Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Sarana Dan Prasarana Pjok di SD Negeri Gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijenkota Semarang: studi Manajemen “Joint” Aras Gugus

  2.1.1 Pengertian manajemen pendidikan Istilah manajemen berasal dari kata kerja bahasa Inggris to manage yang memiliki sinonim dengan kata to control, to hand, to guide. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan : mengendalikan, menangani atau mengelola.

  Menurut pendapat Herujito (2001:1), setidaknya manajemen mangandung tiga pengertian. Pertama, sebagai pengelolaan, pengendalian atau terampil untuk menangani sesuatu berupa skillful treatment. Ketiga, gabungan dari kedua pengertian tersebut, yaitu yang berhubungan dengan pengelolaan perusahaan, rumah tangga atau suatu bentuk kerja sama dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

  Sedangkan Slameto (2009:17) mendefinisikan bahwa manajemen pendidikan pada hakekatnya menyangkut tujuan pendidikan, manusia yang melakukan kerjasama, proses sistemik dan sistematik, serta sumber-sumber yang didayagunakan. Manajemen pendidikan merupakan suatu cabang ilmu manajemen yang mempelajari penataan sumber daya manusia, kurikulum, fasilitas, sumber belajar dan dana, serta upaya mencapai tujuan lembaga secara dinamis.

  Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagai pendaya-gunaan komponen pendidikan yang meliputi peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, kurikulum, dana serta sarana dan prasarana secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

  2.1.2 Fungsi manajemen pendidikan manajemen, turut serta menghasilkan aneka ragam fungsi manajemen. Berikut ini disajikan informasi mengenai fungsi manajemen menurut beberapa ahli.

  Tabel 2. 1 Fungsi Manajemen Ahli Fungsi Manajemen Akroni m Luthe r

  Gullic k Plani ng Organiz ing Staffing Directing Coordina ting Reportin g Budgeti ng POSDCo RB Ernes t Dale Plani ng Organiz ing Staffing Directing Innovatin g Refresent ing Controll ing POSDIR C Koont z & Donne l Plani ng Organiz ing Staffing Directing - - Controll ing POSDC Willia Newm m an Plani ng Organiz ing Assembli ng Resource s Directing - Controll ing POARD C Henry Fayol Plani ng Organiz ing Comman ding Coordina ting - - Controll ing POCCC Georg e Terry Plani ng Organiz ing Actuating - - - Controll ing POAC John F. Mae Plani ng Organiz ing Motivatin g - - - Controll ing POMC Demi ng Plani ng Do Check Act - - - PDCA John D. Millet - - - Directing Facilitati ng - - DF

Dikutip dari: Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI (2013: 92)

  Slameto (2009: 2) menyatakan bahwa dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer/pimpinan, yaitu: perencanaan(planning),pengorganisasian (organizing), pemimpin(leading), dan pengawasan (controlling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

  2.1.2.1 Planning (perencanaan) Dalam kehidupan modern, lebih-lebih dalam suatu organisasi, kegiatan perencanaan mutlak harus ada (Slameto; 2009: 26). Tidak terbayangkan jika suatu kegiatan organisasi atau lembaga tanpa adanya perencanaan. Dalam suatu organisasi yang baik, tulis Slameto (2009: 26) bukan sekedar perencanaan yang dituntut, melainkan suatu perencanaan yang sungguh-sungguh baik.

  Perencanaan semacam ini adalah fase pertama dari setiap pekerjaan. Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI (2013: 93) mendefinisikan merencanakan adalah membuat suatu target-target yang akan dicapai atau merencanakan adalah suatu proses memikirkan dan menetapkan secara matang arah, tujuan dan tindakan sekaligus mengkaji berbagai sumber daya dan metode atau teknik yang tepat. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi.

  Organizing (pengorganisasian)

  2.1.2.2 Slameto (2009:28), menjelaskan bahwa biasanya yang dimaksud dengan pengorganisasian ialah proses pengelompokan orang-orang berdasarkan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya. Alhasil akan tercipta suatu organisasi yang siap menjalankan rencana yang telah ditetapkan. Dengan begitu pengorganisasian merupakan langkah yang kedua setelah perencanaan selesai dilaksanakan. Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI (2013: 94) mengartikan mengorganisasikan adalah proses mengatur, mengalokasikan, dan mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya di antara anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa pengorgani- sumber daya yang mengelola beserta uraian tugas dan tanggungjawab (job description) yang harus diemban.

  2.1.2.3 Actuating (penggerakan) George R. Terry dalam Slameto (2009: 31) menyatakan, bahwa actuating adalah “tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok (organisasi) mau berusaha mencapai sasaran- sasaran yang telah ditetapkan agar sesuai dengan perencanaan manjerial dan usaha-usaha organisasi”. Actuating adalah proses manajemen yang berhubungan dengan orang-orang. Karena itu sering dikatakan bahwa actuating merupakan inti dari manajemen. Seperti kita ketahui bahwa unsur utama dalam manajemen adalah unsur manusia. Bagaimana pimpinan mampu menggerakkan unsur manusia ini sangat menemtukan keberhasilannya sebagai seorang manager. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa penggerakan adalah segala upaya yang dapat dilakukan oleh sumber daya organisasi untuk mewujudkan tujuan organisasi.

  2.1.2.4 Controlling (pengawasan) Arti pengawasan menurut Slameto (2009: 32) adalah tindakan manajerial yang mengusahakan rencana yang telah ditetapkan. Karena itu pengawasan in harus dilakukan sepanjang pekerjaan belangsung agar dapat segera diketahui apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan atau kesalahan-kesalahan sehingga dapat segera dilakukan perbaikan-perbaikan. Secara umum, Slameto (2009: 34) menyebut empat langkah dalam pengawasan, yaitu: (1) menetapkan kriteria atau standar; (2) mengumpulkan data/fakta; (3) melakukan pengukuran, dan (4) perbaikan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah upaya manajerial untuk memastikan proses manajemen berjalan dengan baik, sejak dari perencanaan hingga pencapaian tujuan.

  2.1.3 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Qomar (2012: 54) menyatakan bahwa demokrasi memberikan pengaruh pada reformasi, gerakan reformasi memberi pengaruh pada otonomi daerah, semangat otonomi daerah memberikan pengaruh pada desentralisasi pendidikan, sedang desentralisasi pendidikan mewarnai manajemen berbasis sekolah.

  Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 51 ayat (1) disebutkan bahwa pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah. Penjelasan pasal 51 ayat (1) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan manajemen berbasis sekolah/madrasah adalah bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan. Dalam hal ini kepala sekolah/madrasah dan guru dibantu oleh komite sekolah/madrasah dalam mengelola kegiatan pendidikan.

  Apabila dikaji lebih mendalam, pemberian kewenangan pengelolaan pendidikan pada level sekolah mengandung dua hal, mencakup fungsi dan substansi dari manajemen. Pertama, dari aspek fungsinya, Umaedi (2012: 5. 5) menyebut ada beberapa hal yang tercakup meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan kepemimpinan (planning, organizing, actuating, controlling, evaluating and leading). Fungsi- fungsi ini dilaksanakan oleh sekolah (kepala sekolah, guru, dibantu oleh komite sekolah) dan ada yang manajemen dan kepemimpinan dipisahkan. Kedua, substansi atau bidang yang dikelola oleh sekolah dengan fungsi-fungsi tersebut, meliputi kurikulum, pembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan dan penilaian pendidikan.

  Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen berbasis sekolah adalah pendayagunaan komponen manejemen dari, oleh dan untuk sekolah, baik dari segi fungsi dan substasi manajemen.

  2.2.1 Hakikat PJOK Pendidikan jasmani (Penjas) menurut Ibrahim

  (2001: 1) merupakan suatu upaya pendidikan yang dilakukan terhadap anak-anak, agar mereka dapat belajar bergerak, dan belajar melalui gerak, serta berkepribadian yang tangguh, sehat jasmani dan rohani. Lutan (2001: 2) menyebut salah satu tujuan pendidikan jasmani yang menjadi kepedulian guru pendidikan jasmani ialah pemahaman konsep kebugaran jasmani dan aktivitas jasmani untuk mencapai keadaan sehat.

  Dalam KTSP tahun 2006 (Depdiknas, 2006: Penjasorkes merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesegaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

  PJOK adalah usaha sadar, terintegral dan terencana dari pendidikan secara keseluruhan untuk membudayakan pola hidup aktif sepanjang hayat guna meningkatkan kebugaran jasmani dan kesegaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

  2.2.2 Pembelajaran PJOK Pada praktiknya, bagian terpenting dalam

  PJOK adalah pembelajaran. Pembelajaran PJOK dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berikut ini uraian dari masing-masing:

  Perencanaan

  2.2.2.1 Rencana pengajaran menurut Usman (2008: 61) merupakan persiapan guru mengajar untuk tiap pertemuan. Fungsinya sebagai acuan untuk melaksanakan proses belajar mengajar di kelas agar lebih efisien dan efektif. Untuk dapat membuat perencanaan yang sesuai dengan harapan, maka perlu memahami PJOK itu sendiri.

  Usman (2008: 61) menyebut komponen utama rencana pengajaran setidaknya harus memuat tujuan pembelajaran khusus, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran dan alat penilaian proses.

  2.2.2.2 Pelaksanaan Suherman (2001:1) menyatakan bahwa peningkatan mutu proses belajar mengajar (PBM) merupakan persoalan penting dalam PJOK di SD. Istilah belajar lebih menekankan pada aktivitas siswa, sedangkan istilah mengajar lebih menekankan pada aktivitas guru. Namun demikian, titik sentral proses belajar mengajar adalah siswa belajar. Tujuan mengajar pada dasarnya adalah mendorong siswa agara belajar dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. tidak mudah. Apalagi banyak variabel yang mempengaruhi kesuksesan guru dalam pembelajaran. Menurut Wena (2009:17) penguasaan dan ketrampilan guru dalam penguasaan materi pembelajaran dan strategi pembelajaran tidak menjadi jaminan untuk mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Dibutuhkan kemampuan-kemampuan yang harus dikuasai guru dengan baik, meliputi: kemampuan guru dalam membuka pelajaran, kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan inti pembelajaran dan kemampuan guru dalam melakukan penilaian pembelajaran.

  2.2.2.3 Evaluasi Suherman (2001: 2) menyatakan bahwa evaluasi merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan (integral) dari suatu proses belajar mengajar. Evaluasi berfungsi sebagai salah satu cara untuk memantau perkembangan belajar dan mengetahui seberapa jauh tujuan pengajaran dapat dicapai oleh siswa.

  Menurut Suherman (2001: 3-4) prinsip dasar pelaksanaan evaluasi PJOK meliputi: (1) Proses pengumpulan data dilakukan melalui kerjasama terus menerus dan berkesinambungan. (3) Data yang dihimpun meliputi berbagai aspek. (4) Laporan kemajuan belajar harus dibuat dan disampaikan kepada orang tua siswa. 2.3 .Manajemen Sarana dan Prasarana dalam PJOK

  2.3.1 Pengertian Sarana dan Prasarana PJOK Sarana dan prasarana adalah semua benda atau barang yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang digunakan untuk menunjang terlaksanakannya proses pembelajaran yang langsung maupun yang tidak langsung dalam sebuah pendidikan (Rohiat, 2008: 26). Pada dasarnya sarana dan prasarana pendidikan terdiri dari dua unsur, yaitu sarana dan prasarana. Depdiknas (2008: 37), telah membedakan antara sarana pendidikan dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pangajaran biologi, halaman sekolah sebagai lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.

  Dapat disimpulkan bahwa sarana PJOK adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pembelajaran PJOK. Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana PJOK adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya suatu proses pembelajaran PJOK.

  2.3.2 Manajemen Sarana dan Prasarana PJOK Manajemen sarana dan prasarana merupakan suatu kegiatan untuk mengatur dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan secara efisien dan efektif dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Bafadal (2004) mengatakan manajemen sarana dan prasaran yang disebutnya juga sebagai manajemen perlengkapan merupakan salah satu bagian kajian dalam administrasi sekolah (school administration) atau administrasi pendidikan (educational administration). Dapat didefinisikan perlengkapan pendidikan secara efektif dan efisien.

  Perlengkapan sekolah atau sering juga disebut sebagai fasilitas sekolah dapat dikelompokkan menjadi sarana pendidikan dan prasarana pendidikan.

  Manajemen sarana dan prasarana pendidikan, menurut Barnawi dan M. Arifin (2014: 48), diartikan sebagai segenap proses pengadaan dan pendayagunaan komponen-komponen yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Proses-proses yang dilakukan dalam upaya pengadaan dan pendayagunaan, meliputi perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan dan penghapusan.

  Hal itu mirip dengan pendapat Mulyono (2008 : 169) yang membatasi ruang lingkup manajemen sarana dan prasarana, meliputi perencanaan, pengadaan, pengaturan, dan penggunaan sarana dan prasarana. Kegiatan manajemen sarana dan prasarana meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penginventarisasian, pemeliharaan, dan penghapusan sarana dan prasarana pendidikan (Rohiat, 2008: 26). sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa manajemen sarana dan prasarana PJOK adalah proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana PJOK yang dimiliki oleh sekolah dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisisen, meliputi kegiatan: perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penginventarisasian, pemeliharaan, dan penghapus- an sarana dan prasarana PJOK.

  2.3.3 Tujuan Manajemen Sarana dan Prasarana PJOK

  Secara umum, tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah memberikan pelayanan secara professional di bidang sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien (Bafadal, 2004: 84-86). Secara rinci, tujuannya adalah sebagai berikut: a) Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama. Dengan perkataan ini, melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan diharapkan semua perlengkapan yang didapatkan oleh sekolah tinggi, sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efisien.

  b) Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana secara tepat dan efisien.

  c) Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua personel sekolah.

  Pada dasarnya manajemen sarana dan prasarana pendidikan memiliki tujuan sebagai berikut: a) Menciptakan sekolah atau madrasah yang bersih, rapi, indah, sehingga menyenangkan bagi warga sekolah atau madrasah.

  b) Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan relevan dengan kepentingan pendidikan.

  Jadi, tujuan dari manajemen sarana dan prasarana pendidikan yaitu agar dapat memberikan kontribusi yang optimal dan professional (yang berkaitan dengan sarana dan prasarana) terhadap proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

  Prasarana PJOK Dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan agar tujuan bisa tercapai dengan maksimal. Prinsip-prinsip tersebut menurut Bafadal (2004:36) adalah :

  Prinsip pencapaian tujuan, yaitu sarana dan

  a) prasarana pendidikan di sekolah harus selalu dalam kondisi siap pakai apabila akan didaya gunakan oleh personil sekolah dalam rangka b) Prinsip efisiensi, yaitu pengadaan sarana dan prasarana di sekolah harus dilakukan melalui perencanaan yang seksama, sehingga dapat diakdakan sarana dan prasarana pendidikan yang baik dengan harga yang murah. Demikian juga pemakaiannya harus dengan hati-hati sehingga mengurangi pemborosan.

  c) Prinsip administratif, yaitu manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus selalu memperhatikan UU, peraturan, instruksi, dan petunjuk teknis yang diberlakukan oleh pihak yang berwenang.

  d) Prinsip kejelasan tanggung jawab, yaitu sekolah harus didelegasika kepada personel sekolah yang mampu bertanggung jawab, apabila melibatkan banyak personil sekolah dalam manajemennya, maka perlu adanya deskripsi tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk tiap personil sekolah.

  e) Prinsip kekohesifan, yaitu manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus direalisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah yang sangat kompak.

  2.3.5 Proses Manajemen Sarana dan Prasarana PJOK

  Proses manajemen sarana prasarana PJOK berkaitan erat dengan : (1) perencanaan sarana dan prasarana PJOK (2) pengadaan sarana dan prasarana PJOK (3) inventarisasi sarana dan prasarana PJOK (4) pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah (5) penghapusan sarana dan prasarana sekolah.

  2.3.5.1 Perencanaan sarana dan prasarana PJOK Dalam proses manajemen perencanaan merupakan fungsi pertama yang harus dilakukan, segala aktivitas yang dilaksanakan dalam kegiatan organisasi akan terarah dan teroganisir sehingga bisa tercapai tujuan yang diharapkan. Begitu juga dalam perencanaan sarana dan prasarana PJOK. Berkaitan dengan perencanaan ini, Jones (1969) menjelaskan bahwa perencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah harus diawali dengan analisis jenis pengalaman pendidikan yang diprogramkan sekolah. Adapun langkah-langkah perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah menurut Sukarna (1987) adalah sebagai berikut: a) Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang diajukan oleh setiap unit kerja dan atau mengevetarisasi kekurangan perlengkapan sekolah.

  b) Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk periode tertentu, misalnya untuk satu triwulan atau satu tahun ajaran.

  c) Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan perlengkapan yang telah tersedia sebelumnya.

  d) Memadukan rencana kebutuhan dengan dana ini, jika dana yang tersedia tidak mencukupi untuk pengadaan semua kebutuhan yang diperlukan, maka perlu diadakan seleksi terhadap semua kebutuhan perlengkapan yang telah direncanakan dengan melihat urgesi setiap perlengkapan yang diperlukan. Semua perlekapan yang urgen didaftar dan didahulukan pengadaannya. Memadukan

  e) rencana (daftar) kebutuhan perlengkapan kebutuhan yang urgen dengan dana atau anggaran yang tersedia, maka perlu diadakan seleksi lagi dengan melihat skala prioritas.

  f) Penetapan rencana pengadaan akhir.

  Dalam proses perencanaan ini semua personel sekolah harus ikut terlibat agar dapat diketahui secara pasti apa saja yang menjadi kebutuhan- kebutuhan yang diperlukan oleh sekolah. Karena dalam pelaksanaan perencanaan ini sendiri membutuhkan analisis yang teliti serta memperhatikan kualitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Selain itu, perencanaan ini juga harus melihat dana atau anggaran yang tersedia untuk skala prioritas pengadaannya (sarana dan

  Pengadaan sarana dan prasarana PJOK

  2.3.5.2 Yang dimaksud dengan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah adalah segala kegiatan yang dilakukan dengan cara menyediakan semua keperluan barang atau jasa berdasarkan hasil perencanaan dengan maksud untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

  Sistem pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain adalah:

  a) Droping dari pemerintah, hal ini merupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepada sekolah. Bantuan ini sifatnya terbatas sehingga pengelola sarana dan prasarana pendidikan di sekolah tetap harus mengusahakan dengan cara lain.

  b) Pengadaan sarana dan prasarana sekolah dengan cara membeli baik secara langsung maupun memesan terlebih dahulu.

  c) Meminta sumbangan dari wali murid ataupun dan prasarana sekolah ke lembaga-lembaga sosial yang tidak mengikat.

  d) Pengadaan perlengkapan dengan cara menyewa atau meminjam ke tempat lain.

  e) Pengadaan perlengkapan sekolah dengan cara tukar menukar barang yang dimiliki dengan barang lain yang dimiliki sekolah.

  2.3.5.3 Inventarisasi sarana dan prasarana PJOK Kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan di sekolah menurut Bafadal (2004) meliputi:

  a) Pencatatan sarana prasarana sekolah dapat dilakuka dalam buku penerimaan barang, buku pembelian barang, buku induk inventaris, buku golongan inventaris, buku bukan inventaris, buku stok barang.

  b) Pembuatan kode khusus untuk perlengkapan yang tergolong barang inventaris. Caranya dengan membuat kode barang dan menempelkannya atau yang tergolong sebagai barang inventaris.

  Tujuannya adalah untuk memudahkan semua pihak dalam mengenal kembali semua perlengkapan pendidikan disekolah baik ditinjau dari kepemilikan, penanggung jawab, maupun jenis dan golongannya. Biasanya kode barang itu berupa angka atau numeric yang menunjukkan departemen, lokasi, sekolah, dan barang. Semua perlengkapan pendidikan di sekolah yang

  c) tergolong barang inventaris harus dilaporkan.

  Laporan tersebut sering disebut dengan istilah laporan mutasi barang. Pelaporan ini dilakukan dalam periode tertentu.

  2.3.5.4 Pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana PJOK Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh pemimpin organisasi. Berkaitan dengan adanya sarana dan prasarana pendidikan disekolah, perlu adanya kontrol yang baik dalam pemeliharaan atau pemberdayaan. Pengawasan terhadap sarana dan prasarana disekolah merupakan usaha yang ditempuh oleh pimpinan dalam membantu personel sekolah untuk menjaga atau memelihara, dan memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah dengan sebaik mungkin demi keberhasilan proses pengadaan di sekolah.

  Dalam pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah jika ditinjau dari sifat maupun waktunya terdapat beberapa macam, yaitu: (1) ditinjau dari sifatnya, yaitu: pemeliharaan yang bersifat pengecekan, pencegahan, perbaikan ringan, dan perbaikan berat (2) ditinjau dari waktu pemeliharaannya, yaitu: pemeliharaan sehari-hari

  (membersihkan ruang dan perlengkapannya), dan pemeliharaan berkala seperti pengecetan dinding, pemeriksaan bangku, genteng, dan perabot lainnya.

  2.3.5.5 Penghapusan sarana dan prasarana PJOK Penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan pembebasan sarana dan prasarana dari pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

  Secara lebih operasional penghapusan sarana dan prasarana adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk mengeluarkan/menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris, kerena sarana dan prasarana tersebut sudah dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan terutama untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Penghapusan sarana dan prasarana dilakukan berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Penghapusan sebagai salah satu fungsi manajemen sarana dan prasarana pendidikan persekolahan harus mempertimbangkan alasan- alasan normatif tertentu dalam pelaksanaannya. Oleh karena muara berbagai pertimbangan tersebut tidak lain adalah demi efektivitas dan efisiensi kegiatan persekolahan.

  Penghapusan sarana dan prasarana pada dasarnya bertujuan untuk: a) Mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian/pemborosan biaya pemeliharaan sarana dan prasarana yang kondisinya semakin buruk, berlebihan atau rusak dan sudah tidak dapat digunakan lagi.

  b) Meringankan beban kerja pelaksanaan inventaris.

  c) Membebaskan ruangan dari penumpukan barang- barang yang tidak dipergunakan lagi.

  d) Membebaskan barang dari tanggung jawab Ada beberapa alasan yang harus diperhatikan untuk dapat menyingkirkan atau menghapus sarana dan prasarana. Beberapa alasan tersebut yang dapat dipertimbangkan untuk menghapus sesuatu sarana dan prasarana harus memenuhi sekurang- kurangnya salah satu syarat di bawah ini.

  a) Dalam keadaan sudah tua atau rusak berat sehingga tidak dapat diperbaiki atau dipergunakan lagi.

  b) Perbaikan akan menelan biaya yang besar sehingga merupakan pemborosan. c) Secara teknis dan ekonomis kegunaannya tidak seimbang dengan besarnya biaya pemeliharaan.

  d) Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini.

  e) Penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang (misalnya barang kimia).

  f) Barang yang berlebih jika disimpang lebih lama akan bertambah rusak dan tak terpakai lagi.

  g) Dicuri, terbakar, musnah sebagai akibat bencana alam.

  Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beragam permasalahan dalam PJOK di SD, antara lain waktu pembelajaran yang tidak sebanding dengan banyaknya materi pembelajaran PJOK. Untuk mengatasi persoalan itu, maka perlu diuraikan mengenai sarana dan prasarana PJOK di SD Negeri yang berada di Gugus Dwija Harapan. Setelah itu diuraikan mengenai proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana PJOK yang dimiliki oleh sekolah melalui manajemen “Joint” aras Gugus Dwija Harapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengadaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap sarana dan prasarana PJOK. Berikut ini disajikan gambar Berikut ini disajikan gambar kerangka berpikir dalam penelitian ini. kerangka berpikir dalam penelitian ini.

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Keterbatas Prasarana an Sarana PJOK dan

  Tujuan Pembelajaran Aras Gugus Manajeme n "Joint" PJOK

  1. Penelitian Tri Ani Hastuti (2010) berjudul Penelitian Tri Ani Hastuti (2010) berjudul “Manajemen “Manajemen Sarana Sarana dan dan Prasarana Prasarana Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Kecamatan Depok, Sleman”. Hasil penelitian Kecamatan Depok, Sleman”. Hasil penelitian ini adalah bahwa manajemen sarana dan ini adalah bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan jasmani di Sekolah prasarana pendidikan jasmani di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Depok Sleman Dasar Negeri Kecamatan Depok Sleman termasuk pada kategori kurang b termasuk pada kategori kurang baik.

  Temuan ini memberi informasi mengetahui Temuan ini member kekurangan atau kelemahan kekurangan atau kelemahan-kelemahan dalam manajemen sarana dan prasarana dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan jasmani dan dapat diambil pendidikan jasmani dan dapat diambil langkah yang tepat untuk menangani langkah yang tepat untuk menangani

  • permasalahan permasalahan- yang ada. Proses dan keberadaan sarana d Proses dan keberadaan sarana dan
prasarana dalam pembelajaran pendidikan jasmani benar-benar dapat dioptimalkan sehingga dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal juga.Peneliti menyarankan untuk meningkatkan sumber daya Kepala Sekolah dan guru pendidikan jasmani sehingga mampu bekerjasama dengan seluruh komponen sekolah dalam melakukan manajemen sarana dan prasarana pendidikan jasmani.

  2. Penelitian Dedi Mursidi (2013) dengan judul “Manajemen Sarana Prasarana Olahraga menghasilkan temuan bahwa manajemen sarana dan prasarana olahraga merupakan satu kesatuan sistem yang lengkap dan terpadu untuk memperlancar proses pembelajaran. Komponen yang sangat urgen dalam kegiatan pembelajaran penjasorkes di sekolah yaitu tersedianyan sarana dan prasarana olahraga yang memadai dan berkualitas. Sarana olahraga merupakan segala perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan langsung dalam kegiatan pembelajaran. Dimensi sarana prasarana olahraga meliputi perencanaan kebutuhan sarana prasarana olahraga, pengadaan sarana prasarana olahraga, pemilihan dan perawatan sarana olahraga, penghapusan sarana prasarana. Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan secara kontinu dan secaraberkala sesuai dengan jenis sarana dan prasarana pendidikan yang ada. Kreativitas guru penjas merupakan kemampuan guru dalam membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang adalam dalam akan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah yang berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas itu sendiri baik dalam menjalankan proses belajar mengajar, merencanakan proses belajar mengajar.

  3. Penelitian Santoso (2014) yang berjudul “Manajemen Sarana Prasarana Pembelajaran Pendidikan Jasmani Pada MI Negeri Ambarawa” menghasilkan temuan: (a) Perencanaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru dan bendahara sekolah. Kegiatan perencanaan dilakukan dalam dua tahap yaitu analisis kebutuhan sarana dan prasarana serta perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana; (b) Pengorganisasian dilakukan oleh guru olahraga, kepala sekolah, bendahara dan tim pengembang. Pengorganisasian sarana prasarana meliputi pendistribusian serta penataan sarana dan prasarana. Pendistribusian dilakukan oleh guru olahraga dan penataan dilakukan secara fisk dan secara administrasi; (c) Pergerakan dilakukan oleh guru pendidikan pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan barang. Untuk kegiatan pengha-pusan barang dilakukan sesuai dengan prosedur penghapusan barang miliki Negara; (d) Pengendalian dilakukan oleh kepala sekolah. Pengendalian dilakukan untuk memantau dan menilai kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pembelajaran.

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Pascasertifikasi Di SMA Negeri Sekecamatan Demak Tahun Pelajaran 2013/2014

0 0 38

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Pascasertifikasi Di SMA Negeri Sekecamatan Demak Tahun Pelajaran 2013/2014

0 0 14

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Pascasertifikasi Di SMA Negeri Sekecamatan Demak Tahun Pelajaran 2013/2014

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Ekstrakurikuler Dalam Meningkatkan Prestasi Nonakademik Di SDN Sidomulyo 3 Ungaran Timur Kabupaten Semarang

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Ekstrakurikuler Dalam Meningkatkan Prestasi Nonakademik Di SDN Sidomulyo 3 Ungaran Timur Kabupaten Semarang

0 0 82

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Supervisi Klinis Dengan Tehnik Kunjungan Kelas Di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 1.1.1 Hakekat Supervisi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Supervisi Klinis Dengan Tehnik Kunjungan Kelas Di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur

0 0 12

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Gugus Ki Hajar Dewantara - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Supervisi Klinis Dengan Tehnik Kunjungan Kelas Di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Supervisi Klinis Dengan Tehnik Kunjungan Kelas Di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Supervisi Klinis Dengan Tehnik Kunjungan Kelas Di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur

0 0 38