting yang
diamanatkan oleh pemerintah. Terlebih dengan adanya IAC dan FRC yang bertugas untuk
mengawasi, mensupervisi dan memberikan masukan terkait adopsi standar akuntansi
internasional (IFRS) ke dalam standar akuntansi Australia, sehingga terdapat mekanisme
check and balance dalam penyusunan standar akuntansi di Australia.

Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
21

Hubungan lainnya antara AASB dengan pemerintah adalah dalam menyusun standar
akuntansi pemerintahan, dimana AASB juga ditunjuk sebagai penyusun standar akuntansi
pemerintahan, sehingga di Australia hanya terdapat satu badan penyusun standar akuntansi.
Jenis Statutory financial reporting di Australia
a. Australian Corporate Law
Corporate Law di Australia secara historis mengadopsi banyak dari corporate law
Inggris. Struktur hukumnya sekarang terdiri dari satu

undang-undang nasional, yaitu

Corporation Act 2001. Undang-undang ini dikelola oleh otoritas nasional tunggal, yaitu
Australian Securities and Investments Commission(ASIC). Oleh karena itu kedua Undangundang federal yaitu Corporations Act 2001 dan Australian Securities and Investments
Commission Act 2001 merupakan bagian yang saling berkaitan.
Dalam Corporate Act 2001 disebutkan mengenai kewajiban pelaporan finansial bagi
badan usaha yaitu sebagai berikut:
Section 9

Section 111

Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
22

Berdasarkan aturan dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa kewajiban
pelaporan finansial tersebut dikategorikan ke dalam dua jenis bentuk laporan keuangan yaitu:
-

Laporan Keuangan Tahunan

-

Laporan Keuangan Semesteran

Berikut adalah penggalan aturan dalam Section 296 Corporate Act 2001

Berdasarkan pada aturan tersebut bahwa Corporate Act 2001 merupakan salah satu
dasar Statutory financial reporting yang diterapkan di Australia karena memandatkan bahwa
laporan keuangan yang diwajibkan bagi badan usaha sebagaimana disebutkan sebelumnya
harus menngacu (comply) dengan standar akuntansi yang berlaku di Australia (standar yang
disusun AASB).
Namun demikian pengecualian diberikan bagi small proprietary company dengan
syarat tertentu sebagaimana disyaratkan pada butir a dan b. Persyaratan yang ditetapkan
terkait Statutory financial reporting yang lebih detail dapat dilihat lebih pada undang-undang
dimaksud.
b. Statutory financial reporting Lainnya
Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
23

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa statutory financial reporting di
Australia dilandaskan pada satu undang-undang utama, yaitu Corporations Act 2001, tetapi
dalam perkembangannya masih terdapat beberapa peraturan turunan yang mengamanatkan
entitas tertentu dalam penerapan kebijakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan,
walaupun peraturan dasarnya tetap mengacu pada Corporations Act 2001. Beberapa
peraturan tersebut adalah:
a) Listing Rules
Bagi entitas yang terdaftar pada Australian Securities Exchange (ASX), terdapat aturan
mengenai ASX Listing Rules (LR) yang didalamnya juga mengatur mengenai persyaratan
kewajiban penyajian laporan keuangan tambahan bagi perusahaan-perusahaan/entitas
bisnis yang terdaftar di ASX. Aturan serupa juga diberlakukan pasar finansial lainnya.
ASX Listing Rules terdiri dari 20 bab yang ditunjukkan pada daftar berikut:
Chapte
r
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Description
Admission
Quotation
Continuous disclosure
Periodic disclosure
Additional reporting on mining and oil & gas production and exploration activities
Securities
Changes in capital and new issues
Transfers and registration
Restricted securities
Transactions with persons in a position of influence
Significant transactions
On-going requirements
Additional requirements for trusts
Meetings
Requirements for documents
Fees
Trading halts, suspension, removal
Application of listing rules
Interpretation and definitions

Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
24

20

Self-listing of ASX

b) Other Legislation and Governing Constitution
Selain kedua aturan diatas, juga terdapat statutory financial reporting lain di Australia
yang diatur berdasarkan peraturan daerah (state based legislation). Peraturan tersebut
antara lain:
 Association Incorporation Act (State based legislation)
 Cooperatives Act (State based legislation)
 Superannuation Industry (Supervision) Act 1993
 Workplace Relation Act 1996.
Dalam peraturan tersebut, sebagai tambahan terhadap persyaratan penyajian laporan
keuangan berdasarkan undang-undang, entitas juga disyaratkan untuk mengelola
dokumen pendukung seperti akta trust, akta kerjasama, perjanjian join venture, dsb.
IV. REKOMENDASI PENERAPAN STATUTORY FINANCIAL REPORTING DI
INDONESIA
Mengacu pada penerapan statutory financial reporting di Australia, dapat kita lihat
dengan jelas bahwa terdapat hubungan antara pemerintah Australia dengan AASB sebagai
pembuat Standar Penerapan Akuntansi untuk sektor privat di Australia. Hal ini
memungkinkan pemerintah Australia untuk memantau standar akuntansi yang disusun oleh
lembaga dimaksud, karena meskipun bersifat independen secara teknis dalam penyusunan
standar, AASB secara hierarkis berada di bawah struktur pemerintahan Australia, khususnya
dibawah Minister of Superannuation and Corporate Law.

Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
25

Sementara itu, di Indonesia IAI sebagai lembaga penyusun dan penerbit Standar
Akuntansi Keuangan (untuk sektor bisnis) Indonesia bersifat independen dan diluar struktur
pemerintahan. Hal ini mengakibatkan tidak ada koordinasi yang mengikat antara pemerintah
Indonesia dengan IAI sebagai penyusun standar akuntansi.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka kedepannya pemerintah
Indonesia perlu mengakomodir agar IAI dapat bernaung di bahwah pemerintah. Hal ini akan
memberikan manfaat terkait penerapan aturan pemerintah yang termasuk statutory financial
reporting dalam aturan-aturan nasional karena akan membangun struktur koordinasi yang
jelas antara pemerintah dan IAI. Hal ini akan mengakibatkan aturan-aturan yang diterbitkan
oleh pemerintah yang berkaitan dengan kewajiban akuntansi untuk sektor privat dan standar
akuntansi yang disusun IAI dapat dikomunikasikan dan dirundingkan bersama dalam
penyusunannya sehingga mengurangi perbedaan yang mungkin timbul.
Selanjutnya hal yang dapat dipelajari dari Australia adalah minimnya Statutory
financial reporting yang terdapat di Australia. Sebagian besar peraturan diakomodir oleh satu
undang-undang, yaitu Corporations Act 2001, dimana dalam undang-undang tersebut
mengatur secara detail atas banyak jenis industri dan bisnis yang dituangkan kedalam bagianbagian (section) di peraturan tersebut. Adapun beberapa peraturan pendukung lain tetap
mengacu kepada Corporations Act 2001. Bandingkan dengan Indonesia yang memiliki
banyak peraturan Statutory financial reporting. Hal tersebut dapat menyebabkan benturan
antara satu peraturan dengan peraturan lainnya, yang seringkali peraturan tersebut diterbitkan
bukan hanya dari satu institusi pemerintah saja. Selain itu dengan terbitnya banyak peraturan
akan menyebabkan penyampaian laporan keuangan yang sama secara berulang kali oleh tiap
entitas, sehingga dapat menyebabkan ketidakefisienan. Kedepannya diharapkan Indonesia

Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
26

juga memiliki satu peraturan induk yang didalamnya sudah mencakup teknis mengenai
penerapan standar akuntansi dan penyusunan laporan keuangan oleh tiap entitas.

Statutory financial reporting di Indonesia dan Perbandingannya Dengan Australia
27