MODEL ANALISIS FRAMING DALAM PENELITIAN
ldaktlka
Jurnal Pemikiran Pendidikan
Jurnal Didaktika
VOLUME 20
NOMOR
1
GRESIK . SEPTEMBER 2014
tssN 1412 - 4318
DDdakeXka
Jurnal Pemikiran Pendidikan
Volume 20, Nomor 1, September 2014
*'*t*:fJ,T$"'SI"*
PEMIMPIN REDAKSI
Fatimatul Khikmiyah
REDAKTUR PELAKSANA
KhoirulAnwar
Sri Suryanti
Paulina
MITRA BESTARI
Adnan Latif (Universitas Negeri Malang)
Agus Wardhono (Universitas Ronggolawe)
Susanto (STAIN TulungAgung)
Ruruh Mindari (Universitas Widyamandala Surabaya)
Yudhi Arifani (Universitas Muhammadiyah Gresik)
Sri Uchtiawati (Universitas Muhammadiyah Gresik)
PELAKSANA TEKNIS
,ian Kurnia Oktaviani
.
I
x
l
Didaktika diterbitkan sejak 1 September 2003 oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Gresik dengan frekuensi 2 (dta) kali setahun pada bulan Februari
dan September sebagai wadah pengembangan ilmu, khususnya dalam bidang Pendidikan.
Redaksi menerima naskah laporan penelitian. Naskah diketik dalam bahasa Indonesia atau
dalam bahasa Inggris 10 sampai 15 halaman dengan format seperti tercantum pada halaman
kulit dalam belakang (Pedoman Penulisan). Naskah yang masuk, dievaluasi dan disunting untuk
keseragaman format, dantata cara lainnya.
Alamat Redaksi
:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Gresik
Jl. Sumatra 101 GKB(Gresik Kota Baru) Gresik6ll2t
Telp. (03 1)3951414 psw.48
Fax. (031)3952585
E-mail didaktikaumg@yahoo. com
:
I
?-[
ff
t-[
g
9-F
x
a
U
Didaktika
Jurnal Pemikiran pendidikan
h
tr!" liomor
l, September
2014
DAFTAR tsr (ruBLE OF CONTENT)
[" Idodel Analisis Framing Dalam penelitian Sastra
fthrriyadi
__
l-13
Peningkatan Penguasaan Konsep Matriks Melalui
Model pembelajaran Kooperatif
Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) (lesson Study Dengan
Mengambil
Ob1-ek Mata Kuliah Matriks Di Semester 2)
Sri Suryanti, Fatimatul K , Irwani Zawawirsiti
Fauziyah
U
Analisis Kemandirian Dan Tanggung Jawab Dalam penerapan
\{ata 6u1iu1, Metodologi penelitian
Sri Uchtiawati, Sarwo Edy,
ZainulMa'arif
4-
29 _ 37
students' Independent Learning In Group work Activities
tr(hoirul
Anwar
Analyzing Students' Interest
In Learning English In XI-MIA2 Gradeof sMA Muhammadiyah g
cerme
Ana Abidin, S. pd ; Lathifah I ; pradita Eka L; wiwik
wahyuni ; Istiqomatul
5.
fektivitas Pembelaj araqMata Kuliah Evaluasi pendidikan
Agama Islam
Melalui Lesson Study pada Mahasiswa DalamAplikasi pembuatan
Tes
Fita Mairuroh, Muyasaroh, Arfa Ladamay Budi
Pengangguran Terdidik : Sebab
Su'ud
9.
F_
-
3g - 43
_.
44 _ s2
E
Masruri
t.
- Zg
53 - 60
Dan Solusinya
lmplementasi Kebijakan program sertifikasi pendidik
Di Indonesia
Suci Handayani
61-65
66-79
Penerapan Metode Inquiry Leaming Untuk
Meningkatkan
Kemampuan Mahasiswa Dalam penyusunan proposar peneritian
Pada Mata Kuliah Thesis And Research
Report.
Ulfatul Ma,rifah
I
80-90
MODELANALISIS FRAMING
DALAM PENELITIAN SASTRA
$IHARTYADI
[.]mfrtqsitas PGRI Ronggolawe GTNIROW) Tuban
ffiqmdl : srhariyadi@gmail. com
{rcTRACrj
As a medium of communication, literary constructs the author thought to be conveyed to the
,,'u& The assumption is then made a point of departure for the entry of communication disciplines
ffirtc study ofliterature. Scientificwriting is trying to putforward a model ofliterory research based
qrahs srudy ofliterature by taking FramingAnalysis Model in communication science. The problems
dM oz going to be answered is to see whether a framing Analysis Model is relevant to answer the the
imiiermr7 problem. Thus, this paper is a theoretical study, which in turn can be tested for the
@ane ntation into the re s e arc h I iter ature.
fftl words : Fr ami n g a naly s i s of I i t e r atu r e, c o n s truc t iv e, s c he m e
.I.BSTRAK:
Sebagai media komunikasi, karya sastra mengkonstruksi pikiran pengarangnya untuk
dliycsmpaikan kepada pembacanya. Asumsi inilah yang kemudian menj adikan titik pij ak bagi masuknya
disb[in ilmu komunikasi ke dalam studi sastra. Tulisan ilmiah ini mencoba mengemukakan model
pelitian sastra berdasarkan studi kepustakaan dengan mengambil Model Analisis Framing dalam
iilrmu komunikasi. Permasalahan yang ingin dicari jawabnya adalah model Analisis Framing sastra
ymgbagaimanakahyangrelevanuntukmenjelaskanpermasalahantersebut. Dengandemikian, tulisan
imi bukan bersifat aplikatif tetapi studi teoritis yang pada gilirannya bisa diuji dalam implementasinya
tc dalam penelitian sastra.
Eaa K unc i : Anal i s i s Fr am ing S as tr a, ko n s n ukt if
FENDAHULUAN
Ilmu sastra bersifat multidisipliner. Di
samping ilmu sastraberdiri sendiri sebagai suatu
disiplin, ia terbuka terhadap pengaruh dan
masukan dari disiplin ilmu lain. Semenjak
dahulu hal tersebut telah dipraktikkan oleh para
s
tr ukt ur: s ke m a.
bergerak ke dalam dua arus pemikiran besar.
Satu kelompok masih mempertahankan
strukturalisme sebagai pendekatan, yang
dianggap memperlakukan karya sastra sesuai
dengan hakikatnya sebagai karya seni.
Sedangkan kelompok yang lain berpendapat
ahli dalam mengkaji karya sastra. Sosiologi,
psikologi, antropologi, filsafat, bahasa, dan
teori yang berkembang darinya,
budaya, masuk ke dalam kajian sastra sehingga
memperlakukan karya sastra sebagai bagian dari
melatrirkan studi sosiologi sastra, psikologi
struktur yang lebih luas, yaitu sosiobudaya
sastra, antropologi sastra, filsafat sastra,
masyarakat.
stilistika, dan studi budaya sastra.
Sampai saat
ini studi sastra Indonesia
bahwa paradigma postrukturalis, dengan teori-
mampu
Meskipun keduanya bertentangan, tetapi
keduanya dapat disatukan dalam suatu rentang
Didaldilra, Vol. 20, Nomor 1, September 2014
garis analisis dalam memahami obyeknya. Satu
Cultural Study, karya sastra praktik signifikasi
analisis dengan dua paradigma, teori, dan
metode. Tetapi dalam kerangka pembicaraan
representasi; bagaimanakah proses
tentang sastra-masyarakat, bagaimanakah kedua
pembentukan makna tekstual dan cara-cara
dihasilkannya makna beragam konteks (baca:
paradigma tersebut mampu menjelaskannya.
Barker, 2009 dan Ratra, 2005).
Selama ini strukturalisme sibuk memahami
sistem struktur dalam karya sastra. Sedangkan
paradigma postrukturalis agak lebih relevan
memahami relasi itu. Tetapi bukan berarti
strukturalisme tak mampu menjelaskan topik
tersebut. Dengan membuka kemungkinan yang
ada dalam cara pandang strukturalisme, hal
itu
bisa sajaterjadi.
Berangkat dari kedua unsur dalam relasi
Analisis Framing Sastra sebagai implementasi
pendekatan ketiga dalam kerangka reaksi sastra
dan masyarakat. Analisis sastra yang demikian
berangkat dari kedudukan dan peran pengarang
sebagai anggota masyarakat. Pengarang
merupakan status sosial, kelas sosial yang
dengan kompetensinya dibentuk oleh nilai-nilai
budaya masyarakatnya. Ia lahir, didewasakan,
sastra dan masyarakat
dan dibentuk pola kesadarannya melalui proses
mengambil tempatnya dalam pembicaraan
sosialisasi dalam masyarakat. Pada akhimya,
tentang unsur ekstrinsik karya sastra.
Pendekatan ekstrinsik mcmandang karya sastra
tindakan, sikap, dan pemikirannYa
mencerminkan nilai-nilai sosiokultural
dalam kaitannya dengan faktor-faktoi luar yang
masyarakatny a. Karya sastra sebagai hasil dari
turut membangun karya sastra itu. Jika struktur
obyektif karya sastra merupakan aspek
dengan pengarang yang menciptakan,
tindakan mencipta pengarang, pada akhirnya
merupakan produk budaya, oleh sebab itu
masalah yang muncul adalah, bagaimanakah
model Analisis Framing dalam disiplin ilmu
masyarakat yang dipand*g, dan pembaca yang
komunikasi diimplementasikan
mengapresiasi karya sastra itu. Dalam kerangka
analisis karya sastra dan model Analisis Framing
pendekatan yang dikemuk'akan Abrams,
pendekatan ekstrinsik meliputi: ekspresif,
Sastra yang bagaimanakah yang dapat
di atas, antarhubungan
instrinsik, maka aspek ekstrinsik berhubungan
pragmatik, dan mimesis (baca: Teeuw, 1984;
Hudayat, 2007; dan Endraswara, 2008). Dalam
paradigma sosiologi sastra, antar hubungan
sastra dan masyarakat merupakan hubungan
karya sastra sebagai fakta imajinatif dengan
stnrktur sosial sebagai fakta obyektif. Keduanya
berhubungan secara dialektik dan kreatifimajinatif melalui proses penciptaan dalam diri
pengarang (baca: Ratna, 2005; Damono,l988;
Faruk, 2000). Sedangkan dalam paradigma
I
Alur pemikiran di atas menempatkan
ke dalam
dikonstruksi sehingga relevan untuk diterapkan
dalammenganalisiskaryasastra. i
Dengan demikian artikel ini secara
umum bertujuan untuk mengkonstruksi
metodologis bagi studi sastra sebagai kajian
multidisipliner. Sedangkan secara khusus,
bertujuan: mengkaji metode Analisis Framing
dalam disiplin ilmu komunikasi sebagai
alternatif studi sastra interdisipliner sekaligus
juga untuk mengkonstruksi model Analisis
Framing Sastra sebagai metode analisis sastra
:
,11
SL*orqnmd
ersi
EdTT[.f![ PUSTAKA
Model Analisis Framing Dalam Penelitian Sastra
tersebut. Pertama, bagaimana peristiwa
tes
[a
EU
3
dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana
Di dalam ilmu komunikasi, Analisis
f'mfury sebagai metode analisis isi media
trtr'golong baru. Namun demikian,
tnn
a di jagad keilmuan komunikasi
yang diliput dan manayang tidak diliput. Kedua,
bagaimana fakta
itu ditulis.
Aspek ini
berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat,
dan gambar untuk mendukung gagasan.
fasi
rnmanmrilfiki
Etra
ru
terdapat
sebuah metode analisis teks, Analisis Framing
Ean
!!ng
Amlffisils Framing ala Erving Goffrnan, Murrai
mempunyai karakteristik yang berbeda
iang
fumsm drn an6.. Modigliani,
iang
C" tilamssm- Dedy Mulyana dalam kata pengantar
nitai
ffi
banf-ak tokoh dan cara kerja analisis
hEragam. Dalam metode
Fiolefrmrrrrrr.
Robert
M.
ini
Entman, Wiliam A.
atau Elizabeth
Efi"anto (2011: xv) mengemukakan,
Amflisis Framing cocok digunakan untuk
Lebih lanjut dikatakan Eriyanto, sebagai
dibandingkan dengan analisis isi kuantitatif.
Dalam analisis isi kuantitatif, yang ditekankan
adalah
isi
(content) dari suatu pesan/teks
komunikasi. Sementara dalamAnalisis Framing,
mnr,ltfirnr
rnya
konteks sosial-budaya suatu wacana,
fum-va hubungan antara berita dan ideologi,
v,*,il"ni proses atau mekanisme mengenai
yang menjadi pusat perhatian adalah
pembentukan pesan dari teks. Framing,
lural
hagaimana berita membangun,
terutama, melihat bagaimana pesan/peristiwa
dikonstruksi oleh media. Bagaimana wartawan
mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya
I dari
llrqertahankan, mereproduksi,
kepada khalayak pembaca.
imya
b itu
ilan menmtuhkan ideolo gi.
itt"t
Amlisis Framing (2011) mengemukakan pada
dusurya framing adalah metode untuk melihat
&ua bercerita (story telling) media atau
Konstruksionisme ini melihat media, wartawan,
pisuina- Cara bercerita itu tergambar
dan berita berdasarkan penilaian sebagaimana
&an,
t(}ses
BY&,
ilmu
hlam
ming
ilapat
pkan
mengubah,
Eriyanto dalam bukunya berjudul
pada
tila
melihat" terhadap iealitas yang dijadikan
haita- -Cara melihat" itu berpengaruh pada
dftir
dari konstruksi realitas. Analisis Framing
Analisis Framing berkembang dalam
wilayah paradigma konstruksionis. Konsep
mengenai konstruksionisme diperkenalkan oleh
sosiolog interpretatif, Peter
L.
Berger.
berikutini.
a. Fakta/peristiwa adalah hasil konstruksi. Bagi
konstruksionisme, realitas
itu
bersifat
FCafa
ed&Iah analisis yang dipakai untuk melihat
subjektif. Realitas itu hadir karena dihadirkan
truksi
tajian
oleh konsep subjektif wartawan. Realitas
tercipta lewat konstruksi, sudut pandang
bligus
hagaimana media mengkonstruksirealitas.
Atrslisis Framing juga dipakai untuk melihat
@uimana peristiwa dipahami dan dibingkai
olch media. Bagaimana peristiwa yang sama
diberitakan secara berbeda oleh media.
Perbedaan itu terjadi karena peristiwa tersebut
b. Media adalah agen konstruksi. Dalam
pandangan konstruksionis, media bukanlah
sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek
blr,lisis
dipahami dan dikonstruksi secara berbeda oleh
yang mengkonstruksi realitas, lengkap
astra.
media Ada dua esensi utama dari framing
dengan pandangan, bisa, dan pemihakannya.
husus,
wning
cbagai
tertentudari wartawan
Didahika,
konstruksi sosial yang mendefinisikan
c. Beritabukan refleksi dari realitas. Iahanyalah
konstruksi dari realitas. Dalam pandangan
konstruksionis, berita itu ibaratrya seperti
drama. Ia bukan menggambarkan realitas,
melainkan potret dari arena pertarungan
tertentu-adalah bagian yang integral itan
tidak terpisahkan dalam membentuk dan
mengonstruksi realitas. Wartawan di sini
antara berbagai pihak yang berkaitan dengan
bukanlah hanya pelapor, karena disadari atau
tidak ia menjadi partisipan dari keragaman
peristiwa. Menurut kaum konstruksionis,
berita adalatr hasil dari konstruksi sosial yang
selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan
Berita bersifat subjektif/konstruksi atas
realitas. Pandangan konstruksionis
mempunyai penilaian yang berbeda dalam
menilai objektivitas jurnalistik. Hasil keda
jurnalistik tidak bisa dinilai dengan
menggunakan standar yang rigid. Hal ini
,
karena berita adalah produk dari konstruksi
dan pemaknaan atas realitas. Pemaknaan
seseorang atas suatu realitas bisajadi berbeda
dengan orang lain, Yang tentunYa
1, September 2014
meliput apa adanya, apa yang dilihat. Etika
dan moral yang dalam banyak hal berarti
keberpihakan pada satu kelompok atau njlai
tertentu-umumnya dilandasi oleh keyakinan
realitas.
d.
20, Nomor
mungkin dihilangkan dari pemberitaan
media. Wartawan bukanlah robot yang
Di sini media dipandang sebagai agen
nilai-nilai dari wartawan atau media.
Vol.
penafsiran dan subjektivitas dalam publik.
g.
Nilai, etika, dan pilihan moral
peneliti
menjadi bagian integral dalam penelitian.
Salah satu sifat dasar dari penelitian yang
bertipe konstruksionis adalah pandangan
yang menyatakan peneliti bukanlatr subjek
yang bebas nilai. Pilihan etika, moral atau
keberpihakan peneliti sukar dihilangkan
dalam penelitian yang berkategori
konstruksionis. Dengan demikian, peneliti
adatah entitas dengan berbagai nilai dan
keberpihakan Yang berbeda-beda.
menghasilkan "realitas" yang berbeda pula.
Karenanya, ukuran yang baku dan standar
Karenanya, bisa jadi objek penelitian yang
sama akan menghasilkan temuan yang
tidakbisadipakai.
berbeda
e. Wartawan bukan pelapor. Ia agen konstruksi
realitas. Dalam pandangan konstruksionis,
wartawan dipandang sebagai aktor/agen
konstruksi. Wartawan bukan hanYa
melaporkan fakta, melainkan juga turut
mendefinisikan peristiwa, dan secara aktif
membentuk peristiwa dalam pemahaman
mereka.
f. Etika, pilihan moral, dan keberpihakan
wartawan adalah bagian integral dalam
produksi berita. Aspek etika, moral, dan nilainilai tertentu oleh konstruksionis tidak
di
tangan peneliti yang berbeda'
Peneliti dengan konstruksinya masingmasing akan menghasilkan temuan iang
berbedapula.
h. Khalayak mempunyai penafsiran tersendiri
atas berita. Khalayak dalam pandangan
konstruksionis bukan dilihat sebagai subjek
yang pasif. Ia juga subjek yang aktif dalam
menafsirkan apa yang dia baca. Makna dari
suatu teks oleh pembacartya sebagai suatu
praktik penandaan. Karenanya, setiap orang
bisa mempunyai pemaknaan yang berbeda
atasteks yang sama.
,T4
Amtisis Framing merupakan salah satu
lan
kedua berhubungan dengan bagaimana dan
dengan perangkat apa sebuah fakta/realitas
ditulis. Fakta mana yang perlu ditonjolkan
dengan penekanan sehingga mendapatkan
Elg
6!E*rr*lisis
Eka
mdilnlam konstnrksionis. Ada dua karakteristik
uti
@@ dri pendekatan konstruksionis
ftai
mfrlu@ t?011: 47-51). Pertama, pendekatan
&mro'rrlrsisai5 menekankan pada politik
perhatian yang lebih besar, dan mana yang tidak.
6p!@hean dan proses bagaimana seseorang
rronfrmm gambaran tentang realitas. Makna
lih[ffi s.&rtu proses aktif yang ditafsirkan
Gmsr'&Eg dalam suatu pesan. Kedua,
framing banyak mendapatkan pengaruh dari
lapangan sosiologi dan psikologi. Dalam
dimensi sosiologi, frame dilihat terutama untuk
menjelaskan bagaimana organisasi dari ruang
berita dan pembuat berita membentuk berita. Ini
menempatkan media sebagai organisasi yang
kompleks yang menyertakan di dalamnya
praktik profesional. Dengan demikian,
menempatkan berita sebagai institusi sosial.
ban
dan
flan
lsini
@u
teks yang berada dalam kategori
menurut
gpdckatan konstruksionis
pliti
memandang
n-f;r-'trl*rt komunikasi sebagai proses yang
drif,iir!tu Dengan demikian, kegiatan penelitian
Lian.
n,qmrrmkqionis ini harus memperhatikan konsep-
Ean
:
rang
Egan
hmpsebagaiberikut.
[- Tujuan penelitiannya adalah
Sementara dimensi psikologis menekankan pada
mrekonstruksi realitas.
Peneliti sebagai fasilitator keragaman
strategi yang dilakukan wartawan untuk
menekankan dan membuat pesan menjadi
bermakna, lebih mencolok, dan diperhatikan
ibjek
alau
Skan
lgori
3-
zubjektivitas.
3.
dan
tcda.
yang
rYang
ibeda.
negosiasi antara teks dan peneliti.
4-
Temuan adalah interaksi antarapeneliti
psikologis, orang cenderung menyederhanakan
5-
diteliti.
Pemfsiran bagian yang tak terpisahkan
dalamanalisis.
realitas dan dunia yang kompleks itu bukan
hanya agar lebih sederhana dan dapat dipahami,
melainkan juga agar lebih mempunyai
Menekankan e'mpati dan interaksi
perspektif tertentu.
dial ektis antara peneliti dan teks.
Salah satu fokus Analisis Framing
adalah skema individu. Tentang 'penjelasan
Analisis Framing ini dikutip dari Eriyanto
(201l:1 01-108). Seseorang akan melihat
peristiwa dan gagasan, dalam pandangan
tertentu, perspektif tertentu. Pandangan dan
perspektif inilah yang menentukan bagaimana
pesan dikonstruksi dalam bingkai atau
rtan objek yang
6-
lsingyang
\'!akna suatu teks adalah hasil dari
publik. Penonjolan pesan pada taraf awalnya
tidak dapat dilepaskan dari psikologi. Secara
heliti
i
7-
Kualitas penelitian diukur dari otensitas
den refl eksivitas temuan.
:ndiri
hgan
nrbjek
idalam
n
dari
\
I
suatu
I OftUllg
rcrbeda
Di samping itu, lanjut Eriyanto, analisi
lain Eriyanto (2011:
8!-99I menjelaskan, ada dua aspek dalam
fuming. yaitu memilih fakta/realitas dan
muliskan fakta/realitas tersebut. Aspek
pErma berhubungan dengan proses pemilihan
hkts )"ang didasarkan atas asumsi atau
prryektif. Fakta mana yang dipilih dan fakta
Pada bagian yang
lnffira vang harus disingkirkan. Sedangkan aspek
pandangan tertentu. Dengan demikian, semua
konstruksi dan frame ini dalam perspektif
individu. Artinya, dalam perspektif individu,
frame dapat kita tempatkan dalam perspektif
Didqlfritw, Vol. 20, Nomor
6
bagaimana seseorang mengkonstruksi pesan'
Konsep yang dapat kita gunakan adalah skema
(atau skemata) sebagaimana berikut ini :
l.
Simplifikasi; realitas yang komplek dan
rumit akan disederhanakan melalui
perspektif seseorang sehingga menjadi
dan sering digunakan. Sema
halnya dalam skenario, dunia
diandaikan seperti layaknya sebuah
lakon atau drama. Berbagai peristiwa,
alurceritayangruntut.
perilaku, dan orang dimasukkan dalam
skrip dan tata aturan tertentu sedemikian
Klasifikasi; dunia ini digambarkan
sebagai sesuatu yang beraturan atas
rupa sehingga membentuk
kesatuan. Skema sosial
dasar klasifikasi yang dibuat. Peristiwa
bentuk, yaitu: skema Peran dan skema
personal.
Skema tekstual; skema ini berhubungan
dan fenomena yang komPleks akan
nampak berbeda, beraturan, dan
bermakna karena ditempatkan dalam
skema klasifikasi berdasarkan jenis, ciri,
2.
suatu
ini adabeberapa
dengan skema teks.
Ini umumnya
dankarakteristiknYa.
dipakai untuk menafsirkan teks. Ada tiga
bentuk skema tekstual, yaitu: genre'
Generalisasi; skema ini berhubungan
dengan skema klasifikasi, Sekumpulan
media.
peristiwa dan manusia tidak saja
dibedakan dengan kumpulan peristiwa
atau manusia lain berdasarkan
klasifikasi, tetapi juga ciri-ciri yang
sama yang melekat dalam entitas yang
sama.
4.
ini sering
disebut skrip atau skenario. Seperti
yang ditulis seseorang untuk meletkkan
setiap kejadian atau fenomena dalam
3.
September 2014
menggunakan struktur kognitifnya untuk
memandang dunia. Ada beberapa skema untuk
itu, sebagaimana berikut ini.
l. Skema sosial; skema ini paling banyak
sederhana dan bermakna. Kerangka
perspektif itu mirip sebuah skenario
2.
l,
:
Asosiasi; skema
ini
menghubungkan
kode-kode, dan gambaran umum dari
3. Skema Ideologis; skema ini
berhubungan dengan asumsi ideologis
yang implisit terdapat dalam teks'
Seseorang akan menggunakan skema
dan kepercayaat dirinya sendiri untuk
melihat dan menafsirkan relitas, di
antaranYaYangadadalamteks. i
antara satu peristiwa dan peristiwa lain,
antara seseorang dengan orang lain.
Dunia yang tampak komplek dan carut
marut dibuat beraturan dan saling
berhubungan.
Ada beberapa macam skema Yang akan
mengorganisir pengetahuan dan pengalaman
seseorang dan mendikte bagaimana seharusnya
realitas dilihat. Bagaimana seseorang
PEMBAHASAN
1. Alternatif MetodeAnalisis Framing dalam
Analisis Sastra
MeskiPun metode Analisis Framing
dipakai dalam lapangan ilmu komunikasi, tetapi
dalam konteks pengembangan studi sastra,
metode tersebut dapat diujicobakan dalam
analisis sastra. Seberapa jauh metode analsis
,t1
,ffim*
P
ffrhtro qimfi tidak menjadi kerangka
lffiilur ,nlnlttqi(E[r!?. Analisis Framing Sastra
tffip &
rd konstnrktivis yang bersifat
lik
r
Ido&ll.,lrnlisis Framing Dalam Penelitian Sastra
Pada tahap kedua Analisis Framing
sastra, fokus analisisnya mengarah pada skema-
Di
^h flI r msrr-unsur karya sastra apa sap
U m ilmmn"iqgk-rFilrrn dalam karya sastra sebagai
skema yang digunakan pengarang dalam
mengkonstruksikan gambaran realitas dalam
karya sastra. Skema-skema tersebut dapat
menggunakan skema dalan metode Analisis
Framing media, namun demikian dapat
Dh-
Ithaffiem* realitas; (2) unsur yang mana yang
membuka ruang bagi temuan skema-skema yang
hd
rol
WlfuLumean
dan ditonj olkan oleh pengarang
lain. Mengingat hakikat karya sastra sebagai
obyekAnalisis Framing berbeda dengan hakikat
litas
ffihrah strategi kewacanaan; dan (3)
thilririiiililnilrln iaringan yang menghubungkan
ilmn-inmmqrrrr' tersebut sehingga membentuk
rmfur @"a sastra. Unsur'unsur tersebut
ril!iltrum lmas dr.ra jenis, yaitu: unsur cerita dan
sm
rm
[-nsur cerita seperti tokoh, setting,
Titik berangkat analisis tahap kedua
ihr.
tmtun@- slasana, waktu, alur, dan sebagainya.
*in,i[hlrn8[bn!1 Insur bahasa dapat berupa kata,
adalah hasil-hasil analisi s tahap pertama. Tanpa
tahap pertama tidak mungkin analisis terhadap
fl;
- kilr'rn^t, kutipan teks, metafora, pendapat
skema dapat dilakukan. Fakta-fakta realitas yang
jryon, istilah teknis, dan sebagainya.
tersebut diperlakukan sebagai fakta
dipilih dan diungkapkan dalam karya sastra,
beserta sistem jaringan yang membangun
ktrEna mengacu pada gambaran realitas
strukturnya, merupakan suatu konstruksi realitas
rut
tg
EN
Fdi
75-
rgai
*art
eks
rflrmf,mrmnrn
kerangka berpi kirny a.
fr!ffirriq *nelisis pada tahap awal ini
l*ttlu
frmnfrnnqa
rf,,lrnmrrr
qssl'
Eya.
Emnft,m
Fih
dfulls
aya
*an
d:]hr@,asastra.
media, maka dimungkinkan terdapat skemaskema lain yang diketemukan dalam analisis.
Hal itulah salah satu temuan dalam Analisis
Framing sastra pada tahap kedua.
yang dilihat atau dipandang oleh pengarang. Hal
Temuan yang hendak diraih dalam tahap
itu merupakan hasil analisis tahap pertama. Di
Etas,
mdfl M adrlah, konsep sistem jaringan antar
situlah akan diketemukan bagaimana pengarang
rlam
rrtlnplrlni-emisrrr
dalam karya SaStra dan antafa UnSUf-
mengambil posisinya sebagai pemandang
[sur-
,liliiipmur!?
rlitas
ngan
tersebut dengan
r&litas di luar
karya
terhadap realitas itu. Sekaligus hal ini mengarah
mir..e Temuan ini akan menjelaskan bagaimana
rll'rn'reBi $acana sastra dalam kaitannya dengan
pada skema-skema yang dikembangkan oleh
i luar
lang digambarkan. Sekaligus sebagai
iuriiMk rnalisis pada tahap selanjutnya. Jika
'dt:ihagankan akan nampak sebagai
Ektif-
ilmrtfiruf
rlain,
alitas
nrarffirm*q
:berangkat
pengarang dalam karya sastra yang
diciptakannya. Dalam tahap ini teori skema
dalam metode Analisis Framing media dapat
digunakan untuk memahami dan menjelaskan
skema yang dipakai oleh pengarang. Namun
mstra
demikian, dapat terj adi bahwa teori skema media
lebih
tidak cukup relevan atau kurang memadai untuk
hlitas
menjelaskan karya sastra sebagai obyek analisis.
sastra
Modivikasi dilakukan dalam kerangka analisis
ilalam
teori substantif.
l13!
I.
Sinem
lailngan dalam Metode Analkis Framing Sastra
Didahilra,
t2
20, Nomor
1, September 2014
Tahap analisis ketiga adalah memahami
dalam suatu prosedur operasional
skema-skema konstruksi realitas yang
tertentu. Dalam pengertian lain, Analisis
dikembangkan pengarang secara sosiologis dan
Framing melihat bagaimana pengarang
psikologis. Dalam dimensi sosiologis, karya
dan karya sastra membingkai dan
mengkonstruksi realitas yang pada
sastra ditempatkan pada kedudukannya sebagai
gilirannya disodorkan kepada
institusi sosial. Artinya, karya sastra dijelaskan
dalam hubungannya dengan institusi sosial
lainnya, pembaca, dan masyarakat yang
melatarbelaknginya. Karya sastra dalam
kedudukannya tersebut dipahami sebagai
pembacanya.
2.
Dalam implementasinya, Analisi
produk sosiokultural masyarakat, bukan semata-
Framing Sastra terdiri atas tiga tahap,
yaitu: Tahap Analisis Struktur, Tahap
Analsis Skematis, dan Tahap Analsis
mata produk pengarang sebagai individu.
Konteks Sosiopsikologis.
atalu
terdiri atas:
a. unsur-unsur karya sastra (struktur
naratif) apa saja yang diungkapkan
frame-frame yang digunakan pengarang untuk
melihat dan memandang realitas. Dalam analisis
dalam karya sastra dalam kaitannya
dengan fakta-fakta realitas (struktur
tahap ketiga ini bantuan disiplin sosiologi dan
obyektiO;
Sedangkan dimensi psikologi analisia framing
sastra mengarah pada struktur kognitif yang
melandasi terbangunnya skema-skema
psikologi akan sangat membantu. Khususnya
dalam hal memberikan pengertian-pengertian
3.
Tiatrap analisis struktur
b.
unsur yang mana yang lebih
ditekankan dan ditonjolkan oleh
dalam kaitannya dengan konstruksi realitas yang
pengarang sebagai sebuah strategi
diungkapkan pengarang dalam karya sastra.
kewacanaan; dan
c.bagaimana jaringan Yang
KESIMPULANDAN SARAN
menghubungkan unsur-unsur tersebut
Kesimpulan
sehingga membentuk struktur karya
o
Berdasarkan pembahasan di atas berikut
ini dapat dikemukakan beberapa simpulan:
1.
I
Vol.
sastra. Unsur-unsur naratif terdiri atas
dua jenis,
yaitu: unsur cerita dan unsur
ModelAnalisisFramingyangdigunakan
dalam analisis sastra berada Pada
paradigma konstruktivis. Namun
bahasa. Unsur cerita seperti toltoh,
demikian, dalam hirarki struktur
unsur bahasa dapat berupa kata, frase,
keilmuan, Analsis Framing bukan dalam
kalimat, kutipan teks, metafora,
tataran sebagai sebuah teori formal,
melainkan sebagai sebuah metode.
pendapat umum, j argon, istilah teknis,
Sebagai sebuah metode, Analisis
diperlakukan sebagai fakta realitas
karena mengacu pada gambaran
Framing menjadi cara memahami dan
mendekati realitas (obyek;
krya
sastra)
setting, peristiwa, suasana, waktu,
alur, dan sebagainya. Sedangkan
dan sebagainya. Kedua unsur tersebut
realitas di luarkarya sastra.
WlAnalisis
)t1
Framing Dalam Penelitian Sastra
kns
Uffiry mralisis keduq Analsis Skematis,
fufukta realitas yang dipilih dan
Eg
JffiirnrnwkT&en dalam
karya sastra, beserta
il@
fififificm .laringan
yang membangun
rda
rda
merny4
Ed
,ffi,,
merupakan suafu konstruksi
I'ang dilihat atau dipandang oleh
@uang. Hal itu merupakan hasil
munilimas
mmilliqi< tahap pertama.
Di situlah
akan
13
DAFTARPUSTAKA
Eriyanto. (2001). Analisis Wacana Pengantar
Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS
PelangiAksara
-(2009). Metode Analisis Framing.
Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara
Ratna, Nyoman Kutha. (2007). Teori, Metode,
dan Teknik P enelitian
Sastra.
rlisi
hry,
sap
,difrkqremukan bagaimana pengarang
mcngambil posisinya sebagai
(2005). Sastra dan Cltura Studies,
alsis
pcmandang terhadap realitas itu.
Representasi Fiksi dan Fakta.
Sckaligus hal ini mengarah pada skema-
Yo gyakarta : Pustaka Pelaj ar.
sikema
Yo gyakarta : Pustaka Pelaj ar.
yang dikembangkan oleh
(2003).
P aradi gma So s iolo gi Sastr a.
pkan
Feogarang dalam karya sastra yang
fficiptakannya. Dalam tahap ini teori
trnya
seEma dalam metode Analisis Framing
*tur
media dapat digunakan untuk
Roekminto. (2008). Makalah Konferensi
Internasional Kesusastraan XIX /
HI SKI,Batu, l2-l 4Agustus 2008).
mEmahami dan menj elaskan skema yang
Rosidi, Sakban. (2007). Analisis Wacana Kritis
lebih
dipakai oleh pengarang. Namun
, oleh
demikian, dapat terjadi bahwa teori
$kcma media tidak cukup relevan atau
huang memadai untuk menjelaskan
@-a sastra sebagai obyek analisis.
itodivikasi dilakukan dalam kerangka
*rral i 5i5 lssri substantif.
Pada tahap andlisis ketiga, Analisis
Konteks sosiopsikologis, memahami
skema-skema konstruksi realitas yang
Sebagai Paradigma Kajian Wacana,
Makalah pada Sekolah Bahasa,
&hr
lategi
ran g
rsebut
'karya
iri atas
iunsur
tokoh,
waktu,
5"
dikembangkan pengarang secara
mgkan
sosiologis dan psikologis. Diperlukan
Lfrase,
ilafora,
modivikasi dengan teori-teori dalam
disiplin sosiologi dan psikologi untuk
Iteknis,
menganalisis karya sastra pada tahap ini.
prsebut
/realitas
Kedua disiplin tersebut menjadi teori
komplemen bagi Analisis Framing
mbaran
silstra.
Yo gyakarta : Pustaka Pelaj ar.
Universitas Islam Negeri Malang,
15
Desember2007.
Suroso dkk. (2009). Kritik Sastra, Teori,
Metodologi, dan Aplikasi. Yogyakarta:
ElmateraPublishing.
Teew, Andreas.
(1984). Sastra dan llmu Sastra.
Jakarta:Pustaka
Jaya.
Wellek, Rene & Austin Warren. (1990). Teori
Ke
sus
a s t r a an. J
akarta: PT Gramedia.
Jurnal Pemikiran Pendidikan
Jurnal Didaktika
VOLUME 20
NOMOR
1
GRESIK . SEPTEMBER 2014
tssN 1412 - 4318
DDdakeXka
Jurnal Pemikiran Pendidikan
Volume 20, Nomor 1, September 2014
*'*t*:fJ,T$"'SI"*
PEMIMPIN REDAKSI
Fatimatul Khikmiyah
REDAKTUR PELAKSANA
KhoirulAnwar
Sri Suryanti
Paulina
MITRA BESTARI
Adnan Latif (Universitas Negeri Malang)
Agus Wardhono (Universitas Ronggolawe)
Susanto (STAIN TulungAgung)
Ruruh Mindari (Universitas Widyamandala Surabaya)
Yudhi Arifani (Universitas Muhammadiyah Gresik)
Sri Uchtiawati (Universitas Muhammadiyah Gresik)
PELAKSANA TEKNIS
,ian Kurnia Oktaviani
.
I
x
l
Didaktika diterbitkan sejak 1 September 2003 oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Gresik dengan frekuensi 2 (dta) kali setahun pada bulan Februari
dan September sebagai wadah pengembangan ilmu, khususnya dalam bidang Pendidikan.
Redaksi menerima naskah laporan penelitian. Naskah diketik dalam bahasa Indonesia atau
dalam bahasa Inggris 10 sampai 15 halaman dengan format seperti tercantum pada halaman
kulit dalam belakang (Pedoman Penulisan). Naskah yang masuk, dievaluasi dan disunting untuk
keseragaman format, dantata cara lainnya.
Alamat Redaksi
:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Gresik
Jl. Sumatra 101 GKB(Gresik Kota Baru) Gresik6ll2t
Telp. (03 1)3951414 psw.48
Fax. (031)3952585
E-mail didaktikaumg@yahoo. com
:
I
?-[
ff
t-[
g
9-F
x
a
U
Didaktika
Jurnal Pemikiran pendidikan
h
tr!" liomor
l, September
2014
DAFTAR tsr (ruBLE OF CONTENT)
[" Idodel Analisis Framing Dalam penelitian Sastra
fthrriyadi
__
l-13
Peningkatan Penguasaan Konsep Matriks Melalui
Model pembelajaran Kooperatif
Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) (lesson Study Dengan
Mengambil
Ob1-ek Mata Kuliah Matriks Di Semester 2)
Sri Suryanti, Fatimatul K , Irwani Zawawirsiti
Fauziyah
U
Analisis Kemandirian Dan Tanggung Jawab Dalam penerapan
\{ata 6u1iu1, Metodologi penelitian
Sri Uchtiawati, Sarwo Edy,
ZainulMa'arif
4-
29 _ 37
students' Independent Learning In Group work Activities
tr(hoirul
Anwar
Analyzing Students' Interest
In Learning English In XI-MIA2 Gradeof sMA Muhammadiyah g
cerme
Ana Abidin, S. pd ; Lathifah I ; pradita Eka L; wiwik
wahyuni ; Istiqomatul
5.
fektivitas Pembelaj araqMata Kuliah Evaluasi pendidikan
Agama Islam
Melalui Lesson Study pada Mahasiswa DalamAplikasi pembuatan
Tes
Fita Mairuroh, Muyasaroh, Arfa Ladamay Budi
Pengangguran Terdidik : Sebab
Su'ud
9.
F_
-
3g - 43
_.
44 _ s2
E
Masruri
t.
- Zg
53 - 60
Dan Solusinya
lmplementasi Kebijakan program sertifikasi pendidik
Di Indonesia
Suci Handayani
61-65
66-79
Penerapan Metode Inquiry Leaming Untuk
Meningkatkan
Kemampuan Mahasiswa Dalam penyusunan proposar peneritian
Pada Mata Kuliah Thesis And Research
Report.
Ulfatul Ma,rifah
I
80-90
MODELANALISIS FRAMING
DALAM PENELITIAN SASTRA
$IHARTYADI
[.]mfrtqsitas PGRI Ronggolawe GTNIROW) Tuban
ffiqmdl : srhariyadi@gmail. com
{rcTRACrj
As a medium of communication, literary constructs the author thought to be conveyed to the
,,'u& The assumption is then made a point of departure for the entry of communication disciplines
ffirtc study ofliterature. Scientificwriting is trying to putforward a model ofliterory research based
qrahs srudy ofliterature by taking FramingAnalysis Model in communication science. The problems
dM oz going to be answered is to see whether a framing Analysis Model is relevant to answer the the
imiiermr7 problem. Thus, this paper is a theoretical study, which in turn can be tested for the
@ane ntation into the re s e arc h I iter ature.
fftl words : Fr ami n g a naly s i s of I i t e r atu r e, c o n s truc t iv e, s c he m e
.I.BSTRAK:
Sebagai media komunikasi, karya sastra mengkonstruksi pikiran pengarangnya untuk
dliycsmpaikan kepada pembacanya. Asumsi inilah yang kemudian menj adikan titik pij ak bagi masuknya
disb[in ilmu komunikasi ke dalam studi sastra. Tulisan ilmiah ini mencoba mengemukakan model
pelitian sastra berdasarkan studi kepustakaan dengan mengambil Model Analisis Framing dalam
iilrmu komunikasi. Permasalahan yang ingin dicari jawabnya adalah model Analisis Framing sastra
ymgbagaimanakahyangrelevanuntukmenjelaskanpermasalahantersebut. Dengandemikian, tulisan
imi bukan bersifat aplikatif tetapi studi teoritis yang pada gilirannya bisa diuji dalam implementasinya
tc dalam penelitian sastra.
Eaa K unc i : Anal i s i s Fr am ing S as tr a, ko n s n ukt if
FENDAHULUAN
Ilmu sastra bersifat multidisipliner. Di
samping ilmu sastraberdiri sendiri sebagai suatu
disiplin, ia terbuka terhadap pengaruh dan
masukan dari disiplin ilmu lain. Semenjak
dahulu hal tersebut telah dipraktikkan oleh para
s
tr ukt ur: s ke m a.
bergerak ke dalam dua arus pemikiran besar.
Satu kelompok masih mempertahankan
strukturalisme sebagai pendekatan, yang
dianggap memperlakukan karya sastra sesuai
dengan hakikatnya sebagai karya seni.
Sedangkan kelompok yang lain berpendapat
ahli dalam mengkaji karya sastra. Sosiologi,
psikologi, antropologi, filsafat, bahasa, dan
teori yang berkembang darinya,
budaya, masuk ke dalam kajian sastra sehingga
memperlakukan karya sastra sebagai bagian dari
melatrirkan studi sosiologi sastra, psikologi
struktur yang lebih luas, yaitu sosiobudaya
sastra, antropologi sastra, filsafat sastra,
masyarakat.
stilistika, dan studi budaya sastra.
Sampai saat
ini studi sastra Indonesia
bahwa paradigma postrukturalis, dengan teori-
mampu
Meskipun keduanya bertentangan, tetapi
keduanya dapat disatukan dalam suatu rentang
Didaldilra, Vol. 20, Nomor 1, September 2014
garis analisis dalam memahami obyeknya. Satu
Cultural Study, karya sastra praktik signifikasi
analisis dengan dua paradigma, teori, dan
metode. Tetapi dalam kerangka pembicaraan
representasi; bagaimanakah proses
tentang sastra-masyarakat, bagaimanakah kedua
pembentukan makna tekstual dan cara-cara
dihasilkannya makna beragam konteks (baca:
paradigma tersebut mampu menjelaskannya.
Barker, 2009 dan Ratra, 2005).
Selama ini strukturalisme sibuk memahami
sistem struktur dalam karya sastra. Sedangkan
paradigma postrukturalis agak lebih relevan
memahami relasi itu. Tetapi bukan berarti
strukturalisme tak mampu menjelaskan topik
tersebut. Dengan membuka kemungkinan yang
ada dalam cara pandang strukturalisme, hal
itu
bisa sajaterjadi.
Berangkat dari kedua unsur dalam relasi
Analisis Framing Sastra sebagai implementasi
pendekatan ketiga dalam kerangka reaksi sastra
dan masyarakat. Analisis sastra yang demikian
berangkat dari kedudukan dan peran pengarang
sebagai anggota masyarakat. Pengarang
merupakan status sosial, kelas sosial yang
dengan kompetensinya dibentuk oleh nilai-nilai
budaya masyarakatnya. Ia lahir, didewasakan,
sastra dan masyarakat
dan dibentuk pola kesadarannya melalui proses
mengambil tempatnya dalam pembicaraan
sosialisasi dalam masyarakat. Pada akhimya,
tentang unsur ekstrinsik karya sastra.
Pendekatan ekstrinsik mcmandang karya sastra
tindakan, sikap, dan pemikirannYa
mencerminkan nilai-nilai sosiokultural
dalam kaitannya dengan faktor-faktoi luar yang
masyarakatny a. Karya sastra sebagai hasil dari
turut membangun karya sastra itu. Jika struktur
obyektif karya sastra merupakan aspek
dengan pengarang yang menciptakan,
tindakan mencipta pengarang, pada akhirnya
merupakan produk budaya, oleh sebab itu
masalah yang muncul adalah, bagaimanakah
model Analisis Framing dalam disiplin ilmu
masyarakat yang dipand*g, dan pembaca yang
komunikasi diimplementasikan
mengapresiasi karya sastra itu. Dalam kerangka
analisis karya sastra dan model Analisis Framing
pendekatan yang dikemuk'akan Abrams,
pendekatan ekstrinsik meliputi: ekspresif,
Sastra yang bagaimanakah yang dapat
di atas, antarhubungan
instrinsik, maka aspek ekstrinsik berhubungan
pragmatik, dan mimesis (baca: Teeuw, 1984;
Hudayat, 2007; dan Endraswara, 2008). Dalam
paradigma sosiologi sastra, antar hubungan
sastra dan masyarakat merupakan hubungan
karya sastra sebagai fakta imajinatif dengan
stnrktur sosial sebagai fakta obyektif. Keduanya
berhubungan secara dialektik dan kreatifimajinatif melalui proses penciptaan dalam diri
pengarang (baca: Ratna, 2005; Damono,l988;
Faruk, 2000). Sedangkan dalam paradigma
I
Alur pemikiran di atas menempatkan
ke dalam
dikonstruksi sehingga relevan untuk diterapkan
dalammenganalisiskaryasastra. i
Dengan demikian artikel ini secara
umum bertujuan untuk mengkonstruksi
metodologis bagi studi sastra sebagai kajian
multidisipliner. Sedangkan secara khusus,
bertujuan: mengkaji metode Analisis Framing
dalam disiplin ilmu komunikasi sebagai
alternatif studi sastra interdisipliner sekaligus
juga untuk mengkonstruksi model Analisis
Framing Sastra sebagai metode analisis sastra
:
,11
SL*orqnmd
ersi
EdTT[.f![ PUSTAKA
Model Analisis Framing Dalam Penelitian Sastra
tersebut. Pertama, bagaimana peristiwa
tes
[a
EU
3
dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana
Di dalam ilmu komunikasi, Analisis
f'mfury sebagai metode analisis isi media
trtr'golong baru. Namun demikian,
tnn
a di jagad keilmuan komunikasi
yang diliput dan manayang tidak diliput. Kedua,
bagaimana fakta
itu ditulis.
Aspek ini
berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat,
dan gambar untuk mendukung gagasan.
fasi
rnmanmrilfiki
Etra
ru
terdapat
sebuah metode analisis teks, Analisis Framing
Ean
!!ng
Amlffisils Framing ala Erving Goffrnan, Murrai
mempunyai karakteristik yang berbeda
iang
fumsm drn an6.. Modigliani,
iang
C" tilamssm- Dedy Mulyana dalam kata pengantar
nitai
ffi
banf-ak tokoh dan cara kerja analisis
hEragam. Dalam metode
Fiolefrmrrrrrr.
Robert
M.
ini
Entman, Wiliam A.
atau Elizabeth
Efi"anto (2011: xv) mengemukakan,
Amflisis Framing cocok digunakan untuk
Lebih lanjut dikatakan Eriyanto, sebagai
dibandingkan dengan analisis isi kuantitatif.
Dalam analisis isi kuantitatif, yang ditekankan
adalah
isi
(content) dari suatu pesan/teks
komunikasi. Sementara dalamAnalisis Framing,
mnr,ltfirnr
rnya
konteks sosial-budaya suatu wacana,
fum-va hubungan antara berita dan ideologi,
v,*,il"ni proses atau mekanisme mengenai
yang menjadi pusat perhatian adalah
pembentukan pesan dari teks. Framing,
lural
hagaimana berita membangun,
terutama, melihat bagaimana pesan/peristiwa
dikonstruksi oleh media. Bagaimana wartawan
mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya
I dari
llrqertahankan, mereproduksi,
kepada khalayak pembaca.
imya
b itu
ilan menmtuhkan ideolo gi.
itt"t
Amlisis Framing (2011) mengemukakan pada
dusurya framing adalah metode untuk melihat
&ua bercerita (story telling) media atau
Konstruksionisme ini melihat media, wartawan,
pisuina- Cara bercerita itu tergambar
dan berita berdasarkan penilaian sebagaimana
&an,
t(}ses
BY&,
ilmu
hlam
ming
ilapat
pkan
mengubah,
Eriyanto dalam bukunya berjudul
pada
tila
melihat" terhadap iealitas yang dijadikan
haita- -Cara melihat" itu berpengaruh pada
dftir
dari konstruksi realitas. Analisis Framing
Analisis Framing berkembang dalam
wilayah paradigma konstruksionis. Konsep
mengenai konstruksionisme diperkenalkan oleh
sosiolog interpretatif, Peter
L.
Berger.
berikutini.
a. Fakta/peristiwa adalah hasil konstruksi. Bagi
konstruksionisme, realitas
itu
bersifat
FCafa
ed&Iah analisis yang dipakai untuk melihat
subjektif. Realitas itu hadir karena dihadirkan
truksi
tajian
oleh konsep subjektif wartawan. Realitas
tercipta lewat konstruksi, sudut pandang
bligus
hagaimana media mengkonstruksirealitas.
Atrslisis Framing juga dipakai untuk melihat
@uimana peristiwa dipahami dan dibingkai
olch media. Bagaimana peristiwa yang sama
diberitakan secara berbeda oleh media.
Perbedaan itu terjadi karena peristiwa tersebut
b. Media adalah agen konstruksi. Dalam
pandangan konstruksionis, media bukanlah
sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek
blr,lisis
dipahami dan dikonstruksi secara berbeda oleh
yang mengkonstruksi realitas, lengkap
astra.
media Ada dua esensi utama dari framing
dengan pandangan, bisa, dan pemihakannya.
husus,
wning
cbagai
tertentudari wartawan
Didahika,
konstruksi sosial yang mendefinisikan
c. Beritabukan refleksi dari realitas. Iahanyalah
konstruksi dari realitas. Dalam pandangan
konstruksionis, berita itu ibaratrya seperti
drama. Ia bukan menggambarkan realitas,
melainkan potret dari arena pertarungan
tertentu-adalah bagian yang integral itan
tidak terpisahkan dalam membentuk dan
mengonstruksi realitas. Wartawan di sini
antara berbagai pihak yang berkaitan dengan
bukanlah hanya pelapor, karena disadari atau
tidak ia menjadi partisipan dari keragaman
peristiwa. Menurut kaum konstruksionis,
berita adalatr hasil dari konstruksi sosial yang
selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan
Berita bersifat subjektif/konstruksi atas
realitas. Pandangan konstruksionis
mempunyai penilaian yang berbeda dalam
menilai objektivitas jurnalistik. Hasil keda
jurnalistik tidak bisa dinilai dengan
menggunakan standar yang rigid. Hal ini
,
karena berita adalah produk dari konstruksi
dan pemaknaan atas realitas. Pemaknaan
seseorang atas suatu realitas bisajadi berbeda
dengan orang lain, Yang tentunYa
1, September 2014
meliput apa adanya, apa yang dilihat. Etika
dan moral yang dalam banyak hal berarti
keberpihakan pada satu kelompok atau njlai
tertentu-umumnya dilandasi oleh keyakinan
realitas.
d.
20, Nomor
mungkin dihilangkan dari pemberitaan
media. Wartawan bukanlah robot yang
Di sini media dipandang sebagai agen
nilai-nilai dari wartawan atau media.
Vol.
penafsiran dan subjektivitas dalam publik.
g.
Nilai, etika, dan pilihan moral
peneliti
menjadi bagian integral dalam penelitian.
Salah satu sifat dasar dari penelitian yang
bertipe konstruksionis adalah pandangan
yang menyatakan peneliti bukanlatr subjek
yang bebas nilai. Pilihan etika, moral atau
keberpihakan peneliti sukar dihilangkan
dalam penelitian yang berkategori
konstruksionis. Dengan demikian, peneliti
adatah entitas dengan berbagai nilai dan
keberpihakan Yang berbeda-beda.
menghasilkan "realitas" yang berbeda pula.
Karenanya, ukuran yang baku dan standar
Karenanya, bisa jadi objek penelitian yang
sama akan menghasilkan temuan yang
tidakbisadipakai.
berbeda
e. Wartawan bukan pelapor. Ia agen konstruksi
realitas. Dalam pandangan konstruksionis,
wartawan dipandang sebagai aktor/agen
konstruksi. Wartawan bukan hanYa
melaporkan fakta, melainkan juga turut
mendefinisikan peristiwa, dan secara aktif
membentuk peristiwa dalam pemahaman
mereka.
f. Etika, pilihan moral, dan keberpihakan
wartawan adalah bagian integral dalam
produksi berita. Aspek etika, moral, dan nilainilai tertentu oleh konstruksionis tidak
di
tangan peneliti yang berbeda'
Peneliti dengan konstruksinya masingmasing akan menghasilkan temuan iang
berbedapula.
h. Khalayak mempunyai penafsiran tersendiri
atas berita. Khalayak dalam pandangan
konstruksionis bukan dilihat sebagai subjek
yang pasif. Ia juga subjek yang aktif dalam
menafsirkan apa yang dia baca. Makna dari
suatu teks oleh pembacartya sebagai suatu
praktik penandaan. Karenanya, setiap orang
bisa mempunyai pemaknaan yang berbeda
atasteks yang sama.
,T4
Amtisis Framing merupakan salah satu
lan
kedua berhubungan dengan bagaimana dan
dengan perangkat apa sebuah fakta/realitas
ditulis. Fakta mana yang perlu ditonjolkan
dengan penekanan sehingga mendapatkan
Elg
6!E*rr*lisis
Eka
mdilnlam konstnrksionis. Ada dua karakteristik
uti
@@ dri pendekatan konstruksionis
ftai
mfrlu@ t?011: 47-51). Pertama, pendekatan
&mro'rrlrsisai5 menekankan pada politik
perhatian yang lebih besar, dan mana yang tidak.
6p!@hean dan proses bagaimana seseorang
rronfrmm gambaran tentang realitas. Makna
lih[ffi s.&rtu proses aktif yang ditafsirkan
Gmsr'&Eg dalam suatu pesan. Kedua,
framing banyak mendapatkan pengaruh dari
lapangan sosiologi dan psikologi. Dalam
dimensi sosiologi, frame dilihat terutama untuk
menjelaskan bagaimana organisasi dari ruang
berita dan pembuat berita membentuk berita. Ini
menempatkan media sebagai organisasi yang
kompleks yang menyertakan di dalamnya
praktik profesional. Dengan demikian,
menempatkan berita sebagai institusi sosial.
ban
dan
flan
lsini
@u
teks yang berada dalam kategori
menurut
gpdckatan konstruksionis
pliti
memandang
n-f;r-'trl*rt komunikasi sebagai proses yang
drif,iir!tu Dengan demikian, kegiatan penelitian
Lian.
n,qmrrmkqionis ini harus memperhatikan konsep-
Ean
:
rang
Egan
hmpsebagaiberikut.
[- Tujuan penelitiannya adalah
Sementara dimensi psikologis menekankan pada
mrekonstruksi realitas.
Peneliti sebagai fasilitator keragaman
strategi yang dilakukan wartawan untuk
menekankan dan membuat pesan menjadi
bermakna, lebih mencolok, dan diperhatikan
ibjek
alau
Skan
lgori
3-
zubjektivitas.
3.
dan
tcda.
yang
rYang
ibeda.
negosiasi antara teks dan peneliti.
4-
Temuan adalah interaksi antarapeneliti
psikologis, orang cenderung menyederhanakan
5-
diteliti.
Pemfsiran bagian yang tak terpisahkan
dalamanalisis.
realitas dan dunia yang kompleks itu bukan
hanya agar lebih sederhana dan dapat dipahami,
melainkan juga agar lebih mempunyai
Menekankan e'mpati dan interaksi
perspektif tertentu.
dial ektis antara peneliti dan teks.
Salah satu fokus Analisis Framing
adalah skema individu. Tentang 'penjelasan
Analisis Framing ini dikutip dari Eriyanto
(201l:1 01-108). Seseorang akan melihat
peristiwa dan gagasan, dalam pandangan
tertentu, perspektif tertentu. Pandangan dan
perspektif inilah yang menentukan bagaimana
pesan dikonstruksi dalam bingkai atau
rtan objek yang
6-
lsingyang
\'!akna suatu teks adalah hasil dari
publik. Penonjolan pesan pada taraf awalnya
tidak dapat dilepaskan dari psikologi. Secara
heliti
i
7-
Kualitas penelitian diukur dari otensitas
den refl eksivitas temuan.
:ndiri
hgan
nrbjek
idalam
n
dari
\
I
suatu
I OftUllg
rcrbeda
Di samping itu, lanjut Eriyanto, analisi
lain Eriyanto (2011:
8!-99I menjelaskan, ada dua aspek dalam
fuming. yaitu memilih fakta/realitas dan
muliskan fakta/realitas tersebut. Aspek
pErma berhubungan dengan proses pemilihan
hkts )"ang didasarkan atas asumsi atau
prryektif. Fakta mana yang dipilih dan fakta
Pada bagian yang
lnffira vang harus disingkirkan. Sedangkan aspek
pandangan tertentu. Dengan demikian, semua
konstruksi dan frame ini dalam perspektif
individu. Artinya, dalam perspektif individu,
frame dapat kita tempatkan dalam perspektif
Didqlfritw, Vol. 20, Nomor
6
bagaimana seseorang mengkonstruksi pesan'
Konsep yang dapat kita gunakan adalah skema
(atau skemata) sebagaimana berikut ini :
l.
Simplifikasi; realitas yang komplek dan
rumit akan disederhanakan melalui
perspektif seseorang sehingga menjadi
dan sering digunakan. Sema
halnya dalam skenario, dunia
diandaikan seperti layaknya sebuah
lakon atau drama. Berbagai peristiwa,
alurceritayangruntut.
perilaku, dan orang dimasukkan dalam
skrip dan tata aturan tertentu sedemikian
Klasifikasi; dunia ini digambarkan
sebagai sesuatu yang beraturan atas
rupa sehingga membentuk
kesatuan. Skema sosial
dasar klasifikasi yang dibuat. Peristiwa
bentuk, yaitu: skema Peran dan skema
personal.
Skema tekstual; skema ini berhubungan
dan fenomena yang komPleks akan
nampak berbeda, beraturan, dan
bermakna karena ditempatkan dalam
skema klasifikasi berdasarkan jenis, ciri,
2.
suatu
ini adabeberapa
dengan skema teks.
Ini umumnya
dankarakteristiknYa.
dipakai untuk menafsirkan teks. Ada tiga
bentuk skema tekstual, yaitu: genre'
Generalisasi; skema ini berhubungan
dengan skema klasifikasi, Sekumpulan
media.
peristiwa dan manusia tidak saja
dibedakan dengan kumpulan peristiwa
atau manusia lain berdasarkan
klasifikasi, tetapi juga ciri-ciri yang
sama yang melekat dalam entitas yang
sama.
4.
ini sering
disebut skrip atau skenario. Seperti
yang ditulis seseorang untuk meletkkan
setiap kejadian atau fenomena dalam
3.
September 2014
menggunakan struktur kognitifnya untuk
memandang dunia. Ada beberapa skema untuk
itu, sebagaimana berikut ini.
l. Skema sosial; skema ini paling banyak
sederhana dan bermakna. Kerangka
perspektif itu mirip sebuah skenario
2.
l,
:
Asosiasi; skema
ini
menghubungkan
kode-kode, dan gambaran umum dari
3. Skema Ideologis; skema ini
berhubungan dengan asumsi ideologis
yang implisit terdapat dalam teks'
Seseorang akan menggunakan skema
dan kepercayaat dirinya sendiri untuk
melihat dan menafsirkan relitas, di
antaranYaYangadadalamteks. i
antara satu peristiwa dan peristiwa lain,
antara seseorang dengan orang lain.
Dunia yang tampak komplek dan carut
marut dibuat beraturan dan saling
berhubungan.
Ada beberapa macam skema Yang akan
mengorganisir pengetahuan dan pengalaman
seseorang dan mendikte bagaimana seharusnya
realitas dilihat. Bagaimana seseorang
PEMBAHASAN
1. Alternatif MetodeAnalisis Framing dalam
Analisis Sastra
MeskiPun metode Analisis Framing
dipakai dalam lapangan ilmu komunikasi, tetapi
dalam konteks pengembangan studi sastra,
metode tersebut dapat diujicobakan dalam
analisis sastra. Seberapa jauh metode analsis
,t1
,ffim*
P
ffrhtro qimfi tidak menjadi kerangka
lffiilur ,nlnlttqi(E[r!?. Analisis Framing Sastra
tffip &
rd konstnrktivis yang bersifat
lik
r
Ido&ll.,lrnlisis Framing Dalam Penelitian Sastra
Pada tahap kedua Analisis Framing
sastra, fokus analisisnya mengarah pada skema-
Di
^h flI r msrr-unsur karya sastra apa sap
U m ilmmn"iqgk-rFilrrn dalam karya sastra sebagai
skema yang digunakan pengarang dalam
mengkonstruksikan gambaran realitas dalam
karya sastra. Skema-skema tersebut dapat
menggunakan skema dalan metode Analisis
Framing media, namun demikian dapat
Dh-
Ithaffiem* realitas; (2) unsur yang mana yang
membuka ruang bagi temuan skema-skema yang
hd
rol
WlfuLumean
dan ditonj olkan oleh pengarang
lain. Mengingat hakikat karya sastra sebagai
obyekAnalisis Framing berbeda dengan hakikat
litas
ffihrah strategi kewacanaan; dan (3)
thilririiiililnilrln iaringan yang menghubungkan
ilmn-inmmqrrrr' tersebut sehingga membentuk
rmfur @"a sastra. Unsur'unsur tersebut
ril!iltrum lmas dr.ra jenis, yaitu: unsur cerita dan
sm
rm
[-nsur cerita seperti tokoh, setting,
Titik berangkat analisis tahap kedua
ihr.
tmtun@- slasana, waktu, alur, dan sebagainya.
*in,i[hlrn8[bn!1 Insur bahasa dapat berupa kata,
adalah hasil-hasil analisi s tahap pertama. Tanpa
tahap pertama tidak mungkin analisis terhadap
fl;
- kilr'rn^t, kutipan teks, metafora, pendapat
skema dapat dilakukan. Fakta-fakta realitas yang
jryon, istilah teknis, dan sebagainya.
tersebut diperlakukan sebagai fakta
dipilih dan diungkapkan dalam karya sastra,
beserta sistem jaringan yang membangun
ktrEna mengacu pada gambaran realitas
strukturnya, merupakan suatu konstruksi realitas
rut
tg
EN
Fdi
75-
rgai
*art
eks
rflrmf,mrmnrn
kerangka berpi kirny a.
fr!ffirriq *nelisis pada tahap awal ini
l*ttlu
frmnfrnnqa
rf,,lrnmrrr
qssl'
Eya.
Emnft,m
Fih
dfulls
aya
*an
d:]hr@,asastra.
media, maka dimungkinkan terdapat skemaskema lain yang diketemukan dalam analisis.
Hal itulah salah satu temuan dalam Analisis
Framing sastra pada tahap kedua.
yang dilihat atau dipandang oleh pengarang. Hal
Temuan yang hendak diraih dalam tahap
itu merupakan hasil analisis tahap pertama. Di
Etas,
mdfl M adrlah, konsep sistem jaringan antar
situlah akan diketemukan bagaimana pengarang
rlam
rrtlnplrlni-emisrrr
dalam karya SaStra dan antafa UnSUf-
mengambil posisinya sebagai pemandang
[sur-
,liliiipmur!?
rlitas
ngan
tersebut dengan
r&litas di luar
karya
terhadap realitas itu. Sekaligus hal ini mengarah
mir..e Temuan ini akan menjelaskan bagaimana
rll'rn'reBi $acana sastra dalam kaitannya dengan
pada skema-skema yang dikembangkan oleh
i luar
lang digambarkan. Sekaligus sebagai
iuriiMk rnalisis pada tahap selanjutnya. Jika
'dt:ihagankan akan nampak sebagai
Ektif-
ilmrtfiruf
rlain,
alitas
nrarffirm*q
:berangkat
pengarang dalam karya sastra yang
diciptakannya. Dalam tahap ini teori skema
dalam metode Analisis Framing media dapat
digunakan untuk memahami dan menjelaskan
skema yang dipakai oleh pengarang. Namun
mstra
demikian, dapat terj adi bahwa teori skema media
lebih
tidak cukup relevan atau kurang memadai untuk
hlitas
menjelaskan karya sastra sebagai obyek analisis.
sastra
Modivikasi dilakukan dalam kerangka analisis
ilalam
teori substantif.
l13!
I.
Sinem
lailngan dalam Metode Analkis Framing Sastra
Didahilra,
t2
20, Nomor
1, September 2014
Tahap analisis ketiga adalah memahami
dalam suatu prosedur operasional
skema-skema konstruksi realitas yang
tertentu. Dalam pengertian lain, Analisis
dikembangkan pengarang secara sosiologis dan
Framing melihat bagaimana pengarang
psikologis. Dalam dimensi sosiologis, karya
dan karya sastra membingkai dan
mengkonstruksi realitas yang pada
sastra ditempatkan pada kedudukannya sebagai
gilirannya disodorkan kepada
institusi sosial. Artinya, karya sastra dijelaskan
dalam hubungannya dengan institusi sosial
lainnya, pembaca, dan masyarakat yang
melatarbelaknginya. Karya sastra dalam
kedudukannya tersebut dipahami sebagai
pembacanya.
2.
Dalam implementasinya, Analisi
produk sosiokultural masyarakat, bukan semata-
Framing Sastra terdiri atas tiga tahap,
yaitu: Tahap Analisis Struktur, Tahap
Analsis Skematis, dan Tahap Analsis
mata produk pengarang sebagai individu.
Konteks Sosiopsikologis.
atalu
terdiri atas:
a. unsur-unsur karya sastra (struktur
naratif) apa saja yang diungkapkan
frame-frame yang digunakan pengarang untuk
melihat dan memandang realitas. Dalam analisis
dalam karya sastra dalam kaitannya
dengan fakta-fakta realitas (struktur
tahap ketiga ini bantuan disiplin sosiologi dan
obyektiO;
Sedangkan dimensi psikologi analisia framing
sastra mengarah pada struktur kognitif yang
melandasi terbangunnya skema-skema
psikologi akan sangat membantu. Khususnya
dalam hal memberikan pengertian-pengertian
3.
Tiatrap analisis struktur
b.
unsur yang mana yang lebih
ditekankan dan ditonjolkan oleh
dalam kaitannya dengan konstruksi realitas yang
pengarang sebagai sebuah strategi
diungkapkan pengarang dalam karya sastra.
kewacanaan; dan
c.bagaimana jaringan Yang
KESIMPULANDAN SARAN
menghubungkan unsur-unsur tersebut
Kesimpulan
sehingga membentuk struktur karya
o
Berdasarkan pembahasan di atas berikut
ini dapat dikemukakan beberapa simpulan:
1.
I
Vol.
sastra. Unsur-unsur naratif terdiri atas
dua jenis,
yaitu: unsur cerita dan unsur
ModelAnalisisFramingyangdigunakan
dalam analisis sastra berada Pada
paradigma konstruktivis. Namun
bahasa. Unsur cerita seperti toltoh,
demikian, dalam hirarki struktur
unsur bahasa dapat berupa kata, frase,
keilmuan, Analsis Framing bukan dalam
kalimat, kutipan teks, metafora,
tataran sebagai sebuah teori formal,
melainkan sebagai sebuah metode.
pendapat umum, j argon, istilah teknis,
Sebagai sebuah metode, Analisis
diperlakukan sebagai fakta realitas
karena mengacu pada gambaran
Framing menjadi cara memahami dan
mendekati realitas (obyek;
krya
sastra)
setting, peristiwa, suasana, waktu,
alur, dan sebagainya. Sedangkan
dan sebagainya. Kedua unsur tersebut
realitas di luarkarya sastra.
WlAnalisis
)t1
Framing Dalam Penelitian Sastra
kns
Uffiry mralisis keduq Analsis Skematis,
fufukta realitas yang dipilih dan
Eg
JffiirnrnwkT&en dalam
karya sastra, beserta
il@
fififificm .laringan
yang membangun
rda
rda
merny4
Ed
,ffi,,
merupakan suafu konstruksi
I'ang dilihat atau dipandang oleh
@uang. Hal itu merupakan hasil
munilimas
mmilliqi< tahap pertama.
Di situlah
akan
13
DAFTARPUSTAKA
Eriyanto. (2001). Analisis Wacana Pengantar
Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS
PelangiAksara
-(2009). Metode Analisis Framing.
Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara
Ratna, Nyoman Kutha. (2007). Teori, Metode,
dan Teknik P enelitian
Sastra.
rlisi
hry,
sap
,difrkqremukan bagaimana pengarang
mcngambil posisinya sebagai
(2005). Sastra dan Cltura Studies,
alsis
pcmandang terhadap realitas itu.
Representasi Fiksi dan Fakta.
Sckaligus hal ini mengarah pada skema-
Yo gyakarta : Pustaka Pelaj ar.
sikema
Yo gyakarta : Pustaka Pelaj ar.
yang dikembangkan oleh
(2003).
P aradi gma So s iolo gi Sastr a.
pkan
Feogarang dalam karya sastra yang
fficiptakannya. Dalam tahap ini teori
trnya
seEma dalam metode Analisis Framing
*tur
media dapat digunakan untuk
Roekminto. (2008). Makalah Konferensi
Internasional Kesusastraan XIX /
HI SKI,Batu, l2-l 4Agustus 2008).
mEmahami dan menj elaskan skema yang
Rosidi, Sakban. (2007). Analisis Wacana Kritis
lebih
dipakai oleh pengarang. Namun
, oleh
demikian, dapat terjadi bahwa teori
$kcma media tidak cukup relevan atau
huang memadai untuk menjelaskan
@-a sastra sebagai obyek analisis.
itodivikasi dilakukan dalam kerangka
*rral i 5i5 lssri substantif.
Pada tahap andlisis ketiga, Analisis
Konteks sosiopsikologis, memahami
skema-skema konstruksi realitas yang
Sebagai Paradigma Kajian Wacana,
Makalah pada Sekolah Bahasa,
&hr
lategi
ran g
rsebut
'karya
iri atas
iunsur
tokoh,
waktu,
5"
dikembangkan pengarang secara
mgkan
sosiologis dan psikologis. Diperlukan
Lfrase,
ilafora,
modivikasi dengan teori-teori dalam
disiplin sosiologi dan psikologi untuk
Iteknis,
menganalisis karya sastra pada tahap ini.
prsebut
/realitas
Kedua disiplin tersebut menjadi teori
komplemen bagi Analisis Framing
mbaran
silstra.
Yo gyakarta : Pustaka Pelaj ar.
Universitas Islam Negeri Malang,
15
Desember2007.
Suroso dkk. (2009). Kritik Sastra, Teori,
Metodologi, dan Aplikasi. Yogyakarta:
ElmateraPublishing.
Teew, Andreas.
(1984). Sastra dan llmu Sastra.
Jakarta:Pustaka
Jaya.
Wellek, Rene & Austin Warren. (1990). Teori
Ke
sus
a s t r a an. J
akarta: PT Gramedia.