MODEL ANALISIS FRAMING DALAM PENELITIAN

ldaktlka
Jurnal Pemikiran Pendidikan

Jurnal Didaktika

VOLUME 20

NOMOR

1

GRESIK . SEPTEMBER 2014

tssN 1412 - 4318

DDdakeXka
Jurnal Pemikiran Pendidikan

Volume 20, Nomor 1, September 2014

*'*t*:fJ,T$"'SI"*

PEMIMPIN REDAKSI
Fatimatul Khikmiyah
REDAKTUR PELAKSANA
KhoirulAnwar
Sri Suryanti
Paulina
MITRA BESTARI
Adnan Latif (Universitas Negeri Malang)
Agus Wardhono (Universitas Ronggolawe)
Susanto (STAIN TulungAgung)
Ruruh Mindari (Universitas Widyamandala Surabaya)
Yudhi Arifani (Universitas Muhammadiyah Gresik)
Sri Uchtiawati (Universitas Muhammadiyah Gresik)
PELAKSANA TEKNIS
,ian Kurnia Oktaviani

.

I


x

l

Didaktika diterbitkan sejak 1 September 2003 oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Gresik dengan frekuensi 2 (dta) kali setahun pada bulan Februari
dan September sebagai wadah pengembangan ilmu, khususnya dalam bidang Pendidikan.
Redaksi menerima naskah laporan penelitian. Naskah diketik dalam bahasa Indonesia atau
dalam bahasa Inggris 10 sampai 15 halaman dengan format seperti tercantum pada halaman
kulit dalam belakang (Pedoman Penulisan). Naskah yang masuk, dievaluasi dan disunting untuk
keseragaman format, dantata cara lainnya.

Alamat Redaksi

:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Gresik

Jl. Sumatra 101 GKB(Gresik Kota Baru) Gresik6ll2t
Telp. (03 1)3951414 psw.48

Fax. (031)3952585
E-mail didaktikaumg@yahoo. com
:

I

?-[

ff

t-[

g

9-F

x

a


U

Didaktika
Jurnal Pemikiran pendidikan

h

tr!" liomor

l, September

2014

DAFTAR tsr (ruBLE OF CONTENT)
[" Idodel Analisis Framing Dalam penelitian Sastra

fthrriyadi

__


l-13

Peningkatan Penguasaan Konsep Matriks Melalui
Model pembelajaran Kooperatif
Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) (lesson Study Dengan
Mengambil
Ob1-ek Mata Kuliah Matriks Di Semester 2)

Sri Suryanti, Fatimatul K , Irwani Zawawirsiti

Fauziyah

U

Analisis Kemandirian Dan Tanggung Jawab Dalam penerapan
\{ata 6u1iu1, Metodologi penelitian
Sri Uchtiawati, Sarwo Edy,

ZainulMa'arif


4-

29 _ 37

students' Independent Learning In Group work Activities
tr(hoirul

Anwar

Analyzing Students' Interest
In Learning English In XI-MIA2 Gradeof sMA Muhammadiyah g
cerme
Ana Abidin, S. pd ; Lathifah I ; pradita Eka L; wiwik
wahyuni ; Istiqomatul
5.

fektivitas Pembelaj araqMata Kuliah Evaluasi pendidikan
Agama Islam
Melalui Lesson Study pada Mahasiswa DalamAplikasi pembuatan
Tes

Fita Mairuroh, Muyasaroh, Arfa Ladamay Budi
Pengangguran Terdidik : Sebab

Su'ud

9.

F_

-

3g - 43

_.

44 _ s2

E

Masruri


t.

- Zg

53 - 60

Dan Solusinya

lmplementasi Kebijakan program sertifikasi pendidik
Di Indonesia
Suci Handayani

61-65

66-79

Penerapan Metode Inquiry Leaming Untuk
Meningkatkan


Kemampuan Mahasiswa Dalam penyusunan proposar peneritian
Pada Mata Kuliah Thesis And Research
Report.

Ulfatul Ma,rifah

I

80-90

MODELANALISIS FRAMING
DALAM PENELITIAN SASTRA

$IHARTYADI
[.]mfrtqsitas PGRI Ronggolawe GTNIROW) Tuban
ffiqmdl : srhariyadi@gmail. com

{rcTRACrj
As a medium of communication, literary constructs the author thought to be conveyed to the
,,'u& The assumption is then made a point of departure for the entry of communication disciplines

ffirtc study ofliterature. Scientificwriting is trying to putforward a model ofliterory research based
qrahs srudy ofliterature by taking FramingAnalysis Model in communication science. The problems
dM oz going to be answered is to see whether a framing Analysis Model is relevant to answer the the
imiiermr7 problem. Thus, this paper is a theoretical study, which in turn can be tested for the
@ane ntation into the re s e arc h I iter ature.

fftl words : Fr ami n g a naly s i s of I i t e r atu r e, c o n s truc t iv e, s c he m e
.I.BSTRAK:
Sebagai media komunikasi, karya sastra mengkonstruksi pikiran pengarangnya untuk
dliycsmpaikan kepada pembacanya. Asumsi inilah yang kemudian menj adikan titik pij ak bagi masuknya
disb[in ilmu komunikasi ke dalam studi sastra. Tulisan ilmiah ini mencoba mengemukakan model
pelitian sastra berdasarkan studi kepustakaan dengan mengambil Model Analisis Framing dalam
iilrmu komunikasi. Permasalahan yang ingin dicari jawabnya adalah model Analisis Framing sastra
ymgbagaimanakahyangrelevanuntukmenjelaskanpermasalahantersebut. Dengandemikian, tulisan
imi bukan bersifat aplikatif tetapi studi teoritis yang pada gilirannya bisa diuji dalam implementasinya
tc dalam penelitian sastra.
Eaa K unc i : Anal i s i s Fr am ing S as tr a, ko n s n ukt if

FENDAHULUAN
Ilmu sastra bersifat multidisipliner. Di

samping ilmu sastraberdiri sendiri sebagai suatu

disiplin, ia terbuka terhadap pengaruh dan
masukan dari disiplin ilmu lain. Semenjak
dahulu hal tersebut telah dipraktikkan oleh para

s

tr ukt ur: s ke m a.

bergerak ke dalam dua arus pemikiran besar.

Satu kelompok masih mempertahankan
strukturalisme sebagai pendekatan, yang
dianggap memperlakukan karya sastra sesuai

dengan hakikatnya sebagai karya seni.
Sedangkan kelompok yang lain berpendapat

ahli dalam mengkaji karya sastra. Sosiologi,
psikologi, antropologi, filsafat, bahasa, dan

teori yang berkembang darinya,

budaya, masuk ke dalam kajian sastra sehingga

memperlakukan karya sastra sebagai bagian dari

melatrirkan studi sosiologi sastra, psikologi

struktur yang lebih luas, yaitu sosiobudaya

sastra, antropologi sastra, filsafat sastra,

masyarakat.

stilistika, dan studi budaya sastra.
Sampai saat

ini studi sastra Indonesia

bahwa paradigma postrukturalis, dengan teori-

mampu

Meskipun keduanya bertentangan, tetapi
keduanya dapat disatukan dalam suatu rentang

Didaldilra, Vol. 20, Nomor 1, September 2014
garis analisis dalam memahami obyeknya. Satu

Cultural Study, karya sastra praktik signifikasi

analisis dengan dua paradigma, teori, dan
metode. Tetapi dalam kerangka pembicaraan

representasi; bagaimanakah proses

tentang sastra-masyarakat, bagaimanakah kedua

pembentukan makna tekstual dan cara-cara
dihasilkannya makna beragam konteks (baca:

paradigma tersebut mampu menjelaskannya.

Barker, 2009 dan Ratra, 2005).

Selama ini strukturalisme sibuk memahami
sistem struktur dalam karya sastra. Sedangkan
paradigma postrukturalis agak lebih relevan
memahami relasi itu. Tetapi bukan berarti
strukturalisme tak mampu menjelaskan topik
tersebut. Dengan membuka kemungkinan yang
ada dalam cara pandang strukturalisme, hal

itu

bisa sajaterjadi.

Berangkat dari kedua unsur dalam relasi

Analisis Framing Sastra sebagai implementasi
pendekatan ketiga dalam kerangka reaksi sastra
dan masyarakat. Analisis sastra yang demikian
berangkat dari kedudukan dan peran pengarang

sebagai anggota masyarakat. Pengarang
merupakan status sosial, kelas sosial yang
dengan kompetensinya dibentuk oleh nilai-nilai
budaya masyarakatnya. Ia lahir, didewasakan,

sastra dan masyarakat

dan dibentuk pola kesadarannya melalui proses

mengambil tempatnya dalam pembicaraan

sosialisasi dalam masyarakat. Pada akhimya,

tentang unsur ekstrinsik karya sastra.
Pendekatan ekstrinsik mcmandang karya sastra

tindakan, sikap, dan pemikirannYa
mencerminkan nilai-nilai sosiokultural

dalam kaitannya dengan faktor-faktoi luar yang

masyarakatny a. Karya sastra sebagai hasil dari

turut membangun karya sastra itu. Jika struktur
obyektif karya sastra merupakan aspek

dengan pengarang yang menciptakan,

tindakan mencipta pengarang, pada akhirnya
merupakan produk budaya, oleh sebab itu
masalah yang muncul adalah, bagaimanakah
model Analisis Framing dalam disiplin ilmu

masyarakat yang dipand*g, dan pembaca yang

komunikasi diimplementasikan

mengapresiasi karya sastra itu. Dalam kerangka

analisis karya sastra dan model Analisis Framing

pendekatan yang dikemuk'akan Abrams,
pendekatan ekstrinsik meliputi: ekspresif,

Sastra yang bagaimanakah yang dapat

di atas, antarhubungan

instrinsik, maka aspek ekstrinsik berhubungan

pragmatik, dan mimesis (baca: Teeuw, 1984;
Hudayat, 2007; dan Endraswara, 2008). Dalam
paradigma sosiologi sastra, antar hubungan
sastra dan masyarakat merupakan hubungan

karya sastra sebagai fakta imajinatif dengan
stnrktur sosial sebagai fakta obyektif. Keduanya

berhubungan secara dialektik dan kreatifimajinatif melalui proses penciptaan dalam diri
pengarang (baca: Ratna, 2005; Damono,l988;
Faruk, 2000). Sedangkan dalam paradigma

I

Alur pemikiran di atas menempatkan

ke dalam

dikonstruksi sehingga relevan untuk diterapkan
dalammenganalisiskaryasastra. i

Dengan demikian artikel ini secara
umum bertujuan untuk mengkonstruksi
metodologis bagi studi sastra sebagai kajian
multidisipliner. Sedangkan secara khusus,
bertujuan: mengkaji metode Analisis Framing

dalam disiplin ilmu komunikasi sebagai
alternatif studi sastra interdisipliner sekaligus
juga untuk mengkonstruksi model Analisis
Framing Sastra sebagai metode analisis sastra

:

,11

SL*orqnmd

ersi

EdTT[.f![ PUSTAKA

Model Analisis Framing Dalam Penelitian Sastra

tersebut. Pertama, bagaimana peristiwa

tes

[a
EU

3

dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana

Di dalam ilmu komunikasi, Analisis
f'mfury sebagai metode analisis isi media
trtr'golong baru. Namun demikian,

tnn

a di jagad keilmuan komunikasi

yang diliput dan manayang tidak diliput. Kedua,

bagaimana fakta

itu ditulis.

Aspek ini

berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat,
dan gambar untuk mendukung gagasan.

fasi

rnmanmrilfiki

Etra

ru

terdapat

sebuah metode analisis teks, Analisis Framing

Ean
!!ng

Amlffisils Framing ala Erving Goffrnan, Murrai

mempunyai karakteristik yang berbeda

iang

fumsm drn an6.. Modigliani,

iang

C" tilamssm- Dedy Mulyana dalam kata pengantar

nitai

ffi

banf-ak tokoh dan cara kerja analisis

hEragam. Dalam metode

Fiolefrmrrrrrr.

Robert

M.

ini

Entman, Wiliam A.
atau Elizabeth

Efi"anto (2011: xv) mengemukakan,
Amflisis Framing cocok digunakan untuk

Lebih lanjut dikatakan Eriyanto, sebagai

dibandingkan dengan analisis isi kuantitatif.
Dalam analisis isi kuantitatif, yang ditekankan

adalah

isi

(content) dari suatu pesan/teks

komunikasi. Sementara dalamAnalisis Framing,

mnr,ltfirnr

rnya

konteks sosial-budaya suatu wacana,
fum-va hubungan antara berita dan ideologi,
v,*,il"ni proses atau mekanisme mengenai

yang menjadi pusat perhatian adalah
pembentukan pesan dari teks. Framing,

lural

hagaimana berita membangun,

terutama, melihat bagaimana pesan/peristiwa
dikonstruksi oleh media. Bagaimana wartawan
mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya

I dari

llrqertahankan, mereproduksi,

kepada khalayak pembaca.

imya
b itu

ilan menmtuhkan ideolo gi.

itt"t

Amlisis Framing (2011) mengemukakan pada
dusurya framing adalah metode untuk melihat
&ua bercerita (story telling) media atau

Konstruksionisme ini melihat media, wartawan,

pisuina- Cara bercerita itu tergambar

dan berita berdasarkan penilaian sebagaimana

&an,
t(}ses

BY&,

ilmu
hlam
ming
ilapat

pkan

mengubah,

Eriyanto dalam bukunya berjudul

pada

tila

melihat" terhadap iealitas yang dijadikan
haita- -Cara melihat" itu berpengaruh pada

dftir

dari konstruksi realitas. Analisis Framing

Analisis Framing berkembang dalam
wilayah paradigma konstruksionis. Konsep
mengenai konstruksionisme diperkenalkan oleh

sosiolog interpretatif, Peter

L.

Berger.

berikutini.
a. Fakta/peristiwa adalah hasil konstruksi. Bagi

konstruksionisme, realitas

itu

bersifat

FCafa

ed&Iah analisis yang dipakai untuk melihat

subjektif. Realitas itu hadir karena dihadirkan

truksi
tajian

oleh konsep subjektif wartawan. Realitas
tercipta lewat konstruksi, sudut pandang

bligus

hagaimana media mengkonstruksirealitas.
Atrslisis Framing juga dipakai untuk melihat
@uimana peristiwa dipahami dan dibingkai
olch media. Bagaimana peristiwa yang sama
diberitakan secara berbeda oleh media.
Perbedaan itu terjadi karena peristiwa tersebut

b. Media adalah agen konstruksi. Dalam
pandangan konstruksionis, media bukanlah
sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek

blr,lisis

dipahami dan dikonstruksi secara berbeda oleh

yang mengkonstruksi realitas, lengkap

astra.

media Ada dua esensi utama dari framing

dengan pandangan, bisa, dan pemihakannya.

husus,

wning
cbagai

tertentudari wartawan

Didahika,

konstruksi sosial yang mendefinisikan
c. Beritabukan refleksi dari realitas. Iahanyalah
konstruksi dari realitas. Dalam pandangan
konstruksionis, berita itu ibaratrya seperti
drama. Ia bukan menggambarkan realitas,
melainkan potret dari arena pertarungan

tertentu-adalah bagian yang integral itan
tidak terpisahkan dalam membentuk dan
mengonstruksi realitas. Wartawan di sini

antara berbagai pihak yang berkaitan dengan

bukanlah hanya pelapor, karena disadari atau
tidak ia menjadi partisipan dari keragaman

peristiwa. Menurut kaum konstruksionis,
berita adalatr hasil dari konstruksi sosial yang
selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan

Berita bersifat subjektif/konstruksi atas
realitas. Pandangan konstruksionis
mempunyai penilaian yang berbeda dalam
menilai objektivitas jurnalistik. Hasil keda
jurnalistik tidak bisa dinilai dengan
menggunakan standar yang rigid. Hal ini

,

karena berita adalah produk dari konstruksi
dan pemaknaan atas realitas. Pemaknaan
seseorang atas suatu realitas bisajadi berbeda

dengan orang lain, Yang tentunYa

1, September 2014

meliput apa adanya, apa yang dilihat. Etika
dan moral yang dalam banyak hal berarti
keberpihakan pada satu kelompok atau njlai
tertentu-umumnya dilandasi oleh keyakinan

realitas.

d.

20, Nomor

mungkin dihilangkan dari pemberitaan
media. Wartawan bukanlah robot yang

Di sini media dipandang sebagai agen

nilai-nilai dari wartawan atau media.

Vol.

penafsiran dan subjektivitas dalam publik.

g.

Nilai, etika, dan pilihan moral

peneliti

menjadi bagian integral dalam penelitian.
Salah satu sifat dasar dari penelitian yang
bertipe konstruksionis adalah pandangan
yang menyatakan peneliti bukanlatr subjek
yang bebas nilai. Pilihan etika, moral atau
keberpihakan peneliti sukar dihilangkan

dalam penelitian yang berkategori
konstruksionis. Dengan demikian, peneliti
adatah entitas dengan berbagai nilai dan

keberpihakan Yang berbeda-beda.

menghasilkan "realitas" yang berbeda pula.
Karenanya, ukuran yang baku dan standar

Karenanya, bisa jadi objek penelitian yang
sama akan menghasilkan temuan yang

tidakbisadipakai.

berbeda

e. Wartawan bukan pelapor. Ia agen konstruksi
realitas. Dalam pandangan konstruksionis,
wartawan dipandang sebagai aktor/agen
konstruksi. Wartawan bukan hanYa

melaporkan fakta, melainkan juga turut
mendefinisikan peristiwa, dan secara aktif
membentuk peristiwa dalam pemahaman
mereka.

f. Etika, pilihan moral, dan keberpihakan
wartawan adalah bagian integral dalam
produksi berita. Aspek etika, moral, dan nilainilai tertentu oleh konstruksionis tidak

di

tangan peneliti yang berbeda'
Peneliti dengan konstruksinya masingmasing akan menghasilkan temuan iang
berbedapula.

h. Khalayak mempunyai penafsiran tersendiri

atas berita. Khalayak dalam pandangan
konstruksionis bukan dilihat sebagai subjek
yang pasif. Ia juga subjek yang aktif dalam
menafsirkan apa yang dia baca. Makna dari
suatu teks oleh pembacartya sebagai suatu
praktik penandaan. Karenanya, setiap orang

bisa mempunyai pemaknaan yang berbeda
atasteks yang sama.

,T4

Amtisis Framing merupakan salah satu

lan

kedua berhubungan dengan bagaimana dan
dengan perangkat apa sebuah fakta/realitas
ditulis. Fakta mana yang perlu ditonjolkan
dengan penekanan sehingga mendapatkan

Elg

6!E*rr*lisis

Eka

mdilnlam konstnrksionis. Ada dua karakteristik

uti

@@ dri pendekatan konstruksionis

ftai

mfrlu@ t?011: 47-51). Pertama, pendekatan
&mro'rrlrsisai5 menekankan pada politik

perhatian yang lebih besar, dan mana yang tidak.

6p!@hean dan proses bagaimana seseorang
rronfrmm gambaran tentang realitas. Makna
lih[ffi s.&rtu proses aktif yang ditafsirkan
Gmsr'&Eg dalam suatu pesan. Kedua,

framing banyak mendapatkan pengaruh dari
lapangan sosiologi dan psikologi. Dalam
dimensi sosiologi, frame dilihat terutama untuk
menjelaskan bagaimana organisasi dari ruang
berita dan pembuat berita membentuk berita. Ini
menempatkan media sebagai organisasi yang
kompleks yang menyertakan di dalamnya
praktik profesional. Dengan demikian,
menempatkan berita sebagai institusi sosial.

ban
dan

flan
lsini

@u

teks yang berada dalam kategori

menurut

gpdckatan konstruksionis

pliti

memandang
n-f;r-'trl*rt komunikasi sebagai proses yang
drif,iir!tu Dengan demikian, kegiatan penelitian

Lian.

n,qmrrmkqionis ini harus memperhatikan konsep-

Ean
:

rang
Egan

hmpsebagaiberikut.

[- Tujuan penelitiannya adalah

Sementara dimensi psikologis menekankan pada

mrekonstruksi realitas.
Peneliti sebagai fasilitator keragaman

strategi yang dilakukan wartawan untuk
menekankan dan membuat pesan menjadi
bermakna, lebih mencolok, dan diperhatikan

ibjek
alau
Skan

lgori

3-

zubjektivitas.

3.

dan

tcda.
yang
rYang
ibeda.

negosiasi antara teks dan peneliti.

4-

Temuan adalah interaksi antarapeneliti

psikologis, orang cenderung menyederhanakan

5-

diteliti.
Pemfsiran bagian yang tak terpisahkan
dalamanalisis.

realitas dan dunia yang kompleks itu bukan
hanya agar lebih sederhana dan dapat dipahami,
melainkan juga agar lebih mempunyai

Menekankan e'mpati dan interaksi

perspektif tertentu.

dial ektis antara peneliti dan teks.

Salah satu fokus Analisis Framing
adalah skema individu. Tentang 'penjelasan
Analisis Framing ini dikutip dari Eriyanto
(201l:1 01-108). Seseorang akan melihat
peristiwa dan gagasan, dalam pandangan
tertentu, perspektif tertentu. Pandangan dan
perspektif inilah yang menentukan bagaimana
pesan dikonstruksi dalam bingkai atau

rtan objek yang

6-

lsingyang

\'!akna suatu teks adalah hasil dari

publik. Penonjolan pesan pada taraf awalnya
tidak dapat dilepaskan dari psikologi. Secara

heliti

i

7-

Kualitas penelitian diukur dari otensitas
den refl eksivitas temuan.

:ndiri
hgan
nrbjek
idalam

n

dari

\

I

suatu

I OftUllg
rcrbeda

Di samping itu, lanjut Eriyanto, analisi

lain Eriyanto (2011:
8!-99I menjelaskan, ada dua aspek dalam
fuming. yaitu memilih fakta/realitas dan
muliskan fakta/realitas tersebut. Aspek
pErma berhubungan dengan proses pemilihan
hkts )"ang didasarkan atas asumsi atau
prryektif. Fakta mana yang dipilih dan fakta
Pada bagian yang

lnffira vang harus disingkirkan. Sedangkan aspek

pandangan tertentu. Dengan demikian, semua

konstruksi dan frame ini dalam perspektif
individu. Artinya, dalam perspektif individu,
frame dapat kita tempatkan dalam perspektif

Didqlfritw, Vol. 20, Nomor

6

bagaimana seseorang mengkonstruksi pesan'
Konsep yang dapat kita gunakan adalah skema
(atau skemata) sebagaimana berikut ini :

l.

Simplifikasi; realitas yang komplek dan
rumit akan disederhanakan melalui
perspektif seseorang sehingga menjadi

dan sering digunakan. Sema

halnya dalam skenario, dunia
diandaikan seperti layaknya sebuah
lakon atau drama. Berbagai peristiwa,

alurceritayangruntut.

perilaku, dan orang dimasukkan dalam
skrip dan tata aturan tertentu sedemikian

Klasifikasi; dunia ini digambarkan
sebagai sesuatu yang beraturan atas

rupa sehingga membentuk
kesatuan. Skema sosial

dasar klasifikasi yang dibuat. Peristiwa

bentuk, yaitu: skema Peran dan skema
personal.
Skema tekstual; skema ini berhubungan

dan fenomena yang komPleks akan
nampak berbeda, beraturan, dan
bermakna karena ditempatkan dalam
skema klasifikasi berdasarkan jenis, ciri,

2.

suatu

ini adabeberapa

dengan skema teks.

Ini umumnya

dankarakteristiknYa.

dipakai untuk menafsirkan teks. Ada tiga
bentuk skema tekstual, yaitu: genre'

Generalisasi; skema ini berhubungan
dengan skema klasifikasi, Sekumpulan

media.

peristiwa dan manusia tidak saja
dibedakan dengan kumpulan peristiwa

atau manusia lain berdasarkan
klasifikasi, tetapi juga ciri-ciri yang
sama yang melekat dalam entitas yang

sama.
4.

ini sering

disebut skrip atau skenario. Seperti

yang ditulis seseorang untuk meletkkan
setiap kejadian atau fenomena dalam

3.

September 2014

menggunakan struktur kognitifnya untuk
memandang dunia. Ada beberapa skema untuk
itu, sebagaimana berikut ini.
l. Skema sosial; skema ini paling banyak

sederhana dan bermakna. Kerangka
perspektif itu mirip sebuah skenario

2.

l,

:

Asosiasi; skema

ini

menghubungkan

kode-kode, dan gambaran umum dari

3. Skema Ideologis; skema ini
berhubungan dengan asumsi ideologis
yang implisit terdapat dalam teks'
Seseorang akan menggunakan skema
dan kepercayaat dirinya sendiri untuk

melihat dan menafsirkan relitas, di
antaranYaYangadadalamteks. i

antara satu peristiwa dan peristiwa lain,

antara seseorang dengan orang lain.
Dunia yang tampak komplek dan carut
marut dibuat beraturan dan saling
berhubungan.

Ada beberapa macam skema Yang akan
mengorganisir pengetahuan dan pengalaman
seseorang dan mendikte bagaimana seharusnya

realitas dilihat. Bagaimana seseorang

PEMBAHASAN
1. Alternatif MetodeAnalisis Framing dalam
Analisis Sastra

MeskiPun metode Analisis Framing
dipakai dalam lapangan ilmu komunikasi, tetapi
dalam konteks pengembangan studi sastra,
metode tersebut dapat diujicobakan dalam

analisis sastra. Seberapa jauh metode analsis

,t1

,ffim*

P

ffrhtro qimfi tidak menjadi kerangka
lffiilur ,nlnlttqi(E[r!?. Analisis Framing Sastra
tffip &
rd konstnrktivis yang bersifat

lik

r

Ido&ll.,lrnlisis Framing Dalam Penelitian Sastra

Pada tahap kedua Analisis Framing
sastra, fokus analisisnya mengarah pada skema-

Di

^h flI r msrr-unsur karya sastra apa sap
U m ilmmn"iqgk-rFilrrn dalam karya sastra sebagai

skema yang digunakan pengarang dalam
mengkonstruksikan gambaran realitas dalam
karya sastra. Skema-skema tersebut dapat
menggunakan skema dalan metode Analisis
Framing media, namun demikian dapat

Dh-

Ithaffiem* realitas; (2) unsur yang mana yang

membuka ruang bagi temuan skema-skema yang

hd
rol

WlfuLumean

dan ditonj olkan oleh pengarang

lain. Mengingat hakikat karya sastra sebagai
obyekAnalisis Framing berbeda dengan hakikat

litas

ffihrah strategi kewacanaan; dan (3)
thilririiiililnilrln iaringan yang menghubungkan
ilmn-inmmqrrrr' tersebut sehingga membentuk
rmfur @"a sastra. Unsur'unsur tersebut
ril!iltrum lmas dr.ra jenis, yaitu: unsur cerita dan

sm

rm

[-nsur cerita seperti tokoh, setting,

Titik berangkat analisis tahap kedua

ihr.

tmtun@- slasana, waktu, alur, dan sebagainya.
*in,i[hlrn8[bn!1 Insur bahasa dapat berupa kata,

adalah hasil-hasil analisi s tahap pertama. Tanpa

tahap pertama tidak mungkin analisis terhadap

fl;

- kilr'rn^t, kutipan teks, metafora, pendapat

skema dapat dilakukan. Fakta-fakta realitas yang

jryon, istilah teknis, dan sebagainya.
tersebut diperlakukan sebagai fakta

dipilih dan diungkapkan dalam karya sastra,
beserta sistem jaringan yang membangun

ktrEna mengacu pada gambaran realitas

strukturnya, merupakan suatu konstruksi realitas

rut

tg
EN

Fdi
75-

rgai

*art
eks

rflrmf,mrmnrn

kerangka berpi kirny a.

fr!ffirriq *nelisis pada tahap awal ini

l*ttlu

frmnfrnnqa

rf,,lrnmrrr

qssl'

Eya.

Emnft,m

Fih

dfulls

aya
*an

d:]hr@,asastra.

media, maka dimungkinkan terdapat skemaskema lain yang diketemukan dalam analisis.

Hal itulah salah satu temuan dalam Analisis
Framing sastra pada tahap kedua.

yang dilihat atau dipandang oleh pengarang. Hal

Temuan yang hendak diraih dalam tahap

itu merupakan hasil analisis tahap pertama. Di

Etas,

mdfl M adrlah, konsep sistem jaringan antar

situlah akan diketemukan bagaimana pengarang

rlam

rrtlnplrlni-emisrrr

dalam karya SaStra dan antafa UnSUf-

mengambil posisinya sebagai pemandang

[sur-

,liliiipmur!?

rlitas
ngan

tersebut dengan

r&litas di luar

karya

terhadap realitas itu. Sekaligus hal ini mengarah

mir..e Temuan ini akan menjelaskan bagaimana
rll'rn'reBi $acana sastra dalam kaitannya dengan

pada skema-skema yang dikembangkan oleh

i luar

lang digambarkan. Sekaligus sebagai
iuriiMk rnalisis pada tahap selanjutnya. Jika
'dt:ihagankan akan nampak sebagai

Ektif-

ilmrtfiruf

rlain,
alitas

nrarffirm*q

:berangkat

pengarang dalam karya sastra yang
diciptakannya. Dalam tahap ini teori skema
dalam metode Analisis Framing media dapat
digunakan untuk memahami dan menjelaskan
skema yang dipakai oleh pengarang. Namun

mstra

demikian, dapat terj adi bahwa teori skema media

lebih

tidak cukup relevan atau kurang memadai untuk

hlitas

menjelaskan karya sastra sebagai obyek analisis.

sastra

Modivikasi dilakukan dalam kerangka analisis

ilalam

teori substantif.

l13!

I.

Sinem

lailngan dalam Metode Analkis Framing Sastra

Didahilra,

t2

20, Nomor

1, September 2014

Tahap analisis ketiga adalah memahami

dalam suatu prosedur operasional

skema-skema konstruksi realitas yang

tertentu. Dalam pengertian lain, Analisis

dikembangkan pengarang secara sosiologis dan

Framing melihat bagaimana pengarang

psikologis. Dalam dimensi sosiologis, karya

dan karya sastra membingkai dan
mengkonstruksi realitas yang pada

sastra ditempatkan pada kedudukannya sebagai

gilirannya disodorkan kepada

institusi sosial. Artinya, karya sastra dijelaskan
dalam hubungannya dengan institusi sosial

lainnya, pembaca, dan masyarakat yang
melatarbelaknginya. Karya sastra dalam
kedudukannya tersebut dipahami sebagai

pembacanya.
2.

Dalam implementasinya, Analisi

produk sosiokultural masyarakat, bukan semata-

Framing Sastra terdiri atas tiga tahap,
yaitu: Tahap Analisis Struktur, Tahap
Analsis Skematis, dan Tahap Analsis

mata produk pengarang sebagai individu.

Konteks Sosiopsikologis.

atalu

terdiri atas:
a. unsur-unsur karya sastra (struktur
naratif) apa saja yang diungkapkan

frame-frame yang digunakan pengarang untuk
melihat dan memandang realitas. Dalam analisis

dalam karya sastra dalam kaitannya
dengan fakta-fakta realitas (struktur

tahap ketiga ini bantuan disiplin sosiologi dan

obyektiO;

Sedangkan dimensi psikologi analisia framing
sastra mengarah pada struktur kognitif yang

melandasi terbangunnya skema-skema

psikologi akan sangat membantu. Khususnya
dalam hal memberikan pengertian-pengertian

3.

Tiatrap analisis struktur

b.

unsur yang mana yang lebih
ditekankan dan ditonjolkan oleh

dalam kaitannya dengan konstruksi realitas yang

pengarang sebagai sebuah strategi

diungkapkan pengarang dalam karya sastra.

kewacanaan; dan

c.bagaimana jaringan Yang

KESIMPULANDAN SARAN

menghubungkan unsur-unsur tersebut

Kesimpulan

sehingga membentuk struktur karya

o

Berdasarkan pembahasan di atas berikut

ini dapat dikemukakan beberapa simpulan:

1.

I

Vol.

sastra. Unsur-unsur naratif terdiri atas
dua jenis,

yaitu: unsur cerita dan unsur

ModelAnalisisFramingyangdigunakan
dalam analisis sastra berada Pada
paradigma konstruktivis. Namun

bahasa. Unsur cerita seperti toltoh,

demikian, dalam hirarki struktur

unsur bahasa dapat berupa kata, frase,

keilmuan, Analsis Framing bukan dalam

kalimat, kutipan teks, metafora,

tataran sebagai sebuah teori formal,
melainkan sebagai sebuah metode.

pendapat umum, j argon, istilah teknis,

Sebagai sebuah metode, Analisis

diperlakukan sebagai fakta realitas
karena mengacu pada gambaran

Framing menjadi cara memahami dan
mendekati realitas (obyek;

krya

sastra)

setting, peristiwa, suasana, waktu,
alur, dan sebagainya. Sedangkan

dan sebagainya. Kedua unsur tersebut

realitas di luarkarya sastra.

WlAnalisis

)t1

Framing Dalam Penelitian Sastra

kns

Uffiry mralisis keduq Analsis Skematis,
fufukta realitas yang dipilih dan

Eg

JffiirnrnwkT&en dalam

karya sastra, beserta

il@

fififificm .laringan

yang membangun

rda
rda

merny4

Ed

,ffi,,

merupakan suafu konstruksi

I'ang dilihat atau dipandang oleh
@uang. Hal itu merupakan hasil

munilimas

mmilliqi< tahap pertama.

Di situlah

akan

13

DAFTARPUSTAKA
Eriyanto. (2001). Analisis Wacana Pengantar
Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS
PelangiAksara

-(2009). Metode Analisis Framing.
Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara
Ratna, Nyoman Kutha. (2007). Teori, Metode,

dan Teknik P enelitian

Sastra.

rlisi
hry,
sap

,difrkqremukan bagaimana pengarang

mcngambil posisinya sebagai

(2005). Sastra dan Cltura Studies,

alsis

pcmandang terhadap realitas itu.

Representasi Fiksi dan Fakta.

Sckaligus hal ini mengarah pada skema-

Yo gyakarta : Pustaka Pelaj ar.

sikema

Yo gyakarta : Pustaka Pelaj ar.

yang dikembangkan oleh

(2003).

P aradi gma So s iolo gi Sastr a.

pkan

Feogarang dalam karya sastra yang
fficiptakannya. Dalam tahap ini teori

trnya

seEma dalam metode Analisis Framing

*tur

media dapat digunakan untuk

Roekminto. (2008). Makalah Konferensi
Internasional Kesusastraan XIX /
HI SKI,Batu, l2-l 4Agustus 2008).

mEmahami dan menj elaskan skema yang

Rosidi, Sakban. (2007). Analisis Wacana Kritis

lebih

dipakai oleh pengarang. Namun

, oleh

demikian, dapat terjadi bahwa teori
$kcma media tidak cukup relevan atau
huang memadai untuk menjelaskan
@-a sastra sebagai obyek analisis.
itodivikasi dilakukan dalam kerangka
*rral i 5i5 lssri substantif.
Pada tahap andlisis ketiga, Analisis
Konteks sosiopsikologis, memahami
skema-skema konstruksi realitas yang

Sebagai Paradigma Kajian Wacana,
Makalah pada Sekolah Bahasa,

&hr

lategi

ran g
rsebut

'karya
iri atas
iunsur
tokoh,
waktu,

5"

dikembangkan pengarang secara

mgkan

sosiologis dan psikologis. Diperlukan

Lfrase,
ilafora,

modivikasi dengan teori-teori dalam
disiplin sosiologi dan psikologi untuk

Iteknis,

menganalisis karya sastra pada tahap ini.

prsebut
/realitas

Kedua disiplin tersebut menjadi teori
komplemen bagi Analisis Framing

mbaran

silstra.

Yo gyakarta : Pustaka Pelaj ar.

Universitas Islam Negeri Malang,

15

Desember2007.

Suroso dkk. (2009). Kritik Sastra, Teori,
Metodologi, dan Aplikasi. Yogyakarta:
ElmateraPublishing.
Teew, Andreas.

(1984). Sastra dan llmu Sastra.

Jakarta:Pustaka

Jaya.

Wellek, Rene & Austin Warren. (1990). Teori
Ke

sus

a s t r a an. J

akarta: PT Gramedia.