PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X.

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

DITA AGUSTIAN 1201391

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ……….... iv

DAFTAR TABEL ……… vi

DAFTAR GAMBAR ……… viii

DAFTAR LAMPIRAN ……… ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. 1

B. Rumusan Masalah ……… 4

C. Batasan Masalah ……….. 5

D. Asumsi ………... 6

E. Hipotesis ………... 7

F. Tujuan Penelitian ………... 7

G. Manfaat Penelitian ………... 7

BAB II PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X A. Pembelajaran Berbasis Masalah ……..………... 9

B. Tinjauan Konsep Ekosistem ... C. Penguasaan Konsep ………...……….... 13 22 D. Kemampuan Penalaran ... 23

E. Sikap Kesadaran Lingkungan ... 25


(3)

v

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ...…….……...………... 28

B. Metode dan Desain Penelitian ……...……… 28

C. Definisi Operasional ……….………... 30

D. Instrumen Penelitian ……….………... 31

E. Proses Pengembangan Instrumen ... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Analisis Data ... 36

H. Prosedur Penelitian ... 39

I. Alur Penelitian ………... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……… 1. Hasil Penelitian dengan Metode Kuasi Eksperimen ... 2. Hasil Analisis Korelasional ... 42 42 61 B. Pembahasan ………... 1. Pembahasan Hasil Penelitian ...………... 2. Pembahasan Hasil Uji Korelasional ... 62 62 75 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 79

B. Saran ...………...………. 80

DAFTAR PUSTAKA ……….

LAMPIRAN

81 84


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Tingkat Konsentrasi Berbagai Gas Rumah kaca ... 2 2.1 Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 12 2.2 Kelebihan dan Kekurangan dari PBL ... 12 3.1 Derajat Validitas Soal ...

3.2 Derajat Reliabilitas Soal ………....…………... 3.3 Derajat Daya Pembeda Soal ………....………... 3.4 Tingkat Kesukaran Soal ... 3.5 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Setiap Butir Soal Penguasaan

Konsep ... 3.6 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Setiap Butir Soal Kemampuan

Penalaran ... 3.7 Interpretasi Perolehan Indeks Gain ... 3.8 Skala Penilaian Angket Peserta Didik ... 3.9 Kategorisasi Sikap atau Minat Peserta Didik ... 3.10 Kriteria Besaran Hubungan Antara Dua Variabel ...

32 33 33 33

34

35 36 38 38 39 4.1 Rekapitulasi Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Penguasaan

Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol …………...………...……….. 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol …...…………...………...…….. 4.4 Hasil Uji t Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 4.5 Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ...

43

44

45 45


(5)

vii

4.6 Hasil Uji U Mann-Whitney Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 4.7 Rekapitulasi Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Penalaran

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 4.8 Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Penalaran Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 4.9 Hasil Uji U Mann-Whitney Pretes Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 4.10 Hasil Uji Normalitas Postes Kemampuan Penalaran Kelas

Eksperimen dan Kontrol ... 4.11 Hasil Uji U Mann-Whitney Postes Kemampuan Penalaran

Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 4.12 Rekapitulasi Data Hasil Pretes dan Postes Sikap Kesadaran

Lingkungan Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 4.13 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol .... 4.14 Hasil Uji U Mann-Whitney Pretes Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ... 4.15 Hasil Uji Normalitas Postes Sikap Kesadaran Lingkungan

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 4.16 Hasil Uji Homogenitas Postes Sikap Kesadaran Lingkungan

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 4.17 Hasil Uji t Postes Sikap Kesadaran Lingkungan Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 4.18 Presentase Tiap Indikator Sikap Kesadaran Lingkungan Kelas

Eksperimen ... 4.19 Presentase Tiap Indikator Sikap Kesadaran Lingkungan Kelas

Kontrol ... ... 4.20 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Pada Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ...

47 48 50 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema Proses Psikologi dan Kognisi ketika PBL …….…..…... 10

2.2 Sumber-sumber Polutan di Lautan ... 16

2.3 Ratusan Ton Ikan di Danau Maninjau Mati Tercemar Limbah Amoniak ... 16

2.4 Skema Proses Terjadinya Pemanasan Global ... 19

2.5 Salah Satu Contoh dan Dampak Pencemaran Limbah B3 ... 21

2.6 Taksonomi Bloom Revisi ... 24

3.1 Alur Penelitian …...…………...………... 41

4.1 Rerata Nilai Pretes dan Postes Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..………...……… 4.2 Rerata Nilai Pretes dan Postes Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 43 49 4.3 Rerata Nilai Pretes dan Postes Sikap Kesadaran Lingkungan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 54


(7)

i

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN

PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin maraknya permasalahan lingkungan yang terjadi dan adanya harapan untuk membentuk generasi muda yang peduli terhadap kondisi lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pembelajaran ekosistem berbasis masalah global terhadap penguasaan konsep, kemampuan penalaran, dan kesadaran lingkungan siswa kelas X. Metode penelitian ini adalah Quasi Experimental dengan desain Randomized Pretest-Posttest Control Group Design. Pemilihan sampel dilakukan secara Random Cluster. Data diperoleh melalui tes kemampuan penguasaan konsep dan penalaran, serta skala sikap kesadaran lingkungan. Hasil menunjukkan bahwa model pembelajaran ekosistem berbasis masalah global mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan konsep, kemampuan penalaran, dan kesadaran lingkungan siswa. Selain itu, terdapat korelasi yang positif sebesar 28,09% antara variabel penguasaan konsep dan kemampuan penalaran terhadap sikap kesadaran lingkungan siswa di kelas eksperimen, sedangkan untuk kelas kontrol sebesar2,89%. Indikator sikap kesadaran lingkungan yang memiliki nilai paling tinggi yaitu peduli atau sadar dengan 94,64% dan yang paling rendah yaitu komitmen dengan nilai 63,39%.

Kata kunci : Pembelajaran Ekosistem Berbasis Masalah Global, Penguasaan Konsep, Kemampuan Penalaran, dan Kesadaran Lingkungan


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isu permasalahan mengenai lingkungan merupakan topik yang tidak pernah lepas dari pemberitaan sampai saat ini, mulai dari tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional. Hal ini dikarenakan kita sebagai manusia akan selalu hidup berdampingan dengan lingkungan di sekitar kita dengan membentuk hubungan saling ketergantungan. Oleh karena itu, untuk senantiasa menjaga keseimbangan hubungan saling ketergantungan tersebut, kita harus senantiasa menjaga kelestarian lingkungan dimanapun kita berada terutama di lingkungan tempat tinggal kita sendiri, sehingga akan tercipta keharmonisan sekaligus turut serta dalam menjaga aset berharga untuk masa depan kita dan keturunan kita. Dengan kata lain, adanya hubungan saling ketergantungan antara manusia dan lingkungannya, membuat lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan manusia, sehingga apabila kita menginginkan kualitas hidup yang lebih baik, maka kita semua harus ikut berpartisipasi di dalam menjaga dan melestarikan lingkungan kita.

Akan tetapi, terkadang harapan tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Bagi orang-orang atau pihak yang kurang peduli terhadap lingkungan, pemenuhan kebutuhan seringnya bertolak belakang dengan upaya pelestarian sumber daya alam. Kebutuhan manusia yang semakin meningkat dan bervariasi dari waktu ke waktu, akan berimbas pada eksploitasi sumber daya alam yang semakin meningkat pula. Kondisi ini menuntut kita semua untuk berpikir dan mencari solusi terhadap pemenuhan kebutuhan manusia sekaligus tetap berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan untuk keberlangsungan makhluk hidup pada umumnya dan manusia pada khususnya.

Akan tetapi pada kenyataannya, dewasa ini laju kerusakan lingkungan, khususnya di Indonesia malah semakin meningkat. Menurut Irwanto (2013), data dari World Bank mengungkapkan bahwa laju deforestasi di Indonesia berkisar antara


(9)

700.000 sampai 1.200.000 ha per tahun. Sedangkan menurut FAO, laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai 1.315.000 ha per tahun, atau setiap tahunnya luas areal hutan berkurang sebesar satu persen (1%). Berbagai LSM yang peduli lingkungan, seperti Greenpeace bahkan mengungkapkan data yang lebih mencengangkan lagi, yaitu bahwa kerusakan hutan di Indonesia mencapai 3.800.000 ha per tahun yang sebagian besar adalah penebangan liar (Irwanto, 2013).

Selain itu, aspek lain yang berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan adalah adanya pemanasan global (Global Warming). Fenomena ini terjadi karena adanya lapisan gas-gas rumah kaca, seperti metana (CH4), CO2, dan NO2, yang terdapat di

lapisan atmosfer, sehingga menghalangi energi panas matahari yang seharusnya dipantulkan kembali ke angkasa. Hal tersebut tentunya akan menyebabkan naiknya temperatur atau suhu bumi, dan memberikan dampak lain yang berkelanjutan. Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (2013) mengungkapkan data mengenai tingkat konsentrasi berbagai polutan yang termasuk ke dalam gas rumah kaca sebagai berikut.

Tabel 1.1. Tingkat Konsentrasi Berbagai Gas Rumah Kaca

No Gas

Konsentrasi Perkiraan sebelum

tahun 1750

Konsentrasi

saat ini Kenaikan

1 Metana (CH4) 0,70 ppm 1,819 ppm 160%

2 CO2 278 ppm 393 ppm 41%

3 Nitrogen Oksida 0,27 ppm 0,325 ppm 20%

Keterangan:

ppm = part per million

(Sumber: World Meteorological Organization, 2013) Kondisi kerusakan lingkungan yang lain memiliki data yang berbeda. Menurut Natural Resources Defense Council (Lembaga Pertahanan Sumber Daya Alam) Amerika Serikat (2011), mengungkapkan bahwa rata-rata peningkatan suhu di Amerika Serikat berkisar antara 3-90C pada satu abad terakhir ini. Menurut hasil penelitian dari Program Penelitian Perubahan Global Amerika Serikat, dalam Lembaga Pertahanan Sumber Daya Alam (2011), dampak yang terjadi akibat kenaikan suhu ini diantaranya adalah meningkatnya angka kematian akibat suhu


(10)

ekstrim terutama anak-anak, orang tua, dan orang miskin; meningkatnya penyakit yang ditransmisikan melalui makanan, minuman, dan serangga; serta tidak menentunya pola iklim dan meningkatnya permukaan air.

Kemudian, peningkatan kebutuhan manusia yang disertai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, memberikan konsekuensi logis terhadap peningkatan dalam bidang industri dan transportasi. Kedua bidang ini memberikan dampak langsung terhadap meningkatnya tingkat pemanasan global (Global Warming) yang dapat menyebabkan berbagai permasalahan lingkungan yang kompleks. Ditambah lagi, berdasarkan hasil studi yang dilakukan ole Kementerian Lingkungan Hidup (2012), Indeks Peduli Lingkungan (IPL) masyarakat Indonesia masih berkisar pada 0,57 dari angka mutlak satu (1). Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat belum berperilaku peduli terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, perlu kesadaran semua pihak untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan lingkungan demi terciptanya hubungan yang selaras antara manusia dan lingkungannya. Pemahaman dan sikap kepedulian terhadap kelestarian lingkungan tersebut, sangat perlu untuk ditanamkan kepada generasi muda yang akan mewarisi tanggungjawab untuk dapat menjaga, mengelola, serta melestarikan lingkungan secara arif dan bijaksana.

Sebagai upaya atau langkah nyata kita sebagai pendidik dalam menyikapi permasalahan ini adalah dengan menginternalisasikan pemahaman dan sikap tersebut di dalam setiap aktifitas pembelajaran. Langkah ini diharapkan mampu menyiapkan peserta didik yang memiliki kepedulian lingkungan, karena aktifitas-aktifitas yang dilakukan di lingkungan sekolah nantinya diharapkan akan menjadi suatu kebiasaan, dan kebiasaan tersebut diharapkan pula akan menjadi sebuah karakter yang melekat kuat pada setiap peserta didik. Salah satu model yang mendukung upaya ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang berbasis masalah (PBL). Sebagai suatu model, Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu upaya dalam kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi siswa, karena di dalamnya terdapat berbagai macam interaksi sosiologis antara anggota kelompok maupun antar kelompok, seperti diskusi, berdebat, saling mendukung dan menguatkan pendapat, yang membuat kemampuan siswa terasah dengan baik. Salah


(11)

satu aspek yang penting dalam kegiatan pembelajaran berbasis masalah adalah proses pemecahan masalah (Problem Solving). Pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan (Cahyadi, 2009). Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision making), yang didefinisikan sebagai pemilihan solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia (Cahyadi, 2009).

Penelitian ini difokuskan pada proses yang terintegrasi di dalam aktivitas pembelajaran. Diharapkan melalui penerapan strategi tersebut di dalam proses pembelajaran di kelas, siswa mampu mengaplikasikan pemahaman dan sikap peduli terhadap lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, dan diharapkan generasi muda yang dihasilkan memiliki kecakapan yang sesuai dengan tuntutan yang tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan. Hal itulah yang mendasari penulis untuk dapat memberikan kontribusi melalui penelitian ini, dengan harapan akan terbentuknya generasi muda yang cerdas dalam menjaga, mengelola, dan melestarikan lingkungannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah Pengaruh Pembelajaran Ekosistem Berbasis Masalah Global terhadap Penguasaan Konsep, Kemampuan Penalaran dan Kesadaran Lingkungan Siswa Kelas X?”. Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah perbedaan penguasaan konsep siswa sebelum dan setelah dilakukan pembelajaran ekosistem berbasis masalah global dan pembelajaran ekosistem dengan metode diskusi yang menggunakan pendekatan lingkungan? 2. Bagaimanakah perbedaan kemampuan penalaran siswa sebelum dan setelah

dilakukan pembelajaran ekosistem berbasis masalah global dan pembelajaran ekosistem dengan metode diskusi yang menggunakan pendekatan lingkungan? 3. Bagaimanakah perbedaan sikap kesadaran lingkungan siswa sebelum dan


(12)

pembelajaran ekosistem dengan metode diskusi yang menggunakan pendekatan lingkungan?

4. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran ekosistem berbasis masalah global terhadap penguasaan konsep, kemampuan penalaran, dan kesadaran lingkungan siswa kelas X?

5. Bagaimanakah korelasi antara tingkat penguasaan konsep dan kemampuan penalaran dengan tingkat kesadaran lingkungan siswa kelas X?

C. Batasan Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Pembelajaran ekosistem yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah suatu proses pembelajaran dengan pembahasan materi-materi yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan atau ekosistem, khususnya yang diakibatkan oleh faktor alami maupun aktivitas manusia secara langsung. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh faktor alam diantaranya kerusakan akibat gempa bumi, gunung meletus, tsunami, dan lain sebagainya. Sedangkan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktifitas manusia diantaranya adalah pencemaran (tanah, air, dan udara) serta akibat yang ditimbulkan dari pencemaran tersebut seperti pemanasan global, penipisan lapisan ozon, hujan asam, dan lain sebagainya. 2. Pembelajaran berbasis masalah global yang dimaksud dalam penelitian ini

merupakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) yang menyajikan suatu permasalahan lingkungan yang bersifat global atau memberikan dampak yang luas, baik secara ekologis maupun geografis, yang kemudian harus dapat dianalisis dan dicari solusi penyelesaian masalahnya secara berkelompok. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah, yang berasal dari berbagai sumber yang relevan, terpercaya, dan bersifat multidisipliner.

3. Pembelajaran diskusi dengan menggunakan pendekatan lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu metode pembelajaran untuk kelas kontrol dengan menggunakan diskusi kelompok sebagai inti dari proses


(13)

pembelajarannya. Kemudian untuk pendekatan lingkungannya, digunakan sebagai orientasi siswa pada topik yang akan didiskusikan melalui pengamatan langsung dari lingkungan di sekitarnya.

4. Penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ranah dimensi kognitif menurut taksonomi Bloom yang telah direvisi, mulai dari kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), dan mengaplikasikan (C3).

5. Penalaran yang akan dijaring dalam penelitian ini merupakan kemampuan penalaran yang termasuk ke dalam Higher Order Thinking (HOT) menurut teori Bloom yang telah direvisi. Kemampuan penalaran tersebut meliputi kemampuan menganalisis (C4), kemampuan mengevaluasi (C5), dan kemampuan mencipta (C6).

6. Kesadaran lingkungan yang akan dijaring dalam penelitian ini merupakan lima tingkatan ranah afektif yang terdiri dari menerima (receiving), menanggapi (responding), dan menilai (valuing), mengorganisasikan (organization), dan menginternalisasikan nilai-nilai yang kompleks (characterization by a value complex) yang dikemukakan oleh Krathwohl, Bloom, dan Masia (1964). Kelima tingkatan ini akan dijabarkan kembali menjadi beberapa pernyataan dalam bentuk skala sikap yang disesuaikan dengan indikator dari setiap tingkatan ranah sikap tersebut.

D. Asumsi

1. PBL dapat meningkatkan kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan awal, konteks, dan perspektif, yang sangat penting dalam proses memecahkan masalah (Tan, 2006).

2. PBL membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri (Arends, 2008:43).

3. PBL dapat meningkatkan penampilan siswa dalam memecahkan masalah-masalah konseptual (Bilgin, Senocak, dan Sozbilir, 2009).


(14)

4. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, menganalisis dan memecahkan masalah kompleks, bekerja kooperatif dalam kelompok, dan kemampuan berkomunikasi lisan dan tulisan (Akcay, 2009).

5. Hasil dari proses pembelajaran berbasis masalah adalah tercapainya keterampilan dalam penyelidikan dan proses dalam mengatasi masalah disertai dengan adanya sikap atau perilaku dan keterampilan sosial (Arends, 2008).

E. Hipotesis

Dalam penelitian ini, hipotesis ditentukan dengan mengacu pada asumsi-asumsi yang telah dijelaskan di atas. Hipotesis yang dimaksud adalah:

1. Terdapat perbedaan penguasaan konsep, kemampuan penalaran dan kesadaran lingkungan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

2. Terdapat korelasi positif antara tingkat penguasaan konsep dan kemampuan penalaran dengan kesadaran lingkungan siswa.

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh pembelajaran ekosistem berbasis masalah global terhadap penguasaan konsep, kemampuan penalaran dan kesadaran lingkungan siswa kelas X.

2. Menganalisis efektivitas pembelajaran ekosistem berbasis masalah global terhadap penguasaan konsep, kemampuan penalaran dan kesadaran lingkungan siswa kelas X.

3. Menganalisis hubungan antara penguasaan konsep dan kemampuan penalaran terhadap kesadaran lingkungan siswa kelas X.

G. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya:


(15)

1. Bagi siswa, memberikan wawasan dan informasi mengenai penalaran sains dari hasil belajarnya pada materi ekosistem. Selain itu juga, siswa dapat mengasah kepeduliannya terhadap lingkungan setelah mendapatkan informasi yang benar mengenai suatu kondisi yang terjadi di sekitarnya.

2. Bagi guru (pengajar), hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rekomendasi untuk memilih strategi pembelajaran yang tepat yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan kesadaran terhadap lingkungan yang sangat diperlukan dalam sains. Selain itu, mudah-mudahan hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai tambahan ide untuk lebih menggali potensi anak melalui pembelajaran dengan menyajikan permasalahan-permasalahan yang kontekstual.

3. Bagi peneliti lain, semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan ilmiah mengenai pengembangan strategi pembelajaran yang diharapkan dapat memberikan hasil pembelajaran yang optimal bagi siswa, khususnya yang berkaitan dengan penalaran dan kesadaran lingkungan.


(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA yang terletak di Kota Bandung, lebih tepatnya di sekitar Kecamatan Sarijadi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA X Bandung. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X1 dan X2 di SMA tersebut. Sekolah ini dipilih karena lokasinya yang tidak terlalu jauh dan termasuk salah satu SMA klaster 1 di Kota Bandung. Kemudian untuk teknik sampling yang digunakan adalah acak kelompok atau random cluster, karena menurut Fraenkel, Wallen, dan Hyun (2012), apabila kita menentukan sampel kelas berdasarkan kelompok atau klaster, dan bukan mengambil individu, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random cluster.

B. Metode dan Desain Penelitian

Fraenkel, Wallen, dan Hyun (2012), mengungkapkan bahwa metode penelitian eksperimen merupakan salah satu metode yang paling kuat yang bisa digunakan oleh peneliti. Selain itu, mereka juga menjelaskan bahwa metode penelitian ini adalah metode terbaik untuk dapat menentukan hubungan sebab akibat diantara variabel. Selain itu, kita juga dapat mengidentifikasi penggunaan metode ini di dalam penelitian dengan mengetahui karakteristiknya. Suatu penelitian dikatakan menggunakan metode eksperimen apabila di dalamnya membandingkan variabel, memanipulasi variabel bebas, dan sampling secara acak (Fraenkel, Wallen, dan Hyun; 2012).

Di dalam penelitian pendidikan, khususnya penelitian di dalam kelas, cukup sulit untuk dapat memilih sampel dengan cara acak murni, karena siswa sudah berada dalam suatu paket kelas yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, secara lebih spesifik, penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu (Quasy


(17)

Experimental Design). Suatu metode disebut Quasy Experimental Design apabila desain ini memiliki kelompok kontrol, tetapi teknik pengambilan sampel tidak dilakukan dengan dengan metode acak seperti pada penelitian eksperimen yang sesungguhnya (Fraenkel, Wallen, dan Hyun; 2012). Untuk pemilihan sampel, dilakukan secara acak kelompok (random cluster), karena dilakukan melalui dua tahap, yaitu menentukan sampel daerah atau klaster, kemudian menentukan orang-orang atau bagian pada daerah tersebut (Sugiyono, 2009:122) . Desain penelitian ini adalah Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design. Untuk lebih memperjelas gambaran tentang desain ini, Sugiyono (2009:116) merangkumnya sebagai berikut:

O1 X1 O2

O3 X2 O4

Keterangan:

O1 : pretes kelas eksperimen

O2 : postes kelas eksperimen

O3 : pretes kelas kontrol

O4 : postes kelas kontrol

X1 : perlakuan dengan pembelajaran ekosistem berbasis masalah global

X2 : perlakuan dengan pembelajaran diskusi dengan pendekatan lingkungan Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan Uji Korelasional. Uji korelasional adalah pengujian yang dilakukan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua variabel dan apabila ada hubungan, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu (Arikunto, 2006). Penelitian ini membantu kita untuk membuat suatu prediksi akurat tentang suatu kejadian, kondisi, atau fenomena yang disebabkan oleh suatu hal lainnya. Penelitian ini juga merupakan contoh penting dari penelitian asosiasi karena tidak mengijinkan kepada peneliti untuk memanipulasi variabel. Variabel dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep, tingkat penalaran siswa dan tingkat kesadaran lingkungan siswa pada pembelajaran materi ekosistem. Dengan demikian desain penelitian ini dapat disajikan sebagai berikut :


(18)

W

Y X

Keterangan :

W = Kemampuan penguasaan konsep X = Kemampuan penalaran siswa Y = Tingkat kesadaran lingkungan siswa

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan-kesalahan penafsiran terhadap beberapa istilah yang terdapat dalam penelitian ini, maka diperjelas definisi operasional dari istilah-istilah tersebut, antara lain:

1. Pembelajaran Ekosistem

Pembelajaran ekosistem yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran mengenai materi-materi yang berkaitan dengan pencemaran dan kerusakan lingkungan, khususnya yang diakibatkan oleh aktivitas manusia maupun yang disebabkan oleh faktor alam dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Materi-materi tersebut kemudian dijabarkan ke dalam instrumen tes berupa soal pilihan ganda dan uraian.

2. Permasalahan Global

Permasalahan global yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah permasalahan lingkungan yang sifatnya memberikan dampak atau efek yang luas, dengan kata lain, permasalahan tersebut tidak hanya terbatas di suatu wilayah atau negara saja, akan tetapi bisa lintas negara, kawasan, maupun benua.

3. Penguasaan Konsep

Maksud dari penguasaan konsep yang terdapat di dalam penelitian ini adalah taraf kemampuan kognitif yang termasuk lower order thinking yang terdiri dari C1 (mengingat), C2 (memahami), dan C3 (mengaplikasikan) menurut taksonomi Bloom yang telah direvisi. Taraf kognitif inilah yang dijadikan acuan di dalam penyusunan instrumen pilihan ganda.


(19)

Kemampuan penalaran yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif yang termasuk higher order thinking yang terdiri dari C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta) menurut taksonomi Bloom yang telah direvisi. Taraf kognitif inilah yang kemudian menjadi batasan di dalam penyusunan instrumen uraian.

5. Kesadaran Lingkungan

Kesadaran lingkungan yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah sikap peserta didik terhadap fenomena atau kondisi yang berkaitan dengan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan adalah skala sikap, dengan menggunakan indikator sikap menurut Krathwohl, Bloom, dan Masia (1964). Indikator tersebut terdiri dari menerima (receiving), menanggapi (responding), menilai (valuing), mengorganisasikan (organization), dan menginternalisasikan nilai-nilai yang kompleks (characterization by a value complex).

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan sebagai alat untuk menjaring data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu tes penguasaan konsep, tes kemampuan penalaran, dan skala sikap.

1. Tes Penguasaan Konsep

Pengukuran tingkat penguasaan konsep siswa ini dilakukan dengan menggunakan instrumen tes berupa soal pilihan ganda dengan lima opsi jawaban. Soal ini disusun berdasarkan dimensi proses berpikir kognitif menurut teori Bloom yang sudah direvisi mulai dari kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), dan mengaplikasikan (C3).

2. Tes Kemampuan Penalaran

Pengukuran kemampuan penalaran siswa dilakukan dengan menggunakan soal uraian atau esai. Soal-soal tersebut mencakup indikator penalaran untuk berpikir lebih tinggi (high order thinking) menurut teori Bloom yang telah direvisi. Indikator


(20)

tersebut meliputi kemampuan analisis (C4), kemampuan mengevaluasi (C5), dan kemampuan mencipta (C6).

3. Skala Sikap

Jenis instrumen skala sikap yang digunakan pada penelitian ini adalah Skala Likert. Pada instrumen ini, disajikan beberapa pernyataan positif maupun negatif yang harus disikapi oleh siswa dengan mengisi salah satu kolom, mulai dari Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Pada umumnya, kategorisasi sikap pada skala Likert berjumlah 5 (ditambah Ragu-ragu atau Tidak tahu). Akan tetapi, karena kecenderungan siswa untuk memilih ragu atau tidak tahu masih cukup tinggi, maka kategorinya dijadikan 4 supaya lebih menjelaskan arah atau kecenderungan sikap siswa.

Pernyataan pada skala sikap ini berjumlah 13 pernyataan yang disesuaikan dengan jumlah indikator sikap kesadaran lingkungan menurut Krathwohl, Bloom, dan Masia. Setiap pernyataan ini menggambarkan posisi sikap siswa dalam kaitannya dengan kerusakan lingkungan dan upaya pelestariannya.

E. Proses Pengembangan Instrumen

1. Analisis Butir Soal

Untuk analisis butir soal, dilakukan dengan bantuan software AnatesV4. Analisis ini meliputi uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. a. Validitas butir soal

Untuk melihat validitas butir soal yang kita uji dari data yang sudah diolah pada program Anates, kita cukup melihat pada bagian kolom korelasi. Selanjutnya, hasil validitas tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan derajat validitas seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Derajat Validitas Soal

Rentang Kategori

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Cukup


(21)

Rentang Kategori

0,00 – 0,20 Sangat rendah (Sumber: Arikunto, 2009) b. Reliabilitas soal

Di dalam hasil pengolahan data dari program Anates, nilai dari reliabilitas soal bisa langsung kita lihat pada bagian awal dari hasil pengolahan data tersebut. Hasilnya diinterpretasikan menggunakan kriteria seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Derajat Reliabilitas Soal

Rentang Kategori

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Cukup

0,20 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah (Sumber: Arikunto, 2009) c. Daya pembeda

Hasil pengolahan data untuk faktor daya pembeda, bisa langsung dilihat pada kolom daya pembeda. Hasilnya dapat langsung diinterpretasikan menggunakan kriteria seperti pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Derajat Daya Pembeda Soal

Rentang Kategori

Negatif – 10% Sangat buruk

10 % – 19% Buruk

20% – 29% Agak baik

30% – 49% Baik

50% ke atas Sangat baik

(Sumber: Karno To, 2004) d. Tingkat kesukaran

Hasil untuk tingkat kesukaran dapat diinterpretasikan menggunakan kriteria seperti pada Tabel 3.4.


(22)

Rentang Kategori

0% – 15% Sangat sukar

16% – 30% Sukar

31% – 70% Sedang

71% – 85% Mudah

86% - 100% Sangat mudah

(Sumber: Karno To, 2004)

Hasil uji coba pada setiap butir soal menunjukkan perolehan tingkat kesukaran, daya pembeda, dan validitas yang bebeda-beda. Hasil rekapitulasi setiap butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.5 dan 3.6.

Tabel 3.5. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Setiap Butir Soal Penguasaan Konsep No

Korelasi Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran (Kategori)

Keterangan

Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,635 Sangat

Signifikan 62,50 Sangat baik Sukar Pakai

2 0,204 - 25,00 Agak baik Sedang Buang

3 0,274 - 50,00 Sangat baik Sedang Revisi+Pakai 4 0,602 Sangat

Signifikan 50,00 Sangat baik Sukar Pakai 5 0,119 - 0,00 Sangat Buruk Sangat Sukar Buang 6 0,602 Sangat

Signifikan 50,00 Sangat baik Sukar Pakai 7 0,512 Sangat

Signifikan 25,00 Agak baik Sangat sukar Pakai 8 0,556 Sangat

Signifikan 62,50 Sangat baik Sedang Pakai 9 0,651 Sangat

Signifikan 37,50 Baik Sangat sukar Revisi+Pakai

10 0,282 - 12,50 Buruk Sangat sukar Buang

11 0,327 - 37,50 Baik Sedang Revisi+Pakai

12 0,456 Sangat

Signifikan 62,50 Sangat baik Sedang Pakai 13 0,466 Sangat

Signifikan 50,00 Sangat baik Sukar Pakai

14 0,191 - 25,00 Agak baik Sedang Buang

15 0,006 - 0,00 Sangat Buruk Sangat

mudah Buang

16 0,314 - 62,50 Sangat baik Sedang Pakai

17 0,355 Signifikan 50,00 Sangat baik Sedang Pakai 18 0,314 - 25,00 Agak baik Sedang Revisi+Pakai


(23)

No

Korelasi Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran (Kategori)

Keterangan

Nilai Kategori Nilai Kategori

19 0,193 - 25,00 Agak baik Sukar Revisi+Pakai 20 0,289 - 25,00 Agak baik Mudah Revisi+Pakai 21 0,450 Sangat

Signifikan 37,50 Baik Sukar Pakai

22 0,210 - 12,50 Buruk Mudah Buang

23 0,364 Signifikan 37,50 Baik Sukar Pakai

24 0,047 - 0,00 Sangat Buruk Sangat

Mudah Buang

25 0,192 - 12,50 Buruk Mudah Buang

26 0,379 Signifikan 62,50 Sangat baik Sedang Pakai 27 0,546 Sangat

Signifikan 62,50 Sangat baik Sedang Pakai

28 0,189 - 12,50 Buruk Sangat

mudah Buang 29 0,581 Sangat

Signifikan 62,50 Sangat baik Sukar Pakai

30 0,192 - 0,00 Sangat Buruk Mudah Buang

Tabel 3.6. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Setiap Butir Soal Kemampuan Penalaran

No

Korelasi Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran (Kategori)

Keterangan

Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,528 - 22,08 Agak Baik Mudah Buang

2 0,669 Signifikan 37,08 Baik Sedang Revisi+Pakai

3 0,474 - 34,16 Baik Sedang Buang

4 0,586 Signifikan 20,41 Agak baik Sedang Revisi+Pakai

5 0,496 - 12,92 Buruk Sedang Buang

6 0,588 Signifikan 21,25 Agak Baik Sukar Revisi+Pakai 7 0,699 Signifikan 17,50 Buruk Sedang Revisi+Pakai

8 0,297 - 12,92 Buruk Sedang Buang

9 0,580 Signifikan 14,58 Buruk Sedang Revisi+Pakai

10 0,518 - 16,67 Buruk Sedang Buang

F. Teknik Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pada pertemuan pertama, dilakukan pemberian pretest kepada seluruh siswa pada kedua kelompok (eksperimen maupun kontrol) sebelum kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe PBL


(24)

pada kelas eksperimen dan diskusi dengan pendekatan lingkungan di kelas kontrol. Data pretest dijaring dengan menggunakan instrumen penguasaan konsep, penalaran high order thinking menurut Bloom yang telah direvisi dan skala sikap. Data ini digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep, kemampuan penalaran dan sikap awal siswa. Kemudian setiap kelompok siswa diberikan LKS yang harus diisi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 2. Pada pertemuan kedua, setiap kelompok siswa harus sudah mengisi LKS yang

diberikan. Data dari LKS digunakan sebagai hasil kemampuan pemecahan masalah siswa.

3. Pada pertemuan ketiga, dilakukan pemberian posttest kepada seluruh siswa dilakukan setelah melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe PBL dan diskusi dengan menggunakan instrumen yang sama.

4. Kemudian, semua data yang telah diperoleh, dikelompokkan berdasarkan pretest-postest, serta penguasaan konsep, kemampuan penalaran dan sikap kesadaran lingkungan pada diri siswa.

G. Analisis Data

1. Kemampuan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Penalaran a. Menghitung skor total pretest dan posttest dari seluruh butir soal.

b. Menentukan rata-rata skor pretest dan posttest dengan menggunakan rumus: Nilai = �� � � � �� ℎ x 100%

(Arikunto, 2009)

c. Peningkatan kemampuan penguasaan konsep dan kemampuan penalaran siswa setelah pembelajaran kooperatif tipe PBL dan diskusi, diperoleh dengan menghitung gain dengan menggunakan rumus menurut Hake (Laraswati, 2009):

(

g

) = �2−�1

� −�1 Keterangan:

(g) : indeks gain T2 : nilai posttest


(25)

T1 : nilai pretest Is : skor maksimal

Tabel 3.7. Interpretasi Perolehan Indeks Gain Kategori Indeks

Gain

Interpretasi

0,71 – 1,00 Tinggi

0,41 – 0,70 Sedang

0,01 – 0,40 Rendah

(Sumber: Hake dalam Laraswati, 2009) d. Melakukan Uji Prasyarat

Uji prasyarat merupakan pengujian awal yang diperlukan untuk menentukan apakah pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik parametrik atau nonparametrik. Uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Untuk pengujian prasyarat ini dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji untuk menentukan apakah data berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Bentuk hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujiannya adalah :

Jika nilai signifikansi lebih besar dari �= 0,05, maka H0 diterima, dan dalam hal

sebaliknya H1 diterima. Apabila data berasal dari populasi yang terdistribusi normal,

maka pengolahan data dilanjutkan dengan uji homogenitas, akan tetapi apabila data berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal, maka pengolahan data langsung menggunakan uji nonparametrik.


(26)

Uji homogenitas dilakukan apabila data menunjukkan distribusi yang normal. Pengujian ini pun dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows (Lavene test). Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah sebagai berikut:

H0 : σe2 σk2, tidak terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol

H1 : σe2 σk2, terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol

Kriteria pengujian : Jika nilai signifikansi lebih besar dari �= 0,05, maka H0

diterima, dan dalam hal sebaliknya H1 diterima.

e. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara hasil pretest dan posttest akibat dari pemberian perlakuan. Apabila data berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan mengambil taraf signifikansi

α = 0,05. Kemudian apabila data berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal dan tidak homogen, maka pengujiannya dilakukan dengan menggunakan uji U Mann-Whitney dengan mengambil taraf signifikansi α = 0,05. Karena uji yang

dilakukan adalah uji dua pihak, maka α yang digunakan adalah α/2 = 0,025. 2. Sikap Kesadaran Lingkungan

Jenis skala yang digunakan pada instrumen penelitian ini adalah SKALA LIKERT. Untuk menafsirkan hasil pengukuran diperlukan suatu kriteria. Kriteria yang digunakan tergantung pada skala dan jumlah butir pertanyaan/pernyataan yang digunakan. Jumlah pernyataan yang akan digunakan pada skala Likert, berisi 13 butir pernyataan (sesuai dengan jumlah indikator domain sikap menurut Krathwohl, Bloom, dan Masia) dengan empat pilihan untuk mengukur sikap peserta didik. Skor tertinggi untuk instrumen tersebut adalah 13 butir x 4 = 52, dan skor terendah 13 butir x 1 = 13. Skor ini dikualifikasikan menjadi empat kategori sikap atau minat, yaitu sangat tinggi (sangat baik), tinggi (baik), rendah (kurang), dan sangat rendah


(27)

(sangat kurang). Berdasarkan kategori ini dapat ditentukan minat atau sikap peserta didik. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.8. Skala penilaian angket peserta didik Alternatif Jawaban Bobot Penilaian

Positif Negatif

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Tidak Setuju (TS) 2 3

Setuju (S) 3 2

Setuju Sekali (SS) 4 1

(Sumber: Ismail, 2012)

Sedangkan untuk penentuan kategori hasil pengukuran sikap kesadaran lingkungan dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut.

Tabel 3.9. Kategorisasi sikap atau minat peserta didik serta konversi nilai untuk 13 butir pernyataan, dengan rentang skor 13 – 52.

No. Skor peserta didik Kategori Sikap atau Minat 1. Lebih besar dari 43 Sangat tinggi/Sangat baik

2. 33 sampai 42 Tinggi/Baik

3. 22 sampai 32 Rendah/Kurang

4. Kurang dari 22 Sangat rendah/Sangat kurang (Sumber: Ismail, 2012)

Langkah selanjutnya, data-data ordinal tersebut harus diubah ke dalam bentuk data interval, karena data ordinal tersebut sebenarnya adalah data kualitatif dan bukan data sebenarnya. Metode yang umum digunakan untuk mengubah data ordinal menjadi data interval, digunakan Metode Suksesif Interval (Method of Successive Interval/MSI).

3. Uji Korelasi (Menentukan Ada Tidaknya Hubungan antara Variabel)

Uji hubungan antar dua variabel dilakukan untuk memprediksi ada tidaknya hubungan dan pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Dalam penelitian ini yang akan dilihat hubungannya adalah tingkat penguasaan konsep dan kemampuan penalaran terhadap kesadaran lingkungan siswa. Uji korelasi ini dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi software SPSS 16 for windows.


(28)

Uji regresi digunakan untuk mengetahui kelinieran data. Selanjutnya dilakukan uji korelasi sehingga akan diperoleh nilai yang menunjukkan lemah atau kuatnya hubungan antara dua variabel. Setelah diketahui nilai regresi dan korelasinya, kemudian dicari nilai koefisien determinasinya. Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya peranan atau pengaruh variabel yang satu terhadap

variabel yang lain. Nilai koefisien determinasi diperoleh dari kuadrat nilai r’

(koefisien korelasi) dikalikan 100%. Kriteria untuk melihat besarnya hubungan antara dua variabel dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut :

Tabel 3.10. Kriteria Besaran Hubungan antara Dua Variabel

No Rentang nilai Kriteria

1 r = 0,90 – 1.00 sangat kuat

2 r = 0,70 – 0,90 kuat

3 r = 0,50 – 0,70 sedang

4 r = 0,30 – 0,50 lemah

5 r = 0,00 – 0,30 sangat lemah

(Boediono & Koster, 2004)

H. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitian yang dilakukan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : 1. Tahap Persiapan

a. Studi literatur, mengumpulkan informasi tentang model pembelajaran PBL, materi ekosistem, penalaran ilmiah, dan sikap kesadaran lingkungan.

b. Menyusun proposal, seminar proposal, dan revisi proposal penelitian. c. Menyusun instrumen penelitian sebagai alat untuk menjaring data.

d. Pertimbangan (judgement) instrumen penelitian kepada dosen ahli, revisi apabila ada perbaikan dan selanjutnya uji coba instrumen.

e. Merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran tipe PBL.

f. Perbaikan/revisi instrument penelitian dan mempersiapkan izin penelitian 2. Tahap Pelaksanaan


(29)

b. Pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen dan kontrol dengan perincian sebagai berikut:

1) Pertemuan pertama (di kelas eksperimen maupun kontrol) dilakukan pretes. Kemudian setelah itu dilakukan pembagian kelompok dan pengarahan tentang aktifitas pembelajaran yang akan dilakukan. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran tipe PBL berbasis masalah global, sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran diskusi dengan pendekatan lingkungan.

2) Pertemuan kedua merupakan sesi utama, yaitu penampilan dari setiap kelompok untuk memaparkan hasil kerja kelompoknya dan dilanjut dengan tanya jawab untuk kelas eksperimen, dan diskusi kelompok disertai ada presentasi dari setiap kelompok untuk kelas kontrol.

3) Pertemuan ketiga dilakukan postes untuk kedua kelas, dan khusus untuk kelas eksperimen ada pameran sederhana mengenai hasil karya yang telah dibuat oleh masing-masing kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi dan refleksi dari semua proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

c. Pengumpulan data hasil penelitian 3. Tahap Penarikan Kesimpulan

a. Analisis dan pengolahan data hasil eksperimen.

b. Pembahasan data hasil penelitian melalui interpretasi kajian pustaka yang menunjang.

c. Penarikan kesimpulan dan penulisan laporan.

I. Alur Penelitian

TAHAP PERSIAPAN

PERIZINAN PENELITIAN

SEMINAR PROPOSAL PENYUSUNAN PROPOSAL


(30)

Gambar 3.1. Alur Penelitian

JUDGEMENT DAN UJI COBA INSTRUMEN REVISI

TAHAP PENELITIAN

KONTROL

( Pretes – Diskusi dengan Pendekatan Lingkungan - Postes)

EKSPERIMEN ( Pretes - PBL Berbasis Masalah

Global - Postes)

HASIL PENELITIAN

TAHAP ANALISIS & PEMBAHASAN

TAHAP PERUMUSAN KESIMPULAN

TAHAP PENYUSUNAN LAPORAN/TESIS


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan konsep yang signifikan antara siswa pada kelas eksperimen, dengan siswa pada kelas kontrol pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan, dengan rata-rata postes 66,54 untuk kelas eksperimen dan 55,61 untuk kelas kontrol. Hasil yang signifikan ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji U Mann-Whitney dengan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,025.

Kemudian untuk kemampuan penalaran siswa, berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok kelas siswa, dengan rata-rata nilai postes 70,25 untuk kelompok siswa pada kelas eksperimen, dan 56,57 untuk kelompok siswa pada kelas kontrol. Hasil ini dapat dilihat berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji U Mann-Whitney dengan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,025.

Untuk sikap kesadaran lingkungan siswa, disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan rata-rata nilai postes 41,89 untuk kelas eksperimen, dan 39,32 untuk kelas kontrol. Hasil tersebut diambil berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan Uji t dengan nilai signifikansi yang juga lebih kecil dari 0,025.

Berdasarkan hasil uji korelasi pada kelas eksperimen, terdapat korelasi positif sebesar 28,09% antara variabel penguasaan konsep dan kemampuan penalaran terhadap variabel sikap kesadaran lingkungan siswa. Sedangkan untuk kelas kontrol, korelasi positif yang ada sebesar 2,89%. Indikator sikap kesadaran lingkungan yang memiliki persentase paling tinggi adalah indikator peduli atau sadar dengan nilai 94,64% di kelas eksperimen dan 92,86% di kelas kontrol,


(32)

sedangkan indikator yang paling kecil presentasenya adalah indikator komitmen dengan nilai 63,39% untuk kelas eksperimen dan 64,28% untuk kelas kontrol.

B. Saran

Untuk memperbaiki beberapa kekurangan-kekurangan yang ada dalam penelitian ini, maka penulis ingin memberikan rekomendasi antara lain:

1. Bagi Guru

Pembelajaran berbasis masalah-masalah global dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan penguasaan konsep, kemampuan penalaran dan kemampuan berkomunikasi siswa. Hal yang perlu diperhatikan adalah guru harus benar-benar memahami tahapan model pembelajaran ini, dan mampu mengemas permasalahan dengan semenarik mungkin bagi siswa untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif. Selain itu, untuk penilaian aspek sikap perlu ditambahkan dengan penilaian antar teman atau observasi langsung terhadap peserta didik. Tentu saja hal tersebut akan membutuhkan waktu yang lebih lama. 2. Bagi Peneliti Lain

Saran bagi peneliti lain, antara lain: a) Peneliti harus benar-benar memahami tahapan dari tipe pembelajaran ini dan teknik untuk menerapkannya di dalam pembelajaran biologi; b) Penilaian aspek sikap perlu disertai dengan instrumen yang lebih lengkap, terutama untuk menilai antar teman dan observasi langsung di lapangan; c) Pengemasan masalah yang akan diberikan kepada siswa harus lebih menarik dan menantang penyelidikan siswa, serta diusahakan berada pada ruang lingkup yang lebih abstrak untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Selain itu, permasalahan yang dimunculkan dalam kegiatan pembelajaran, tidak harus selalu dimunculkan oleh guru. Mungkin apabila masalah itu muncul dari siswa sendiri, mereka bisa lebih antusias, karena mereka yang mengalami secara langsung.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Akcay, B. (2009). “Problem Based Learning in Science Education”. Journal of Turkish Science Education. 6, (1), 26-36.

Anderson, L.W. dan Krathwohl, D. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational objectives). New

York : Longman.

Arends, R. (2008). Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar) Edisi Ketujuh dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2009) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi Revisi). Jakarta : Bumi Aksara.

Berthouex, P.M, dan Brown, L. (2013). Pollution Prevention and Control, 1st edition. Tersedia: www.bookboon.com.

Bilgin, I., E. Senocak, dan Sozbilir. M. (2009). “The Effect of Problem Based Learning Instruction on Students Performance of Conceptual and Quantitative

problem in Gas Concepts”. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education,5 (2), 153-164.

Boediono & Koster, W. (2004). Teori dan Aplikasi : Statistika dan Probabilitas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Cahyadi, A. (2009). Problem Solving.[online]:tersedia: http://anicahyadi.blogspot. com/2009/02/problem-solving.html [4 November 2010]

Chin, C. dan L., Chia. (2009). “Implementing Problem Based Learning in Biology”. Journal of Biological Education. 38, (2), 69-75.

Dahar, R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Delisle, R. (1997). How to Use Problem Based Learning in The Classroom. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD) Alexandria.

Fraenkel, J.R., Wallen, N.E., dan Hyun, H.H. (2012). How to Design and Evaluate Research in Education: Eight Edition. New York: McGraw-Hill Companies. Hapsari, D.,S. (2013). Penurunan Keanekaragaman Hayati Ancaman Serius

Persediaan Pangan Dunia. [online]. Tersedia: www.food.detik.com. [5 April 2014].


(34)

Himpunan Pemerhati Lingkungan Hidup Indonesia. (2011). Isu Lingkungan. [online]. Tersedia:www.hpli.org. [5 April 2014].

Irwanto. (2013). Kerusakan Hutan di Indonesia.[online],

tersedia:www.irwantoshut.net. [25 Februari 2014].

Ismail. (2012). Analisis Skala Sikap: Sebuah Contoh Prosedur dan Aplikasinya. [online]. Tersedia:www.ismails3ip.fkip.uns.ac.id. [27 Februari 2014]

Jones, C. (2008). Atmospheric Pollution:1st edition: Tersedia: www.bookboon .com.

Jones, C. (2013). Global Trends and Patterns in Carbon Mitigation:1st edition: Tersedia: www.bookboon.com

Karno To. (2004). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer ANATES). Bandung: Jurusan Pendidikan Psikologi dan Bimbingan FIP IKIP Bandung.

Keziah, A. (2010). “A Comparative Study of Problem Based and Lecture Based Learning in Secondary School Students Motivation to Learn Science”. International Journal of Science and Technology Education Research. 1, (6), 126-131.

Krathwohl, Bloom, dan Masia. (1964). Taxonomy of Educational Objectives: Affective Domain. New York: Longman.

Natural Resources Defense Council. (2011). An Introduction to Climate Change. [online]: Tersedia: www.nrdc.org. [7 April 2014].

Potters, G. (2013). Marine Pollution: 1st edition. Tersedia: www.bookboon.com.

Priyo, J.B. (2013). Pertumbuhan Penduduk Dunia Lampaui Prediksi. [online]. Tersedia:www.kompas.com. [24 Februari 2014].

Rustaman, N. et al (2005) Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM Press. Schulze, E.D., Beck, E., dan Hohenstein, K.M. ( 2005). Plant Ecology. Heidelberg:

Springer Berlin.

Shadiq, F. (2004). Pemecahan masalah, Penalaran, dan Komunikasi. Yogyakarta: Depdiknas.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Solomon, E.P., Berg, L.R., dan Martin, D.W. (2008). Biology: Eight Edition. Belmont: Thomson Brooks/Cole Corporation.


(35)

Stiggins, R. J. (1994). Student-centered Classroom Assessment. New York: MacMillan College Publishing Company.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Penerbit Tarsito.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suriasumantri, J.S. (2010). Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Tan, O.S. (2006). Problem-Based Learning Pedagogies: Psychological Processes and Enhancement of Intelligences. Singapore: National Institute of Education , Nanyang Technological University.

Winarno, H. (2014). Danau Maninjau Tercemar Limbah Amoniak, 175 Ton Ikan Mati. [online]. Tersedia: www.merdeka.com [17Agustus 2014].

Wood, D.F. (2003). “Problem Based Learning”. ABC of Learning and Teaching in Medicine, vol.326. [online].Tersedia:http://www..bmj.com/content/full/326 /7384/328 [10 Juli 2011].

World Meteorological Organization. (2013). Greenhouse Gas Concentrations in Athmosphere Reach New Record. [online]. Tersedia: http://www.wmo.int/. [21 Agustus 2014].


(36)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN (X1)

Mata pelajaran : Biologi Kelas/tingkat : X / SMA

Semester : II (Genap)

Topik : Keseimbangan Ekosistem ( Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan) Jumlah pertemuan : 6 X 45 menit (2 kali pertemuan)

Kompetensi Inti : 3.0 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

Kompetensi Dasar : 4.1 Memecahkan masalah lingkungan dengan membuat desain produk daur ulang limbah dan upaya pelestarian lingkungan. Indikator : 1. Menjelaskan jenis-jenis, penyebab, dan akibat dari pencemaran dan kerusakan lingkungan

2. Membedakan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh faktor alami dan kegiatan manusia


(37)

85

4. Membuat desain karya daur ulang limbah atau produk untuk mengurangi tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan

Media : LCD Proyektor dan Video

Model : Pembelajaran Berbasis Masalah

Pendekatan : Konsep dan lingkungan

Tujuan Pembelajaran

Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran

Alokasi

Waktu Evaluasi

Pertemuan Pertama ( 3 x 45 menit )

Kegiatan pembuka

1. Guru membuka pelajaran, kemudian mengecek kehadiran siswa dan memastikan kesiapan siswa untuk memulai pelajaran.

2. Siswa diberikan penjelasan mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

4. Siswa diberikan soal pretes yang terdiri dari 20 soal PG, 5


(38)

Tujuan Pembelajaran

Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran

Alokasi

Waktu Evaluasi

soal esai, dan 13 pernyataan skala sikap.

5. Siswa diberikan waktu selama 60 menit untuk mengerjakan soal pretes tersebut.

6. Setelah selesai, siswa mengumpulkan semua soal dengan rapi.

Kegiatan inti

1. Guru menampilkan video dan slide show mengenai pencemaran dan kerusakan lingkungan.

2. Siswa dikelompokkan menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 6 orang. Pengelompokkan dilakukan secara heterogen, baik dari prestasi akademik maupun jenis kelamin.

Tahap 1. Orientasi permasalahan kepada siswa

3. Setelah memastikan kesiapan siswa, guru memberikan orientasi tentang permasalahan yang akan diberikan kepada siswa.

4. Setiap kelompok siswa diberikan satu permasalahan yang


(39)

87 Tujuan Pembelajaran

Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran

Alokasi

Waktu Evaluasi

harus dipecahkan oleh kelompokknya masing-masing.

Tahap 2. Mengorganisasikan siswa untuk meneliti

5. Guru menjelaskan proses-proses dan prosedur pembelajaran berbasis masalah secara terperinci, dan memastikan bahwa siswa sudah memahami seluruh dimensi dari permasalahan yang diberikan.

Tahap 3. Perencanaan kooperatif

6. Guru mengorganisasikan siswa untuk meneliti dan membantu para siswa untuk menginvestigasi masalah secara bersama-sama. Kemudian siswa dibimbing untuk merencanakan aktifitas pemecahan masalahnya masing-masing, mulai dari menetapkan sub-subtopik, tugas investigatif, dan jadwal yang spesifik.

Tahap 4. Mengumpulkan data dan eksperimentasi

7. Siswa diberikan waktu selama satu minggu kedepan untuk mengumpulkan informasi-informasi yang relevan dengan permasalahan yang diberikan sampai pertemuan selanjutnya.


(40)

Tujuan Pembelajaran

Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran

Alokasi

Waktu Evaluasi

Tahap 5. Mengembangka hipotesis dan memberi solusi

8. Berdasarkan informasi tersebut, siswa mengembangkan hipotesis, merumuskan alternatif solusi, dan memutuskan solusi yang tepat.

Kegiatan penutup

1. Guru menegaskan kembali beberapa aktifitas yang sebelumnya telah dilakukan.

2. Siswa diberikan pengarahan untuk aktifitas pada pertemuan selanjutnya.

3. Guru menutup pembelajaran.

10 menit

Pertemuan Kedua ( 3 x 45 menit )

Kegiatan pembuka

1. Guru membuka pembelajaran dan mengecek kehadiran setiap siswa.

2. Guru mengkondisikan seluruh siswa untuk duduk per kelompok sesuai pada pertemuan sebelumnya.


(41)

89 Tujuan Pembelajaran

Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran

Alokasi

Waktu Evaluasi

3. Guru menanyakan kesiapan siswa untuk

mempresentasikan hasil investigatifnya. Setelah mengikuti kegiatan

diskusi melalui PBL dengan permasalahan global, siswa dapat menjelaskan jenis-jenis, penyebab, dan akibat dari pencemaran dan kerusakan lingkungan

1. Batasan Umum Ekosistem - Komponen Ekosistem - Interaksi 2. Kerusakan Lingkungan Akibat Aktifitas Manusia - Pemanasan Global - Penipisan Lapisan Ozon - Hujan Asam 3. Kerusakan

Kegiatan inti

Tahap 6. Pengembangan dan Presentasi Artefak

1. Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil pencarian investigatifnya mengenai solusi atau jawaban dari masalah-masalah yang telah ditugaskan sebelumnya 2. Setelah salah satu kelompok mengemukakan hasil

penemuannya, guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk bertanya, memberikan masukan, sanggahan, atau menguatkan pendapat kelompok yang di depan. Hal yang sama dilakukan untuk semua kelompok, sampai semuanya mempresentasikan hasil kegiatan investigatifnya. Dalam proses ini, guru senantiasa memberikan umpan balik untuk tetap menjaga antusiasme siswa selama proses

65 menit

75 menit Setelah melaksanakan diskusi

melalui PBL dengan permasalahan global, siswa dapat membedakan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh faktor alami dan

kegiatan manusia


(42)

Tujuan Pembelajaran

Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran

Alokasi

Waktu Evaluasi

melalui PBL dengan

permasalahan global , siswa dapat menjelaskan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan Lingkungan Akibat Faktor Alam - Tsunami - Letusan Gunung berapi - Gempa

- Puting Beliung

pembelajaran berlangsung.

3. Kemudian, setelah semua kelompok menyampaikan hasil investigatifnya, guru kembali memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk menanggapi, mendukung, atau menyanggah pendapat dari semua kelompok mana saja yang telah mempresentasikan hasil investigatifnya.

Tahap 7. Menganalisis dan mengevaluasi proses pengatasan masalah

4. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil investigatifnya, dan tidak ada lagi permasalahan atau pernyataan yang muncul dari siswa, langkah selanjutnya adalah meminta siswa untuk merekonstruksikan pikiran dan kegiatan mereka selama berbagai fase pelajaran, diantaranya: sejak kapan mereka mulai mencapai pemahaman yang jelas tentang situasi masalah, dan kapan mereka mulai merasa yakin terhadap solusi tertentu.

-Soal tes penguasaan konsep -Soal tes

kemampuan Setelah melaksanakan

observasi dan diskusi melalui PBL dengan permasalahan global, siswa dapat membuat desain karya daur ulang limbah atau produk untuk mengurangi tingkat

pencemaran dan kerusakan lingkungan


(43)

91 Tujuan Pembelajaran

Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran

Alokasi

Waktu Evaluasi

Kegiatan penutup

1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan poin-poin penting yang mencakup komponen umum ekosistem dan berbagai pencemaran atau kerusakan lingkungan akibat faktor alam maupun akibat aktifitas manusia.

2. Guru menegaskan kembali kesimpulan pembelajaran secara keseluruhan.

3. Siswa mengerjakan tes tulis (posttest) 4. Guru menutup pembelajaran.

65 menit

penalaran -Skala sikap

kesadaran lingkungan

Permasalahan untuk Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning):

1. Kebutuhan manusia yang semakin meningkat, akan terus mendorong terjadinya peningkatan dan kemajuan pada berbagai bidang, khususnya bidang industri. Hal tersebut memberikan konsekuensi yaitu meningkatnya tingkat pencemaran yang terjadi. Kondisi ini tentunya juga akan berdampak pada penurunan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, karena dampak yang ditimbulkan oleh polusi ini jauh lebih banyak dan


(44)

lebih kompleks. Salah satu fenomena yang terjadi adalah pemanasan global (global warming), yang diakibatkan oleh semakin meningkatnya polusi udara. Jelaskan bagaimana hal tersebut dapat terjadi, dan berikan solusi dari permasalahan tersebut!

2. Kulit merupakan salah satu indera yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan, terutama yang berkaitan dengan radiasi cahaya matahari. Salah satu upaya untuk melindungi kulit adalah dengan menggunakan krim pelindung. Hal tersebut sangatlah penting, karena saat ini jumlah penderita penyakit kulit, terutama kanker kulit semakin meningkat dari tahun ke tahun. Para ahli berpendapat bahwa kejadian ini memiliki keterkaitan dengan meningkatnya laju penipisan lapisan ozon. Jelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi, dan bagaimana solusi yang tepat untuk dapat mengatasi masalah tersebut!

3. Kondisi lingkungan suatu negara sangat ditentukan oleh letak geografis negara tersebut. Indonesia memiliki letak geografis yang strategis, yaitu diapit oleh dua benua (Asia dan Australia), dan dua samudera (Hindia dan Pasifik). Kondisi tersebut dapat memberikan keuntungan karena Indonesia bisa menjadi tempat transit antara dua benua, dan juga menjadi lokasi dengan sumber daya alam yang melimpah. Akan tetapi, selain memberikan keuntungan, letak geografis tersebut juga dapat memberikan dampak negatif, terutama yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan. Belum lagi, Indonesia juga dikelilingi oleh lempengan yang membentuk Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yang memiliki rangkaian gunung berapi yang aktif. Jelaskan bencana/kerusakan alam apa saja yang berpotensi terjadi di Indonesia, dan bagaimana langkah bijak kita untuk dapat menghindari atau mengurangi dampak kerusakan tersebut!


(45)

93

4. Penduduk dunia saat ini berjumlah sekitar 7,2 miliar jiwa, dan diprediksi akan terus meningkat menjadi 8,1 milyar jiwa pada tahun 2025 (Kompas.com, 2013). Pertumbuhan penduduk yang pesat tersebut, harus dapat dikendalikan baik di tataran nasional maupun global, karena akan menyebabkan berbagai permasalahan lingkungan yang sangat serius. Selain akan menyebabkan masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, kriminalitas, dan banyaknya pengangguran; pertumbuhan penduduk yang tinggi ini dapat menyebabkan penurunan tingkat keanekaragaman hayati secara global. Jelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi! Jelaskan pula dampak dan solusi terhadap permasalahan tersebut!

5. Hujan merupakan salah satu proses yang terdapat dalam siklus air. Melalui air hujan ini, manusia dan makhluk hidup lainnya dapat bertahan hidup,

sehingga air sering disebut “sumber kehidupan”. Akan tetapi, pada kondisi lingkungan tertentu, air hujan bukannya dimanfaatkan oleh makhluk

hidup, malah justru berbahaya jika digunakan karena mengandung asam yang tinggi. Kondisi ini biasa disebut hujan asam. Hujan asam ini selain berbahaya jika digunakan, juga dapat merusak lingkungan yang ada di sekitarnya. Jelaskan bagaimana hujan asam dapat terjadi! Apa saja dampak serta upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi atau mengurangi efek bencana tersebut?


(46)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KONTROL (X0)

Mata pelajaran : Biologi Kelas/tingkat : X / SMA

Semester : II (Genap)

Topik : Keseimbangan Ekosistem ( Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan) Jumlah pertemuan : 6 X 45 menit (2 kali pertemuan)

Kompetensi Inti : 3.0 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

Kompetensi Dasar : 4.1 Memecahkan masalah lingkungan dengan membuat desain produk daur ulang limbah dan upaya pelestarian lingkungan. Indikator : 1. Menjelaskan jenis-jenis, penyebab, dan akibat dari pencemaran dan kerusakan lingkungan

2. Membedakan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh faktor alami dan kegiatan manusia


(47)

96

4. Membuat desain karya daur ulang limbah atau produk untuk mengurangi tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan

Media : LCD Proyektor dan Video

Metode : Diskusi Kelompok

Pendekatan : Lingkungan dan Konsep

Tujuan Pembelajaran Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Evaluasi

Pertemuan Pertama ( 3 x 45 menit )

Kegiatan pembuka

1. Guru membuka pelajaran dan kemudian memperkenalkan diri.

2. Guru mengecek kehadiran siswa, sekaligus perkenalan singkat dari siswa.

3. Guru menegaskan bahwa materi yang akan dibahas selama kegiatan pembelajaran adalah mengenai pencemaran dan kerusakan lingkungan.

4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin


(48)

Tujuan Pembelajaran Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Evaluasi

dicapai.

5. Siswa diberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan dari kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan

1. Batasan Umum Ekosistem - Komponen

Ekosistem - Interaksi 2. Kerusakan

Lingkungan Akibat Aktifitas Manusia - Pemanasan

Global

- Penipisan Lapisan Ozon

Kegiatan Inti 1

1. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa akan dilaksanakan pretes.

2. Guru mengkondisikan siswa untuk tidak bekerja sama satu sama lain.

3. Siswa diberikan soal pretes yang terdiri dari 20 soal PG, 5 soal esai, dan 13 pernyataan skala sikap. 4. Siswa diberikan waktu selama 60 menit untuk

mengerjakan soal pretes tersebut.

5. Setelah selesai, siswa mengumpulkan semua soal dengan rapi.


(49)

98

Tujuan Pembelajaran Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Evaluasi

- Hujan Asam 3. Kerusakan

Lingkungan Akibat Faktor Alam - Tsunami

- Letusan Gunung - Gempa

- Puting Beliung

Kegiatan Inti 2

1. Siswa dikelompokkan menjadi 5 kelompok

2. Setiap kelompok siswa memilih topik pencemaran dan kerusakan lingkungan secara acak/diundi

3. Selama satu minggu ke depan, setiap kelompok bertugas mengumpulkan data sesuai topik yang dipilih.

- Kelompok 1 bertugas mengukur perbedaan suhu lingkungan sekitarnya di waktu pagi, siang, sore, dan malam hari selama minimal 3 hari


(50)

Tujuan Pembelajaran Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Evaluasi

- Kelompok 2 bertugas mengukur perbedaan suhu di dalam mobil dan di luar mobil pada saat terik matahari/siang hari (minimal 3 mobil)

- Kelompok 3 bertugas mengobservasi sungai yang ada di sekitarnya, serta menuliskan ciri-ciri yang terobservasi dari sungai tersebut

- Kelompok 4 bertugas mengamati tingkat polusi udara di daerahnya dengan melihat indikator tingkat polusi yang tersedia. Bandingkan dengan jumlah kendaraan yang melintasi wilayah tersebut

- Kelompok 5 bertugas mengunjungi titik pembuangan sampah sementara yang ada di sekitarnya, dan berdialog mengenai berapa jumlah sampah yang dibuang setiap hari, jenis sampah yang dibuang, bagaimana pengolahannya, dsb

4. Setiap kelompok siswa memilih ketua kelompok yang akan memimpin jalannya diskusi


(51)

100

Tujuan Pembelajaran Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Evaluasi

Kegiatan penutup

1. Guru mengingatkan kepada siswa untuk mempersiapkan segala kebutuhan kelompok untuk pertemuan selanjutnya.

2. Guru menutup pembelajaran.

5 menit

Pertemuan Kedua ( 3 x 45 menit )

Kegiatan pembuka

1. Guru membuka pelajaran dan mengecek kehadiran siswa.

2. Guru menginformasikan aktifitas yang akan dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran saat itu. 3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran


(52)

Tujuan Pembelajaran Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Evaluasi

- Setelah mengikuti kegiatan diskusi melalui pendekatan lingkungan, siswa dapat menjelaskan jenis-jenis, penyebab, dan akibat dari pencemaran dan kerusakan lingkungan

- Setelah melaksanakan diskusi kelompok dan diskusi kelas melalui pendekatan

lingkungan, siswa dapat membedakan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh faktor alami dan kegiatan manusia

1. Batasan Umum Ekosistem - Komponen Ekosistem - Interaksi 2. Kerusakan Lingkungan Akibat Aktifitas Manusia - Pemanasan Global

- Penipisan Lapisan Ozon

- Hujan Asam 3. Kerusakan

Lingkungan Akibat Faktor Alam

Kegiatan Inti 1

1. Guru mengkondisikan semua kelompok untuk berdiskusi dan membuat catatan atau rangkuman 2. Semua catatan/rangkuman harus memuat poin jenis

pencemaran/kerusakan lingkungan, penyebab, akibat, dan upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi atau bahkan mungkin dapat mencegah dan memperbaiki pencemaran/kerusakan tersebut 3. Setiap kelompok menyampaikan rangkuman hasil

diskusinya

4. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya atau berkomentar

5. Guru meluruskan poin-poin yang salah atau menambahkan bahan materi yang kurang

60 menit

-Soal tes penguasaan konsep -Soal tes

kemampuan penalaran -Skala sikap

kesadaran lingkungan


(53)

102

Tujuan Pembelajaran Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Evaluasi

- Setelah melaksanakan diskusi kelompok melalui pendekatan lingkungan , siswa dapat

menjelaskan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk

mengurangi tingkat

pencemaran dan kerusakan lingkungan

- Setelah melaksanakan

observasi, diskusi kelompok dan diskusi kelas melalui pendekatan lingkungan, siswa dapat membuat desain karya daur ulang limbah atau produk untuk mengurangi tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan

Kegiatan Inti 2

1. Guru memberikan penguatan terhadap konsep-konsep yang penting

2. Guru mengkondisikan siswa untuk duduk secara individual

3. Guru memberikaan postes kepada siswa 4. Siswa diberikan waktu selama 60 menit untuk

mengerjakan soal postes tersebut. 5. Setelah selesai selama 50 menit, siswa

mengumpulkan soal dan jawaban dengan rapi


(54)

Tujuan Pembelajaran Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Evaluasi

Kegiatan penutup

1. Beberapa siswa diminta untuk memberikan pesan dan kesan selama pembelajaran berlangsung

2. Guru memberikan ucapan terimakasih dan salam perpisahan kepada siswa.

3. Guru menutup pembelajaran.


(1)

Waktu

- Hujan Asam

3. Kerusakan

Lingkungan Akibat Faktor Alam

- Tsunami

- Letusan Gunung

- Gempa

- Puting Beliung

Kegiatan Inti 2

1. Siswa dikelompokkan menjadi 5 kelompok

2. Setiap kelompok siswa memilih topik pencemaran

dan kerusakan lingkungan secara acak/diundi

3. Selama satu minggu ke depan, setiap kelompok

bertugas mengumpulkan data sesuai topik yang dipilih.

- Kelompok 1 bertugas mengukur perbedaan suhu

lingkungan sekitarnya di waktu pagi, siang, sore, dan malam hari selama minimal 3 hari


(2)

Waktu

- Kelompok 2 bertugas mengukur perbedaan suhu di

dalam mobil dan di luar mobil pada saat terik matahari/siang hari (minimal 3 mobil)

- Kelompok 3 bertugas mengobservasi sungai yang

ada di sekitarnya, serta menuliskan ciri-ciri yang terobservasi dari sungai tersebut

- Kelompok 4 bertugas mengamati tingkat polusi

udara di daerahnya dengan melihat indikator tingkat polusi yang tersedia. Bandingkan dengan jumlah kendaraan yang melintasi wilayah tersebut

- Kelompok 5 bertugas mengunjungi titik

pembuangan sampah sementara yang ada di sekitarnya, dan berdialog mengenai berapa jumlah sampah yang dibuang setiap hari, jenis sampah yang dibuang, bagaimana pengolahannya, dsb

4. Setiap kelompok siswa memilih ketua kelompok


(3)

Waktu

Kegiatan penutup

1. Guru mengingatkan kepada siswa untuk

mempersiapkan segala kebutuhan kelompok untuk pertemuan selanjutnya.

2. Guru menutup pembelajaran.

5 menit

Pertemuan Kedua ( 3 x 45 menit )

Kegiatan pembuka

1. Guru membuka pelajaran dan mengecek kehadiran

siswa.

2. Guru menginformasikan aktifitas yang akan

dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran saat itu.

3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran


(4)

Waktu

- Setelah mengikuti kegiatan

diskusi melalui pendekatan lingkungan, siswa dapat menjelaskan jenis-jenis, penyebab, dan akibat dari pencemaran dan kerusakan lingkungan

- Setelah melaksanakan diskusi

kelompok dan diskusi kelas melalui pendekatan

lingkungan, siswa dapat membedakan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh faktor alami dan kegiatan manusia

1. Batasan Umum

Ekosistem - Komponen Ekosistem - Interaksi 2. Kerusakan Lingkungan Akibat Aktifitas Manusia - Pemanasan Global

- Penipisan Lapisan

Ozon

- Hujan Asam

3. Kerusakan

Lingkungan Akibat Faktor Alam

Kegiatan Inti 1

1. Guru mengkondisikan semua kelompok untuk

berdiskusi dan membuat catatan atau rangkuman

2. Semua catatan/rangkuman harus memuat poin jenis

pencemaran/kerusakan lingkungan, penyebab,

akibat, dan upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi atau bahkan mungkin dapat mencegah dan memperbaiki pencemaran/kerusakan tersebut

3. Setiap kelompok menyampaikan rangkuman hasil

diskusinya

4. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya atau

berkomentar

5. Guru meluruskan poin-poin yang salah atau

menambahkan bahan materi yang kurang

60 menit

-Soal tes

penguasaan konsep

-Soal tes

kemampuan penalaran

-Skala sikap

kesadaran lingkungan


(5)

Waktu

- Setelah melaksanakan diskusi

kelompok melalui pendekatan lingkungan , siswa dapat

menjelaskan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk

mengurangi tingkat

pencemaran dan kerusakan lingkungan

- Setelah melaksanakan

observasi, diskusi kelompok dan diskusi kelas melalui pendekatan lingkungan, siswa dapat membuat desain karya daur ulang limbah atau produk untuk mengurangi tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan

Kegiatan Inti 2

1. Guru memberikan penguatan terhadap

konsep-konsep yang penting

2. Guru mengkondisikan siswa untuk duduk secara

individual

3. Guru memberikaan postes kepada siswa

4. Siswa diberikan waktu selama 60 menit untuk

mengerjakan soal postes tersebut.

5. Setelah selesai selama 50 menit, siswa

mengumpulkan soal dan jawaban dengan rapi


(6)

Waktu

Kegiatan penutup

1. Beberapa siswa diminta untuk memberikan pesan

dan kesan selama pembelajaran berlangsung

2. Guru memberikan ucapan terimakasih dan salam

perpisahan kepada siswa.

3. Guru menutup pembelajaran.