PENGARUH REPUTASI UNDERWRITER, SIZE DAN USIA PERUSAHAAN PADA PENENTUAN HARGA IPO

PENGARUH REPUTASI….……………………………………………………………………….……………..…(Murtini)

PENGARUH REPUTASI UNDERWRITER, SIZE DAN USIA
PERUSAHAAN PADA PENENTUAN HARGA IPO
Umi Murtini
Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis, UKDW
Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo, No. 5 -15, Yogyakarya
ABSTRACT
Underpricing is a phenomenon occurring when companies do IPOS. This research aims to test the
influence of underwriter reputation, size and age of the company's response underpricing companies
do IPOS in the period 2009 to 2014. Testing is done using multiple regression. The test results
showed that the company's underwriter reputation and size have negative influence towards
undepricing. Meanwhile the age of the company have no effect against underpricing.
Keywords: underpricing, underwriter, size, age of the company

ABSTRAK
Underpricing adalah fenomena yang terjadi ketika perusahaan melakukan perawaran saham
perdana (IPO). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh reputasi underwriter, ukuran dan
umur perusahaan terhadap underpricing perusahaan IPO pada periode 2009 hingga 2014.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan regresi berganda. Hasil pengujian menyimpulkan bahwa
reputasi underwriter perusahaan dan ukuran memiliki pengaruh negatif terhadap undepricing,

sedangkan usia perusahaan tidak berpengaruh terhadap underpricing.
Keywords: underpricing, underwriter, ukuran, umur perusahaan

PENDAHULUAN
Perusahaan ketika melakukan penawaran
saham perdana kepada masyarakat diwajibkan
menggunakan jasa underwriter. Underwriter
berfungsi sebagai penjamin dan penasehat bagi
calon emiten. Disamping itu underwriter juga
sebagai penjamin bagi calon investor, bahwa
perusahaan yang melakukan go public adalah
perusahaan yang sehat. Dengan demikian
diharapkan
calon
investor
bersedia
menanamkan dananya di perusahaan tersebut.
Underwriter sebagai penjamin baik bagi
calon emiten maupun calon investor, maka
underwriter harus benar-benar profesional.

Banyaknya pengalaman dan dana jaminan
underwriter menjadi salah satu kriteria penilai
reputasi underwriter (Ratnasari dan Hudiwinarsih, 2013). Perusahaan yang akan go public
apabila dibantu oleh underwriter yang
memiliki reputasi sudah baik, maka

diharapkan saham yang dijual saat IPO dapat
terjual semua pada harga yang terbaik (tinggi).
Dengan demikian tambahan dana yang
diperlukan oleh emiten melalui go public akan
tercukupi.
Investor dalam menentukan keputusan
investasi pada perusahaan yang sedang go
public
mempertimbangkan
reputasi
underwriter.
Investor
berharap
pada

underwriter yang memiliki reputasi baik.
Semakin baik reputasi underwriter diharapkan
memberikan informasi semakin baik tentang
emiten kepada calon investor.
Kristiantari (2012) dan Riyadi, Ricky
(2013) dalam penelitiannya membuktikan
bahwa reputasi underwriter berpengaruh
terhadap underpricing, sedang penelitian
Bachtiar (2012) membutikan bahwa reputasi
underwriter tidak berpengaruh terhadap
underpricing. Kedua penelitian dilakukan di
Bursa Efek Indonesia, tetapi memberikan hasil
137

JRAK, Volume 11, No 2 Agustus 2015

kesimpulan yang berbeda, sehingga perlu
dilakukan penelitian lagi untuk memperkuat
fenomena
underpricing

di
Indonesia
sesungguhnya.
Semakin besar perusahaan biasanya
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
semakin baik dan kuat dalam pembiayaan
serta memiliki prospek semakin baik.
Perusahaan yang besar memiliki akses
informasi lebih lengkap dibanding perusahaan
yang lebih kecil. Sehingga semakin besar
perusahaan akan terjadi underpricing semakin
kecil. Penelitian Arman, Agus (2012)
menemukan bahwa semakin besar perusahaan
maka terjadi underpricing semakin kecil.
Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian
Darlis, Edfan dan Zirman (2010) menemukan
bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap underpricing.
Perusahaan semakin lama berdiri akan
semakin perpengalaman, sehingga dapat

memperoleh keuntungan yang nantinya akan
meningkatkan kesejahteraan pemilik usaha.
Semakin lama perusahaan telah berdiri, dapat
memberikan informasi yang baik kepada calon
investor,
sehingga
ketika
perusahaan
melakukan go public memiliki underpricing
semakin kecil (Lutfianto, 2013). Penelitian
Arman, Agus (2012) menemukan bahwa usia
perusahaan berpengaruh negative terhadap
underpricing. Berbeda dengan penelitian
Darlis, Edfan dan Zirman (2010) penelitiannya
menyimpulkan bahwa usia perusahaan tidak
berpengaruh terhadap underpricing.
Beberapa peneliti memberikan hasil
penelitian yang berbeda-beda tentang factor
yang mempengaruhi underpricing, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

ulang tentang pengaruh reputasi underwriter,
usia
dan
size
perusahaan
terhadap
underpricing.

KAJIAN LIERATUR
Penawaran
Offering)

Perdana

(Initial

Public

Penawaran saham perusahaan kepada
masyarakat untuk pertama kali dikenal dengan

istilah penawaran perdana atau initial Public
Offering
(IPO).
Penawaran
perdana
merupakan proses yang harus dilalui oleh
perusahaan–perusahaan
yang
ingin

138

mencatatkan sahamnya di bursa efek.
Berdasarkan
Undang-undang
Republik
Indonesia No. 8 tahun 1995 Tentang Pasar
Modal, penawaran perdana sering disebut juga
dengan Go Public.
Alasan Perusahaan Melakukan Go Public

Keuntungan dan Kerugian IPO
Ada dua alasan perusahaan go public,
yaitu
karena
pemilik
lama
ingin
mendiversifikasikan portofolio mereka dan
karena perusahaan tidak memiliki alternatif
sumber dana lain untuk membiayai proyek
investasinya. Beberapa alasan lain perusahaan
melakukan go publik adalah: 1) Memperoleh
uang tunai yang dapat digunakan sebagai
modal jangka panjang, untuk pengembangan
perusahaan, membayar utang dan tujuan –
tujuan lainnya. 2) Meningkatkan nilai pasar.
3) Meningkatkan kekayaan bersih perusahaan
atau meningkatkan Debt to Equity ratio
perusahaan.
Keuntungan going public menurut

Jogiyanto (2015) adalah: 1) Kemudahan
meningkatkan modal di masa mendatang.
Untuk perusahaan yang tertutup, calon
investor biasanya enggan untuk menanamkan
modalnya disebabkan kurangnya keterbukaan
informasi keuangan antara pemilik dan
investor. Sedangkan untuk perusahaan yang
sudah go public, informasi keuangan harus
dilaporkan ke publik secara reguler yang
kelayakannya sudah diperiksa oleh akuntan
publik. 2) Meningkatkan likuiditas bagi
pemegang saham. Untuk perusahaan yang
masih tertutup yang belum mempunyai pasar
untuk sahamnya, pemegang saham akan lebih
sulit untuk menjual sahamnya dibandingkan
jika perusahaan sudah go public. 3) Nilai pasar
perusahaan diketahui. Untuk alasan–alasan
tertentu, nilai pasar perusahaan perlu diketahui.
Misalnya jika perusahaan ingin memberikan
insentif dalam bentuk opsi saham (stock

option) kepada manajer-manajernya, maka
nilai sebenarnya dari opsi tersebut perlu
diketahui. Jika perusahaan masih tertutup, nilai
dari opsi sulit ditentukan.
Disamping keuntungan dari going public,
beberapa kerugiannya adalah sebagai berikut:
1) Biaya laporan yang meningkat. Untuk
perusahaan yang sudah going public, setiap
kuartal dan tahunnya harus menyerahkan

PENGARUH REPUTASI….……………………………………………………………………….……………..…(Murtini)

laporan kepada regulator. Laporan ini sangat
mahal terutama untuk perusahaan yang
ukurannya
kecil.
2)
Pengungkapan
(disclosure). Beberapa pihak di dalam
perusahaan umumnya keberatan dengan ide

pengungkapan.
Manajer
enggan
mengungkapkan semua informasi yang
dimiliki karena dapat digunakan oleh pesaing.
Sedang pemilik enggan mengungkapkan
informasi tentang saham yang dimilikinya
karena publik akan mengetahui besarnya
kekayaan yang dipunyai. ) Ketakutan untuk
diambil alih.
Manajer perusahaan yang
mempunyai hak veto kecil akan khawatir jika
perusahaan going public. Manajer perusahaan
publik dengan hak veto yang rendah umumnya
diganti dengan manajer baru jika perusahaan
diambil alih.
Proses Penawaran Perdana
Proses Penawaran umum saham dapat
dikelompokkan menjadi 4 tahapan berikut:
Pertama, Tahap Persiapan. Tahapan ini
merupakan tahapan awal dalam rangka
mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan
dengan proses Penawaran Umum. Pada tahap
yang paling awal perusahaan yang akan
menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk
meminta persetujuan para pemegang saham
dalam rangka Penawaran Umum saham.
Kedua, Penunjukan penjamin emisi serta
lembaga dan profesi penunjang pasar yaitu:
Penjamin Emisi (underwriter). Merupakan
pihak yang paling banyak keterlibatannya
dalam membantu emiten dalam rangka
penerbitan saham. Kegiatan yang dilakukan
penjamin emisi antara lain: menyiapkan
berbagai dokumen, membantu menyiapkan
prospektus, dan memberikan penjaminan atas
penerbitan.
Pihak-pihak
lain
yang
juga
berkepentingan dalam penawaran saham
perdana: 1) Akuntan Publik (Auditor
Independen). Bertugas melakukan audit atau
pemeriksaan atas laporan keuangan calon
emiten. 2) Penilai untuk melakukan penilaian
terhadap aktiva tetap perusahaan dan
menentukan nilai wajar dari aktiva tetap
tersebut, 3) Konsultan Hukum untuk
memberikan pendapat dari segi hukum (legal
opinion), 4) Notaris untuk membuat akta

perubahan Anggaran Dasar, akta perjanjian
dalam rangka penawaran umum dan juga
notulen rapat. 5) Tahap Pengajuan Pernyataan
Pendaftaran. Pada tahap ini, dilengkapi dengan
dokumen-dokumen pendukung calon emiten
menyampaikan
pendaftaran
kepada
BAPEPAM-LK
hingga
BAPEPAM-LK
menyatakan Pernyataan Pendaftaran menjadi
Efektif. 4) Tahap Penawaran Saham. Tahapan
ini merupakan tahapan utama, karena pada
waktu inilah emiten menawarkan saham
kepada masyarakat investor. Investor dapat
membeli saham tersebut melalui agen-agen
penjual yang telah ditunjuk. Masa Penawaran
sekurang-kurangnya tiga hari kerja. Perlu
diingat pula bahwa tidak seluruh keinginan
investor terpenuhi dalam tahapan ini. Misal,
saham yang dilepas ke pasar perdana sebanyak
100 juta saham sementara yang ingin dibeli
seluruh investor berjumlah 150 juta saham.
Jika investor tidak mendapatkan saham pada
pasar perdana, maka investor ersebut dapat
membeli di pasar sekunder yaitu setelah saham
dicatatkan di Bursa Efek. 5) Tahap Pencatatan
saham di Bursa Efek. Setelah selesai penjualan
saham di pasar perdana, selanjutnya saham
tersebut dicatatkan di Bursa Efek Indonesia.
Underpricing
Underpricing adalah suatu keadaan
dimana harga saham pada saat penawaran
perdana lebih rendah dibandingkan dengan
ketika diperdagangkan di pasar sekunder.
Studi tentang IPO secara internasional
menyatakan bahwa 9 dari 10 penelitian
menyimpulkan telah terjadi underpricing
(Gerianta, 2008). Underpricing merupakan
fenomena yang sering dijumpai dalam initial
public offering. Ada kecenderungan bahwa
harga penawaran di pasar perdana selalu lebih
rendah dibandingkan dengan harga penutupan
pada hari pertama perdagangan. Underpricing
merupakan
keadaan
dimana
saham
memberikan return positif pada transaksi pasar
sekunder
setelah
penawaran
perdana.
Underpricing disebabkan oleh perbedaan
kepentingan dari pihak-pihak yang terkait
dalam penawaran saham perdana.
Harga saham yang dijual di pasar
perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan
antara penjamin emisi (underwriter) dan
emiten (issuers), sedangkan harga di pasar
139

JRAK, Volume 11, No 2 Agustus 2015

sekunder
ditentukan
oleh
mekanisme
permintaan dan penawaran. Underwriter
memiliki informasi lebih baik tentang investor
yang dibutuhkan oleh emiten. Kompensasi
atas informasi inilah yang diberikan oleh
emiten antara lain dengan mengijinkan
underwriter menetapkan penawaran saham
dibawah harga ekuilibrium oleh karena itu
lebih tinggi ketidakpastian, lebih banyak
masalah dalam penentuan harga dan lebih
tinggi tingkat underpricingnya (Jogianto,
2015).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Underpricing
Reputasi Underwriter
Underwriter adalah perusahaan yang
membuat kontrak dengan emiten untuk
melakukan
penawaran
umum
bagi
kepentingan emiten, dengan atau tanpa
kewajiban untuk membeli sisa efek yang
terjual. Peran underwriter adalah dalam
mengurangi ketidakpastian. Dalam melakukan
penawaran saham perdana, untuk mengurangi
risiko yang dihadapi, maka emiten meminta
underwriter untuk menjamin penjualan saham
tersebut. Adanya fungsi penjaminan saham
tersebut berarti underwriter mempunyai
peranan kunci bagi kesuksesan emisi surat
berharga suatu perusahaan.
Ditinjau
dari
tanggung
jawab
underwriter sebagai penjamin emisi, terdapat
tiga tipe penjaminan, yaitu: 1) Full
commitment, yaitu penjamin emisi dengan
kesanggupan penuh. Disamping menyanggupi
untuk menawarkan efek tersebut kepada
masyarakat, penjamin emisi juga menyanggupi
untuk membeli sendiri efek yang tidak terjual.
2) Best effort commitment, penjamin emisi
dengan kesanggupan terbaik. Dalam hal ini
penjamin emisi hanya mempunyai kewajiban
untuk menawarkan efek sebaik – baiknya dan
tidak ada kewajiban untuk membeli efek yang
tidak terjual. 3) Standby commitment,
penjamin emisi dengan kesanggupan siaga.
Penjamin emisi di samping menyanggupi
untuk menawarkan efek juga menyanggupi
untuk membeli sisa efek yang tidak terjual
pada tingkat harga tertentu dengan syarat yang
diperjanjikan.
Penjamin emisi tidak mungkin bekerja
sendiri dalam suatu emisi efek di pasar modal.

140

Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan antara
lain: 1) Penjamin emisi tidak mempunyai
modal yang cukup untuk melakukan
penjaminan emisi, 2) Penjamin emisi ingin
membagi resiko dengan penjamin emisi yang
lain. Dengan alasan tersebut, penjamin emisi
harus bekerja sama dengan penjamin emisi
lainnya dalam satu kelompok atau sindikasi
penjamin emisi.
Pada umumnya underwriter mempunyai
tiga fungsi (Jogiyanto, 2015) yaitu: a) Sebagai
pemberi saran kepada perusahaan yang akan
melakukan go public (advisory function), b)
Sebagai penjamin penjualan saham perdana
dan bersedia membeli sisa sekuritas yang tidak
terjual (underwriting function), c) sebagai
pemasar saham kepada investor (marketing
function). Reputasi underwriter berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya tingkat underpriced,
karena underwriter berperan dalam penentuan
harga saham di pasar perdana dan underwriter
yang lebih tahu keadaan pasar (Chorruk dan
Worthington, 2010). Semakin tinggi reputasi
underwriter maka tingkat underpricing
semakin rendah.
Ukuran Perusahaan
Perusahaan berskala besar umumnya
lebih dikenal masyarakat luas apabila
dibandingkan dengan perusahaan berukuran
kecil, sehingga informasi yang didapatkan
oleh investor tentang perusahaan berukuran
besar
lebih
banyak,
maka
tingkat
ketidakpastian investor akan masa depan
perusahaan bisa lebih diketahui.
Pada umumnya skala atau ukuran
perusahaan menjadi faktor dalam memutuskan
untuk membeli saham di bursa efek. Adanya
hubungan negatif antara ukuran perusahaan
dengan tingkat underpriced. Semakin besar
ukuran perusahaan, maka tingkat underpriced
semakin rendah (Suyatmin dan Sujadi, 2006)
Umur Perusahaan
Umur perusahaan merupakan hal yang
dipertimbangkan investor dalam menanamkan
modalnya,
karena
umur
perusahaan
menunjukkan kemampuan perusahaan dapat
bertahan hidup dan banyaknya informasi yang
diserap oleh publik. Umur perusahaan
menunjukan bahwa perusahaan sudah

PENGARUH REPUTASI….……………………………………………………………………….……………..…(Murtini)

memiliki pengalaman dan kemampuan untuk
bertahan dari persaingan bisnis (Chorruk dan
Worthington, 2010). Umur perusahaan dapat
diketahui dari tahun berdirinya perusahaan
sampai tahun perusahaan tersebut melakukan
penawaran saham perdana di bursa saham.
Selain itu semakin lama umur perusahaan,
semakin banyak informasi yang diperoleh
masyarakat tentang perusahaan tersebut.

PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Gerianta (2008) meneliti tentang
penyebab underpricing pada penawaran saham
perdana di Bursa Efek Jakarta. Variabel
independen dalam penelitian Gerianta antara
lain, reputasi auditor, reputasi underwriter,
persentase saham yang ditawarkan kepada
publik, umur perusahaan, profitabilitas
perusahaan (ROA), solvability ratio, ukuran
perusahaan, kepemilikan pemerintah, dan
financial leverage. Sampel yang digunakan
oleh Gerianta dari tahun 1990 sampai dengan
tahun 2001, ditemukan adanya 300 perusahaan
yang melakukan IPO, namun dari 300
perusahaan hanya 215 perusahaan yang
memenuhi syarat untuk dijadikan sampel
penelitian.
Hasil
penelitian
Gerianta
menunjukkan bahwa reputasi underwriter dan
profitabilitas perusahaan (ROA) berpengaruh
terhadap underpricing.
Penelitian Suyatmin dan Sujadi (2006),
menggunakan variabel independen yang
dibagi menjadi dua bagian, keuangan dan nonkeuangan. Variabel keuangan yang digunakan:
laba per saham, profitabilitas perusahaan
(ROA), current ratio, ukuran perusahaan,
ukuran penawaran, dan financial leverage.
Variabel non-keuangan yang digunakan: umur
perusahaan,
reputasi
auditor,
reputasi
underwriter, dan jenis industri. Tahun yang
digunakan oleh Suyatmin dan Sujadi lebih
sedikit dibandingkan oleh penelitian yang
dilakukan Gerianta yaitu dari tahun 1999
sampai dengan 2003. Dengan jumlah sampel
49 perusahaan yang melaksanakan IPO pada
tahun
tersebut.
Hasil
penelitan
ini
menunjukkan bahwa current ratio dan reputasi
auditor, reputasi underwriter, dan jenis
industri
berpengaruh
terhadap
tingkat
underpricing.
Kustiantari (2012), menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi underpricing

saham pada penawaran saham perdana di
Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa reputasi underwriter,
ukuran perusahaan dan umur perusahaan serta
tujuan
perusahaan
melakukan
IPO
berpengaruh terhadap underpricing.
Arman, Agus (2012), meneliti Pengaruh
Umur dan Ukuran Perusahaan, Reputasi
Underwriter, dan Return on Equity Terhadap
Tingkat Underpricing Saham di Bursa Efek
Indonesia. Hasil penelitiannya menyimpulkan
bahwa umur dan ukuran perusahaan, ROA
serta reputasi underwriter berpengaruh negatif
terhadap tingkat underpricing. Berdasar
landasan teori dan penelitian terdahhulu maka
disusun hipotesis penelitian ini:
H1: Reputasi under writer, usia dan ukuran
perusahaan
berpengaruh
negative
terhadap tingkat underpricing.

METODA PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder, yaitu data yang
sumbernya diperoleh dari Jakarta Stok
Exchange (JSX), Indonesian Capital Market
Directory (ICMD) dan prospektus perusahaanperusahaan yang melakukan IPO.
Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah perusahaan yang melakukan penawaran
saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Periode pengamatan dilakukan dari
2009-2014 dimana terdapat 136 perusahaan
yang melakukan penawaran perdana (IPO).
Pemilihan periode ini didasarkan pada
ketersediaan data dan setelah krisis th 2008.
Sampel yang diambil untuk keperluan
penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling. Kualifikasi sampel digunakan
dengan kriteria sebagai berikut: 1) Perusahaan
melakukan penawaran saham perdana (IPO)
pada periode 2009-2014. 2) Perusahaan
mengalami underpricing pada penawaran
perdana (IPO). 3) Memiliki informasi atau
ketersedian data yang digunakan dalam
penelitian.
Variabel Penelitian
141

JRAK, Volume 11, No 2 Agustus 2015

Penelitian ini menggunakan variabel dependen
dan variabel independen yang masing-masing
dijelaskan sebagai berikut :
Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat
dalam penelitian ini adalah underpricing.
Underpricing dinilai dengan initial return
yang merupakan return awal yang diterima
oleh investor. Underpricing diukur dengan
menggunakan rumus dari Gerianta (2008),
yaitu persentase selisih antara harga penutupan
hari pertama di pasar sekunder (P1) dan harga
penawaran perdana / offering price (P0) dibagi
harga penawaran perdana. Dituliskan dalam
rumus:

dinyatakan sebagai variabel dummy dengan
memberi nilai 0 dan 1.
Dalam penelitian ini yang digunakan
sebagai ukuran reputasi underwriter adalah
ranking yang berdasarkan versi Majalah
Investasi. Penulis memberikan skala 1 jika
perusahaan IPO menggunakan penjamin emisi
yang terdiri dari Danareksa, Ciptadana,
Bahana, Trimegah, Usaha Bersama dan Lippo
Sekuritas. Penulis memberikan nilai 0 untuk
penjamin emisi lainnya.
Ukuran Perusahaan
Ukuran
perusahaan
diproksi
menggunakan logaritma natural total aktiva
perusahaan pada periode terakhir sebelum
perusahaan melakukan IPO.
Umur Perusahaan

Keterangan:
UP: Under Pricing
P1: Harga saham penutupan pada hari
pertama di pasar sekunder
P0: Harga saat IPO

Umur perusahaan adalah lamanya perusahaan
beroperasi, yaitu sejak perusahaan itu
didirikan sampai dengan saat perusahaan
melakukan IPO.

Variabel Independen

Age = Tahun IPO – Tahun Perusahaan berdiri

Reputasi Underwriter

Metode Analisis Data

Pengukuran
reputasi
underwriter
menggunakan metode pengukuran yang
dilakukan oleh Suyatmin dan Sujadi (2006 )
dengan menggunakan total nilai penjaminan
yang dilakukan oleh underwriter pada periode
pengamatan tahun 2009-2014. Semakin besar
nilai penjaminan yang dilakukan oleh
underwriter menunjukan bahwa underwriter
memiliki reputasi yang baik, dikarenakan
dengan nilai penjaminan yang besar
menunjukkan bahwa underwriter sanggup
untuk menanggung resiko tuntutan hukum dari
emiten atas tidak terjualnya saham yang
dijaminkan. Rata-rata nilai total penjaminan
emisi yang dilakukan oleh underwriter
digunakan sebagai nilai cut off untuk
membedakan underwriter bereputasi baik
dengan underwriter bereputasi kurang baik.
Semakin besar total nilai penjaminan yang
dilakukan oleh underwriter menunjukkan
bahwa underwriter memiliki reputasi yang
tinggi. Reputasi underwriter adalah variabel
independen yang berukuran kategori yang

Metode analisis yang digunakan untuk
menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat underpricing adalah model regresi
berganda (multiple regression). Analisis ini
bertujuan untuk menguji pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Model persamaan regresi adalah sebagai
berikut :

142

Y = α0 + β1X1 - β2X2+ β3 X3 + e
Keterangan :
Y : Underpricing
X1 : Reputasi Underwriter
X2 : Ukuran perusahaan
X3 : Umur Perusahaan
α0 : Konstanta
e
: error term
β
: Koefisien Regresi

HASIL PENELITIAN

PENGARUH REPUTASI….……………………………………………………………………….……………..…(Murtini)

Dari periode pengamatan penelitian
yang dilakukan dari tahun 2009–2014,
diperoleh sebanyak 136 sampel perusahaan
yang melakukan IPO. Berdasar purposive
sampling, 16 (12% dari seluruh observasi)
sampel dikeluarkan karena mengalami
overpricing. Dari 120 perusahaan yang masih
tersisa (136 perusahaan - 16 perusahaan), ada
19 (16%) perusahaan yang tidak memiliki data
yang lengkap, sehingga total sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 101
(74%) perusahaan. Teridentifikasi bahwa 74%
perusahaan yang go public mengalami
underpricing. Hal ini berarti penentuan harga
saat perusahaan melakukan IPO belum sesuai
dengan nilai sewajarnya atau nilai intrinsic.
Penentuan harga di pasar perdana lebih rendah
sehingga ketika saham ditransaksikan pada
hari pertama di pasar sekunder direspon positif
oleh investor dengan melakukan permintaan/
pembelian. Karena respon positif yang cukup
besar ini menyebabkan harga saham naik.
Oleh karena itu ada kemungkinan 74%
investor mendapat return bila dia membeli
saham di pasar perdana kemudian dijual di
pasar sekunder pada hari pertama transaksi.
Perusahaan yang tidak didapat data
secara lengkap ada 16%. Hal ini menunjukkan
adanya ketidakpastian bagi investor untuk
mendapatkan return karena membeli saham di
pasar perdana. Perushaan yang mengalami
overprice dan fairly sebesar 12%. Hal ini
menunjukkan
12%
perusahaan
yang
melakukan IPO mengalami penurunan harga
di pasar sekuder pada hari pertama
ditransaksikan dan atau tidak mengalami
perubahan harga di pasar sekunder pada hari
pertama
ditransaksikan
sebesar
12%
perusahaan dari semua perusahaan yang
melakukan IPO. Investor apabila membeli
saham di pasar perdana ada kemungkinan 12%
mengalami kerugian atau minimal tidak
mendapatkan return (karena harga tidak
mengalami perubahan) bila dijual di pasar
sekunder pada hari pertama.
Gambaran data yang diolah untuk
dianalisis dapat dilihat dari hasil statistik
deskriptif dalam tabel 1. Dari tabel 1 di atas
terlihat bahwa jumlah data yang diolah untuk
analisis ada 101 data atau 101 perusahaan.
Rata-rata perusahaan mengalami underpricing
sebesar 0,47% dari harga saham di pasar
perdana (harga IPO). Paling besar perusahaan

mengalami underpricing sebesar 4,80%. Hal
ini berarti harga saham perusahaan mengalami
kenaikkan harga ketika dijual di pasar
sekunder untuk pertama kalinya naik 4,80%
dari harga saat IPO. Paling kecil perusahaan
mengalam kenaikkan harga di pasar sekunder
di hari pertama ditransaksikan sebesar 0,02%.
Adanya underpricing ini menunjukkan,
apabila calon investor membeli saham di pasar
perdana dimungkinkan 74% (perusahaan yang
mengalami underprice dari total perusahaan
go public) mendapatkan return rata-rata
0,47%, minimal mendapat return 0,02% dan
maksimal 4,8%, apabila saham yang dibeli di
pasar perdana langsung dijual di pasar
sekunder pada hari pertama ditransaksikan.
Tabel 1
Statistik Deskriptif
Variabel

N

Undprice
Undwriter
Ukuran
Perusahaan
Umur
Perusahaan
Valid N
(listwise)

Min

Max

Mean

101
101

.02
.00

4.8
1.0

.473
.316

101

23.00

33.0

26.789

101

2.00

108.0

16.842

101

Sumber: Data diolah

Rata-rata nilai underwiter 0,3 (lebih
kecil dari 0,5) menunjukkan bahwa sebagian
besar calon emiten dalam proses go public
perusahaan lebih banyak atau cenderung
memilih underwriter yang memiliki reputasi
kurang baik. Underwriter yang yang memiliki
reputasi baik adalah underwriter yang masuk
dalam ranking yang berdasarkan versi Majalah
Investasi. Underwriter tersebut terdiri dari
Danareksa, Ciptadana, Bahana, Trimegah,
Usaha Bersama dan Lippo Sekuritas. Dalam
hal ini berarti lebih banyak emiten yang
menggunakan underwriter selain underwriter
yang masuk dalam ranking tersebut.
Rata-rata perusahaan yang melakukan
go publik memiliki aktiva tetap sebesar
26.7895. Karena nilai rata-ratanya lebih kecil
dari nilai tengahnya maka menunjukkan
bahwa lebih banyak perusahaan yang
berukuran kecil yang go public dibanding
perusahaan yang berukuran besar.
Rata-rata perusahaan melakukan go
publik setelah perusahaan tersebut berdiri
143

JRAK, Volume 11, No 2 Agustus 2015

selama 16,84 tahun. Paling cepat perusahaan
melakukan go public setelah berdiri selama 2
th. Hal ini sesuai dengan aturan go public,
bahwa perusahaan yang akan go public harus
memiliki keuntungan minimal 2th berturutturut sebelum perusahaan mencatatkan dirinya
untuk proses go public. Perusahaan yang
paling lama berdiri sebelum go public sudah
berusia 108 tahun. Ini adalah PT. BRI yang
memang sudah berdiri sebelum Indonesia
merdeka (sejak jaman penjajahan Belanda
yaitu tahun 1895).
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang berbunyi:
reputasi under writer, usia dan ukuran
perusahaan berpengaruh negatif terhadap
tingkat underpricing, maka dilakukan regresi
berganda. Setelah dilakukan regresi berganda
untuk mendapatkan hasil regresi yang BLUE
dan model yang tepat maka dilakukan uji
asumsi klasik dan perbaikan model. Dari uji
asumsi klasik diketahui bahwa model
persamaan yang digunakan tidak terbebas dari
penyakit heterokesdastisitas. Untuk mengatasi
hal tersebut, maka digunakan regresi model
WLS. Dengan model WLS maka semua uji
asumsi klasik bisa lolos. Oleh karena itu
model regresi yang digunakan untuk uji
hipotesis adalah regresi dengan model Weigted
Least Square (WLS). Hasil uji regresi dengan
menggunakan WLS dapat dilihat dalam tabel 2
di bawah ini:
Tabel 2
Hasil Uji Pengaruh
Variabel
Under Writer
Ukuran Perusahaan
Umur Perusahaan

Beta
t-hitung
-1,230
-2,371
-0,319
-3,166
-0,025
-1,160

Sumber: Data diolah
Keterangan: *** signifikan pada alfa 1%
** signifikan pada alfa 5%

Dari tabel 2 di atas terlihat bahwa under writer
dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif
terhadap underpricing. Umur perusahaan
berdiri tidak berpengaruh terhadap besarnya
underpricing perusahaan.

144

PEMBAHASAN
Underwriter berpengaruh negatif terhadap
underpricing. Hal ini berarti bila calon emiten
menggunakan underwriter yang semakin baik
reputasinya maka tingkat underprice saham
semakin kecil. Underwriter yang memiliki
reputasi baik kemungkinan dia sudah
berpengalaman dengan baik dalam menjamin
perusahaan yang akan go public. Semakin
berpengalaman maka underwriter tersebut
dapat memberikan saran dengan lebih baik
dalam penentuan harga saat IPO. Penentuan
harga semakin baik, bila harga yang ditetapkan
semain mendekati harga intrinsiknya. Ketika
harga IPO mendekati harga intrinsiknya, maka
saham tersebut saat dijual di pasar sekunder
dan hanya mengalami sedikit kenaikkan harga.
Investor dalam merespon saham yang sudah
mendekati harga intrinsiknya tidak berlebihan,
sehingga kenaikan harga saham di pasar
sekunder juga tidak terlalu tinggi.
Apabila investor memegang saham
dalam jangka pendek (mendapat capital gain),
bukan utuk investasi jangka panjang, maka
calon
investor
perlu
memperhatikan
underwriter perusahaan tersebut. Investor
perlu memilih underwriter selain Danareksa,
Ciptadana, Bahana, Trimegah, Usaha Bersama
dan Lippo Sekuritas. Apabila underwriternya
adalah kelima underwriter tersebut, maka
kemungkinan capital gain yang diterima akan
kecil karena penentuan harga saat IPO sudah
mendekati harga intrinsiknya. Hasil penelitian
ini mendukung penelitian Gerianta (2008),
penelitian Suyatmin dan Sujadi (2006), serta
penelitian Arman, Agus (2012) yang
menyimpulkan bahwa reputasi underwriter
berpengaruh negatif terhdap underpricing.
Ukuran perusahaan berpengaruh negatif
terhadap
undepricing.
Semakin
besar
perusahaan
yang
go
public,
maka
kemungkinan terjadi under pricing semakin
kecil. Hal ini dimungkinkan karena bila
perusahaan semakin besar maka dia memiliki
daya tawar dalam penentuan harga perdana
semakin kuat. Perusahaan berusaha menawar
penentuan harga yang tinggi supaya mendapat
pemasukkan dana semakin banyak sesuai
dengan
kebutuhannya.
Semakin
kecil
perusahaan, maka daya tawarnya semakin
lemah, sehingga semakin kecil perusahaan
cenderung mengikuti penentuan harga yang

PENGARUH REPUTASI….……………………………………………………………………….……………..…(Murtini)

ditetapkan
oleh
underwriter.
Apabila
underwriter yang digunakan dalam bentuk full
commitment,
maka
underwriter
ada
kemungkinan menentukan harga serendah
mungkin. Underwriter full commitment
menentukan
harga
rendah
mengingat
konsekuensi yang harus ditanggungnya cukup
berat, yaitu apabila saham yang ditawarkan
tidak terserap oleh pasar, maka underwriter
tersebut harus membeli semua sisa saham
yang tidak terserap pasar. Penelitian ini tidak
mendukung penelitian Gerianta (2008) tetapi
mendukung penelitian Arman, Agus (2012).
Implikasi hasil penelitian ini bagi
investor adalah apabila investor menginginkan
capital gain yang besar ketika membeli saham
IPO dan akan dijual di pasar sekunder pada
hari pertama, maka investor disarankan untuk
membeli saham perusahaan kecil. Saham
perusahaan besar tidak akan memberikan
capital gain yang cukup besar.
Umur perusahaan tidak berpengruh
terhadap underpricing. Lama perusahaan
berdiri dan pengalaman perusahaan ternyata
tidak
mempengaruhi
besar
kecilnya
underpricing. Implikasi ini bagi investor
adalah, investor sebaiknya membeli saham
perusahaan yang sedang IPO tidak perlu
memperhatikan usia perusahaan. Penelitian ini
mendukung penelitian Gerianta (2008) serta
penelitian Suyatmin dan Sujadi (2006).

KESIMPULAN, KETERBATASAN,
DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil olah data dan analisis maka
dapat disimpulkan bahwa di Bursa Efek
Indonesia untuk Perioda 2009 sampai dengan
2014 terjadi fenomena underpricing untuk

DAFTAR REFERENSI
Arman, A. 2012. Pengaruh Umur dan Ukuran
Perusahaan, Reputasi Underwriter, dan
Return on Equity Terhadap Tingkat
Underpricing Saham di Bursa Efek
Indonesia. http://repository.uksw.edu/
handle/123456789/128.

perusahaan yang melakukan IPO sebesar 74%.
Faktor yang mempengaruhi underpricing
adalah variable reputasi under writer dan
ukuran perusahaan berpengaruh negatif.
Variable usia perusahaan tidak berpengaruh
terhadap under pricing. Semakin baik reputasi
under writer dan semakin besar perusahaan
maka tingkat under pricingnya semakin kecil.
Lama perusahaan berdiri tidak mempengaruhi
besar-kecilnya underpricing.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak dapat mendapatkan
keseluruhan data yang diperlukan. Ada 16%
sample yang seharusnya digunakan dalam
penelitian terpaksa harus dikeluarkan karena
peneliti tidak mendapatkan data yang akurat.
Saran
Dari hasil analisis maka disarankan: 1)
Penelitian selanjutnya perlu meneliti jenis
underwriter, (fullcomitment atau best effort)
mempengaruhi underprice atau tidak. Hal ini
mengingat bahwa underwriter fullcomitment
biasanya berusaha menentukan harga IPO
semakin rendah, karena konsekuensi yang
harus ditanggungnya cukup besar apabila
saham emiten yang dijaminnya tidak terjual
semua (harus membeli semua saham yang
tidak terjual). 2) Bagi investor bila
menginginkan return cukup tinggi di hari
pertama saham IPO ditransaksikan di pasar
sekunder, maka sebaiknya membeli saham
perusahaan
yang
tidak
menggunakan
underwriter yang reputasinya cukup baik
(Danareksa, Ciptadana, Bahana, Trimegah,
Usaha Bersama dan Lippo Sekuritas). Selain
underwriter tersebut, ada kemungkinan
investor mendapat return cukup tinggi di hari
pertama perdagangan di pasar sekunder.
Bachtiar, A. W. 2012. Analisis variabelvariabel
yang
mempengaruhi
underpricing pada saat IPO di Bursa
Efek Indonesia . Semarang: Diponegoro
University.
Chorruk, J., dan Worthington, A. 2010. New
evidence on the pricing and performance
of initial public offerings in Thailand,

145

JRAK, Volume 11, No 2 Agustus 2015

1997-2008. Emerging Markets Review .
11. 285-299.
Darlis, Edfan dan Zirman 2010. Pengaruh
Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi
Terhadap Kecenderungan Underpricing:
Studi Pada Perusahaan Yang Melakukan
Initial Publik Ofering di Bursa Efek
Indonesia.
Fakultas
Ekonomi.
Universitas Jember
Gerianta, W. 2008, Penyebab Underpricing
Pada Penawaran Saham Perdana Di
Bursa Efek Jakarta. Media AUDI Jurnal
Akuntansi dan Bisnis, 3 (2)
Jogiyanto 2015. Teori Portofolio dan Analisis
Investasi. Edisi 5. BPFE. Yogyakarta
Kristiantari, I Dewa Ayu. (2012). Analisis
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Underpricing Saham Pada Penawaran
Saham Perdana DI Bursa Efek Indonesia.
Tesis.
Program
Pasca
Sarjana.
Universitas Udayana. Denpasar
Lutfianto, Ary Sukma. 2013. Determinan
Initial Return Saham Go Public Tahun
2006 – 2011. Jurnal Ilmu Manajemen,
1(1), hal.364-376.
Ratnasari dan Hudiwinarsih. 2013. Analisis
Pengaruh Informasi Keuangan, Non
Keuangan serta Ekonomi Makro
Terhadap Underpricing Pada Perusahaan
Ketika IPO. Jurnal Buletin Studi
Ekonomi, 18(2), hal.85-97.
Riyadi, R. 2013. Pengaruh Reputasi
Underwriter, Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, Profitabilitas Terhadap
Underpricing Saham Pada Penawaran
Umum Perdana (IPO) di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2009-2012.
Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi.
Universitas Riau.
Suyatmin dan Suyadi. 2006. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Underpricing Pada
Penawaran Umum Perdana Di Bursa
Efek Jakarta. Jurnal manajemen dan
Bisnis, 10 (1)

146

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25