MODEL KOOPERATIF SNOWBALL THROWING DALAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu indikator peningkatan kualitas pendidikan ditandai dengan
adanya peningkatan potensi siswa yang mampu menghadapi dan memecahkan
masalah kehidupan. Dalam hal ini guru harus memiliki pengetahuan yang luas
mengenai model belajar, kondisi siswa dan cara melakukan pembelajaran yang
efektif dan bermakna.
Pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran
yang diberikan pada jenjang pendidikan di sekolah menengah.
Menurut Harlen (dalam Ida Purwati, 2010: 3), karakteristik
pembelajaran Fisika antara lain: (1) merupakan ilmu yang
berhakikat pada proses
dan
produk,
artinya
dalam
belajar
Fisika tidak cukup hanya mempelajari produknya melainkan
juga
menguasai
cara
memperoleh
produk
tersebut;
(2)
produk Fisika cenderung bersifat abstrak dan dalam bentuk
pengetahuan fsik dan logika matematik. Sedangkan menurut
Uswatun (2012: 2) pelajaran Fisika sebagai salah satu pelajaran
ilmu alam (IPA) merupakan mata pelajaran eksak, artinya
pelajaran
yang
bisa
dipecahkan
atau
diajarkan
dengan
pernyataan yang sudah pasti dan hampir isinya berupa angkaangka yang pasti dapat dihitung dalam logika matematik. Dalam
perspektif
pelajaran
siswa,
yang
mata
susah
pelajaran
dan
rumit
Fisika
karena
merupakan
mata
sebagian
besar
membutuhkan penyelesaian dengan logika matematik.
Widhy (2013: 2) dan Sutrisno (2006: 2) menambahkan
bahwa selain Fisika merupakan ilmu yang berhakikat pada
proses (a way of investigating) dan
produk (a body of
knowledge), Fisika juga merupakan ilmu yang berhakikat pada
sikap (a way of thinking). Dari hakikat Fisika sebagai produk dan
1
2
proses, tampak terlihat bahwa penyusunan Fisika diawali dengan
kegiatan-kegiatan kreatif seperti pengamatan dan penyelidikan,
yang kesemuanya itu memerlukan proses mental dan sikap yang
berasal
dari
pemikiran.
Jadi
dengan
pemikirannya
orang
bertindak dan bersikap, sehingga akhirnya dapat melakukan
kegiatan-kegiatan ilmiah. Pemikiran-pemikiran dalam bidang
Fisika menggambarkan rasa ingin tahu dan rasa penasaran yang
besar, diiringi dengan rasa percaya diri, sikap objekif, jujur dan
terbuka serta mau mendengarkan pendapat orang lain. Sikapsikap itulah yang kemudian memaknai hakikat Fisika sebagai
sikap atau a way of thinking.
Namun, hasil penelitian Wiyanto (2006: 64) menyatakan
bahwa koefsien korelasi antara aspek kognitif dan afektif
berharga negatif, artinya siswa yang hasil belajar kognitifnya
tinggi, afektifnya seperti sikap saling menghargai dan membantu
yang memungkinkan kerja sama yang efektif di dalam suatu
kelompok kerja cenderung rendah. Hal ini dapat ditafsirkan
bahwa anak yang pandai cenderung kurang dapat bekerja sama.
Dari perspektif siswa yang menyatakan bahwa mata
pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran yang susah dan
rumit, serta adanya uraian dari hasil penelitian Wiyanto tersebut
di atas menjadi pemicu rendahnya prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran Fisika dibandingkan dengan mata pelajaran IPA
yang lain seperti Kimia dan Biologi. Dengan demikian, rendahnya
prestasi belajar Fisika tidak terlepas dari adanya kecenderungan
pada pembelajaran yang bersifat abstrak dan kurang bermakna.
Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar-mengajar guru harus
memilih
model
pembelajaran
yang
tepat
agar
pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai.
tujuan
3
Kurikulum
dilaksanakan
2013
mulai
(selanjutnya
2013/2014
disingkat
merupakan
K-13)
yang
penyempurnaan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum baru ini
memberikan perubahan pada peran dari guru dan standar
penilaiannya. Pada K-13 ini peran guru hanya dibatasi sebagai
fasilitator, siswalah yang harus aktif menggali informasi sendiri.
Kemudian mengenai standar penilaiannya, pada K-13 penilaian
dilakukan dengan lebih menyeluruh, tidak hanya pada aspek
pengetahuan saja, melainkan juga aktivitas siswa. Namun,
Amanatul (2013: 98) menyatakan bahwa pada kenyataan di
lapangan,
pembelajaran
Fisika
yang
dilakukan
selama
ini
cenderung pada Teacher Centered sehingga mengakibatkan
siswa menjadi pasif. Hal ini berarti guru harus mempunyai
wawasan yang cukup tentang strategi untuk pembelajaran yang
diampunya.
Untuk mengoptimalkan pembelajaran Fisika agar sesuai
dengan implementasi K–13 khususnya pada jenjang SMA, harus
dipilih pendekatan pembelajaran yang berciri Student Centered,
making
meaningfull
connections,
dan
menekankan
kepada
learning. Alternatif model pembelajaran yang dapat melibatkan
partisipasi
aktif
siswa
dalam
pembelajaran
diantaranya
:
menerapkan model pembelajaran Kooperatif atau mengarahkan
siswa belajar secara berkelompok. Menurut Sharan (2012: 30)
pembelajaran Kooperatif atau belajar bersama adalah model
pembelajaran dimana siswa dibiarkan belajar dalam kelompok,
saling menguatkan, mendalami, dan bekerjasama untuk semakin
menguasai bahan.
Model
pembelajaran
Kooperatif
diharapkan
mampu
mengatasi masalah tersebut, sehingga pencapaian kompetensi
belajar
siswa
dapat
meningkat
secara
merata.
Hal
ini
4
dikarenakan dalam model pembelajaran ini tercipta interaksi
antar siswa untuk berdiskusi, bermusyawarah, dan bermufakat
dimana dalam setiap kelompok siswa yang berkemampuan lebih
akan membantu dalam proses pemahaman bagi siswa yang
berkemampuan
rendah,
begitu
pula
dengan
siswa
yang
berkemampuan sedang dapat segera menyesuaikan dalam
proses pemahaman materi yang diberikan oleh guru.
Terdapat
Kooperatif,
beberapa
pada
tipe
pada
pembahasan
ini
model
akan
pembelajaran
dibahas
tipe
pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing. Menurut Rachmad
Widodo (dalam Entin, 2013: 4) “Model Pembelajaran Snowball
Throwing disebut juga model pembelajaran gelundungan bola
salju”.
Almenoar
pembelajaran
ini
(2014:
melatih
6)
mengatakan
siswa
untuk
bahwa
lebih
model
tanggap
menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang
terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada
temannya dalam satu kelompok. Peran
guru
di
sini
hanya
sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran
dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran.
Menurut Fatimah
(2015: 17) Snowball Throwing dapat
digunakan untuk menuntun siswa dalam memahami materi yang
sulit kepada siswa dengan membuat-menjawab pertanyaan
secara berulang-ulang yang berlandaskan indikator materi serta
untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan
dalam menguasai
materi, disamping kerja individu maupun
kelompok juga melatih siswa untuk memberi pendapat serta
menciptakan
suasana
interaksi
yang
menyenangkan
dan
membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Dengan
penerapan
model
pembelajaran
Kooperatif
tipe
Snowball
Throwing dalam pembelajaran Fisika diharapkan akan dapat
5
membantu siswa mencapai kompetensi belajar yang baik,
khususnya aktivitas dan prestasi belajar dalam mata pelajaran
Fisika.
Berdasarkan
uraian-uraian
terpapar
di
atas,
akan
dilakukan pembahasan materi tentang model pembelajaran
Kooperatif tipe Snowball Throwing dalam pembelajaran Fisika.
Dalam makalah seminar Fisika ini, pembahasan tentang model
pembelajaran tersebut diberi judul “Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Snowball Throwing dalam Pembelajaran
Fisika”.
B. Identifkasi Masalah
Berdasarkan
uraian
latar
belakang
masalah
yang
dikemukakan di atas, maka dapat diidentifkasi masalah-masalah
yang timbul sebagai berikut:
1.
Mata pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran yang
susah dan rumit dibanding mata pelajaran IPA yang lain
(Biologi dan Kimia) karena sebagian besar membutuhkan
penyelesaian dengan logika matematik.
2.
Hasil penelitian Wiyanto (2006: 64) menyatakan bahwa
anak yang pandai cenderung kurang dapat bekerja sama.
3.
Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) untuk SMA/MA belum
sepenuhnya diterapkan di lapangan khususnya pada mata
pelajaran Fisika. Hal ini dapat dilihat dari Pembelajaran Fisika
yang masih cenderung pada Teacher Centered.
4.
Adanya kecenderungan pada pembelajaran Fisika yang
bersifat abstrak dan kurang bermakna.
5.
Perlunya diterapkan model pembelajaran inovatif yang
berpusat pada siswa.
6
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, masalah yang akan dibahas dalam
Makalah Seminar Fisika ini adalah:
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing.
2. Sintak (alur) pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran
Kooperatif tipe Snowball Throwing.
3. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Kooperatif tipe
Snowball Throwing.
4. Efektivitas pelaksanaan model pembelajaran Kooperatif tipe
Snowball Throwing dalam pembelajaran Fisika.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifkasi dan pembatasan maka masalah
yang akan dibahas dalam Makalah Seminar Fisika ini adalah:
1. Apa hakikat model pembelajaran Kooperatif tipe Snowball
Throwing?
2. Bagaimana sintak (alur) pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran
Kooperatif tipe Snowball Throwing?
3. Apa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Kooperatif tipe
Snowball Throwing?
E. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan yang diinginkan dari penulisan Makalah Seminar Fisika ini
adalah untuk menjelaskan:
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing.
2. Sintak (alur) pembelajaran Fisika model pembelajaran Kooperatif
tipe Snowball Throwing.
3. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Kooperatif tipe
Snowball Throwing.
7
F. Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat yang diharapkan dari penulisan Makalah Seminar Fisika ini
antara lain:
1. Menambah
maupun
pengetahuan
pembaca
pada
bagi
penulis
umumnya
pada
khususnya
mengenai
model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.
2. Memberikan
perangkat
referensi
sintaks
pembelajaran
pembelajaran
kooperatif
pembelajaran Fisika.
pembelajaran
yang
tipe
Fisika
menggunakan
Snowball
Throwing
dan
model
dalam
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu indikator peningkatan kualitas pendidikan ditandai dengan
adanya peningkatan potensi siswa yang mampu menghadapi dan memecahkan
masalah kehidupan. Dalam hal ini guru harus memiliki pengetahuan yang luas
mengenai model belajar, kondisi siswa dan cara melakukan pembelajaran yang
efektif dan bermakna.
Pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran
yang diberikan pada jenjang pendidikan di sekolah menengah.
Menurut Harlen (dalam Ida Purwati, 2010: 3), karakteristik
pembelajaran Fisika antara lain: (1) merupakan ilmu yang
berhakikat pada proses
dan
produk,
artinya
dalam
belajar
Fisika tidak cukup hanya mempelajari produknya melainkan
juga
menguasai
cara
memperoleh
produk
tersebut;
(2)
produk Fisika cenderung bersifat abstrak dan dalam bentuk
pengetahuan fsik dan logika matematik. Sedangkan menurut
Uswatun (2012: 2) pelajaran Fisika sebagai salah satu pelajaran
ilmu alam (IPA) merupakan mata pelajaran eksak, artinya
pelajaran
yang
bisa
dipecahkan
atau
diajarkan
dengan
pernyataan yang sudah pasti dan hampir isinya berupa angkaangka yang pasti dapat dihitung dalam logika matematik. Dalam
perspektif
pelajaran
siswa,
yang
mata
susah
pelajaran
dan
rumit
Fisika
karena
merupakan
mata
sebagian
besar
membutuhkan penyelesaian dengan logika matematik.
Widhy (2013: 2) dan Sutrisno (2006: 2) menambahkan
bahwa selain Fisika merupakan ilmu yang berhakikat pada
proses (a way of investigating) dan
produk (a body of
knowledge), Fisika juga merupakan ilmu yang berhakikat pada
sikap (a way of thinking). Dari hakikat Fisika sebagai produk dan
1
2
proses, tampak terlihat bahwa penyusunan Fisika diawali dengan
kegiatan-kegiatan kreatif seperti pengamatan dan penyelidikan,
yang kesemuanya itu memerlukan proses mental dan sikap yang
berasal
dari
pemikiran.
Jadi
dengan
pemikirannya
orang
bertindak dan bersikap, sehingga akhirnya dapat melakukan
kegiatan-kegiatan ilmiah. Pemikiran-pemikiran dalam bidang
Fisika menggambarkan rasa ingin tahu dan rasa penasaran yang
besar, diiringi dengan rasa percaya diri, sikap objekif, jujur dan
terbuka serta mau mendengarkan pendapat orang lain. Sikapsikap itulah yang kemudian memaknai hakikat Fisika sebagai
sikap atau a way of thinking.
Namun, hasil penelitian Wiyanto (2006: 64) menyatakan
bahwa koefsien korelasi antara aspek kognitif dan afektif
berharga negatif, artinya siswa yang hasil belajar kognitifnya
tinggi, afektifnya seperti sikap saling menghargai dan membantu
yang memungkinkan kerja sama yang efektif di dalam suatu
kelompok kerja cenderung rendah. Hal ini dapat ditafsirkan
bahwa anak yang pandai cenderung kurang dapat bekerja sama.
Dari perspektif siswa yang menyatakan bahwa mata
pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran yang susah dan
rumit, serta adanya uraian dari hasil penelitian Wiyanto tersebut
di atas menjadi pemicu rendahnya prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran Fisika dibandingkan dengan mata pelajaran IPA
yang lain seperti Kimia dan Biologi. Dengan demikian, rendahnya
prestasi belajar Fisika tidak terlepas dari adanya kecenderungan
pada pembelajaran yang bersifat abstrak dan kurang bermakna.
Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar-mengajar guru harus
memilih
model
pembelajaran
yang
tepat
agar
pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai.
tujuan
3
Kurikulum
dilaksanakan
2013
mulai
(selanjutnya
2013/2014
disingkat
merupakan
K-13)
yang
penyempurnaan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum baru ini
memberikan perubahan pada peran dari guru dan standar
penilaiannya. Pada K-13 ini peran guru hanya dibatasi sebagai
fasilitator, siswalah yang harus aktif menggali informasi sendiri.
Kemudian mengenai standar penilaiannya, pada K-13 penilaian
dilakukan dengan lebih menyeluruh, tidak hanya pada aspek
pengetahuan saja, melainkan juga aktivitas siswa. Namun,
Amanatul (2013: 98) menyatakan bahwa pada kenyataan di
lapangan,
pembelajaran
Fisika
yang
dilakukan
selama
ini
cenderung pada Teacher Centered sehingga mengakibatkan
siswa menjadi pasif. Hal ini berarti guru harus mempunyai
wawasan yang cukup tentang strategi untuk pembelajaran yang
diampunya.
Untuk mengoptimalkan pembelajaran Fisika agar sesuai
dengan implementasi K–13 khususnya pada jenjang SMA, harus
dipilih pendekatan pembelajaran yang berciri Student Centered,
making
meaningfull
connections,
dan
menekankan
kepada
learning. Alternatif model pembelajaran yang dapat melibatkan
partisipasi
aktif
siswa
dalam
pembelajaran
diantaranya
:
menerapkan model pembelajaran Kooperatif atau mengarahkan
siswa belajar secara berkelompok. Menurut Sharan (2012: 30)
pembelajaran Kooperatif atau belajar bersama adalah model
pembelajaran dimana siswa dibiarkan belajar dalam kelompok,
saling menguatkan, mendalami, dan bekerjasama untuk semakin
menguasai bahan.
Model
pembelajaran
Kooperatif
diharapkan
mampu
mengatasi masalah tersebut, sehingga pencapaian kompetensi
belajar
siswa
dapat
meningkat
secara
merata.
Hal
ini
4
dikarenakan dalam model pembelajaran ini tercipta interaksi
antar siswa untuk berdiskusi, bermusyawarah, dan bermufakat
dimana dalam setiap kelompok siswa yang berkemampuan lebih
akan membantu dalam proses pemahaman bagi siswa yang
berkemampuan
rendah,
begitu
pula
dengan
siswa
yang
berkemampuan sedang dapat segera menyesuaikan dalam
proses pemahaman materi yang diberikan oleh guru.
Terdapat
Kooperatif,
beberapa
pada
tipe
pada
pembahasan
ini
model
akan
pembelajaran
dibahas
tipe
pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing. Menurut Rachmad
Widodo (dalam Entin, 2013: 4) “Model Pembelajaran Snowball
Throwing disebut juga model pembelajaran gelundungan bola
salju”.
Almenoar
pembelajaran
ini
(2014:
melatih
6)
mengatakan
siswa
untuk
bahwa
lebih
model
tanggap
menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang
terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada
temannya dalam satu kelompok. Peran
guru
di
sini
hanya
sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran
dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran.
Menurut Fatimah
(2015: 17) Snowball Throwing dapat
digunakan untuk menuntun siswa dalam memahami materi yang
sulit kepada siswa dengan membuat-menjawab pertanyaan
secara berulang-ulang yang berlandaskan indikator materi serta
untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan
dalam menguasai
materi, disamping kerja individu maupun
kelompok juga melatih siswa untuk memberi pendapat serta
menciptakan
suasana
interaksi
yang
menyenangkan
dan
membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Dengan
penerapan
model
pembelajaran
Kooperatif
tipe
Snowball
Throwing dalam pembelajaran Fisika diharapkan akan dapat
5
membantu siswa mencapai kompetensi belajar yang baik,
khususnya aktivitas dan prestasi belajar dalam mata pelajaran
Fisika.
Berdasarkan
uraian-uraian
terpapar
di
atas,
akan
dilakukan pembahasan materi tentang model pembelajaran
Kooperatif tipe Snowball Throwing dalam pembelajaran Fisika.
Dalam makalah seminar Fisika ini, pembahasan tentang model
pembelajaran tersebut diberi judul “Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Snowball Throwing dalam Pembelajaran
Fisika”.
B. Identifkasi Masalah
Berdasarkan
uraian
latar
belakang
masalah
yang
dikemukakan di atas, maka dapat diidentifkasi masalah-masalah
yang timbul sebagai berikut:
1.
Mata pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran yang
susah dan rumit dibanding mata pelajaran IPA yang lain
(Biologi dan Kimia) karena sebagian besar membutuhkan
penyelesaian dengan logika matematik.
2.
Hasil penelitian Wiyanto (2006: 64) menyatakan bahwa
anak yang pandai cenderung kurang dapat bekerja sama.
3.
Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) untuk SMA/MA belum
sepenuhnya diterapkan di lapangan khususnya pada mata
pelajaran Fisika. Hal ini dapat dilihat dari Pembelajaran Fisika
yang masih cenderung pada Teacher Centered.
4.
Adanya kecenderungan pada pembelajaran Fisika yang
bersifat abstrak dan kurang bermakna.
5.
Perlunya diterapkan model pembelajaran inovatif yang
berpusat pada siswa.
6
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, masalah yang akan dibahas dalam
Makalah Seminar Fisika ini adalah:
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing.
2. Sintak (alur) pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran
Kooperatif tipe Snowball Throwing.
3. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Kooperatif tipe
Snowball Throwing.
4. Efektivitas pelaksanaan model pembelajaran Kooperatif tipe
Snowball Throwing dalam pembelajaran Fisika.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifkasi dan pembatasan maka masalah
yang akan dibahas dalam Makalah Seminar Fisika ini adalah:
1. Apa hakikat model pembelajaran Kooperatif tipe Snowball
Throwing?
2. Bagaimana sintak (alur) pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran
Kooperatif tipe Snowball Throwing?
3. Apa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Kooperatif tipe
Snowball Throwing?
E. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan yang diinginkan dari penulisan Makalah Seminar Fisika ini
adalah untuk menjelaskan:
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing.
2. Sintak (alur) pembelajaran Fisika model pembelajaran Kooperatif
tipe Snowball Throwing.
3. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Kooperatif tipe
Snowball Throwing.
7
F. Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat yang diharapkan dari penulisan Makalah Seminar Fisika ini
antara lain:
1. Menambah
maupun
pengetahuan
pembaca
pada
bagi
penulis
umumnya
pada
khususnya
mengenai
model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.
2. Memberikan
perangkat
referensi
sintaks
pembelajaran
pembelajaran
kooperatif
pembelajaran Fisika.
pembelajaran
yang
tipe
Fisika
menggunakan
Snowball
Throwing
dan
model
dalam