HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN RAWAT INAP DI RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN
TINGKAT KECEMASAN PASIEN RAWAT INAP DI
RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
1 2 3 1,2,3 Catur Budi Hartono , Marsito , Arnika Dwi Asti ,Jurusan Keperawatan STKes Muhammadiyah Gombong
ABSTRACT
Most of us commonly have ever been hospitalized, and hospitalization can create anxiety. Anxiety level is influence bay many factors such as physic, environment, economy, knowledge level, social, and also family social support.
It was a correlation research by using Cross Sectional approach. There were 97 respondents as the samples in this research. They were the patients who were hospitalizing in long stay ward PKU Muhammadiyah Gombong Hospital. The samples were taken by Purposive Sampling technique. The research was conducted in 14, 21, and 28 of August 2008. The data were taken by using questionnaire.
The research finding show that 58 respondents (55.67%) experience medium anxiety, 8 respondents (8.25%) experience serious anxiety, and the rest have low and very serious anxiety (panic). Mine while 41 respondents (42.27%) got medium family social support, 50 respondents (51.55% ) got family social support, and the rest got low family social support. The hypothesis test use was Spearman Rank correlation. The research finding that is not correlation between family social support with long stay patient anxiety level with the value p=0.489 (p > 0.05). From the research writhed concluded that social support given by the family did not totally influence ounce’s anxiety level.
Keywords: social support, family, anxiety level, long stay treatment PENDAHULUAN
merupakan kesatuan dari orang- Sebagai mahluk hidup orang yang terkait dalam manusia pastilah memiliki perkawinan, ada hubungan darah, keluarga. Tanpa adanya keluarga atau adopsi dan tinggal dalam satu manusia takakan bisa hidup rumah. bahagia. Menurut Salvicion G. Sedangkan sebagai makhluk Bailon dan Aracelis Maglaya (1989), sosial, manusia tidak dapat hidup keluarga adalah dua atau lebih sendirian tanpa bantuan orang dari individu yang tergabung lain. Untuk memenuhi kebutuhan karena hubungan darah, sehari-hari manusia takakan bisa hubungan perkawinan, atau tanpa bantuan orang lain. Apalagi pengangkatan dan mereka hidup jika orang tersebut sedang dalam satu rumah tangga, menghadapi masalah, baik ringan berinteraksi satu sama lain di maupun berat. Pada saat-saat dalam peranannya masing-masing seperti itu seseorang akan mencari dan menciptakan serta dukungan sosial dari orang-orang mempertahankan suatu di sekitarnya, sehingga dirinya kebudayaan. Sedangkan menurut merasa dihargai, diperhatikan dan Friedman (1998) keluarga dicintai. Contoh nyata yang paling sering kita lihat dan alami adalah bila ada seseorang yang sakit dan terpaksa dirawat di rumah sakit, maka sanak saudara ataupun teman-teman biasanya datang berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka orang yang sakit tentu merasa mendapat dukungan sosial.
Paradigma definsi sosial fokus kajiannya tentang tindakan sosial (social conduct) merupakan tindakan subyektif yang penuh arti, yang harus ditafsirkan dan dipahami (interpretative
understanding). (Munandar
Sulaeman, 2007). Tindakan sosial adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain. Dukungan sosial
(social support) didefenisikan oleh Gottlieb
(1983) sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.
Pendapat senada dikemukakan juga oleh Sarason (1983) yang mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Cobb yang mendefinisikan dukungan sosial sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok.
( Kuntjoro, 2002).
Dukungan sosial tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mengurangi rasa cemas pada seseorang yang sedang dirawat di rumah sakit. Kita tahu bahwa jika seseorang dirawat di rumah sakit maka akan timbul rasa cemas. Rasa cemas tersebut muncul karena berbagai macam sebab dan alas an yang tidak dapat dijelaskan.
Kecemasan adalah perasaan takut yang bersifat lama pada sesuatu yang tidak jelas dan berhubungan dengan perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya (May, 1950, dikutip oleh Stuart& Laraia, 1998). Sedangkan menurut Panjaitan PB, kecemasan merupakan proses psikologis dan tingkah laku terhadap stress dan merupakan bagian yang penting dari pengalaman manusia. Gejala kliniknya bisa berupa rasa takut, rasa tegang, gelisah, hiperventilasi, palpitasi kordis dan meningkatnya tekanan darah, palpitasi, rasa capek dan lain-lain.
Setelah dilakukan studi pendahuluan dan diadakan wawancara dengan 5 pasien rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah gombong, ternyata didapatkan keterangan bahwa 3 pasien merasa gelisah setelah menjalani perawatan dan 2 pasien tidak merasakan gelisah. Semua pasien yang diwawancarai mendapatkan support dan dukungan moril dari keluarganya, tetapi ada 1 pasien yang merasakan tidak ada perbedaannya antara apabila ada anggota keluarga atau tidak adanya anggota keluarganya di Metode penetapan sampel yang dekatnya. Dan yang lainnya digunakan dalam penelitian ini
Nonprobability
menjawab ada perbedaan yang adalah Sampling, sangat berarti. Pasien tersebut yaitu Purposive Sampling. Adalah merasa gelisah jika tidak ada suatu teknik penetapan sampel anggota keluarganya yang dengan cara memilih sampel mendampinginya. Mereka juga diantara populasi sesuai dengan sangat membutuhkan dukungan yang dikehendaki peneliti dari anggota keluarganya dalam (tujuan/masalah dalam penelitian), menjalani perawatan di rumah sehingga sampel tersebut dapat sakit, karena mereka merasa jika mewakili karakteristik populasi ada anggota keluarganya maka yang telah dikenal sebelumnya. akan merasa aman. Dengan rumus :
Berdasarkan latar belakang N n = di atas maka dapat dirumuskan 1 + N (d)2 masalah bagaimana hubungan antara dukungan sosial keluarga
Dengan : n = jumlah dengan tingkat kecemasan pasien sampel rawat inap di RSU PKU N = jumlah
Muhammadiyah Gombong. populasi Mengetahui hubungan antara d = tingkat dukungan sosial keluarga dengan signifikasi (p) tingkat kecemasan pasien rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah
Jadi sampelnya : Gombong
749 n = 1+ 749
METODE PENELITIAN
(0,1)2 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
749 =
korelasional, yaitu menganalisa
1+ 7,49 dinamika antar variabel. Pendekatan yang digunakan adalah
749 =
Cross Sectional, yaitu penelitian
8,49 berdasarkan data yang menunjukan titik waktu tertentu,
= 88,22 = 88 + 10% = atau pengumpulannya dilakukan 97 sampel dalam waktu yang bersamaan yang
Dengan kriteria inklusi bertujuan untuk menguji sebagai berikut : hubungan antar variable, mencari,
1. Pasien yang sedang menjelaskan, suatu hubungan, menjalani rawat inap di memperkenalkan, menguji RSU PKU berdasarkan teori yang ada. Muhammadiyah
Populasi pada penelitian ini Gombong minimal dua adalah jumlah pasien yang sedang hari menjalani rawat inap di RSU PKU
2. Masih memiliki Muhammadiyah Gombong. Yaitu keluarga sekita 749 orang setiap bulannya.
3. Tidak sedang Metode penetapan sampel yang mengalami sakit digunakan dalam penelitian ini parah/kondisi terminal
4. Bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian
Dan dengan kriteria eksklusi sebagai berikut :
1. Pasien yang sedang mengalami sakit parah/kondisi terminal
2. Tidak memiliki keluarga
3. Tidak bersedia untuk menjadi responden Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel bebas atau variabel independen dan variabel terikat atau variabel dependen. Variabel independen (variabel bebas) dalam penelitian ini adalah dukungan sosial keluarga. Variabel
dependen (variabel terikat) adalah tingkat kecemasan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner atau angket. Semua pertanyaan berupa checklist. Responden tinggal memilih membubuhkan tanda check ( √ ) pada kolom yang sesuai. (Sugiyono, 2006). Kuesioner yang digunakan adalah Closed-ended/kuisioner tertutup dengan bentuk multiple
choice yang berjumlah
35 pertanyaan yang terdiri dari 15 soal tentang dukungan sosial keluarga dan 20 soal tentang kecemasan. Dengan kisi-kisi sebagai berikut :
Uji validitas penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2008 di RSU Purbowangi dengan responden sebanyak 20 orang. Dimana uji validitas instrumen dalam penelitian ini mengunakan rumus product moment dan diolah menggunakan program komputer.
Dari hasil uji validitas di dapatkan hasil bahwa ada 5 (lima) item kuesioner yang tidak valid yang terdiri atas 2 item pertanyaan Dukungan Sosial Keluarga yaitu item nomor 10 dan 13, dan 3 item pertanyaan kecemasan yaitu nomor 3, 14, dan 20. Masing-masing dengan nilai r hitung < dari nilai r tabel ( dengan N=20, r tabelnya adalah 0,444) yaitu : a. Dukungan Sosial Keluarga
Item nomor 10 dengan nilai r hitung 0,027; item nomor 13 dengan nilai r hitung 0,093.
b. Kecemasan Item nomor 3 dengan nilai r hitung 0,203; item nomor 14 dengan nilai r hitung 0,091; dan item nomor 20 dengan nilai r hitung - 0,223. Kemudian peneliti membuat 10 soal baru sesuai dengan item yang tidak valid dan di bagikan kepada 20 orang responden. Dari hasil uji validitas tersebut kemudian diambil 5 dari 10 item pertanyaan yang mewakili
5 pertanyaan yang tidak valid sebelumnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach. Dari hasil perhitungan, di dapatkan nilai alpha dari tiap-tiap variabel adalah : Variabel Dukungan Sosial Kelaurga dengan nilai alpha 0,7610, sedangkan nilai alpha untuk variabel Kecemasan adalah 0,7491. Angket atau kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7 (Mardapi, dalam buku Statistik Kesehatan.2007). Dari penjelasan tersebut berarti kedua kuesioner Dukungan Sosial Keluarga dan kuesioner Kecemasan dikatakan reliabel, karena nilai alphanya > 0,7.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian di analisa dengan menggunakan program komputer dan manual, analisa data meliputi: Berdasarkan tingkat dukungan sosial keluarga, 1 orang (1,03%) tidak mendapat dukungan sosial dari keluarga; 5 orang (5,15%) mendapat dukungan sosial keluarga kurang;
13 orang (43,33%) sedang; 41 orang (42,27%) mendapat dukungan sosial keluarga sedang, dan 50 orang (51,55%) mendapat dukungan sosial keluarga baik. Sedangkan berdasarkan tingkat kecemasan, 35 orang (36,08%) mengalami kecemasan ringan; 54 orang (55,67%) sedang; 8 orang (8,25%) berat. Uji statistik yang digunakan adalah korelasi Sperman Rank dan data dikelompokan dalam tabel bantu dengan mencari ranking dari variabel x dan variabel y. Dengan ketentuan apabila dari hasil perhitungan di dapatkan bahwa ρ sama atau lebih besar dari harga kritik yang tertera dalam tabel dengan derajat kebebasan (dk) dan derajat kesalahan tertentu, maka hipotesis diterima. Sebaliknya apabila harga ρ kritik yang tertera dalam tabel, maka hipotesis ditolak. Dari hasil uji Sperman
Rank di dapatkan hasil bahwa ρ
hitung =0,061, dan nilai signifikasi (p)=0,551. Dengan melihat nilai signifikasi (p) yang besarnya 0,551, yang dibandingkan dengan : 5%, maka p > 0,05. Dengan demikian berarti hipotesa ditolak, dan artinya tidak ada hubungan yang berarti antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Gombong.
HASIL DAN BAHASAN
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 14, 21, dan 28 Agustus 2008 di RSU PKU Muhammadiyah Gombong. Responden dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap yang selama periode dilaksanakannya penelitian ini sedang menjalani rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Gombong.
Tabel 1. Hasil Uji Korelasi Dukungan Sosial Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Rawat Inap Di RSU PKU Muhammadiyah Gombong 2008 (N=97)
Variabel N Rho P
Dukungan social Tingkat Kecemasan
97 yang dialami pasien rawat inap tidak hanya dipengaruhi oleh dukungan sosial keluarga saja, tetapi ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Salan (1997) bahwa kecemasan terjadi karena beberapa sebab, tetapi secara umum disebabkan oleh bahaya yang terdapat dalam diri manusia sendiri, yaitu suatu stimulus internal atau juga keadaan bahaya dari luar oleh yang bersangkutan ditafsirkan lain, adanya distorsi persepsi dari realitas lingkungannya. Freud (dalam Hall, 1980), faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah lingkungan di sekitar individu. Sedang menurut Menurut Carpenito (1998), ada beberapa faktor yang berhubungan dengan munculnya kecemasan yaitu :
0.71
0.48 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis antara tingkat dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien rawat inap di RSU PKU Muhammmadiyah Gombong seperti dalam tabel 4.6 dengan menggunakan uji korelasi
Spearman Rank
didapatkan
ρ
hitung =0,071, dan nilai signifikasi (p)=0,489. Dengan melihat nilai signifikasi (p) yang besarnya 0,489, yang dibandingkan dengan : 5%, maka p > 0,05. Dengan demikian berarti hipotesa ditolak, dan artinya tidak ada hubungan yang berarti antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Gombong. (Riwidiko.2007)
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kecemasan
1. Patofisiologis, yaitu setiap faktor yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia akan makanan, air, kenyamanan dan keamanan.
2. Situasional, yaitu berhubungan dengan ancaman konsep diri terhadap perubahan status, adanya kegagalan, kehilangan benda yang dimiliki, dan kurang penghargaan dari orang lain. Dukungan sosial yang di berikan keluarga terhadap pasien rawat inap pada kenyataannya tidak mutlak akan menurunkan tingkat kecemasan yang dialaminya, tetapi tergantung pada persepsi individu itu sendiri terhadap dukungan sosial tersebut. Menurut Sarason (1983) berpendapat bahwa dukungan sosial itu selalu mencakup dua hal yaitu: a)
Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia;
merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan kuantitas).
b)
Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima; berkaitan dengan
persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas)
Dukungan sosial bukan sekedar memberikan bantuan, tetapi yang penting adalah bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan itu. Hal itu erat hubungannya dengan ketepatan dukungan sosial yang diberikan, dalam arti bahwa orang yang menerima sangat merasakan manfaat bantuan bagi dirinya, karena sesuatu yang aktual dan memberikan kepuasan.
Jadi tinggi rendahnya tingkat kecemasan bukan mutlak dipengaruhi oleh faktor dukungan sosial keluarga saja tetapi ada faktor-faktor lain. Faktor tersebut adalah :
1. Keadaan fisik Keadaan fisik di sini bisa berarti kondisi kesehatan yang sedang dialami seseorang termasuk juga usia. Orang yang kondisi fisiknya baik akan berbeda tingkat kecemasannya dengan orang yang kondisi fisiknya kurang baik. Orang yang tua juga akan berbeda kondisi psikologisnya dengan orang yang lebih muda (Anonim, 2001). Pasien yang kondisi penyakitnya ringan mempunyai tingkat kecemasan yang berbeda dari seseorang yang sedang mengalami sakit berat.
2. Keadaan lingkungan Keadaan lingkungan di sekitar seseorang baik kondisi secara fisiknya ataupun nonfisik seperti ketenangannya.
Lingkungan yang tenang dan bersih akan menimbulkan perasaan yang nyaman dari pada lingkungan yang tidak tenang dan kotor (Freud dalam Hall, 1980). Kondisi lingkungan tempat seseorang dirawat di rumah sakit akan berpengaruh dengan kondisi psikologisnya termasuk kecemasannya.
SIMPULAN DAN SARAN
3. Keadaan ekonomi Keadaan perekonomian keluarganya/dirinya termasuk didalamnya adalah pekerjaan. Seseorang yang sedang mengalami kesulitan ekonomi akan berpengaruh juga terhadap psikologisnya. Pria dan wanita yang belum memiliki pekerjaan cenderung merasa cemas dan khawatir. Pria dan wanita pada dasarnya memiliki perbedaan yang jelas dalam karakteristiknya (Kartono, 1989). Jadi dapat diartikan bahwa keadaan ekonomi yang dialami pasien rawat inap dapat mempengaruhi tingkat kecemasannya.
4. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan setaip orang berbeda-beda, dalam menanggapi suatu hal/kejadian juga akan berbeda (Salan, 1997). Dengan demikian pasien rawat inap yang tingkat pendidikannya tinggi akan berbeda pula tingkat kecemasan yang dialami dengan pasien yang tingkat pendidikannya rendah.
5. Tingkat pengetahuan Pendidikan yang berbeda berarti tingkat pengetahuan juga akan berbeda. Dengan tingkat pengetahuan yang berbeda maka dalam mengiterpretasikan sesuatu hal juga setiap orang akan berbeda (Salan, 1997). Yang artinya tingkat pengetahuan seseorang (pasien rawat inap) pasti berbeda, akan berbeda pula dalam berespon terhadap kecemasan.
Berdasarkan hasil tentang hubungan tingkat dukungan sosial kelauarga dengan tingkat kecemasan pasien rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Gombong, peneliti menarik kesimpulan :
1. Pasien rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Gombong rata-rata mendapatkan dukungan sosial keluarga baik.
2. Pasien rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Gombong rata-rata mengalami kecemasan ringan dan sedang.
3. Hasil perhitungan dengan uji statistik SpearmanRank menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Gombong.
4. Berarti bahwa bila dukungan sosial keluarga baik belum tentu tingkat kecemasannya akan menurun. Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang hubungan dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Gombong, maka penaliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi keluarga pasien Sebaiknya anggota keluarga membiarkan pasen yang menjalani rawat inap untuk mengeluarkan isi hatinya.
Jakarta : Salemba Medika Lubis, Arliza Juairiani . 2006 .
Dermawan. 2005. Tuntunan
Cendikia Press Setiawati, Santun, Agus Citra
Kesehatan . Yogyakarta : Mitra
Riwidiko, Handoko . 2007 . Statistik
Jenis Dukungan Sosial Keluarga terhadap Kecemasan Wanita Hamil Pertama di Balai Kesehatan Muhammadiyah Malang . Malang : JIPTUMM
Ramli, Hanifah . 2003 . Pengaruh
Kedokteran Universitas Gajah Mada
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Depresi Pada Remaja Penyalahgunaan NAPZA. Yogyakarta : Fakultas
. USU Repositori Purwanti, Asih, dkk. . 2006 .
Dukungan Sosial Pada Pasien Gagal Ginjal Terminal yang Melakukan Terapi Hemodialisa
Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan .
2. Bagi petugas kesehatan Petugas kesehatan yang bertugas di bagian rawat inap dalam penatalaksanaan tindakan keperawatan hendaknya tidak memperhatikan aspek biologis saja tetapi juga memperhatikan aspek psikis pasien dan pasien diberi kesempatan untuk mengeluarkan isi hatinya/apa yang ia rasakan.
Nursalam . 2003 . Konsep &
Kedokteran Universitas Gajah Mada
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Dengan Tingkat kecemasan Pada Klien Kanker Serviks . Yogyakarta : Fakultas
psikologi.com/usia/160802.ht m , diperoleh tanggal 10 Januari 2008 Nurhidayati dan Mamnu’ah . 2005 .
.¶ -
Kuntjoro, Zainuddin. 2002 .Dukungan Sosial Pada Lansia
Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat . Jakarta : EGC
Cipta Effendy, Nasrul. 1998 . Dasar-
Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V . Jakarta : Rineka
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi . 2002 .
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam yang sifatnya kualitatif menggunakan tehnik wawancara atau observasi oleh peneliti langsung atau teknik yang lain selain kuesioner agar didapatkan data yang lebih lengkap.
Praktis Asuhan Keperawatan
Keluarga . Bandung : Rizqi
Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada
Yogyakarta .
Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita Akseptor Kontrasepsi Mantap Di RSUP Dr. Sardjito
Davis Company Trismiati . 2004 . Perbedaan
Psychiatric Mental Health Nursing . Philadelphia : FA
Townsend, Mary C. 2006 .
. Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan
Perawatan Psikiatrik
Tim Penyusun . 1988 . Pedoman
Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia .
Pers Solikhin . 2003 . Hubungan Antara
EGC Suratini dan Tenti Kurniawati . 2005 . Hubungan Dukungan
KonsepDasar Keperawatan Kesehatan Jiwa . Jakarta :
/beranda/kolom.php?act=deta il& id=8, diambil tanggal 10 Januari 2008 Suliswati, dkk . 2005 .
Penelitian . Alfabeta : Bandung Sulaeman, Munandar. 2007. Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Perspektif Sosiologis.
Jakarta : EGC Sugiyono . 2006 . Statistik Untuk
Stuart, Gail Wiscarz; Sundeen, Sandra J . 1998 . Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 3).
STIkes Muhammadiyah Banjarmasin
Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Stres Klien Pre Operasi Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta .
Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang