PLURALITAS AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL QUR

PLURALITAS AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL QURAN
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Tafsir Tematik

Oleh:
Nurul Himatil ‘Ula

(E93216080)

Dosen pembimbing:
Mahbub Ghazali, M.Ag
PRODI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2017

2

PLURALITAS AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL QURAN


A. Pluralitas Agama
Pluralitas dalam kehidupan ini bukanlah sesuatu yang baru.
Perbedaan warna kulit, bahasa, suku bangsa, kebudayaan dan lainnya adalah bukti
dari adanya pluralitas sosial. Dalam intern umat Islam sendiri juga terdapat
pluralitas. Keberadaan organisasi-organisasi Islam, perbedaan madzab-madzab
fiqih dan perbedaan aliran-aliran theologis merupakan contoh pluralitas internal
umat Islam. Dalam konteks Indonesia, pluralitas dimaknai sebagai kemajemukan,
keberagaman dan kebhinekaan.
Kata pluralitas berasal dari bahas Inggris, pluralism dan berasal dari
bahasa Latin, plures yang berarti beberapa dengan implikasi perbedaan.1
Alquran sendiri telah menunjukkan kepada nilai-nilai pluralitas
dalam kehidupan. Dalam Alquran surat al-Hujurat (49) ayat 13 Allah berfirman:

‫ع‬
‫م ْ ع‬
ً‫شششععووببا‬
‫خل ن و‬
‫س ْا منناً ْ ن‬
‫م ْ م‬

‫ر ْنو ْأن ونثىَ ْون ن‬
‫جعنل ون نششاًك ع و‬
‫قنناًك ع و‬
‫نيأَي ينهاً ْالنناً ع‬
‫م و‬
‫ن ْذ نك ن ر‬
‫ن‬
ْ ‫ج‬
ْ ‫ج‬
‫نو ْقننباًئ م ن‬
‫ه‬
‫ه ْا نت و ن‬
‫م ْ م‬
‫د ْالل نشش م‬
‫مشش ا ع ن‬
‫عن وشش ن‬
‫وا ا م ن‬
‫ن ْالل نشش ن‬
‫قاًك ع و‬
‫مك عشش و‬

‫ن ْأك ونر ن‬
‫ل ْل مت ننعاًنرفع و‬
‫خب مي ورر‬
‫م ْ ن‬
‫ع ناً مي و ر‬
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.2

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan makhlukNya, laki-laki dan perempuan, dan menciptakan berbangsa-bangsa untuk menjalin
hubungan yang baik. Kata ta’arafa diatas maknanya bukan hanya pada
1 Abdul Moqsith Ghazali, Argumen pluralisme Agama: Membangun Toleransi Berbasis
Al-Qur’an (Depok: Pesona Depok Estate AL-4, 2009), 66
2 Alquran, 49:13

3

berinteraksi tetapi berinteraksi positif. Jadi, dijadikannya berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku adalah dengan harapan bahwa satu dengan yang lainnya dapat
berinteraksi dengan baik dan positif.3 Sudah jelas bahwa Alquran memberikan
alasan yang rasional mengenai penciptaan manusia dengan beragam bangsa,
bahasa, suku dan budaya.
Berbicara pluralis artinya bukan satu, tetapi plural atau banyak, dan
banyak itu artinya berbeda, karena tidak ada yang sama. 4 Pluralitas menjadi
persoalan tatkala disamakan dengan pluralisme. Pada dasarnya, pluralitas dan
pluralisme merupakan dua hal yang berbeda. Pluralitas adalah mengakui
keberadaan segala sesuatu yang berbeda, sementara pluralisme adalah mengakui
kebenaran setiap yang berbeda. Harus ada pembedaan antara mengakui
keberadaan dan mengakui kebenaran.5
Untuk lebih jelasnya, kita ambil contoh pluralitas yang paling
sensitif dan paling menentukan dari semua pluralitas yang lain, yaitu agama. Islam
mengakui keberadaan semua agama, bahkan yang anti agama dan anti Tuhan pun
diakui keberadaanya. Tetapi Islam tidak mengakui bahwa seluruh agama itu benar
dan hanya mengakui Islam sebagai satu-satunya agama yang benar. hal ini juga
dijelaskan dalam Alquran surat Ali Imran (3): 19:

‫ف ْال نذي ع‬
‫ب‬

ْ ‫م ْنو‬
‫ماً ْ و‬
‫خت نل ن ن‬
‫ن ْ م‬
‫د ْالل ن م‬
‫ن ْأووعتو ْال وك معتششاً ن‬
‫مو‬
‫عن و ن‬
‫ام ن‬
‫سل ن ع‬
‫ه ْال م و‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن ْالد دي و ن‬
‫ن‬
‫ت‬
‫ن ْؤ نك و ع‬
‫و ْب مأَي نششاً م‬
‫ماً ْ ن‬
‫م ْاب نوغيباً ْب ني ون نعهم ْنو ْ ن‬

‫م ْال وهمل و ع‬
‫جاًئ نهع ع‬
‫ن ْب نوعد ْ ن‬
‫فشش و‬
‫مشش و‬
‫ا مل ن َّام و‬
‫ب‬
‫ع ْال م‬
‫سرمي و ع‬
‫ه ْفناً م ن‬
‫ح ن‬
‫ن ْ ن‬
‫الل ل ن‬
‫ساً م‬
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah. Maka sesungguhya Allah
sangat cepat hisabnya.6


3 Azyumardi Azra, et.al, Nilai-Nilai Pluralisme dalam Islam: Bingkai Gagasan yang
Berserak, cet. I (Bandung: Penerbit Nuansa, 2005), 16.
4 Ibid,. 17.
5 Pdf, Fathurrahman Kamal, Menyibak Tabir Kejahilan: Pluralisme Agama dalam
Timbangan Alquran (Jogja: 2010), 9.
6 Alquran (3):19.

4

B. Pandangan Alquran tentang Pluralitas
Alquran sendiri secara berulang kali menegaskan isyarat tentang
pluralitas. Tuhan menghendaki makhluk-Nya bukan hanya berbeda dalam
realitas fisikal, melainkan juga berbeda-beda dalam ide, gagasan, keyakinan
dan beragama, sebagaimana yang disebut dalam berbagai firman-Nya:7

‫ختدلححفي يدن‬
‫جدعدل ال مدنادس أ أ مدمةة دواححددةة صلى دول د ي ددزال أيودن أم ي‬
‫دودلوء دشادء دربمأدك ل د د‬
“Andaikata tuhanmu menghendaki, niscaya Dia menjadikan manusia yang
satu umat. Dan tetapi mereka senantiasa berbeda”8


‫نو ْأ نن ونزل ونناً ْا مل ني و ن‬
‫ن‬
‫ه ْ م‬
‫ن ْي نششد ني و م‬
‫ب ْب مششاًل و ن‬
‫ك ْالك مت نششاً ن‬
‫صششد دبقاً ْل د ن‬
‫ق ْ ع‬
‫ح د‬
‫م ن‬
‫مشش ن‬
‫مششاً ْب ني وشش ن‬
‫ه ْصششلىَ ْونل ن‬
‫ماً ْأ نن وششنز ن‬
‫مهني و م‬
‫مبناً ْصششلىَ ْنفاً و‬
‫ل ْالل نشش ع‬
‫م ْب م ن‬
‫م ْب ني ون نهع و‬

‫حك ع و‬
‫ب ْنو ْ ع‬
‫الك منتاً م‬
‫ن‬
‫ج‬
‫و‬
‫ق ْ ْل م ع‬
‫جشاًنء ن‬
‫كش د‬
‫م‬
‫مش‬
‫جعنلننشاً ْ م‬
‫ك ْ م‬
‫ل ْ ن‬
‫ن ْال ن‬
‫مشاً ْ ن‬
‫من وك عشش و‬
‫حشش د‬
‫م ْع ن ن‬
‫ه ْا نهوششونأهع و‬

‫ت نت نب م و‬
‫ن‬
‫ع‬
‫ج‬
‫ن‬
‫حد ن ب‬
‫ة ْنوا م‬
‫م ب‬
‫شورع ن ب‬
‫ة ْنو ْ م‬
‫م‬
‫ه ْل م ن‬
‫من ونهاً ب‬
‫م ْأ ن‬
‫جعنل نك ع و‬
‫و ْشاً ننء ْالل ع‬
‫ة ْونل نك م و‬
‫جاً ْ ْونل ن و‬
‫ن‬
ْ ‫ج‬

َ‫صشششلى‬
َ‫ى‬
‫سششت نب م ع‬
ْ ‫م‬
‫وا ْال و ن‬
‫خويششنرا م‬
‫ ْنفاً و‬
‫مششاً ْأنتششاًك ع و‬
‫م ْمفششىَ ْ ن‬
‫ل دي نب وعلششونك ع و‬
‫ق و‬
‫ت ْ مالشش ن‬
‫ن‬
‫خت نل م ع‬
‫ه ْت ن و‬
‫م ْفمي و م‬
‫ج م‬
‫فو و ن‬
‫م ْ ن‬
‫ماً ْك عن وت ع و‬
‫م ْب م ن‬
‫مي وبعاً ْفني عن نب دئ عك ع و‬
‫جععك ع و‬
‫مور م‬
‫ن‬
Dan kami telah menurunkan kitab (Alquran) kepadamu (Muhammad) dengan
membawa

kebenaran,

yang

membenarkan

kitab-kitab

yang

diturunkan

sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa
yang ditrunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat
diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka
berlomba-lomblah berbuat kebajikan, hanya kepada Allah kamu semua kembali,
lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dulu kamu perselisihkan. 9

‫ن ْالير و‬
‫فششور‬
‫ن ْي نك و ع‬
‫د ْ م‬
‫ش ع‬
‫ن ْقن و‬
‫ه ْمفي ْال د‬
‫ي ْفن ن‬
‫نل ْإ مك ونرا ن‬
‫مشش و‬
‫ن ْال وغنشش د‬
‫مشش ن‬
‫د ْت نب ني ن ن‬
‫دي م‬
‫مباًل ن‬
‫س ن‬
‫طاً ع‬
‫قىَ ْنل‬
‫ة ْاولششوعث و ن‬
‫ه ْفن ن‬
‫ك ْمباًل وععورون م‬
‫ق م‬
‫ن ْمباًلل ن م‬
‫ت ْوني عؤ و م‬
‫غو م‬
‫م ن‬
‫د ْا و‬
‫ست ن و‬
‫م و‬
(256)ْ ‫م‬
‫س م‬
‫ان و م‬
‫مي ر‬
‫صاً ن‬
‫ه ْ ن‬
‫ع ْع نملي ر‬
‫م ْل ننهاً ْنوالل ن ع‬
‫ف ن‬
7 Abdul Moqsith Ghazali, Argumen pluralisme…, xvi
8 Alquran (11): 118
9 Alquran (5): 48

5

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut[ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.]
dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.10

Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa keberagaman yang
ada dalam kehidupan ini sudah menjadi sunnatullah. Dalam ayat pertama
dijelasakan bahwa, kalau Tuhan mau, niscaya Tuhan dapat menciptakan manusia
ini satu bangsa atau satu umat saja. Hal ini diperjelas pada ayat kedua, QS. AlMaidah (5):48. Tetapi, kenapa Allah tidak menciptakan manusia satu umat?
Alasannya sebagaimana dijelaskan dalam lanjutan ayat

‫ن‬
‫م‬
‫أنتاًك ع و‬,

ً‫مشا‬
‫م ْفمششىَ ْ ن‬
‫ل دي نب ول عونك ع و‬

yaitu untuk menguji dengan apa yang manusia terima dari tuntunan

Tuhan. Apakah manusia akan konsisten atau menyimpang. Oleh karena itu, Tuhan
ingin melihat siapa yang konsisten dan siapa yang menyimpang, maka

‫ت‬
‫سششت نب م ع‬
‫وا ْال و ن‬
‫خويششنرا م‬
‫نفاً و‬,
‫ق و‬

berlomba-lombalah untuk menunaikan kebaikan.

Janganlah menyalahkan orang lain dan merasa yang paling benar. Karena nanti
Allah lah yang akan menyampaikan bahwa manusia itu benar atau salah.11
Jika Allah menghendaki bahwa manusia diciptakan berbeda-beda,
maka sangat logis dan amat bijaksana bila Allah juga memberikan perlindungan
kepada pemeluk agama yang berbeda-beda tersebut dan tempat-tempat
menyembah, sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al-Hajj (22): 40:

‫ن‬
‫ه‬
‫ن ْي ن ع‬
‫ن ْأ ع و‬
‫جوا ْ م‬
‫ال ن م‬
‫ق ْإ منل ْأ و‬
‫ر ْ ن‬
‫خرم ع‬
‫قوعلوا ْنرب ينناً ْالل ن ع‬
‫ح ق‬
‫ن ْد منياًرمه م و‬
‫م و‬
‫ذي ن‬
‫م ْب مغني و م‬
‫وا م‬
‫ع ْالل ن م‬
‫ع ْونب مي نششعر‬
‫م ع‬
‫س ْب نعو ن‬
‫ونل نوونل ْد نفو ع‬
‫م و‬
‫ض ْل نهعد د ن‬
‫ضه ع و‬
‫ت ْ ن‬
‫ه ْالنناً ن‬
‫صشش ن‬
‫م ْب مب نعو ر‬
‫ن‬
‫م ْالل نشش م‬
‫صششنر ن‬
‫ج ع‬
‫د ْي عذ وك نعر ْمفيهنششاً ْا و‬
‫م ن‬
‫سشش ع‬
‫ساً م‬
‫ت ْون ن‬
‫وا ر‬
‫ه ْك نث ميششبرا ْونل ني نن و ع‬
‫ون ن‬
‫صل ن ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫زيرز‬
‫ه ْل ن‬
‫ه ْإ م ن‬
‫ن ْالل ن‬
‫صعر ع‬
‫ه ْ ن‬
‫الل ن ع‬
‫ن ْي نن و ع‬
‫قو م ي‬
‫م و‬
‫ي ْع ن م‬
“(yaitu) orang-orang yang diusir dari kampong halamannya tanpa alasan yang
benar, hanya karena mereka berkata, ‘Tuhan kami ialah Allah’. Seandainya Allah

10 Alquran (2): 256.
11 Azyumardi Azra, et.al, Nilai-Nilai…, 18.

6

tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu
telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang
Yahudi, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama-nama Allah.
Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh Allah
Maha kuat, maha perkasa.”12

Dan karena itu, dalam ayat lain Allah melarang umat islam mencaci
sesembahan agama lain.13

‫ه ْع نششد وبوا‬
‫ن ْي ند و ع‬
‫ن ْالل ن م‬
‫ن ْ م‬
‫سيبوا ْال ن م‬
‫ن ْ ع‬
‫عو ن‬
‫ه ْفني ن ع‬
‫وننل ْت ن ع‬
‫سششيبوا ْالل نشش ن‬
‫دو م‬
‫م و‬
‫ذي ن‬
‫ك ْزينششاً ْل مك عشش د ع‬
‫ر ْ م و‬
‫م‬
‫مشش ر‬
‫م ْك نششذ نل م ن ن ن ن‬
‫م ْإ مل نششىَ ْنرب دهمشش و‬
‫م ْث عشش ن‬
‫مل نهعشش و‬
‫ة ْع ن ن‬
‫ل ْأ ن‬
‫ب مغني وشش م‬
‫علشش ر‬
‫ماً ْ ن‬
‫ن‬
‫معلو ن‬
‫كاًعنوا ْي نعو ن‬
‫م ْب م ن‬
‫م ْفني عن نب دئ عهع و‬
‫جععهع و‬
‫مور م‬
‫ن‬
Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah,
karena mereka nanti akan memaki Allag dengan melampaui batas tanpa dasar
pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat mengangap baik pekerjaan
mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan 14

12 Alquran (22): 40
13 Abdul Moqsith Ghazali, Argumen pluralisme…, xvii
14 Alquran (6): 108

7

C. Pandangan Alquran tentang Pluralitas
1. Alquran mengakui keberadaan agama lain
Alquran sendiri secara berulang kali menegaskan isyarat tentang
pluralitas agama, seperti yang termuat dalam surat al-Maidah (5): 48:

‫نو ْأ نن ونزل ونناً ْا مل ني و ن‬
‫ن‬
‫ه ْ م‬
‫ن ْي نششد ني و م‬
‫ب ْب مششاًل و ن‬
‫ك ْالك مت نششاً ن‬
‫صششد دبقاً ْل د ن‬
‫ق ْ ع‬
‫ح د‬
‫م ن‬
‫مشش ن‬
‫مششاً ْب ني وشش ن‬
‫ه ْصششلىَ ْونل ن‬
‫ماً ْأ نن وششنز ن‬
‫مهني و م‬
‫مبناً ْصششلىَ ْنفاً و‬
‫ل ْالل نشش ع‬
‫م ْب م ن‬
‫م ْب ني ون نهع و‬
‫حك ع و‬
‫ب ْنو ْ ع‬
‫الك منتاً م‬
‫ن‬
‫ق ْج ْل م ع‬
‫جشاًنء ن‬
‫كش د‬
‫م‬
‫جعنل وننشاً ْ م‬
‫ك ْ م‬
‫ل ْ ن‬
‫ن ْال ن‬
‫مشاً ْ ن‬
‫من وك عشش و‬
‫حشش د‬
‫م ْع ن ن‬
‫ه ْا نهوششونأهع و‬
‫ت نت نب م و‬
‫مش ن‬
‫ة ْو ْمنهاًجاً ْج ْول نو ْشاً ننء ْالله ْل مجعل نك ع ع‬
‫ن‬
‫حد ن ب‬
‫ة ْنوا م‬
‫م ب‬
‫م‬
‫شورع ن ب ن م و ن ب‬
‫م ْأ ن‬
‫ع ن ن و‬
‫ة ْونل نك م و‬
‫ن و‬
‫ن‬
ْ ‫ج‬
َ‫ع صشششلى‬
َ‫ى‬
‫سششت نب م ع‬
ْ ‫م‬
‫وا ْال و ن‬
‫خويششنرا م‬
‫ ْنفاً و‬
‫مششاً ْأنتششاًك و‬
‫م ْمفششىَ ْ ن‬
‫ل دي نب وعلششونك ع و‬
‫ق و‬
‫ت ْ مالشش ن‬
‫ن‬
‫خت نل م ع‬
‫ه ْت ن و‬
‫م ْفمي و م‬
‫ج م‬
‫فو و ن‬
‫م ْ ن‬
‫ماً ْك عن وت ع و‬
‫م ْب م ن‬
‫مي وبعاً ْفني عن نب دئ عك ع و‬
‫جععك ع و‬
‫مور م‬
‫ن‬
“Dan kami telah menurunkan kitab (Alquran) kepadamu (Muhammad) dengan
membawa

kebenaran,

yang

membenarkan

kitab-kitab

yang

diturunkan

sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa
yang ditrunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat
diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka
berlomba-lomblah berbuat kebajikan, hanya kepada Allah kamu semua kembali,
lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dulu kamu perselisihkan.”

Kalau Tuhan mau, niscaya Tuhan dapat menciptakan manusia ini satu
bangsa atau satu umat saja, tetapi kenapa tidak? Alasannya sebagaimana
dijelaskan dalam lanjutan ayat liyabluakum fiii ma atakum… untuk menguji
dengan apa yang manusia terima dari tuntunan Tuhan. Apakah manusia akan
konsisten atau menyimpang. Oleh karena itu, Tuhan ingin melihat siapa yang
konsisten dan siapa yang menyimpang, maka fastabiqul khoiroti, berlomba-

8

lombalah untuk menunaikan kebaikan. Janganlah menyalahkan orang lain dan
merasa yang paling benar. Karena nanti Allah lah yang akan menyampaikan
bahwa manusia itu benar atau salah.15
Setelah menerangkan bahwa kitab Taurat telah diturunkan kepada Nabi
Musa dan kitab Injil telah diturunkan kepada Nabi Isa agar kedua kitab
tersebut dipatuhi dan diamalkan oleh para penganutnya masing-masing. Pada
ayat ini diterangkan bahwa Allah menurunkan Alquran kepada Nabi dan
Rasul-Nya yang terakhir, Nabi Muhammad SAW. Alquran adalah kitab
samawi terakhir yang membawa kebenaran, mencakup isi dan membenarkan
kitab suci sebelumnya seperti Taurat dan Injil. Alquran adalah kitab yang
terpelihara dengan baik, sehingga ia tidak akan mengalami perubahan dan
pemalsuan.16

‫ل مك ع د‬
ً‫جا‬
‫شورع ن ب‬
‫ة ْنو ْ م‬
‫م ْ م‬
‫جعنل ونناً ْ م‬
‫من ونهاً ب‬
‫ل ْ ن‬
‫من وك ع و‬
“Untuk setiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang”

Bahwa yang dimaksud dengan

‫ة‬
‫شورع ن ب‬
‫م‬

adalah jalan, dan makna dari

ً‫جا‬
‫ ْ م‬adalah tuntunan. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh al-Aufi, dari
‫من ونهاً ب‬
Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud dengan syir’atan wa minhajan
ialah jalan dan tuntunan.17 Tiap-tiap umat diberi syariat (peraturan-peraturan
khusus), dan diwajibkan kepada mereka melaksanakannya, dan juga mereka
telah diberi jalan dan petunjuk yang harus dilaksanakan untuk membersihkan
diri dan menyucikan batin mereka. Syariat setiap umat dan jalan yang harus
ditempuh boleh saja berubah-ubah dan bermacam-macam, tetapi dasar dan
landasannya sama, yaitu tauhid.18 Kemudian konteks ini dalam kaitannya
dengan perihal umat-umat yang beraneka ragam agamanya dipandang dari
aneka ragam syariat mereka yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang telah
15 Azyumardi Azra, et.al, Nilai-Nilai…, 18.
16 Kementerian Agama RI, AL-Quran dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan)
(Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 411.
17 Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir ad-dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung:
Sinar Baru Algelindo, 2003), 494-495
18 Kementerian Agama RI, AL-Quran dan…, 412.

9

disampaikan Allah melalui Rasul-rasul-Nya yang mulia, tetapi sama dalam
pokoknya, yaitu ajaran tauhid.19
Allah juga menjelaskan tentang syariat yang dimiliki setiap umat ini dalam
surat al-Baqarah (2): 148

‫ن‬
‫ونل مك ع ق‬
‫وا‬
‫ست نب م ع‬
‫وا ْال ن‬
‫جه ن ر‬
‫خي ونرا م‬
‫ل ْوم و‬
‫مونل دي ونهاً ْفن و‬
‫ن ْ ن‬
‫و ْ ع‬
‫ماً ْت نك عوون ع و‬
‫ت ْأي و ن‬
‫ق و‬
‫ةىٌهع ن‬
‫و‬
‫ه ْع ننلىَ ْك ع د‬
‫ل ْ ن‬
‫ديرر‬
‫شويئْ ْقن م‬
‫ج م‬
‫ي نأَ م‬
‫مي وعنباً ْا م ن‬
‫ه ْ ن‬
‫ن ْالل ن ن‬
‫م ْالل ن ع‬
‫ت ْب مك ع ع‬
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (wajhah) sendiri yang ia menghadap
kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Dimana
saja kamu berada, niscaya Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari
kiamat). Sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu.” 20

Setiap umat mempunyai kiblatnya masing-masing. Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail menghadap ke Ka’bah. Bani Israil menghadap ke baitul maqdis dan
orang Nasrani menghadap ke timur.21

‫ول نو ْشاً ننء ْالله ْل مجعل نك ع ع‬
‫حد نة ب‬
‫ة ْنوا م‬
‫م ب‬
‫م ْأ ن‬
‫ع ن ن و‬
‫ن و‬
“Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kalian dijadikan-Nya satu umat (saja).“
(Al-Maidah: 48)

Sekiranya Allah menghendaki, tentulah Dia dapat menjadikan semua
manusia hanya dengan satu syariat dan satu macam jalan yang akan ditempuh
dan diamalkan. Tetapi yang demikian itu tidak dikehendaki oleh Nya. Allah
SWT menhendaki manusia itu sebagai makhluk yang dapat mempergunakan
akal dan pikirannya, dapat maju dan berkembang dari zaman ke zaman.22
Demikianlah Allah menghendaki dan memberikan kepada tiap-tiap umat
syariat tersendiri, untuk menguji sampai dimana manusia itu dapat
19 Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir ad-dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir…, 494-495
20 Alquran (2): 148.
21 Kementerian Agama RI, AL-Quran dan…, 228
22 Ibid,. 412

10

melaksanakan perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya, untuk diberi pahala
atau disiksa-Nya.23

‫شاًنء ْالل نه ْل نجعل نك ع ع‬
‫و ْ ن‬
‫م‬
‫حد ن ب‬
‫ة ْنوا م‬
‫م ب‬
‫ماً ْآنتاًك ع و‬
‫م ْمفي ن‬
‫ن ْل مي نب ول عونك ع و‬
‫م ْأ ن‬
‫ع ن ن و‬
‫ة ْونل نك م و‬
‫ونل ن و‬
“Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kalian dijadikan-Nya satu umat (saja),
tetapi Allah hendak menguji kalian terhadap pemberian-Nya kepada kalian.” (Al-

Maidah: 48)
Demikianlah Allah menghendaki dan memberikan kepada tiap-tiap umat
syarit tersendiri, untuk menguji sampai dimana manusia itu dapat fan mampu
melaksanakan perintah-Nya dan larangan-Nya.24 Dengan kata lain, Allah Swt.
telah menetapkan berbagai macam syariat untuk menguji hamba-hamba-Nya
terhadap apa yang telah disyariatkan untuk mereka dan memberi mereka
pahala karena taat kepadanya, atau menyiksa mereka karena durhaka kepadaNya melalui apa yang mereka perbuat atau yang mereka tekadkan dari
kesemuanya itu.
Hal semisal juga dijelaskan dalam surat an-Nahl (16): 93:

‫ول نو ْ ن ن‬
‫ض ي‬
‫ن ْي ن ن‬
‫حد ن ب‬
‫ة ْنوا م‬
‫م ب‬
‫ن ْي ي م‬
‫ه ْل ن ن‬
‫ل ْ ن‬
‫م ْا ع ن‬
‫جعنل نك ع و‬
‫شأَ ْالل ن ع‬
‫شاًعء ْون‬
‫م و‬
‫ة ْونل نك م و‬
‫ن و‬
ْ ‫صل‬
‫ن ْي ن ن‬
‫ن‬
‫مل عوو ن‬
‫شاًعء ْ ول نت ع و‬
‫م ْت نعو ن‬
‫ماً ْك عن وت ع و‬
‫ن ْع ن ن‬
‫نيهءمدىِ ْ ن‬
‫سئ نل ع ن‬
‫م و‬
“Dan jika Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja),
tetapi ia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan member petunjuk kepada
siapa yang dia kehendaki. Tetapi kamu pasti akan ditanya tentang apa yang telah
kamu kerjakan.” (an-Nahl (16): 93)25

Kemudian Allah SWT dalam ayat ini mengemukakan bahwa sekiranya Dia
berkehendak, tentu Dia mampu mempersatukan manusia kedalam satu agama
sesuai dengan tabiat manusia itu, dan meniadakan kemampuan ikhtiar dan
23 Ibid,. 413
24 Ibid,. 413
25 Alquran (16): 93

11

pertimbangan terhadap apa yang dia kerjakan. Dengan demikian manusia akan
hidup seperti semut atu lebah atau juga malaikat yang diciptakan bagai robot
yang penuh ketaatan kepada Allah.26

‫م‬
‫ماً ْآنتاًك ع و‬
‫مفي ن‬
“Terhadap pemberian-Nya kepada kalian.” (Al-Maidah: 48)

Makna yang dimaksud ialah Al-Kitab.
Kemudian Allah Swt. menganjurkan kepada mereka untuk bersegera
mengerjakan kebajikan dan berlomba-lomba mengerjakannya. Untuk itu
disebutkan oleh firman-Nya:

‫ت‬
‫ست نب م ع‬
‫قوا ْال و ن‬
‫خي ونرا م‬
‫نفاً و‬
“Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.” (Al-Maidah: 48 )

Yaitu taat kepada Allah dan mengikuti syariat-Nya yang dijadikan-Nya
me-mansukh syariat pendahulunya serta membenarkan kitab Al-Qur'an
yang merupakan akhir dari kitab yang diturunkan-Nya.27
Kemudian Allah berfirman :

‫ن‬
‫خت نل م ع‬
‫ه ْت ن و‬
‫م ْفمي و م‬
‫ج م‬
‫فو و ن‬
‫م ْ ن‬
‫ماً ْك عن وت ع و‬
‫م ْب م ن‬
‫مي وبعاً ْفني عن نب دئ عك ع و‬
‫جععك ع و‬
‫مور م‬
‫ىَ ْ ن‬
‫مال ن‬
“Hanya kepada Allah lah kalian kembali, lalu diberitahukan-Nya kepada kalian
apa yang telah kalian perselisihkan itu.” (al-Maidah: 48)

Yakni tempat kembali manusia adalah Allah SWT. Kemudian, di hari
kiamat kelak akan ditunjukkan kebenaran tantang apa yang selama ini
diperselisihkan kebenarannya (agama). Maka Allah memberi pahala kepada
orang-orang yang mengikuti syariatnya an member siksa terhadap orang yang
ingkar kepada-Nya.
2. Kebebasan beragama dalam Islam
26 Kementerian Agama RI, AL-Quran dan…, 380
27 Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir ad-dimasyqi, Tafsir Ibnu…, 498

12

‫ن ْالير و‬
‫فور‬
‫ن ْي نك و ع‬
‫د ْ م‬
‫ش ع‬
‫ن ْقن و‬
‫ه ْمفي ْال د‬
‫ي ْفن ن‬
‫نل ْإ مك ونرا ن‬
‫م و‬
‫ن ْال وغن د‬
‫م ن‬
‫د ْت نب ني ن ن‬
‫دي م‬
‫مباًل ن‬
‫س ن‬
‫طاً ع‬
‫قىَ ْنل‬
‫ة ْال ووعث و ن‬
‫ه ْفن ن‬
‫ك ْمباًل وععورون م‬
‫ق م‬
‫ن ْمباًلل ن م‬
‫ت ْوني عؤ و م‬
‫غو م‬
‫م ن‬
‫د ْا و‬
‫ست ن و‬
‫م و‬
256)ْ ‫م‬
‫س م‬
‫)ان و م‬
‫مي ر‬
‫صاً ن‬
‫ه ْ ن‬
‫ع ْع نملي ر‬
‫م ْل ننهاً ْنوالل ن ع‬
‫ف ن‬

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut[ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.]
dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.”28

a. Tafsir mufrodad.

‫ ْ = ْإ م و‬paksaan, ‫ن‬
‫= ْالير و‬
‫كششنراه ن‬
‫ ْ = ْت نب ننيشش ن‬telah ْ jelas, ‫شششد ع‬
kebenaran, ْ ‫ي‬
‫ ْ= ْي نك و ع‬ingkar,
‫ ْ = ْال وغن د‬jalan ْ yang ْ salah, ْ ‫فششور‬
‫س ن‬
‫من‬
‫ ْ= ْي عؤ و م‬beriman, ْ ‫ك‬
‫م ن‬
‫ ْ= ْا و‬berpegangْ teguh, ْ ‫ال وععورونةم‬
‫ست ن و‬
َ‫قى‬
‫ ْ = ْال ووعث و ن‬tali ْ yang ْ kuat, ْ ‫م‬
‫ ْ = ْان و م‬putus, ْ ‫ميعر‬
‫سشش م‬
‫صششاً ن‬
‫= ْ ن‬
‫ف ن‬
mahaْ mendengar,ْ ‫م‬
‫ ْ= ْع نملي ر‬mahaْ mengetahui.
b. Asbabun nuzul.
Ibnu abbas berkata, ada seorang sahabat anshor yang berasal dari
bani salim bin auf yang bernama hushain. Ia mengajak dua anaknya yang
beragama nasrani untuk masuk islam. Namun mereka menolak. Hushain
pun mengadukan itu kepada rosulluah, apakah aku perlu memaksa kedua
anakku untuk masuk islam?atas pertanyaan itu Allah menurunkan ayat
ini.”(HR.ibnu jarir).29

28 Alquran (2): 256.
29 Alquran Tafsir Perkata, Al-Baqarah: 246, 43.

13

c. Tafsir ayat.
Firman Allah Swt.:

‫دين‬
‫ه ْمفي ْال د‬
‫نل ْإ مك ونرا ن‬
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).” (Al-Baqarah: 256)30

Yakni janganlah kalian memaksa seseorang untuk masuk agama
Islam, karena sesungguhnya agama Islam itu sudah jelas, terang, dan
gamblang dalil-dalil dan bukti-buktinya. Untuk itu, tidak perlu
memaksakan seseorang agar memeluknya. Bahkan Allah-lah yang
memberinya hidayah untuk masuk Islam, melapangkan dadanya, dan
menerangi hatinya hingga ia masuk Islam dengan suka rela dan penuh
kesadaran. Barang siapa yang hatinya dibutakan oleh Allah, pendengaran
dan pandangannya dikunci mati oleh-Nya, sesungguhnya tidak ada
gunanya bila mendesaknya untuk masuk Islam secara paksa.31
Mereka menyebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan
suatu kaum dari kalangan Ansar, sekalipun hukum yang terkandung di
dalamnya bersifat umum.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Yasar,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Addi, dari Syu'bah, dari Abu
Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa
dahulu ada seorang wanita yang selalu mengalami kematian anaknya,
maka ia bersumpah kepada dirinya sendiri, "Jika anakku hidup kelak, aku
akan menjadikannya seorang Yahudi". Ketika Bani Nadir diusir dari
Madinah, di antara mereka ada anak-anak dari kalangan Ansar. Lalu
mereka berkata, "Kami tidak akan menyeru anak-anak kami (untuk masuk
Islam)." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya:

‫ن ْالير و‬
‫ي‬
‫د ْ م‬
‫ش ع‬
‫ن ْقن و‬
‫ه ْمفي ْال د‬
‫نل ْإ مك ونرا ن‬
‫ن ْال وغن د‬
‫م ن‬
‫د ْت نب ني ن ن‬
‫دي م‬
30 Ibid, 256, 43.
31 Ibnu katsir, Tafsir Ibnu Katsir (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990), 161.

14

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang salah.” (Al-Baqarah: 256)

Imam Abu Daud dan Imam Nasai meriwayatkan pula hadis ini,
kedua-duanya meriwayatkannya dari Bandar dengan lafaz yang sama.
Sedangkan dari jalur-jalur yang lain diriwayatkan hal yang semakna, dari
Syu'bah.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Hibban
di dalam kitab sahihnya melalui hadis Syu'bah dengan lafaz yang sama.
Hal yang sama disebutkan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Asy-Sya'bi, dan
Al-Hasan Al-Basri serta lain-lainnya, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan
dengan peristiwa tersebut.
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibnu Abu
Muhammad Al-Jarasyi, dari Zaid ibnu Sabit, dari Ikrimah atau Sa'id ibnu
Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya:

‫ن‬
‫ه ْمفي ْال د‬
‫نل ْإ مك ونرا ن‬
‫دي م‬
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).” (Al-Baqarah:
256).

Ibnu Abbas menceritakan: Ayat ini diturunkan berkenaan dengan
seorang lelaki Ansar dari kalangan Bani Salim ibnu Auf yang dikenal
dengan panggilan Al-Husaini. Dia mempunyai dua orang anak lelaki yang
memeluk agama Nasrani, sedangkan dia sendiri adalah seorang muslim.
Maka ia bertanya kepada Nabi Saw.,
"Bolehkah aku memaksa keduanya (untuk masuk Islam)? Karena sesungguhnya
keduanya telah membangkang dan tidak mau kecuali hanya agama Nasrani."

Maka Allah menurunkan ayat ini berkenaan dengan peristiwa tersebut.

15

Hadis diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. As-Saddi meriwayatkan pula hal
yang semakna, tetapi di dalam riwayatnya ditambahkan seperti berikut:
Keduanya telah masuk agama Nasrani di tangan para pedagang yang
datang dari negeri Syam membawa zabib (anggur kering). Ketika
keduanya bertekad untuk ikut bersama para pedagang Syam itu, maka
ayah keduanya bermaksud memaksa keduanya (untuk masuk Islam) dan
meminta kepada Rasulullah Saw. agar mengutus dirinya untuk menyusul
keduanya agar pulang kembali. Maka turunlah ayat ini.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami
ayahku, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Auf, telah
menceritakan kepada kami Syarik, dari Abu Hilal, dari Asbaq yang
menceritakan, "Pada mulanya aku memeluk agama mereka sebagai
seorang Nasrani yang menjadi budak Umar ibnulKhajtab, dan ia selalu
menawarkan untuk masuk Islam kepadaku, tetapi aku menolak. Maka ia
membacakan firman-Nya: 'Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam).' (Al-Baqarah: 256). Ia mengatakan, 'Hai Asbaq, seandainya kamu
masuk Islam, niscaya aku akan mengangkatmu sebagai pegawai untuk
mengurusi sebagian urusan kaum muslim'."
Golongan yang cukup banyak dari kalangan ulama berpendapat
bahwa ayat ini diinterpretasikan dengan pengertian tertuju kepada kaum
Ahli Kitab dan orang-orang yang termasuk ke dalam kategori mereka
sebelum (mengetahui adanya) pe-nasakh-an dan penggantian, tetapi
dengan syarat bila mereka membayar jizyah.
Ulama

lain

mengatakan

bahwa

ayat

ini

di-mansukholeh

ayat qital (perang). Wajib menyeru semua umat untuk memasuki agama
Al-Hanif, yaitu agama Islam. Jika ada seseorang di antara mereka menolak
untuk masuk ke dalam agama Islam serta tidak mau tunduk kepada
peraturannya atau tidak mau membayar jizyah, maka ia diperangi hingga
titik darah penghabisan. Yang demikian itulah makna ikrah, seperti yang
disebutkan di dalam firman-Nya:

16

‫و‬
‫شديد ْتقاًت معلونه ن‬
‫ستدع نون ْإلىَ ْقنو ع‬
‫ن‬
‫س ْ ن م ر ع‬
‫مو ن‬
‫م ْأوو ْي ع و‬
‫سل م ع‬
‫نع و‬
‫ن ع و و ن م‬
‫م ْأوملي ْب نأَ ر‬
‫و ر‬
“Kalian akan diajak untuk (memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang
besar, kalian akan memerangi mereka atau mereka menyerah (masuk
Islam).” (Al-Fath: 16)

Dalam ayat yang lain Allah Swt berfirman:

‫ن‬
‫ن ْنواغ ول ع و‬
‫م‬
‫د ْال وك ع ن‬
‫مناًفم م‬
‫ي ْجاًه م م‬
‫ظ ْع نل ني وهم و‬
‫فاًنر ْنوال و ع‬
‫قي ن‬
‫نياً ْأي ينهاً ْالن نب م ي‬
“Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik
itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka.” (At-Taubah: 73)

‫ن‬
‫ن ْال وك ع ن‬
‫م ْ م‬
‫من عششوا ْقششاًت معلوا ْال نشش م‬
‫ي نششاً ْأي يهنششاً ْال نشش م‬
‫ن ْي نل عششون نك ع و‬
‫ن ْآ ن‬
‫مشش ن‬
‫ذي ن‬
‫ذي ن‬
‫فششاًرم‬
‫ن‬
ْ ‫ن‬
‫م ْمغل وظ ن ب‬
‫مت ن م‬
‫م ن‬
‫موا ْأ ن‬
‫ج ع‬
‫ع ْال و ع‬
‫ه ْ ن‬
‫ن ْالل ن ن‬
‫ة ْنواع ول ن ع‬
‫دوا ْمفيك ع و‬
‫ونل وي ن م‬
‫قي ن‬
ْ
“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang ada di sekitar
kalian itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripada kalian; dan
ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (At-Taubah: 123)

Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:

‫ب ْنرب ي ن‬
‫ل‬
‫م ْي ع ن‬
‫سنل م‬
‫جن ن م‬
‫ك ْ م‬
‫ن ْإ منلىَ ْال و ن‬
‫دو ن‬
‫قاً ع‬
‫ج ن‬
‫ة ْمفي ْال ن‬
‫عن م‬
‫س م‬
‫م و‬
‫ن ْقنوو ر‬
“Tuhanmu kagum kepada suatu kaum yang digiring masuk ke surga dalam
keadaan dirantai.”

Makna yang dimaksud ialah para tawanan yang didatangkan ke
negeri Islam dalam keadaan terikat oleh rantai dan belenggu. Sesudah itu

17

mereka masuk Islam dan memperbaiki amal perbuatan serta hati mereka.
Maka mereka kelak termasuk ahli surga.
Firman Allah Swt.:

‫فور ْمباًل ن‬
‫س ن‬
‫طاً ع‬
‫ه ْفن ن‬
‫ن ْي نك و ع‬
‫ك ْمباًل وععورونةم‬
‫ق م‬
‫ن ْمباًلل ن م‬
‫ت ْوني عؤ و م‬
‫غو م‬
‫م ن‬
‫د ْا و‬
‫ست ن و‬
‫فن ن‬
‫م و‬
‫م و‬
‫م‬
‫ال ووعث و ن‬
‫س م‬
‫قىَ ْنل ْان و م‬
‫مي ر‬
‫صاً ن‬
‫ه ْ ن‬
‫ع ْع نملي ر‬
‫م ْل ننهاً ْنوالل ن ع‬
‫ف ن‬
“Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (AlBaqarah: 256)

Yakni barang siapa yang melepaskan semua tandingan dan berhalaberhala serta segala sesuatu yang diserukan oleh setan berupa
penyembahan kepada selain Allah, lalu ia menauhidkan Allah dan
menyembah-Nya semata serta bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Dia,
berarti ia seperti yang diungkapkan oleh firman-Nya:
“Maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat”.(AlBaqarah: 256)

Yaitu berarti perkaranya telah mapan dan berjalan lurus di atas
tuntunan yang baik dan jalan yang lurus.
Abul Qasim Al-Bagawi meriwayatkan, telah menceritakan kepada
kami Abu Rauh Al-Baladi, telah menceritakan kepada kami Abul Ahwas
(yaitu Salam ibnu Salim), dari Abu Ishaq, dari Hassan (yaitu Ibnu Qaid AlAbsi) yang menceritakan bahwa Umar r.a. pernah mengatakan,
"Sesungguhnya al-jibt adalah sihir, dan tagut adalah setan. Sesungguhnya
sifat berani dan sifat pengecut ada di dalam diri kaum lelaki; orang yang

18

pemberani berperang membela orang yang tidak dikenalnya, sedangkan
orang yang pengecut lari tidak dapat membela ibunya sendiri.
Sesungguhnya kehormatan seorang lelaki itu terletak pada agamanya,
sedangkan kedudukannya terletak pada akhlaknya, sekalipun ia seorang
Persia atau seorang Nabat."
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu
Hatim melalui riwayat As-Sauri, dari Abu Ishaq, dari Hassan ibnu Qaid
Al-Abdi, dari Umar.
Makna ucapan Umar tentang tagut bahwa tagut adalah setan sangat
kuat, karena sesungguhnya pengertian tersebut mencakup semua bentuk
kejahatan yang biasa dilakukan oleh ahli Jahiliah, seperti menyembah
berhala dan meminta keputusan hukum kepadanya serta membelanya.
Firman Allah Swt.:

‫س ن‬
َ‫قى‬
‫ة ْال ووعث و ن‬
‫فن ن‬
‫ك ْمباًل وععورون م‬
‫ق م‬
‫م ن‬
‫د ْا و‬
‫ست ن و‬
“Maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan putus.” (Al-Baqarah: 256)

Yakni sesungguhnya ia telah berpegang kepada agama dengan
sarana yang sangat kuat. Hal itu diserupakan dengan buhul tali yang kuat
lagi tak dapat putus. Pada kenyataannya tali tersebut dipintal dengan
sangat rapi, kuat lagi halus, sedangkan ikatannya pun sangat kuat. Karena
itu, disebutkan oleh firman-Nya:
“Maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang . amat
kuat yang tidak akan putus.” (Al-Baqarah: 256)
Mujahid

mengatakan

bahwa al-'urwatilwusqa artinya

iman.

Menurut As-Saddi artinya agama Islam, sedangkan menurut Sa'id ibnu

19

Jubair dan Ad-Dahhak artinya ialah kalimah "Tidak ada Tuhan selain
Allah." '
Menurut sahabat Anas ibnu Malik, al-'urwatulwusqaartinya AlQur'an. Menurut riwayat yang bersumber dari Salim ibnu Abul Ja'd, yang
dimaksud adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.
Semua pendapat di atas benar, satu sama lainnya tidak bertentangan.
Sahabat Mu'az ibnu Jabal mengatakan sehubungan dengan makna firmanNya: yang tidak akan putus. (Al-Baqarah: 256), Bahwa yang dimaksud
dengan terputus ialah tidak dapat masuk surga.
Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan pengertian yang
ada di dalam firman-Nya: maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. (Al-Baqarah: 256),
Kemudian membacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya:

‫م‬
‫ماً ْب مأَ نن و ع‬
‫ماً ْب م ن‬
‫ف م‬
‫م ْ ن‬
‫إم ن‬
‫سه م و‬
‫حنتىَ ْي عغني دعروا ْ ن‬
‫ه ْنل ْي عغني دعر ْ ن‬
‫ن ْالل ن ن‬
‫قوو ر‬
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar-Ra'd: 11)

‫ل ْاولماً ن‬
‫ن‬
‫سشش ن‬
‫حاً ع‬
‫ف ْ ن‬
‫سشش ن‬
‫ُ ْ ن‬:‫د‬
‫م ع‬
‫م ْأ و‬
‫نقاً ن م ن ع‬
‫ن ْعيو ع‬
‫حششد نث ننناً ْإ م و‬
‫ح ن‬
‫حششد نث ننناً ْاب وشش ع‬
‫ق ْب وشش ع‬
‫ن ْع نب نششاًرد ْقنششاً ن‬
‫ت ْفمششي‬
‫مشش ر‬
‫م ن‬
‫ُ ْك عن وشش ع‬:‫ل‬
‫ح ن‬
‫ن ْ ع‬
‫د ْع نشش و‬
‫ن ْع نشش و‬
‫ع نششوو ر‬
‫س ْب وشش م‬
‫ن ْقني وشش م‬
‫ل ْفششي ْوجهشش ن‬
‫خ ن‬
‫خ ع‬
‫ل‬
‫ٍ ْفنششد ن ن‬،‫شششورع‬
‫ن ْ ع‬
‫ه ْأث نششرر ْ م‬
‫ن و م م‬
‫ج ر م‬
‫ج م‬
‫جاًنء ْنر ع‬
‫د ْفن ن‬
‫م و‬
‫س م‬
‫ال و ن‬
‫مشش و‬
‫فنصنلىَ ْرك وعتي ن‬
‫جشش ر‬
‫قششاً ن‬
‫ُ ْهنشش ن‬:‫م‬
‫ن‬
‫ل ْال و ن‬
‫ماً ْفن ن‬
‫ل ْ م‬
‫ذا ْنر ع‬
‫ن ْأوو ن‬
‫قششوو ع‬
‫جنز ْمفيهم ن‬
‫ن‬
‫مشش و‬
‫ن ن نو م‬
‫ن‬
‫خشش ن‬
‫ت‬
‫ه ْفنششد ن ن‬
‫حت نششىَ ْد ن ن‬
‫ماً ْ ن‬
‫جن ن م‬
‫ه ْ ن‬
‫خنر ن‬
‫ل ْال و ن‬
‫خل و ع‬
‫من وزمل نشش ع‬
‫ل ْ ن‬
‫ج ْات نب نعوت عشش ع‬
‫ ْفنل ن ن‬.‫ة‬
‫أه و م‬
‫و‬
‫ت‬
‫ن ْال و ن‬
‫مشاً ْد ن ن‬
‫ُ ْإ م ن‬:‫ه‬
‫ه ْفن ن‬
‫قوو ن‬
‫ماً ْا و‬
‫خل وشش ن‬
‫م ْل ن ن‬
‫ت ْل ن ع‬
‫س ْقعل و ع‬
‫ه ْفنل ن ن‬
‫حد نث وت ع ع‬
‫معن ع‬
‫ن‬
‫ست نأَن ن ن‬
‫ ْنقاً ن‬.‫ذا‬
‫قنب و ع‬
‫ذا ْونك ن ن‬
‫د ْنقاًعلوا ْك ن ن‬
‫ماً ْي نن وب نمغششي‬
‫ن ْالل ن م‬
‫حاً ن‬
‫سب و ن‬
‫ج ن‬
‫ُ ْ ع‬:‫ل‬
‫م و‬
‫ه ْ ن‬
‫س م‬
‫ل ْال و ن‬

‫‪20‬‬

‫ل ْماً ْنل ْيعل نم ْو ع‬
‫ن‬
‫مل نح ن‬
‫حد دث ع ن‬
‫ت ْعرؤ وي نششاً‬
‫ن ْي ن ع‬
‫ن ر‬
‫سأَ ن‬
‫د ْأ و‬
‫نو ع ن ن‬
‫م‪ْ ُ:‬إ من دششي ْنرأي وشش ع‬
‫ك ْل مشش ن‬
‫قو ن ن‬
‫صششت عنهاً‬
‫ه ْوسششلم ْفن ن‬
‫ه ْع نل ني وشش م‬
‫ل ْالل ن م‬
‫ع ننلىَ ْع نهو م‬
‫د ْنر ع‬
‫صنلىَ ْالل نشش ع‬
‫ص و‬
‫ق ن‬
‫ه ْ ن‬
‫سو م‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ضششنرانء ْ‪-‬قنششاً ن‬
‫ن‪ُ:‬‬
‫ة ْ ن‬
‫ضشش ر‬
‫ع نل ني و م‬
‫خ و‬
‫ت ْك نششأَدني ْفمششي ْنروو ن‬
‫ه‪ْ ُ:‬نرأي و ع‬
‫ن ْع نششوو ر‬
‫ل ْاب وشش ع‬
‫خضرت مهاً ْوسششعت مهاً‪-‬وسشط عهاً ْع نمشود ْحديش ن‬
‫ه‬
‫سشش ن‬
‫ع ع ن م ر‬
‫فنذ نك ننر ْ م‬
‫د ْأ و‬
‫ن ْ ع و ن ن ن م ن ن ن ن‬
‫فل ع ع‬
‫ن‬
‫م و‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ون‬
‫قيشش ن‬
‫ل‬
‫ه ْععششورون ر‬
‫ة‪ْ ٍ،‬فن م‬
‫ه ْفمششي ْال ن‬
‫ماًمء ْفمششي ْأع ونل ع‬
‫سشش ن‬
‫ض ْونأع ونل ع‬
‫مفي ْالور م‬
‫ن‬
‫صف ْ‪-‬قنششاً ن‬
‫ل‬
‫ه ْفن ع‬
‫جاًنءمني ْ م‬
‫ست ن م‬
‫د ْع نل ني و م‬
‫ع‪ْ .‬فن ن‬
‫طي ع‬
‫صعن و‬
‫ت‪ْ ُ:‬نل ْأ و‬
‫قل و ع‬
‫من و ن‬
‫ي‪ْ ُ:‬ا و‬
‫لم ن‬
‫قشاً ن‬
‫ل‪ُ:‬‬
‫فشي‪ْ ٍ،‬فن ن‬
‫ن ْ ن‬
‫صي ع‬
‫خل و م‬
‫ع ْث منيشاًمبي ْ م‬
‫و ْال وون م‬
‫ف ْ‪-‬فننرنفش ن‬
‫م و‬
‫ن‪ْ ُ:‬هع ن‬
‫ن ْع نوو ر‬
‫اب و ع‬
‫سشش و‬
‫قششاً ن‬
‫ك‬
‫ة ْفن ن‬
‫حت نششىَ ْأ ن ن‬
‫م م‬
‫ت ْب مششاًل وععورون م‬
‫ت ْ ن‬
‫صعن و‬
‫ل‪ْ ُ:‬ا و‬
‫ست ن و‬
‫خششذ و ع‬
‫صعمد و ع‬
‫د‪ْ .‬فن ن‬
‫ا و‬
‫ن‬
‫سششو ن‬
‫ست ني و ن‬
‫ل ْالل نششهم‬
‫في ْي ن م‬
‫ت ْونإ من ننهاً ْل ن م‬
‫مباًل وععورون م‬
‫ت ْنر ع‬
‫ة‪ْ .‬نفاً و‬
‫دي ْفنششأَت ني و ع‬
‫قظ و ع‬
‫ن‬
‫قششاً ن‬
‫مششاً‬
‫ه‪ْ .‬فن ن‬
‫م ْفن ن‬
‫صششت عنهاً ْع نل ني وشش م‬
‫ه ْع نل ني وشش م‬
‫ه ْون ن‬
‫ل‪"ْ ُ:‬أ ن‬
‫سششل ن ن‬
‫صششنلىَ ْالل نشش ع‬
‫ص و‬
‫ق ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫موعد ْاول م و ن‬
‫ة ْاول م و ن‬
‫ماً‬
‫ض ع‬
‫ض ع‬
‫مو ع‬
‫ة ْفننروو ن‬
‫النروو ن‬
‫م ْ ونأ ن‬
‫د ْفنعن ع‬
‫ماً ْال وعن ع‬
‫م ْ ونأ ن‬
‫سل م‬
‫سل م‬
‫ن‬
‫ت ْع نل نششىَ ْاول م و ن‬
‫حت نششىَ‬
‫ة ْال وششوعث و ن‬
‫ي ْال وععششورون ع‬
‫ال وععورون ع‬
‫م ْ ن‬
‫قىَ‪ْ ٍ،‬أن وشش ن‬
‫ة ْفنهمشش ن‬
‫سششل م‬
‫ت"‬
‫مو ن‬
‫تن ع‬
‫‪“Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Yusuf,‬‬
‫‪telah menceritakan kepada kami Ibnu Auf, dari Muhammad ibnu Qais ibnu‬‬
‫‪Ubadah yang menceritakan bahwa ketika ia berada di dalam masjid, datanglah‬‬
‫‪seorang lelaki yang pada roman mukanya ada bekas kekhusyukan. Lalu lelaki itu‬‬
‫‪salat dua rakaat dengan singkat. Maka kaum yang ada di dalam masjid itu‬‬
‫‪berkata, "Lelaki ini termasuk ahli surga." Ketika lelaki itu keluar (dari masjid),‬‬
‫‪maka aku (Muhammad ibnu Qais ibnu Ubadah) mengikutinya hingga ia‬‬
‫‪memasuki rumahnya. Aku ikut masuk bersamanya, dan aku mengobrol‬‬
‫‪kepadanya,‬‬

‫‪katakan‬‬

‫‪aku‬‬

‫‪berkenalan,‬‬

‫‪saling‬‬

‫‪kami‬‬

‫‪Setelah‬‬

‫‪dengannya.‬‬

‫‪"Sesungguhnya kaum yang ada di masjid tadi ketika engkau masuk ke dalam‬‬
‫‪masjid, mereka mengatakan anu dan anu." Lelaki itu menjawab, "Mahasuci‬‬
‫‪Allah, tidak layak bagi seseorang mengatakan apa yang tidak diketahuinya. Aku‬‬
‫‪akan menceritakan kepadamu mengapa demikian. Sesungguhnya aku pernah‬‬
‫‪bermimpi sesuatu di masa Rasulullah, lalu aku ceritakan mimpi itu kepadanya.‬‬

21

Aku melihat diriku berada di sebuah taman yang hijau .Ibnu Aun mengatakan
bahwa lelaki itu menggambarkan suasana kesuburan taman dan luasnya. Di
tengah-tengah kebun itu terdapat sebuah tiang besi yang bagian bawahnya berada
di bumi, sedangkan bagian atasnya berada di langit, dan pada bagian atasnya ada
buhul tali-nya. Kemudian dikatakan kepadaku, 'Naiklah ke tiang itu.' Aku
menjawab, 'Aku tidak dapat.' Lalu datanglah seorang yang memberi nasihat
kepadaku .Ibnu Aun mengatakan bahwa orang tersebut adalah penjaga taman
tersebut. Orang itu mengangkat bajuku dari belakang seraya berkata, 'Naiklah!'
Maka aku naik hingga dapat memegang tali tersebut. Orang tersebut berkata,
'Berpeganglah kepada tali ini.' Aku terbangun, dan sesungguhnya tali itu benarbenar masih berada dalam pegangan kedua tanganku. Aku datang kepada
Rasulullah Saw., lalu kuceritakan kepadanya mimpi tersebut. Maka beliau
bersabda: 'Adapun taman tersebut adalah. taman Islam, sedangkan tiang tersebut
adalah tiang Islam; dan tali itu adalah tali yang kuat, artinya engkau tetap
berada dalam agama Islam hingga mati'."

Perawi mengatakan bahwa lelaki tersebut adalah sahabat Abdullah
ibnu Salam.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini di
dalam kitab Sahihain melalui riwayat Abdullah ibnu Aun, maka aku
(perawi) berdiri menghormatinya.
Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab sahihnya melalui
hadis Al-A'masy, dari Sulaiman ibnu Mishar, dari Kharsyahibnul Hur AlFazari dengan lafaz yang sama.32
3. Toleransi terhadap umat beragama
Sikap toleransi yang dimaksud disini bukanlah sikap toleransi
dalam hal keimanan dan ibadah, namun yang dimaksud disini adalah
toleransi yang mengakui tidak ada paksaan dalam bergama. seperti firman
Allah swt dalam alQuran surah al-Kafirun:

32 Ibid, 162.

22

‫ن‬
‫ن‬
‫ل ْنياً ْأ ني ينهاً ْال و ن‬
‫قع و‬
‫ن‬
‫م ْ ن‬
‫دو ن‬
‫عاًب م ع‬
‫دو ن‬
‫ماً ْت نعوب ع ع‬
‫( ْنل ْأع وب ع ع‬1)ْ ‫ن‬
‫كاًفمعرو ن‬
‫(وننل ْأنت ع و‬2)ْ ‫ن‬
‫د ْ ن‬
‫ن‬
(3)ْ ‫د‬
‫ماً ْأع وب ع ع‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫م‬
‫م ْ ن‬
‫ ْوننل ْأ ننناً ْ ن‬
‫مششاً ْأع وب عشش ع‬
‫دو ن‬
‫عاًب مشش ع‬
‫عاًب م ر‬
‫( ْل نك عشش و‬5)ْ ‫د‬
‫ن ْ ن‬
‫( ْوننل ْأنت ع و‬4)ْ ‫م‬
‫ماً ْع ننبدت ي و‬
‫د ْ ن‬
(6)33ْ ‫ن‬
‫مدين عك ع و‬
‫م ْونل م ن‬
‫ي ْمدي م‬
a. Artinya:
1). Katakanlah: Hai orang-orang kafir
2). Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah
3). Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah
4). Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah
5). Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah
6). Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku