EFEK HEPATOPROTEKTOR MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) PADA HEPAR MENCIT YANG DIPAPARKAN MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PEMANASAN BERULANG Hepatoprotective effect of Meniran (Phyllanthus niruri L.) on liver of mice given reheated palm oils
EFEK HEPATOPROTEKTOR MENIRAN (Phyllanthus niruri L.)
PADA HEPAR MENCIT YANG DIPAPARKAN MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN
PEMANASAN BERULANG
Hepatoprotective effect of Meniran (Phyllanthus niruri L.) on liver of mice given
reheated palm oils
Ratih Dewi Yudhani
Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta
Jalan Ir. Sutami No. 36-A Kentingan Surakarta (57126)
ABSTRAK
Penggunaan minyak goreng secara berulang merupakan hal lazim di masyarakat. Hal ini berbahaya karena
akan terbentuk senyawa toksik dan radikal bebas yang merusak sel hepar. Meniran mengandung phyllanthi-
ne dan hipophyllantine, berkhasiat melindungi hepar dari zat toksik serta senyawa golongan flavonoid yang
merupakan antioksidan yang efektif dalam mengikat radikal bebas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
efek hepatoprotektor meniran pada hepar mencit yang dipaparkan minyak kelapa sawit dengan pemana-
san berulang. Sampel 36 mencit jantan, berusia 2-3 bulan, galur Swiss Webster, berat 20 gram dibagi secara
random ke dalam 3 kelompok. Mencit kelompok kontrol (K) sebagai kontrol tanpa perlakuan, diberi air do-
sis 0,06 ml/20 g bb selama 14 hari. Kelompok perlakuan I (PI) diberi minyak kelapa sawit dengan pema-
nasan berulang dosis 0,06 ml/20 g bb peroral selama 14 hari. Kelompok perlakuan II (PII) diberi minyak
kelapa sawit dengan pemanasan berulang dosis 0,06 ml/20 g bb peroral selama 14 hari dan rebusan me-
niran kadar 40% b/v dosis 0,8 ml/20 g bb peroral mulai hari ke 8-14. Pada hari ke-15 semua hewan dikor-
bankan, dilakukan pengamatan jumlah inti sel hepar yang mengalami kerusakan. Hasil uji Oneway ANOVA
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok perlakuan. Hasil uji Post-hoc mul-
tiple comparison test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara K-PI dan PI-PII (p<0,050),serta tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara K-PII (p>0,050). Selanjutnya dapat disimpulkan ba-
hwa pemberian rebusan meniran kadar 40% b/v dosis 0,8 mL/20 g bb berefek hepatoprotektor pada he-
par mencit yang dipaparkan minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang dosis 0,06 mL/20 g bb.
Kata kunci: minyak kelapa sawit, meniran (Phyllanthus niruri L.), kerusakan sel hepar Volume 5, No. 2, Desember 2012
EFEK HEPATOPROTEKTOR MENIRAN ( Phyllanthus niruri L.) PADA HEPAR MENCIT YANG DIPAPARKAN MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PEMANASAN BERULANG Hepatoprotective effect of Meniran (Phyllanthus niruri L.) on liver of mice given reheated palm oils
ABSTRACT Reheated palm oils is usually used in our community. It is dangerous because the process will produce toxic com- pounds and free radicals resulting in impaired liver cells function. Meniran contains phyllanthine and hipophyllan- tine, that are useful to protect liver cells from toxic compounds. It also contains flavonoide, the effective antioxidants for binding free radicals. The aim of this research was to assess hepatoprotector effect of meniran (Phyllanthus niruri L.
) in liver mice given reheated palm oils. A total of 36 male mice aged 2-3 months, Swiss Webster, weight 20 g were randomly divided into 3 groups. Negative control group (K), not given by reheated palm oils and boiled meniran, but were given water 0.06 ml/20 grams/bw during 14 days orally. Group I (PI) were given reheated palm oils 0.06 ml/20 grams/bw during 14 days orally. Group II (PII) were given reheated palm oils 0.06 ml/20 grams/bw during 14 days and boiled meniran 40 % b/v 0.8 ml/20 grams/bw, start from day 8 until day 14. On the day 15, all of the mice were killed, then observed microscopically on the number of damaged liver core cells (pyc- nosis, caryorrhexis caryolysis). Result of oneway ANOVA test showed significant differences among 3 groups. Post- hoc multiple comparisons test showed significant differences between K-PI dan PI-PII (p<0.050), and there was no significant differences between K-PII (p>0.050). Boiled meniran 40% b/v with dosage of 0.8 ml/20 grams/bw has hepatoprotector effect in liver mice which were given reheated palm oils with dosage of 0.06 ml/20 grams/bw.
Key words: reheated palm oils, meniran (Phyllanthus niruri L.), damaged liver cells PENDAHULUAN asam lemak tidak jenuh ganda (polyunsaturated
Berdasarkan pengamatan sepintas, fatty acids) dalam membran atau lipoprotein, penggunaan minyak goreng secara berulang- sehingga terjadi peroksidasi lipid (Widjaja, ulang merupakan suatu hal yang lazim terjadi di 1997). Peroksidasi lipid menyebabkan destruksi masyarakat. Penggunaan minyak goreng secara membran yang kemudian mengakibatkan berulang-ulang berbahaya bagi kesehatan, struktur sel menjadi tidak normal sehingga karena proses tersebut dapat membentuk merusak fungsi sel (Kartawiguna, 1998). radikal bebas dan senyawa toksik yang bersifat Peroksidasi lipid juga dapat menyebabkan 2+ racun (Birowo, 2000). Jika minyak dipanaskan penekanan pompa Ca mikrosom hepar yang secara berulang-ulang, maka proses destruksi akan menyebabkan gangguan homeostasis. minyak akan bertambah cepat. Hal ini Keadaan tersebut mengakibatkan nekrosis disebabkan oleh meningkatnya kadar peroksida hepar karena tidak terbentuknya ATP pada sel pada tahap pendinginan dan akan mengalami hepar yang berfungsi sebagai sumber energi dekomposisi jika minyak tersebut dipanaskan (Wenas, 1996). Menurut Johnson, peroksida merupakan radikal bebas yang menyebabkan kembali (Ketaren, 1986). Hidrogen peroksida yang terbentuk akan bereaksi dengan senyawa kerusakan sel tubuh, jika zat ini berlebihan dalam tubuh membentuk radikal hidroksil yang akan memberatkan fungsi hepar sebagai tempat sangat reaktif (Bagiada, 1995). Radikal hidroksil pertama untuk detoksifikasi dan pembuangan akan memisahkan atom hidrogen dari rantai sisa-sisa metabolisme tubuh dan racun. Apabila
Volume 5, No. 2, Desember 2012
METODE PENELITIAN
Bahan dalam penelitian ini antara lain:
5. Berdasarkan penelitian Widjaja (2000) dinyatakan bahwa pemberian rebusan meniran kadar 40% b/v secara oral dengan dosis 40 ml/kg bb/hari (0,8 ml/20 g bb/
40% b/v = 40% kg bahan/1 i.air = 0,4 kg bahan/1 ii. air = 400 g bahan/1 iii. air = 40 g bahan/100 ml air
3. Perhitungan: 4.
Pembuatan rebusan meniran kadar 40% b/v, dengan cara merebus 40 gram simplisia meniran di dalam air hingga mendidih dan didapatkan volume rebusan meniran sebesar 100 ml. Proses perebusan ini berlangsung ± 15 menit. Perebusan dilakukan setiap hari sebelum diberikan kepada kelompok PII.
2. Simplisia meniran yang diperoleh dari toko Akar Sari, kemudian dibuat rebusannya.
1. Makanan hewan percobaan (pelet dan air PAM), minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang. Minyak goreng kelapa sawit dipanaskan pada suhu 150°C sebanyak 6 kali, tiap pemanasan selama 8 menit. Dosis minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang yang diberikan pada mencit sehingga dapat menyebabkan kerusakan sel hepar adalah 0,3 ml/ 100 g bb mencit atau 0,06 ml/20 g bb mencit (Susanto, 2001).
Volume 5, No. 2, Desember 2012 Ratih Dewi Yudhani
hal ini berlangsung lama dan berulang-ulang dikhawatirkan akan mengganggu struktur histologis dan fungsi hepar (Michroza, 2002).
Farmakologi dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
group design yang dilakukan di Laboratorium
Penelitian ini bersifat eksperimental labolatorik dengan rancangan post test only control
Berdasarkan hal ini, meniran diperkirakan dapat melindungi hepar dari kerusakan akibat pemberian minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang. Alasan inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai efek hepatoprotektor meniran (Phyllanthus niruri L.) pada hepar mencit yang dipaparkan minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek hepatoprotektor meniran (Pyllanthus niruri L.) pada hepar mencit yang dipaparkan minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang.
dalam meniran berkhasiat melindungi hepar dari zat toksik, karena itu meniran mempunyai efek antihepatotoksik (Kardinan dan Kusuma, 2004). Disamping itu meniran mempunyai kandungan utama berupa senyawa golongan flavonoid dan glikosida flavonoid (Chairul, 1999). Flavonoid merupakan antioksidan yang efektif karena kemampuannya dalam mengikat radikal bebas, sehingga flavonoid bisa melindungi jaringan dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas dan peroksidasi lipid (Middleton et al., 2000).
Phyllanthine dan hipophyllantine yang ada di
Meniran adalah salah satu tanaman yang berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit. Berdasarkan penelitian, meniran dapat berfungsi sebagai hepatoprotektor, antilitik, hipotensif, antispasmodik, antivirus, antibakteri, diuretik dan mempunyai aktivitas hipoglikemik (Taylor, 2004). Khasiat meniran yang beragam ini berkaitan erat dengan zat atau senyawa yang dikandungnya.
Bahan
PADA HEPAR MENCIT YANG DIPAPARKAN MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PEMANASAN BERULANG
8. Mencit jantan, berusia 2-3 bulan, galur Swiss
Swiss Webster dengan usia 2-3 bulan, berat
signifikan dilanjutkan dengan Post-hoc multiple comparison test.
Oneway ANOVA, jika terdapat perbedaan yang
Pada hari ke-15 setelah perlakuan pertama diberikan, semua hewan percobaan dikorbankan dengan cara dekapitasi. Organ hepar diambil untuk dibuat preparat histologis dengan pengecatan HE. Untuk penyeragaman sampel maka lobus hepar yang diambil adalah lobus kanan dan irisan untuk preparat pada bagian tengah dari lobus tersebut. Pengamatan preparat dengan perbesaran 100 kali untuk mengamati seluruh lapangan pandang, selanjutnya ditentukan daerah yang akan diamati, yaitu zona 1 lobulus hepar. Penentuan daerah zona 1 dilakukan secara random dan dari tiap preparat dipilih 3 daerah zona 1. Selanjutnya pengamatan dengan perbesaran 400 kali pada tiap daerah zona 1 kemudian dihitung jumlah inti hepatosit yang mengalami piknosis, karyoreksis, dan karyolisis dari tiap 100 sel. Data dari ketiga kelompok perlakuan dibandingkan dengan uji
Kelompok perlakuan I (PI) diberi minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang dosis 0,06 ml/20 g bb peroral selama 14 hari. Kelompok perlakuan II (PII) diberi minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang dosis 0,06 ml/20 g bb peroral selama 14 hari dan rebusan meniran kadar 40% b/v dosis 0,8 ml/20 g bb peroral mulai hari ke-8 sampai hari ke-14.
Percobaan mulai dilaksanakan pada Minggu kedua dan berlangsung selama 14 hari. Mencit kelompok kontrol (K) tidak diberi minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang dan rebusan meniran, mencit diberi air peroral dosis 0,06 ml/20 g bb selama 14 hari.
badan 20 g dilakukan adaptasi di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta selama 7 hari (1 minggu) dan dilakukan pengelompokan secara random menjadi 3 kelompok. Tiap kelompok 12 ekor. Pada minggu I dilakukan penimbangan dan penandaan.
Volume 5, No. 2, Desember 2012 EFEK HEPATOPROTEKTOR MENIRAN ( Phyllanthus niruri L.)
Hepatoprotective effect of Meniran (Phyllanthus niruri L.) on liver of mice given reheated palm oils
Cara Kerja
diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan (UPHP) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Webster, berat 20 gram sebanyak 36 ekor,
/HE)
7. Bahan untuk pembuatan preparat histologis (pengecatan Hematoxylin Eosin
6. Aquades
hari) selama 7 hari berturut-turut memiliki khasiat antihepatotoksik pada mencit yang dipaparkan CCl 4 .
Sebanyak 36 ekor mencit jantan, galur
Volume 5, No. 2, Desember 2012 Ratih Dewi Yudhani HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian didapatkan hasil seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Jumlah rerata inti hepatosit yang mengalami kerusakan (piknosis, karioreksis dan kariolisis) dari tiap
100 sel di zona 1 untuk kelompok kontrol, perlakuan I dan perlakuan II.No Kelompok Jumlah Subjek Inti Hepatosit yang mengalami kerusakan Inti Piknotik Inti Karioreksis Inti Kariolisis
1. K
12 14,750 ± 2,800 6,333 ± 2,015 4,250 ± 1,138
2. PI
12 18,417 ± 2,193 8,333 ± 1,497 14,417 ± 2,875
3. PII 12 15,250 ± 2,491 6,667 ± 1,497 4,500 ± 1,314 Keterangan : K : Kelompok kontrol Tidak diberi minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang dan rebusan meniran, mencit diberi air peroral dosis 0,06 ml/20 g BB selama 14 hari Pi : Kelompok perlakuan I
Diberi minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang dosis 0,06 ml/20g BB peroral selama 14 hari PII : Kelompok perlakuan II Diberi minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang dosis 0,06 ml/20g BB peroral selama 14 hari dan rebusan meniran kadar 40% b/v dosis 0,8 ml/20g BB peroral mulai hari ke-8 sampai hari ke-14.
Dari tabel I terlihat bahwa pada kelompok kontrol jumlah rerata inti hepatosit yang mengalami piknotik adalah 14,750 ± 2,800. Jumlah rerata inti hepatosit yang mengalami karioreksis adalah 6,333 ± 2,015. Sedangkan jumlah rerata inti hepatosit yang mengalami kariolisis adalah 4,250 ± 1,138. Adapun gambaran histologis dari hepar mencit kelompok kontrol dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Foto zona 1 lobulus hepar mencit kelom- pok kontrol (K) (Perbesaran 400x) Keterangan:
a. Hepatosit normal
b. Inti hepatosit yang mengalami piknosis (inti selnya mengerut dan tercat lebih padat).
c. Inti hepatosit yang mengalami karioreksis (ter- jadi fragmentasi pada inti sel) d. Inti hepatosit yang mengalami kariolisis (inti sel hepar menghilang).
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan I, jumlah rerata inti hepatosit yang mengalami kerusakan terbanyak berupa inti hepatosit yang piknosis yaitu sebesar 18,417 ± 2,193. Jumlah rerata inti hepatosit yang mengalami karioreksis lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah rerata inti hepatosit yang mengalami kariolisis yaitu sebesar 8,333 ± 1,497. Sedangkan jumlah rerata inti hepatosit yang mengalami kariolisis sebesar 14,417 ± 2,875. Gambaran histologis dari hepar mencit kelompok PI dapat dilihat pada Gambar 2.
EFEK HEPATOPROTEKTOR MENIRAN ( Phyllanthus niruri L.) PADA HEPAR MENCIT YANG DIPAPARKAN MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PEMANASAN BERULANG Hepatoprotective effect of Meniran (Phyllanthus niruri L.) on liver of mice given reheated palm oils
Keterangan:
a. Hepatosit normal
b. Inti hepatosit yang mengalami piknosis (inti selnya mengerut dan tercat lebih padat).
c. Inti hepatosit yang mengalami karioreksis (ter- jadi fragmentasi pada inti sel) d. Inti hepatosit yang mengalami kariolisis (inti sel hepar menghilang).
Dari data jumlah rerata inti hepatosit yang
Gambar 2. Foto zona 1 lobulus hepar mencit kelom-
mengalami kerusakan pada kelompok kontrol, pok perlakuan I (Perbesaran 400x). PI dan PII dilakukan uji Oneway ANOVA. Hasil
Keterangan:
dari uji Oneway ANOVA tersebut didapatkan F :
a. Hepatosit normal
74,611 dan F : 3,32 (F ), sehingga dapat
b. Inti hepatosit yang mengalami piknosis (inti > F t t selnya mengerut dan tercat lebih padat).
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
c. Inti hepatosit yang mengalami karioreksis (ter-
signifikan dari jumlah rerata inti hepatosit yang
jadi fragmentasi pada inti sel)
mengalami kerusakan antar ketiga kelompok
d. Inti hepatosit yang mengalami kariolisis (inti sel hepar menghilang). (tabel 2).
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada kelompok Tabel 2. Hasil uji Oneway ANOVA antara 3 kelompok untuk jumlah rerata inti hepatosit yang perlakuan II, jumlah rerata inti hepatosit yang men- mengalami kerusakan. galami kerusakan terbanyak berupa inti hepatosit yang piknosis yaitu sebesar 15,250 ± 2,491. Sedang-
P F kan jumlah rerata inti hepatosit yang mengalami kari- Jumlah rerata inti hepa-
0,000 74,611 oreksis sebesar 6,667 ± 1,497 dan jumlah rerata inti tosit yang mengalami (F kerusakan hepatosit yang mengalami kariolisis sebesar 4,500 ± (p<0,05) > 3,32) o
Uji Post-hoc multiple comparison test
1,314. Gambaran histologis dari hepar mencit kelom-
pada tabel 3 dilakukan untuk mengetahui letak pok PII dapat dilihat pada Gambar 3. perbedaan antara ketiga kelompok. Hasil dari uji Post-hoc multiple comparisons test tersebut adalah sebagai berikut:
- Kelompok K dengan kelompok PI terdapat perbedaan yang signifikan dari jumlah rerata inti hepatosit yang mengalami kerusakan dengan p: 0,000 (p< 0,050).
- Kelompok K dengan kelompok PII tidak terdapat perbedaan yang singnifikan dari
Gambar 3. Foto zona 1 lobulus hepar mencit kelom-
jumlah rerata inti hepatosit yang mengalami pok perlakuan II (Perbesaran 400x). kerusakan dengan p: 0,460 (p>0,050).
Volume 5, No. 2, Desember 2012
- Kelompok PI dengan kelompok PII terdapat perbedaan yang signifikan dari jumlah rerata inti hepatosit yang mengalami kerusakan dengan p: 0,000 (p< 0,050).
Volume 5, No. 2, Desember 2012 Ratih Dewi Yudhani
Tabel 3. Hasil uji Post-hoc multiple comparisons test antara 3 kelompok untuk jumlah rerata inti hepatosit yang mengalami kerusakan.
Kelompok P Pengambilan keputusan Perbedaan jumlah rerata inti hepatosit yang mengalami kerusakan K-PI 0,000
(p < 0,050) Ho ditolak Signifikan K-PII 0,460
(p > 0,050) Ho diterima Tidak signifikan PI-PII 0,000
(p < 0.050) Ho ditolak Signifikan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit yang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol (K), kelompok perlakuan I (PI) dan kelompok perlakuan II (PII). Kelompok kontrol tidak diberi minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang maupun rebusan meniran, mencit diberi air peroral sebanyak 0,06 ml/20 g bb mencit selama 14 hari. Kelompok perlakuan I diberi minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang selama 14 hari menggunakan dosis tunggal yaitu 0,06 ml/20 g bb mencit/hari. Hal ini sesuai dengan uji toksisitas akut untuk single
dose experiments pada hewan coba (Darmansjah,
1995). Kelompok perlakuan II selain diberi minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang selama 14 hari juga diberi rebusan meniran selama 7 hari dengan kadar 40 % b/v dosis 0,8 ml/20 g bb mencit/hari. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Widjaja (2000), yang menyatakan bahwa pemberian rebusan meniran kadar 40 % b/v dengan dosis 0,8 ml/20 g bb mencit/hari selama 7 hari berturut-turut memiliki khasiat antihepatotoksik pada mencit yang dipaparkan CCl 4 . Pada penelitian ini yang diamati adalah jumlah inti hepatosit yang mengalami kerusakan (piknosis, karioreksis dan kariolisis) setelah pemberian minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang dan rebusan meniran. Inti hepatosit yang diamati yaitu inti hepatosit yang terdapat pada zona 1 lobulus hepar karena sel- selnya paling dekat dengan pembuluh darah sehingga zona ini yang pertama kali dipengaruhi oleh perubahan darah yang masuk (Leeson et al., 1998). Data hasil penghitungan dianalisis dengan uji Oneway ANOVA dan dilanjutkan dengan uji
Post-hoc multiple comparison test.
Hasil uji Oneway ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang singnifikan antara ketiga kelompok perlakuan. Hasil uji Post-hoc
multiple comparison test menunjukkan terdapat
perbedaan yang signifikan dari jumlah rerata inti hepatosit yang mengalami kerusakan antara kelompok K dan PI. Hal ini disebabkan pada kelompok PI terjadi kerusakan hepatosit karena pemberian minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang.
Minyak goreng kelapa sawit mengandung sejumlah besar asam lemak tak jenuh dalam
EFEK HEPATOPROTEKTOR MENIRAN ( Phyllanthus niruri L.) PADA HEPAR MENCIT YANG DIPAPARKAN MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PEMANASAN BERULANG Hepatoprotective effect of Meniran (Phyllanthus niruri L.) on liver of mice given reheated palm oils
1996). Peroksidasi lipid adalah reaksi berantai molekul trigliserida (Ketaren, 1986). Asam lemak tak jenuh terdiri atas asam lemak tak yang memasok radikal bebas, sehingga terjadi jenuh tunggal atau mono-unsaturated fatty acid reaksi peroksida berikutnya (Mayes, 1997). dan asam lemak tak jenuh ganda atau poly- Skema peroksidasi lipid menurut Takahama
unsaturated fatty acid (Pahlevi, 2002). Asam (Middleton et al., 2000): Inisiasi : LH + OH* H O + L* 2
lemak tak jenuh ganda lebih mudah mengalami
Propagasi : L* + O LOO* 2 oksidasi dan akan membentuk radikal bebas.
LOO* + LH LOOH + L*
Proses oksidasi dari asam lemak tak jenuh ganda
Terminasi : LOO* + LOO* Produk inert
bisa terjadi melalui proses pemanasan. Semakin tinggi suhunya, proses oksidasi akan berjalan L* + L* Produk inert lebih cepat (Fife, 2001).
LOO* + L* Produk inert
Oksidasi lemak akan menghasilkan
Keterangan :
senyawa peroksida sebagai produk primer
LH : Lipid
dan jika teroksidasi lebih lanjut akan menjadi
OH* : Radikal hidroksil
senyawa aldehid, keton, alkohol dan karbonil
L* : Radikal lipid
(produk sekunder) yang dapat membahayakan
LOO* : Radikal peroksil
kesehatan tubuh dan merangsang tumbuhnya
LOOH : Hidroperoksida tumor dan kanker (Sunityoso dkk., 1998).
Peroksida yang terbentuk akan bereaksi dengan Menurut Sibuea, minyak kelapa sawit ion logam Cu dan Fe dalam tubuh membentuk dengan pemanasan berulang akan menghasilkan radikal hidroksil. Reaksi ini dikenal dengan nama hidrogen peroksida yang berlebihan, senyawa- reaksi Fenton. senyawa aldehid dan keton (Andriani, 2005).
Hidrogen peroksida yang terbentuk akan bereaksi +++ - ++
Fe + H O Fe + OH + OH* 2 2
- + ++ - dengan senyawa dalam tubuh membentuk
Cu + H O Cu + OH + OH* 2 2
radikal hidroksil yang sangat reaktif (Ketaren, Radikal hidroksil sangat reaktif, memicu
1986). Radikal hidroksil akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid (Widjaja, 1997). peroksidasi lipid melalui reaksi dengan asam
Peroksidasi lipid menyebabkan destruksi lemak tak jenuh pada membran sel sehingga membran kemudian mengakibatkan struktur kerentanannya meningkat dan sel menjadi rusak sel menjadi tidak normal dan merusak fungsi (Bagiada, 1995). Peroksidasi lipid juga dapat menyebabkan 2+ sel (Kartawiguna, 1998). Pada kelompok kontrol juga didapatkan inti hepatosit yang mengalami penekanan pompa Ca mikrosom hepar yang kerusakan (piknosis, karioreksis dan kariolisis) akan menyebabkan gangguan homeostasis. kemungkinan disebabkan:
Keadaan tersebut mengakibatkan nekrosis hepar
1. Hepar merupakan organ yang karena tidak terbentuknya ATP pada sel hepar mempunyai aktivitas regenerasi yang yang berfungsi sebagai sumber energi (Wenas,
Volume 5, No. 2, Desember 2012 Ratih Dewi Yudhani
besar. Berdasarkan hal tersebut di
2. Adanya infeksi dan trauma karena atas, mekanisme kerja meniran sebagai pemberian air melalui kanul selama hepatoprotektor pada hepar mencit yang perlakuan (Michroza, 2002). dipaparkan minyak kelapa sawit dengan
Hasil analisis jumlah rerata inti hepatosit pemanasan berulang dapat diterangkan melalui yang mengalami kerusakan antara kelompok 3 cara : K-PII tidak menunjukkan perbedaan yang
1. Flavonoid yang terkandung di dalam signifikan. Hal ini sesuai dengan landasan teori meniran mencegah peroksidasi lipid karena senyawa tersebut merupakan bahwa rebusan meniran dengan kadar 40 % b/v antioksidan yang mampu mengikat dosis 0,8 ml/20 g bb mencit mempunyai efek hepatoprotektor sehingga dapat mengurangi radikal hidroksil yang terbentuk akibat kerusakan hepatosit akibat pemberian minyak reaksi Fenton. kelapa sawit dengan pemanasan berulang sampai
2. Flavonoid akan memutus reaksi rantai mendekati normal seperti kelompok K. Meniran dari peroksidasi lipid yang telah terjadi mengandung senyawa kimia berupa phyllantine dengan cara berikatan dengan radikal dan hipophyllantine yang memiliki efek peroksil. antihepatotoksik (Kardinan dan Kesuma, 2004).
3. Phyllantine dan hipophyllantine
Disamping itu, meniran mempunyai kandungan berkhasiat antihepatotoksik yang akan utama berupa senyawa golongan flavonoid dan melindungi hepar dari senyawa toksik glikosida flavonoid (Chairul, 1999). Meniran yang merupakan produk sekunder mempunyai kandungan utama berupa flavonoid yang terbentuk selama proses oksidasi dan glikosida flavonoid (Chairul, 1999). Flavonoid lemak. termasuk antioksidan pemutus rantai. Flavonoid Hasil analisis jumlah rerata inti hepatosit akan berikatan dengan radikal peroksil (LOO*) yang mengalami kerusakan antara PI-PII yang terbentuk pada saat terjadinya reaksi rantai menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. pada proses peroksidasi lipid sehingga reaksi Hal ini disebabkan pada kelompok PI terjadi rantai dapat diputus. Di samping itu, flavonoid kerusakan hepatosit karena pemberian minyak mempunyai kemampuan untuk mengikat radikal kelapa sawit dengan pemanasan berulang hidroksil (OH*), sehingga akan mencegah dan kerusakan hepatosit pada kelompok PII terjadinya peroksidasi lipid (Middleton et al., akibat pemberian minyak kelapa sawit dengan 2000). Flavonoid merupakan antioksidan yang pemanasan berulang dapat dikurangi sampai efektif karena kemampuannya dalam mengikat mendekati normal dengan pemberian rebusan radikal bebas, sehingga flavonoid bisa melindungi meniran. jaringan dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas dan peroksidasi lipid (Middleton
KESIMPULAN et al., 2000).
Volume 5, No. 2, Desember 2012
EFEK HEPATOPROTEKTOR MENIRAN ( Phyllanthus niruri L.) PADA HEPAR MENCIT YANG DIPAPARKAN MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PEMANASAN BERULANG Hepatoprotective effect of Meniran (Phyllanthus niruri L.) on liver of mice given reheated palm oils 1. Pemberian minyak kelapa sawit dengan AgroMedia Pustaka. Jakarta. Hal : 10-11.
pemanasan berulang dengan dosis 0,06 K artawiguna, E. 1998. Vitamin yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. Majalah mL/20 g bb mencit selama 14 hari berturut- turut dapat mengakibatkan kerusakan inti Ilmiah Fakultas kedokteran USAKTI. 17(1), hepatosit mencit.
Januari 1998.
2. Rebusan meniran dengan kadar 40 % b/v Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak
dan Lemak Pangan. UI-PRESS, Jakarta. Hal
dosis 0,8 ml/20 g bb mencit/hari yang diberikan selama 7 hari berturut-turut : 105-31. mempunyai efek hepatoprotektor terhadap Leeson CR., Leeson TS., Paparo AA. 1998. hepar mencit yang dipaparkan minyak kelapa Textbook of Histology. W. B Saunders Co. sawit dengan pemanasan berulang.
Philadelphia. pp: 383-96. Michroza, AA. 2002. Pengaruh pemberian air
DAFTAR PUSTAKA rebusan temulawak (Curcuma xanthorrizha
Andriani, 2005. Gambaran histologis inti sel hati Roxb.) terhadap hepatotoksik minyak tikus putih (Rattus norvegicus) setelah goreng bekas. Skripsi. Hal : 1. pemberian ekstrak bawang putih (Allium Middleton E., Kandaswari C., and Theoharides
sativum L.) dan minyak kelapa sawit yang TC. 2000. The Effect of Plant Flavonoids
dipanaskan berulang. Skripsi. Hal : 34. on Mammalian Cells: Implications for Bagiada, A. 1995. Radikal bebas dan antioksidan. Inflammation, Heart Disease, and Cancer.
Jurnal Kedokteran Universitas Udayana 26 http://pharmrev.aspetjournal.org/cgi/ content/full Diakses tanggal 19 Februari
(89). Penerbit Unud. Hal : 136-39. Birowo, A. 2000. Minyak Jelantah Berbahaya? 2010.
Sunityoso, S., Kusmana D., Luthfiralda, Furqonita Diakses di http://www.geocities.com/ anandito2000/special/minyakjelantah.
D. 1998. Perubahan struktur histologis htm, pada tanggal 19 Februari 2010. organ hati mencit (Mus musculus L.) yang Chairul. 1999. Tempuyung untuk menghadapi dicekok minyak kelapa bekas gorengan.
asam urat. Intisari Tanaman Obat. www. Majalah Kedokteran Indonesia
48(3): 114- 20. indomedia.com/intisari/1999/juni/ tempuyung.htm 22 September 2007. Susanto, AE. 2001. Pengaruh pemberian minyak
Darmansjah, I. 1995. Dasar Toksikologi. Gaya kelapa sawit curah setelah pemanasan berulang pada struktur histologis hati Baru. Jakarta. Hal 762-80.
Fife, B. 2001. The Healing Miracles of Coconut Oil mencit. Skripsi. Hal : 14-5.
Taylor, L. 2004. The Healing Power of Rainforest http://www.grainmilis.com.au/prod/84. htm Diakses tanggal 21 Februari 2010. Herb http://www.rain_tree.com/chanca. Kardinan, A. dan Kusuma FR. 2004. Meniran htm. Diakses tanggal 15 Februari 2010.
Penambah Daya Tahan Tubuh Alami. Wenas, N.T. 1996. Kelainan Hati Akibat Obat.
Volume 5, No. 2, Desember 2012 Ratih Dewi Yudhani
Dalam: Sjaifoellah Noer Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Edisi 3, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. Hal: 364-5.
Widjaja, J. 2000. Efek Antihepatotoksik Meniran.
Dalam Penelitian Tanaman Obat di Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia. Departemen Kesehatan RI, 2000. Hal: 220- 21. Widjaja, S. 1997. Antioksidan: Pertahanan tubuh terhadap efek oksidan dan radikal bebas. Majalah Ilmiah Fakultas Kedokteran
USAKTI. 16(1), Januari 1997. Hal 1662.
Volume 5, No. 2, Desember 2012