STUDI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PULAU

STUDI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PULAU
MENJANGAN KECIL, CEMARA KECIL DAN CEMARA BESAR
BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

Dilaksanakan dan disusun untuk dapat mengikuti ujian praktikum (responsi) pada
mata kuliah Koralogi

Oleh:
Nama
NIM
Kelompok
Asisten

: Ghina Aghniatus Sholihah
: H1K013008
:8
: Priyati Lestari

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2015

I.

MATERI DAN METODE

I.1. Materi
I.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum koralogi ini diantaranya ialah perlengkapan
snorkeling, roll meter 20 m, Coral Finder Tool, Hand Touly Counter, kartu identifikasi,
underwater camera, alat tulis bawah air, GPS.
I.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum koralogi ini diantaranya ialah
I.2. Metode
I.2.1. Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan metode LIT (Line Intercept Transect),
Belt Transect dan pengamatan bebas. Transek dilakukan dengan membentangkan roll meter
sepanjang 10 meter sejajar garis pantai. Tunggu 10 menit untuk member kesempatan komunitas
ikan karang kembali menempati habitatnya. Sepanjang transek, dicatat life form karang, jenis
substrat, ikan karang, dan biota avertebrata asosiasi. Kemudian masukkan data pengamatan ke

dalam table yang tersedia dan hitung persentase penutupan karang hidup. Tidak lupa juga, catat
pengukuran parameter kualitas air.
I.2.2. Pengamatan Dan Identifikasi Penyakit Karang
Pengamatan dan identifikasi penyakit karang dilakukan dengan metode survey sepanjang
Line Intercept Transec (LIT), jika ditemukan adanya penyakit karang (tissue loss, perubahan
warna jaringan, pertumbuhan abnormal) kemudian foto menggunakan underwater camera (2
sampel penyakit karang) untuk selanjutnya diidentifikasi dengan bantuan kartu identifikasi.

I.2.3. Identifikasi Genus Karang (Coral Finder Tool)
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi genus karang dilakukan dengan
menggunakan Coral Finder Tool. pada halaman pertama Coral Finder Tool dilihat pada kolom
key group untuk melihat bentuk pertumbuhan karang yang akan diidentifikasi (apakah karang
tersebut memiliki bentuk pertumbuhan branching, massive, dll). Selanjutnya menentukan bentuk
dan mengukur besar koralit pada karang tersebut menggunakan kaca pembesar dan penggaris
untuk alat ukur. Setelah itu, akan langsung diarahkan pada halaman utama (look alike) yang
menggambarkan bentuk koloni dan koralit karang serta satu kolom characters yang menjelaskan
tentang karakteristk atau cirri khusus dari genus karang. Kemudian bandingkan karang yang
sedang diamati dengan gambar karang pada kolom colony, corallites dan close up, kemudian
mengkonfirmasi cirri-ciri karang tersebut dengan karakteristik kunci yaitu deskripsi dalam teks
tebal pada kolom characters, langkah selanjutnya melihat gambar karang yang terdapat pada

kolom scaled (skala) untuk menyesuaikan bentuk koralit karang dalam skala atau ukuran yang
sebenarnya. Setelah karakteristik karang yang diamati dengan contoh karang pada Coral Finder
sesuai, kemudian dicatat nama genus karang yang telah diamati sesuai dengan keterangan nama
genus yang terdapat di atas gambar karang pada Coral Finder.
I.3. Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada tanggal 1-2 November 2015 di Pulau Menjangan Kecil,
Cemara Kecil dan Cemara Besar Karimunjawa.

II.
II.1.
II.2.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Penutupan Karang
Biota Asosiasi Dan Ikan Karang

A.

Gambar 1. Diadema setosum (www.thepeggs.uwclub.net)
Klasifikasi menurut Arnold & Birtles 1989 adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Echinoidea
Ordo : Diadematoida
Famili : Diadematoidae
Genus : Diadema
Spesies : Diadema setosum
Deskripsi menurut Setiawan (2010) ialah badan hitam dengan duri panjang di bagian atas
serta duri halus dan pendek di bagian bawah tubuh. Hidup di daerah terdapat banyak karang mati
dan rubble. Pemakan alga bentik yang terdapat di karang mati dan rubble. Terdapat di IndoPasifik Barat: Laut Merah - Pulau-pulau di Pasifik Selatan dan Jepang.

B.

Gambar 2. Echinometra mathaei (en.wikipedia.org)
Klasifikasi Echinometra mathaei adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Echinoidea
Ordo : Camarodonta
Famili : Echinometridae

Genus : Echinometri
Spesies : Echinometra mathaei
(http://www.marinespecies.org/)

Deskripsi menurut Setiawan (2010) ialah berwarna hitam dengan duri pendek di sekujur
badan berwarna coklat dan kadang di ujungnya berwarna putih. Biasa ditemukan di sela daerah
berbatu di area terumbu karang, membuat lobang dan tinggal disana. Terdapat di daerah tropis
dan subtropis di Indo-Pasifik Barat.

C.

Gambar 3. Chaetodon lunula (www.oceanlight.com)
Klasifikasi Chaetodon lunula adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Chaetodontidae
Genus : Chaetodon
Spesies : Chaetodon lunula

(http://www.fishbase.org/)
Deskripsi menurut Setiawan (2010) ialah memiliki panjang max 14 cm, sangat mirip
dengan C.trifasciatus dimana perbedaannya terletak di pangkal ekor yang berwarna biru abuabu.
Hidup di area terumbu karang dengan range kedalaman 3-20m, juvenile bersembunyi di celah
karang bercabang. Terdapat dari jepang, Hawai - Australia. Pemakan polip karang / Coralivore.

D.

Gambar 4. Chrysiptera rollandi (animal-world.com)
Klasifikasi Chrysiptera rollandi adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Chrysiptera
Spesies : Chrysiptera rollandi
(www.coremap.or.id)
Deskripsi menurut Setiawan (2010) memiliki Panjang max 7,5 cm, warna bervariasi,
umumnya badan bagian kepala kebawah hingga belakang dorsal gelap dan bagian bawahnya

putih krem. Biasa ditemukan didaerah karang, karang dengan rubble, laguna.Range kedalaman
2-35 m. Terdapat Samudra Hinia timur dan Pasifik barat. Pemakan Zooplankton.

E.

Gambar 5. Abudefduf sexfasciatus (www.reef.org)
Klasifikasi Klasifikasi Abudefduf sexfasciatus adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Abudefduf
Spesies : Abudefduf sexfasciatus
(http://www.fishbase.org/)
Deskripsi menurut Setiawan (2010) memiliki Panjang max 16 cm, badan putih dan agak
kehijaun saat dewasa dengan 5 garis hitam, ciri khasnya adalah memiliki garis hitam di bagian
cagak ekornya. Hidup di daerah pantai, karang berbatu dan trumbu karang yang baik. Biasa
berada di karang lunak dan koloni hydroid. Range kedalaman 1 - 20 m. terdapat di Indo-Pasifik .
pemakan Zooplankton dan alga / omnivore.


F.

Gambar 6. Hemiglyphidodon plagiometopon (www.eol.org)
Klasifikasi Hemiglyphidodon plagiometopon adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Hemiglyphidodon
Spesies : Hemiglyphidodon plagiometopon
(http://www.marinespecies.org/)
Deskripsi menurut Setiawan (2010) memiliki Panjang max 18 cm, badan coklat gelap,
bagian kepala coklat terang dengan gradasi coklat gelap di belakangnya. Juvenil berwarna
kuning oranye di bagian perut dan coklat di punggungnya dengan banyak garis biru dan spot di
muka dan bagian belakang. Biasa dijumpai di daerah laguna yang terlindung, pantai berkarang di
daerah banyak alga dengan substrat karang becabang. Range kedalaman 1-20 m. terdapat di
Thailand, China, Philippines, Indonesia, New Guinea, Laut Timor (Ashmore Reef), Australia
barat, Great Barrier Reef, New Britain dan Kep. Solomon. pemakan Alga.

G.

Gambar 7. Neopomacentrus azysron (www.picture-worl.org)
Klasifikasi Klasifikasi Hemiglyphidodon plagiometopon adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Neopomacentrus
Spesies : Neopomacentrus azysron
(www.coremap.org/)
Deskripsi menurut Setiawan (2010) memiliki Panjang max 8 cm, badan abu-abu hijau
kebiruan dengan sirip belakang dorsal, anal dan sirip ekor kuning. Spot hitam dipangkal sirip
dada serta di operculum atas. Hidup Di daerah lereng karang dan alur karang yang lebih dalam.
Dalam kelompok kecil di daerah sub-tidal. Range kedalaman 1 - 12 m. terdapat di Indo-Pasifik
Barat: Afrika Timur - Kep. Indo-Malay dan Vanuatu, Taiwan, Australia, PNG dan Kep. Solomon.
pemakan: Zooplankton.

H.


Gambar 8. Amblyglyphidodon curacao (www.fishesofaustralia.net.au)
Klasifikasi Amblyglyphidodon curacao adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Amblyglyphidodon
Spesies : Amblyglyphidodon curacao
(www.fishesofaustralia.net.au)
Deskripsi menurut Setiawan (2010) memiliki Panjang max 13 cm. Populasi di Indonesia
berwarna hijau dengan garis kehitaman saat dewasanya. Papua berwarna lebih keperakan dengan
garis kehijaun. Hidup di Daerah laguna dan lereng karang bagian luar, Juvenil sering terlihat
dekat karang lunak jenis Sarcophyton dan Sinularia. Makan sering berkelompok didaerah
karang. Range kedalaman 1 - 40 m. terdapat di Pasifik barat ( Rowley shoals, Malaysia - Samoa
dan Tonga. Utara kep.Ryukyu - selatan GBR). Pemakan Zooplankton dan filamentous alga.

I.


Gambar 9. Caesio caerulaureus (www.fishesofaustralia.net.au)
Klasifikasi Klasifikasi Caesio caerulaureus adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Lutjanidae
Genus : Caesio
Spesies : Caesio caerulaureus
(www.fishesofaustralia.net.au)
Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Panjang max 35 cm, memiliki garis kuning
emas memanjang dari pangkal ekor hingga diatas mata, serta strip hitam di kedua ujung cagak
sirip ekornya. Hidup di Area terumbu karang yang jernih, sering ditemukan schooling dalam
jumlah besar bersama jenis caesionidae lainnya. Range kedalaman 5-50 m. terdapat Hampir
diseluruh perairan Indonesia.

J.

Gambar 10. Chrysiptera rex (www.kudalaut.eu)
Klasifikasi Chrysiptera rex adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Chrysiptera
Spesies : Chrysiptera rex
(www.fishesbase.org)
Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Panjang max 7 cm. juvenil pink cerah, Bagian
atas badan krem kecoklatan, kepala abu-abu. Badan bawah putih krem. Hidup di karang dari
dangkal hingga lereng karang. Range kedalaman 1-20 m. terdapat sepanjang Indo-Pasifik barat.
pemakan Alga.

K.

Gambar 11. Caesio cuning (australianmuseum.net.au)
Klasifikasi Caesio cuning adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Lutjanidae
Genus : Caesio
Spesies : Caesio cuning
(australianmuseum.net.au)
Deskripsi Menurut Allen et al (2007), ikan ekor kuning dapat mencapai panjang hingga
50 cm. Ikan ekor kuning biasanya membentuk scooling yang besar dan dapat ditemui di
kedalaman 1 - 60 meter. Makanan utama ikan ekor kuning merupakan zooplankton. Dari seluruh
family caesionidae, spesies ini merupakan jenis yang paling toleran terhadap perairan yang keruh
Spesies ini terdapat perairan laut tropis Indo-Pasifik Barat. Pemakan zooplankton.

L.

Gambar 12. Caesio xanthonota (www.meerwasser-lexikon.de)
Klasifikasi Caesio xanthonota adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Lutjanidae
Genus : Caesio
Spesies : Caesio xanthonota
(www.fishebase.org)
Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Panjang max 40 cm, berwarna biru keperakan
dengan warna kuning hampir 1/2 badan hingga bagian kepala.Sirip ekor berwarna kuning. Hidup
di Daerah karang namun umumnya berada di kolom perairan. Aktif schooling dengan caesionid
lain di kolom perairan karang. Range kedalaman 0-50 m. terdapat di Timur Afrika hingga
Indonesia (tidak di laut merah and Persia). Pemakan Zooplankton.

M.

Gambar 13. Amphiprion ocellaris (commons.wikimedia.org)
Klasifikasi Amphiprion ocellaris adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Amphiprion
Spesies : Amphiprion ocellaris
(www.fishesbase.org)
Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Panjang max 11 cm (TL), warna badan oranye
dengan tiga garis putih lebar, bagian yang tengah berbentuk segitiga maju ke dekat sirip dada.
Sirip ekor bulat. Hidup di Daerah karang yang dangkal dan tenang. Diurnal, protandrous
hermaprodit. Berpasangan monogamy. Berasosiasi dengan anemone jenis: Heteractis magnifica,
Stichodactyla gigantea, dan Stichodactyla mertensii . Range kedalaman 1-15 m. terdapat di IndoPasifik barat. pemakan Omnivora.

N.

Gambar 14. Pygoplites diacanthus (www.nature-pictures.org)
Klasifikasi Pygoplites diacanthus adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacanthidae
Genus : Pygoplites
Spesies : Pygoplites diacanthus
(www.fishesbase.org)
Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Panjang max 25 cm (TL), bagian mata gelap
dengan garis kebiruan dekat mata. Badan kuning dengan garus lengkung putih dibatasi hitam
dari dekat insang hingga pangkal ekor, dari sirip punggung hitam kebiruan. Bagian belakang
sirip anal garis lengkung kuning dan biru berjalan sejajar dengan kontur tubuh; sirip ekor kuning.
juvenil dengan bintik hitam besar pada bagian basal lunak sirip dorsal. Biasa terdapat didaerah
karang yang sehat di laguna atau lereng karang. Soliter , berpasangan atau berkelompok.
Distribusi: Indo-Pasifik. Tipe pemakan: Tunikata dan spong / zoobenthos.
O.

Gambar 15. Pomacentrus moluccensis (okinawa-zukan.com)
Klasifikasi Pomacentrus moluccensis adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Pomacentrus
Spesies : Pomacentrus moluccensis
(www.fishesbase.org)
Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Panjang max 9 cm (TL), badan kuning dengan
batas sirip anal berwarna hitam. Habitat: Laguna, terumbu karang dengan banyak karang
bercabang. Range 1-14 m. Distribusi: Pasifik barat. Tipe pemakan: Alga dan krustacea
planktonic.

P.

Gambar 16. Dischistodus prosopotaenia (zipcodezoo.com)
Klasifikasi Dischistodus prosopotaenia adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Dischistodus
Spesies : Dischistodus prosopotaenia
(www.fishesbase.org)
Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Panjang max 17 cm (TL), badan hijau
kecoklatan dengan garis putih besar. Soliter dan teritorial. Habitat: Mendiami daerah berpasir
di laguna dan terumbu karang. Range kedalaman 1 – 12 m. Distribusi: Indo-west Pasifik
(varian normal tersebar dari Singapura - Sulawesi, varian yang bagian dada agak kuning dari
Papua - timur Australia dan Vanuatu). Tipe pemakan: Omnivora.

Q.

Gambar 17. Dischistodus melanotus (www.inaturalist.org)
Klasifikasi Dischistodus melanotus adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Dischistodus
Spesies : Dischistodus melanotus
(www.fishesbase.org)
Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Ciri-ciri: Panjang max 16 cm (TL), bagian
badan atas dari kepala hingga tengah dorsal hijau kehitaman dengan batas kuning dan sebagian
perut bawah dekat anal. Badan putih dengan bercak pink disekitar insang. Habitat: Memilih di
daerah pasir dan rubble di area laguna dan terumbu karang. Range kedalaman 1 - 12 m.
Distribusi: Pasifik barat. Tipe pemakan: Alga bentik.

R.

Gambar 18. Chaetodontoplus mesoleucus (www.kudalaut.eu)
Klasifikasi Chaetodontoplus mesoleucus adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacanthidae
Genus : Chaetodontoplus
Spesies : Chaetodontoplus mesoleucus
(www.fishesbase.org)
Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Ciri-ciri: Panjang max 18 cm (TL), sekilas mirip
Chaetodontidae namun dibedakan dari opercula tulang belakangnya yang kuat. Badan 2/3 hitam
abu-abu dan sisnya putih. Garis hitam memanjang dari kepala hingga bawah.sebagian muka
depan kuning dengan mulut biru. Ekor kuning. Habitat: Daerah terumbu karang dan jarang di
laut terbuka. Range kedalaman 1-20m. Distribusi: Indo-west pasifik (Indonesia-Jepang,
SriLanka-timur. Tipe pemakan: Sponge, tunikata dan alga berfilamen / zoobenthos.

II.3.
Identifikasi Penyakit Karang
A. Pulau Cemara Kecil

a

b

Gambar . White band disease (WBD) (a) dokumentasi pribadi (b) referensi (www.whoi.edu)
WBD secara visual diidentifikasi oleh garis putih yang memisahkan jaringan hidup dari
jaringan mati. Jaringan karang ditemukan pengelupasan atau peluruhan dimana kerangka yang
terkena meninggalkan garis putih. Dalam kebanyakan kasus, kerangka karang tidak tetap
telanjang lama, karena kekosongan digantikan oleh alga berfilamen. Ini, dikombinasikan dengan
tingkat yang cepat menyebar, sebanyak 2,06 cm2 hari, memungkinkan WBD menjadi penyakit
karang hanya dikenal mampu secara drastis mengubah struktur dan komposisi terumbu. (Lentz et
al, 2011).
Sementara BBD telah dikonfirmasi untuk dihubungkan dengan sebuah komunitas bakteri.
ini belum dikonfirmasi untuk WBD. Namun, sering dianggap bahwa WBD disebabkan oleh
infeksi bakteri. Beberapa studi telah mengusulkan bahwa WBD tidak diinduksi patogen,
melainkan respon biokimia untuk beberapa jenis trauma karang. Studi menunjukkan bahwa
frekuensi dan tingkat keparahan wabah WBD selama 30 tahun terakhir yang belum pernah
terjadi sebelumnya pada skala paleontologi, menyebabkan banyak untuk berspekulasi bahwa
stres antropogenik secara langsung berhubungan dengan penyakit ini, meskipun sampai saat ini
tidak ada bukti langsung dari laporan ini. Sampai saat ini WBD hanya ditemukan terjadi dalam
genus Acropora (Lentz et al, 2011).

Gambar . (a) dokumentasi pribadi (b) referensi
Pola tersebar di permukaan koloni karang yang tersebar di permukaan karang kehilangan
jaringan menghasilkan luka yang mungkin linier, annular atau tidak teratur dalam bentuk
goresan. Kerusakan damselfish tercatat jika ada daerah baru menggores polip karang dijajah oleh
rumput ganggang dan secara aktif dipertahankan oleh Stegastes spp. atau Microspathodon
chrysuru. Scarids, seperti Sparisoma viride, juga dapat merusak jaringan karang. Karena
kesulitan dalam menilai kerusakan koloni, kerusakan disebabkan damselfishes kadang-kadang
hasil dari predasi scarid atau bekas luka dari penyakit sebelumnya.

B. Pulau Cemara Besar

a

b

Gambar . White syndrome disease (WSD) (a) dokumentasi pribadi (b) referensi
(www.eorhawaii.org)
White syndrome disease (WSD) adalah istilah untuk penyakit karang yang menunjukkan
demarkasi yang tajam antara jaringan karang sehat dan kerangka karang yang terkena penyakit,
dimana jaringan menjadi pucat atau putih. Penyakit ini, jika dibiarkan saja akan mengakibatkan
kematian koloni total. Penyebab WSD sulit untuk dikonfirmasi, kebanyakan penelitian tentang
WSD telah menggunakan percobaan laboratorium atau analisis mikrobiologi untuk
mengkonfirmasi berbagai bakteri sebagai penyebabnya. Tentunya, pada tingkat mikroskopis,
WSD dapat dikaitkan dengan beberapa mikoorganisme seperti ciliates atau jamur yang
berhubungan dengan kematian sel (Work et al, 2015). Hal ini sesuai dengan Sweet & Bythell
(2012) yang menyatakan bahwa penelitian terbaru telah menunjukan adanya protozoa yang
dikenal sebagai ciliates di karang menunjukan tanda-tanda WS. Agen yang baru ditemukan
terkait WSD ada pada Montipora capitata di Hawaii (Work et al, 2015).

Gambar . White Patch/Pox Disease (WPD) (a) dokumentasi pribadi (b) referensi
(www.npr.org)
Dianggap eksklusif untuk Acropora palmata, penyakit cacar putih pertama kali
didokumentasikan di Timur Rocks kering Reef off Key West, Florida pada tahun 1996. Koloni
kerangka karang terkena penyakit cacar putih menampilkan berbentuk bercak putih tidak teratur
di mana mendasari kerangka karang tersebut, biasanya dikelilingi oleh jaringan sehat. Sejak
laporan pertama dari penyakit cacar putih pada tahun 1996, penyakit ini telah mempengaruhi A.
palmata seluruh Karibia dan bertanggung jawab untuk penurunan 85% dalam A. palmata dari
tujuh terumbu karang di Florida Keys antara 1996 dan 1999 (Muller et al, 2008).
Telah diusulkan bahwa sebagian besar penyakit karang, termasuk cacar putih, lebih
banyak terjadi pada saat suhu air yang tinggi. Hubungan antara anomali suhu hangat dan sindrom
putih telah didokumentasikan dari survei tahunan sepanjang Great Barrier Reef, tetapi sangat
tergantung pada tutupan karang. Temperatur tinggi yang mungkin terkait dengan meningkat nya
kerentanan dari karang untuk penyakit menular dan efek sekunder dari host karena anomaly suhu
air tinggi (Muller et al, 2008).

II.4.

Parameter Kualitas Perairan

Sebaran terumbu karang dipengaruhi beberapa faktor lingkungan. Secara umum faktorfaktor lingkungan tersebut adalah seperti berikut :

a) Suhu

Terumbu karang dapat tumbuh berkembang optimal pada suhu 23-25 oC bahkan dengan
toleransi suhu 36-40 oC (Nybakken, 1992 dalam Purbani, 2014). Kenaikan suhu 2° C - 4° C
dapat merusak jaringan karang dan kenaikan 4° C - 5° C mengakibatkan kematian karang.
Tingkat suhu yang ekstrim akan mempengaruhi binatang karang, seperti metabolisme,
reproduksi dan pengapuran (kalsifikasi) (Supriharyono, 2000).
b) Salinitas
Salinitas optimum bagi pertumbuhan karang 32‰ - 35‰ (Nybakken, 1992 dalam
Purbani, 2014). Pada perairan bersalinitas rendah seperti muara sungai jarang ditemukan
terumbu karang dan pada daerah bercurah hujab tinggi akan menyebabkan terumbu karang
mengalami gangguan, begitu juga pada perairan yang kadar garamnya sangat tinggi. Terumbu
karang yang ada di reef flat mampu beradaptasi dalam waktu singkat dengan salinitas rendah saat
terjadinya hujan, namun hujan lebat dalam waktu yang lama dengan perubahan salinitas drastis
akan merusak komunitas karang di daerah tersebut (Veron, 1986).
c) pH
Menurut Tomascik et al (1997) habitat yang cocok bagi pertumbuhan terumbu karang
yaitu habitat yang memiliki kisaran pH 8,2 – 8,5.

d) Kecerahan
Cahaya merupakan faktor pembatas bagi terumbu karang. Hal ini berkaitan dengan
proses fotosintesis yang dilakukan oleh zooxanthellae yang membutuhkan sinar matahari. Tanpa

cahaya yang cukup laju fotosintesis akan berkurang dan bersamaan dengan itu kemampuan
karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk terumbu akan berkurang pula
(Nybakken, 1992 Purbani, 2014). Faktor yang mempengaruhi penetrasi cahaya antara lain
kondisi cuaca, kekeruhan dan waktu pengamatan (Supriharyono, 2000).

II.5.

Identifiasi Genus Karang (Coral Finder Tool)

Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi genus karang dilakukan dengan
menggunakan Coral Finder Tool. pada halaman pertama Coral Finder Tool dilihat pada kolom
key group. Menurut Timotius (2013) bahwa bentuk pertumbuhan karang (branching, massive,
dll) yang akan diidentifikasi dapat dilihat pada kolom Key Group pada Coral Finder. Selanjutnya
menentukan bentuk dan mengukur besar koralit pada karang tersebut. Kaca Pembesar sebagai
alat bantu dalam melihat lebih jelas untuk mengukur besar koralit dari karang yang sedang kita
amatii. Penggaris/Alat Pengukur sebagai alat pengukur besar/lebar dari koralit karang yang kita
amati (Faizal, 2010). Setelah itu, akan langsung diarahkan pada halaman utama look alike,
dimana terdapat jenis-jenis karang yang memiliki besar koralit yang anda ukur sebelumnya
(Faizal, 2010). Serta satu kolom characters yang menjelaskan tentang karakteristik atau ciri
khusus dari genus karang. Pada halaman yang sudah dirujuk, lihat dan cari gambar karang yang
sesuai dengan karang yang sedang diamati. Jika terdapat kemiripan antar genus, kerucutkan
pilihan anda menjadi 2 jenis saja (Faizal, 2010). Kemudian bandingkan karang yang sedang
diamati dengan gambar karang pada kolom colony, corallites dan close up, kemudian
mengkonfirmasi cirri-ciri karang tersebut dengan karakteristik kunci yaitu deskripsi dalam teks
tebal pada kolom characters, langkah selanjutnya ialah melihat gambar karang yang terdapat
pada kolom scaled (skala) untuk menyesuaikan bentuk koralit karang dalam skala atau ukuran

yang sebenarnya. Setelah karakteristik karang yang diamati dengan contoh karang pada Coral
Finder sesuai, kemudian dicatat nama genus karang yang telah diamati sesuai dengan keterangan
nama genus yang terdapat di atas gambar karang pada Coral Finder.
Coral Finder merupakan buku panduan lapangan yang dikeluarkan oleh CoralHub dengan
fungsi sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi jenis karang sampai level Genus dengan 3
langkah cepat dan mudah untuk dimengerti. Coral Finder sangat cocok untuk pemula yang ingin
belajar mengidentifikasi karang karena sistematis penggunaan Coral Finder ini cukup jelas dan
mudah. Coral Finder merupakan 'jembatan' antara Karang Hidup yang ada di perairan dengan
Buku Taksonomi Karang 'Coral of The World' dari Veron yang terdiri dari 3 Volume. Coral
Finder mempermudah penggunanya dengan meringkas genus-genus karang sebanyak kurang
lebih 66 Genus di daerah Indo-Pasific kedalam suatu buku panduan jenis karang yang bisa
dibawa ke dalam air (Faizal, 2010).

Gambar 25. Goniastrea (coral.aims.gov.au)

Klasifikasi Goniastrea adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia

Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Famili : Faviidae
Genus : Goniastrea (www.iucnredlist.org)
Koloni massive dan beberapa berupa lembaran atau encrusting. Koralit cerioid dengan
bentuk polygonal dengan sudut yang tajam, membulat atau memanjang cenderung meandroid.
Septa selalu dengan pali yang nyata dan membentuk mahkota mengelilingi kolumela. Marga ini
mempunyai 10 jenis (Suharsono, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Allen G, et al. 2007. Reef Fish Identification Tropical Pasific. New World Publication, Inc.
Jacksonville, Florida, USA. 457 P.
Dunsmore Rikki Grobber, victor bonito, Thomas k. frazer. 2006. Potential inhibitors to recovery
of Acropora palmata populations in St. John, US Virgin Islands. Marine ecology progress
series. Vol. 321 : 123-132.
Faizal Ibnu, 2010. Coral Finder : Cara Cepat Dalam Identifikasi Karang. Terangi, Jakarta.
Lentz Jennifer A., Jason K. Blackburn, Andrew J. Curtis. 2011. Evaluating Patterns Of A WhiteBand Disease (WBD) Outbreak In Acropora Palmata Using Spatial Analysis: A
Comparison Of Transect And Colony Clustering. Plos One. Vol. 6 (7) : 1-10.
Muller E. M., et al. 2008. Bleaching Increases Likelihood Of Disease On Acropora Palmata
(Lamarck) In Hawksnest Bay, St John, US Virgin Islands. Coral Reefs. 27:191–195.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Penerbit : Gramedia. Jakarta.
Purbani Dini,Terry Louise Kepel Dan Amadhan Takwir. 2014. Kondisi Terumbu Karang Pulau
Weh Pasca Bencana Mega Tsunami. Depik. 2 : 1-16.
Setiawan Fakhrizal. 2010. Identifikasi Ikan Karang Dan Invertebrate Laut. Wildlife Conservation
Society. Manado, Indonesia.
Suharsono. 2008. Jenis-Jenis Karang Di Indonesia. Coremap. LIPI, Jakarta.
Supriharyono. 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Raymundo L., and C. Drew Harvell. 2008. Coral Disease Handbook. Coral Reef. Melbourne,
Australia.
Veron, J.E.N. 1986. Coral Of Australia And The Indo-Pacific. Angus & Robertos. Australia.
Work Thierry M., Robin Russell And Greta S. Aeby. 2012. Tissue Loss (White Syndrome) In
The Coral Montipora Capitata Is A Dynamic Disease With Multiple Host Responses And
Potential Causes. Proc. R. Soc. B. 279, 4334–4341.