Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Menurunkan Kecanduan Facebook dengan Konseling Kelompok Behavioral pada Siswa Kelas 8E SMP N 10 Salatiga T1 132007018 BAB I

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Facebook, mungkin sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar orang.

Facebook adalah salah satu situs jejaring sosial yang sangat digemari masyarakat saat ini. Mulai dari anak-anak sampai orang tua, siswa sampai mahasiswa, tukang bakso

sampai direktur utama, pedangang kecil sampai pengusaha. Facebook adalah sebuah sarana sosial yang membantu masyarakat untuk berkomunikasi secara lebih effisien

dengan teman-teman, keluarga dan teman sekerja. Manfaat Facebook antara lain; untuk memudahkan pertemanan, komunikasi, melebarkan jaringan/koneksi, dan

memudahkan masyarakat satu dengan yang lain dalam pemenuhan kebutuhan

sebagian makhluk sosial yang saling bergantung. Berdasarkan data dari Alexa.com

yang diambil tanggal 24 juli 2011, facebook menempati peringkat no 4 di daftar situs yang paling banyak diakses di dunia. Hebat sekali karena hanya tertinggal dari

layanan pencariaan google, yahoo, dan hanya satu tingat dibawah youTube. Hal ini bukan tanpa sebab karena facebook sendiri telah mengumumkan secara resmi bahwa

saat ini mereka bertumbuh secara umum dengan lebih dari 250 juta pengguna aktif

dan lebih dari 120 juta pengguna login ke facebook sedikitnya satu kali setiap harinya. Sedangkan di Indonesia sendiri facebook telah menjadi juara. Terbukti


(2)

mengalahkan jasa pencarian google. Pertumbuhan pengguna di Indonesia cukup besar

bahkan mencapai sekitar 23.781.260 pengguna aktif Facebook di Indonesia dengan

detil ada 13.942.460 pria dan 9.612.180 wanita.(

http://sandybimo.blogspot.com/2011/07/jumlah-pengguna-fb-indonesia.html 2011)

Di awal tahun 2010, masyarakat dikejutkan oleh pemberitaan miring seputar

penyimpangan sejumlah remaja yang disebabkan oleh Facebook (FB). Seorang remaja putri di Jawa Timur, nekat lari ke Jakarta, meninggalkan orang tuanya.

Penyebabnya adalah remaja tersebut berkenalan dengan teman baru dari Tangerang

melalui FB. Kata polisi, mereka telah melakukan perbuatan yang jauh belum saatnya.

Kasus yang sama menimpa remaja A di Jawa Tengah. Setelah sering menggunakan

seluler untuk FB-an, remaja itu menghilang entah kemana. Kasus yang terjadi di

Depok, banyak siswa yang menghabiskan waktu sepulang sekolah untuk mampir di

warnet. Bahkan, di jam-jam yang mestinya mereka masuk kelas pun, mereka

kedapatan nongkrong di warnet, untuk membuka FB. Di Lampung, 4 pelajar remaja

diberhentikan dari sekolahnya karena dinilai telah menghina guru mereka melalui

FB. (Ubaydillah, 2009).

Facebook telah membuat remaja kecanduan, karena di Facebook

menawarkan berbagai fasilitas informasi, mainan, dan hiburan yang membuat remaja

tidak ingin meninggalkan facebook. Tanda-tanda remaja yang kecanduan internet, antara lain remaja merasa senang dengan internet, durasi penggunaan internet terus


(3)

internet (Dyah, 2009). Kondisi seperti itu dapat disebut dengan internet addiction disosder (IAD), adanya ketergantunan semacam kecanduan terhadap pengguna internet untuk memenuhi kebutuhan yang menimbulkan perasaan senang dan

perasaan pada penggunanya. Penggunaan facebook untuk berkomunikasi (chatting)

dan games dapat dikelompokan menjadi diagnosis happy psychologist yang menimbulkan peningkatan intensitas dan dapat dikategorikan sebagai kecanduan

(Grohol, 2005).

Berdasarkan wawancara dengan guru BK di Sekolah Menengah Pertama

Negri 10 Salatiga, mendapatkan hasil siswa kelas 8E banyak yang mengunakan

internet untuk facebookan. Kemudian mengajak teman-teman lain untuk menggunakan alat komunikasi jejaringan facebook. Dorongan teman sebaya bisa menyebabkan siswa-siswa di SMP 10 terkena adiksi facebook. Hasil penyebaran skala penilaian kencenderungan adiksi facebook mendapatkan 10 siswa yang mengalami adiksi facebook. Subjek penelitian diambil pada kategori tinggi dengan jumlah 5 orang dan sedang dengan jumlah 5 orang.

Tabel 1.1 gambaran frekuensi siswa SMP N 10 Salatiga kelas VIIIE tentang kecenderungan kecanduan facebook

Interval Frekuensi Presentase

88-104 Sangat Tinggi 0 0%

71-87 Tinggi 5 17,9%


(4)

37-53 Rendah 3 10,8%

20-36 Sangat Rendah 0 0%

Penelitian hasil Dominowski (2009) penggunaan facebook dipengaruhi oleh faktor yaitu dorongan pertemanan atau kebutuhan berafilasi. Rantamäki (2008)

menyebutkan faktor penggunaan facebook adalah facebook menarik minat karena nilai sosial yang ditimbulkan adalah kemudahan mencari teman lama/kerabat yang

jauh dan sudah lama tidak bertemu. Hal ini menunjukan bahwa Perkembangan sosial

pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua

(Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001)

mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama

bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi

remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara

berpakaian yang menarik, dan sebagainya. Kelompok pertemanan yang kemudiaan

disebut peer atau teman sebaya ini dalam hubungannya dengan pergaulan antar anggota akan muncul norma-norma tertentu yang biasanya berbentuk

peraturan-peraturan tidak tertulis yang harus dipatuhi oleh anggota kelompok tersebut dan

norma-norma itu biasanya ditentukan oleh pemimpin kelompok.

Menurut Guntoro (dalam Louk, 2005) jika anggota kelompok tidak menaati

atau tidak menaruh perhatian pada norma-norma tersebut maka akan terjadi


(5)

sehingga sering kali remaja tidak berani untuk mengatakan apa yang mereka pikirkan

karena norma kelompok dan teman tidak menyetujuinya. Ketidakberanian

mengungkapkan pendapat atau hal yang dipikirkannya disebut sebagai tindakan

kurang asertif. Selanjutnya pada kelompok sosial remaja misalnya mereka

menginginkan kelompok sosialnya dianggap sebagai kelompok yang tidak

ketinggalan jaman dan gaptek, oleh karena itu para anggota kelompok diwajibkan

untuk membuat facebook. Dampak yang terjadi bisa saja pemaksaan kepada para anggota kelompok untuk menggunakan fitur-fitur dalam facebook. Selanjutnya apabila para anggota merasa akan lebih terpuaskan bila berhubungan atau

berkomunikasi secara langsung “face to face” dengan lingkungan sekitar, termasuk dengan teman-temannya, tidak berani mengungkapkan pikiran, pendapat atau

perasaannya kepada pempinan kelompok termasuk dalam prilaku kurang asertif.

Pendapat Elkind (Beyth-Marom, dkk., 1993) bahwa remaja memiliki

semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, Umumnya remaja biasanya dipandang

memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan

perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.

Prilaku tersebut dapat dijumpai saat remaja yang terkena adiksi facebook, remaja mengganggap facebook merupakan tempat bersosial dengan orang lain. Artinya mereka tidak memikirkan bahaya yang akan terjadi apabila individu itu tidak bisa

mengontrol dirinya sendiri. Penelitian Pempek, Yermolayeva, & Calvert (2009)


(6)

hari/minggu durasi > 4 jam/hari) menyebabkan ketergantungan yang menyebabkan

terabaikannya peran sosial dan penurunan prestasi akademik.

Dalam mengurangi adiksi facebook terhadap remaja, peneliti memberikan konseling kelompok behavioral dengan teknik asertif. Menurut Corey (2007)

perilaku asertif adalah ekspresi langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran,

perasaan, kebutuhan, atau hak-hak seseorang tanpa kecemasan yang beralasan.

Langsung artinya pernyataan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat

terfokus dengan benar. Jujur berarti pernyataan dan gerak-geriknya sesuai dengan apa

yang diarahkannya. Sedangkan pada tempatnya berarti perilaku tersebut juga

memperhitungkan hak-hak dan perasaan orang lain serta tidak melulu mementingkan

dirinya sendiri. Kebanyakan remaja lebih banyak menghabiskan waktu untuk

facebook dibandingkan dengan belajar, hal ini tidak proposional waktu antara belajar dan bersosial. Remaja masih bergantung kepada pengaruh teman sebaya, cenderung

untuk ikut-ikutan gaya bersosial teman sebaya. Karena demam facebook sudah menjalar di Indonesia, para remaja menganggap hal tersebut sebagai kemajuan

teknologi tanpa memikirkan dampak yang terjadi, Oleh karena itu sikap tegas harus

dimiliki supaya bisa mengambil sisi positifnya saja. Kemudian dari temuan yang

terjadi di facebook adalah banyaknya kejadian remaja dalam mengutarakan sebuah ungkapan atau status yang menyinggung perasaan orang lain. Tujuan dari sikap

asertif adalah untuk menyenangkan orang lain dan menghindari konflik dengan


(7)

Penelitian Amelia (2009) menunjukan bahwa latihan asertif efektif digunakan

untuk mereduksi prilaku adiksi game online pada remaja. Pelatihannya meliputi

penghapusan rasa takut untuk tidak menggunakan game online secara berlebihan,

mengembangkan perilaku asertif dengan pelatihan asertif. Pelatihan tersebut akan

coba diterapkan pada pecandu faceebook, karena game online dan kecanduan

facebook merupakan bagian dari kecanduan internet.

Berdasarkan latar belakang masalah timbul permasalahan tentang kecanduan

facebook pada remaja, maka alasan utama penelitian ini adalah untuk mereduksi kecanduan facebook pada remaja dengan konseling kelompok behavioral latihan asertif. Masalah ini perlu untuk diteliti supaya remaja bisa berpikir tepat dan logis,

menempatkan dan menerima fungsi fasilitas komunikasi sesuai dengan proporsinya

masing-masing. Kinerja dan dampak positif dari penggunaan facebook dan aplikasi dan situs pertemanan lainnya akan sangat terasa jika para remaja bisa

menggunakannya dan tetap tunduk pada undang-undang internet (cyberlaw), memakai sesuai dengan fungsi yang proporsional.

I.2 Batasan Masalah

Pembatasan masalah adalah upaya untuk menetapkan batasan masalah yang

memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang termasuk

dalam lingkup permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, masalah yang


(8)

1. Kecanduan facebook dapat diukur dengan aspek aplikasi, emosi, kognisi, dan live efent, yang terdiri dari kecenderungan prilaku tolerance, gejala

penarikan diri, facebook sebagai coping setiap masalah, intesitas meningkat setiap waktu, pengabain tugas dan tanggung jawab sosial,

menerima kehilangan resiko sosial dan karier, perasaan gelisah dan

berhenti menggunakannya, menjadikan facebook sebagai pelarian dari perasaan depresi, kurang jujur kepada teman mengenai seberapa dalam

bermain facebook, serta tidak berfikir tentang biaya yang dikeluarkannya (Ika 2009)

2. Konseling kelompok behavoral menggunakan prosedur antara lain

mengajarkan perbedaan antara asertif, agresif, non agresif. Membantu

individu mengidentifikasi dan menerima hak-hak pribadi dirinya dan

orang lain. Mengurangi kecemasan dan pemiiran yang irasional.

Mengembangkan ketrampilan perilaku asertif secara langsung melalui

praktek-praktek di dalam pelatihan.

3. Subyek yang diteliti adalah remaja yang masih duduk di Sekolah

Menengah Pertama.

4. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, jenis penelitian ini adalah

penelitian eksperimen dengan teknik pengambilan data menggunakan


(9)

I.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Apakah konseling kelompok behavior signifikan mengurangi kecanduan

facebook pada remaja SMP N 10 Salatiga.”

I.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini antara lain yaitu :

1. Menurunkan kecanduan facebook pada remaja SMP N 10 Salatiga dengan konseling kelompok behavioral.

I.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis

Bila hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan secara

signifikan tingkat kecanduan facebook setelah mengikuti layanan konseling

kelompok behavioral, maka penelitian kecanduan facebook ini sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2009) yang mengemukakan bahwa teknik

latihan asertif signifikan menurunkan kecanduan game online.Karena latihan asertif

merupakan teknik yang digunakan dalam konseling kelompok behavioral

2. Manfaat Praktis

Membantu memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi individu

dan sebagai masukan bagi konselor tentang keefektifan konseling kelompok


(1)

37-53 Rendah 3 10,8%

20-36 Sangat Rendah 0 0%

Penelitian hasil Dominowski (2009) penggunaan facebook dipengaruhi oleh faktor yaitu dorongan pertemanan atau kebutuhan berafilasi. Rantamäki (2008) menyebutkan faktor penggunaan facebook adalah facebook menarik minat karena nilai sosial yang ditimbulkan adalah kemudahan mencari teman lama/kerabat yang jauh dan sudah lama tidak bertemu. Hal ini menunjukan bahwa Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, dan sebagainya. Kelompok pertemanan yang kemudiaan disebut peer atau teman sebaya ini dalam hubungannya dengan pergaulan antar anggota akan muncul norma-norma tertentu yang biasanya berbentuk peraturan-peraturan tidak tertulis yang harus dipatuhi oleh anggota kelompok tersebut dan norma-norma itu biasanya ditentukan oleh pemimpin kelompok.

Menurut Guntoro (dalam Louk, 2005) jika anggota kelompok tidak menaati atau tidak menaruh perhatian pada norma-norma tersebut maka akan terjadi kecenderungan untuk timbulnya pemaksaan yang kemudian akan timbul tekanan


(2)

sehingga sering kali remaja tidak berani untuk mengatakan apa yang mereka pikirkan karena norma kelompok dan teman tidak menyetujuinya. Ketidakberanian mengungkapkan pendapat atau hal yang dipikirkannya disebut sebagai tindakan kurang asertif. Selanjutnya pada kelompok sosial remaja misalnya mereka menginginkan kelompok sosialnya dianggap sebagai kelompok yang tidak ketinggalan jaman dan gaptek, oleh karena itu para anggota kelompok diwajibkan untuk membuat facebook. Dampak yang terjadi bisa saja pemaksaan kepada para anggota kelompok untuk menggunakan fitur-fitur dalam facebook. Selanjutnya apabila para anggota merasa akan lebih terpuaskan bila berhubungan atau berkomunikasi secara langsung “face to face” dengan lingkungan sekitar, termasuk dengan teman-temannya, tidak berani mengungkapkan pikiran, pendapat atau perasaannya kepada pempinan kelompok termasuk dalam prilaku kurang asertif.

Pendapat Elkind (Beyth-Marom, dkk., 1993) bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, Umumnya remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu. Prilaku tersebut dapat dijumpai saat remaja yang terkena adiksi facebook, remaja mengganggap facebook merupakan tempat bersosial dengan orang lain. Artinya mereka tidak memikirkan bahaya yang akan terjadi apabila individu itu tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Penelitian Pempek, Yermolayeva, & Calvert (2009) menjelaskan bahwa intensitas penggunaan facebook sepanjang hari ( Frekuensi > 4


(3)

hari/minggu durasi > 4 jam/hari) menyebabkan ketergantungan yang menyebabkan terabaikannya peran sosial dan penurunan prestasi akademik.

Dalam mengurangi adiksi facebook terhadap remaja, peneliti memberikan konseling kelompok behavioral dengan teknik asertif. Menurut Corey (2007) perilaku asertif adalah ekspresi langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak seseorang tanpa kecemasan yang beralasan. Langsung artinya pernyataan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat terfokus dengan benar. Jujur berarti pernyataan dan gerak-geriknya sesuai dengan apa yang diarahkannya. Sedangkan pada tempatnya berarti perilaku tersebut juga memperhitungkan hak-hak dan perasaan orang lain serta tidak melulu mementingkan dirinya sendiri. Kebanyakan remaja lebih banyak menghabiskan waktu untuk facebook dibandingkan dengan belajar, hal ini tidak proposional waktu antara belajar dan bersosial. Remaja masih bergantung kepada pengaruh teman sebaya, cenderung untuk ikut-ikutan gaya bersosial teman sebaya. Karena demam facebook sudah menjalar di Indonesia, para remaja menganggap hal tersebut sebagai kemajuan teknologi tanpa memikirkan dampak yang terjadi, Oleh karena itu sikap tegas harus dimiliki supaya bisa mengambil sisi positifnya saja. Kemudian dari temuan yang terjadi di facebook adalah banyaknya kejadian remaja dalam mengutarakan sebuah ungkapan atau status yang menyinggung perasaan orang lain. Tujuan dari sikap asertif adalah untuk menyenangkan orang lain dan menghindari konflik dengan segala akibatnya ( Wahyuningsih, dkk 2010).


(4)

Penelitian Amelia (2009) menunjukan bahwa latihan asertif efektif digunakan untuk mereduksi prilaku adiksi game online pada remaja. Pelatihannya meliputi penghapusan rasa takut untuk tidak menggunakan game online secara berlebihan, mengembangkan perilaku asertif dengan pelatihan asertif. Pelatihan tersebut akan coba diterapkan pada pecandu faceebook, karena game online dan kecanduan facebook merupakan bagian dari kecanduan internet.

Berdasarkan latar belakang masalah timbul permasalahan tentang kecanduan facebook pada remaja, maka alasan utama penelitian ini adalah untuk mereduksi kecanduan facebook pada remaja dengan konseling kelompok behavioral latihan asertif. Masalah ini perlu untuk diteliti supaya remaja bisa berpikir tepat dan logis, menempatkan dan menerima fungsi fasilitas komunikasi sesuai dengan proporsinya masing-masing. Kinerja dan dampak positif dari penggunaan facebook dan aplikasi dan situs pertemanan lainnya akan sangat terasa jika para remaja bisa menggunakannya dan tetap tunduk pada undang-undang internet (cyberlaw), memakai sesuai dengan fungsi yang proporsional.

I.2 Batasan Masalah

Pembatasan masalah adalah upaya untuk menetapkan batasan masalah yang memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang termasuk dalam lingkup permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, masalah yang akan diteliti dibatasi pada faktor-faktor sebagai berikut :


(5)

1. Kecanduan facebook dapat diukur dengan aspek aplikasi, emosi, kognisi, dan live efent, yang terdiri dari kecenderungan prilaku tolerance, gejala penarikan diri, facebook sebagai coping setiap masalah, intesitas meningkat setiap waktu, pengabain tugas dan tanggung jawab sosial, menerima kehilangan resiko sosial dan karier, perasaan gelisah dan berhenti menggunakannya, menjadikan facebook sebagai pelarian dari perasaan depresi, kurang jujur kepada teman mengenai seberapa dalam bermain facebook, serta tidak berfikir tentang biaya yang dikeluarkannya (Ika 2009)

2. Konseling kelompok behavoral menggunakan prosedur antara lain mengajarkan perbedaan antara asertif, agresif, non agresif. Membantu individu mengidentifikasi dan menerima hak-hak pribadi dirinya dan orang lain. Mengurangi kecemasan dan pemiiran yang irasional. Mengembangkan ketrampilan perilaku asertif secara langsung melalui praktek-praktek di dalam pelatihan.

3. Subyek yang diteliti adalah remaja yang masih duduk di Sekolah Menengah Pertama.

4. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan teknik pengambilan data menggunakan skala sikap.


(6)

I.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Apakah konseling kelompok behavior signifikan mengurangi kecanduan facebook pada remaja SMP N 10 Salatiga .”

I.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini antara lain yaitu :

1. Menurunkan kecanduan facebook pada remaja SMP N 10 Salatiga dengan konseling kelompok behavioral.

I.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoritis

Bila hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan secara signifikan tingkat kecanduan facebook setelah mengikuti layanan konseling kelompok behavioral, maka penelitian kecanduan facebook ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2009) yang mengemukakan bahwa teknik latihan asertif signifikan menurunkan kecanduan game online.Karena latihan asertif merupakan teknik yang digunakan dalam konseling kelompok behavioral

2. Manfaat Praktis

Membantu memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi individu dan sebagai masukan bagi konselor tentang keefektifan konseling kelompok behavioral untuk mengurangi kecanduan facebook pada remaja.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Menurunkan Kecanduan Facebook dengan Konseling Kelompok Behavioral pada Siswa Kelas 8E SMP N 10 Salatiga

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Menurunkan Kecanduan Facebook dengan Konseling Kelompok Behavioral pada Siswa Kelas 8E SMP N 10 Salatiga T1 132007018 BAB II

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Menurunkan Kecanduan Facebook dengan Konseling Kelompok Behavioral pada Siswa Kelas 8E SMP N 10 Salatiga T1 132007018 BAB IV

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Menurunkan Kecanduan Facebook dengan Konseling Kelompok Behavioral pada Siswa Kelas 8E SMP N 10 Salatiga T1 132007018 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Menurunkan Kecanduan Facebook dengan Konseling Kelompok Behavioral pada Siswa Kelas 8E SMP N 10 Salatiga

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Layanan Konseling Kelompok Behavioral untuk Mengubah Perilaku Pacaran Siswa Kelas IX SMP N 2 Suruh

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Layanan Konseling Kelompok Behavioral untuk Mengubah Perilaku Pacaran Siswa Kelas IX SMP N 2 Suruh T1 132007087 BAB II

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Layanan Konseling Kelompok Behavioral untuk Mengubah Perilaku Pacaran Siswa Kelas IX SMP N 2 Suruh T1 132007087 BAB IV

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Layanan Konseling Kelompok Behavioral untuk Mengubah Perilaku Pacaran Siswa Kelas IX SMP N 2 Suruh T1 132007087 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Layanan Konseling Kelompok Behavioral untuk Mengubah Perilaku Pacaran Siswa Kelas IX SMP N 2 Suruh

0 0 24