S TE 0904106 Chapter3

(1)

Sunandar, 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) DALAM PEMBELAJARAN PENGUKURAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA DI SMK NEGERI 1 KOTA CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat (Arikunto, 2006, hlm. 12) yang mengemukakan penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya.

Desain penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental design menggunakan pretest-posttest. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak diambil secara acak karena kelompok subjek merupakan satu kelompok siswa dalam satu kelas yang secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok utuh.

Alur dari penelitian ini adalah kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi tes awal (pretest) kemudian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan (treatment), setelah itu diberikan tes akhir (posttest). Secara sederhana desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1. Dalam hal ini, E adalah kelas eksperimen, K adalah kelas kontrol, X adalah perlakuan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, 01 adalah hasil pretest kelas eksperimen, 02 adalah hasil posttest kelas eksperimen, 03 adalah hasil prestest kelas kontrol, dan 04 adalah hasil posttest kelas kontrol.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Pretest Treatment Posttest

Eksperimen (E) 01 X 02

Kontrol (K) 03 04

(Arikunto, 2006, hlm. 86)

3.2 Waktu, Lokasi dan Objek Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Proses penelitian ini dilaksanakan dari tanggal, 11 November 2014 sampai dengan 11 Desember 2014.


(2)

3.2.2 Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah SMK Negeri 1 Kota Cirebon Jl. Perjuangan Kota Cirebon. Objek yang dipilih pada penelitian ini adalah siswa kelas X TEI sebanyak 2 kelas, yaitu kelas X TEI 1 dan X TEI 2.

3.3 Faktor Yang Diselidiki

Dalam penelitian ini faktor-faktor yang akan diamati adalah sebagai berikut:

1. Faktor proses yaitu untuk melihat keterlaksanaan proses belajar mengajar sesuai model pembelajaran antara lain keaktifan siswa, interaksi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan lainnya, melalui lembar observasi. 2. Faktor hasil yaitu untuk melihat hasil belajar siswa pada mata diktat

Teknik Listrik setelah diadakan tes dengan menggunakan tes hasil belajar.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011, hlm.38).

Variabel dalam penelitian ini termasuk dalam kategori hubungan sebab akibat antara variabel bebas atau variabel independen dan variabel terikat atau

variabel dependen. Didalam penelitian, variabel bebas atau variabel independen

sering juga disebut dengan variabel X dan variabel terikat sering juga disebut dengan variabel Y. Pada penelitian ini yang menjadi varibel X dan variabel Y

adalah sebagai berikut.

1. Variabel X: Model Pembelajaran ATI

2. Variabel Y: Variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain yaitu Hasil Belajar

3.5 Alur Penelitian

Alur Penelitian adalah langkah-langkah yang diterapkan seorang peneliti dalam melakukan penelitian. Alur penelitian merupakan pedoman yang merujuk pada acuan sebagai tahapan dalam melakukan penelitian sehingga penelitian lebih sistematis dan terarah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pada Gambar 3.1 diperlihatkan alur penelitian yang diterapkan pada penelitian ini.


(3)

21

Sunandar, 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) DALAM PEMBELAJARAN PENGUKURAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA DI SMK NEGERI 1 KOTA CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Observasi

Analisis Data:

1. Aptitude testing (Pretest) 2. Posttest

3. Uji Normalitas

4. Uji Homogenitas

5. Uji-t

Pembahasan

Kesimpulan

Penyusunan Laporan

Selesai

Uji Coba Instrumen: 1. Uji Validitas 2. Uji Realibilitas 3. Uji Tingkat Kesukaran

4. Uji Daya Pembeda

Observasi Lapangan

Masalah

Identifikasi Masalah

Merumuskan Masalah

Menentukan Tujuan

Menetukan Hipotesis

Pengumpulan Data Menentukan Metode Penelitian

Wawancara

Dokumentasi

Menetukan Populasi dan Sampel Mulai

Penyusunan Instrumen


(4)

3.6 Paradigma Penelitian

Pada paradigma penelitian ini, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan pretest. Untuk kelompok eksperimen menggunakan pendekatan ATI, dan kelompok kontrol menggunakan pendekatan konvensional. Setelah kedua kelompok tersebut diberikan masing-masing perlakuan pendekatan yang berbeda, selanjutnya dilakukan postttest untuk melihat bagaimana hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kemudian, hasil belajar

posttest kelompok eksperimen dibandingkan dengan hasil belajar posttest

kelompok kontrol. Adapun paradigma penelitiannya diperlihatkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Paradigma Penelitian

3.7 Tahapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

Gambaran secara umum tahapan-tahapan proses kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan model pembelajaran ATI diperlihatkan pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Tahapan Proses Belajar Mengajar ATI

Persiapan:

1. Kegiatan Pendahuluan 2. Kegiatan Inti

3. Kegiatan Penutup 4. Penilaian

Achievement Test (Posttest)

Regular Teaching dan Re-Teaching

Kelompok Tinggi Kelompok Sedang

Kelompok Rendah Pelaksanaan

Perlakuan

(Treatment)

Self Learning

Regular Teaching Aptitude Testing

(Pretest) Kelompok Awal Kelompok Ekperimen

(Pretest)

Kelompok Awal Kelompok Kontrol

(Pretest)

Pendekatan Konvensional Pendekatan ATI

Dibandingkan (Hasil Penelitian)

Hasil Belajar

(Posttest)

Hasil Belajar


(5)

23

Sunandar, 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) DALAM PEMBELAJARAN PENGUKURAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA DI SMK NEGERI 1 KOTA CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.8 Subjek Penelitian

3.8.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006, hlm. 130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi kelas X SMK Negeri 1 Cirebon yang berlokasi di Jl. Perjuangan No. 92, Kota Cirebon, Jawa Barat, Indonesia.

3.8.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari jumlah populasi yang diteliti (Arikunto, 2006, hlm. 131).

Selama penelitian ini berlangsung, teknik pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (purposing sampling) sebanyak dua kelas yaitu kelas X SMK Negeri 1 Cirebon Program Teknik Elektronika Industri yang terdiri dari 2 kelas berjumlah 71 siswa, yakni kelas X TEI 1 dan kelas X TEI 2. Untuk kelas X TEI 1 (kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran ATI) yang berjumlah 36 orang siswa dan kelas X TEI 2 (kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan pendekatan konvensional) yang berjumlah 35 orang siswa.

3.9 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

3.9.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan (Arikunto, 2006, hlm. 175)

Dalam penelitian data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan selanjutnya dianalisis guna mendapatkan suatu kesimpulan. Untuk itu diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang relevan, diantaranya:

1. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2005, hlm. 220)

2. Wawancara

Wawancara yang dilakukan menggunakan wawancara tidak terstruktur karena hanya ingin mendapatkan informasi tambahan atau garis besar permasalahan kurikulum yang digunakan pihak sekolah, pendekatan pembelajaran yang digunakan guru mata pelajaran, dan masih banyak data lainnya.


(6)

Seperti yang dinyatakan oleh Sugiyono (2012, hlm. 140) wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mencari data yang diteliti dengan cara mencari landasan teori yang mendukung penelitian. Studi kepustakaan ini dapat berupa dokumen-dokumen tertulis seperti buku-buku yang mendukung.

4. Studi Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi yang erat hubungannya dengan masalah yang diteliti, yaitu jumlah siswa, silabus Teknik Listrik, dan model pembelajaran ATI terhadap hasil belajar siswa kelas X SMK Negeri 1 Cirebon Program Keahlian Elektronika Industri.

5. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi (Arikunto, 2006, hlm. 150).

Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes prestasi, yakni tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa pada program diktat Teknik Listrik.

3.9.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik (Arikunto, 2006, hlm. 160) .

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan peneliti berupa, RPP, Job sheet, pretest dan posttest. Instrumen pretest dan posttest disusun berdasarkan materi Teknik Listrik kelas X TEI 1 semester 1 pada pokok Pengukuran Rangkaian Listrik.

Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes objektif dengan bentuk pilihan ganda dan lima alternaif jawaban. Cara penskorannya adalah (1) untuk jawaban benar dan (0) untuk jawaban salah, karena tes dilakukan dengan tes objektif maka hasilnya objektif. Setelah instrumen peneltian tersebut diuji


(7)

25

Sunandar, 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) DALAM PEMBELAJARAN PENGUKURAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA DI SMK NEGERI 1 KOTA CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

cobakan, kemudian diolah untuk menentukan validitas instrumen penelitian, reliabilitas instrumen penelitian, daya pembeda dan indeks atau tingkat kesukaran.

3.10 Pengujian Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Tes disusun dalam bentuk pilihan ganda yang berjumlah 40 soal dengan 5 pilihan. Sebelum pengambilan data terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas dan reliabilitas butir soal. Pengolahan data lebih lanjut menggunakan statistik dengan bantuan program Microsoft Excel.

3.10.1 Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kesahihan suatu instrumen. Uji validitas instrumen penelitian ini menggunakan rumus korelasi

product moment yang dikemukakan oleh Pearson, berikut:

√ ………...(3.1)

Dengan, adalah koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan. adalah jumlah skor tiap siswa pada item soal. adalah jumlah skor total seluruh siswa. n adalah banyaknya siswa.

Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi yang menunjukkan nilai validitas ditunjukkan oleh Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kriteria Validitas Soal

(Arikunto, 2010, hlm. 160) Setelah diketahui koefisien korelasi, selanjutnya dilakukan uji signifikansi untuk mengetahui validitas setiap item soal. Uji signifikansi dihitung menggunakan uji t dengan rumus, berikut:

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas 0,81 – 1,00 Sangat Tinggi 0,61 – 0,80 Tinggi 0,41 – 0,60 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Sangat Rendah


(8)

thitung = √

……….(3.2) Dengan, thitung adalah hasil perhitungan uji signifikansi, rxy adalah koefisien korelasi antara variable X dan variabel Y, dan variabel yang dikorelasikan, dan n adalah banyaknya siswa

Hasil perolehan thitung dibandingkan dengan ttabel pada derajat kebebasan (dk)= n-2 dan taraf signifikansi ( Apabila thitung>ttabel, maka item soal dinyatakan valid. Dan apabila thitung<ttabel maka item soal dinyatakan tidak valid.

3.10.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan suatu pengertian bahwa instrumen tersebut dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah dapat dikatakan baik.

Instrumen yang sudah dipercaya, reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai kenyataannyan, maka berapa kali pun diambil, hasil akan tetap sama (Arikunto, 2006, hlm. 178).

Uji reliabilitas bertujuan untuk menguji ketepatan alat dalam mengukur apa yang akan diukur. Untuk mengukur reliabilitas item pertanyaan dengan skor 1 dan 0 digunakan rumus K-R 20 (Kuder-Richardson), berikut:

( )………(3.3)

Dengan, r11 adalah reliabilitas instrumen, k adalah banyaknya butir pertanyaan atau soal, Vt adalah varians total, P adalah proporsi subjek yang menjawab benar pada item soal, dan q adalah 1-p.

Harga varians total (Vt) dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

………...………..(3.4)

Dengan, adalah jumlah skor total, N adalah jumlah responden, S adalah standar deviasi, dan S2 adalah varians, selalu ditulis dalam bentuk kuadrat, karena standar deviasi kuadrat. Dari hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan nilai dari tabel product moment. Jika r11 > rtabel maka instrumen tersebut reliabel sehingga dapat digunakan bagi penelitian selanjutnya. Sebaliknya jika r11 < rtabel maka instrumen tersebut tidak reliabel. Adapun interpretasi derajat reliabilitas instrumen ditunjukkan oleh Tabel 3.3.


(9)

27

Sunandar, 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) DALAM PEMBELAJARAN PENGUKURAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA DI SMK NEGERI 1 KOTA CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas Soal Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,81 – 1,00 Sangat Tinggi 0,61 – 0,80 Tinggi 0,41 – 0,60 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2010, hlm. 162)

3.10.3 Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran adalah suatu parameter untuk menyatakan item soal adalah mudah, sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran soal dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

……. ... (3.5) Dengan, P adalah indeks kesukaran, B adalah banyak siswa yang menjawab soal itu benar, dan Js adalah jumlah seluruh siswa (peserta tes).

Untuk menentukan apakah soal itu baik atau tidaknya sehinga perlu direvisi menggunakan kriteria tingkat kesukaran. Adapun kriteria tingkat kesukarannya ditunjukkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Tingkat Kesukaran dan Klasifikasi

No Rentang Nilai Tingkat Kesukaran Klasifikasi

1 0,00 ≤ P ≤ 0,30 Mudah 2 0,30 < P ≤ 0,70 Sedang 3 0,70 < P ≤ 1,00 Sukar

(Arikunto, 2003, hlm. 210) Makin rendah nilai P suatu soal, maka makin sukar soal tersebut. Tingkat kesukaran suatu soal dikatakan baik jika nilai P yang diperoleh dari soal tersebut sekitar 0,50 atau 50%. Soal-soal yang mempunyai nilai P ≤ 0,10 adalah soal-soal yang sukar, dan soal-soal yang mempunyai nilai P ≥ 0,90 adalah soal-soal yang terlampau mudah.


(10)

3.10.4 Daya Pembeda Butir Soal

Suatu tes dihadapkan pada kemungkinan menjawab benar dan salah, maka diperlukan daya pembeda dari butir soal. Daya pembeda butir soal berfungsi dalam membedakan antara tes yang menjawab benar dan tes yang menjawab salah.

“Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa bodoh (berkemampuan rendah)” (Arikunto, 2010, hlm. 163).

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda soal perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengurutkan skor total masing-masing siswa dari yang tertinggi sampai yang terendah.

2) Membagi dua kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok bawah.

3) Menghitung soal yang dijawab benar dari masing-masing kelompok pada butir soal.

4) Mencari daya pembeda (D) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

D = ………(3.6)

Dengan, D adalah daya pembeda, adalah banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar, adalah banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar, adalah banyaknya peserta tes kelompok atas, dan adalah banyaknya peserta tes kelompok bawah.

Adapun kriteria indeks daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Klasifikasi 0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0,71 – 1,00 Baik Sekali

Negatif Tidak Baik, Harus Dibuang


(11)

29

Sunandar, 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) DALAM PEMBELAJARAN PENGUKURAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA DI SMK NEGERI 1 KOTA CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.11 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini merupakan data mentah belum memiliki makna sehingga perlu diolah terlebih dahulu. Karena data yang diperoleh melalui instrumen merupakan data kuantitatif maka pengolahannya memalui teknik statistik. Adapun prosedur yang dilakukan dalam menganalisis data secara garis besar sebagai berikut:

1. Memeriksa hasil tes setiap siswa sekaligus memberi skor pada lembar jawaban, dimana soal jawaban yang benar diberi skor 1 (satu) dan soal yang dijawab salah diberi skor 0 (nol) berpedoman pada kunci jawaban yang telah ditentukan.

2. Menganalisis data dengan tujuan untuk mengetahui asumsi-asumsi statistik, yaitu uji normalitas distribusi, uji homogenitas dan uji hipotesis.

3.11.1 Uji Normalitas

Uji normalitas distribusi bertujuan untuk menguji hipotesis berdistribusi normal atau tidak. Normal atau tidaknya distribusi dapat dilakukan dengan persamaan Chi-Square, karena data dari hasil tes belajar perlu diuji kenormalan distribusinya. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah dan perhitungan sebagai berikut:

1) Menghitung rentang skor (r)

r = skor tertinggi – skor terendah ... .(3.7) 2) Mementukan banyaknya kelas interval (K)l:

K= 1+ 3,3 log N... .(3.8) 3) Mementukan panjang kelas interval (k):

... .(3.9) 4) Membuat distribusi frekuensi

5) Menghitung mean (rata-rata X):

i i i F X F X  

 ... (3.10) 6) Menghitung simpangan baku (SD):

1 2    n X X F

S i i ... (3.11) 7) Tentukan batas bawah kelas interval (χin) dengan rumus :


(12)

(χin) = Bb-0.5 dan Ba + 0.5 kali desimal yang digunakan interval kelas, dimana : Bb = batas bawah interval dan Ba= batas atas interval kelas.

8) Menghitung harga baku (Z):

1,2

( )

i

x x

Z

SD

 ... (3.12) 9) Menghitung luas daerah tiap-tiap interval (I):

Lihat nilai peluang Zi pada tabel statistik, isikan pada kolom ι0, harga xi dan xn selalu diambil nilai peluang 0,5000. Hitung luas tiap interval, isikan pada kolom ιi.. Dengan, Li = L1– L2

Keterangan : L1 = nilai peluang baris atas L2 = nilai peluang baris bawah

10)Menghitung frekuensi ekspektasi (Frekuensi diharapkan):

Ei = N x 1 ... (3.13) 11)Menghitung Chi Kuadrat (x):

... (3.14) 12)Hasil perhitungan χ2 hitung selanjutnya di bandingkan dengan χ2 tabel dengan ketentuan tingkat kepercayaan 95 %, derajat kebebasan (dk = k – 3), apabila χ2 hitung < χ2tabel berarti data berdistribusi normal

13)Menghitung tabel uji normalitas seperti pada Tabel 3.6 Tabel 3.6 Uji Normalitas No Kelas

Interval Fi

Bk Zhitung Ztabel L Ei x2 1 2 1 2 1 2

14)Membandingkan nilai X2hitung yang didapat dengan nilai X2tabel pada derajat kebebasan dk = k – 3 dan taraf kepercayaan 95%.

15)Kriteria pengujian:

Jika X2hitung < X2tabel maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.


(13)

31

Sunandar, 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) DALAM PEMBELAJARAN PENGUKURAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA DI SMK NEGERI 1 KOTA CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah varians dalam sampel tersebut homogen atau tidak. Langkah-langkah dan perhitungan dalam pengujian homogenitas dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Mencari nilai F dengan rumus sebagai berikut:

atau

(dimana Varians = S

2

) ... (3.15) Dimana: Vb= varians terbesar; Vb= varians terkecil

2) Menentukan derajat kebebasan:

dk1 = n1-1; dk2= n2-1;... (3.16) 3) Menentukan nilai Ftalbel pada taraf signifikan 5% dari responden.

4) Penentuan keputusan.

Kriteria pengujian datanya adalah varian dianggap homogen apabila Fhitung < Ftabel. Pada taraf kepercayaan 0,95 dengan derajat dk1 = n1-1 dan dk2= n2-1, maka kedua varians dianggap sama (homogen).

3.11.3 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis yang akan dilakukan adalah uji hipotesis tentang penerapan model pembelajaran ATI pada program diktat Teknik Listrik kelas XTEI di Jurusan Elektronika Industri SMKN 1 Cirebon. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji-t terhadap nilai rata-rata pada tes akhir (posttest) dan

gain. Uji hipotesis penelitian didasarkan pada data peningkatan prestasi belajar, yaitu selisih nilai pretest dan posttest. untuk sampel independen (tidak berkorelasi) dengan jenis data interval menggunakan uji t-test.

Untuk melakukan uji t-tes syaratnya data harus homogen dan normal (Sudjana, 2005, hlm. 238).

Adapun langkah-langkah pengujian rumus uji t adalah : 1) Mencari standar deviasi gabungan dengan rumus ;

( – ) –

– ………..…...…………...(3.17)

2) Uji t-test dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

̅̅̅̅ ̅̅̅̅


(14)

Dengan, ̅̅̅̅ adalah rata-rata hasil tes kelompok A (Kontrol), ̅̅̅̅ adalah rata-rata hasil tes kelompok B (Eksperimen), S adalah simpangan baku, N1 adalah banyak data kelompok B, dan N2 adalah banyak data kelompok A.

Setelah melakukan perhitungan uji t, maka selanjutnya dibandingkan dengan nilai tabel. Jika dilihat dari statistik hitung (thitung) dengan statistik tabel (ttabel), penarikan kesimpulan ditentukan dengan aturan sebagai berikut :

1) Terima H1 jika thitung tidak terletak diantara –t1-1/2α < thit < t1-1/2α: Hasil prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) lebih tinggi (signifikan) dibandingkan dengan hasil prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran teknik listrik. (Jika thitung> ttabel maka Ho ditolak dan H1 diterima)

2) Terima Ho jika thit terletak diantara batas –t1-1/2α < thit < t1-1/2α ; tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa antara kelas yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

dengan kelas dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran teknik listrik. (Jika thitung ≤ ttabel maka Ho diterima dan H1 ditolak)

3.12 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Setelah ada kejelasan jenis instrumen, langkah selanjutnya menyusun pertanyaan-pertanyaan. Penyusunan pertanyaan diawali dengan membuat kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi instrumen memuat beberapa aspek yang dituangkan melalui pertanyaan. Aspek yang akan diangkat berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti, maka kisi-kisi tes instrumen penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.


(1)

Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas Soal Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,81 – 1,00 Sangat Tinggi 0,61 – 0,80 Tinggi 0,41 – 0,60 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2010, hlm. 162)

3.10.3 Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran adalah suatu parameter untuk menyatakan item soal adalah mudah, sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran soal dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

……. ... (3.5)

Dengan, P adalah indeks kesukaran, B adalah banyak siswa yang menjawab soal itu benar, dan Js adalah jumlah seluruh siswa (peserta tes).

Untuk menentukan apakah soal itu baik atau tidaknya sehinga perlu direvisi menggunakan kriteria tingkat kesukaran. Adapun kriteria tingkat kesukarannya ditunjukkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Tingkat Kesukaran dan Klasifikasi

No Rentang Nilai Tingkat Kesukaran Klasifikasi

1 0,00 ≤ P ≤ 0,30 Mudah

2 0,30 < P ≤ 0,70 Sedang

3 0,70 < P ≤ 1,00 Sukar

(Arikunto, 2003, hlm. 210) Makin rendah nilai P suatu soal, maka makin sukar soal tersebut. Tingkat kesukaran suatu soal dikatakan baik jika nilai P yang diperoleh dari soal tersebut sekitar 0,50 atau 50%. Soal-soal yang mempunyai nilai P ≤ 0,10 adalah soal-soal yang sukar, dan soal-soal yang mempunyai nilai P ≥ 0,90 adalah soal-soal yang terlampau mudah.


(2)

3.10.4 Daya Pembeda Butir Soal

Suatu tes dihadapkan pada kemungkinan menjawab benar dan salah, maka diperlukan daya pembeda dari butir soal. Daya pembeda butir soal berfungsi dalam membedakan antara tes yang menjawab benar dan tes yang menjawab salah.

“Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa bodoh (berkemampuan

rendah)” (Arikunto, 2010, hlm. 163).

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda soal perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengurutkan skor total masing-masing siswa dari yang tertinggi sampai yang terendah.

2) Membagi dua kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok bawah.

3) Menghitung soal yang dijawab benar dari masing-masing kelompok pada butir soal.

4) Mencari daya pembeda (D) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

D = ………(3.6)

Dengan, D adalah daya pembeda, adalah banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar, adalah banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar, adalah banyaknya peserta tes kelompok atas, dan adalah banyaknya peserta tes kelompok bawah.

Adapun kriteria indeks daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Klasifikasi

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

Negatif Tidak Baik, Harus Dibuang


(3)

3.11 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini merupakan data mentah belum memiliki makna sehingga perlu diolah terlebih dahulu. Karena data yang diperoleh melalui instrumen merupakan data kuantitatif maka pengolahannya memalui teknik statistik. Adapun prosedur yang dilakukan dalam menganalisis data secara garis besar sebagai berikut:

1. Memeriksa hasil tes setiap siswa sekaligus memberi skor pada lembar jawaban, dimana soal jawaban yang benar diberi skor 1 (satu) dan soal yang dijawab salah diberi skor 0 (nol) berpedoman pada kunci jawaban yang telah ditentukan.

2. Menganalisis data dengan tujuan untuk mengetahui asumsi-asumsi statistik, yaitu uji normalitas distribusi, uji homogenitas dan uji hipotesis.

3.11.1 Uji Normalitas

Uji normalitas distribusi bertujuan untuk menguji hipotesis berdistribusi normal atau tidak. Normal atau tidaknya distribusi dapat dilakukan dengan persamaan Chi-Square, karena data dari hasil tes belajar perlu diuji kenormalan distribusinya. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah dan perhitungan sebagai berikut:

1) Menghitung rentang skor (r)

r = skor tertinggi – skor terendah ... .(3.7) 2) Mementukan banyaknya kelas interval (K)l:

K= 1+ 3,3 log N... .(3.8) 3) Mementukan panjang kelas interval (k):

... .(3.9) 4) Membuat distribusi frekuensi

5) Menghitung mean (rata-rata X):

i i i

F X F X

 

 ... (3.10) 6) Menghitung simpangan baku (SD):

1 2

  

n X X F


(4)

(χin) = Bb-0.5 dan Ba + 0.5 kali desimal yang digunakan interval kelas, dimana : Bb = batas bawah interval dan Ba= batas atas interval kelas.

8) Menghitung harga baku (Z): 1,2

( )

i

x x

Z

SD

 ... (3.12) 9) Menghitung luas daerah tiap-tiap interval (I):

Lihat nilai peluang Zi pada tabel statistik, isikan pada kolom ι0, harga xi dan xn selalu diambil nilai peluang 0,5000. Hitung luas tiap interval, isikan pada kolom ιi.. Dengan, Li = L1– L2

Keterangan : L1 = nilai peluang baris atas L2 = nilai peluang baris bawah

10)Menghitung frekuensi ekspektasi (Frekuensi diharapkan):

Ei = N x 1 ... (3.13) 11)Menghitung Chi Kuadrat (x):

... (3.14)

12)Hasil perhitungan χ2 hitung selanjutnya di bandingkan dengan χ2 tabel dengan

ketentuan tingkat kepercayaan 95 %, derajat kebebasan (dk = k – 3), apabila χ2 hitung < χ2tabel berarti data berdistribusi normal

13)Menghitung tabel uji normalitas seperti pada Tabel 3.6 Tabel 3.6 Uji Normalitas No Kelas

Interval Fi

Bk Zhitung Ztabel L Ei x2

1 2 1 2 1 2

14)Membandingkan nilai X2hitung yang didapat dengan nilai X2tabel pada derajat kebebasan dk = k – 3 dan taraf kepercayaan 95%.

15)Kriteria pengujian:

Jika X2hitung < X2tabel maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.


(5)

Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah varians dalam sampel tersebut homogen atau tidak. Langkah-langkah dan perhitungan dalam pengujian homogenitas dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Mencari nilai F dengan rumus sebagai berikut: atau

(dimana Varians = S 2

) ... (3.15) Dimana: Vb= varians terbesar; Vb= varians terkecil

2) Menentukan derajat kebebasan:

dk1 = n1-1; dk2= n2-1;... (3.16) 3) Menentukan nilai Ftalbel pada taraf signifikan 5% dari responden.

4) Penentuan keputusan.

Kriteria pengujian datanya adalah varian dianggap homogen apabila Fhitung < Ftabel. Pada taraf kepercayaan 0,95 dengan derajat dk1 = n1-1 dan dk2= n2-1, maka kedua varians dianggap sama (homogen).

3.11.3 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis yang akan dilakukan adalah uji hipotesis tentang penerapan model pembelajaran ATI pada program diktat Teknik Listrik kelas XTEI di Jurusan Elektronika Industri SMKN 1 Cirebon. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji-t terhadap nilai rata-rata pada tes akhir (posttest) dan gain. Uji hipotesis penelitian didasarkan pada data peningkatan prestasi belajar, yaitu selisih nilai pretest dan posttest. untuk sampel independen (tidak berkorelasi) dengan jenis data interval menggunakan uji t-test.

Untuk melakukan uji t-tes syaratnya data harus homogen dan normal (Sudjana, 2005, hlm. 238).

Adapun langkah-langkah pengujian rumus uji t adalah : 1) Mencari standar deviasi gabungan dengan rumus ;

( – ) –

– ………..…...…………...(3.17)

2) Uji t-test dilakukan dengan rumus sebagai berikut : ̅̅̅̅ ̅̅̅̅


(6)

Dengan, ̅̅̅̅ adalah rata-rata hasil tes kelompok A (Kontrol), ̅̅̅̅ adalah rata-rata hasil tes kelompok B (Eksperimen), S adalah simpangan baku, N1 adalah banyak data kelompok B, dan N2 adalah banyak data kelompok A.

Setelah melakukan perhitungan uji t, maka selanjutnya dibandingkan dengan nilai tabel. Jika dilihat dari statistik hitung (thitung) dengan statistik tabel (ttabel), penarikan kesimpulan ditentukan dengan aturan sebagai berikut :

1) Terima H1 jika thitung tidak terletak diantara –t1-1/2α < thit < t1-1/2α: Hasil prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) lebih tinggi (signifikan) dibandingkan dengan hasil prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran teknik listrik. (Jika thitung> ttabel maka Ho ditolak dan H1 diterima)

2) Terima Ho jika thit terletak diantara batas –t1-1/2α < thit < t1-1/2α ; tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa antara kelas yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dengan kelas dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran teknik listrik. (Jika thitung ≤ ttabel maka Ho diterima dan H1 ditolak)

3.12 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Setelah ada kejelasan jenis instrumen, langkah selanjutnya menyusun pertanyaan-pertanyaan. Penyusunan pertanyaan diawali dengan membuat kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi instrumen memuat beberapa aspek yang dituangkan melalui pertanyaan. Aspek yang akan diangkat berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti, maka kisi-kisi tes instrumen penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.