SOSIALISASI PELAKSANAAN U U DESA NO.6 TAHUN 2014 DALAM PENGEMBANGAN SISTEM EKONOMI RUMAHTANGGA

SOSIALISASI PELAKSANAAN U U DESA
NO.6 TAHUN 2014 DALAM PENGEMBANGAN
SISTEM EKONOMI RUMAHTANGGA
Oleh:

Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc
Ketua Program Studi Magister
Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak
Copy right: Herien Puspitawati
Dept. Ilmu Keluarga dan Konsumen-Fakultas Ekologi Dept. Ilmu Keluarga dan
Manusia
Konsumen
SPS-INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Disampaikan di
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak
19 Maret 2014

Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor
Email

:herien_puspitawati@email.com
http://herienpuspitawati.files.w
ordpress.com.

TUJUAN PRESENTASE
1. Sosialisasi Pelaksanaan UU No. 6/2014
Tentang Desa.
2. Meningkatkan usaha produktif keluarga
dalam upaya memperkuat ketahanan
ekonomi keluarga.
3. Upaya mendorong pemerintah desa untuk
lebih memberikan pembinaan dalam
pengembangan sistem ekonomi
rumahtangga.

Latar Belakang Perlunya UU Desa
• Pelaksanaan pengaturan Desa yang selama ini berlaku sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan zaman terutama menyangkut:
o Kedudukan masyarakat hukum adat.
o Demokratisasi.

o Keberagaman.
o Partisipasi masyarakat.
o Kemajuan.
o Pemerataan pembangunan.

sehingga menimbulkan kesenjangan antarwilayah, kemiskinan, dan
masalah sosial budaya yang dapat mengganggu keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Latar Belakang…
• Undang-Undang ini disusun dengan semangat
penerapan amanat konstitusi, yaitu pengaturan
masyarakat hukum adat sesuai dengan ketentuan Pasal
18B ayat (2) untuk diatur dalam susunan pemerintahan
sesuai dengan ketentuan Pasal 18 ayat (7).
• Dengan konstruksi menggabungkan fungsi selfgoverning community dengan local self government,
diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yang
selama ini merupakan bagian dari wilayah Desa, ditata
sedemikian rupa menjadi Desa dan Desa Adat.


Sesi 1
Sosialisasi Pelaksanaan UU No.
6/2014 Tentang Desa.

SEPINTAS U-U NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
KETENTUAN UMUM

• Desa
• Pemerintahan Desa
• Badan
Permusyawaratan Desa
• Musyawarah Desa
• Badan Usaha Milik
Desa
• Peraturan Desa
• Pembangunan Desa







Kawasan Perdesaan
Keuangan Desa
Aset Desa
Pemberdayaan
Masyarakat Desa
• Lembaga
Kemasyarakatan Desa
• Lembaga Adat Desa

DIMANA INTEGRASI KESETARAAN GENDER?
Pasal 3: Pengaturan Desa Berasaskan









Rekognisi.
Subsidiaritas.
Keberagaman.
Kebersamaan.
Kegotongroyongan.
Kekeluargaan.
Musyawarah.

• Demokrasi.
• Kemandirian.
• Partisipasi.

• Kesetaraan.
• Pemberdayaan.
• Keberlanjutan.

DIMANA INTEGRASI KESETARAAN GENDER?
Pasal 4: Pengaturan Desa Bertujuan:
• Melestarikan dan memajukan

adat, tradisi, dan budaya
masyarakat Desa.
• Mendorong prakarsa,
gerakan, dan partisipasi
masyarakat Desa untuk
pengembangan potensi dan
Aset Desa guna kesejahteraan
bersama.
• Membentuk Pemerintahan
Desa yang profesional, efisien
dan efektif, terbuka, serta
bertanggung jawab.







Meningkatkan pelayanan publik

bagi warga masyarakat Desa
guna mempercepat perwujudan
kesejahteraan umum.
Meningkatkan ketahanan sosial
budaya masyarakat Desa guna
mewujudkan masyarakat Desa
yang mampu memelihara
kesatuan sosial sebagai bagian
dari ketahanan nasional.
Memajukan perekonomian
masyarakat Desa serta mengatasi
kesenjangan pembangunan
nasional; dan memperkuat
masyarakat Desa sebagai subjek
pembangunan.

Pasal 8: Pembentukan Desa Harus Memenuhi Syarat:
• Batas usia desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung
sejak pembentukan.
• Jumlah penduduk:

o Jawa paling sedikit 6.000 jiwa atau 1.200 KK.
o Bali paling sedikit 5.000 jiwa atau 1.000 KK.
o Sumatera paling sedikit 4.000 jiwa atau 800 KK.
o Sulsel dan Sulut paling sedikit 3.000 jiwa atau 600 KK.
o NTB paling sedikit 2.500 jiwa atau 500 KK,
o Sulteng, Sulbar, Sultra, Gorontali dan Kalsel paling
sedikit 2.000 jiwa atau 400 KK.
o Kaltim, Kalbar, Kalteng dan Kaltara paling sedikir 1.500
jiwa atau 300 KK.
o NTT, Maluku dan Maluku Utara paling sedikit 1.000
jiwa atau 200 KK.
o Papua/Papua Barat paling sedikit 500 jiwa atau 100
KK.

DIMANA INTEGRASI KESETARAAN GENDER?
Pasal 24: Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan asas:

• Kepastian hukum.
• Tertib penyelenggaraan
pemerintahan.

• Tertib kepentingan
umum.
• Keterbukaan.
• Proporsionalitas.
• Profesionalitas.







Akuntabilitas.
Efektivitas dan efisiensi.
Kearifan lokal.
Keberagaman.
Partisipatif.

Pasal 26: Tentang Kepala Desa
Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa,

melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa; Kepala Desa berwenang:
• Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
• Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa.
• Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa.
• Menetapkan Peraturan Desa.
• Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
• Membina kehidupan masyarakat Desa.
• Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa.
• Membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta
mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif
untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa.
• Mengembangkan sumber pendapatan Desa.
• Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa.
• Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa.
• Memanfaatkan teknologi tepat guna.
• Mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif.

Pasal 26: Tentang Kepala Desa (Lanj.)

Kepala Desa berkewajiban:
• Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa.
• Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa.
• Menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan.

• Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender.













Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel,
transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari
kolusi, korupsi, dan nepotisme.
Menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku
kepentingan di Desa.
Menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik.
Mengelola Keuangan dan Aset Desa.
Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa.
Menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa.
Mengembangkan perekonomian masyarakat Desa.
Membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Desa.
Memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa.
Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan
lingkungan hidup.
Memberikan informasi kepada masyarakat Desa.

Pasal 26 dan 33: Tentang Kepala Desa
• Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Desa berhak
menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan dan
penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan
kesehatan, dan mendapatkan perlindungan hukum atas
kebijakan yang dilaksanakan,” Pasal 26 Ayat (3c,d).
Kriteria calon kepala desa (Pasal 33):
• Berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum
atau yang sederajat, berusia 20-42 tahun, dan terdaftar
sebagai penduduk desa dan bertempat tinggal di desa
paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaraan.
Kalau mau merubah Indonesia bagaimana kalau Kepala
Desa adalah kaum terpelajar yang berkompetensi ilmu
pengetahuan?? Minimal SMA/Diploma 1?? Agar
menguasai pemberdayaan masyarakat dan birokrat yang
baik dan benar dan mengingat beratnya resiko UU ini.

Pasal 54: Tentang Musyawarah Desa
(1) Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh
Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat
Desa untuk memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
(2) Hal yang bersifat strategis meliputi: Penataan Desa; Perencanaan Desa;
Kerja sama Desa; Rencana investasi yang masuk ke Desa; Pembentukan
BUM Desa; Penambahan dan pelepasan Aset Desa; dan kejadian luar
biasa.
(3) Musyawarah Desa dilaksanakan paling kurang sekali dalam 1 (satu) tahun.
(4) Musyawarah Desa dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Bagaimana partisipasi perempuan dan peran gender harmonis dalam
memanfaatkan musyawarah desa untuk meningkatkan kesejahteraan
keluarganya?

Pasal 67, Ayat 1 dan 2: Hak dan Kewajiban Desa


Desa berhak mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
berdasarkan hak asal usul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya
masyarakat desa; menetapkan dan mengelola kelembagaan desa; dan
mendapatkan sumber pendapatan.



Desa berkewajiban melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan, serta
kerukunan masyarakat Desa dalam rangka kerukunan nasional dan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat Desa; mengembangkan kehidupan demokrasi;
mengembangkan pemberdayaan masyarakat Desa; dan
memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Desa.



Berarti harus ada kesepahaman, keserasian baik SDM maupun
komunikasi personal dan kelembagaan antara aparat desa dan
masyarakat, padahal di Indonesia masih beragam dinamika
masyarakatnya.

Pasal 68 Ayat 1 dan 2: Hak dan Kewajiban Masyarakat


Masyarakat Desa berhak meminta dan mendapatkan informasi dari
Pemerintah Desa serta mengawasi kegiatan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; memperoleh
pelayanan yang sama dan adil; menyampaikan aspirasi, saran, dan
pendapat lisan atau tertulis secara bertanggung jawab tentang kegiatan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.



Masyarakat Desa berkewajiban membangun diri dan memelihara
lingkungan Desa; Mendorong terciptanya kegiatan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa yang baik;
Mendorong terciptanya situasi yang aman, nyaman, dan tenteram di Desa;
Memelihara dan mengembangkan nilai permusyawaratan, permufakatan,
kekeluargaan, dan kegotongroyongan di Desa; dan berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan di Desa.

Berarti masyarakat harus ada mampu melaksanakan kewajiban dan
mengerti haknya.
MASYARAKAT… TERMASUK KELUARGA… TERMASUK LAKI-LAKI,
PEREMPUAN DAN ANAK

Pasal 78: Pembangunan Desa Dan Pembangunan
Kawasan Perdesaan: Pembangunan Desa
• Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana
Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan; Pembangunan Desa meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan;
Pembangunan Desa mengedepankan kebersamaan,
kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan
pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.
Secara eksplisit sudah ada kata pengarusutamaan.
Secara eksplisit tidak ada kata perlindungan perempuan
dan anak

Pasal 80: Perencanaan Pembangunan Desa
• Perencanaan Pembangunan Desa diselenggarakan dengan
mengikutsertakan masyarakat Desa.
• Prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dirumuskan berdasarkan
penilaian terhadap kebutuhan masyarakat Desa yang meliputi:
o Peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar.
o Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan
lingkungan berdasarkan kemampuan teknis dan sumber daya
lokal yang tersedia.
o Pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif;
o Pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk
kemajuan ekonomi.
o Peningkatan kualitas ketertiban dan ketenteraman
masyarakat Desa berdasarkan kebutuhan masyarakat Desa.

Pasal 83: Pembangunan Kawasan Perdesaan
(3) Pembangunan Kawasan Perdesaan meliputi:
• Penggunaan dan pemanfaatan wilayah Desa dalam
rangka penetapan kawasan pembangunan sesuai
dengan tata ruang Kabupaten/Kota.
• Pelayanan yang dilakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat perdesaan.
• Pembangunan infrastruktur, peningkatan ekonomi
perdesaan, dan pengembangan teknologi tepat guna.
• Pemberdayaan masyarakat Desa untuk meningkatkan
akses terhadap pelayanan dan kegiatan ekonomi.

Pasal 83: Sistem Informasi Pembangunan Desa dan
Pembangunan Kawasan Perdesaan
(1) Desa berhak mendapatkan akses informasi melalui sistem
informasi Desa yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengembangkan
sistem informasi Desa dan pembangunan Kawasan Perdesaan.
(3) Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi fasilitas perangkat keras dan perangkat lunak, jaringan,
serta sumber daya manusia.
(4) Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi data Desa, data Pembangunan Desa, Kawasan Perdesaan,
serta informasi lain yang berkaitan dengan Pembangunan Desa
dan pembangunan Kawasan Perdesaan.
(5) Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikelola oleh Pemerintah Desa dan dapat diakses oleh masyarakat
Desa dan semua pemangku kepentingan.
(6) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menyediakan informasi
perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota untuk Desa.

Pasal 87 dan 88: Badan Usaha Milik Desa
• Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang
disebut BUM Desa; BUM Desa dikelola dengan
semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan; BUM
Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi
dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
• Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah
Desa; Pendirian BUM Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Sampai sejauh mana tidak terjadi konflik kepentingan
dalam BUM Desa?

Pasal 94 & 95: Lembaga Kemasyarakatan Desa &
Lembaga Adat Desa
• Lembaga Kemasyarakatan Desa merupakan wadah
partisipasi masyarakat Desa sebagai mitra Pemerintah
Desa; Lembaga kemasyarakatan Desa bertugas
melakukan pemberdayaan masyarakat Desa, ikut serta
merencanakan dan melaksanakan pembangunan, serta
meningkatkan pelayanan masyarakat Desa.
• Lembaga Adat Desa merupakan lembaga yang
menyelenggarakan fungsi adat istiadat dan menjadi
bagian dari susunan asli Desa yang tumbuh dan
berkembang atas prakarsa masyarakat Desa; bertugas
membantu Pemerintah Desa dan sebagai mitra dalam
memberdayakan, melestarikan, dan mengembangkan
adat istiadat sebagai wujud pengakuan terhadap adat
istiadat masyarakat Desa.

Kelebihan/Kekuatan UU 6/2014
• Kesempatan untuk memaksimalkan percepatan
pembangunan.
• Kesempatan bagi putra daerah yang berkompetensi
untuk pulang membangun desa.
• Kesempatan untuk memeratakan SDM berkualitas
ke semua daerah.
• Kesempatan pembangunan yang kerkelanjutan
secara merata dan menyeluruh.
• Kesempatan untuk mengoptimalkan peran gender
dan peran perempuan dalam pembangunan.

Kelemahan/Tantangan UU 6/2014













Negara (State) terlalu kuat dalam mengatur desa yang dikuatirkan justru
memperlemah keunikan desa meskipun dalam UU disebutkan bahwa Desa
berhak untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak
asal usul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat Desa; menetapkan dan
mengelola kelembagaan Desa; dan mendapatkan sumber pendapatan.
Pendekatan structural fungsional dalam tata kelola desa untuk percepatan
pembangunan desa menjadi baik/efektif/efisien apabila tidak terlalu kaku formal
dan procedural.
Bukankah justru desa menjadi terbebani dengan pemenuhan kebutuhan sosial
ekonomi yang tidak semua desa mempunyai kemampuan yang sama?
Interpretasi Pasal 67 dapat diartikan berbeda oleh setiap desa yang
memungkinkan dapat menimbulkan konflik internal di desa baik konflik vertikal
maupun horizontal; terlebih penguasaan dan pemanfaatan sumberdaya alam
local oleh penguasa elit desa.
Dimana posisi keluarga sebagai unit terkecil masyarakat?
Posisi keluarga menjadi lemah karena terlalu diatur oleh Negara. Asas
kekeluargaan yang sangat beragam di Indonesia menjadi harus menyesuaian
dengan peraturan Negara, meskipun ada tertulis bahwa hak asal usul, adat
istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat Desa dipertimbangkan dalam UU ini.
Posisi perempuan tidak disinggung secara eksplisit.
Perlindungan anak tidak disinggung secara eksplisit.

Pendekatan Teori dan Menyikapi dan
Mengantisipasi UU Desa
• Pendekatan Teori Struktural Fungsional: Berkaitan
dengan struktur dan fungsi pemerintahan desa dalam
menjalankan fungsi fasilitator dan pelayanan kepada
masyarakat.
• Pendekatan Teori Gender: Berkaitan dengan aplikasi
analisis gender dalam planning dan budgeting (PPRG).
• Pendekatan Teori Perkembangan: Berkaitan dengan
penyusunan program yang sesuai dengan dinamika
perkembangan masyarakat.
• Pendekatan Sosial Konflik: Berkaitan dengan
pencegahan dan penanggulangan potensi konflik baik
vertikal maupun horizontal.

PERTANYAAN PELAKSANAAN UU DESA
• Siapa yang akan menduduki posisi sebagai Kepala Desa,
Perangkat Desa dan BPD?
• Bagaimana ketersediaan SDM lokal dalam mendukung
persyaratan posisi elit desa?
• Bagaimana keterlibatan perempuan dalam mengisi posisi
elit desa?
• Bagaimana mengantisipasi dampak negatif dari
pelaksanaan UU Desa?
• Bagaimana mempersiapkan persiapan dan pelaksanaan UU
Desa?
• Bagaimana menggunakan UU Desa untuk kepentingan
masyarakat dengan mengoptimalkan fungsi masyarakat?

Sesi 2
Meningkatkan usaha produktif
keluarga dalam upaya memperkuat
ketahanan ekonomi keluarga.

Kebutuhan Individu, Keluarga dan Masyarakat
Konsep Kebutuhan Maslow:

SelfActualization:
Vitality
Self-Suffiency
Authenticity
Playfulness
Meaningfulness

Self-Esteem

Love and Belongingness

Safety and Security
Physiological Needs:
Air, water, food, shelter, Sleep, sex

MENINGKATKAN USAHA PRODUKTIF KELUARGA DALAM
UPAYA MEMPERKUAT KETAHANAN EKONOMI
KELUARGA







Usahatani
Usaha Kerajinan
Usaha Pengolahan Pangan
Usaha home-industri
Pemanfaatan Pekarangan (tanaman bumbu dan
obat, vertikultur, tanaman hias-hortikultura,
tanaman buah, dll)
• Penggunaan IT dalam usaha produkstif keluarga
• Usaha berkelompok

Hasil Penelitian
Kontribusi Perempuan
Status Perempuan
Kontribusi Ekonomi
Tenaga Kerja di Industri Sandang Kontribusi terhadap pendapatan
Di Propinsi Bali7.1.
keluarga adalah sebesar 29,55%
untuk bordir, 35,70% untuk
konveksi dan 34,85% untuk
tenun.
Pedagang usaha warung makan Kontribusi sebesar 66,2%
di lingkar kampus IPB
terhadap pendapatan keluarga.
Branangsiang dan Dramaga,
Bogor7.2.
Pedagang Pasar Tradisional di
Kontribusi sebesar 61,2 %
Kabupaten Aceh Besar dan
terhadap pendapatan keluarga.
Kabupaten Pidie, Nanggroe
Aceh Darussalam7.3.

Kontribusi Perempuan
Status Perempuan
Kontribusi Ekonomi
Pengolah usaha perikanan di Kontribusi sebesar 38,14 %Desa Tasikagung Kecamatan
43,47% terhadap pendapatan
Rembang Kabupaten Rembang keluarga.
Jawa Tengah7.4.

Petani , pedagang dan usaha di Kontribusi sebesar 46,56 %
bidang pertanian7.5.
terhadap pendapatan total
keluarga.

Kontribusi Perempuan
Status Perempuan
Kontribusi Ekonomi
Pembuat dan pengolah Rata-rata curahan jam kerja sebesar 4,27
makanan 7.6.
jam per hari dengan nilai Rp.3.594,00
per jam. Apabila dibandingkan dengan
produktivitas berdasarkan UMR kota
Denpasar sebesar Rp.3.118,00 per jam,
maka produktivitas responden termasuk
dalam kategori produktif.
Petani dan peternak di Perempuan menyumbang 66,56 persen
Ikwuano Local
dari total kebutuhan tenaga kerja
Government Area of
peternakan-usaha pertanian keluarga.
Abia State, Nigeria7.7.

PEMRAKARSA
ISTRI SAJA
(45%)

MENGURANGI BIAYA-BIAYA
Pangan
Transport
Kesehatan
Pendidikan

MENAMBAH SUMBERDAYA
Bekerja Lembur
SURVIVAL
STRATEGI

MENAMBAH SUMBERDAYA
Jual Aset
Gadai
Ambil Tabungan

PEMRAKARSA
ISTRI DAN SUAMI
(52%)

MENAMBAH SUMBERDAYA
Hutang

SUBSTITUSI BARANG
Minyak Tanah dengan
Kayu Bakar

Gambar . Analisa "Coping Strategy” pada Rumahtangga
Miskin Penerima BLT 2009 di Kab. Bogor-Jawa Barat.

33

Kasus : Analisis Peran Perempuan pada Pemasaran
Usahatani

Pasar Besar
(Jakarta)
H. Soleh
(Hambaro)
Pasar di Leuwiliang

Jambu
Jagung

Madhari

Rohman
(Hambaro)

Encep
(Leuwisadeng)

Mamah Rohmah

Kangkung

Katuk

Kastolani
(Cinangneng)

Tetangga

Kasus-kasus kegiatan pemasaran sayuran dari pedagang perempuan dan
laki-laki di Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor

Kasus : Analisis Peran Perempuan pada Pemasaran
Usahatani
Junaedi
(Leuwisadeng

Entis

Pasar Besar
(Jakarta)
Encep
(Leuwisadeng)

Melati

Jambu
Rohman
(Hambaro)

Pembeli
(Bogor)

Kastolani
(Cinangneng)

Melda

Jahe

Katuk

Agro. Exp. Station
(Hambaro)

Tetangga

Pasar
(Leuwiliang)

Kasus-kasus kegiatan pemasaran sayuran dari pedagang perempuan dan
laki-laki di Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor

START
RELASI
GENDER
HARMONIS DI
TINGKAT
KELUARGA

INTERAKSI
DALAM
KELUARGA
BERPERSPEKTIF
GENDER
1. Suami-Istri
2. Orgtua-Anak
3. Antar Siblings
4. Antar Generasi
(Intergenerational
Relationships)

1. KESETARAAN
2. KEADILAN
DALAM:
1. AKSES
2. PARTISIPASI
3. KONTROL
4. MANFAAT

MENGATASI
KESENJANGAN
GENDER DARI SISI
SOSIOLOGIS
KULTURAL SECARA
BIJAK DAN GRADUAL
DI TK KELUARGA &
MASYARAKAT

PENGASUHAN ANAK
BERPERSPEKTIF
GENDER

MARITAL
RELATIONSHIPS &
QUALITY

KINSHIP
RELATIONSHIPS &
QUALITY

PEMBAGIAN PERAN
GENDER DI TK
KELUARGA
LAKI-LAKI &
PEREMPUAN

SEKTOR DOMESTIK
Peran Reproduktif/ Domestik
Manajemen Sumberdaya
Keluarga (materi, non materi &
Waktu, Pekerjaan & Keuangan)
Laki-laki membantu Peran
Domestik Pengasuhan/
Pendidikan Anak & Household
Chores)

PERKUATAN
PERAN
GENDER DI TK
KELUARGA DI
BIDANG
1. Sosbud
2. Ekonomi
3. Hukum
4. Hankam
5. Teknologi
6. Pendidikan
7. Tenaga Kerja
8. Kepemilikan
Properti

DAMPAK DI TK
KELUARGA
1. ADIL GENDER dalam
bidang Pendidikan,
Kesehatan, dan
tenaga kerja serta ekonomi
2. Trafficking Teratasi
3. Domestic Violence Teratasi
4. Pengasuhan Adil Gender
5. Kualitas Anak Meningkat
6. Kesejahteraan Keluarga
Meningkat (Fisik, Sosial,
Ekonomi, Mental/
Psikologi, Spiritual)

SEKTOR PUBLIK

DAMPAK THD OUTCOME
SCR MAKRO/ NASIONAL
AKAN MENINGKATKAN

Peran Produktif
Alokasi Waktu Produktif
Perempuan membantu Peran
Produktif sehingga terjadi Dual
Earner Families (Tidak perlu
diperdebatkan siapa a main
breadwinner dan siapa yang a
secondary breadwinner)
Ayah & Ibu “Balancing Work &
Family”

1. Kualitas HDI
2. Pertumbuhan Ekonomi
3. Kualitas Pendidikan
(APS, APK, APM)
4. Kualitas Kesehatan
(AKI/AKB tinggi)
5. Kualitas Kesejahteraan
Keluarga dan Masyarakat
7. Kualitas Pemeliharaan
Lingkungan Fisik dan Non Fisik

Gambar . Ruang Lingkup Gender dan Keluarga dalam Perspektif
Ekologi

END
36

Sesi 3
Upaya mendorong Pemerintah Desa
untuk lebih memberikan pembinaan
dalam pengembangan sistem
ekonomi rumahtangga.

IDENTIFIKASI POTENSI SUMBERDAYA ALAM DAN
SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PENGEMBANGAN SISTEM
EKONOMI RUMAHTANGGA

• Perlu pemetaan potensi SDM dan sumberdaya
alam serta prospek desa:








SDM Penduduk (pendidikan, pekerjaan,kesehatan)
Komposisi Penduduk (dependency ratio, ratio P/L)
Nilai-nilai keluarga, norma
Data terpilah
Potensi SDA (pertanian, sungai, hutan, dll)
Kelembagaan (ekonomi, sosial, budaya)
Iklim dan suhu udara, kelembaban, topografi,
agroekologi.











Kesiapan Kelembagaan dan kegiatan
ekonomi produktif
(Keanggotaan, keaktifan, kinerja, jejaring)
Kelembagaan Sosial-Budaya, ekonomi.
Family Counceling, pemberdayaan keluarga dan
masyarakat.
Lembaga Kemasyarakatan Desa, Lembaga Adat Desa.
PPEP (Pelaksanaan Peningkatan Produktivitas
Ekonomi Perempuan).
(Forum PPEP, Model Desa Prima, Kelompok UKM
Perempuan, Usaha Simpan Pinjam untuk Kegiatan
Ekonomi Perempuan.
Industri rumahan.
Forum Peduli Perempuan Pengusaha Mikro Indonesia
(FP3MI).
P2WKSS.

LEMBAGA
KEMASYARAKATAN DESA

KELEMBAGAAN SOSIAL
PKK
Karang Taruna
Pemuda Pancasila
PKK
Sekolah
Pesantren
TK/PAUD
PKBM
LSM
TBM
Posyandu

LEMBAGA ADAT
DESA

KELEMBAGAAN EKONOMI

KELEMBAGAAN BUDAYA

Lembaga Keuangan Mikro
Koperasi
Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat
Kelompok Tani & Nelayan
Kelompok Wanita Tani
Kredit
Perkumpulan Usaha
Perikanan
Badan Usaha Milik Desa

Paguyuban Budaya
Paguyuban Seni
Perkumpulan Adat
Pengajian
Perkumpulan Kematian
Perkumpulan Ngaben
Lembaga Kerapatan Adat

PPEP; FP3MI; P2WKSS

MENINGKATKAN BERBAGAI UPAYA DALAM
PENingkatan produktivitas ekonomi
perempuan
• Pendekatan individu: Peningkatan SDM dimulai dari
etos kerja: Gerakan hidup sehat dan berkarya;
Kemitraan Gender Harmoni dalam Keluarga.
• Pendekatan keluarga: Peningkatan penghasilan
keluarga (family generating income) sesuai dengan
agroklimatologi.
• Pendekatan masyarakat: Peningkatan modal sosial,
kelembagaan masyarakat.
• Pendekatan kelembagaan: Peningkatan good
governance, transparancy, eficiency management.

MENDORONG PEMERINTAH DESA UNTUK LEBIH
MEMBERIKAN PEMBINAAN DAN FASILITASI
USAHA EKONOMI KELUARGA

• Pendampingan ekonomi keluarga (manajemen
sumberdaya keluarga; manajemen usaha).
• Kelompok usaha keluarga.
• Pendampingan pemasaran hasil-hasil
pertanian.
• Pendampingan manajemen keuangan
keluarga.
• Peningkatan peran gender dalam
meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan
keluarga.

MEMPERLUAS JEJARING DALAM MENINGKATKAN SDM,
KUALITAS PRODUK, PEMASARAN DAN PENGEMBANGAN
PRODUKTIFitas ekonomi perempuan

• Pengembangan sistem informasi dalam
menggembangkan jejaring sosial, ekonomi,
budaya; Jejaring lokal, regional, nasional,
internasional.
• Peran IT dan kemampuan berkomunikasi,
kemampuan manajerial menjadi syarat utama.
• Perlu pendampingan yang intensif dan
berkesinambungan.

ANTISIPASI UMUM UU NO. 6/2014 berkaitan
dengan pengembangan ekonomi rumahtangga

• Kesiapan pihak Pemerintah Pusat, Propinsi, Kab/Kota
dalam memperkuat dan mempersiapkan aparat Desa.
• Perlu pemetaan desa secara partisipatif (secara IT)
berkaitan dengan pengembangan ekonomi
rumahtangga.
• Perlu amanat yang tegas dan berkesinambungan pada
perguruan tinggi sebagai bagian dan extension services
to surrounding community (PKG/PSG untuk memantau
pemberdayaan gender dan keluarga)
• Perlu pendampingan family counceling dan
pemberdayaan masyarakat berkaitan dengan
penguatan aspek sosial ekonomi sesuai dengan
tahapan dinamika masyarakat.

TERIMA KASIH

Curriculum Vitae Penyaji
Nama

: Dr. Ir. Hj. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc.

Pendidikan

: S1 Agribisnis, Fak Pertanian, IPB
S2 Family & Consumer Sciences, Iowa State Univ., USA
S2 Family Sociology, Iowa State Univ., USA
S3 Gizi Masyarakat & Sumberdaya Keluarga, IPB

Pekerjaan

:






Dosen S1 di Dept. IKK-FEMA IPB; Dosen S2 dan S3 di FEMA IPB
Koordinator PS Magister Ilmu Keluarga & Perkembangan Anak,
Fakultas Ekologi Manusia-IPB
Ketua Divisi Pemberdayaan Keluarga, PKGA-IPB

Jabatan Lain

: Anggota Tim Pakar - Kelompok Kerja Gender-Kemendiknas RI
Anggota Tim Pokja Pembangunan Keluarga, Kemensos RI

Alamat

: Dept. IKK-FEMA-IPB
Jl. Puspa- Kampus IPB Darmaga
Telpkantor: (0251) 628303; Fax: (0251) 622276
HP 08 1111 0920
E-mail: herien_puspitawati@email.com
46