MANAJEMEN BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH

MANAJEMEN BUDAYA DAN
LINGKUNGAN SEKOLAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
" Manajemen Lembaga Pendidikan Islam "
Dosen Pengampu :
Dr. Afiful Ikhwan, M. Pd.

Oleh :
SRI WAHYUNI 14111891
PAI B – SMT 8

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
Juni 2018

1

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya dan juga kesehatan yang dilimpahkan

kepada makhluk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian daripada itu, penulis sadar bahwa dalam penyusunan tugas
makalah ini banyak yang membantu terhadap usaha penulis, mengingat hal itu
dengan segala hormat penulis sampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Ponorogo Drs. H. Sulton, M.si.
2. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo Drs. Rido
Kurnianto, M. Ag.
3. Dosen Pengampu Mata Kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan Islam Dr.
Afiful Ikhwan, M. Pd.
4. Seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan yang telah diberikan semoga
menjadi amal soleh di sisi Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan, karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan
yang penulis miliki, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya mendukung
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap
semoga tugas makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

seluruh pembaca. Aamiin.
Ponorogo, 25 Juni 2018
Penyusun,
(PENULIS)

2

DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................................i
Kata Pengantar .....................................................................................................ii
Daftar Isi ...............................................................................................................iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................3
C. Tujuan Masalah ..........................................................................4

BAB II


PEMBAHASAN
MANAJEMEN BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH
A. Budaya, Lingkungan dan Iklim Sekolah ....................................5
B. Prinsip-prinsip Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah . .7
C. Karakteristik Budaya dan Lingkungan Sekolah .......................10
D. Manajemen Budaya Dan Lingkungan Sekolah Dalam Prespektif
Islam/Berbasis Islam .................................................................11
E. Tujuan dan Manfaat Pengembangan Budaya dan Lingkungan
Sekolah.......................................................................................11

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................17

3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
telah melahirkan berbagai kebijakan ditingkat satuan pendidikan tentang
upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Didukung dengan adanya
instrument-instrument pengembangan kualitas yang dapat memberikan
gambaran

kepada

mengorganisasikan,

pengelola

sekolah

bagaimana

merencanakan,


melaksanakan

serta

mengevaluasi

perkembangan

sekolahnya dari berbagai bidang. Namun berbagai perubahan kebijakan ini
sebagaian besar belum dapat mengembangkan budaya sekolah dalam rangka
menanamkan

nilai-nilai

kepada

peserta

didiknya. Apalagi


ditengah

keberlangsungan hidup bangsa yang berada ditengah-tengah perkembangan
zaman dengan teknologi yang semakin canggih menyebabkan berbagai
perubahan dan pergeseran nilai seperti yang terjadi akhir-akhir ini.
Termaktub dalam tujuh pilar MBS yaitu kurikulum dan pembelajaran,
peserta didik pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pembiayaan, hubungan sekolah dan masyarakat, dan budaya dan lingkungan
sekolah. Manajemen peserta didik berbasis sekolah adalah pengaturan peserta
didik

yang

meliputi

kegiatan

merencanakan,

mengorganisasikan,


melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan peserta didik di sekolah,
dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen berbasis
sekolah.
Manajemen pendidik dan tenaga kependidikan berbasis sekolah
adalah pengaturan pendidik dan tenaga kependidikan yang meliputi kegiatan
merencanakan,

mengorganisasikan,

melaksanakan,

dan

mengevaluasi

program kegiatan yang terkait dengan pendidik dan tenaga kependidikan di
sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen
berbasis sekolah.
Manajemen sarana dan prasarana berbasis sekolah adalah pengaturan

sarana

dan

prasarana

yang

meliputi

4

kegiatan

merencanakan,

mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan
sarana dan prasarana di sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip
implementasi manajemen berbasis sekolah.
Manajemen


pembiayaan

berbasis

sekolah

adalah

pengaturan

pembiayaan yang meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan pembiayaan di sekolah,
dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen berbasis
sekolah.
Manajemen budaya dan lingkungan sekolah merupakan salah satu
upaya pemerintah untuk mengembangkan karakter positif siswa. Manajemen
budaya dan lingkungan sekolah dilakukan agar lingkungan sekolah dapat
menjadi tempat yang kondusif bagi penyemaian dan pengembangan watak
optimisme, mengembangkan penalaran, pencerahan akal budi, membekali

ketrampilan, dan sikap yang dibutuhkan untuk menjadikan siswa yang jujur,
sopan santun, kreatif produktif, mandiri, dan bermanfaat bagi sesamanya.
Manajemen hubungan sekolah dan masyarakat berbasis sekolah
adalah pengaturan hubungan sekolah dan masyarakat yang meliputi kegiatan
merencanakan,

mengorganisasikan,

melaksanakan,

dan

mengevaluasi

program kegiatan hubungan sekolah dan masyarakat, dengan berpedoman
pada prinsip-prinsip implementasi manajemen berbasis sekolah. Dengan
demikian perlunya perubahan cara pandang kepala sekolah, guru,
administrator, murid, orangtua, dan masyarakat sebagai langkah untuk
merubah sistem, baik tindakan maupun proses pencapaian tujuan sekolah.
Dengan adanya perubahan ini maka implikasinya sekolah akan merancang

apa yang mesti dilakukan dan beusaha memahami tindakan-tindakan yang
dirancangnya sebagai sesuatu yang disepakati bersama. Dengan kata lain
tindakan ini mendorong untuk terciptanya budaya sekolah.
Budaya sekolah merupakan karakteristik khas sekolah, kepribadian
sekolah yang membedakan antara satu sekolah dengan sekolah lainnya.
Budaya sekolah diartikan sebagai sistem makna yang dianut bersama oleh
warga sekolah yang membedakannya dengan sekolah lain. 1 Budaya sekolah
1 Masaong, Abd Kadim & Ansar. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah (Teori, Model dan
Implementasi. Gorontalo : Senta Media, hal. 150
5

yang baik akan mendorong seluruh anggota masyarakat sekolah untuk
meningkatkan kinerjanya agar tujuan sekolah dapat tercapai. Karena Nilai,
moral, sikap dan perilaku siswa selama di sekolah dipengaruhi oleh struktur
dan kultur sekolah, serta interaksi mereka dengan aspek-aspek dan komponen
yang ada di dalamnya, seperti kepala sekolah, guru, materi pelajaran dan
hubungan antarsiswa sendiri.
Pengelolaan pendidikan berbasis sekolah lebih menekankan pada
kemandirian, kreativitas sekolah dan perbaikan proses yang lebih dijiwai oleh
budaya mutu. Sekolah bertanggung jawab atas sekolah pendidikan kepada
pemerintah, orang tua peserta didik, masyarakat, dan customer pendidikan.
Disinilah pentingnya membangun budaya sekolah sebagai sebuah filosofi dan
pijakan dasar sekolah dalam mengembangkan diri secara berkesinambungan.
Menyadari pentingnya budaya dan lingkungan sekolah, sesuai tugas
mata kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, penulis menyusun
makalah terkait pengembangan dan penerapan secara konsisten nilai-nilai,
aturan, filosofi dan kebiasaan-kebiasaan perilaku warga sekolah, dan
tindakan yang ditampilkan dan ditunjukkan oleh seluruh warga sekolah
dalam mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang pemikiran di atas penulis
mengidentifikasi beberapa permasalahan diantaranya :
1.

Apa Budaya dan Lingkungan Sekolah?

2.

Bagaimana

Prinsip-prinsip

Manajemen

Budaya

dan Lingkungan

Sekolah?
3.

Bagaimana Karakteristik Budaya dan Lingkungan Sekolah?

4.

Bagaimana Manajemen budaya dan lingkungan sekolah dalam prespektif
islam/berbasis islam ?

5.

Apa Tujuan dan Manfaat Pengembangan Budaya dan Lingkungan
Sekolah?

6

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan beberapa permasalahan yang dikemukakan di atas maka
tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.

Untuk mengetahui Budaya dan Lingkungan Sekolah.

2.

Untuk mengetahui prinsip-prinsip Manajemen Budaya dan Lingkungan
Sekolah.

3.

Untuk mengetahui Karakteristik Budaya dan Lingkungan Sekolah.

4.

Untuk mengetahui manajemen budaya dan lingkungan sekolah dalam
prespektif islam/berbasis islam

5.

Untuk dapat mengetahui Tujuan dan Manfaat Pengembangan Budaya
Lingkungan Sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN
MANAJEMEN BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH

7

A. Budaya dan Lingkungan Sekolah
1. Budaya
Istilah budaya dapat diartikan sebagai totalitas pola perilaku, kesenian,
kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya dan pemikiran
manusia yang mencirikan kondisi suatu masyarakat atau penduduk yang
ditransmisikan

bersama.

Kebudayaan

“merupakan

masyarakat

yang

berdasarkan hukum-hukum yang adil, yang memungkinkan kondisi ekonomi
dan psikologis yang paling baik bagi warga negaranya”.2
Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau
skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, di mana ketika
itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah
kegiatan utama mereka, yaitu kegiatan tentang cara membaca huruf dan
mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Saat ini, kata
sekolah berubah arti menjadi bangunan atau lembaga untuk belajar dan
mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.
Budaya sekolah diartikan sebagai sistem makna yang dianut bersama
oleh warga sekolah yang membedakannya dengan sekolah lain”. 3 Budaya
sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan
keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru,
petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah. 4 Budaya sekolah
merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di
masyarakat luas. Budaya sekolah sebagai karakteristik khas sekolah yang dapat
didefinisikan melalui nilai yang dianutnya, sikap yang dimilikinya, kebiasaankebiasaan yang ditampilkannya, dan tindakan yang ditunjukkan oleh seluruh
personil sekolah yang membentuk satu kesatuan khusus dari sistem sekolah.
Bahwa “budaya sekolah yang kerap disebut dengan iklim kerja yang
menggambarkan suasana dan hubungan kerja antara sesama guru, antara guru
22 Wahab, Abdul Aziz. 2011, Anatomi organisasi dan kepemimpinan pendidikan (telaah
terhadap organisai dan pengelolaan organsisasi pendidikan). Bandung: Alfabeta, hal. 229
3Masaong, Abd Kadim & Ansar. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah (Teori, Model dan
Implementasi. Gorontalo: Senta Media, hal. 179
4Deal & Peterson. 1999. Menciptakan budaya sekolah yang tetap
eksishttp://www.mediaindonesia.co.id diakses tanggal 21 Juni 2018

8

dan kepala sekolah, antara guru dengan tenaga kependidikan lainnya serta antar
dinas dilingkungannya merupakan wujud dari lingkungan kerja yang
kondusif”.5
Sebagai suatu organisasi, sekolah menunjukkan kekhasan, yaitu
pembelajaran. Budaya sekolah semestinya menunjukkan kapabilitas yang
sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan. Konsep budaya sekolah masuk ke
dalam pendidikan itu pada dasarnya sebagai upaya untuk memberikan arah
tentang efisiensi lingkungan pembelajaran, lingkungan dalam hal ini dapat
dibedakan dalam dua hal (1) lingkungan yang sifatnya alami sesuai dengan
budaya siswa dan guru, (2) lingkungan artificial yang diciptakan oleh guru atau
hasil interaksi antara guru dengan siswa.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah adalah sekumpulan nilai
yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol
yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan
masyarakat sekitar sekolah.
2. Lingkungan Sekolah
Lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya,
keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
mahluk hidup lainnya.6 Yang dimaksud lingkungan pendidikan meliputi
kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi
tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.
Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan
anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu
pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun
lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada
dasarnya lingkungan mencakup lingkungan fisik, lingkungan budaya, dan
lingkungan sosial.

5Riduwan. 2012. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta,
hal. 109

6 Zazin, Nur. 2011. Gerakan menata sekolah pendidikan. Jogjakarta: Ar-ruzz Media, hal.
76

9

Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam
proses pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat
peraga, dll) dinamakan lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan dapat
diartikan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap pendidikan atau berbagai
lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta
didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya
berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan
pendidikan yang optimal.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah kesatuan
ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan pengaruh
pembentukan sikap dan pengembangan potensi peserta didik.
B. Prinsip-prinsip Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah
Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan
kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan
kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan
kepala sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan perannya
memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat. Upaya
pengembangan budaya sekolah seyogyanya mengacu kepada beberapa prinsip
berikut ini7 :
1. Berfokus pada Visi, Misi, dan Tujuan sekolah.
Pengembangan budaya sekolah harus senantiasa sejalan dengan bisi, misi,
dan tujuan sekolah. Fungsi visi, misi, dan tujuan sekolah adalah mengarahkan
pengembagnan budaya sekolah. Visi tentang keunggulan sekolah misalnya,
harus disertai dengan program-program yang nyata mengenai penciptaan
budaya sekolah.
2. Penciptaan komunikasi Formal dan Informal.
Komunikasi merupakan dasar bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam
menyamaikan pesan-pesan pentingnnya budaya sekolah, komunikasi informal
7Mulyasa, H.E. 2011. Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah.Jakarta: Bumi
Aksara, hal. 90
10

sama pentingnnya dengan komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur
komunikasi tersebut perlu digunakan dalam menyampaikan pesan secara
efektif dan efisien.
3. Inovatif dan bersedia mengambil resiko.
Salah satu dimensi budaya organisasi adalah inovasi dan kesediaan
mengambil resiko. Setiap perubahan budaya sekolah menyebabkan adanya
resiko yang harus diterima khususnya bagi para pembaharu. Ketakutan akan
resiko menyebabkan kurang beraninya seorang pemimpin mengambil sikap
dan keputusan dalam waktu cepat.
4. Memiliki strategi yang jelas.
Pengembangan budaya sekolah perlu ditopang oleh strategi dan program.
Strategi mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan program menyengkut
kegiatan operasional yang perlu dilakukan. Strategi dan program merupakan
dua hal yang selalu berkaitan.
5. Berorientasi kinerja.
Pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang terdapat
mungkin dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah
pengukuran capaian kinerja dari suatu sekolah.
6. Sistem evaluasi yang jelas.
Untuk mengetaui kinerja pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan
evaluasi secara rutin dan bertahap: jangka pendek, sedang, dan jangka
panjang. Karena itu perlu dikembangkan sistem evaluasi terutama dalam hal
kapan evluasi dilakukan, siapa yang melakukan dan mekanisme tindak lanjut
yang harus dilakukan.
7. Memiliki komitmen yang kuat.
Komitmen dari pimpinan dan warga sekolah sangat menetukan implementasi
program-program pengembangan budaya sekolah. Banyak bukti menunjukan
bahwa komitmen yang lemah terutama dari pimpinan menyebabkan programprogram tidak terlaksana dengan baik.
8. Keputusan berdasarkan consensus.
Ciri budaya organisasi yang positif adalah pengambilan keputusan partisipatif
yang berujung pada pengambilan keputusan secara consensus. Meskipun hal

11

itu tergantung pada pengambilan keputusan, namun pada umumnya
consensus dapat meningkatkan komitmen anggota organisasi dalam
melaksanakan keputusan tersebut.
9. Sistem imbalan yang jelas.
Pengambilan budaya sekolah hendaknya disertai dengan sistem imbalan
meskipun tidak selalu dalam bentuk barang atau uang. Bentuk lainnya adalah
penghargaan atau kredit poin terutama bagi siswa yang menunjukan perilaku
positif yang sejalan dengan pengembangan budaya sekolah.
10. Evaluasi diri,
Merupakan salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi
di sekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan curah
pendapat atau menggunakan skala penilaian diri. Kepala sekolah dapat
mengembangkan metode penilaian diri yang berguna bagi pengembangan
budaya sekolah.8
C. Karakteristik Budaya dan Lingkungan Sekolah
Budaya sekolah memiliki empat karakteristik yaitu: (1) budaya sekolah
bersifat khusus karena masing masing sekolah memiliki sejarah, pola komunikasi,
sistem dan prosedur, pernyataan visi dan misi, (2) budaya sekolah pada
hakikatnya stabil dan biasanya lambat berubah. Budaya sekolah akan berubah bila
ada ancaman krisis dari sekolah yang lain, (3) budaya sekolah biasanya memiliki
sejarah yang bersifat implisit dan tidak eksplisit, (4) budaya sekolah tampak
sebagai perwakilan simbol yang melandasi keyakinan dan nilai-nilai sekolah
tersebut”.9
Karakteristik budaya sekolah dapat dipandang menurut hirarki basic
assumption, values, norms, dan artifacts sebagai berikut10 :
1. Basic Assumption/Asumsi Dasar
Kepedulian budaya pada tingkat yang paling dalam ini adalah pra anggapan
dasar dibawah sadar dan sekaligus keadaan yang diterima tentang bagaimana
persoalan sekolah seharusnya dipecahkan. basic assumption ini memberitahu
8Mulyasa, H.E. 2011. Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara

9Masaong, Abd Kadim & Ansar. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah (Teori, Model dan
Implementasi. Gorontalo: Senta Media.
10Chatab, Nevizond. 2007. Profil budaya organisasi. Bandung: Alfabeta, hal. 15
12

para anggota organisasi bagaimana merasakan, berfikir dan adanya sentuhan
tentang banyak hal di dalam organisasi
2. Values
Level kepedulian berikut mencakup values tentang sebaiknya menjadi apa
dalam organisasi. Values memberitahu para anggota apa yang penting dan
berharga di dalam organisasi dan apa yang mereka butuhkan untuk memberi
perhatian. Values merupakan keyakinan dasar yang berperan sebagai sumber
inspirasi kekuatan dan pendorong seseorang dalam mengambil sikap,
tindakan dan keputusan, serta dalam menggerakkan dan mengendalikan
perlilaku seseorang dalam upaya pembentukan budaya sekolah.
3. Norma
Para guru jangan mengkritik kepala sekolah di depan publik! Mengapa?
Jawabannya adalah norma. Peran norma adalah menuntun bagaimana para
anggota organisasi seharusnya berkelakuan didalam situasi tertentu. Hal ini
menggambarkan peraturan yang tidak tertulis dari perilaku. Setiap kelompok
menetapkan norma sendiri, yaitu standar perilaku yang dapat diterima, yang
dibagi dengan para anggotannya. Norma memberitahukan para anggota apa
yang sebaiknya dan tidak sebaiknya untuk melakukan dibawah keadaan
tertentu. Ketika disetujui dan diterima oleh kelompok, norma bertindak
sebagai sarana mempengaruhi perilaku anggota kelompok dengan minimum
pengendalian dari eksternal. Norma berbeda diantara kelompok, komunitas
ataupun organisasi.
4. Artifacts
Artifacts ini merupakan wujud kongkrit seperti sistem, prosedur, sistem kerja,
peraturan, struktur dan aspek fisik dari organisasi. Istilah sistem kerja
menunjukan bagaimana pekerjaan dari organisasi dilaksanakan. Berdasarkan
karakteristik budaya tersebut, Mendiagnosis budaya sekolah, dapat dilakukan
dengan pendekatan11: a) perilaku, terkait dengan pola perilaku yang
memproduksi hasil atau kegiatan. Pendekatan ini menggambarkan secara
spesifik tentang bagaimana tugas dilaksanakan dan bagaimana interaksi
dikelola dalam organisasi. Suatu pekerjaan menunjukan tanggungjawab,
11Chatab, Nevizond. 2007. Profil budaya organisasi. Bandung : Alfabeta, hal. 17
13

wewenang dan tugas individu. b) nilai bersaing, yang dipandang dari
preferensi dan tata nilai dari para anggotanya. c) Asumsi mendalam, terkait
dengan penekanan penting yang paling dalam organisasi, umumnya tidak
dapat ditelaah, namun terdapat asumsi bersama dan sama-sama tahu
bagaimana menuntun perilaku para anggotanya. pendekatan ini sering
memiliki dampak yang perkasa bagi keefektifan sekolah”.12
D. Manajemen

Budaya

Dan

Lingkungan

Sekolah

Dalam

Prespektif

Islam/Berbasis Islam
Pelaksanaan pendidikan menurut islam bertujuan untuk membina manusia
secara pribadi dan kelompok, sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai
hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun dunia sesuai dengan yang
ditetapkan Allah sejalan dengan risalah Islam.13
Dengan demikian, dari beberapa devinisi manajemen dan budaya yang telah
diuraikan dimuka, maka yang dimaksud dengan manajemen budaya dan
lingkungan sekolah berbasis islam disini adalah manajemen yang diterapkan
dalam pengembangan budaya dilembaga pendidikan islam dengan niat/tujuan
untuk mengejewantahkan ajaran dan nilai-nilai islam ysng pada akhirnya akan
menjadi budaya islami.
Jika melihat pengertian pendidikan islam, yaitu aktivitas pendidikan yang
diselenggarakan dan didirikan dengan niat untuk mengejewantahkan ajaran dan
nilai-nilai islam. Maka berbagai komponen yang terdapat dalam suatu organisasi
pendidikan islam, seperti dasar pendidikan, tujuan, kurikulum, metode, pola
hubungan dan lain sebagainya harus didasarkan sebagai nilai-nilai moral dan etis
dalam ajaran islam.14 Hal inilah yang menjadi ciri has yang membedakan antara
organisasi yang islami dengan yang tidak.
Lembaga pendidikan islam memiliki potensi yang sangat besar bagi
jalannya pembangunan di negeri ini terlepas dari berbagai anggapan tentang

12Chatab, Nevizond. 2007. Profil budaya organisasi. Bandung: Alfabeta, hal. 18
13 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), hal. 173
14 Abudin Nata,
14

pendidikan yang ada sekarang, harus diingat bahwa pendidikan islam di Indonesia
telah banyak melahirkan putera puteri bangsa yang berkualitas.15
Dari sini dapat diketahui, budaya islami adalah norma hidup yang
bersumber dari syariat islam, budaya ini merupakan prasarana yang esensial untuk
dikeloladalam rangka penerapan pengajaran berbasis nilai di sekolah, khususnya
sekolah yang bercirikan islam. Budaya islam ini dapat tercermin dalam sikap:
tabassum (senyum), menghargai waktu, cinta ilmu, mujahadah (kerja keras dan
optimal), tanafus dan ta’awun (berkompetensi dan tolong menolong).
Konsep dari budaya ini adalah sebuah presepsi sadar bagi para anggota
organisasi. Persepsi ini meliputi kata, tindakan, rasa, keyakinan, dan nilai-nilai
yang dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Oleh karena itu budaya
sekolah harus dikelola agar tujuan yang telah ditetapkan sekolah dapat tercapai,
khususnya dalam hal ini untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikan islam.
Di sekolah para siswa diarahkan untuk memahami dan mampu menyerap
norma-norma tradisional sekolah seperti sopan santun, menjaga kebersihan baik
pribadi, kelas maupun lingkungan sekolah secara keseluruhan dan kedisiplinan
atau ketaatan terhadap norma-norma sekolah.
Kepala sekolah sebagai pemimpin memiliki potensi besar untuk
memantapkan dan menerapkan aspek-aspek budaya melalui lima mekanisme
pokok, yaitu: perhatian, cara menghadapi krisis, model peran, pengalokasian
penghargaan, kriteria penyeleksian dan penghentian karyawan. Setiap aspek
kegiatan sekolah senantiasa mengarah pada upaya peningkatan mutu. Sehingga
terdapat beberapa upaya yang saling berkaitan dalam pelaksanaannya, antara lain:
memiliki perencanaan yang jelas, pengorganisasian, pengarahan, adanya
pengawasan/control, pemberian motivasi, tersedianya perangkat kerja berupa
sarana dan fasilitas yang memadai, dan sistem evaluasi yang jelas.
Penerapan budaya islami di sekolah memerlukan penanganan yang tepat,
dalam pengelolaannya dapat dilakukan melalui penciptaan suasana keagamaan di

15 Afiful Ikhwan, Kajian Sosio-Historis Pendidikan islam Indonesia Era Reformasi,
(Tulungagung: STAI Muhammadiyah Tulungagung, 2017), Jurnal pendidikan Islam, Vol. 5 No. 1.
hal. 22

15

sekolah. Suasana keagamaan tersebut bukan hanya makna simbolik tetapi lebih
dari itu, berupa penanaman dan pengembangan nilai-nilai religious.16
Penciptaan suasana keagamaan ini dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Mengajak agar seluruh warga sekolah bersikap dan berperilaku sesuai dengan
ajaran islam.
2. Menciptakan hubungan yang islamidalam bentuk rasa saling toleransi
(tasamuh), saling menghargai (takaarum), saling menyayangi (taraahum),
saling membantu (ta’awun), dan mengakui akan eksistensi masing-masing,
mengakui dan menyadari akan hak dan kewajiban masing-masing.
3. Menyediakan sarana pendidikan yang diperlukan dalam menunjang
terciptanya ciri khas agama islam.
4. Adanya komitmen setiap warga sekolah menampilkan cerita islami.
5. Melakukan pendekatan terpadu dalam proses pembelajaran.
6. Melakukan berbagai kegiatan yang dapat mencerminkan suasana keagamaan.
E. Tujuan dan Manfaat Pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah
1. Tujuan
Manajemen iklim budaya sekolah merupakan salah satu kebijakan yang
harus diperhatikan Depdiknas dalam rangka peningakatan sekolah pendidkan.
Iklim budaya sekolah yang kondusif diharapkan dapat menunjang proses
pembelajaran yang efektif, sehingga semua pihak yang dapat menunjang proses
pembelajaran yang efektif, sehngga semua pihak yang terlibat didalamnnya,
khususnya peserta didik merasa nyaman belajar. Dengan demikian akan
tercipta pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Iklim budaya sekolah
yang kondusif juga akan mebangkitkan semangat belajar, dan akan
mebangkitkan potensi-potensi peserta didik sehingga dapat berkembang secara
optimal”.17
Sasaran iklim budaya sekolah dapat dianalisis dari hal-hal sebagai berikut :
16 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), cet. 5,
hal. 151
17Mulyasa, H.E. 2011. Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah.Jakarta: Bumi
Aksara, hal. 92.

16

1.

Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
berlangsung setiap saat, begitu cepatnnya perkembangan tersbut sehingga

2.

sulit diikuti oleh mata telanjang.
Perkembagnan penduduk yang cepat mebutuhkan pelayanan pendidikan

yang besar
3. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal dasar sekaligus
menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional jika sumber-sumber
daya manusia atau tenaga kerja Indonesia dalam jumlah yang besar dapat
4.

ditingkatkan sekolah dan pendayagunaanya.
Perkembangan teknologi informasi yang berlangsung begitu cepat telah
menimbulkan berbagai pemikiran, bukan saja dalam dunia bisnis dan
ekonomi, melainkan juga dalam dunia pendidikan. Untuk menghadapi
tantangan masa depan sebagai akibat dari kemajuan dan perkembangan
teknologi, sekolah harus menginspirasi hubungan antar Negara yang
semakin erat, seakan tiada batas lagi.18

2. Manfaat Pengembagan Budaya dan Lingkungan Sekolah
Budaya sekolah bermanfaat sebagai: a) identitas, yang merupakan ciri
atau karakter organisasi, b) pengikat/pemersatu seperti bahasa sunda yang
bergaul dengan orang sunda, sama hobi olahraganya, c) sources, misalnya
inspirasi, d) sumber penggerak dan pola perilaku, e) kemampuan
meningkatkan nilai tambah, f) pengganti formaslisasi, seperti olahraga rutin
jumat yang tidak dipaksa, g) mekanisme adaptasi terhadap perubahan seperti
adanya rumah susun”. Sedangkan menurut Luthans

“pentingnya budaya

organisai mencakup sebagai berikut: a) keteraturan perilaku yang dijalankan,
b) norma, seperti standar perilaku yang ada disekolah, c) nilai yang dominan,
seperti sekolah lulusan yang tinggi, efisiensi yang tinggi, d) filosofi seperti
kebijakan bagaimana guru diperlukan, e) aturan, seperti tuntunan bagi guru
didalam sekolah f) iklim organisasi, seperti cara para anggota sekolah
berinteraksi baik internal maupun eksternal. selain beberapa manfaat diatas,
manfaat lain bagi individu dan kelompok adalah : (1) meningkatkan kepuasan
kerja; (2) pergaulan lebih akrab; (3) disiplin menigkat; (4) pengawasan
fungsional bisa lebih ringan; (5) muncul keinginan untuk selalu ingin berbuat
18Mulyasa, H.E. 2011. Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah. Jakarta : Bumi
Aksara

17

proaktif; (6) belajar dan berprestasi terus serta; dan (7) selalu ingin
memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri
sendiri”.19

19Chatab, Nevizond. 2007. Profil budaya organisasi. Bandung : Alfabeta, hal. 11
18

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah
atau pegangan yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan
komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan
pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh
personil sekolah.
Dalam pengembangan budaya sekolah perlu mengacu pada 10 prinsip dari
berpedoman pada Visi, Misi dan Tujuan Sekolah hingga Evaluasi Diri, selain
menggunakan 10 prinsip tersebut dalam pengembangan kebudayaan sekolah juga
perlu memegang asas-asas seperti: kerjasama kelompok, kemampuan bertanggung
jawab, keinginan pada kemauan, kegembiraan yang harus dimiliki seluruh
anggota, hormat, jujur, disiplin, kemampuan menempatkan diri, kemampuan dan
kesopanan yang dimiliki seluruh anggota.
Manajemen budaya dan lingkungan sekolah berbasis islam disini adalah
manajemen yang diterapkan dalam pengembangan budaya dilembaga pendidikan
islam dengan niat/tujuan untuk mengejewantahkan ajaran dan nilai-nilai islam
ysng pada akhirnya akan menjadi budaya islami.
Dalam mengembangkan budaya dalam proses pembelajaran didalam kelas
guru-guru di Sekolah mengembangkannya dengan memberi salam ketika
membuka dan menutup pelajaran serta memulai dan mengakhiri pelajaran dengan
membaca do’a, memberikan contoh yang baik kepada siswa dengan bersikap
sopan, ramah, dan peduli kepada para siswa serta memotivasi mereka agar
menumbuhkan sikap tersebut kepada sesama
Dampak pengembangan budaya sekolah terhadap iklim Sekolah di tandai
dengan peningkatan kualitas lingkungan internal sekolah yang dialami oleh siswa
maupun kepala sekolah dan para guru yang mempengaruhi mental dan
perilakunya.

DAFTAR PUSTAKA

Chatab, Nevizond. Profil Budaya Organisasi.Bandung : Alfabeta, 2007
Deal

&

Peterson.Menciptakan

budaya

sekolah

yang

tetap

eksishttp://www.mediaindonesia.co.id diakses tanggal 24 oktober 2013, 1999
Ikhwan, Afiful, Kajian Sosio-Historis Pendidikan islam Indonesia Era Reformasi,
(Tulungagung: STAI Muhammadiyah Tulungagung, 2017), Jurnal pendidikan
Islam, Vol. 5 No. 1
Masaong, Abd Kadim & Ansar.Manajemen Berbasis Sekolah (Teori, Model dan
Implementasi. Gorontalo: Senta Media, 2001
Masaong, Abd Kadim & Arfan A.T. Kepemimpinan berbasis multiple intelligence
(sinergi kecerdasan intelektual, emosional dan spritual untuk meraih kesuksesan
yang gemilang).Bandung : Alfa beta. 2001
Mulyasa, H.E. Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah.Jakarta : Bumi Aksara,
2011
Riduwan. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian.Bandung : Alfabeta, 2012
Wahab, Abdul Aziz, Anatomi organisasi dan kepemimpinan pendidikan (telaah terhadap
organisai dan pengelolaan organsisasi pendidikan).Bandung : Alfabeta, 2011
Zazin, Nur. Gerakan Menata Sekolah Pendidikan. Jogjakarta : Ar-ruzz Media, 2