FUNGSI MUSEUM DALAM MENINGKATKAN PEMAHAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin hari perkembangan teknologi semakin pesat. Namun,
perkembangan teknologi tersebut membuat banyak orang yang melupakan
sejarah perkembangan teknologi itu. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin
menurunnya minat atau ketertarikan mengenal dan mempelajari sejarah masa
lalu dan perkembangannya hingga dapat menjadi sekarang ini. Padahal
keberhasilan suatu Negara adalah jika warga negara dapat menghargai sejarah
Negara tersebut.
Sejarah selalu menyertai perjalanan suatu bangsa, meski pada
kenyataannya hanya sebagian kecil saja dari orang-orang yang menjadi
bagian dari bangsa tersebut yang memahami perjalanan sejarah dari
bangsanya. Kenyataan inilah yang menjadi persoalan dihampir semua Negara
termasuk Indonesia, yakni banyaknya masyarakat terutama remaja masa kini
yang kurang memahami sejarah bangsa. Akibatnya, rasa nasionalisme sedikit
demi sedikit terkikis, sehingga muncul ketidakpedulian terhadap nasib
bangsanya sendiri dan cenderung memikirkan nasib dirinya sendiri.
Minat masyarakat khususnya generasi muda masih kurang untuk
mengunjungi Museum sebagai sumber pembelajaran, terutama berkaitan
dengan sejarah perkembangan manusia, budaya dan lingkungannya,
1
mengingat Museum sebagai ruang transfomasi nilai warisan budaya bangsa
dari generasi terdahulu kepada generasi sekarang. Generasi masa kini harus
mampu memahami dan belajar dari pengalaman sejarah. Dengan memahami
pentingnya belajar dari pengalaman sejarah, diharapkan pijakan untuk
membangun masa kini dan masa depan menjadi terarah. Berdasarkan
pemahaman tersebut, pendidikan sejarah sangat penting diberikan kepada
generasi muda dalam rangka membangun pemahaman yang berspektif waktu
dan memori bersama. Melalui pendidikan sejarah diharapkan remaja dapat
mempertajam wawasan kebangsaan baik ke luar maupun ke dalam kesatuan
sosial mereka. Hal ini penting dalam rangka memperkuat dorongan
kebersamaan untuk mencapai cita – cita bangsa setelah belajar dari
pengalaman masa lalu (Ayatrohaedi, 1985) Oleh karena itu kesadaran sebagai
satu bangsa perlu di bina terhadap generasi muda agar jiwa patriotisme dan
nasionalisme mereka dapat tumbuh sebagai modal pembangunan dalam
mengisi kemerdekaan.
Belajar sejarah memberikan manfaat bagi manusia. Manfaat belajar
sejarah secara garis besar ada dua yaitu manfaat intrinsik dan ekstrinsik.
Manfaat instrinsik antara lain; sejarah sebagai ilmu, sejarah sebagai cara
mengetahui masa lalu, sejarah sebagai pernyataan pendapat dan sejarah
sebagai profesi. Sedangkan manfaat ekstrinsik terkait dengan proses
penanaman nilai, proses pendidikan.
2
Namun
sayangnya
pengajaran
sejarah
sebagai
sarana
menginternalisasikan nilai-nilai, belum dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Kurikulum yang ditetapkan pemerintah masih sarat dengan identitas sejarah
sebagai materi hapalan dan sarat dengan bahan ajar. Akibatnya pengajar/guru
kesulitan mengembangkan pembelajaran yang dinamis.
Akhirnya pembelajaran menjadi kurang bermakna, karena kegiatan
pembelajaran condong mengejar materi daripada mendorong makna
memahami dan menghayati makna pelajaran yang sedang di pelajari.
Pengembangan pembelajaran sejarah cenderung kognitif, model pembelajaran
ekspositoris menyebabkan siswa bosan mempelajari sejarah. Di samping itu
penganaktirian mata pelajaran sejarah di sekolah, juga memberikan kontribusi
yang besar dalam menciptakan pembelajaran sejarah menjadi seolah “tak
bermakna”.
Dewasa ini, museum-museum baik di Indonesia maupun di dunia
telah mengalami suatu perkembangan. Museum tidak lagi ingin disebut
sebagai ‟gudang‟ tempat menyimpan barang-barang antik seperti anggapan
masyarakat pada umumnya, tetapi museum berusaha untuk menjadi tempat
dimana pengunjung dapat merasakan suatu suasana dan pengalaman yang
berbeda, yang hanya akan mereka dapatkan jika mereka berkunjung ke
museum. Museum juga diharapkan mampu menjadi mediator yang tidak
membedakan kebudayaan antardaerah, tetapi tercipta peradaban yang
multikultural, yaitu menjadikan perbedaan budaya menjadi suatu warna yang
3
meramaikan khasanah kebudayaan bangsa sebagai identitas bangsa. Itulah
peran museum. Perubahan ini membuat peran museum berkembang menjadi
tempat reservasi, penelitian dan komunikasi, yang tujuannya untuk
menyampaikan misi edukasi sekaligus rekreasi kepada masyarakat (Weil,
1990; Hooper-Greenhill, 1994:140).
Perubahan tersebut juga membuat misi edukasi yang diemban oleh
museum mengalami pergeseran. Selama ini, peran edukasi museum adalah
untuk menyampaikan misi pendidikan mereka kepada anak-anak, namun,
dengan perubahan paradigma, maka museum juga harus dapat menyampaikan
misi edukasinya itu kepada semua lapisan masyarakat khususnya para remaja
masa kini yang sudah terpengaruh budaya luar. Museum tidak hanya sekadar
menjadi tempat untuk mendidik masyarakat, tetapi menjadi tempat
pembelajaran, yang termasuk di dalamnya tempat di mana pengunjung dapat
memperoleh pengalaman dan pengetahuan sejarah (Ambrose dan Paine,
2006:46 -48).
Dengan pemahaman museum yang demikian itu, museum akan punya
makna lebih menyentuh persoalan sosial, ekonomi, budaya, dan politik
masyarakatnya. Hanya dengan makna yang demikian, museum akan lebih
dikenal masyarakat terutama remaja masa kini yang hampir melupakan
sejarah. Museum tak lagi menjadi rumah tua yang hanya berisi barang tua
yang tak memiliki relevansi makna dengan kehidupan masyarakat.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti sejarah?
2. Potensi apa yang dimiliki museum yang dapat dikembangkan menjadi
objek pembelajaran?
3. Apa manfaat museum terhadap pembelajaran sejarah?
4. Mengapa museum berperan penting sebagai media pembelajaran?
5. Bagaimana apresiasi remaja terhadap museum?
6. Bagaimana upaya untuk meningkatkan minat remaja mengunjungi
museum?
7. Bagaimana cara mengemas museum semenarik mungkin supaya tidak
membosankan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui arti sejarah.
2. Untuk mengetahui potensi museum yang dapat dikembangkan menjadi
objek pembelajaran.
3. Untuk mengetahui manfaat museum terhadap pembelajaran sejarah.
4. Untuk mengetahui peran museum sebagai media pembelajaran.
5. Untuk mengetahui seberapa besar apresiasi remaja terhadap museum.
5
6. Untuk mengetahui upaya meningkatkan minat remaja mengunjungi
museum.
7. Untuk mengetahui cara mengemas museum semenarik mungkin supaya
tidak membosankan.
6
BAB II
FUNGSI MUSEUM DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN
SEJARAH BAGI REMAJA MASA KINI
2.1 Pengertian Sejarah
Kata sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajarotun yang berarti
pohon kayu. Pohon dalam pengertian ini merupakan suatu simbol yaitu
simbol kehidupan. Di dalam pohon terdapat bagian-bagian seperti batang,
ranting, daun, akar, dan buah. Bagian-bagian dari pohon itu menunjukkan
adanya aspek-aspek kehidupan yang satu sama lain saling berhubungan untuk
membentuk sesuatu itu menjadi hidup. Ada dinamika yang bersifat aktif.
Dinamika ini terus menerus terjadi beriringan dengan waktu dan ruang di
mana kehidupan itu ada. Lambang pohon itu menunjukkan adanya
pertumbuhan dan perkembangan.
Dalam bahasa Indonesia juga ternyata banyak ditemukan istilah-istilah
yang mengarahkan kita kepada pemahaman tentang pengertian sejarah seperti
babad dalam bahasa Jawa, tambo dari bahasa Minangkabau, pustaka, dan
cerita. Kata babad menurut Pigeud berarti cerita sejarah. Selain itu, kata
babad dapat pula diartikan dalam bahasa Jawa yang berarti “memangkas”.
Hasil dari pembabadan ini ialah suasana terang. Kalau babad dikaitkan
dengan kata sejarah, berarti sejarah itu bertugas memberikan penerangan
tentang suatu keadaan.
7
Sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan suatu perputaran jatuh
bangunnya seorang tokoh, masyarakat dan peradaban (Herodotus, 1989:24).
Menurut Aristoteles (1989:26), sejarah merupakan satu sistem yang
meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada
masa yang sama, menurut beliau juga sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa
lalu yang mempunyai catatan dan bukti-bukti yang konkrit.
Menurut E.H. Carr (1989: 22), sejarah adalah dialog yang tak pernah
selesai antara masa sekarang dan lampau, suatu proses interaksi yang
berkesinambungan antara sejarawan dan fakta-fakta yang dimilikinya.
Menurut Kuntowijoyo (1999:7), sejarah menyuguhkan fakta secara
diakronis, ideografis, unik, dan empiris. Bersifat diakronis karena
berhubungan dengan waktu. Sejarah bersifat ideografis karena sejarah
menggambarkan, menceritakan sesuatu. Bersifat unik karena berisi hasil
penelitian tentang hal unik. Selain itu juga bersifat empiris artinya sejarah
bersandar pada pengalaman manusia yang sungguh-sungguh.
Pengertian sejarah menurut Muthahhari (1999:12), ada tiga cara
mendefinisikan sejarah dan ada tiga disiplin kesejarahan yang saling
berkaitan, yaitu:
a. sejarah tradisional (tarikh naqli) adalah pengetahuan tentang
kejadian-kejadian,
peristiwa-peristiwa
dan
keadaan-keadaan
8
kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya dengan keadaankeadaan masa kini.
b. sejarah ilmiah (tarikh ilmy), yaitu pengetahuan tentang hukumhukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau yang
diperoleh melaluipendekatan dan analisis atas peristiwa-peristiwa
masa lampau.
c. filsafat sejarah (tarikh falsafi), yaitu pengetahuan tentang
perubahan-perubahan bertahap yang membawa masyarakat dari
satu tahap ke tahap lain, ia membahas hukum-hukum yang
menguasai perubahan-perubahan ini. Dengan kata lain, ia adalah
ilmu tentang menjadi masyarakat, bukan tentang mewujudnya saja.
Menurut Moh. Hatta, Sejarah dalam wujudnya memberikan
pengertian tentang masa lampau. Sejarah bukan sekadar melahirkan
ceritera dari kejadian masa lalu sebagai masalah. Sejarah tidak sekadar
kejadian masa lampau, tetapi pemahaman masa lampau yang di
dalamnya
mengandung
berbagai
dinamika,
mungkin
berisi
problematika pelajaran bagi manusia berikutnya.
Menurut Drs. Sidi Gazalba, sejarah sebagai masa lalu manusia dan
seputarnya yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta
masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan
kefahaman tentang apa yang berlaku.
9
Menurut
Ismaun
(1999:18),
Sejarah
adalah
suatu
ilmu
pengetahuan tentang kisah mengenai peristiwa-peristiwa yang benarbenar telah terjadi atau berlangsung dalam segala aspeknya pada masa
yang lampau. Sejarah merupakan catatan atau rekaman pilihan yang
disusun secara teliti tentang segala aspek kehidupan umat manusia pada
masa lampau.
2.2 Potensi yang Dimiliki Museum yang Dapat Dikembangkan Menjadi
Objek Pembelajaran
Museum memiliki potensi luar biasa untuk pengembangan dan
dorongan terhadap pencapaian pendidikan multikultur. Peran museum
menghadirkan berbagai dimensi budaya manusia dari setiap ruang dan waktu.
Bagi sekolah, museum merupakan tempat dimana orang mengumpulkan,
memajang dan saling tukar berbagai fragmen. Banyak perhatian yang bukan
pada topik manusia, seperti ekologi padang pasir, dan ada pula yang
memusatkan perhatian pada orang dari sisi perbedaan budaya atau sisi
kehidupan. Museum memiliki banyak benda riil, replika, tempat, serta
peristiwa adalah penting sebagai tempat proses belajar dan mengajar.
Fungsi museum sebagai tempat pendidikan, penelitian, pelestarian,
dan rekreatif menunjukkan bahwa museum memiliki potensi yang besar
untuk dikembangkan. Potensi tersebut seharusnya dioptimalkan semaksimal
mungkin. Tujuannya agar publik tertarik untuk mengunjungi museum dan
dapat meningkatkan pendapatan bagi daerah. Motivasi pengunjung untuk
10
tujuan pencarian informasi sebagai pembelajaran dan kesenangan merupakan
alasan kuat mengapa potensi museum perlu dioptimalkan. Motivasi kuat
untuk mengunjungi museum adalah untuk tujuan hiburan dan kesenangan
(Kelly, 2007 : 30).
Museum tidak terlepas dari peran koleksi sebagai inti dari sebuah
museum. Informasi yang dibutuhkan oleh publik disampaikan melalui
informasi yang ada pada koleksi. Koleksi adalah benda pembuktian sejarah
alam, budaya manusia dan lingkungannya. Oleh karenanya perlu ditegaskan
bahwa koleksi museum memiliki tiga ciri umum, yaitu koleksi tersebut
berwujud benda, artefak, atau barang-barang yang memiliki nilai budaya
(culture value), koleksi tersebut berasal dari ‘masa lampau’, koleksi tersebut
harus disusun sedemikian rupa sesuai dengan keinginan kurator (Haryono,
2001:81-82).
mencakup
Koleksi museum tersebut dapat diklasifikasikan yang
geologika/geografika,
biologika,
etnografika,
arkeologika,
historika, numismatika dan Heraldika, filologika, keramologika, koleksi seni
rupa, dan teknologika.
Museum pada dasarnya adalah wadah pelestarian nilia-nilai luhur
warisan budaya. Museum berfungsi sebagai media pendidikan kebudayaan
bangsa dan sebagai tempat wisata budaya yang dapat menimbulkan
pemahaman dan rasa ikut memiliki unsur-unsur dan aspek budaya bangsa.
Museum memberikan informasi berupa aspek kesejarahan, kebudayaan suatu
bangsa. Informasi yang terdapat pada museum adalah informasi ilmiah karena
informasi melalui koleksi yang dipamerkan adalah hasil penelitian yang
11
dilakukan para peneliti. Dengan demikian museum juga merupakan pusat
studi warisan budaya dan pusat informasi edukatif.
Dengan demikian, secara langsung atau tidak langsung hal ini
menyebabkan
semakin
penting
dan
strategisnya
peran
museum.
Bagaimanapun museum merupakan bagian yang berpotensi menjembatani
budaya tinggalan sejarah dan budaya kehidupan masyarakat dalam setiap
dimensi ruang dan waktu. Keseluruhannya merupakan bagian yang sangat
penting dalam menentukan kapasitas penguasaan dari apresiasi wisatawan
sebagai aktor sosial atas “modal” budaya mereka.
2.3 Manfaat Museum Terhadap Pembelajaran Sejarah
Remaja jaman sekarang tidak mengenal sejarah kotanya sendiri yang
padahal merupakan tempat kelahiran mereka. Museum merupakan sarana
untuk mengembangkan budaya dan peradaban manusia. Dengan kata lain,
museum tidak hanya bergerak di sector budaya, melainkan dapat bergerak di
sektor pendidikan, ekonomi, politik, sosial, dan sebagainya.
Manfaat museum bagi anak remaja tak hanya sebagai representasi
sejarah, sarana rekreasi dan media pendidikan saja. Selain sifatnya yang
dirasa langsung ketika berkunjung ke museum, manfaat lainnya yakni berupa
kesadaran akan pentingnya sejarah dan peradaban suatu bangsa sebagai media
representasi bagi generasi di masa yang akan datang.
12
Sebagai contoh manfaat museum bagi pembelajaran sejarah, Indonesia
mempumyai beberap museum yang bersejarah, dalam museum tersebut
terdapat koleksi dari zaman ke zaman .Melalui kelengkapan koleksi dalam
berbagai museum tesebut kita dapat mengetahui sejarah bangsa kita.
Museum atau gedung yg digunakan sbg tempat untuk pameran tetap bendabenda yg patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni,
dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno dari seluruh pelosok negeri kita
ini.
Menurut Drs. Moh. Amir Sutaarga dalam bukunya yang berjudul:
“Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum”, arti museum itu tetap
mengingatkan
kita
kepada
kuil
di
jaman
Yunani
klasik
tempat
persembahyangan dan pemujaan ke 9 dewi Muze, lambang-lambang pelbagai
cabang ilmu dan kesenian. Ke 9 dewi Muze itu sebagai anak Zeus, dewa
utama dalam pantheon Yunani kiasik dijadikan lambang pelengkap pemujaan
manusia terhadap agama dan ritual yang ditujukan kepada Zeus. Jadi
sekalipun fungsi-fungsi museum berobah dan zaman ke zaman sesuai dengan
kondisi dan situasi zamannya, tetapi hakekat pengertian museum tetap tidak
berubah. Landasan ilmiah dan kesenian tetap menjiwai arti museum sampai
sekarang.
Kita juga harus mengetahui fungsi museum, menurut ICOM
(International Council of Museeum), tugas dan fungsi museum antara lain :
13
(1) Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya.
(2) Dokumentasi dan penelitian ilmiah.
(3) Pengenalan dan penghayatan kesenian.
(4) Pengenalan kebudayaan antara daerah dan antarbangsa.
(5) Visualisasi warisan alam dan budaya.
(6) Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.
(7) Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Tugas dan fungsi museum di atas dapat mewujudkan visi dan misi museum
sebagai pusat informasi budaya suatu daerah di masyarakat, antara lain :
a
Untuk menempatkan pemasaran potensi pariwisata, kebudayaan yang
ada sebagai kalender tetap yang selalu dikunjungi wisatawan baik nasional
maupun internasional;
b
Untuk menggalang dan meningkatkan kerja sama antar museum dan
masyarakat;
c
Untuk menggalang dan meningkatkan kerja sama antar museum dengan
museum daerah yang lain;
d
Mendorong terciptanya peran masyarakat dalam kegiatan untuk
menunjang museum;
e
Meningkatkan kualitas pelayanan dalam upaya pengenalan koleksi-
koleksi museum kepada pengunjung;
14
f
Menggali potensi museum serta mengembangkan sebagai produk dalam
upaya mencapai hasil yang maksimal.
2.4 Peran Penting Museum Sebagai Media Pembelajaran Sejarah
Salah satu yang dapat menjadi media untuk mengenal dan
mempelajari sejarah adalah Museum. Museum adalah cermin sejarah, alam,
dan kebudayaan manusia. Dengan melihat koleksinya, orang akan mengenali
sejarah kebudayaan manusia. Museum merujuk kepada bangunan tempat
menyimpan khazanah sejarah purba atau yang lalu. Museum penting sebagai
tempat kita memperdalam pengetahuan tentang sejarah masa lampau.
Keberadaan museum di Indonesia sangatlah berpengaruh pada kebudayaan
dan nilai-nilai sejarah nenek moyang yang akan dialihwariskan oleh generasi
penerus. Sebagai salah satu aset budaya yang harus diberdayakan seoptimal
mungkin, tentunya fungsi dan manfaatnya harus direalisasikan kepada
masyarakat seperti penunjang pendidikan serta mengajak masyarakat agar
bisa mengenal lebih jauh benda-benda budaya, yang merupakan warisan
leluhur bangsa. Pada akhirnya diharapkan akan timbul rasa peduli, memiliki,
mencintai, dan melindungi benda-benda bersejarah yang ada di Indonesia.
Museum dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Penggunaan
museum sebagai media pembelajaran disebabkan karena kompleksitas media
yang tersedia sebagai penjelasan suatu peristiwa. Hal ini memberikan
berbagai kemudahan dalam memahami benda yang dipamerkan. Kemudahan
yang diperoleh adalah karena di dalam museum telah disediakan berbagai
15
media yang banyak memberikan informasi. Media tersebut dapat berupa
model, realita, tabel, poster, atau sistem multimedia elektronik seperti media
audiovisual.
Manfaat museum sebagai media pembelajaran sejarah tidak dapat
dilakukan secara sembarangan. Dalam prakteknya, hal ini membutuhkan
adanya perencanaan yang matang dan strategi tentang bagaimana
memanfaatkan museum agar terwujud efektivitas pembelajaran.
Berkaitan dengan pemanfaatan museum sebagai media pembelajaran,
ada beberapa hal yang patut untuk diperhatikan, yaitu pemanfaatan museum
dilakukan sesekali waktu saja. Hal ini disebabkan museum hanya bersifat
sebagai penunjang dan media dalam proses pembelajaran. Hal ini juga
disebabkan pemanfaatan media memiliki kelemahan dalam hal persiapan,
ketersediaan, keterjangkauan dan juga pemanfaatan.
Peran museum sebagai media pembelajaran sejarah.
Di sini
pengunjung melakukan aktivitas penikmatan terhadap koleksi melalui
pameran sambil memperoleh ilmu pengetahuan tentang koleksi. Linda Kelly
(2007 : 30) mengatakan bahwa hiburan dan pendidikan muncul sebagai
hubungan simbiotik yang unik di dalam museum supaya menarik dan
mendidik pengunjung yang mampu memenuhi kebutuhan bersenang-senang
dan menghibur. Dalam hal ini, museum dapat dijadikan sebagai daya tarik
bagi para remaja yang ingin memperoleh pengetahuan melalui koleksi dan
tata pamernya dengan nuansa yang rekreatif.
16
2.5 Apresiasi Remaja Terhadap Museum
Apresiasi menurut pengertian umum adalah penghargaan/penilaian
kepada segala sesuatu yang dapat berupa karya tertentu. Biasanya apresiasi
berupa hal yang positif tetapi juga bisa yang negatif. Harapan yang kita
nantikan wujudnya adalah apresiasi dengan setulus hati dalam arti yang
positif. Apresiasi dalam bahasa inggris appreciation ini ibarat pembangunan
image dapat dilakukan ketika indra manusia bekerja, di antaranya mengamati,
membandingkan, dan mempertimbangkan dengan daya nalar.
Banyak anak remaja yang beranggapan bahwa mengunjungi museum
adalah sesuatu yang menyeramkan, membosankan, tidak menarik dan
anggapan lainnya, itu semua karena anak remaja tidak dibiasakan
mengunjungi museum dan minimnya rasa bangga akan sejarah dan budaya
bangsanya yang dikarenakan kuatnya pengaruh negatif dari perkembangan
teknologi yang merubah gaya hidup anak remaja.
Perhatian kita terhadap museum yang merupakan tempat edukasi
kultural ini tentunya bukan justru ‘mematikan’ semangat kita untuk terus
maju mengembangkan museum dengan kata lain apresiasi terhadap museum
harus terus digalakkan. Proporsi yang dapat dilakukan ibarat melakukan
promosi, kita harus outreach jika itu memang kondisi yang dibutuhkan
masyarakat sekarang. Hal ini karena perlu keaktifan terhadap kinerja kita
memahamkan museum sebagai wujud cinta kita pada aspek budaya bangsa.
Langkah ini mengingat fakta bahkan data mengungkapkan bahwa rendahnya
17
apresiasi generasi muda khususnya terhadap museum dewasa ini karena
mereka belum mampu merasakan manfaat kehadiran museum, baik sebagai
lembaga yang melaksanakan tugas pelestarian warisan alam dan budaya,
sebagai tempat pendidikan, ataupun sebagai tempat rekreasi yang
menyenangkan sehingga yang terjadi adalah mereka datang atau berkunjung
ke museum karena instruksi dari sekolah ataupun instansi yang terkait, bukan
suatu kesadaran. Ada beberapa kasus terbukti dari maraknya pencurian dan
pemalsuan BCB di museum mengindikasikan bahwa museum kurang
mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Namun, walaupun demikian kita
tetap harus memberikan apresiasi terhadap kehadiran mereka ke museum
sebagai langkah awal untuk mereka mengapresiasi museum.
Melalui pandangan museum sebagai objek wisata yang menarik dan
menyenangkan, akan meningkatkan apresiasi dan rasa ingin berwisata ke
museum di kalangan anak muda yang datang untuk menyaksikan bendabenda koleksi museum, yang sama halnya dengan berwisata ke taman safari
atau kebun binatang untuk melihat koleksi hewan.
Menggugah apresiasi para remaja terhadap museum apalagi
meningkatkannya bukanlah usaha yang mudah. Namun, minimal semuanya
itu dimulai dari diri sendiri. Keyakinan pada museum yang ditancapkan pada
sanubari diri merupakan ‘ruh’ yang dapat memotivasi bagi orang lain untuk
melakukan hal yang sama. Kepedulian dan keaktifan pribadi pada karya
18
budaya seperti halnya museum merupakan yang harus dilakukan sekarang
juga.
Seperti halnya metode snow ball, menjadikan kita sebagai key person
memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada orang lain untuk mau
memahami peranan museum dengan variasi cara ‘share’ juga merupakan
wujud apresiasi itu sendiri. Seperti halnya metode MLM (Multi Level
Marketing) ataupun mouth to mouth, pengetahuan tentang museum dari
mulut ke mulut juga merupakan cara yang cukup signifikan untuk menggugah
orang lain untuk berbuat sama.
Setelah pengetahuan dan pemahaman telah berada dalam diri
seseorang, kita perlu meyakinkan bagaimana orang tersebut mau berbuat
sama tentunya dengan tingkat kesadaran yang berbeda. Beberapa bentuk ‘do’
berkait dengan hal ini, misalnya mau berkunjung ke museum, mau mengikuti
event-event museum, dan menyebarkan brosur dan tulisan tentang museum.
2.6 Upaya Untuk Meningkatkan Minat Remaja Mengunjungi Museum
Museum tanpa pengunjung adalah gudang barang rongsokan.
Keberadaan museum baru akan membawa makna, apabila museum
dikunjungi oleh anggota masyarakat yang dapat memanfaatkan fasilitas yang
ada di dalam museum itu. Sementara itu, orang tentu tidak akan banyak
datang ke museum, kalau museum tidak peduli pada masyarakat yang
menjadi calon pengunjungnya. Karena itu, museum semestinya dikelola
19
dengan benar-benar mempedulikan masyarakat yang menjadi target kunjung
museum (Tanudirjo, 2009).
Museum selayaknya menjadi wahana pendidikan diluar rutinitas
belajar mengajar. Menurut Philippe, salah satu persoalan yang dihadapi
pengelolaan museum adalah rendahnya minat kunjungan warga. Parahnya,
sebagian pengunjung merupakan “paksawan”, termasuk dalam kelompok ini
adalah murid-murid sekolah yang mengikuti program study tour.
Oleh sebab itu, Philippe menekankan perlunya strategi mediasi yang
disesuaikan dengan karakteristik pengunjung, salah satu metodenya adalah
pengelompokkan berdasar umur. Misalnya, untuk pengunjung berumur 45
tahun atau lebih lebih cocok diberikan bentuk mediasi tulisan. Kelompok
umur 25-40 tahun, mengandalkan mediasi tulisan dan audio visual.
Sedangkan, untuk pengunjung berumur kurang dari 25 tahun, disebut juga
generasi „mesin pencari‟, sangat tidak cocok dengan media tulisan.
Dalam usaha merangkul anak remaja untuk berkunjung serta
berwisata ke museum dan merubah pandangan anak remaja mengenai
berkunjung ke museum merupakan sesuatu yang tidak nyaman, tidak
menyenangkan, seram, serta membosankan, yaitu salah satunya dengan
merubah image museum melalui komunikasi yang dilakukan untuk menjadi
lebih ramah, nyaman dan menyenangkan untuk dikunjungi oleh anak remaja
dan menyajikan program-program edutainment yang dimana anak remaja
dapat belajar sambil sambil belajar mengenai perihal yang terdapat di
museum. Selain anak-anak remaja menjadi senang untuk berkunjung ke
20
museum, mereka juga mendapat tambahan ilmu pengetahuan mengenai
sejarah serta diharapkannya tumbuhnya rasa patriotisme dalam diri mereka
yang dimana anak remaja sebagai generasi pewaris nilai sejarah untuk di
wariskan kepada generasi yang akan datang.
Menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke museum bukan
pekerjaan kecil, karena harus direncanakan dan dilaksanakan secara terpadu
dan menyeluruh. Artinya, upaya menarik pengunjung tidak dapat dilakukan
hanya oleh salah satu bagian dari museum saja (misalnya, kehumasan,
pemasaran, pameran, atau pemandu), tetapi harus melibatkan semua bagian
museum secara bersama-sama dan saling terkait. Itikad untuk menarik minat
pengunjung harus disadari benar oleh seluruh bagian pengelola museum, dari
karyawan pembersih, petugas keamanan, kurator, hingga pemimpin tertinggi.
Hal ini akan dapat semakin dipahami jika kita mengetahui kompleksitas
masalah yang ada terkait dengan minat pengunjung. Uraian di bawah ini
mencoba memberikan sejumlah kiat atau cara menarik pengunjung mulai dari
penciptaan pra-kondisi hingga beberapa petunjuk praktis. Tentu uraian ini,
tidak dapat disampaikan secara rinci benar, tetapi setidaknya dapat
memberikan gambaran umum yang dapat memancing pemikiran untuk
mengembangkan upaya-upaya menarik minat pengunjung di setiap museum.
21
2.6.1 Prakondisi
Sebagaimana pernah dikemukakan, keberhasilan suatu museum
akan ditentukan oleh hubungan baik antara pengelola museum –
pengunjung – koleksi. Terciptanya hubungan yang baik antara ketiga
unsur tersebut harus dijadikan prakondisi untuk menarik minat
pengunjung ke museum. Dalam konteks ini, setidaknya ada tiga hal
yang harus dilakukan oleh pengelola museum sebagai pihak yang
paling bertanggungjawab terhadap keberhasilan museum, yaitu kenali
diri sendiri, kenali sumberdaya yang dimiliki, dan kenali khalayak.
Mengenali diri sendiri berarti harus mengetahui ideologi
museum dan perangkat pelaksanaannya. Ideologi museum adalah visi
dan misi dari museum itu sendiri yang harus ditetapkan dan dipahami
bersama seluruh pengelola untuk selanjutnya dapat dituangkan dalam
kebijakan, strategi, dan program museum. Visi dan misi suatu museum
tentu harus bersifat khas bahkan unik, sehingga museum-nya pun akan
menjadi khas dan tidak ditemui duanya. Dengan demikian, calon
pengunjung tidak mempunyai alternatif lain kecuali berkunjung ke
museum ini. Termasuk upaya mengenali diri sendiri adalah mengetahui
kedudukan museum di tengah masyarakat, para stakeholders, dan di
antara berbagai lembaga kemasyarakatan lain, termasuk lembaga
pesaingnya seperti mall, taman hiburan, dan tempat lainnya yang
banyak dikunjungi orang. Pengelola harus mampu memetakan posisi
22
dan
keterkaitan
dengan
lembaga-lembaga
tersebut,
sehingga
mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada.
Mengenali sumberdaya yang dimiliki berarti mengetahui
dengan rinci sumberdaya apa saja yang dimiliki dan bagaimana
kondisinya, di antaranya prasarana dan sarana yang ada, koleksi
museum, sumberdaya manusia, dan sumberdaya keuangan. Dengan
pengetahuan ini, pengelola akan dapat menentukan strategi dan
program untuk menarik minat pengunjung yang tepat sesuai dengan
kemampuan. Salah satu komponen sumberdaya yang penting dalam
kaitan ini adalah gedung museum. Gedung museum menjadi salah satu
aspek penting untuk menarik minat pengunjung, karena gedung
museum akan memberikan kesan daya tarik pertama bagi pengunjung.
Jika gedung museum terkesan suram, kumuh, dan “biasa-biasa” saja
tentu tidak akan menarik minat berkunjung. Biasanya, gedung museum
dirancang dengan gaya yang khas, menarik, dan mencerminkan filosofi
tertentu. Gedung museum lalu menjadi ” ikon” dan juga “tetenger”
(landmark) di lingkungannya. Museum yang menempati gedung lama
atau cagar budaya pun harus dapat ditampilkan dengan cara khas,
anggun dan menarik, apabila ingin banyak dikunjungi.
Koleksi
museum adalah modal utama. Karena itu, pengelola harus benar-benar
mengetahui benar koleksi museumnya, sehingga dapat menentukan
koleksi apa yang dapat menjadi daya tarik utama museum tersebut.
Museum harus memiliki koleksi andalan (masterpiece) untuk
23
mendatangkan pengunjung. Selain itu, sumberdaya manusia menjadi
unsur yang tidak kalah penting. Pengelola harus tahu kelebihan dan
kekurangan sumberdaya manusia, baik dalam kuantitas, kompetensi,
maupun kinerjanya dari tataran yang paling bawah hingga atas,
termasuk juga apabila memililki sukarelawan atau mitra museum
(Tanudirjo,
2010).
Pemetaan
sumberdaya
manusia
juga
akan
mengetahui perlu tidaknya staff khusus kehumasan dan pemasaran.
Meskipun ada staf khusus kehumasan dan pemasaran, pada hakekatnya
semua staf museum harus juga memahami secukupnya konsep
kehumasan dan pemasaran itu (Dean, 1996)
Mengenali khalayak berarti mencoba mendapat pengetahuan
yang cukup mendalam tentang pengunjung maupun masyarakat calon
pengunjung yang menjadi sasaran (target) bagi museum. Museum
harus tahu pangsa pasar-nya, khalayak seperti apa yang ingin ditarik
minat-nya untuk mengunjungi museum. Apakah museum terutama
ditujukan untuk anak-anak, para remaja, orang dewasa, atau umum
(campuran). Di sisi lain, museum juga harus tahu apa yang dikehendaki
atau harapan masyarakat terhadap museum (Dean, 1996). Karena itu,
berbagai penelitian pengunjung dan masyarakat bukan pengunjung
perlu dilakukan (Tanudirjo, 2009).
Setelah pengelola mengetahui prakondisi museumnya, maka
dapat disusun strategi dan langkah-langkah yang tepat untuk menarik
24
minat pengunjung. Secara umum, strategi itu dapat meliputi berbagai
kiat yang terkait dengan cara-cara membentuk citra museum di tengah
masyarakat,
memperkuat
sajian
dalam
museum,
meningkatkan
pelayanan masyarakat, dan strategi khusus pemasaran museum.
Memang sebagian besar tugas menarik minat pengunjung sebenarnya
terutama menjadi tanggung jawab bidang kehumasan (public relation)
bersama dengan bidang pemasaran. Namun, sayang justru bidangbidang ini umumnya tidak dimiliki oleh museum-museum di Indonesia.
Karena itu, sudah saatnya museum-museum Indonesia memikirkan
tentang masalah ini (Tanudirjo, 2003).
2.6.2 Membentuk Citra di Masyarakat
Minat berkunjung tidak lepas dari citra dan pengetahuan orang
tentang apa yang akan dikunjunginya. Karena itu, membentuk citra
museum yang menarik dan layak dikunjungi perlu dilakukan oleh
museum. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh pengelola
museum. Bekerjasama dengan media setempat atau regional merupakan
salah satu langkah yang cukup strategis untuk membentuk citra
museum dan menyiarkan program-programnya. Cara ini sebenarnya
cukup sederhana dan relatif murah, tetapi tidak banyak museum di
Indonesia yang memanfaatkannya.
25
2.7
Cara
Mengemas
Museum
Semenarik
Mungkin
Supaya Tidak
Membosankan
Perlu adanya revitalisasi dari dalam museum itu sendiri agar dapat
lebih menjual dan membuat masyarakat khususnya anak remaja menjadi
tertarik untuk berkunjung ke museum. Dan menjadikan museum sebagai
tempat yang menarik serta menyenangkan untuk dikunjungi sekaligus sebagai
sarana edukasi dan tempat representasi sejarah yang mampu bersaing dengan
tempat-tempat kegemaran anak remaja lainnya.
Perubahan paradigma dan perkembangan peran edukasi membuat
museum menyadari pentingnya untuk memberi perhatian terhadap apa yang
menjadi kebutuhan pengunjung museum saat ini, dan masyarakat yang
berpotensi menjadi pengunjung museum mereka. Oleh karena itu museum
kemudian memasukkan metode dan strategi pemasaran ke dalam pengelolaan
museumnya.
Strategi pemasaran museum saat ini dianggap dapat menjadi salah
satu jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi oleh museum berkaitan
dengan upaya membuka akses kepada masyarakat luas untuk mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman di museum, sekaligus memenuhi kebutuhan
pengunjung.
Adapun yang perlu dilakukan untuk mengemas museum semenarik
mungkin adalah sebagai berikut:
(1) Revitalisasi Museum merupakan suatu usaha dari pihak pemerintah untuk
memberikan kesan kepada masyarakat terutama para remaja masa kini.
26
Yang selama ini memandang museum itu sebagai suatu tempat
menyeramkan, angker, gelap dan sebaginya. Justru dengan adanya
revitalisasi museum ini diharapkan bisa merubah pandangan yang
sebelumnya. Karena tidak hanya kalangan tua, peminat museum juga
datang dari kalangan muda. Maka dari itu perlu promosi yang lebih
gencar dan penataan obyek yang dipamerkan juga dibuat semenarik
mungkin.
(2) Billboard atau papan besar yang dipasang di tempat strategis merupakan
potensi yang lain untuk meningkatkan daya tarik museum. Bahkan, di
beberapa kota besar dunia, museum juga bekerjasama dengan pelayanan
angkutan umum (bus kota dan taxi) dengan memasang poster pameran
museum pada badan bus atau taxi. Dengan sering melihat poster museum
pada angkutan kota, masyarakat seakan selalu diingatkan keberadaan
museum, sehingga menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.
(3) Pameran di luar museum, baik itu berupa pameran keliling di tempat
strategis dan sekolah, maupun pameran di mall dan tempat keramaian lain.
Pada tataran yang lebih luas, pameran dapat juga dilakukan di museum
lain melalui program kerjasama antar museum, sehingga mereka yang
mengunjungi museum satu dapat mengetahui keberadaan museum lainnya.
Apabila kerjasama dilakukan dengan museum luar negeri, maka akan
berpotensi menarik minat pengunjung dari luar negeri. Kerjasama seperti
ini sudah sering dilakukan di Indonesia, tetapi biasanya kurang
menonjolkan museum tempat asal koleksi yang dipamerkan. Padahal,
27
sesungguhnya cara itu dapat meningkatkan apresiasi dan minat untuk
berkunjung ke museum asalnya.
(4) Public events atau acara-acara yang menarik masyarakat luas di museum.
Misalnya, pameran dan lomba dengan thema tertentu (menggambar,
layang-layang, Harley Davidson, mainan tradisional, iptek mutakhir, dll).
Acara seperti ini akan berhasil jika pilihan themanya diminati oleh
masyarakat luas, tetapi tentu tidak menyimpang dari visi dan misi
museum. Untuk itu, museum perlu melakukan penelitian. Bahkan,
museum dapat memanfaatkan popularitas di bidang lain, misalnya dengan
adanya film Jurasic Park, Night in Museum, Indiana Jones, Ice Age,
National Treasure, Sponge Bob, dan Upin-Ipin untuk mengangkat tema
yang terkait dalam acara yang diminati masyarakat antara lain lomba
membuat model hewan purba, lomba bercerita khayal tentang museum,
menggambar kartun, dan aktivitas sejenis lainnya.
(5) Website pada akhir-akhir ini menjadi salah satu media yang banyak
dipakai untuk meningkatkan citra museum. Di dalam website dapat
ditampilan beberapa contoh koleksi yang menarik atau menjadi
masterpiece museum. Tentu saja tampilan website harus juga menarik,
termasuk menyediakan virtual tour ke museum yang ditampilkan Kini
lembaga Asia-Eropa Foundation (ASEF) telah menyediakan ruang dalam
Website (portal) Culture 306 untuk menampilkan museum-museum yang
ada di Asia dan Eropa. Pengelola museum di Indonesia dapat
28
memanfaatkan ini portal ini agar menarik minat kunjungan ke
museumnya.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam pembelajaran sejarah, media pembelajaran merupakan hal
penting yang harus digunakan. Hal ini disebabkan sejarah merupakan
peristiwa atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada masa lampau,
sehingga untuk mempermudah pemahaman remaja masa kini tentang
peristiwa sejarah, penggunaan media mutlak
digunakan. Penggunaan
museum merupakan salah satu cara yang efektif dalam
mewujudkan
pemahaman remaja tentang sejarah.
Untuk mengatasi kondisi memprihatinkan remaja masa kini dalam
mengunjungi Museum, diperlukan perubahan signifikan dengan menjalankan
pembaharuan dalam menampilkan unsur historis di dalam Museum, yaitu
dengan cara visualisasi Museum dengan media yang lebih menarik dan
melibatkan partisipasi masyarakat terutama remaja secara langsung.
Pengunjung terutama para remaja diharapkan mengerti arti sejarah dan
semangat juang serta mewarisi nilai-nilai luhur para Pejuang Negara
terdahulu bukan hanya melihat dan mengagumi antiknya barang-barang yang
berada di museum tersebut.
30
3.2 SARAN
Bagi Pemerintah dan Pengelola Museum:
Lebih ditingkatkan lagi dalam mempromosikan Museum, Sumber Daya
Manusia yang memiliki pengetahuan dari segi Information Technology
sehingga dapat menemukan ide-ide baru dalam mempromosikan Museum
untuk menarik minat para remaja masa kini, perlu mencari investor atau
sponsor untuk mendapatkan dana guna menambah fasilitas, perlu
menambah jumlah koleksi yang ada di Museum, pemeliharaan museum
lebih ditingkatkan agar kebersihan dan kenyamanan pengunjung terjaga,
serta menyediakan berbagai fasilitas penunjang informasi kegiatan
pengunjung melalui media komunikasi seperti, leaflet, brosur, buku
panduan, slide dan lain-lain sehingga pengunjung dengan mudah
mempelajari objek yang dipamerkan museum.
Bagi Remaja Masa Kini:
Para remaja harus menyadari betapa pentingnya memahami sejarah untuk
menghargai
perjuangan
para
pahlawan
masa
lampau.
Berusaha
menumbuhkan kembali minat untuk belajar mengenal peninggalan–
peninggalan sejarah ilmu pengetahuan dan budaya, salah satunya dengan
mengunjungi Museum.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusumo, Pratameng, Menimba Ilmu Dari Museum (Jakarta: PT.Kincir
Buana, 1989) halaman 21-26
2. Rustam, Pengantar Ilmu Sejara (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999) halaman
5-18
3. http://www.academia.edu/7972129/Minat_Masyarakat_Berkunjung_ke_M
useum
Rabu, 18 Nopember 2015 pukul 20.56 WIB
4. http://gandrungrontak.blogspot.in/2013/09/sejarah-dan-arti-pentingmuseum.html
Rabu, 18 Nopember 2015 pukul 21.42 WIB
5. http://www.museumnasional.or.id/learn/10.html
Kamis, 19 Nopember 2015 pukul 18.25 WIB
6. http://iaaipusat.wordpress.com/2012/12/05/Pameran_Tematik_Untuk_Men
ingkatkan_Daya_Tarik_Pengunjung
Kamis, 19 Nopember 2015 pukul 20.13 WIB
7. http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/museumnaskahproklamasi/2014/12/09
/276/Peran_Museum_Dalam_Pendidikan
Kamis, 19 Nopember pukul 21.56 WIB
32
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin hari perkembangan teknologi semakin pesat. Namun,
perkembangan teknologi tersebut membuat banyak orang yang melupakan
sejarah perkembangan teknologi itu. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin
menurunnya minat atau ketertarikan mengenal dan mempelajari sejarah masa
lalu dan perkembangannya hingga dapat menjadi sekarang ini. Padahal
keberhasilan suatu Negara adalah jika warga negara dapat menghargai sejarah
Negara tersebut.
Sejarah selalu menyertai perjalanan suatu bangsa, meski pada
kenyataannya hanya sebagian kecil saja dari orang-orang yang menjadi
bagian dari bangsa tersebut yang memahami perjalanan sejarah dari
bangsanya. Kenyataan inilah yang menjadi persoalan dihampir semua Negara
termasuk Indonesia, yakni banyaknya masyarakat terutama remaja masa kini
yang kurang memahami sejarah bangsa. Akibatnya, rasa nasionalisme sedikit
demi sedikit terkikis, sehingga muncul ketidakpedulian terhadap nasib
bangsanya sendiri dan cenderung memikirkan nasib dirinya sendiri.
Minat masyarakat khususnya generasi muda masih kurang untuk
mengunjungi Museum sebagai sumber pembelajaran, terutama berkaitan
dengan sejarah perkembangan manusia, budaya dan lingkungannya,
1
mengingat Museum sebagai ruang transfomasi nilai warisan budaya bangsa
dari generasi terdahulu kepada generasi sekarang. Generasi masa kini harus
mampu memahami dan belajar dari pengalaman sejarah. Dengan memahami
pentingnya belajar dari pengalaman sejarah, diharapkan pijakan untuk
membangun masa kini dan masa depan menjadi terarah. Berdasarkan
pemahaman tersebut, pendidikan sejarah sangat penting diberikan kepada
generasi muda dalam rangka membangun pemahaman yang berspektif waktu
dan memori bersama. Melalui pendidikan sejarah diharapkan remaja dapat
mempertajam wawasan kebangsaan baik ke luar maupun ke dalam kesatuan
sosial mereka. Hal ini penting dalam rangka memperkuat dorongan
kebersamaan untuk mencapai cita – cita bangsa setelah belajar dari
pengalaman masa lalu (Ayatrohaedi, 1985) Oleh karena itu kesadaran sebagai
satu bangsa perlu di bina terhadap generasi muda agar jiwa patriotisme dan
nasionalisme mereka dapat tumbuh sebagai modal pembangunan dalam
mengisi kemerdekaan.
Belajar sejarah memberikan manfaat bagi manusia. Manfaat belajar
sejarah secara garis besar ada dua yaitu manfaat intrinsik dan ekstrinsik.
Manfaat instrinsik antara lain; sejarah sebagai ilmu, sejarah sebagai cara
mengetahui masa lalu, sejarah sebagai pernyataan pendapat dan sejarah
sebagai profesi. Sedangkan manfaat ekstrinsik terkait dengan proses
penanaman nilai, proses pendidikan.
2
Namun
sayangnya
pengajaran
sejarah
sebagai
sarana
menginternalisasikan nilai-nilai, belum dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Kurikulum yang ditetapkan pemerintah masih sarat dengan identitas sejarah
sebagai materi hapalan dan sarat dengan bahan ajar. Akibatnya pengajar/guru
kesulitan mengembangkan pembelajaran yang dinamis.
Akhirnya pembelajaran menjadi kurang bermakna, karena kegiatan
pembelajaran condong mengejar materi daripada mendorong makna
memahami dan menghayati makna pelajaran yang sedang di pelajari.
Pengembangan pembelajaran sejarah cenderung kognitif, model pembelajaran
ekspositoris menyebabkan siswa bosan mempelajari sejarah. Di samping itu
penganaktirian mata pelajaran sejarah di sekolah, juga memberikan kontribusi
yang besar dalam menciptakan pembelajaran sejarah menjadi seolah “tak
bermakna”.
Dewasa ini, museum-museum baik di Indonesia maupun di dunia
telah mengalami suatu perkembangan. Museum tidak lagi ingin disebut
sebagai ‟gudang‟ tempat menyimpan barang-barang antik seperti anggapan
masyarakat pada umumnya, tetapi museum berusaha untuk menjadi tempat
dimana pengunjung dapat merasakan suatu suasana dan pengalaman yang
berbeda, yang hanya akan mereka dapatkan jika mereka berkunjung ke
museum. Museum juga diharapkan mampu menjadi mediator yang tidak
membedakan kebudayaan antardaerah, tetapi tercipta peradaban yang
multikultural, yaitu menjadikan perbedaan budaya menjadi suatu warna yang
3
meramaikan khasanah kebudayaan bangsa sebagai identitas bangsa. Itulah
peran museum. Perubahan ini membuat peran museum berkembang menjadi
tempat reservasi, penelitian dan komunikasi, yang tujuannya untuk
menyampaikan misi edukasi sekaligus rekreasi kepada masyarakat (Weil,
1990; Hooper-Greenhill, 1994:140).
Perubahan tersebut juga membuat misi edukasi yang diemban oleh
museum mengalami pergeseran. Selama ini, peran edukasi museum adalah
untuk menyampaikan misi pendidikan mereka kepada anak-anak, namun,
dengan perubahan paradigma, maka museum juga harus dapat menyampaikan
misi edukasinya itu kepada semua lapisan masyarakat khususnya para remaja
masa kini yang sudah terpengaruh budaya luar. Museum tidak hanya sekadar
menjadi tempat untuk mendidik masyarakat, tetapi menjadi tempat
pembelajaran, yang termasuk di dalamnya tempat di mana pengunjung dapat
memperoleh pengalaman dan pengetahuan sejarah (Ambrose dan Paine,
2006:46 -48).
Dengan pemahaman museum yang demikian itu, museum akan punya
makna lebih menyentuh persoalan sosial, ekonomi, budaya, dan politik
masyarakatnya. Hanya dengan makna yang demikian, museum akan lebih
dikenal masyarakat terutama remaja masa kini yang hampir melupakan
sejarah. Museum tak lagi menjadi rumah tua yang hanya berisi barang tua
yang tak memiliki relevansi makna dengan kehidupan masyarakat.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti sejarah?
2. Potensi apa yang dimiliki museum yang dapat dikembangkan menjadi
objek pembelajaran?
3. Apa manfaat museum terhadap pembelajaran sejarah?
4. Mengapa museum berperan penting sebagai media pembelajaran?
5. Bagaimana apresiasi remaja terhadap museum?
6. Bagaimana upaya untuk meningkatkan minat remaja mengunjungi
museum?
7. Bagaimana cara mengemas museum semenarik mungkin supaya tidak
membosankan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui arti sejarah.
2. Untuk mengetahui potensi museum yang dapat dikembangkan menjadi
objek pembelajaran.
3. Untuk mengetahui manfaat museum terhadap pembelajaran sejarah.
4. Untuk mengetahui peran museum sebagai media pembelajaran.
5. Untuk mengetahui seberapa besar apresiasi remaja terhadap museum.
5
6. Untuk mengetahui upaya meningkatkan minat remaja mengunjungi
museum.
7. Untuk mengetahui cara mengemas museum semenarik mungkin supaya
tidak membosankan.
6
BAB II
FUNGSI MUSEUM DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN
SEJARAH BAGI REMAJA MASA KINI
2.1 Pengertian Sejarah
Kata sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajarotun yang berarti
pohon kayu. Pohon dalam pengertian ini merupakan suatu simbol yaitu
simbol kehidupan. Di dalam pohon terdapat bagian-bagian seperti batang,
ranting, daun, akar, dan buah. Bagian-bagian dari pohon itu menunjukkan
adanya aspek-aspek kehidupan yang satu sama lain saling berhubungan untuk
membentuk sesuatu itu menjadi hidup. Ada dinamika yang bersifat aktif.
Dinamika ini terus menerus terjadi beriringan dengan waktu dan ruang di
mana kehidupan itu ada. Lambang pohon itu menunjukkan adanya
pertumbuhan dan perkembangan.
Dalam bahasa Indonesia juga ternyata banyak ditemukan istilah-istilah
yang mengarahkan kita kepada pemahaman tentang pengertian sejarah seperti
babad dalam bahasa Jawa, tambo dari bahasa Minangkabau, pustaka, dan
cerita. Kata babad menurut Pigeud berarti cerita sejarah. Selain itu, kata
babad dapat pula diartikan dalam bahasa Jawa yang berarti “memangkas”.
Hasil dari pembabadan ini ialah suasana terang. Kalau babad dikaitkan
dengan kata sejarah, berarti sejarah itu bertugas memberikan penerangan
tentang suatu keadaan.
7
Sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan suatu perputaran jatuh
bangunnya seorang tokoh, masyarakat dan peradaban (Herodotus, 1989:24).
Menurut Aristoteles (1989:26), sejarah merupakan satu sistem yang
meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada
masa yang sama, menurut beliau juga sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa
lalu yang mempunyai catatan dan bukti-bukti yang konkrit.
Menurut E.H. Carr (1989: 22), sejarah adalah dialog yang tak pernah
selesai antara masa sekarang dan lampau, suatu proses interaksi yang
berkesinambungan antara sejarawan dan fakta-fakta yang dimilikinya.
Menurut Kuntowijoyo (1999:7), sejarah menyuguhkan fakta secara
diakronis, ideografis, unik, dan empiris. Bersifat diakronis karena
berhubungan dengan waktu. Sejarah bersifat ideografis karena sejarah
menggambarkan, menceritakan sesuatu. Bersifat unik karena berisi hasil
penelitian tentang hal unik. Selain itu juga bersifat empiris artinya sejarah
bersandar pada pengalaman manusia yang sungguh-sungguh.
Pengertian sejarah menurut Muthahhari (1999:12), ada tiga cara
mendefinisikan sejarah dan ada tiga disiplin kesejarahan yang saling
berkaitan, yaitu:
a. sejarah tradisional (tarikh naqli) adalah pengetahuan tentang
kejadian-kejadian,
peristiwa-peristiwa
dan
keadaan-keadaan
8
kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya dengan keadaankeadaan masa kini.
b. sejarah ilmiah (tarikh ilmy), yaitu pengetahuan tentang hukumhukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau yang
diperoleh melaluipendekatan dan analisis atas peristiwa-peristiwa
masa lampau.
c. filsafat sejarah (tarikh falsafi), yaitu pengetahuan tentang
perubahan-perubahan bertahap yang membawa masyarakat dari
satu tahap ke tahap lain, ia membahas hukum-hukum yang
menguasai perubahan-perubahan ini. Dengan kata lain, ia adalah
ilmu tentang menjadi masyarakat, bukan tentang mewujudnya saja.
Menurut Moh. Hatta, Sejarah dalam wujudnya memberikan
pengertian tentang masa lampau. Sejarah bukan sekadar melahirkan
ceritera dari kejadian masa lalu sebagai masalah. Sejarah tidak sekadar
kejadian masa lampau, tetapi pemahaman masa lampau yang di
dalamnya
mengandung
berbagai
dinamika,
mungkin
berisi
problematika pelajaran bagi manusia berikutnya.
Menurut Drs. Sidi Gazalba, sejarah sebagai masa lalu manusia dan
seputarnya yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta
masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan
kefahaman tentang apa yang berlaku.
9
Menurut
Ismaun
(1999:18),
Sejarah
adalah
suatu
ilmu
pengetahuan tentang kisah mengenai peristiwa-peristiwa yang benarbenar telah terjadi atau berlangsung dalam segala aspeknya pada masa
yang lampau. Sejarah merupakan catatan atau rekaman pilihan yang
disusun secara teliti tentang segala aspek kehidupan umat manusia pada
masa lampau.
2.2 Potensi yang Dimiliki Museum yang Dapat Dikembangkan Menjadi
Objek Pembelajaran
Museum memiliki potensi luar biasa untuk pengembangan dan
dorongan terhadap pencapaian pendidikan multikultur. Peran museum
menghadirkan berbagai dimensi budaya manusia dari setiap ruang dan waktu.
Bagi sekolah, museum merupakan tempat dimana orang mengumpulkan,
memajang dan saling tukar berbagai fragmen. Banyak perhatian yang bukan
pada topik manusia, seperti ekologi padang pasir, dan ada pula yang
memusatkan perhatian pada orang dari sisi perbedaan budaya atau sisi
kehidupan. Museum memiliki banyak benda riil, replika, tempat, serta
peristiwa adalah penting sebagai tempat proses belajar dan mengajar.
Fungsi museum sebagai tempat pendidikan, penelitian, pelestarian,
dan rekreatif menunjukkan bahwa museum memiliki potensi yang besar
untuk dikembangkan. Potensi tersebut seharusnya dioptimalkan semaksimal
mungkin. Tujuannya agar publik tertarik untuk mengunjungi museum dan
dapat meningkatkan pendapatan bagi daerah. Motivasi pengunjung untuk
10
tujuan pencarian informasi sebagai pembelajaran dan kesenangan merupakan
alasan kuat mengapa potensi museum perlu dioptimalkan. Motivasi kuat
untuk mengunjungi museum adalah untuk tujuan hiburan dan kesenangan
(Kelly, 2007 : 30).
Museum tidak terlepas dari peran koleksi sebagai inti dari sebuah
museum. Informasi yang dibutuhkan oleh publik disampaikan melalui
informasi yang ada pada koleksi. Koleksi adalah benda pembuktian sejarah
alam, budaya manusia dan lingkungannya. Oleh karenanya perlu ditegaskan
bahwa koleksi museum memiliki tiga ciri umum, yaitu koleksi tersebut
berwujud benda, artefak, atau barang-barang yang memiliki nilai budaya
(culture value), koleksi tersebut berasal dari ‘masa lampau’, koleksi tersebut
harus disusun sedemikian rupa sesuai dengan keinginan kurator (Haryono,
2001:81-82).
mencakup
Koleksi museum tersebut dapat diklasifikasikan yang
geologika/geografika,
biologika,
etnografika,
arkeologika,
historika, numismatika dan Heraldika, filologika, keramologika, koleksi seni
rupa, dan teknologika.
Museum pada dasarnya adalah wadah pelestarian nilia-nilai luhur
warisan budaya. Museum berfungsi sebagai media pendidikan kebudayaan
bangsa dan sebagai tempat wisata budaya yang dapat menimbulkan
pemahaman dan rasa ikut memiliki unsur-unsur dan aspek budaya bangsa.
Museum memberikan informasi berupa aspek kesejarahan, kebudayaan suatu
bangsa. Informasi yang terdapat pada museum adalah informasi ilmiah karena
informasi melalui koleksi yang dipamerkan adalah hasil penelitian yang
11
dilakukan para peneliti. Dengan demikian museum juga merupakan pusat
studi warisan budaya dan pusat informasi edukatif.
Dengan demikian, secara langsung atau tidak langsung hal ini
menyebabkan
semakin
penting
dan
strategisnya
peran
museum.
Bagaimanapun museum merupakan bagian yang berpotensi menjembatani
budaya tinggalan sejarah dan budaya kehidupan masyarakat dalam setiap
dimensi ruang dan waktu. Keseluruhannya merupakan bagian yang sangat
penting dalam menentukan kapasitas penguasaan dari apresiasi wisatawan
sebagai aktor sosial atas “modal” budaya mereka.
2.3 Manfaat Museum Terhadap Pembelajaran Sejarah
Remaja jaman sekarang tidak mengenal sejarah kotanya sendiri yang
padahal merupakan tempat kelahiran mereka. Museum merupakan sarana
untuk mengembangkan budaya dan peradaban manusia. Dengan kata lain,
museum tidak hanya bergerak di sector budaya, melainkan dapat bergerak di
sektor pendidikan, ekonomi, politik, sosial, dan sebagainya.
Manfaat museum bagi anak remaja tak hanya sebagai representasi
sejarah, sarana rekreasi dan media pendidikan saja. Selain sifatnya yang
dirasa langsung ketika berkunjung ke museum, manfaat lainnya yakni berupa
kesadaran akan pentingnya sejarah dan peradaban suatu bangsa sebagai media
representasi bagi generasi di masa yang akan datang.
12
Sebagai contoh manfaat museum bagi pembelajaran sejarah, Indonesia
mempumyai beberap museum yang bersejarah, dalam museum tersebut
terdapat koleksi dari zaman ke zaman .Melalui kelengkapan koleksi dalam
berbagai museum tesebut kita dapat mengetahui sejarah bangsa kita.
Museum atau gedung yg digunakan sbg tempat untuk pameran tetap bendabenda yg patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni,
dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno dari seluruh pelosok negeri kita
ini.
Menurut Drs. Moh. Amir Sutaarga dalam bukunya yang berjudul:
“Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum”, arti museum itu tetap
mengingatkan
kita
kepada
kuil
di
jaman
Yunani
klasik
tempat
persembahyangan dan pemujaan ke 9 dewi Muze, lambang-lambang pelbagai
cabang ilmu dan kesenian. Ke 9 dewi Muze itu sebagai anak Zeus, dewa
utama dalam pantheon Yunani kiasik dijadikan lambang pelengkap pemujaan
manusia terhadap agama dan ritual yang ditujukan kepada Zeus. Jadi
sekalipun fungsi-fungsi museum berobah dan zaman ke zaman sesuai dengan
kondisi dan situasi zamannya, tetapi hakekat pengertian museum tetap tidak
berubah. Landasan ilmiah dan kesenian tetap menjiwai arti museum sampai
sekarang.
Kita juga harus mengetahui fungsi museum, menurut ICOM
(International Council of Museeum), tugas dan fungsi museum antara lain :
13
(1) Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya.
(2) Dokumentasi dan penelitian ilmiah.
(3) Pengenalan dan penghayatan kesenian.
(4) Pengenalan kebudayaan antara daerah dan antarbangsa.
(5) Visualisasi warisan alam dan budaya.
(6) Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.
(7) Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Tugas dan fungsi museum di atas dapat mewujudkan visi dan misi museum
sebagai pusat informasi budaya suatu daerah di masyarakat, antara lain :
a
Untuk menempatkan pemasaran potensi pariwisata, kebudayaan yang
ada sebagai kalender tetap yang selalu dikunjungi wisatawan baik nasional
maupun internasional;
b
Untuk menggalang dan meningkatkan kerja sama antar museum dan
masyarakat;
c
Untuk menggalang dan meningkatkan kerja sama antar museum dengan
museum daerah yang lain;
d
Mendorong terciptanya peran masyarakat dalam kegiatan untuk
menunjang museum;
e
Meningkatkan kualitas pelayanan dalam upaya pengenalan koleksi-
koleksi museum kepada pengunjung;
14
f
Menggali potensi museum serta mengembangkan sebagai produk dalam
upaya mencapai hasil yang maksimal.
2.4 Peran Penting Museum Sebagai Media Pembelajaran Sejarah
Salah satu yang dapat menjadi media untuk mengenal dan
mempelajari sejarah adalah Museum. Museum adalah cermin sejarah, alam,
dan kebudayaan manusia. Dengan melihat koleksinya, orang akan mengenali
sejarah kebudayaan manusia. Museum merujuk kepada bangunan tempat
menyimpan khazanah sejarah purba atau yang lalu. Museum penting sebagai
tempat kita memperdalam pengetahuan tentang sejarah masa lampau.
Keberadaan museum di Indonesia sangatlah berpengaruh pada kebudayaan
dan nilai-nilai sejarah nenek moyang yang akan dialihwariskan oleh generasi
penerus. Sebagai salah satu aset budaya yang harus diberdayakan seoptimal
mungkin, tentunya fungsi dan manfaatnya harus direalisasikan kepada
masyarakat seperti penunjang pendidikan serta mengajak masyarakat agar
bisa mengenal lebih jauh benda-benda budaya, yang merupakan warisan
leluhur bangsa. Pada akhirnya diharapkan akan timbul rasa peduli, memiliki,
mencintai, dan melindungi benda-benda bersejarah yang ada di Indonesia.
Museum dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Penggunaan
museum sebagai media pembelajaran disebabkan karena kompleksitas media
yang tersedia sebagai penjelasan suatu peristiwa. Hal ini memberikan
berbagai kemudahan dalam memahami benda yang dipamerkan. Kemudahan
yang diperoleh adalah karena di dalam museum telah disediakan berbagai
15
media yang banyak memberikan informasi. Media tersebut dapat berupa
model, realita, tabel, poster, atau sistem multimedia elektronik seperti media
audiovisual.
Manfaat museum sebagai media pembelajaran sejarah tidak dapat
dilakukan secara sembarangan. Dalam prakteknya, hal ini membutuhkan
adanya perencanaan yang matang dan strategi tentang bagaimana
memanfaatkan museum agar terwujud efektivitas pembelajaran.
Berkaitan dengan pemanfaatan museum sebagai media pembelajaran,
ada beberapa hal yang patut untuk diperhatikan, yaitu pemanfaatan museum
dilakukan sesekali waktu saja. Hal ini disebabkan museum hanya bersifat
sebagai penunjang dan media dalam proses pembelajaran. Hal ini juga
disebabkan pemanfaatan media memiliki kelemahan dalam hal persiapan,
ketersediaan, keterjangkauan dan juga pemanfaatan.
Peran museum sebagai media pembelajaran sejarah.
Di sini
pengunjung melakukan aktivitas penikmatan terhadap koleksi melalui
pameran sambil memperoleh ilmu pengetahuan tentang koleksi. Linda Kelly
(2007 : 30) mengatakan bahwa hiburan dan pendidikan muncul sebagai
hubungan simbiotik yang unik di dalam museum supaya menarik dan
mendidik pengunjung yang mampu memenuhi kebutuhan bersenang-senang
dan menghibur. Dalam hal ini, museum dapat dijadikan sebagai daya tarik
bagi para remaja yang ingin memperoleh pengetahuan melalui koleksi dan
tata pamernya dengan nuansa yang rekreatif.
16
2.5 Apresiasi Remaja Terhadap Museum
Apresiasi menurut pengertian umum adalah penghargaan/penilaian
kepada segala sesuatu yang dapat berupa karya tertentu. Biasanya apresiasi
berupa hal yang positif tetapi juga bisa yang negatif. Harapan yang kita
nantikan wujudnya adalah apresiasi dengan setulus hati dalam arti yang
positif. Apresiasi dalam bahasa inggris appreciation ini ibarat pembangunan
image dapat dilakukan ketika indra manusia bekerja, di antaranya mengamati,
membandingkan, dan mempertimbangkan dengan daya nalar.
Banyak anak remaja yang beranggapan bahwa mengunjungi museum
adalah sesuatu yang menyeramkan, membosankan, tidak menarik dan
anggapan lainnya, itu semua karena anak remaja tidak dibiasakan
mengunjungi museum dan minimnya rasa bangga akan sejarah dan budaya
bangsanya yang dikarenakan kuatnya pengaruh negatif dari perkembangan
teknologi yang merubah gaya hidup anak remaja.
Perhatian kita terhadap museum yang merupakan tempat edukasi
kultural ini tentunya bukan justru ‘mematikan’ semangat kita untuk terus
maju mengembangkan museum dengan kata lain apresiasi terhadap museum
harus terus digalakkan. Proporsi yang dapat dilakukan ibarat melakukan
promosi, kita harus outreach jika itu memang kondisi yang dibutuhkan
masyarakat sekarang. Hal ini karena perlu keaktifan terhadap kinerja kita
memahamkan museum sebagai wujud cinta kita pada aspek budaya bangsa.
Langkah ini mengingat fakta bahkan data mengungkapkan bahwa rendahnya
17
apresiasi generasi muda khususnya terhadap museum dewasa ini karena
mereka belum mampu merasakan manfaat kehadiran museum, baik sebagai
lembaga yang melaksanakan tugas pelestarian warisan alam dan budaya,
sebagai tempat pendidikan, ataupun sebagai tempat rekreasi yang
menyenangkan sehingga yang terjadi adalah mereka datang atau berkunjung
ke museum karena instruksi dari sekolah ataupun instansi yang terkait, bukan
suatu kesadaran. Ada beberapa kasus terbukti dari maraknya pencurian dan
pemalsuan BCB di museum mengindikasikan bahwa museum kurang
mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Namun, walaupun demikian kita
tetap harus memberikan apresiasi terhadap kehadiran mereka ke museum
sebagai langkah awal untuk mereka mengapresiasi museum.
Melalui pandangan museum sebagai objek wisata yang menarik dan
menyenangkan, akan meningkatkan apresiasi dan rasa ingin berwisata ke
museum di kalangan anak muda yang datang untuk menyaksikan bendabenda koleksi museum, yang sama halnya dengan berwisata ke taman safari
atau kebun binatang untuk melihat koleksi hewan.
Menggugah apresiasi para remaja terhadap museum apalagi
meningkatkannya bukanlah usaha yang mudah. Namun, minimal semuanya
itu dimulai dari diri sendiri. Keyakinan pada museum yang ditancapkan pada
sanubari diri merupakan ‘ruh’ yang dapat memotivasi bagi orang lain untuk
melakukan hal yang sama. Kepedulian dan keaktifan pribadi pada karya
18
budaya seperti halnya museum merupakan yang harus dilakukan sekarang
juga.
Seperti halnya metode snow ball, menjadikan kita sebagai key person
memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada orang lain untuk mau
memahami peranan museum dengan variasi cara ‘share’ juga merupakan
wujud apresiasi itu sendiri. Seperti halnya metode MLM (Multi Level
Marketing) ataupun mouth to mouth, pengetahuan tentang museum dari
mulut ke mulut juga merupakan cara yang cukup signifikan untuk menggugah
orang lain untuk berbuat sama.
Setelah pengetahuan dan pemahaman telah berada dalam diri
seseorang, kita perlu meyakinkan bagaimana orang tersebut mau berbuat
sama tentunya dengan tingkat kesadaran yang berbeda. Beberapa bentuk ‘do’
berkait dengan hal ini, misalnya mau berkunjung ke museum, mau mengikuti
event-event museum, dan menyebarkan brosur dan tulisan tentang museum.
2.6 Upaya Untuk Meningkatkan Minat Remaja Mengunjungi Museum
Museum tanpa pengunjung adalah gudang barang rongsokan.
Keberadaan museum baru akan membawa makna, apabila museum
dikunjungi oleh anggota masyarakat yang dapat memanfaatkan fasilitas yang
ada di dalam museum itu. Sementara itu, orang tentu tidak akan banyak
datang ke museum, kalau museum tidak peduli pada masyarakat yang
menjadi calon pengunjungnya. Karena itu, museum semestinya dikelola
19
dengan benar-benar mempedulikan masyarakat yang menjadi target kunjung
museum (Tanudirjo, 2009).
Museum selayaknya menjadi wahana pendidikan diluar rutinitas
belajar mengajar. Menurut Philippe, salah satu persoalan yang dihadapi
pengelolaan museum adalah rendahnya minat kunjungan warga. Parahnya,
sebagian pengunjung merupakan “paksawan”, termasuk dalam kelompok ini
adalah murid-murid sekolah yang mengikuti program study tour.
Oleh sebab itu, Philippe menekankan perlunya strategi mediasi yang
disesuaikan dengan karakteristik pengunjung, salah satu metodenya adalah
pengelompokkan berdasar umur. Misalnya, untuk pengunjung berumur 45
tahun atau lebih lebih cocok diberikan bentuk mediasi tulisan. Kelompok
umur 25-40 tahun, mengandalkan mediasi tulisan dan audio visual.
Sedangkan, untuk pengunjung berumur kurang dari 25 tahun, disebut juga
generasi „mesin pencari‟, sangat tidak cocok dengan media tulisan.
Dalam usaha merangkul anak remaja untuk berkunjung serta
berwisata ke museum dan merubah pandangan anak remaja mengenai
berkunjung ke museum merupakan sesuatu yang tidak nyaman, tidak
menyenangkan, seram, serta membosankan, yaitu salah satunya dengan
merubah image museum melalui komunikasi yang dilakukan untuk menjadi
lebih ramah, nyaman dan menyenangkan untuk dikunjungi oleh anak remaja
dan menyajikan program-program edutainment yang dimana anak remaja
dapat belajar sambil sambil belajar mengenai perihal yang terdapat di
museum. Selain anak-anak remaja menjadi senang untuk berkunjung ke
20
museum, mereka juga mendapat tambahan ilmu pengetahuan mengenai
sejarah serta diharapkannya tumbuhnya rasa patriotisme dalam diri mereka
yang dimana anak remaja sebagai generasi pewaris nilai sejarah untuk di
wariskan kepada generasi yang akan datang.
Menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke museum bukan
pekerjaan kecil, karena harus direncanakan dan dilaksanakan secara terpadu
dan menyeluruh. Artinya, upaya menarik pengunjung tidak dapat dilakukan
hanya oleh salah satu bagian dari museum saja (misalnya, kehumasan,
pemasaran, pameran, atau pemandu), tetapi harus melibatkan semua bagian
museum secara bersama-sama dan saling terkait. Itikad untuk menarik minat
pengunjung harus disadari benar oleh seluruh bagian pengelola museum, dari
karyawan pembersih, petugas keamanan, kurator, hingga pemimpin tertinggi.
Hal ini akan dapat semakin dipahami jika kita mengetahui kompleksitas
masalah yang ada terkait dengan minat pengunjung. Uraian di bawah ini
mencoba memberikan sejumlah kiat atau cara menarik pengunjung mulai dari
penciptaan pra-kondisi hingga beberapa petunjuk praktis. Tentu uraian ini,
tidak dapat disampaikan secara rinci benar, tetapi setidaknya dapat
memberikan gambaran umum yang dapat memancing pemikiran untuk
mengembangkan upaya-upaya menarik minat pengunjung di setiap museum.
21
2.6.1 Prakondisi
Sebagaimana pernah dikemukakan, keberhasilan suatu museum
akan ditentukan oleh hubungan baik antara pengelola museum –
pengunjung – koleksi. Terciptanya hubungan yang baik antara ketiga
unsur tersebut harus dijadikan prakondisi untuk menarik minat
pengunjung ke museum. Dalam konteks ini, setidaknya ada tiga hal
yang harus dilakukan oleh pengelola museum sebagai pihak yang
paling bertanggungjawab terhadap keberhasilan museum, yaitu kenali
diri sendiri, kenali sumberdaya yang dimiliki, dan kenali khalayak.
Mengenali diri sendiri berarti harus mengetahui ideologi
museum dan perangkat pelaksanaannya. Ideologi museum adalah visi
dan misi dari museum itu sendiri yang harus ditetapkan dan dipahami
bersama seluruh pengelola untuk selanjutnya dapat dituangkan dalam
kebijakan, strategi, dan program museum. Visi dan misi suatu museum
tentu harus bersifat khas bahkan unik, sehingga museum-nya pun akan
menjadi khas dan tidak ditemui duanya. Dengan demikian, calon
pengunjung tidak mempunyai alternatif lain kecuali berkunjung ke
museum ini. Termasuk upaya mengenali diri sendiri adalah mengetahui
kedudukan museum di tengah masyarakat, para stakeholders, dan di
antara berbagai lembaga kemasyarakatan lain, termasuk lembaga
pesaingnya seperti mall, taman hiburan, dan tempat lainnya yang
banyak dikunjungi orang. Pengelola harus mampu memetakan posisi
22
dan
keterkaitan
dengan
lembaga-lembaga
tersebut,
sehingga
mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada.
Mengenali sumberdaya yang dimiliki berarti mengetahui
dengan rinci sumberdaya apa saja yang dimiliki dan bagaimana
kondisinya, di antaranya prasarana dan sarana yang ada, koleksi
museum, sumberdaya manusia, dan sumberdaya keuangan. Dengan
pengetahuan ini, pengelola akan dapat menentukan strategi dan
program untuk menarik minat pengunjung yang tepat sesuai dengan
kemampuan. Salah satu komponen sumberdaya yang penting dalam
kaitan ini adalah gedung museum. Gedung museum menjadi salah satu
aspek penting untuk menarik minat pengunjung, karena gedung
museum akan memberikan kesan daya tarik pertama bagi pengunjung.
Jika gedung museum terkesan suram, kumuh, dan “biasa-biasa” saja
tentu tidak akan menarik minat berkunjung. Biasanya, gedung museum
dirancang dengan gaya yang khas, menarik, dan mencerminkan filosofi
tertentu. Gedung museum lalu menjadi ” ikon” dan juga “tetenger”
(landmark) di lingkungannya. Museum yang menempati gedung lama
atau cagar budaya pun harus dapat ditampilkan dengan cara khas,
anggun dan menarik, apabila ingin banyak dikunjungi.
Koleksi
museum adalah modal utama. Karena itu, pengelola harus benar-benar
mengetahui benar koleksi museumnya, sehingga dapat menentukan
koleksi apa yang dapat menjadi daya tarik utama museum tersebut.
Museum harus memiliki koleksi andalan (masterpiece) untuk
23
mendatangkan pengunjung. Selain itu, sumberdaya manusia menjadi
unsur yang tidak kalah penting. Pengelola harus tahu kelebihan dan
kekurangan sumberdaya manusia, baik dalam kuantitas, kompetensi,
maupun kinerjanya dari tataran yang paling bawah hingga atas,
termasuk juga apabila memililki sukarelawan atau mitra museum
(Tanudirjo,
2010).
Pemetaan
sumberdaya
manusia
juga
akan
mengetahui perlu tidaknya staff khusus kehumasan dan pemasaran.
Meskipun ada staf khusus kehumasan dan pemasaran, pada hakekatnya
semua staf museum harus juga memahami secukupnya konsep
kehumasan dan pemasaran itu (Dean, 1996)
Mengenali khalayak berarti mencoba mendapat pengetahuan
yang cukup mendalam tentang pengunjung maupun masyarakat calon
pengunjung yang menjadi sasaran (target) bagi museum. Museum
harus tahu pangsa pasar-nya, khalayak seperti apa yang ingin ditarik
minat-nya untuk mengunjungi museum. Apakah museum terutama
ditujukan untuk anak-anak, para remaja, orang dewasa, atau umum
(campuran). Di sisi lain, museum juga harus tahu apa yang dikehendaki
atau harapan masyarakat terhadap museum (Dean, 1996). Karena itu,
berbagai penelitian pengunjung dan masyarakat bukan pengunjung
perlu dilakukan (Tanudirjo, 2009).
Setelah pengelola mengetahui prakondisi museumnya, maka
dapat disusun strategi dan langkah-langkah yang tepat untuk menarik
24
minat pengunjung. Secara umum, strategi itu dapat meliputi berbagai
kiat yang terkait dengan cara-cara membentuk citra museum di tengah
masyarakat,
memperkuat
sajian
dalam
museum,
meningkatkan
pelayanan masyarakat, dan strategi khusus pemasaran museum.
Memang sebagian besar tugas menarik minat pengunjung sebenarnya
terutama menjadi tanggung jawab bidang kehumasan (public relation)
bersama dengan bidang pemasaran. Namun, sayang justru bidangbidang ini umumnya tidak dimiliki oleh museum-museum di Indonesia.
Karena itu, sudah saatnya museum-museum Indonesia memikirkan
tentang masalah ini (Tanudirjo, 2003).
2.6.2 Membentuk Citra di Masyarakat
Minat berkunjung tidak lepas dari citra dan pengetahuan orang
tentang apa yang akan dikunjunginya. Karena itu, membentuk citra
museum yang menarik dan layak dikunjungi perlu dilakukan oleh
museum. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh pengelola
museum. Bekerjasama dengan media setempat atau regional merupakan
salah satu langkah yang cukup strategis untuk membentuk citra
museum dan menyiarkan program-programnya. Cara ini sebenarnya
cukup sederhana dan relatif murah, tetapi tidak banyak museum di
Indonesia yang memanfaatkannya.
25
2.7
Cara
Mengemas
Museum
Semenarik
Mungkin
Supaya Tidak
Membosankan
Perlu adanya revitalisasi dari dalam museum itu sendiri agar dapat
lebih menjual dan membuat masyarakat khususnya anak remaja menjadi
tertarik untuk berkunjung ke museum. Dan menjadikan museum sebagai
tempat yang menarik serta menyenangkan untuk dikunjungi sekaligus sebagai
sarana edukasi dan tempat representasi sejarah yang mampu bersaing dengan
tempat-tempat kegemaran anak remaja lainnya.
Perubahan paradigma dan perkembangan peran edukasi membuat
museum menyadari pentingnya untuk memberi perhatian terhadap apa yang
menjadi kebutuhan pengunjung museum saat ini, dan masyarakat yang
berpotensi menjadi pengunjung museum mereka. Oleh karena itu museum
kemudian memasukkan metode dan strategi pemasaran ke dalam pengelolaan
museumnya.
Strategi pemasaran museum saat ini dianggap dapat menjadi salah
satu jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi oleh museum berkaitan
dengan upaya membuka akses kepada masyarakat luas untuk mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman di museum, sekaligus memenuhi kebutuhan
pengunjung.
Adapun yang perlu dilakukan untuk mengemas museum semenarik
mungkin adalah sebagai berikut:
(1) Revitalisasi Museum merupakan suatu usaha dari pihak pemerintah untuk
memberikan kesan kepada masyarakat terutama para remaja masa kini.
26
Yang selama ini memandang museum itu sebagai suatu tempat
menyeramkan, angker, gelap dan sebaginya. Justru dengan adanya
revitalisasi museum ini diharapkan bisa merubah pandangan yang
sebelumnya. Karena tidak hanya kalangan tua, peminat museum juga
datang dari kalangan muda. Maka dari itu perlu promosi yang lebih
gencar dan penataan obyek yang dipamerkan juga dibuat semenarik
mungkin.
(2) Billboard atau papan besar yang dipasang di tempat strategis merupakan
potensi yang lain untuk meningkatkan daya tarik museum. Bahkan, di
beberapa kota besar dunia, museum juga bekerjasama dengan pelayanan
angkutan umum (bus kota dan taxi) dengan memasang poster pameran
museum pada badan bus atau taxi. Dengan sering melihat poster museum
pada angkutan kota, masyarakat seakan selalu diingatkan keberadaan
museum, sehingga menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.
(3) Pameran di luar museum, baik itu berupa pameran keliling di tempat
strategis dan sekolah, maupun pameran di mall dan tempat keramaian lain.
Pada tataran yang lebih luas, pameran dapat juga dilakukan di museum
lain melalui program kerjasama antar museum, sehingga mereka yang
mengunjungi museum satu dapat mengetahui keberadaan museum lainnya.
Apabila kerjasama dilakukan dengan museum luar negeri, maka akan
berpotensi menarik minat pengunjung dari luar negeri. Kerjasama seperti
ini sudah sering dilakukan di Indonesia, tetapi biasanya kurang
menonjolkan museum tempat asal koleksi yang dipamerkan. Padahal,
27
sesungguhnya cara itu dapat meningkatkan apresiasi dan minat untuk
berkunjung ke museum asalnya.
(4) Public events atau acara-acara yang menarik masyarakat luas di museum.
Misalnya, pameran dan lomba dengan thema tertentu (menggambar,
layang-layang, Harley Davidson, mainan tradisional, iptek mutakhir, dll).
Acara seperti ini akan berhasil jika pilihan themanya diminati oleh
masyarakat luas, tetapi tentu tidak menyimpang dari visi dan misi
museum. Untuk itu, museum perlu melakukan penelitian. Bahkan,
museum dapat memanfaatkan popularitas di bidang lain, misalnya dengan
adanya film Jurasic Park, Night in Museum, Indiana Jones, Ice Age,
National Treasure, Sponge Bob, dan Upin-Ipin untuk mengangkat tema
yang terkait dalam acara yang diminati masyarakat antara lain lomba
membuat model hewan purba, lomba bercerita khayal tentang museum,
menggambar kartun, dan aktivitas sejenis lainnya.
(5) Website pada akhir-akhir ini menjadi salah satu media yang banyak
dipakai untuk meningkatkan citra museum. Di dalam website dapat
ditampilan beberapa contoh koleksi yang menarik atau menjadi
masterpiece museum. Tentu saja tampilan website harus juga menarik,
termasuk menyediakan virtual tour ke museum yang ditampilkan Kini
lembaga Asia-Eropa Foundation (ASEF) telah menyediakan ruang dalam
Website (portal) Culture 306 untuk menampilkan museum-museum yang
ada di Asia dan Eropa. Pengelola museum di Indonesia dapat
28
memanfaatkan ini portal ini agar menarik minat kunjungan ke
museumnya.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam pembelajaran sejarah, media pembelajaran merupakan hal
penting yang harus digunakan. Hal ini disebabkan sejarah merupakan
peristiwa atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada masa lampau,
sehingga untuk mempermudah pemahaman remaja masa kini tentang
peristiwa sejarah, penggunaan media mutlak
digunakan. Penggunaan
museum merupakan salah satu cara yang efektif dalam
mewujudkan
pemahaman remaja tentang sejarah.
Untuk mengatasi kondisi memprihatinkan remaja masa kini dalam
mengunjungi Museum, diperlukan perubahan signifikan dengan menjalankan
pembaharuan dalam menampilkan unsur historis di dalam Museum, yaitu
dengan cara visualisasi Museum dengan media yang lebih menarik dan
melibatkan partisipasi masyarakat terutama remaja secara langsung.
Pengunjung terutama para remaja diharapkan mengerti arti sejarah dan
semangat juang serta mewarisi nilai-nilai luhur para Pejuang Negara
terdahulu bukan hanya melihat dan mengagumi antiknya barang-barang yang
berada di museum tersebut.
30
3.2 SARAN
Bagi Pemerintah dan Pengelola Museum:
Lebih ditingkatkan lagi dalam mempromosikan Museum, Sumber Daya
Manusia yang memiliki pengetahuan dari segi Information Technology
sehingga dapat menemukan ide-ide baru dalam mempromosikan Museum
untuk menarik minat para remaja masa kini, perlu mencari investor atau
sponsor untuk mendapatkan dana guna menambah fasilitas, perlu
menambah jumlah koleksi yang ada di Museum, pemeliharaan museum
lebih ditingkatkan agar kebersihan dan kenyamanan pengunjung terjaga,
serta menyediakan berbagai fasilitas penunjang informasi kegiatan
pengunjung melalui media komunikasi seperti, leaflet, brosur, buku
panduan, slide dan lain-lain sehingga pengunjung dengan mudah
mempelajari objek yang dipamerkan museum.
Bagi Remaja Masa Kini:
Para remaja harus menyadari betapa pentingnya memahami sejarah untuk
menghargai
perjuangan
para
pahlawan
masa
lampau.
Berusaha
menumbuhkan kembali minat untuk belajar mengenal peninggalan–
peninggalan sejarah ilmu pengetahuan dan budaya, salah satunya dengan
mengunjungi Museum.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusumo, Pratameng, Menimba Ilmu Dari Museum (Jakarta: PT.Kincir
Buana, 1989) halaman 21-26
2. Rustam, Pengantar Ilmu Sejara (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999) halaman
5-18
3. http://www.academia.edu/7972129/Minat_Masyarakat_Berkunjung_ke_M
useum
Rabu, 18 Nopember 2015 pukul 20.56 WIB
4. http://gandrungrontak.blogspot.in/2013/09/sejarah-dan-arti-pentingmuseum.html
Rabu, 18 Nopember 2015 pukul 21.42 WIB
5. http://www.museumnasional.or.id/learn/10.html
Kamis, 19 Nopember 2015 pukul 18.25 WIB
6. http://iaaipusat.wordpress.com/2012/12/05/Pameran_Tematik_Untuk_Men
ingkatkan_Daya_Tarik_Pengunjung
Kamis, 19 Nopember 2015 pukul 20.13 WIB
7. http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/museumnaskahproklamasi/2014/12/09
/276/Peran_Museum_Dalam_Pendidikan
Kamis, 19 Nopember pukul 21.56 WIB
32