Kelengkapan Media Pembelajaran Geografi melalui

PADA SMA SMA NEGERI DI KOTA PALANGKA GKA RAYA TAHUN AJARAN 2015-2016 SKRIPSI

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Untuk Me uk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata- ata-1) Jurusan Pendidi ndidikan Ilmu Sosial, Program Studi Pendidikan G kan Geografi

Oleh:

ERI PUSPITA DEWI NPM: 11.87202.019

FAKULTAS LTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDID IDIKAN UNIVER IVERSITAS PGRI PALANGKA RAYA YA PALANGKA RAYA

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kelengkapan Media Pembelajaran Geografi pada SMA Negeri di Kota Palangka Raya Tahun Ajaran 2015-2016 adalah benar hasil karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Palangka Raya, Januari 2016

Eri Puspita Dewi NPM. 11.87202.019

ABSTRACT

ERI PUSPITA DEWI. Geographical Learning Media Completeness at Public Senior High School in Palangka Raya at 2015/2016 Academic Year. Under direction of TEGUH PRIBADI and KRISMA NATALIA.

Learning media are integral components in learning system. Learning media function as information deliver to increase learning quality. This study was conducted to analyze geographical learning media completeness (GLMC). Eight public senior high school (PSHS) were surveyed from August to September 2015. GLMC questionnaire used to explore those data. Descriptive statistics used to reveal school characteristics and GLMC. Cross tabulation with chi-square analysis applied to measure not only school accreditation (SA) with GLMC but also school quality (SQ) with GLMC. GLMC at PSHA in Palangka Raya were less complete criteria. Software, laboratorial equipments, mock-ups, visual-aids, and specimens were some samples of GLMC found rarely at PSHA in Palangka Raya. SA was

not correlated with GLMC (χ 2 = 8,533; C = 0,718; df = 4; p = 0,074) so it was SC (χ2 = 2,000; C = 0,447; df = 2; p = 0,368). Nevertheless, PSHA in Palangka Raya

had higher AS and SQ indicated qualified GLMC than lower AS and SQ. Quality of learning media was enhanced by apply school facilities and infrastructures management. Teachers should to optimize GLMC at school by increasing their information technology literacy and skill.

Keywords: Geographical learning media, Palangka Raya, Public senior high school, School accreditation, School quality.

ABSTRAK

ERI PUSPITA DEWI. Kelengkapan Media pembelajaran Geografi pada SMA Negeri di Kota Palangka Raya tahun Ajaran 2015-2016. Dibimbing oleh TEGUH PRIBADI dan KRISMA NATALIA.

Media pembelajaran merupakan bagian integral dari suatu sistem pembelajaran. Media pembelajaran berfungsi sebagai pembawa informasi materi pelajaran sehingga meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelengkapan media pembelajaran geografi. Delapan SMA negeri di Kota Palangkaraya dipilih untuk disigi tentang kelengkapan media pembelajaran geografi dari Agustus – September 2015. Angket tentang kelengkapan media pembelajaran geografi digunakan untuk mengekplorasi data tersebut. Statistika deskriptif digunakan untuk mengungkap karakteristik sekolah dan kelengkapan media pembelajaran geografi. Analisis tabulasi silang digunakan untuk mengukur hubungan masing-masing peubah. Kelengkapan media pembelajaran geografi di SMA-SMA negeri di Kota Palangkaraya secara umum menunjukan kriteria kurang lengkap. Perangkat lunak, peralatan laboratorioum, maket, peraga, dan spesimen jarang dimiliki oleh SMA Negeri di Palangkaraya. Akreditasi sekolah tidak menunjukan hubungan yang nyata dengan kelengkapan

media pembelajaran geografi (χ 2 = 8,533; C = 0,718; df = 4; p = 0,074), begitu juga dengan kualitas sekolah (χ2 = 2,000; C = 0,447; df = 2; p = 0,368).

Meskipun demikian, SMA Negeri yang memiliki akreditasi sekolah sangat baik dan kualitas yang bagus memiliki media pembelajaran geografi yang lebih lengkap dibandingkan dengan SMA negeri yang terakreditasi lebih rendah atau kualitas kurang baik di Palangkaraya. Peningkatan kualitas manajemen pengadaan media pembelajaran perlu diperbaiki. Disamping itu, guru-guru dapat mendayagunakan media pembelajaran geografi yang ada dengan meningkatkan literasi dan keterampilan teknologi informasi.

Kata Kunci: Akreditasi sekolah, Kualitas sekolah, Media pembelajaran geografi, Palangka Raya, SMA negeri.

RINGKASAN

ERI PUSPITA DEWI. Kelengkapan Media Pembelajaran Geografi pada SMA Negeri di Kota Palangka Raya Tahun Ajaran 2015-2016. Dibimbing oleh TEGUH PRIBADI and KRISMA NATALIA.

Media pembelajaran merupakan bagian integral dari suatu sistem pembelajaran. Media pembelajaran bukan hanya alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu- waktu dalam proses belajar pembelajaran. Media pembelajaran berfungsi sebagai pembawa informasi materi pelajaran sehingga meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelengkapan media pembelajaran geografi dan hubungan antara akreditasi sekolah serta kualitas sekolah dengan kelengkapan media pembelajaran geografi SMA.

Delapan SMA negeri di Kota Palangka Raya dipilih untuk disigi tentang kelengkapan media pembelajaran geografi yang dimiliki oleh masing-masing SMA negeri. Sigi ini dilaksanakan dari Bulan Agustus – September 2015. Angket tentang kelengkapan media pembelajaran geografi digunakan untuk mengekplorasi data tersebut. Data sekunder dikumpulkan untuk melengkapi dan menunjang informasi kelengkapan media pembelajaran geografi. Statistika deskriptif digunakan untuk mengungkap karakteristik sekolah dan kelengkapan media pembelajaran geografi. Hubungan antara kualitas dan akreditasi sekolah dengan kelengkapan media pembelajaran geografi dianalisis dengan tabulasi silang dan analisis khi-kuadrat.

SMA Negeri 1 merupakan sekolah tertua (berdiri tahun 1959) dan terbesar di Kota Palangka Raya. SMA negeri 1 memiliki jumlah guru dan siswa sebanyak

85 guru dan 1.259 siswa. Diikuti oleh SMA Negeri 2, SMA Negeri 3, dan SMA Negeri 4 dengan jumlah guru dan siswa masing-masing 83 (1.023); 77 (959); dan

74 (1.067). Masing-masing SMA negeri tersebut berdiri sejak > 20 tahun yang lalu. Adapun SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 6 memiliki jumlah guru < 50 guru dan siswa < 400 siswa. Sedangkan, SMA Negeri 8 dan SMA Negeri 10 jumlah guru dan siswanya kurang dari < 50.

Lima SMA Negeri yang pertama memiliki akreditasi yang sangat baik (A) dan sisanya terakreditas B (SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 8), serta belum terakreditasi (SMA Negeri 10). SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, dan SMA Negeri

5 yang dikategorikan sebagai sekolah berkualitas di Kota Palangka Raya. Ketiga SMA negeri tersebut memiliki tingkat persaingan yang tinggi dan prestasi akademik (khususnya, bidang mata pelajaran geografi) yang unggul.

Kelengkapan media pembelajaran geografi di SMA-SMA negeri di Kota Palangka Raya secara umum menunjukan kriteria kurang lengkap. SMA Negeri 2 Palangka Raya merupakan SMA dengan kelengkapan media geografi yang paling memadai. SMA Negeri 2 memiliki 29 jenis media pembelajaran geografi yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran geografi di SMA yang berjumlah 55 jenis. Media pembelajaran geografi berupa VCD ataupun perangkat lunak serta peralatan laboratorioum, maket, peraga, dan spesimen adalah media yang jarang dimiliki oleh SMA Negeri di Palangka Raya.

Status akreditasi sekolah tidak menunjukan hubungan yang nyata dengan kelengkapan media pembelajaran geografi (χ 2 = 8,533; C = 0,718; df = 4; p =

0,074). Begitu juga dengan kualitas sekolah juga menunjukan pola yang sama (χ2 = 2,000; C = 0,447; df = 2; p = 0,368). Meskipun demikian, terdapat kecenderungan SMA Negeri yang memiliki akreditasi sekolah sangat baik dan kualitas yang bagus memiliki media pembelajaran geografi yang lebih lengkap dibandingkan dengan SMA negeri yang terakreditasi lebih rendah dan kualitas kurang baik di Palangka Raya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan media pembelajaran geografi di SMA-SMA negeri di Palangka Raya adalah terkait dengan manajemen pengadaan saran dan prasarana, yang meliputi: pendanaan, ruangan khusus, aksesibilitas, perawatan, tenaga khusus dan literasi guru. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan media pembelajaran geografi adalah 1) indikator penilaian akreditasi bukan hanya berdasarkan pada kuantitas dan kualitas media pembelajan; 2) pembiayaan sekolah; 3) kepemimpinan kepala sekolah; dan 4) profesionalisme guru. Sekolah perlu meningkatkan kualitas manajemen pengadaan media pembelajaran sebagai bagian dalam manajemen sekolah. Guru-guru meningkatkan profesionalisme guru dengan mendayagunakan media pembelajaran geografi yang ada dan meningkatakan literasi dan keterampilan teknologi informasi dalam rangka peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolahan.

Kata Kunci: Akreditas sekolah, Kualitas sekolah, Media pembelajaran geografi, Palangka Raya, SMA Negeri.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Henda, Pulang Pisau pada 14 Desember 1990 dari ayah yang bernama Pritmandi Herdel dan ibu bernama Seni Masdan. Penulis merupakan putri pertama dari empat bersaudara. Pendidikan dasar diperoleh di SD Negeri 1 Henda dan lulus tahun 2005. Kemudian, penulis melanjutan pendidikan menengah di SMP Pancasila Palangka Raya dan lulus tahun 2008 dan dilanjutkan di SMA Garuda Palangka Raya. Penulis melanjutan pendidikan tinggi di Universitas PGRI Palangka Raya (UPP) pada tahun 2011. Penulis memilih Program Studi Pendidikan Geografi pada FKIP-UPP sebagai bekal pendidikan sarjana.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Kelengkapan media pembelajaran geografi di SMA Negeri Kota Palangka Raya tahun ajaran

2015-2016. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Mei sampai dengan Desember 2015. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Palangka Raya.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Teguh Pribadi, M. Si. selaku pembimbing pertama, juga kepada Ibu Krisma Natalia, S. Th, M. Pd. selaku pembimbing kedua atas segala bimbingan dan arahannya selama penyusun skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Marni, S.Pd., M.Pd. dan Ibu Asro’ Laelani Indrayanti, S.P., M.P. atas koreksi dan saran perbaikan terhadap skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Palangkaraya, 29 Januari 2016

Eri Puspita Dewi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara siswa, guru, dan bahan pelajaran. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang dituangkan oleh pengajar atau fasilitator atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi, baik simbol verbal maupun visual. Media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai bagian integral dari suatu sistem pembelajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu (Widodo, 2014).

Media pembelajaran geografi adalah segala bentuk sesuatu baik barang asli maupun hasil tiruan, manipulasi, modifikasi dan simplikasi yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran geografi agar penyampaian materi ajar dari suatu topik pembelajaran geografi dapat diterima dengan mudah dan diserap oleh peserta didik sehingga dapat meningkatakan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran geografi sesuai dengan rancangan skenario mengajar pendidik (Widodo, 2014).

Pembelajaran sebagai suatu proses pengembangan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, atau pengembangan tingkah laku sebagai interaksi individu, menyangkut fasilitas-fasilitas fisik, psikologis, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan teknologi. Dengan demikian belajar adalah proses yang melibatkan proses seleksi, pengaturan, penyampaian pesan yang pantas kepada lingkungan dan bagaimana cara pebelajar berinteraksi dengan informasi tersebut. Maka pemilihan media sebaiknya tidak dilepaskan dalam konteks bahwa media merupakan komponen dari sistem pembelajaran secara utuh. Dengan demikian faktor-faktor seperti karakteristik siswa, strategi dan metode pembelajaran, saran dan prasarana, alokasi waktu, dan sumber belajar, serta prosedur penilaian juga perlu dipertimbangkan (Prasetya, 2014).

Materi pembelajaran geografi di sekolah memerlukan media pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyampaian tujuan pembelajaran Materi pembelajaran geografi di sekolah memerlukan media pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyampaian tujuan pembelajaran

Ilmu geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala permukaan bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di bumi, baik secara fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan. Inti kajian geografi adalah analisis spasial fenomena permukaan bumi. Ruang lingkup kajian keruangan fenomena-fenomena permukaan bumi yang harus dipelajari dalam geografi. Maka mata pelajaran geografi merupakan salah satu mata pelajaran yang idealnya membutuhkan banyak media pembelajaran sebagai penunjang keberhasilan penyampaian materi kepada peserta didik Setiap penjelasan terhadap materi pada kompetensi dasar tertentu diperlukan media pembelajaran yang tertentu dan spesifik. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan baik dalam pembelajaran geografi diharapkan akan membangkitkan motivasi belajar siswa dan sebagai alat komunikasi dalam penyampaian pesan (materi pembelajaran) yang lebih nyata sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Selain itu media pembelajaran yang digunakan juga harus konstekstual, interaktif, dan menarik (Utomowati 2002 yang dikutip oleh Prasetya 2014).

Pemanfaatan media pembelajaran ebook & textbook (Sufia & Kurniawati, 2013), media pembelajaran interaktif berbasis perangkat lunak Macaromedia Flash Professional 8.0 (Siagian & Lingin, 2012), kartu hidrologi (Shofifah & Sigit, 2013) mampu meningkatkan hasil belajar geografi di SMA. Lebih lanjut, pemanfaatan multimedia yang dipadukan dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing terbukti meningkatkan efektivitas pembelajaran, minat dan pemahaman siswa (Wahyudin dkk, 2010). Selain itu, pemanfaatan media pembelajaran berbasis perangkat lunak Power Point dapat meningkatkan aktivitas belajar, dan sikap siswa hampir 20% dari penilaian awal (Sidi & Sudrajat, 2014).

Namun demikian, berdasarkan sigi yang dilakukan oleh Setianingsing dkk. (2013) di sepuluh SMA Negeri di Kabupaten Jepara menunjukan bahwa hanya tiga SMA Negeri yang memiliki media pembelajaran yang sangat lengkap dan lima SMA Negeri yang dimasukkan dalam kategori lengkap. Media pembelajaran yang tersedia dalam kondisi baik dan tepat penggunaanya. Akan tetapi, kelengkapan media pembelajaran yang tersedia tidak didukung dengan jumlah yang memadai untuk mendukung proses belajar mengajar. Begitu juga dengan hasil penelitian Awaludin (2007) yang menyebutkan bahwa kelengkapan media pembelajaran geografi di SMA Negeri di Kabupaten Banjarnegara kurang memadai. SMA Negeri yang memiliki media pembelajaran yang lengkap tidak lebih dari 40%.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelengkapan media pembelajaran media pembelajaran geografi pada SMA Negeri di kota Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016.

2. Menganalisis hubungan akreditasi sekolah dengan kelengkapan media pembelajaran geografi pada SMA Negeri di Kota Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016.

3. Menganalisis hubungan kualitas sekolah dengan kelengkapan media pembelajaran geografi pada SMA Negeri di Kota Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016.

C. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya perkembangan ilmu

khususnya topik yang membahas media pembelajaran mata pelajaran Geografi yang terdapat di sekolah yang dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran.

2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan kepada sekolah

tentang pentingnya peranan media pembelajaran dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Suyono & Hariyanto, 2014). Sedangkan, Sardiman (2014) memaparkan pendidikan merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Jadi belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam diri seseorang yang berkaitan dengan tingkah laku yang diperoleh melalui proses interaksi dengan lingkungan.

Salah satu pertanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor), maupun yang menyangkut nilai dan sikap atau afektif (Sadiman dkk, 2007). Perubahan tersebut hendaknya terjadi sebagai akibat interaksi pembelajar dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil proses belajar terjadi bukan karena proses pertumbuhan fisik atau kedewasaan, kelelahan, dan penyakit atau pengaruh obat-obatan. Perubahan yang terjadi harus bersifat relatif permanen, tahan lama, dan menetap (Sadiman, 2007).

Tanggung jawab belajar ada pada diri siswa, sedangkan guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk situasi yang belajar sepanjang hayat. Belajar bukan lagi merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi oleh guru ke dalam kepala seorang peserta didik. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan aktivitas siswa sendiri. Artinya belajar baru bermakna jika ada pembelajaran terhadap dan oleh siswa. Siswa sebagai subjek didik harus secara aktif meraih dan memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan minat, bakat, perilaku dan norma-norma serta nilai- nilai yang berlaku (Suyuno & Hariyanto, 2014).

Istilah pembelajaran merupakan padanan dari kata dalam bahasa Inggris instruction, yang berarti proses membuat orang belajar. Tujuannya ialah membantu orang belajar, atau memanipulasi (merekayasa) lingkungan sehingga memberi kemudahan bagi orang yang belajar (Mulyono, 2012). Sedangkan, Hamalik (2014) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur- unsur manusiawi (siswa, guru, laboran dan pustakawan), material (buku-buku, papan tulis, dan media pembelajaran), fasilitas dan perlengkapan (ruangan kelas, sarana dan prasaran sekolah), serta prosedur (jadwal, metode penyampaian informasi, praktik, belajar, dan ujian) yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif dan memberikan penekan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati & Mudjiono, 2009). Pembelajaran bukan hanya terbatas pada peristiwa yang dilakukan oleh guru saja, melainkan mencakup semua peristiwa yan mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian yang dimuat dalam bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan tersebut (Mulyono, 2012).

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Prinsip-prinsip pembelajaran terdiri dari: a) dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu; b) dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; c) dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; d) dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; e) dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; f) dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; g) dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; h) Prinsip-prinsip pembelajaran terdiri dari: a) dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu; b) dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; c) dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; d) dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; e) dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; f) dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; g) dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; h)

j) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo) , membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); k) pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; l) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; m) emanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan n) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik. Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. (Permendikbud nomor 65 tahun 2013).

Empat pilar belajar yang digagas oleh UNESCO (United Nation Educational, Scientific and Cultural Organization), yaitu: a)

learning to know (belajar untuk mengetahui). Belajar untuk mengetahui, berkaitan dengan perolehan, pengusaan dan pemanfaatan pengetahuan. Belajar untuk mengetahui oleh UNESCO dipahami sebagai cara dan tujuan dari eksistensi manusia;

b) learning to do (belajar untuk bekerja). adalah belajar atau berlatih mengusai keterampilan dan kompetensi kerja. Jadi menurut konsep UNESCO belajar jenis ini berkaitan dengan pendidikan vokasional;

c) learning to live together (belajar hidup berdampingan dan berkembang bersama). Agar dapat berinteraksi, komunikasi, saling berbagi, bekerja sama dan hidup bersama, saling menghargai dalam kesetaraan, sejak kecil anak-anak sudah harus dilatih, dibiasakan hidup berdampingan bersama. Anak-anak harus banyak belajar dari hidup bersama secara damai; dan

d) learning to be (belajar untuk menjadi manusia seutuhnya). Hal ini mengharuskan tujuan belajar dirancang dan diimplementasikan sedemikian rupa, sehingga pembelajar menjadi manusia yang utuh dan paripurna. Manusia d) learning to be (belajar untuk menjadi manusia seutuhnya). Hal ini mengharuskan tujuan belajar dirancang dan diimplementasikan sedemikian rupa, sehingga pembelajar menjadi manusia yang utuh dan paripurna. Manusia

keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual. Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip- prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. dalam melaksanakan pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Selain itu dengan teori dan prinsip-prinsip belajar ia memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa (Dimyati & Mudjiono, 2009).

B. Konsep Dasar Media Pembelajaran Geografi

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman dkk, 2007). Media merupakan semua bentuk perantara yang dipakai orang menyebarkan ide sehingga ide atau gagasan tersebut dapat diterima oleh penerima (Rohani, 1997 yang dikutip oleh Prasetya, 2014).

a) media dalam pembelajaran yang merupakan segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi dari sumber kepada siswa yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minta, dan perhatian anak didik mengikuti kegiatan pembelajaran; b) media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan untuk mendukung proses pembelajaran; c) media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya (guru) ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan (siswa) tersebut; dan d) media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan atau disediakan oleh guru dimana penggunaannya diintegrasikan kedalam tujuan dan isi pembelajaran, sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran serta mencapai kompetensi pembelajarannya (Prasetya. 2014).

Media pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai:

Kurikulum Kurikulum

Pengajar Pengajar

Alat peraga

Pengajar Pengajar

Media Media pembelajaran pembelajaran

Pengajar Pengajar

Media Media pembelajaran pembelajaran

Peserta didik Peserta didik

Gambar 1. Hubungan media pembelajaran dengan komponen-komponen pembelajaran yang lain (Prasetya, 2014).

Media pembelajaran merupakan komponen penting dan terintegrasi dalam proses belajar mengajar (Gambar 1). Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dengan tujuan menciptakan situasi belajar yang kondusif. Tujuan utama penggunaannya agar peserta didik mudah memahami materi pembelajaran (Prasetya, 2014).

Fungsi media dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya sekedar alat bantu guru, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Media pembelajaran berfungsi: a) meningkatkan kualitas proses pembelajaran; b) mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran; c) memperjelas dan mengarahkan penyampaian pesan pembelajaran; d) membuat suasana pembelajaran lebih interaktif; e) meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir pada peserta didik; f) menghindari verbalisme; g) membangkitkan minat dan motivasi peserta didik; h) menarik perhatian siswa; i) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan ukuran; j) mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar; k) mengefektifkan pemberian rangsangan kepada siswa untuk belajar; l) meningkatkan peranan guru; dan m) memberikan rangsangan, pengalaman, persepsi yang sama antara guru dengan siswa (Prasetya, 2014).

Sedangkan, manfaat-manfaat media pembelajaran antara lain: a) kemampuan fiksatif sehingga obyek dapat ditangkap, disimpan dan ditampilkan kembali ketiak Sedangkan, manfaat-manfaat media pembelajaran antara lain: a) kemampuan fiksatif sehingga obyek dapat ditangkap, disimpan dan ditampilkan kembali ketiak

Namun demikian, pemanfaatan media pembelajaran dalam proses pembelajaran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Tidak ada satu media yang terbaik untuk mencapai sutau tujuan pembelajaran karena masing-masing media pembelajaran memiliki kelebiha dan kekurangan; b) Penggunaan media harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai; c) Penggunaan media pembelajaran harus mempertimbangkan kecocokan ciri-ciri media pembelajaran dengan karakteristik materi pelajaran yang disajikan; d) Penggunaan media harus disesuiakan dengan bentuk kegiatan belajar yang akan dilaksanakan, apakah akan dilakukan secara klasikal, kelompok kecil atau individu; e) Penggunaan media harus disertai dengan persiapan yang cukup. Sebelum media pembelajaran digunakan maka perlu dilakukan pengecekan awal dan persiapan penggunaan media tersebut dalam proses pengajaran; f) Siswaa-siswa perlu disiapkan sebelum medai pembelajaran digunakan agar mereka dapat mengarahkan perhatiannya mereka pada hal-hal yang penting selama penggunaan media pembelajaran, dan g) Penggunaan media harus diusahakan senantiasa melibatkan partisipasi aktif para siswa (Prasetya, 2014).

Klasifikasi media pembelajaran. Ada beberapa klasifikasi media pembelajaran berdasarkan pengelompokannya: a) berdasarkan persepsi indera maka media pembelajaran dikelompokan menjadi tiga, yaitu media audio, media visual, dan media audio-visual; b) berdasarkan penggunanya, media pembelajaran dibagi menjadi dua, yaitu media pembelajaran dilihat dari sasaran penggunanya dan media pembelajaran dilihat dari cara penggunaannya (Tabel 1).

Tabel 1. Klasifikasi media pembelajaran (Prasetya, 2014).

Klasifikasi

Bentuk/jenis

Contoh

Keterangan

Persepsi panca Media audio

Mengandalkan indera

Radio, tape recoder,

fungsi suara Media visual

pemutar audio CD

Mengandalkan (media peraga)

Film rangkai, slide (film

bingkai, foto, gambar,

fungsi indera

poster, lukisan, cetakan ,

penglihatan

film bisu dan kartun, patung, diaroma, maket, foto udara

Memiliki unsur visual

Media audio-

Slide bersuara, film

rangkai suara, cetak suara suara dan unsur (gambar diam), film

gambar

suara, video cassette, televisi

Sasaran pengguna individual

Modul pembelajaran, buku pengajaran terprogram, mesin pengajaran, pembejalaran mandiri berbasis komputer

Kelompok kecil

Slide suara, cassette tape recorder , video

Massal

Televisi dan radio

Cara penggunaan Konvensional/

Semua yang sederhana

Sketsa mata rantai

makanan, peta Indonesia

digunakan oleh guru dalam mengajar di kelas, laboratorium dan lapangan

Mutahir/kompleks Ruang kelas otomatis,

sistem proyeksi ganda, sitem interkomunikasi (LAN)

Pola media pembelajaran secara keseluruhan meliputi: a)

Bahan-bahan cetakan atau bacaan (suplementary materials) seperti: buku, koran, komik, majalah, buletin, folder, periodikal, pamflet. Media pembelajaran ini mengutamakan kegiatan membaca atau menggunakan simbol- simbol kata-kata dan visual;

b) Alat audio visual. Kelompok media pembelajaran ini dikelompokan menjadi tiga, yaitu: i) media tanpa proyeksi (contohnya: papan tulis, papan tempel, papan planel, bagan, diagram, grafis, poster, kartun, gambar, dan lain-lain); ii) media pembelajaran tiga dimensi (contohnya: model, benda asli, banda tiruan, b) Alat audio visual. Kelompok media pembelajaran ini dikelompokan menjadi tiga, yaitu: i) media tanpa proyeksi (contohnya: papan tulis, papan tempel, papan planel, bagan, diagram, grafis, poster, kartun, gambar, dan lain-lain); ii) media pembelajaran tiga dimensi (contohnya: model, benda asli, banda tiruan,

c) Sumber-sumber masyarakat berupa obyek-obyek peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan, masalah-masalah yang terkait dengan materi geografi manusia yang diperoleh melalui karyawisata, responden, sigi, kunjungan, praktikum lapangan , dan kerja pengalaman;

d) Kumpulan benda-benda (material collections) berupa spesimen batuan, contoh tanah, bibit tanaman, dan lain-lain; dan

e) Contoh-contoh yang diberikan oleh guru. Hal ini meliputi kelakuan yang dilakukan oleh guru selama mengajar yang merupakan keperagaan guru yang tergantung pada kreatifitas dan inisiatif guru. Media pembelajaran ini hanya bisa dilihat, didengar dan ditiru oleh siswa (Prasetya, 2014). Media pembelajaran geografi adalah segala bentuk sesuatu baik barang asli

maupun hasil tiruan, manipulasi, modifikasi daan simplifikasi yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran geografi agar penyampaian materi ajar dari suatu topik pembelajaran geografi dapat dengan mudah diterima dan diserap oleh peserta didik sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran geografi sesuai dengan rancangan skenario mengajar pendidik. Beberapa contoh media pembelajaran geografi antara lain: globe, peta topografi, atlas, kompas, lingkungan nyata, model, grafik, foto, gambar, dan lain sebagainya. Pemanfaatan media pembelajaran akan membuat proses pembelajaran berjalan optimal sehingga mampu meningkatkan pengetahuan, minat siswa dan juga membantu untuk meningkatkan kualitas presentasi guru (Prasetya, 2014).

Media pembelajaran yang utama dalam pembelajaran geografi adalah berupa model permukaan bumi baik berupa peta, atlas, dan globe. Uraian ketiga media pembelajaran utama pengajaran geografi disajikan sebagai berikut: a)

Peta. Peta merupakan media pembelajaran geografi yang sangat penting karena dengan peta dapat ditunjukan keseluruhan kenampakan muka bumi, menunjukan hubungan timbal balik dari pola permukaan bumi secara luas serta generalisasinya. Peta dapat memberikan penjelasan tentang tentang fenomena

geografis dalam perspektif keruangan. Lebih lanjut, siswa dapat mengetahui kondisi masa dan masa sekarang sehingga dapat memprediksikan kondisi yang akan datang dari peta. Peta juga dapat membantu guru untuk menghubungkan peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala alam yang akan terjadi pada suatu wilayah atau antar wilayah sehingga siswa terbiasa berpikir sebab-akibat dan mampu memcahkan masalah. Peta berfungsi sebagai: i) media komunikasi visual utama dalam pembelajaran geografi dalam rangka internalisasi konsep- konsep geografis oleh guru kepada siswa; ii) peta merupakan hasil pengecilan fenomena geografis yang sangat rumit maka penggunaan peta dapat mempermudah dan mepercepat pemahaman siswa terhadap potensi daerah yang terkandung dalam peta tersebut; iii) sebagai sarana penyampaian ide/fikiran atau usula-usulan; iv) pemanfaatan teknologi informasi untuk penyiapan peta geografis yang lebih konstekstual dan spesifik (peta tematik dan peta statistika); v) meningkatkan kemampuan spasial sehingga siswa memiliki keluasan landasan berpikir, perkembangan etika, estetika, dan moral siswa; vi) menjadi geografi sebagai pelajaran unggulan;

b) Atlas merupakan kumpulan peta-peta yang disusun dalam bentuk buku atau dalam bentuk lepas tetapi dikumpulkan menjadi satu. Pada umumnya peta di dalam atlas dibuat dalam format sama. Beberapa atlas menyajikan informasi dan ilustrasi untuk melengkapi tampilan atlas (yakni gambar-gambar, foto-foto tertentu, tabel statistika, indeks, bahak sering ditampilkan tulisan tertentu untuk mendeskripsikan hal-hal yang dianggap penting;

c) Globe adalah gambaran permukaan bumi pada sebuah tiruan bola bumi. Globe berbentuk bulat untuk merepresentasikan bumi sesungguhnya. Globe memiliki skala yang benar dan konstan di seluruh bagian globe. Kegunaan Globe, yaitu

i) menunjukan bentuk bumi yang sesungguhnya dengan menunjukan garis lintang dan garis bujur; ii) mempermudah perencanaan perjalanan jauh; iii) menganalisis rambatan gelombang gempa bumi, gelombang samudera,dan gerakan arus laut dengan baik; dan iv) mempermudah pemahaman konsep pergantian siang dan malam, pergantian musim, dan perbedaan waktu (Prasetya, 2014).

C. Hakikat Pembelajaran Geografi

Geografi adalah ilmu yang menelaah bumi dalam hubungannya dengan manusia. Artinya geografi yang sebenarnya adalah uraian (grafien artinya menguraikan atau melukiskan) tentang bumi (geos) dengan segenap isinya yakni manusia, dan mahluk hidup selain manusia seperti dunia hewan dan dunia tetumbuhan. Kajian geografi dikelompokan menjadi dua kelompok besar yaitu geografis fisik, yaitu geografi yang mengkaji lingkungan alam dan geografi sosial (Gambar 2).

Geografi itu adalah studi mengenai: 1) bentangan alam, 2) pola wilayah, 3) ruang, 4) pengaruh alam atas manusia, 5) kovariasi pola wilayah, 6) lokasi, sebaran saling ketergantungan setempat maupun sedunia, 7) kombinasi gejala di permukaan bumi, 8) sistem alam-manusia dan sistem manusia-alam, 9) relasi dan resiprositas (hubungan timbal balik) di dalam ekosistem, 10) ekologi manusia, 12) perbedaan wilayah dan antarhubungan gejala di permukaan bumi yang penting bagi manusia.

Di belakang definisi semua itu, terasa adanya tekanan pada pentingnya permukaan bumi bagi manusia, baik dalam arti tempat yang konkrit maupun ruang yang abstrak. Adapun dalam tata-kerja para geograf, sehubungan dengan itu ditemukan tujuh tujuan studi geografi: 1) penguraian wilayah yang berlainan, 2) pemahaman atas pengaruh lingkungan alam atas manusia, 3) perencanaan sosial dan ekonomi, 4) pemahaman atas gejala-gejala kombinasinya, 5) pemahaman atas persebaran di dalam ruang, 6) pembuatan hukum tentang perilaku di dalam ruang, dan 7) penyusunan model-model yang melukiskan susunan dalam ruang.

Geografi didefinisikan sebagai ilmu tentang sebaran gejala-gejala alami dan manusiawi. Selain itu, geografi juga berarti ilmu tentang integrasi wilayah yakni bagaimana wilayah itu tersusun oleh gejala-gejala fisis dan dan sosial. Sehingga geografi memandang bumi sebagai habitat manusia yaitu tempat tinggal manusia. Habitat ini terdiri atas bingkai alami (physical setting) dan bingkai insani (human setting atau cultural setting). Jelas bahwa geografi tidak hanya mempelajari aspek- aspek alami dari bumi saja, akan tetapi juga aspek-aspek manusiawi, baik yang bercorak ekonomis, sosiologis, politis, kultural dan religius. Semua gejala manusiawi itu dipelajarinya dengan latar belakang lingkungan alam (Daldjoeni, 2014).

Gambar 2. Ruang lingkup kajian geografi (Daldjoeni, 2014).

Geografi merupakan jembatan diantara ilmu-ilmu almiah dan ilmu-ilmu sosial. Menurut sejarahnya dulu geografi juga merupakan induk dari berbagai ilmu yang sekarang telah dewasa berdiri sendiri seperti geologi, meteorologi, pedologi (ilmu tanah), oseanologi, demografi dan etnologi (ilmu bangsa-bangsa). Pentingnya geografi tidak hanya terletak pada sumbangannnya yang mendasar bagi lahirnya ilmu-ilmu baru akan tetapi terutama pada isinya yang menelaah relasi antara manusia dan lingkungan alamnya (Daldjoeni, 2014).

Di dalam geografi dikenal empat jenis unsur lingkungan, yaitu: 1) unsur-unsur fisis seperti cuaca, iklim, relief, tanah, mineral, air tanah, jalur pantai, samudra, dan sebagainya; 2) unsur-unsur biotis, misalnya: tetumbuhan, hewan, dan mikroorganisme (jasad renik); 3) unsur-unsur teknis seperti pergedungan, jaringan jalan, alat transportasi dan komunikasi; dan 4) unsur-unsur abstrak seperti bentuk (persegi, bulat, memanjang) dan luas wilayah, lokasi tempat, jarak antara tempat.

Geografi jika diperiksa sampai bagian-bagiannya akan menimbulkan kesan yang bermacam-macam, sehingga muncul aneka gagasan tentang hakikatnya. Di bawah ini dideretkan enam jenis hakikat dari geografi: 1) Geografi sebagai ilmu pengetahuan biofisis, ini berlaku apabila yang dipelajari itu geografis fisis dan geografi biotis yang mendasari telaah atas seluk beluk tanah; 2) Geografi sebagai relasi timbal balik manusia alam, ini berlaku apabila yang dibahas itu topik-topik dalam geografi sosial, seperti pengangguran, migrasi, kelaparan; 3) Geografi sebagai ekologi manusia, di sini ditelaah adaptasi manusia terhadap habitatnya dan biomanya. Manusia tidak sekedar diakui sebagai makhluk dari dunia fisis-biotis yang melingkunginya, tetapi juga sebagai suatu kekuatan yang khusus; 4) Geografi sebagai telaah bentang alam (landscape study), di sini bidang geomorfologi yang dikupas secara mendalam, misalnya daerah, karst, pantai yang datar, pegunungan lipat; 5) Geografi sebagai telaah tentang sebaran gejala alam atau gejala sosial tertentu. Misalnya geografi gunung berapi, geografi tanah gambut, geografi kelaparan, geografi agama Buddha; 6) Geografi sebagai teori tentang ruang bumi (earth space theories), di sini dibicarakan adaptasi keruangan manusia di dalam ia berperilaku secara spatial, misalnya di kota-kota yang makin padat penduduknya (Daldjoeni, 2014).

D. Pengajaran Geografi di SMA

Pengajaran geografi di sekolah sebenarnya mengandung dua tujuan: 1) tujuan material yang artinya mempelajari hal-hal untuk diketahui belaka sehingga untuk jenis ini dibutuhkan latihan mengingat, 2) tujuan formal yang mengandung pengembangan daya cipta, latihan sikap pribadi dan kesediaan melayani masyarakat.

Melalui empat macam pengajaran geografi yakni yang bersifat fisis, matematis (ilmu falak), sosial-ekonomis dan kultural. Pembelajaran geografi memberikan sumbangan pedagogis berupa wawasan dalam keruangan, persepsi antar gejala alam dan sosial, rasa keindahan, kecintaan tanah air, dan saling pengertian internasional.

Mata pelajaran geografi membangun dan mengembangkan pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi. Peserta didik didorong untuk memahami aspek dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi. Selain itu peserta didik dimotivasi secara aktif dan keraktif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah. Mata pelajaran Geografi di SMA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut; 1) Memahami pola spasial, lingkungan dan kewilayahan serta proses yang berkaitan; 2) Menguasai keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi; 3) Menampilkan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan memanfaatkan sumber daya alam secara arif serta memiliki toleransi terhadap keragaman budaya masyarakat. Selanjutnya tujuan ini dijabarkan dalam standard kompetensi dan kompetensi dasar yang disebarkan tiap semester (Tabel 2).

Adapun ruang lingkup mata pelajaran Geografi meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Konsep dasar, pendekatan, dan prinsip dasar Geografi; 2) Konsep dan karakteristik dasar serta dinamika unsur-unsur geosfer mencakup litosfer, pedosfer, atmosfer, hidrosfer, biosfer dan antroposfer serta pola persebaran spasialnya; 3) Jenis, karakteristik, potensi, persebaran spasial Sumber Daya Alam (SDA) dan pemanfaatannya; 4) Karakteristik, unsur-unsur, kondisi (kualitas) dan variasi spasial lingkungan hidup, pemanfaatan dan pelestariannya; 5) Kajian wilayah negara-negara maju dan sedang berkembang; 6) Konsep wilayah dan pewilayahan, kriteria dan pemetaannya serta fungsi dan manfaatnya dalam analisis geografi; dan 7)

Pengetahuan dan keterampilan dasar tentang seluk beluk dan pemanfaatan peta, sistem informasi geografis (SIG) dan citra penginderaan jauh.

Tabel 2. Sebaran standar kompetensi dan kompetensi dasar geografi SMA.

Kelas Standard kompetensi

Kompetensi dasar (semester)

X (1)

1. Memahami konsep,

1. Menjelaskan konsep geografi; pendekatan, prinsip &

2. Menjelaskan pendekatan geografi; aspek geografi

3. Menjelaskan prinsip geografi;

4. Mendeskripsikan aspek geografi.

2. Memahami sejarah

1. Menjelaskan sejarah pembentukan pembentukan Bumi.

Bumi;

2. Mendeskripsikan tata surya dan jagad

raya.

X (2)

3. Menganalisis unsur-unsur

1. Menganalisis dinamika dan geosfer.

kecenderungan perubahan litosfer, dan pedosfer, serta dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi;

2. Menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi;

3. Menganalisis hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi.

XI (1)

1. Menganalisis fenomena

1. Menjelaskan pengertian fenomena biosfer dan antroposfer.

bisofer;

2. Menganalisis sebaran hewan dan

tumbuhan;

3. Menjelaskan pengertian fenomena

antroposfer;

4. Menganalisis aspek kependudukan.

2. Memahami sumberdaya

1. Menjelaskan pengertian sumberdaya alam.

alam;

2. Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam;

3. Menjelaskan pemanfaatan sumberdaya

alam secara arif.

XI (2)

3. Menganalisis pemanfaatan

1. Mendeskripsikan pemanfaaatan dan pelestarian lingkungan

lingkungan hidup dalam kaitannya hidup.

dengan pembangunan berkelanjutan;

2. Menganalisis pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.

Tabel 2. Lanjutan.

Kelas Standard kompetensi

Kompetensi dasar (semester)

XII (1)

1. Mempraktikan

1. Mendeskripsikan prinsip-prinsip dasar keterampilan dasar peta

peta dan pemetaan; dan pemetaan.

2. Mempraktikan keterampilan dasar peta dan pemetaan.

3. Menganalisis lokasi industri dan pertanian dengan memanfaatkan peta.

2. Memahami pemanfaatan

1. Menjelaskan pemanfaatan citra citra penginderaan jauh dan

penginderaan jauh. sistem informasi geografis

2. Menjelaskan pemanfaatan sistem (SIG)*.

informasi geografis (SIG).

XII (2)

3. Menganalisis wilayah dan

1. Menganalisis pola persebaran, spasial, perwilayahan.

hubungan, serta interaksi spasial antara desa dan kota;

2. Menganalisis kaitan antara konsep wilayah dan perwilayahan dengan perencanaan pembangunan wilayah;

3. Menganalisis wilayah dan perwilayahan negera maju dan berkembang.

Keterangan: * disesuaikan dengan kondisi sekolah.

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sigi (survey) atau rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bermaksud mendeskripsikan dan mengakumulasikan situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang diambil sebagai data. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk mencari hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna atau implikasi. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan atau memecahkan masalah secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Rianse dan Abdi, 2009).

Pendekatan penelitian kuantitatif mendasarkan pada data berupa angka yang diperoleh dari hasil pengukuran peubah yang telah dioperasionalkan. Data yang diperoleh dari instrumen atau skala penelitian yang memiliki validitas dan reliabilitas baik. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data dapat berupa angket dan tes (Rianse dan Abdi, 2009).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri se-Kota Palangkaraya. Waktu pelaksanaan penelitian selama sembilan bulan dari Bulan Mei-Desember 2015. Pemilihan SMA Negeri dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja (convenince sampling). SMA Negeri dipilih sebagai obyek penelitian ini dengan pertimbangan kualitas pembelajaran dan manajemen sekolah telah berjalan dengan baik disamping aksesibilitas.

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Peubah

Definisi operasional merupakan unsur penelitian berupa petunjuk bagaimana suatu peubah diukur (Singarimbun & Effendi, 2008). Tujuan definisi operasional adalah untuk membantu peneliti dalam menggunakan peubah dan mengetahui bagaimana cara pengukuran peubah tersebut. Definisi operasional yang dikembangkan dalam penelitian ini sebagai berikut: