PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS X PADA MATERI EKOSISTEM.
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS X PADA MATERI EKOSISTEM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh
Rakhmi Nur Ikhsaniati 0907158
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Praktikum Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep
Siswa Kelas X Pada Materi Ekosistem
Oleh
Rakhmi Nur Ikhsaniati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Rakhmi Nur Ikhsaniati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
RAKHMI NUR IKHSANIATI
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS X
PADA MATERI EKOSISTEM
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Prof., Dr., Fransisca Sudargo, M.Pd
NIP : 1957107261978032001
Pembimbing II
dr. Hj. Rita Shintawati, M.Kes
NIP : 196812012001122002 Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi
Dr. Riandi, M.Si
(4)
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Praktikum Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas X Pada Materi Ekosistem”. Penelitian yang dilaksanakan di SMA Kartika XIX-1 Bandung ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis praktikum terhadap kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa pada materi ekosistem, serta tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis praktikum. Sampel penelitian adalah siswa kelas X-3 sebagai kelas kontrol dan X-7sebagai kelas eksperimen. Metode penelitian yang digunakan adalah quasy experiment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis praktikum memberikan pengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar 0,31 sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 0,53. Penguasaan konsep siswa kelas kontrol mengalami peningkatan dengan rata-rata N Gain sebesar 0,34 dan pada kelas eksperimen sebesar 0,45. Korelasi antara kemmapuan berpikir kritis dengan penguasaan konsep pada kelas kontrol berada pada kriteria tinggi dan pada kelas eksperimen berada pada kriteria cukup. Siswa memberikan pengaruh positif terhadap pembelajaran berbasis praktikum.
Kata kunci : pembelajaran berbasis praktikum, kemampuan berpikir kritis, penguasaan konsep siswa, ekosistem
(5)
ABSTRACT
This study tittled “The effect of Practical Based Learning Towards Critically Thinking Ability and Mastery of Concepts of 1st year Students on Ecosystem Matters”. This study examines the effect of practical learning in critically thinking and mastery of concept. Beside that, the study analyze student’s responses for practical learning. The study used two classes in SMA Kartika XIX-1 Bandung. Samples were students of class X-3 as a control class and X-3 as an experiment class. The method used is quasy experiment. The results showed that practical learning model has significant impact on critical thinking ability and student mastery of concepts. Grade control student’s critical thinking skills have increased of 0.31, while the experimental class was 0.53. Mastery of grade control concept has increased with an average gain of 0.34 N and 0.45 in the experimental class. Correlation between mastery upon critically thinking ability with the concept of the control class is at high criteria and the experimental class is in the criteria sufficiently. Students give a positive responses on practical learning.
Key Words : Practical Learning, Critically Thinking Skills, Mastery of Concepts, Ecosystem
(6)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ……… i
ABSTRAK ………. ii
KATA PENGANTAR ……… iii
UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iv
DAFTAR ISI ………. v
DAFTAR TABEL ………. vii
DAFTAR GAMBAR ………. ix
BAB I PENDAHULUAN ……….……….. 1
A. Latar Belakang Penelitian ……….……… 1
B. Rumusan Masalah ……….……… 5
C. Batasan Masalah ……….……….. 5
D. Tujuan Penelitian ……….………. 6
E. Manfaat Penelitian ………..……….. 6
F. Asumsi ………..………… 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ………..……… 8
A. Model Pembelajaran Berbasis Praktikum ……….…..………….. 8
B. Kemampuan Berpikir Kritis ………..…………... 11
C. Penguasaan Konsep ………..……… 13
D. Ekosistem ……….……… 16
E. Hasil Penelitian Yang Relevan ……….…………... 20
F. Hipotesis Penelitian ……….……… 21
BAB III METODE PENELITIAN ………..……….. 22
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ……….………. 22
B. Desain Penelitian ……….……… 22
C. Metode Penelitian ……….……….. 23
D. Definisi Operasional ………..………. 23
E. Instrumen Penelitian ………..……….. 24
F. Prosedur Penelitian ………..………… 25
G. Analisis Uji Coba Instrumen ………..…………. 27
H. Teknik Pengolahan Data ………..………….. 29
I. Analisis dan Pengolahan Data ………..…………. 31
J. Alur Penelitian ………..…………. 35
(7)
A. Hasil Penelitian ……….. 36
B. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 63
A. Kesimpulan ……… 63
B. Saran ………. 64
DAFTAR PUSTAKA ………. 65
(8)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting. Melalui pendidikan, kita dapat mengetahui berbagai macam ilmu pengetahuan, bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah, membuat suatu keputusan dan lain lain. Keterampilan-keterampilan tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, dalam hal ini adalah siswa.
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003). Terdapat kata “belajar” yang menjadi suatu syarat utama dalam pendidikan. Pendidikan tanpa belajar merupakan hal yang sia-sia. Terdapat tujuan sebagai hasil dari proses belajar, baik tujuan yang hendak dicapai oleh siswa maupun bagi guru. Tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa terdiri dari tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Menurut Gagne (Dahar, 1996) belajar merupakan proses perubahan kemampuan manusia yang dilihat dari perilakunya sebagai hasil dari suatu pengalaman. Proses dalam hal ini membutuhkan waktu agar terjadi suatu perubahan. Agar siswa dapat melakukan perubahan, maka diperlukan suatu usaha yang memungkinkan siswa memiliki kemampuan.
Agar dapat mencetak pribadi yang kompeten, maka dunia pendidikan perlu mengganti sistem atau pola mengajar dari pembelajaran konvensional menjadi model pembelajaran yang lebih inovatif dan dapat mengoptimalkan
(9)
kemampuan siswa. Baik kemampuan dalam hasil belajar, ataupun dalam kemampuan berpikir. Di antaranya adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi yang berguna membantu siswa dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Kuswana, 2012).
Berpikir tingkat tinggi mencakup berpikir kritis dan berpikir kreatif yang bersumber pada ide-ide kebenaran yang masing-masing ide tersebut memiliki makna tersendiri. Berpikir kritis menuntut siswa untuk memahami konteks pada suatu konsep. Sehingga konsep-konsep yang diperoleh oleh siswa akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa diharapkan dapat berimbas terhadap penguasaan konsep yang lebih utuh (Lipman, 2004 dalam Kuswana 2012).
Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu kemampuan yang hendaknya dilatihkan kepada siswa selama di bangku sekolah. Selain untuk memecahkan masalah atau soal-soal yang diberikan oleh guru, kemampuan berpikir kritis siswa pun diharapkan dapat berguna bagi siswa ketika siswa sudah terjun ke masyarakat, sehingga kemampuan ini dapat berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara kelak. Berbagai permasalahan yang ada di lingkungan sekitar siswa dapat dipecahkan dan siswa dapat menganalisis setiap kejadian yang terjadi di sekitar. McAllister (2009) menyatakan bahwa tujuan dari melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah meningkatkan kemampuan rasional terhadap suatu isu, dan memastikan bahwa siswa dapat mengevaluasi setiap argumen.
Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengatakan sesuatu dengan penuh rasa percaya diri karena diawali dengan pertimbangan, alasan yang logis dan didukung oleh fakta yang relevan. Proses menemukan suatu jawaban dapat dilakukan dengan berpikir kritis, karena seseorang yang berpikir kritis telah melewati tahapan yang sistematis. Berpikir kritis bukanlah proses berpikir yang tidak disengaja, namun merupakan proses berpikir yang menghubungkan bukti dan logika. Dalam proses berpikir kritis terdapat proses
(10)
3
terarah dan jelas yang digunakan dalam berbagai kegiatan seperti memecahkan masalah, menganalisis asumsi, mengambil kesimpulan dan melakukan kegiatan ilmiah (Dewanti, 2011).
Alasan yang paling mendasar dalam mengajarkan kemampuan berpikir kritis kepada siswa adalah karena kemampuan berpikir kritis sangat berguna dalam membuat keputusan, sehingga siswa tidak akan kebingungan ketika menghadapi dua atau lebih pilihan. Pernyataan ini selaras dengan pendapat Ennis (2011) bahwa kemampuan berpikir kritis dapat menjadi cara terbaik sehingga dapat bertahan dalam kompetisi global yang semakin sulit. Ennis (2011) menambahkan bahwa kemampuan berpikir kritis dapat dilatihkan pada berbagai bentuk pendidikan dengan tingkatan yang berbeda pula. Sejalan dengan pemikiran tersebut, maka pembiasaan berpikir kritis hendaknya dilatihkan sedini mungkin sesuai dengan derajat kemampuan siswa. Menurut Johnson (2007) menggunakan keterampilan berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi dalam konteks yang benar akan mengajarkan kepada siswa tentang kebiasaan berpikir mendalam, kebiasaan menjalani hidup dengan pendekatan yang cerdas, seimbang dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis, hendaknya dilengkapi dengan penguasaan konsep yang memadai. Ennis (2009) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua komponen, yaitu penguasaan pengetahuan dan disposisi. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir yang mengarah pada satu titik berdasarkan informasi-informasi atau konsep-konsep yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya.
Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, pembelajaran hendaknya terpusat pada siswa dan tugas guru dalam hal ini sebagai fasilitator siswa dalam memahami pembelajaran. Terdapat berbagai macam cara agar kemampuan berpikir kritis dapat dilatihkan, salah satunya dengan melaksanakan pembelajaran berbasis praktikum. Ketika melaksanakan praktikum, siswa akan melakukan suatu kegiatan yang menuntut siswa
(11)
bekerja secara bersama-sama dan menjawab pertanyaan-pertanyaan berdasarkan pengamatan yang dilakukan saat praktikum. Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh siswa. Dengan kemampuan berpikir kritis siswa akan dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, dan mampu menganalisis antara fakta dan opini.
Melalui praktikum siswa akan terbiasa melakukan pengujian sebelum mengambil suatu keputusan, dengan begitu siswa tidak akan lantas percaya, melainkan membutuhkan suatu alasan. Siswa akan terlatih untuk membuat rumusan masalah, menganalisis data, menginterpretasikan data dan menarik suatu kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh (Rustaman, et al., 2003). Menurut Abraham dan Millar (2008) kegiatan praktikum akan merefleksikan suatu pemahaman secara lebih jelas dengan menunjukkan suatu objek asli, bahan, dan fenomena yang akan membantu siswa meningkatkan pemahaman sains.
Salah satu materi yang memiliki kaitan cukup erat dengan kehidupan sehari-hari adalah materi ekosistem. Dengan melatih kemampuan berpikir kritis siswa pada materi ini, tidak terlalu sulit bagi siswa dalam memahami materi ekosistem dengan pembelajaran berbasis praktikum. Melalui pembelajaran berbasis praktikum diharapkan siswa tidak hanya menghafalkan suatu konsep yang ada dalam materi ekosistem, namun membangun sendiri pengetahuannya sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pendidikan mengenai “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Praktikum Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas X Pada Materi Ekosistem”.
(12)
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : “Bagaimanakah pengaruh pembelajaran berbasis praktikum terhadap kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa kelas X pada materi ekosistem?”
Untuk lebih mengarahkan penelitian ini, maka rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, yaitu :
1. Bagaimanakah perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum dan setelah dilaksanakan pembelajaran? 2. Bagaimanakah perbedaan penguasaan konsep siswa kelas kontrol dan
kelas eksperimen sebelum dan setelah dilaksanakan pembelajaran?
3. Bagaimanakah hubungan kemampuan berpikir kritis dengan penguasaan konsep siswa setelah dilakukan pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen?
4. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran berbasis praktikum pada materi ekosistem?
C. Batasan Masalah
Agar lebih terfokus dan terarah, maka penelitian ini dibatasi dalam beberapa batasan masalah, yaitu :
1. Indikator berpikir kritis yang diukur meliputi delapan fungsi kemampuan berpikir kritis menurut Paul dan Elder dalam Inch et al (2006). Delapan fungsi kemampuan berpikir kritis tersebut adalah (1) mempertanyakan suatu masalah (Question an issue), (2) Tujuan (Purpose), (3) Informasi (Information), (4) Konsep (Concept), (5) Asumsi (Assumption), (6) Sudut Pandang (Point Of View), (7) Penafsiran dan Penarikan kesimpulan (Interpretation and inference), dan (8) Implikasi dan Konsekuensi (Implication and Concequence).
(13)
2. Penguasaan konsep yang diukur adalah penguasaan konsep ranah kognitif sesuai dengan taksonomi Bloom yang telah direvisi untuk ranah kognitif jenjang C1 sampai C6.
3. Pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran diskusi kelompok.
4. Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah materi ekosistem bagi kelas X SMA sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tertera pada BSNP.
D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh model pembelajaran berbasis praktikum terhadap kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa kelas X pada materi ekosistem.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung, di antaranya adalah :
a. Bagi siswa, diharapkan siswa dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan dalam mempelajari biologi dan dapat membantu siswa mencapai hasil belajar yang optimal
b. Bagi guru/ calon guru, diharapkan melalui penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan penulis sehingga menjadi bahan pertimbangan ketika kelak menjadi seorang guru
c. Bagi peneliti lain, dengan adanya penelitian ini, diharapkan menjadi rujukan dan bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya untuk mengembangkan aspek lain dari pembelajaran berbasis praktikum yang belum diteliti.
(14)
7
F. Asumsi
1. Menurut Howard dan Miskowski (2005) pembelajaran yang menantang peserta didik menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan dapat meningkatkan keikut sertaan dan rasa keingintahuan dalam belajar, memerbaiki pola pikir, serta membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mengembangkan penelitian.
2. Siswa mampu menampilkan level intelektual yang lebih tinggi ketika bekerja dalam situasi yang kolaboratif dibandingkan ketika mereka diminta untuk bekerja secara individual (Vigostky dalam Dahar, 1996). 3. Sistem dukungan kawan memungkinkan pelajar untuk menginternalisasi baik pengetahuan maupun kemampuan berpikir kritis (Gokhale, 1995).
(15)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Kartika XIX-1 Bandung yang bertempat di jalan Taman Pramuka No. 163 .
2. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Kartika Siliwangi-1 kelas X, sebanyak 7 kelas
3. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah 2 kelas X, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen terdapat pada kelas X-7 dan kelas kontrol pada kelas X-3. Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah cluster random sampling.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Desain penelitian yang digunakan adalah Nonrandomized Control Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono, 2010).
Secara bagan, desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 3.1. Non equivalent Control Group Design Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 Y O2
(Sugiyono, 2010). Keterangan :
O1 : Pretest
X : Penerapan pembelajaran berbasis praktikum Y : Penerapan metode diskusi kelompok
(16)
24
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis Quasy experiment (eksperimen semu) yang bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan sebab akibat antara variabel di dalam penelitian (Sugiyono, 2010).
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel. Satu variabel bebas yaitu model pembelajaran berbasis praktikum, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa.
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap definisi yang ada dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan mengenai definisi operasional dalam penelitian ini, yaitu :
1. Pembelajaran berbasis praktikum yang dilaksanakan pada kelas eksperimen yaitu kegiatan praktikum dengan pendekatan inkuiri. Pembelajaran berbasis praktikum teridiri dari lima fase, yaitu : 1) orientasi masalah, 2) perumusan masalah, 3) melakukan penyelidikan, 4) mengatasi kesulitan, 5) merefleksikan hasil penyelidikan. Siswa akan membentuk kelompok, dan masing-masing kelompok akan diberi lembar kegiatan siswa. Setelah guru menyampaikan penjelasan, maka siswa melaksanakan praktikum dalam masing-masing kelompok tersebut ada pembagian tugas agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. LKS yang diberikan diharapkan dapat menambah pengetahuan siswa dan memiliki pengaruh positif terhadap meningkatnya penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa. Pada kelas kontrol, pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Siswa dibimbing oleh guru untuk mendiskusikan materi.
2. Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini merupakan kemampuan siswa menjawab 13 soal mengenai kemampuan berpikir kritis
(17)
berdasarkan delapan fungsi menurut Paul dan Elder (Inch et al., 2006) yang diberikan pada awal dan akhir pembelajaran, pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan uraian. Delapan fungsi tersebut adalah (1) mempertanyakan suatu masalah, (2) Tujuan, (3) Informasi, (4) Konsep, (5) Asumsi, (6) Sudut Pandang, (7) Penafsiran dan Penarikan kesimpulan, dan (8) Implikasi dan Konsekuensi.
3. Penguasaan konsep dalam penelitian ini merupakan penguasaan ranah kognitif sesuai taksonomi Bloom yang telah direvisi jenjang C1 sampai C6 dengan bentuk soal pilihan ganda. Soal penguasaan konsep diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Soal yang diberikan berjumlah 20 soal.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Soal kemampuan berpikir kritis
Soal kemampuan berpikir kritis berasal dari delapan fungsi menurut Paul dan Elder (Inch et al.,2006 ) yang telah dimodifikasi. Kisi-kisi soal kemampuan berpikir kritis adalah :
Tabel 3.2. Kisi-kisi soal kemampuan berpikir kritis Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Jumlah Soal
Mempertanyakan masalah 2
Tujuan 1
Informasi 2
Konsep 3
Asumsi 1
Sudut Pandang 1
Penafsiran dan penarikan kesimpulan 2
Pengaruh dan akibat 1
(18)
26
b. Soal penguasaan konsep
Soal yang digunakan dalam mengukur penguasaan konsep siswa merupakan soal pilihan ganda yang berjumlah 20 soal. Soal-soal tersebut berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi sesuai dengan jenjang C1 sampai C6. Kisi-kisi soal penguasaan konsep siswa adalah :
Tabel 3.3. Kisi-kisi soal penguasaan konsep siswa Jenjang Soal Nomor Soal Jumlah Soal
C1 1,15,19 3
C2 4,5,8 3
C3 2,6,7 3
C4 3,9,17,18 4
C5 10,11,13,20 4
C6 12,14,16 3
Jumlah seluruh soal 20
c. Angket Respon Siswa
Angket diberikan kepada siswa kelas eksperimen pada akhir pembelajaran pada materi ekosistem. Tujuan dari pemberian angket ini adalah agar peneliti dapat menganalisis bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran berbasis praktikum.
d. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan siswa diberikan pada saat praktikum. Praktikum yang dilakukan oleh siswa adalah praktikum mengamati komunitas tanaman di taman pramuka.
F. Prosedur Penelitian
Secara garis besar penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, pengolahan data dan penarikan kesimpulan.
(19)
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan tahap persiapan yang meliputi :
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan indikator sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran
b. Membuat instrumen penelitian dalam bentuk RPP, LKS, Soal Kemampuan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep
c. Melakukan Judgement instrumen penelitian
d. Uji coba instrument kepada siswa yang telah diberi materi pembelajaran e. Analisis hasil uji coba instrumen untuk memeroleh tingkat kesukaran,
daya pembeda, validitas dan reliabilitas soal serta distraktor. 2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol
b. Membentuk kelompok pada masing-masing kelas, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 orang
c. Melakukan pretest pada masing-masing kelas
d. Pelaksanaan pembelajaran pada masing-masing kelas. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan pembelajaran berbasis praktikum, sedangkan pembelajaran pada kelas kontrol dilaksanakan dengan metode diskusi kelompok. Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sebelumnya telah dibuat.
e. Melaksanakan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. f. Memberikan angket respon siswa kepada siswa di kelas eksperimen. 3. Tahap Pengolahan Data, Penarikan Kesimpulan dan Penyusunan Laporan
a. Menganalis data menggunakan uji statistik b. Penarikan kesimpulan
(20)
28
4. Analisis Uji Coba Instrumen
Sebelum melakukan pengambilan data menggunakan instrument penelitian, terlebih dahulu dilaksanakan judgement oleh dosen ahli kemudian dilakukan uji coba instrumen. Uji coba dilakukan pada kelas yang sudah mendapatkan materi yang akan diteliti. Adapun instrumen yang akan diujicobakan adalah soal kemampuan berpikir kritis berupa soal uraian dan soal penguasaan konsep berupa soal pilihan ganda. Uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Setiap butir soal yang diujicoba dianalisis menggunakan software ANATES uraian dan ANATES pilihan ganda versi 19.
Dari pengujian menggunakan software ANATES uraian dan ANATES pilihan ganda, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3.4 . Analisis validitas butir soal penguasaan konsep No. Soal Daya Pembeda (%) Tingkat Kesukaran (%) Koefisien Korelasi Kriteria Validitas Reliab ilitas Keterangan
1 54,55 56,41 0,37 Cukup
0,93
Buang
2 81,82 53,85 0,6 Tinggi Pakai
3 27,27 89,74 0,27 Rendah Buang
4 63,64 58,97 0,55 Cukup Pakai
5 81,82 33,33 0,74 Tinggi Pakai
6 72,73 30,77 0,74 Tinggi Pakai
7 27,27 87,18 0,28 Rendah Buang
8 36,36 46,15 0,44 Cukup Pakai
9 9,09 94,87 0,15 Sangat Rendah Buang
10 100,00 38,46 0,81 Tinggi Pakai
11 63,64 46,15 0,6 Cukup Pakai
12 9,09 94,87 0,12 Sangat rendah Buang
13 63,64 61,54 0,51 Cukup Pakai
14 9,09 56,41 0,07 Sangat rendah Buang
15 72,73 30,77 0,54 Cukup Buang
16 45,45 41,03 0,43 Tinggi Pakai
17 27,27 30,77 0,22 Cukup Buang
18 54,55 43,59 0,51 Cukup Buang
19 18,18 7,69 0,33 Rendah Buang
(21)
No. Soal Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Koefisien Korelasi Kriteria Validitas Keterangan
21 27,27 38,46 0,18 Sangat rendah Buang
22 54,55 56,41 0,44 Cukup Buang
23 63,64 28,21 0,64 Tinggi Pakai
24 54,55 61,54 0,37 Rendah Buang
25 36,36 30,77 0,46 Cukup Pakai
26 36,36 28,21 0,32 Rendah Buang
27 72,73 25,64 0,73 Tinggi Pakai
28 81,82 38,46 0,67 Tinggi Pakai
29 81,82 33,33 0,8 Tinggi Pakai
30 90,91 30,77 0,88 Sangat Tinggi Pakai
31 72,73 53,85 0,56 Cukup Buang
32 27,27 7,69 0,44 Cukup Buang
33 72,73 46,15 0,63 Tinggi Pakai
34 27,27 12,82 0,3 Rendah Buang
35 54,55 41,03 0,6 Cukup Buang
36 45,45 17,95 0,57 Cukup Pakai
37 0,00 64,10 0,01 Sangat Rendah Buang
38 63,64 30,77 0,58 Cukup Pakai
39 72,73 53,85 0,56 Cukup Pakai
40 45,45 12,82 0,71 Tinggi Pakai
Tabel 3.5. Analisis validitas butir soal kemampuan berpikir kritis No. Soal Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Koefisien Korelasi Kriteria Validitas Reliabi litas Keterangan
1 22,22 Mudah 0,6 Cukup
0,88
Revisi
2 25 Mudah 0,27 Sedang Revisi
3 22 Mudah 0,6 Cukup Pakai
4 33 Sedang 0,5 Cukup Pakai
5 25 Sedang 0,3 Rendah Revisi
6 22 Sedang 0,4 Rendah Revisi
7 5,56 Sedang 0,1 Sangat rendah Revisi
8 5,56 Sedang 0,22 Rendah Revisi
9 33,33 Mudah 0,4 Cukup Revisi
10 50 Sedang 0,7 Tinggi Pakai
11 44 Sedang 0,8 Tinggi Pakai
12 5,56 Sedang 0,3 Rendah Revisi
(22)
30
5. Teknik Pengolahan Data dan Penarikan Kesimpulan
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap hasil data tes awal (pretest) dan tes akhir (post test) dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes awal dilakukan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, sedangkan tes akhir dilakukan untuk mengetahui pengetahuan akhir siswa setelah diberikan perlakuan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk uji statistik data tes awal dan tes akhir adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan Berpikir Kritis
Menghitung hasil tes awal dan tes akhir kemampuan berpikir kritis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pemberian skor untuk tes awal dan tes akhir pada setiap butir soal kemampuan berpikir kritis berdasarkan rubrik penilaian
b. Menghitung skor total untuk tes awal dan tes akhir pada maisng-masing kelas untuk setiap siswa
c. Mengubah skor menjadi skala 100 d. Menentukan gain dan indeks gain
e. Data peningkatan kemampuan berpikir kritis dapat diperoleh dari indeks gain.
( Hake, 1999)
2. Penguasaan Konsep Siswa
Mengolah data hasil tes awal dengan hasil tes akhir penguasaan konsep dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut :
a. Pemberian skor untuk tes awal dan tes akhir pada setiap butir soal penguasaan konsep
(23)
b. Mengubah skor menjadi skala 100 dengan rumus :
(Arikunto, 2009) c. Menentukan gain dan indeks gain
d. Data peningkatan penguasaan konsep dapat diperoleh dari indeks gain
(Hake, 1999) e. Setelah didapatkan nilai normalisasi gain, data tersebut ditafsirkan kedalam beberapa kriteria menurut Meltzer dan Hake (1999) seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.6 . Kategori indeks gain menurut Meltzer dan Hake (1999) Rentang Nilai Kategori
NG> 0,7 Tinggi
0,30 NG 0,70 Sedang NG < 0,30 Rendah 3. Respon Siswa
Data yang diperoleh dari angket respon siswa berupa tanggapan positif atau negatif mengenai pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis praktikum yang selanjutnya dibuat dalam bentuk persentase pada masing-masing butir pertanyaan. Persentase masing-masing butir soal didapat dengan menggunakan rumus :
Setelah dilakukan penghitungan persentase jawaban pada masing-masing pertanyaan, kemudian dilakukan penafsiran berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1990) pada tabel di bawah ini :
(24)
32
Tabel 3.7. Kategori persentase angket Persentase (%) Kategori
0 Tidak ada
1-25 Sebagian Kecil 26-49 Hampir setengahnya
50 Setengahnya
51-75 Sebagian besar
76-99 Pada umumnya
100 Seluruhnya
4. Analisis Uji Statistik
Analisis uji statistik digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa yang signifikan setelah diterapkannya model pembelajaran berbasis praktikum. Uji prasyarat dan uji perbedaan dua rata-rata ini dibantu dengan menggunakan software SPSS versi 19.
b. Uji Prasyarat 1) Uji Normalitas
Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya pada uji normalitas adalah sebagai berikut :
H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
Uji statistik yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk dengan taraf
signifikansi (α) sebesar 0,05. Kriteria pengujiannya jika nilai
signifikansi 0,05 maka H0 diterima, data sampel berasal dari populasi
(25)
ditolak, H1 diterima data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
tidak normal. 2) Uji Homogenitas
Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya pada uji homogenitas adalah sebagai berikut :
H0 : varians antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sama
(homogen)
H1 : varians antara kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak sama
(heterogen)
Uji statistik yang digunakan adalah uji Test of Homogenity of Variance dengan taraf signifikansi (α) sebesar 0,05. Kriteria pengujiannya jika nilai signifikansi 0,05 maka H0 diterima, varians
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sama (homogen) namun jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, varians antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak sama (heterogen). c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
1) Uji Perbedaan Dua Rata-rata Parametrik
Berdasarkan hasil uji prasyarat, jika data berdistribusi normal dan homogen maka selanjutnya dilakukan uji statistic parametrik untuk mengetahui dua perbedaan rata-rata antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji statistik yang digunakan adalah uji Independent-Samples T Test. Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah sebagai berikut :
H0 : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata data
peningkatan (N gain) kelas kontrol dan kelas eksperimen. H1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata data
(26)
34
Kriteria pengujiannya jika nilai Sig. (2-tailed) 0,05 maka H0
diterima, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata data peningkatan (N gain) kelas kontrol dan kelas eksperimen. Namun jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima terdapat
perbedaan yang signifikan antara rata-rata data peningkatan (N gain) kelas kontrol dan kelas eksperimen.
2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata Non-Parametrik
Berdasarkan hasil uji prasyarat, jika didapat data yang ebrdistribusi tidak normal atau tidak homogen, maka selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rata-rata non parametrik. Uji ini dilakukan untuk mengetahui dua perbedaan rata-rata antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji statistik yang digunakan adalah uji U Mann-Whitney. Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah sebagai berikut :
Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata data
peningkatan (N gain) kelas kontrol dan kelas eksperimen H1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata data
peningkatan (N gain) kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kriteria pengujian uji ini adalah jika nila Sig. (2-tailed) 0,05 maka H0 diterima, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data
peningkatan (N gain) kelas kontrol dan kelas eksperimen. Namun jika nilai Sig. (2-tailed) , 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, terdapat
perbedaan yang signifikan antara rata-rata data peningkatan (N gain) kelas kontrol dan kelas eksperimen.
3) Analisis Korelasi Kemampuan Berpikir Kritis dengan Penguasaan Konsep
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara kemampuan berpikir kritis dengan penguasaan konsep. Besar kecilnya
(27)
hubungan antara kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep dinyatakan dalam suatu bilangan yang disebut koefisien korelasi. Uji statistik korelasi ini dibantu dengan menggunakan software SPSS versi 19. Uji statistik yang digunakan adalah uji Pearson Correlation karena jenis data dalam penelitian ini merupakan data interval atau data rasio.
Interpretasi dari besar koefisien korelasi diuraikan oleh Arikunto (2009) pada tabel di bawah ini :
Tabel 3. 8 . Interpretasi koefisien korelasi Koefisien Korelasi Interpretasi
0,00-0,200 Sangat Rendah
0,200-0,400 Rendah
0,400-0,600 Cukup
0,600-0,800 Tinggi
0,800-3,00 Sangat Tinggi
Selanjutnya dilakukan analisis regresi untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel independen (kemmapuan berpikir kritis) terhadap variabel dependen (penguasaan konsep) dengan menunjukkan persamaan garis regresi. Uji statistic regresi ini dibantu dengan menggunakan software SPSS versi 19. Uji statistik yang digunakan adalah uji Regression Linear.
(28)
36
6. Alur Penelitian
Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian Pengumpulan Data
Analisis Data, Penarikan Kesimpulan dan Pelaporan Kelas control :
1. Pretest 2. Pembelajaran
diskusi kelompok 3. Posttest
Kelas eksperimen : 1. Pretest
2. Pembelajaran berbasis praktikum 3. Posttest
4. Angket
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Seminar Proposal
Revisi
Judgement dan Uji coba instrumen Tahap Persiapan
Penelitian
Penyusunan Proposal Penelitian Penyusunan Surat
(29)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Penguasaan konsep siswa di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis praktikum dengan pendekatan inkuiri dan di kelas kontrol dengan menggunakan metode pembelajaran diskusi kelompok pada pretest dan posttest pada materi ekosistem menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. N-Gain masing-masing kelas meningkat namun N-Gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan N-Gain kelas kontrol yaitu 0,45 pada kelas eksperimen dan 0,34 pada kelas kontrol. Pembelajaran berbasis praktikum memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap penguasaan konsep siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (metode diskusi kelompok).
Kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan saat dilakukan pretest. Setelah dilakukan pembelajaran, pada kelas kontrol menggunakan metode diskusi kelas, dan pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran berbasis praktikum, terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis pada masing-masing kelas. Pada kelas kontrol rata-rata N-Gain 0,31 dan pada kelas eksperimen sebesar 0,54. Pembelajaran berbasis praktikum memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (metode diskusi kelompok).
Respon siswa terhadap model pembelajaran berbasis praktikum umumnya memberikan respon positif. Hasil penghitungan koefisien korelasi antara kemampuan berpikir kritis dengan penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol yaitu sebesar 0,765 termasuk kedalam kategori tinggi. Sedangkan pada kelas eksperimen yaitu sebesar 0,598 termasuk kedalam kategori cukup. Pada kelas kontrol, kemampuan berpikir kritis memengaruhi penguasaan konsep sebesar
(30)
64
58,5% sedangkan pada kelas eksperimen pengaruh kemampuan berpikir kritis adalah sebesar 35,76%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai model pembelajaran berbasis praktikum dalam penelitian ini, maka terdapat beberapa saran yang di sampaikan peneliti, diantaranya :
1. Sebelum melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis praktikum, terdapat beberapa hal yang harus disiapkan oleh guru. Pemahaman mengenai model pembelajaran pun harus diutamakan, karena dalam model pembelajaran berbasis praktikum terdapat 5 fase yang harus dilakukan.
2. Dalam menggunakan model pembelajaran berbasis praktikum diharapkan guru memerhatikan alokasi waktu dan keefektifan penggunaan waktu.
3. Pentingnya kemampuan berpikir kritis pada siswa sehingga membuat siswa sebaiknya lebih sering dibiasakan dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis terutama dalam indikator-indikator yang peningkatannya masih rendah.
(31)
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, I. Millar, R. (2008). “Study of The Effectiveness of Practical Work as a teaching And Learning Method In School Science”. International Journal Of Science Education. 30, (14), 1945-1969.
Anderson, L, W. Karthwoll,D,R. (2000). A Taksonomy for Learning, Teaching and
Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioal Objectives). [Online].
Tersedia: www.ps39.org [3 Juli 2013]
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Ariyati, E. (2010). “Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa”. Jurnal Matematika dan IPA, 2 (1), 1-12 BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas
Campbell, N.A ,Reece, J.B, Mitchell, L.G. (2002). Biologi Campbell Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Dahar, R.W (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Penerbit Erlangga De Bono, E. (2007). Revolusi Berpikir. Bandung: Kaifa
Dewanti, S S. (2011). “Mengembangkan Kemmapuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pendidikan Matematika Sebagai Calon Pendidik Karakter Bangsa Melalui
Pemecahan Masalah”. Prosiding Seminar Matematika Universitas
Muhammadiyah, Surakarta.
Djamarah, S.B. (2005). Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta
Ennis, R.H (1996). Critical Thinking. USA. Prentice Hall,Inc.
Ennis, R.H (2011). Critical ThinkingAssessment. [Online]. Tersedia : http://criticalthinking.net [9 Januari 2013]
Fachrurazi. (2011). “Penerapan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi matematis siswa sekolah dasar”. ISSN 1412-565X. edisi khusus (1), 76-89
(32)
66
Farhana, H, R. (2010). Profil Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran Berbasis Praktikum Pada Sub Konsep Alat Indera. SKRIPSI FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan
Fisher, A. (2008). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga Fitriasri. (2013). Ekologi. [Online]. Tersedia: http://fitriasri.com [3 Juli 2013]
Gokhale, AA. (1995). “Collaborative Learning Enhance Critical Thinking”. Journal of Technology Education. 7, (1), 22-30.
Hake, R. (1999). Analyzing gain scores. [Online]. Tersedia: http://lists.asu.edu [3 Juli 2013]
Hassoubah, Z.I. (2004). Developing Creative and Critical Thinking. Cara Berpikir Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa
Hasruddin. (2009). “Memaksimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui
Pendekatan Kontekstual”. Jurnal Tabularasa PPS Unimed. 6 (1).
Howard,D.R & Miskowski, J.A. (2005). Using A Module Based Laboratory to Incoerporate Inquiry into a Large Celss Biology Course. A Journal of Life Science Education. 4(3), 249-260 [Online]. Tersedia : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1200779/ [25 juli 2013]
Inch, E.S, Warnick, E, D. (2006). Critical Thinking and Communication. U.S.A: Pearson Education
Johnson, E.B. (2007). Contextual Teaching & Learning. Bandung: MLC Joyce,B ., Weil M. (2000). Models Of Teaching. Boston : Allyn&Bacon
Julaiha, S. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Konsep Fotosintesis Kelas VIII. SKRIPSI FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan
Koentjaraningrat. (1990). Metode Penelitian Kemasyarakatan. Jakarta: Gramedia Kuswana, W.S. (2012). Taksonomi Kognitif. Bandung : PT Remaja Rosda Karya Lai, E.R. (2011). Critical Thinking : A Literature Review. [Online]. Tersedia:
http://www.pearsonassessments.com/hai/images/tmrs/CriticalThinkingReviewFI NAL.pdf [11 Januari 2013]
(33)
McAllister, S. (2009). Critical Thinking Development Report. [Online]. Tersedia:
http://www.criticalthinkingblog.org/wp-content/uploads/2010/10/Critical-Thinking-Development-Report-McAllister-2009.pdf [6 Januari 2013]
Nurmaya, I. (2012). Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas X Pada Konsep Insekta. SKRIPSI FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan. PERMEN. (2006). PERMEN No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Puskur:
Balitbang Diknas
Pines, L. West, L. (1986). Conceptual Understanding and Science Learning: an Interpretation of Research Within a souerce of knowledge Framework. Science Education (70)5, 583-604
Purwanto, N. (2011). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya
Puspita, G. N. (2008). Penggunaan Multimedia Interaktif Pada Pembelajaran Konsep Reproduksi Hewan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik dan Berpikir Kritis siswa Kelas IX. Tesis Pada Program Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Rustaman, N. et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung : FPMIPA-UPI
Sagala,S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sudargo, F. Soesylawati, A,S. (2009). Pembelajaran Biologi Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Keterampilan Proses Siswa SMA [Online]. Tersedia :
file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/d%20-%20FPMIPA/JUR…/&file. [10 januari 2013] Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. (2010). Metodelogi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara
(34)
68
Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sutarno,. Hariyadi. Slamet. Siti, F. (2013). “Pengaruh Metode Diskusi Berbasis Lesson Study Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Biologi”. Prosiding MIPA Universitas Jember.
Taniredja,T. Faridli, E. Harmianto, S.. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta
Tim Evaluasi Pembelajaran Biologi. (2010). Penilaian Hasil Belajar Kognitif
(1)
Rakhmi Nur Ikhsaniati, 2013
Pengaruh Pembelajaran Berbasis Praktikum Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas X Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Penguasaan konsep siswa di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis praktikum dengan pendekatan inkuiri dan di kelas kontrol dengan menggunakan metode pembelajaran diskusi kelompok pada pretest dan posttest pada materi ekosistem menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. N-Gain masing-masing kelas meningkat namun N-Gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan N-Gain kelas kontrol yaitu 0,45 pada kelas eksperimen dan 0,34 pada kelas kontrol. Pembelajaran berbasis praktikum memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap penguasaan konsep siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (metode diskusi kelompok).
Kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan saat dilakukan pretest. Setelah dilakukan pembelajaran, pada kelas kontrol menggunakan metode diskusi kelas, dan pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran berbasis praktikum, terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis pada masing-masing kelas. Pada kelas kontrol rata-rata N-Gain 0,31 dan pada kelas eksperimen sebesar 0,54. Pembelajaran berbasis praktikum memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (metode diskusi kelompok).
Respon siswa terhadap model pembelajaran berbasis praktikum umumnya memberikan respon positif. Hasil penghitungan koefisien korelasi antara kemampuan berpikir kritis dengan penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol yaitu sebesar 0,765 termasuk kedalam kategori tinggi. Sedangkan pada kelas eksperimen yaitu sebesar 0,598 termasuk kedalam kategori cukup. Pada kelas kontrol, kemampuan berpikir kritis memengaruhi penguasaan konsep sebesar
(2)
58,5% sedangkan pada kelas eksperimen pengaruh kemampuan berpikir kritis adalah sebesar 35,76%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai model pembelajaran berbasis praktikum dalam penelitian ini, maka terdapat beberapa saran yang di sampaikan peneliti, diantaranya :
1. Sebelum melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis praktikum, terdapat beberapa hal yang harus disiapkan oleh guru. Pemahaman mengenai model pembelajaran pun harus diutamakan, karena dalam model pembelajaran berbasis praktikum terdapat 5 fase yang harus dilakukan.
2. Dalam menggunakan model pembelajaran berbasis praktikum diharapkan guru memerhatikan alokasi waktu dan keefektifan penggunaan waktu.
3. Pentingnya kemampuan berpikir kritis pada siswa sehingga membuat siswa sebaiknya lebih sering dibiasakan dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis terutama dalam indikator-indikator yang peningkatannya masih rendah.
(3)
Rakhmi Nur Ikhsaniati, 2013
Pengaruh Pembelajaran Berbasis Praktikum Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas X Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Abraham, I. Millar, R. (2008). “Study of The Effectiveness of Practical Work as a teaching And Learning Method In School Science”. International Journal Of Science Education. 30, (14), 1945-1969.
Anderson, L, W. Karthwoll,D,R. (2000). A Taksonomy for Learning, Teaching and
Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioal Objectives). [Online].
Tersedia: www.ps39.org [3 Juli 2013]
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Ariyati, E. (2010). “Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa”. Jurnal Matematika dan IPA, 2 (1), 1-12 BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas
Campbell, N.A ,Reece, J.B, Mitchell, L.G. (2002). Biologi Campbell Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Dahar, R.W (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Penerbit Erlangga De Bono, E. (2007). Revolusi Berpikir. Bandung: Kaifa
Dewanti, S S. (2011). “Mengembangkan Kemmapuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pendidikan Matematika Sebagai Calon Pendidik Karakter Bangsa Melalui
Pemecahan Masalah”. Prosiding Seminar Matematika Universitas
Muhammadiyah, Surakarta.
Djamarah, S.B. (2005). Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta
Ennis, R.H (1996). Critical Thinking. USA. Prentice Hall,Inc.
Ennis, R.H (2011). Critical ThinkingAssessment. [Online]. Tersedia : http://criticalthinking.net [9 Januari 2013]
Fachrurazi. (2011). “Penerapan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi matematis siswa sekolah dasar”. ISSN 1412-565X. edisi khusus (1), 76-89
(4)
Farhana, H, R. (2010). Profil Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran Berbasis Praktikum Pada Sub Konsep Alat Indera. SKRIPSI FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan
Fisher, A. (2008). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga Fitriasri. (2013). Ekologi. [Online]. Tersedia: http://fitriasri.com [3 Juli 2013]
Gokhale, AA. (1995). “Collaborative Learning Enhance Critical Thinking”. Journal of Technology Education. 7, (1), 22-30.
Hake, R. (1999). Analyzing gain scores. [Online]. Tersedia: http://lists.asu.edu [3 Juli 2013]
Hassoubah, Z.I. (2004). Developing Creative and Critical Thinking. Cara Berpikir Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa
Hasruddin. (2009). “Memaksimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui
Pendekatan Kontekstual”. Jurnal Tabularasa PPS Unimed. 6 (1).
Howard,D.R & Miskowski, J.A. (2005). Using A Module Based Laboratory to Incoerporate Inquiry into a Large Celss Biology Course. A Journal of Life Science Education. 4(3), 249-260 [Online]. Tersedia : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1200779/ [25 juli 2013]
Inch, E.S, Warnick, E, D. (2006). Critical Thinking and Communication. U.S.A: Pearson Education
Johnson, E.B. (2007). Contextual Teaching & Learning. Bandung: MLC Joyce,B ., Weil M. (2000). Models Of Teaching. Boston : Allyn&Bacon
Julaiha, S. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Konsep Fotosintesis Kelas VIII. SKRIPSI FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan
Koentjaraningrat. (1990). Metode Penelitian Kemasyarakatan. Jakarta: Gramedia Kuswana, W.S. (2012). Taksonomi Kognitif. Bandung : PT Remaja Rosda Karya Lai, E.R. (2011). Critical Thinking : A Literature Review. [Online]. Tersedia:
http://www.pearsonassessments.com/hai/images/tmrs/CriticalThinkingReviewFI NAL.pdf [11 Januari 2013]
(5)
Rakhmi Nur Ikhsaniati, 2013
Pengaruh Pembelajaran Berbasis Praktikum Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas X Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
McAllister, S. (2009). Critical Thinking Development Report. [Online]. Tersedia:
http://www.criticalthinkingblog.org/wp-content/uploads/2010/10/Critical-Thinking-Development-Report-McAllister-2009.pdf [6 Januari 2013]
Nurmaya, I. (2012). Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas X Pada Konsep Insekta. SKRIPSI FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan. PERMEN. (2006). PERMEN No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Puskur:
Balitbang Diknas
Pines, L. West, L. (1986). Conceptual Understanding and Science Learning: an Interpretation of Research Within a souerce of knowledge Framework. Science Education (70)5, 583-604
Purwanto, N. (2011). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya
Puspita, G. N. (2008). Penggunaan Multimedia Interaktif Pada Pembelajaran Konsep Reproduksi Hewan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik dan Berpikir Kritis siswa Kelas IX. Tesis Pada Program Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Rustaman, N. et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung : FPMIPA-UPI
Sagala,S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sudargo, F. Soesylawati, A,S. (2009). Pembelajaran Biologi Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Keterampilan Proses Siswa SMA [Online]. Tersedia :
file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/d%20-%20FPMIPA/JUR…/&file. [10 januari 2013] Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. (2010). Metodelogi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara
(6)
Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sutarno,. Hariyadi. Slamet. Siti, F. (2013). “Pengaruh Metode Diskusi Berbasis Lesson Study Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Biologi”. Prosiding MIPA Universitas Jember.
Taniredja,T. Faridli, E. Harmianto, S.. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta
Tim Evaluasi Pembelajaran Biologi. (2010). Penilaian Hasil Belajar Kognitif