PERILAKU PEDAGANG DI PASAR BANDAR KOTA K

PERILAKU PEDAGANG DI PASAR BANDAR KOTA KEDIRI DALAM
PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM
PROPOSAL
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian Ekonomi
Dosen Pengampu :
Yuli Astuti Hasanah, M.Pd

Disusun Oleh :
Merdinda Meilanma Resi Santoso (931329715)

JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH /
SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
KEDIRI
2018

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar selama ini sudah menyatu dan memiliki tempat yang paling

penting dalam kehidupan masyarakat sehari – hari, bagi masyarakat pasar bukan
hanya tempat bertemunya antara penjual dan pembeli tetapi juga sebagai wadah
untuk berinteraksi sosial. Para ahli ekonomi mendeskripsikan sebuah pasar
sebagai sekumpulan penjual dan pembeli melakukan interaksi atas suatu produk
tertentu atau kelompok produk tertentu.
Pasar merupakan area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual
lebih dari satu bak yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional,
pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan, maupun sebutan lainnya. Sesuai
dengan perkembangannya dikenal dengan pasar tradisional maupun pasar
modern. Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual, dilaksanakan
dengan tanpa pengaruh teknologi modern dan mereka lebih ke golongan
pedagang menengah ke bawah dan tersebar, baik di kampung – kampung kota –
kota kecil dan kota – kota besar dengan masa operasi rata – rata dari subuh
sampai siang atau sore hari. Sedangkan pasar modern adalah pasar yang
menggunakan teknologi modern, konsumen dan pedagang dari golongan
menengah keatas, harga yang ditawarkan tetap dan sistem pelayanannya sendiri.
Seiring dengan perkembangan zaman, yang ditandai dengan
perkembangan ekonomi yang sangat pesat menimbulkan persaingan bisnis
semakin tinggi. Dengan persaingan yang begitu tinggi para pelaku bisnis
menggunakan segala cara untuk mendapat keuntungan bahkan para pelaku

bisnis sering mengabaikan etika dalam menjalankan bisnis. Seperti contoh,
banyak ditemukan para pedagang yang mengabaikan etika dalam menjalankan
bisnisnya. Masih banyak para pedagang yang melakukan penyimpangan –
penyimpangan dalam berdagang. Masalah yang rawan terjadinya penyimpangan
adalah di pasar tradisional. Perilaku menyimpang ditemukan di pasar tradisional
antara lain pengurangan takaran dari timbangan, pengoplosan barang – barang
kualitas bagus dengan yang buruk, dan penjualan barang haram.

Pembeli atau konsumen sangat mendambakan adanya ketentraman dan
keseimbangan dalam menjalankan transaksi perdagangan khususnya di pasar
tradisional yang dilakukan dengan dasar kejujuran serta terhindar dari penipuan
dan kecurangan. Kejujuran dalam perdagangan tetap dapat diwujudkan dengan
cara pedangang mengatakan secara jujur bahwa barang yang dijualnya
berkualitas baik tanpa ada campuran dengan barang kualitas buruk.
Kejujuran merupakan pondasiawal dalam etika berdagang. Maraknya
kasus penipuan atau pengurangan timbangan atau tidak adanya harga yang
transparan menimbulkan kerugian pada pihak konsumen. Pembeli atu konsumen
seharusnya menerima barang dalam kondisi baik dengan harga yang wajar.
Mereka juga harus diberitahu apabila terjadi kekurangan – kekurangan pada
suatu barang. Kelengkapan suatu informasi, daya tarik dan kelebihan suatu

barang suatu barang atau produk menjadi faktor yang sangat menentukan bagi
pembeli atau konsumen untuk menentukan pilihannya. Oleh karena itu,
informasi merupakan hal pokok yang dibutuhkan setiap konsumen.
Etika bisnis Islam bertujuan untuk mengajarkan manusia menjalin
kerjasama, tolong menolong, dan menjauhkan diri dari sikap dengki dan dendam
serta hal – hal yang tidak sesuai dengan syariah. Etika dalam Islam juga
berfungsi sebagai controlling (pengatur) terhadap aktifitas ekonomi, karena
secara filosofi etika mendasarkan diri pada nalar ilmu dan agama untuk menilai.
Landasan penilaian ini dalam praktek kehidupan masyarakat sering kita temukan
bahwa secara agama terdapat nilai mengenai hal – hal baik, buruk, jahat, seperti
pihak yang menzalimi dan terzalimi.
Dengan kata lain, maka prinsip pengetahuan akan etika bisnis Islam
mutlak harus dimiliki oleh setiap individu yang melakukan kegiatan ekonomi
baik itu seorang pebisnis atau pedagang yang melakukan aktivitas ekonomi.
Terutama para pedagang di pasar tradisional yang melakukan transaksi jual beli.
Konsep pasar dalam Islam adalah pasar yang ditumbuhi nilai-nilai
syari’ah seperti keadilan, kejujuran, dan persaingan sehat yang merupakan nilainilai universal, bukan hanya untuk muslim tetapi juga non muslim.Dengan
mengacu praktek kehidupan pasar pada masa Rasulullah dan para sahabatnya,

Ibnu Taymiyyah menyatakan bahwa ciri khas kehidupan pasar yang Islami

adalah:
1. Orang harus bebas keluar masuk pasar.
2. Adanya informasi yang cukup mengenai kekuatan – kekuatan pasar dan
barang dagangan
3. Unsur – unsur monopolistik harus dilenyapkan dari pasar. Kolusi antar
penjual dan pembeli harus dihilangkan.
4. Adanya kenaikan penurunan harga yang disebabkan oleh naik turunnya
tingkat permintaan dan penawaran.
5. Adanya homogenitas dan standarisasi produk agar terhindar dari pemalsuan
produk, penipuan, dan kecurangan kualitas barang.
Salah satu segmen yang menarik untuk dibicarakan adalah pasar
tradisional Bandar Kota Kediri. Penulis memilih pasar tradisional Bandar
sebagai objek alasannya karena penulis melihat adanya perilaku pedagang yang
tidak sesuai dengan apa yang telah diterapkan dalam etika bisnis Islam. Menurut
pengamatannya semnentara yang dilakukan penulis kepada pedagang pasar
Bandar Kota Kediri bahwa para pedangang tidak menepati janji yang sudah
dibuat dengan pembeli. Selain itu, ada pedagang ketika melayani pembeli tidak
bersikap ramah atau murah hati ditandai pelayanan dengan mimik judes. Melihat
permasalahan tersebut penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui
“PERILAKU PEDAGANG DI PASAR BANDAR KOTA KEDIRI DALAM

PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan yang hendak diteliti adalah sebagai berikut :
1. Sejauh mana pemahaman pedagang mengenai Etika Bisnis Islam di pasar
tradisional Bandar Kota Kediri ?
2. Bagaimanakah perilaku pedagang menurut perspektif Etika Bisnis Islam di
pasar tradisional Bandar Kota Kediri ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan diatas, penelitian ini mempunyai
tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pemahaman pedagang mengenai Etika Bisnis Islam di
pasar tradisional Bandar Kota Kediri.

2. Untuk mengetahui perilaku pedagang menurut perspektif Etika Bisnis Islam
di pasar tradisional Bandar Kota Kediri.
D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam karya ilmiah ini, adapun
manfaat serta kegunaan penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Bagi Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan yang dapat dijadikan
rujukan dan sebagai evaluasi terhadap penerapan Etika Bisnis Islam.
2. Bagi Peneliti Yang Akan Datang
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber referensi dalam penelitian
selanjutnya.
3. Bagi Lembaga
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan dan masukan dalam membuat
kebijakan yang akan datang.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Perilaku Pedagang
1. Pengertian Perilaku
Menurut Purwanto yang dikutip oleh Zakiyah dan Bintang Wirawan,
perilaku adalah segala tindakan atau perbuatan manusia yang kelihatan atau
tidak kelihatan yang didasari maupun tidak didasari termasuk didalamnya

cara berbicara, cara melakukan sesuatu dan bereaksi terhadap segala sesuatu
yang datangnya dari luar maupun dari dalam dirinya. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang

terwujud dalam gerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan.
Dalam kehidupan sehari – hari istilah perilaku disamakan dengan tingkah
laku. Perilaku memiliki pengertian yang cukup luas, sehingga mencakup
segala pernyataan atau ungkapan, artinya bukan hanya sekedar perbuatan
melainkan juga kata – kata, ungkapan tertulis, dan gerak – gerik.
Yang dimaksud perilaku dalam penelitian ini adalah segala tingkah laku
yang diterapkan oleh pedagang di pasar tradisional Bandar Kota Kediri
dalam menjalankan aktivitas berdagang.
2. Pengertian Pedagang
Pedagang
adalah
orang
yang

melakukan

perdagangan,

memperjualbelikan barang yang tidak diproduksi sendiri untuk memperoleh
keuntungan. Pedagang adalah mereka yang melakukan perbuatan perniagaan

sebagai pekerjaannya sehari. Perbuatan perniagaan pada umumnya adalah
perbuatan pembelian barang untuk dijual lagi. Pedagang dibagi menjadi tiga,
yaitu :
a. Pedagang besar / distributor / agen tunggal
Distributor adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan produk
barang dagangan dari tangan pertama atau produsen secara langsung.
Pedagang besar biasanya diberi hak wewenang wilayah atau daerah
tertentu dari produsen.
b. Pedagang menengah / agen / grosir
Agen adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan barang
dagangan dari distributor atau agen tunggal yang biasanya akan
diberi daerah kekuasaan penjualan / perdagangan tertentu yang lebih
kecil dari kekuasaan distributor.
c. Pedagang eceran / pengecer
Pengecer adalah pedagang yang menjual barang yang dijualnya
langsung ke tangan pemakai akhir atau konsumen dengan jumlah
satuan atau eceran.
3. Perilaku Pedagang

Manusia merupakan makhluk yang begitu terikat pada moral – moral

yang berlaku dalam masyarakat, termasuk moral ekonomi. Semua perilaku
individu, termasuk perilaku ekonomi, harus merujuk kepada norma – norma
moral yang terdapat pada masyarakat.
Perilaku dipengaruhi oleh sikap. Sikap sendiri terbentuk oleh sistem nilai
dan pengetahuan yang dimiliki manusia. Maka kegiatan apapun yang
dilakukan manusia hamper selalu dilatarbelakangi oleh pengetahuan pikiran
dan kepercayaannya. Perilaku ekonomi yang bersifat subyektif tidak hanya
dapat dilihat pada perilaku konsumen, tetapi juga perilaku pedagang. Sama
halnya dengan perilaku konsumen, perilaku pedagang tidak semata – mata
dipengaruhi oleh pengetahuannya yang bersifat rasional tetapi juga oleh
sistem nilai yang diyakini.
Prinsip Ekonomi Islam bertujuan untuk mengembangkan kebajikan
semua pihak sebagaimana yang dinyatakan oleh konsep falah yang terdapat
dalam Al Quran. Prinsip ini menghubungkan prinsip ekonomi dengan nilai
moral secara langsung. Untuk mencapai falah, aktivitas ekonomi harus
mengandung dasar – dasar moral. Dalam membuat keputusan yang berkaitan
dengan ekonomi, nilai etika sepatutnya dijadikan norma, dan selanjutnya
yang berkaitan dengan ekonomi haruslah dianggap sebagai hubungan moral.
Yusuf Qardawi, dalam bukunya norma dan etuka ekonomi Islam secara
tegas telah memisahkan antara nilai – nilai dan perilaku dalam perdagangan.

Diantara norma – norma atau nilai – nilai syariah itu adalah sebagai
berikut :1
a. Menegakkan larangan memperdagangkan barang – barang yang
b.
c.
d.
e.
f.

diharamkan.
Perilaku benar, amanah, dan jujur.
Menegakkan keadilan dan mengharamkan bunga.
Menerapkan kasih saying dan mengharamkan monopoli.
Menegakkan toleransi dan persaudaraan.
Berpegang pada prinsip bahwa perdagangan adalah bekal menuju

Akhirat.
B. Etika Bisnis Islam
1. Pengertian Etika


1 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1997, hlm. 173

Secara etimologi (bahasa) “etika” berasal dari kata Yunani ethos. Dalam
bentuk tunggal, “ethos” berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berfikir. Dalam bentuk
jamak, ta etha berarti adat kebiasaan. Dalam istilah filsafat, etika berarti ilmu
tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang kebiasaan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas – asas
ahklak. Dalam Al Quran etika berasal dari kata khuluq yang berarti
kebiasaan atau perangai.
Etika menurut terminologi merupakan studi sistematis tentang tabiat
konsep nilai, baik, buruk, harus, benar, salah, dan lain sebagainya dan prinsip
– prinsip umum yang membenarkan kita untuk mengaplikasikan atas apa
saja. Disini etika dimaknai sebagai dasar moralitas seseorang dan disaat
bersamaan juga sebagai filsufnya dalam berperilaku. Etika adalah bidang
ilmu yang bersifat normatif karena ia berperan menentukan apa yang harus
dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh seorang individu.
Dengan demikian ada persamaan antara etika dan moralitas. Moralitas
berasal dari bahasa lati “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “Mores”
berarti adat istiadat atau kebiasaan. Jadi, pengertian pertama secata
harfiahnya, etika dan moralitas sama – sama tentang bagaimana manusia
harus hidup baik sebagai manusia yang telah diinstitusionalisasikan dalam
sebuah adat kebiasaan yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang
konsisten dan berulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana layaknya
sebuah kebiasaan.2 Namun ada pula perbedaannya yaitu etika berkaitan
dengan kelakuan manusia, atau dapat dikatakan bahwa etika adalah ilmu
kritis yang mempertanyakan dasar rasionalitas sistem – sistem moralitas
yang ada.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas peneliti dapat menyimpulkan
bahwa etika merupakan tata cara perilaku manusia dalam melakukan
kegiatan yang mana kegiatan yang dilakukan oleh manusia menunjukkan
perbuatan yang baik maupun buruk, dan saling berhubungan antara satu
dengan yang lain.
2 Agus Arijanto, Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hlm. 5

2. Pengertian Bisnis
Kata “bisnis” dalam Bahasa Indonesia diserap dari kata “business” dari
Bahasa Inggris yang berarti kesibukan. Dalam kamus Bahasa Indonesia,
bisnis diartikan sebagai usaha dagang, usaha komersial di dunia perdagangan
dan bidang usaha. Kata bisnis dalam al-Qur‟an biasanya yang digunakan altijarah, al-bai’. Tetapi yang seringkali digunakan yaitu al-tijarah yang
bermakna berdagang atau berniaga yang artinya pertukaran sesuatu dengan
sesuatu. . Ia merupakan sebuah nama yang mencakup pengertian terhadap
kebalikannya yakni al syira’(membeli). Demikianlah al-bai’ sering
diterjemahkan dengan “jual beli.
Bisnis terdapat dua pengertian pokok mengenai bisnis, pertama, bisnis
merupakan kegiatan – kegiatan. Dan kedua, bisnis merupakan sebuah
perusahaan. Berbisnis merupakan salah satu jenis pekerjaan yang saat ini
sedang marak diperbincangkan. Bisnis tidak bisa lepas dari kegiatan manusia
untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Jadi, bisnis merupakan tindakan
individu dan sekelompok orang yang menciptakan nilai melalui penciptaan
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh
keuntungan melalui transaksi.
3. Etika Bisnis Islami
Etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar
dan yang salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebajikan, institusi, dan perilaku bisnis.
Menurut Muslich etika bisnis dapat diartikan sebagai pengetahuan
tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang
memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan
secara ekonomi / sosial, dan penetapan norma dan moralitas ini menunjang
maksud dan tujuan kegiatan bisnis.
Etika memiliki peran penting dalam dunia bisnis ketika masyarakat
memahami kegiatan bisnis tujuan utamanya memperoleh keuntungan
sebanyak – banyaknya. Etika dalam Islam bertujuan mengajarkan manusia

untuk menjalin kerjasama, tolong menolong, dan menjauhkan diri dari sikap
iri, dengki, dan dendam serta hal – hal yang tidak sesuai dengan syariat
Islam.3
Bisnis Islam adalah upaya pengembanga modal untuk kebutuhan hidup
yang dilakukan dengan mengindahkan etika Islam. Selain menetapkan etika,
Islam juga mendorong umat manusia untuk mengembangkan bisnis. Bisnis
Islami juga dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalam
berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan (barang / jasa)
termasuk profitnya,

namun dibatasi dalam cara memperoleh dan

pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram.
Etika Bisnis Islam menurut Mustaq Ahmad adalah ilmu tentang apa yang
baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral atau ahklak
yang bertujuan untuk mendidik moralitas manusia dalam perdagangan yang
meliputi baik perdagangan barang maupun jasa yang mengacu pada Al
Quran dan Hadits.4
Menurut Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam adalah norma – norma
etika yang berbasiskan Al Quran dan Hadits yang harus dijadikan acuan oleh
siapapun dalam aktivitas bisnis.5 Etika Bisnis Islam yang telah disajikan
dalam perspektif Al Quran dan Hadits, yang bertumpu pada 6 prinsip, yaitu
kebenaran, kepercayaan, ketulusan, persaudaraan, pengetahuan, dan
keadilan.
Etika Bisnis Islam memposisikan bisnis sebagai usaha manusia untuk
mencari ridha Allah SWT. oleh karenanya, bisnis tidak bertujuan jangka
pendek, individual dan semata – mata keuntungan yang berdasarkan
kalkulasi matematika, tetapi bertujuan jangka pendek sekaligus jangka
panjang, yaitu tanggung jawab pribadi dan sosial di hadapan masyarakat,
Negara, dan Allah SWT. Oleh karena itu, pada prinsipnya pengetahuan akan
etika bisnis dalam pandangan Islam mutlak harus dimiliki oleh setiap
pebisnis atau pedagang terutama pebisnis atau pedagang muslim dalam
3 Yusuf Qordhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Isnani Press, 1997, hlm. 5
4 Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2001, hlm. 152
5 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam, Malang: UIN Malang Press, 2004, hlm. 84.

menghadapi persaingan usaha yang sekarang telah memasuki era globalisasi
untuk menghindari diri dari berbagai macam tindakan yang dilarang oleh
Allah SWT.
4. Fungsi Etika Bisnis Islam
Pada dasarnya terdapat fungsi khusus yang diemban oleh etika bisnis
Islami, yaitu antara lain :
a. Etika bisnis berupaya mencari cara untuk menyelaraskan dan
menyerasikan berbagai kepentingan dalam dunia bisnis.
b. Etika bisnis juga mempunyai peran untuk senantiasa melakukan
perubahan kesadaran bagi masyarakat tentang bisnis, terutama bisnis
Islami.
c. Etika bisnis terutama etika bisnis Islami juga bisa berperan
memberikan satu solusi terhadap berbagai persoalan bisnis modern
ini yang kian jauh dari nilai – nilai etika.
5. Prinsip – Prinsip Etika Bisnis Islami
Prinsip adalah asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berfikir,
bertindak, dan sebagainya). Dalam pelaksanaan etika bisnis ada beberapa
prinsip yang harus dianut oleh pelaku etika bisnis. Maka prinsip – prinsip
dapat dirinci dengan kategori yang akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Prinsip Unity (Tauhid)
Dengan prinsip ini, maka pengusaha muslim dalam melakukan
aktivitas bisnisnya tidak akan melakukan tiga hal6 yaitu pertama,
menghindari adanya diskriminasi terhadap pekerja, pemasok,
pembeli atau siapapun atas dasar pertimbangan ras, warna kulit, jenis
kelamin, atau agama. Kedua, menghindari terjadinya praktek –
praktek kotor bisnis. Ketiga, menghindari praktek menimbun.
b. Prinsip Keseimbangan (Keadilan / Equilibrium)
Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan
untuk berbuat adil, tak terkecuali kepada pihak yang tidak disukai.
Perilaku keseimbangan dan keadilan dalam bisnis secara tegas
6 Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 15 - 16

dijelaskan dalam konteks perbendaharaan bisnis agar pengusaha
muslim menyempurnakan takaran bila menakar dan menimbang
dengan neraca yang benar, karena hal itu merupakan perilaku yang
terbaik dan membawa akibat yang terbaik pula.
c. Prinsip Kehendak Bebas (Ikhtiar / Free will)
Pasar Islami harus bisa menjamin adanya kebebasan pada masuk atau
keluarnya sebuah komoditas di pasar. Namun, dalam Islam tentunya
kehendak bebas dan berlaku bebas dalam menjalankan roda bisnis
harus benar – benar dilandaskan pada aturan – aturan syariah. Tidak
diperkenankan melakukan persaingan dengan cara – cara kotor dan
bisa merugikan banyak orang. Dengan adanya larangan bentuk
monopoli, kecurangan, dan praktik riba adalah jaminan terhadap
terciptanya suatu mekanisme pasar yang sehat.
d. Prinsip Pertanggungjawaban (responsibility)
Dalam dunia bisnis pertanggungjawaban juga sangat berlaku. Setelah
melaksanakan segala aktivitas bisnis dengan berbagai bentuk
kebebasan, bukan berarti semuanya selesai saat tujuan yang
dikehendaki tercapai, atau ketika sudah mendapatkan keuntungan.
Semua itu perlu adanya pertanggungjawaban atas apa yang telah
pebisnis lakukan, baik itu pertanggungjawaban ketika ia bertransaksi,
memproduksi barang, melakukan jual beli, melakukan perjanjian,
dan lain sebagainya, semuanya harus dipertanggungjawabkan sesuai
dengan aturan yang berlaku.7

e. Prinsip Kebajikan (Ihsan)
Dalam sebuah kerajaan bisnis, terdapat sejumlah perbuatan yang
dapat mensupport pelaksaan aksioma kebajikan dalam bisnis yaitu :
1) Kemurahan hati
2) Motif Pelayanan
7 Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, Semarang: Walisongo Press, 2009, hlm. 144

3) Kesadaran akan adanya Allah dan aturan yang berkaitan dengan
pelaksanaan yang menjadi prioritas.
C. Pasar Tradisional
Dalam pengertian sederhana, pasar adalah tempat bertemunya pembeli
dan penjual untuk melakukan transaksi jual beli barang atau jasa. Pasar
merupakan tempat berkumpul para penjual yang menawarkan barang atau jasa
kepada pembeli yang mempunyai keinginan dan kemampuan untuk memiliki
barang dan jasa tersebut hingga terjadinya kesepakatan transaksi atau transfer
atas kepemilikan barang atau kenikmatan jasa.
Pasar dalam pengertian ekonomi adalah situasi seseorang atau lebih
pembeli dan penjual melakukan transaksi setelah kedua pihak telah mengambil
kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah barang dengan kualita yang
tertentu menjadi objek transaksi.
Pasar adalah orang – orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang
untuk berbelanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Dari definisi tersebut
dapat diketahui adanya tiga unsur penting yang terdapat dalam pasar, yakni :
a. Orang dengan segala keinginannya.
b. Daya beli mereka.
c. Kemauan untuk membelanjakan uangnya.
Sedangkan pasar tradisional adalah tempat pasar yang dibangun dan
dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, BUMN, dan BUMD yang
merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam proses transaksi jual
beli secara langsung dalam bentuk eceran dengan proses tawar menawar dan
bangunannya biasanya terdiri dari kios – kios atau gerai, los, dan dasaran
terbuka. Sedangkan ciri – ciri pasar tradisional adalah sebagai berikut :
a. Pasar tradisional dimiliki, dibangun, dana tau dikelola oleh
pemerintah daerah.
b. Adanya sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli.
c. Tempat usaha beragam menyatu dalam lokasi yang sama.

d. Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan lokal.
Barang dagangan yang dijual di pasar tradisional adalah hasil bumi
yang dihasilka oleh daerah tersebut.
D. Mekanisme Pasar
Gambaran pasar Islami adalah pasar yang didalamnya terdapat
persaingan sehat yang dibingkai dengan nilai dan moralitas Islam yang terdiri
dari norma yang berlaku untuk muslim dan norma yang berlaku untuk masyarakt
umum seperti persaingan sehat, kejujuran, keterbukaan, dan keadilan.
Prinsip dasar yang diajarkan oleh Rasulullah SAW berkaitan dengan
mekanisme pasar dalam perdagangan, kedua belah pihak dapat saling menjual
dan membeli barang secara ihklas artinya tidak ada campur tangan serta
intervensi pihak lain dalam menentukan harga barang.
Mekanisme pasar dibangun atas kebebasan yaitu kebebasan individu
untuk melakukan transaksi barang dan jasa sebagaimana yang disukai. Ibnu
Taymiyah menempatkan kebebasan pada tempat yang tinggi bagi individu dalam
kegiatan ekonomi, walaupun beliau memberikan batasan – batasannya. Selain
itu juga diperlukan kerjasama saling membantu antara masyarakat satu dengan
masyarakat yang lain untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Segala sesuatu
itu boleh dan sah dilakukan sampai ada larangan khusus yang bertentangan
dengan syariah Islam, khususnya dalam hal penipuan dan merugikan.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan daam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan deskriptif berupa
kata-kata atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.8
Menurut Lincoln dan Guba, bahwa terdapat beberapa ciri-ciri penelitian
kualitatif, sebagaimana dikutib oleh Lexy J. Moelong, yaitu:
1. Latar Ilmiah, menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan
2.

yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteknya.
Manusia sebagai alat (instrumen) yakni penelitian sendiri dengan bantuan

3.
4.
5.

orang lain.
Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif
Analisis data secara induktif
Penelirtian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori
substantif yang berasal dari kata

8 Lexy J.Moelong, Metodologi Penelitian (Bandung: Ramaja Rosdakarya, 2002), 37.

6.
7.

Penelitian bersifat diskriptif
Lebih mementingkan proses daripada hasil.9

B. Kehadiran Peneliti
Sesuai dengna pendekatan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif,
maka memerlukan kehadiran langsung peneliti dilokasi penelitian sebagai proses
pencarian data yang seutuhnya dan sesuai dengan kondisi objek peneliti.
C. Lokasi Peneliti
Pasar Bandar berada di Jalan KH Wachid Hasyim, Bandar Lor, Kota
Kediri. Lokasi ini berada di ujung barat jembatan lama Kota Kediri. Di sekitar
Pasar Bandar ada beberapa tempat penting, antara lain Polwil Kediri, di utaranya
terdapat Taman Sekartaji yang biasanya digunakan anak – anak muda Kediri.
Hal tersebut memudahkan kita untuk menemukan lokasi Pasar Bandar. Dan juga
Pasar Bandar bisa ditemukan menggunakan navigasi atau petunjuk jalan GPS.
D. Sumber Data
Sumber data merupakan Asal dari manakah Data diperoleh Sumber data.
Sumber data utama penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. 10
Sumber data terbagi menjadi data primer dan data sekunder. Sumber data
primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, baik dari individu
atau perseorangan, seperti hasil wawancara yang biasa dilakukan oleh peneliti.11
Sumber data primer berupa kata-kata dan tindakan terkait dengan fokus
penelitian yang diperoleh secara langsung dari pihak-pihak yang terlibat dalam
proses manajemen usaha yang dilakukan yaitu pemilik usaha beserta
karyawannya.

9 Ibid., 4.
10 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
114.
11 Husain Umar, Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),
54.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang
sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah pihak lain biasanya sudah dalam
bentuk publikasi. Data ini pada umumnya berupa bukti-bukti, catatan atau
laporan yang terkait dengan penelitian yang peroleh dari buku-buku dan
referensi lain.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu usaha sadar untuk
mengumpulkan data yang diperlukan secara

sistematis dengan prosedur

berstandar. Yang mempunyai tujuan mengungkap fakta mengenai variabel yang
diteliti dan mengetahui haruslah dicapai dengan menggunakan metode atau caracara yang efisien dan akurat. Agar dalam penelitian ini dapat diperoleh data
yang relevan di lapangan dalam rangka mendeskripsikan dan menjawab
permasalahan

yang

diteliti,

maka

peneliti

dalam

menggunakan

data

menggunakan:
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan
komunikasi dalam konteks ini berarti proses memperoleh suatu fakta atau
data dengan melaksanakan komunikasi langsung ( tanya jawab secara lisan)
dengan responden penelitian baik secara semu wicara atau menggunakan
teknologi komunikasi (jarak jauh). Wawancara dilakukan dengan pembeli
dan penjual di Pasar Bandar Kota Kediri.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan, perhatian dan pengawasan. Metode
pengumpulan data atau menjaring data dengan melaksanakan pengamatan
terhadap subjek dan objek penelitian secara seksama (cermat dan teliti dan
sistematis).
3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, sehingga akan memperoleh data yang lengkap. Data
yang didapat berupa foto, arsip dan lain sebagainya.12
F. Analisa data
Data yang diperoleh akan dianalisis terus-menerus sejak awal penelitian
sampai akhir dari penelitian ini. Jadi, data yang diperoleh dari hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi ini. dipelajari dan dianalisa sampai akhir
penelitian. Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
teknik deskriptif dengan membuat gambaran sistematis dan actual. Analisis
dilakukan dengan tiga cara:
a. Reduksi data atau penyederhanaan
Reduksi data adalah proses pemilihan pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data
kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan dan reduksi data
dapat dilakukan dengan membuat ringkasan.
Dengan adanya reduksi ini data yang diperoleh di lapangan dapat
dipetakan peneliti sesuai kondisi yang ada dan membantu peneliti dalam
melakukan penelitian.
b. Paparan dan sajian data
Penyajian data adalah proses penyusunan informasi yang kompleks ke
dalam bentuk sistematis, sehingga menjadi lebih sederhana dan selektif,
serta dapat dipahami maknanya. hal ini akan membantu peneliti untuk
melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data hasil
penelitian.
Selain itu, proses penyajian data secara sistematis dan selektif ini
diharapkan memberikan kontribusi kepada peneliti. Di sini peneliti juga
12 Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), 94.

mengelompokkan data yang diperoleh dari lapangan agar dapat dipilah
sesuai kebutuhan penelitian.
c. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah langkah terakhir yang dilakukan peneliti
dalam menganalisis data secara terus-menerus baik saat pengumpulan
data atau setelah pengumpulan data. Pada awalnya kesimpulan bisa
dibuat terbuka kemudian menjadi lebih rinci dan meruncing pada pokok
permasalahan.
Kesimpulan akhir dirumuskan setelah pengumpulan data di mana semua
itu

tergantung

pada

kesimpulan-kesimpulan

catatan

lapangan,

pengkodean, penyimpanan data dan metode pencarian pulang yang
dilakukan.13
G. Pengecekan keabsahan data
Keabsahan data Dalam penelitian ini ditemukan dengan menggunakan
data kepercayaan. Kredibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan bahwa apa
yang hasil dikumpulkan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam latar
penelitian untuk menetapkan kredibilitas data tersebut digunakan teknik
pemeriksaan sebagai berikut:
1) Triangulasi
Triangulasi yaitu data yang diperoleh karena dibandingkan diuji dan
diseleksi keabsahannya. Pertama menggunakan triangulasi sumber, yaitu
membandingkan perolehan data pada teknik yang berbeda dalam fenomena
yang sama. Kedua menggunakan triangulasi metode, yaitu menggunakan
pilihan data dari teknik data yang sama dengan sumber yang berbeda.
2) Ketekunan pengamatan

13 Noer Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarikin, 1996), 104.

Peneliti berupaya melibatkan sebagian informasi atau responden untuk
mengkonfirmasikan data serta interprestasi yang diperoleh, dikomunikasikan
dan didiskusikan kembali kepada sumber yang telah menjadi informasi guna
memperoleh pengabsahan, ketepatan, dan ke objektivitas data tersebut.
3) Perpanjangan keikut sertaan
Perpanjangan keikutsertaan maksudnya data yang berhasil dikumpulkan
peneliti dan didiskusikan dengan pihak pihak yang berkompeten dalam
rangka pemeliharaan kredibilitas data.
H. Tahap-tahap penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tahapan-tahapan dengan
mengacu pada pendapat lexy J moleong yaitu:
1) Tahap pralapangan
Menemukan fokus penelitian, menentukan lapangan penelitian, mengurus
perizinan,

menjajaki

dan

menilai

keadaan

lapangan,

menyiapkan

perlengkapan penelitian.
2) Tahap kegiatan lapangan
Memahami latar belakang penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan,
berperan serta mengumpulkan data terkait dengan fokus penelitian
menganalisa data yang terkumpul.

3) Tahap analisa data
Analisis data adalah upaya mencari dan menata secara sistematis catatan
hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman
peneliti tentang kasus yang teliti dan menyajikan sebagai temuan bagi orang
lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis perlu

dilanjutkan berupa Mencari makna. Analisis dalam mengumpulkan data ini
meliputi:
a. Membuat ringkasan dan mengedit hasil dari wawancara
b. Mengembangkan pertanyaan dan analisis lama wwawancara
c.

Mempertegas fokus penelitian.14

14 Moleong, Metode Penelitian Kualitatif., 200.