PENGARUH GURU PROFESIONAL TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SMA NEGERI DI KABUPATEN ASMAT PROVINSI PAPUA: Studi Terhadap Guru-guru SMA Negeri yang Mengajar di Jurusan IPS.
Robertus Wanda Umba, 2012
Pengaruh Guru Profesional Terhadap
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1
B. RumusanMasalah ... 7
C. TujuanPenelitian ... 8
D. ManfaatPenelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORI A. PengertianProfesional ... 10
B. Hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 30
C. Teori Belajar... 38
D. Tinjauan Tentang Interaksi Belajar Mengajar... 51
E. Konsep Karakter... 58
F. Penelitian Terdahulu ... 75
G. Kerangka Pemikiran ... 77
H. Hipotesis ... 83
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. LokasiPenelitian ... 84
B. Populasi dan SampelPenelitian ... 84
C. Metode Penelitian... 85
D. Operasionalisasi Variabel... 86
(2)
Robertus Wanda Umba, 2012
Pengaruh Guru Profesional Terhadap
G. Uji Instrumen ... 95
H. TeknikAnalisis Data ... 98
I. Alur Penelitian ... 104
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DeskripsiLokasiPenelitian... 105
B. DeskripsiHasilPenelitian ... 115
C. PengujianHipotesis ... 121
D. PembahasanHasilPenelitian ... 128
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 140
B. Saran ... 141
DAFTAR PUSTAKA ... 144
(3)
Robertus Wanda Umba, 2012
Pengaruh Guru Profesional Terhadap
Tabel Hal
2. 1 DeskripsiNilaiPendidikanBudayadanKarakterBangsa ... 73
2. 2 StandarKualifikasiAkademikdanKompetensi Guru ... 79
3. 1 Kisi-kisiInstrumenPenelitianVariabel X ... 89
3. 2 Kisi-kisiInstrumenPenelitianVariabel Y ... 91
3. 3 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ... 99
3. 4 Rangkuman Hasil Uji Linieritas Data variabel Independent dengan Variabel dependent... 100
3. 5 InterpretasiKoefisien... 103
4. 1 Pembagian Tugas Guru SMAN 1 AgatsKabupatenAsmat ... 108
4. 2 Pembagian Tugas Guru SMAN 1 AtsjKabupatenAsmat... 113
4. 3 DeskripsiStatistikVariabelPenelitian... 115
4. 4 Kompetensi Pedagogik ... 116
4. 5 KompetensiKepribadian ... 117
4. 6 KompetensiProfesional ... 117
4. 7 Kompetensi Sosial ... 118
4. 8 Religius ... 118
4. 9 Kedisiplinan ... 119
4. 10 Peduli Lingkungan Sekolah dan Kelas ... 119
4. 11 Peduli Sosial ... 120
4. 12 Kejujuran ... 120
4. 13 Cinta Tanah Air ... 121
4. 14Model Summaryb ... 121
4.15 ANOVAa ... 122
4. 16 Coefficientsa ... 122
4. 17 ANOVAa ... 123
4. 18 Coefficientsa ... 123
(4)
Robertus Wanda Umba, 2012
Pengaruh Guru Profesional Terhadap
4. 22 Coefficientsa ... 125
4. 23 UjiKoefisienRegresiSecarabersama-sama (Uji F) ... 127
5. 1 Angket Layanan Guru profesional ... 152
5. 2 Angket Karakter ... 157
5. 3 Hasil Pengolahan Data variabel Kompetensi Pedagogik (X1) ... 159
5. 4 Hasil Pengolahan Data variabel Kompetensi Kepribadian (X2)... 160
5. 5 Hasil Pengolahan Data variabel Komp. Prof dan Komp. Sos (X3 dan X4)) ... 161
(5)
Robertus Wanda Umba, 2012
Pengaruh Guru Profesional Terhadap Gambar
Hal
2.1 KriteriaKeberhasilanProduktivitasPendidikan ... 19
2.2 KomponenEsensialBelajardanPembelajaran ... 40
2.3 PembentukanKarakter... 44
2.4 Diagram Behavioral Chaining ... 45
2.5 PendekatanKomunikasidanPersuasiMenurutModelStudi Yale ... 49
2.6 Kebiasaan yang Efektif ... 50
2.7 KonsepDasarBelajarMengajar ... 55
2.8 Faktor-FaktoryangMempengaruhiProsesBelajarMengajar... 57
2.9 SasaranPendidikanKarakter ... 67
2.10 Nilai-NilaiKarakteryangDipilihsebagaiNilai-NilaiInti (Core Values) ... 67
2.11 ParadigmaPemikiran ... 82
3.1 Normal P-P Plot of Regression StandardizedResiduai ... 99
3.2 Scatterplot ... 101
3.3 AlurPenelitian ... 104
4.1 StrukturOrganisasi SMA Negeri 1 AgatsAsmat ... 106
(6)
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan suatu bangsa dalam mencapai tujuan nasional, tidak hanya ditentukan oleh sumber daya alam yang melimpah ruah, akan tetapi juga ditentukan oleh sumber daya manusianya. Cicero T. Marcus pakar hukum dan negara dari Romawi (106 - 43 M) adalah peletak dasar dari pendidikan karakter, mengatakan bahwa: “Within the characterof the citizen, lies the welfareof the
nation”, (Supramu Santosa, 2004:iii). Dari pendapat Cicero tersebut dapat diartikan bahwa dalam akhlak yang mulia setiap warga negara terdapat negara yang sejahtera. Hal ini dapat dipahami bahwa manusia yang berkarakter adalah manusia yang dalam setiap pikiran dan tindakannya akan memberikan manfaat dan nilai tambah pada lingkungannya. Sebaliknya, pikiran dan tindakan manusia yang berkarakter buruk akan banyak membawa kerusakan dimuka bumi. Apabila dalam suatu bangsa banyak manusia yang berkarakter buruk maka bangsa tersebut akan buruk pula.
Azyumardi Azra (2006:173) berpendapat bahwa,Berbagai persoalan timbul yang mencerminkan ketiadaan karakter dari anak bangsa banyak di antara anak-anak yang alim dan baik di rumah, tetapi nakal di sekolah, terlibat tawuran, penggunaan obat-obatan terlarang, dan bentuk-bentuk tindakan kriminal lainnya, seperti perampokan bus kota dan sebagainya. Inilah anak-anak yang bukan hanya tidak memiliki kebajikan (righteousness) dan inner beauty dalam karakternya,
(7)
tetapi malah mengalami kepribadian yang terbelah (split personality). Sekolah menjadi seolah tidak berdaya menghadapi kenyataan ini. Menghadapi berbagai masalah berat menyangkut kurikulum yang overload, fasilitas yang tidak memadai, kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan yang rendah, sekolah seolah kehilangan relevansinya dengan pembentukan karakter. Sekolah sebagai konsekwensinya, lebih merupakan sekedar tempat bagi transfer of knowledge daripada character builbing, tempat pengajaran daripada pendidikan.
Dari pendapatan tersebut di atas kondisinya hampir sama dalam proses pemebentukan karakter siswa di SMAN 1 Agats dan SMAN 1 Atsj tidak dapat dilakukan dengan cara biasa-biasa saja. Karena kehidupan siswa sangat dipengaruhi oleh adat-istiadat yang telah membudaya sehingga sulit untuk ditinggalkan/dilepas dalam waktu singkat. Ada beberapa kebiasaan yang seharusnya dilepas tetapi dalam kenyataannya tetap dipegang. Misalnya kehidupan mencari nafkah: ketika ada makanan di rumah akan dikonsumsi hingga habis, setelah habis lalu kemudian pergi mencari. Fenomena ini di bawah ke dunia pendidikan, ketika ujian kenaikan kelas dan ujian nasional mau diselenggarakan barulah siswa masuk sekolah. Dalam proses belajar mengajar pun siswa masuk maupun pulang sekolah tergantung siswa bukan guru. Ketika guru menegakkan aturan sekolah akan berbenturan dengan kebiasaan siswa yang sudah membudaya. Guru serba salah, keadaan ini dipersulit lagi dengan guru juga melakukan hal
yang sama sehingga dalam keputusan akhir selalu ada “kompromi” supaya kedua
(8)
dalam ujian nasional dengan memberi “kunci jawaban”, selesailah masalah. Akan
tetapi masalah baru muncul, guru telah membiasakan siswa dengan cara yang salah turut membantu membentuk karakter yang negatif.
Dalam proses pembentukan karakter siswa banyak faktor yang turut mempengaruhi yakni faktor lingkungan dan faktor kebiasaan. Sebagaimana dikemukakan oleh Hill N, (2009:109) sebagai berikut.
„Lingkungan: Pikiran manusia cenderung menyerap lingkungan sekitar dan
menyebabkan tindakan jasmani yang selaras dengan lingkungan tersebut. Pikiran mengambil makanan dan tumbuh sesuai impresi indra yang diserap dari lingkungan tempat kita hidup. Pikiran tak ubahnya bunglon yang selalu berubah warna sesuai kondisi lingkungan. Hanya pikiran paling kuat yang
mampu menolak kecenderungan ini‟.
Dari penjelasan di atas, siswa SMAN 1 Agats dan SMAN 1 Atsj melihat guru tidak disiplin, tidak berwibawa, jarang mengikuti upacara bendera tiap hari senin, lebih banyak mencatat buku dari pada menerangkan, terlambat masuk sekolah dan pulang sekolah lebih awal, etos kerja rendah, siswa tidak dibiasakan membuang sampah pada tempat sampah dan lain-lain. Siswa sering meniru apa yang sedang dilihat dan didengar. Faktor dari dalam diri siswa yaitu kebiasaan.
Selanjutnya HillN, (2009:109), mengatakan bahwa: “Kebiasaan tumbuh dari
lingkungan - sebagai akibat dari memikirkan dan melakukan kegiatan yang sama berulang-ulang. Sekali terbentuk, ia seperti semen yang membeku sesuai cetakan
dan sulit diretas”.Senada dengan pendapat tersebut Atterbury (Hill N, 2009:109)
mengatakan: “Kekuatan edukasi begitu besar sampai-sampai kita mampu membentuk pikiran dan perilaku generasi muda menjadi apa pun yang kita inginkan, sekaligus membuat kebiasaan yang sudah terbentuk bertahan
selamanya”
Guru sebagai pendidik profesional wajib tampil memberi pelayanan yang bermutu dalam proses pembentukan karakter siswa sebagaimana dikemukakan Koesoema (2009:137) sebagai berikut.
(9)
Guru wajib membekali para siswa dengan nilai-nilai kehidupan yang positif dan yang berguna bagi masa depan siswa pada saat ini dan masa mendatang. Guru yang baik akan membawa perubahan terhadap para siswa menuju ke arah yang lebih baik, membuat siswa menjadi cerdas, membuat siswa mampu memahami dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, dan yang terpenting dapat membangun karakter positif.
Usaha membentuk karakter yang baik bukanlah pekerjaan mudah, memerlukan pendekatan komprehensif yang dilakukan secara eksplisit, sistematis, dan berkesinambungan.Covey (1997: 35) menjelaskan bahwa,
Karakter sebagai keseluruhan kebiasaan yang dimiliki, sifatnya konsisten, kadang tidak disadari, secara terus menerus mengekspresikan karakter diri baik yang efektif maupun tidak efektif. Kebiasaan ini dapat dipelajari atau dihilangkan, namun memerlukan waktu yang lama, proses, dan komitmen yang tinggi.
Menurut Aswandi, (2010:20) ahli neurofisiologi menyimpulkan temuan mereka mengenai kemampuan otak yang menajubkan yakni,
„Otak mempunyai kemampuan yang menakjubkan untuk menerima pikiran atau perilaku yang berulang-ulang dan menyambungkannya ke pola-pola atau kebiasaan-kebiasaan yang otomatis dan di bawah sadar. Semakin sering mengulangi pikiran dan tindakan yang konstruktif, pikiran atau tindakan itu akan menjadi semakin dalam, semakin cepat, dan semakin otomatis‟.
Dari pendapat tersebut diharapkan guru sebagai pribadi yang dituntut mampu tampil profesional menjaga tingkah lakunya agar tetap stabil menjadi contoh yang positif dalam penampilan maupun tutur katanya terutama mendekatkan dirinya pada Sang Pencipta sehingga diberinya kekuatan, hikmat dan marifat agar menuntun siswa dalam pembentukan karakter positif.
Proses pembentukan karakter berjalan sesuai kebiasaan yang dilakukan entah itu baik, entah itu buruk, semua tergantung hal mana yang paling dominan
(10)
dilakukan setiap saat. Atas dasar itulah Zig Ziglar (2001) (Aswandi, 2010:21) dalam bukunya “Something Else to Smile” mengingkatkan:
„... Perhatikan pikiranmu karena ia akan menjadi kata-katamu. Perhatikan kata-katamu karena ia akan menjadi perilakumu. Perhatikan perilakumu karena ia akan menjadi kebiasaanmu. Perhatikan kebiasaan-kebiasaanmu, karena ia akan menjadi karaktermu dan perhatikan karaktermu karena ia akan
menjadi takdirmu‟.
Mengingat pentingnya pembentukan karakter di SMAN 1 Agats dan SMAN 1 Atsj berperan terhadap kesuksesan siswa maka dalam penelitian ini dikaji lebih dalam tentang layanan guru profesional yang direalisasikan dalam kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial guru terhadap pembentukan karakter siswa yang difokuskan pada enam nilai karakter yakni: (1) Religius, (2) Kedisiplinan, (3) Peduli Lingkungan Sekolah dan Kelas, (4) Peduli Sosial, (5)Kejujuran, dan (6) Cinta Tanah Air. Pemilihan keenam nilai karakter tersebut dilatarbelakangi oleh kegiatan pembentukan karakter dapat dilakukan di sekolah melalui:
1) Pembiasaan Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal, meliputi: upacara bendera tiap hari senin dan hari besar nasional, senam, doa bersama menurut keyakinan agama masing-masing tiap hari Jumat, ketertiban, pemeliharaan kebersihan (jumat bersih), kesehatan diri.
2) Pembiasaan Spontan, yaitu kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus, meliputi: pembentukan perilaku memberi senyum, salam, sapa, membuang sampah pada tempatnya, budaya antri, mengatasi silang pendapat (pertengkaran/perkelaian), saling mengingatkan ketika melihat pelanggaran tata tertib sekolah, kunjungan rumah, kesetiakawanan sosial, anjangsana.
(11)
3) Pembiasaan Keteladanan, yaitu dalam bentuk perilaku sehari-hari, meliputi: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan keberhasilan orang, datang tepat waktu. (Sumber: Pusat Kurikulum. Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10).
Sehubungan dengan pembentukan karakter siswa sangat dipengaruhi oleh kepribadian guru, sebagaimana dikemukakan oleh Aziz A. Hamka, (2012:19) bahwa:
Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya diindahkan atau dipercayai. Sedangkan ditiru artinya dicontoh atau diikuti. Ditilik dan
ditelusuri dari bahasa aslinya, Sanskerta, kata “guru” adalah gabungan dari
kata gu dan ru. Gu artinya kegelapan, kejumudan atau kekelaman. Sedangkan
ru artinya melepaskan, menyingkirkan atau membebaskan. Jadi, guru adalah manusia yang “berjuang” terus-menerus dan secara gradual, untuk melepaskan manusia dari kegelapan. Dia menyingkirkan manusia dari kejumudan (kebekuan, kemandekan) pikiran. Dia berusaha membebaskan manusia dari kebodohan yang membuat hidup mereka jauh dari ajaran Tuhan.
Dari pendapat Hamka tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam kegiatan proses belajar mengajar baik dilingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah, guru diwajibkan menjaga tingkah laku. Guru adalah profesi di mana seseorang menanamkan nilai-nilai kebajikan ke dalam jiwa anak didiknya.
Profesi guru adalah jawatan yang dikaruniakan Tuhan, tidak semua orang bisa memilikinya. Menjadi guru profesional adalah panggilan jiwa karena sebagai guru dituntut harus selalu tampil secara profesional sebagaimana dikemukakan oleh Rusman, (2010:15),
Para guru di Indonesia idealnya selalu tampil secara profesional dengan
tugas utamanya adalah mendidik, membimbing, melatih, dan
(12)
prinsip “ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuru handayani.” Artinya seorang guru bila di depan memberikan suri teladan
(contoh), di tengah memberikan prakarsa, dan di belakang memberikan dorongan atau motivasi. Guru merupakan penjamin kualitas pendidikan yang sebenarnya.
Usaha meningkatkan kualitas pendidikan tanpa prioritas perbaikan kualitas guru bukan saja bertentangan dengan akal sehat tetapi juga suatu kemustahilan. Sebagaimana dikemukakan oleh S. Winarno. (Suhardan D, 2010:12), “... Kurikulum sebaik apapun, dana seberapa banyak pun, program serelevan manapun, teknologi secanggih apa pun mampu menghasilkan kualitas tanpa guru berkualitas? ... bisa-bisa visi dan misi berubah menjadi mimpi dan ilusi”.
Tidak disangsikan lagi guru berkualitas merupakan sentral dari segala macam usaha peningkatan mutu dan perubahan pendidikan, tanpa peran dan keterlibatan guru dalam setiap usaha perbaikan mutu dan penyempurnaan pendidikan semuanya menjadi sia-sia.
Dari latar belakang permasalahan di atas maka penelitian ini membatasi permasalahan dengan judul Tesis sebagai berikut: “Pengaruh Layanan Guru Profesional Terhadap Pembentukan Karakter Siswa SMANegeri di Kabupaten Asmat Provinsi Papua”. (Studi terhadap Guru-guru yang Mengajar di Jurusan IPS).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka secara umum yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh kompetensi pedagogikguru terhadap pembentukan karakter siswa SMA Negeri?
(13)
2. Apakah ada pengaruh kompetensi kepribadianguru terhadap pembentukan karakter siswa SMA Negeri?
3. Apakah ada pengaruh kompetensi profesionalguru terhadap pembentukan karakter siswa SMA Negeri?
4. Apakah ada pengaruh kompetensi sosialguru terhadap pembentukan karakter siswa SMA Negeri?
5. Apakah ada pengaruh layanan guru profesional secara bersama-sama terhadap pembentukan karakter siswa SMA Negeri?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis secara mendalam mengenai layanan guru profesional yang mengajar pada jurusan IPS terhadap pembentukan karakter siswa SMA Negeri 1 Agats dan SMA Negeri 1 Atsj di Kabupaten Asmat. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruhkompetensi pedagogik guru terhadap
pembentukankarakter siswa SMA Negeri di Kabupaten Asmat.
2. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi kepribadianguru terhadap pembentukan karakter siswa SMA Negeri di Kabupaten Asmat.
3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi profesionalguru terhadap pembentukan karakter siswa SMA Negeri di Kabupaten Asmat.
4. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi sosialguru terhadap pembentukan karakter siswa SMA Negeri di Kabupaten Asmat.
5. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh layanan guru profesional secara bersama-sama terhadap pembentukan karakter siswa SMA Negeri?
(14)
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Dari hasil temuan ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pengayaan ide bagi para pemerhati pendidikan, menambah wawasan bagi para guru serta pengambil kebijakan dalam hal ini pemerintah daerah terutama Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (DIKMUDORA) berdasarkan pada permasalahan bahwa layanan guru profesional berpengaruh terhadap pembentukan karakter siswa SMA Negeri di KabupatenAsmat.
2. Manfaat Praktis.
Manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Bagi guru; sebagai bahan masukkan untuk menginstropeksi diri tentang layanan guru profesional yang direalisasikan melalui kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial terhadap pembentukan karakter siswa SMA Negeri di Kabupaten Asmat. b. Secara praktis penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu sumber
referensi dalam menentukan kebijakan dalam bidang pendidikan di Kabupaten Asmat.
(15)
(16)
Robertus Wanda Umba, 2012
BAB III
METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri yang ada di Kabupaten Asmat Provinsi Papua, yaitu SMAN 1 Agats dan SMAN 1 Atsj. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan setelah peneliti melakukan studi awal penelitian dan telah mendapat persetujuan dari pihak-pihak sekolah untuk dilaksanakannya kegiatan penelitian.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
“Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil
menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya” (Sudjana, 1992:6).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru yang mengajar pada Jurusan IPS SMA Negeri 1 Agats dan guru IPS SMA Negeri 1 Atsj di Kabupaten Asmat. Guru SMA Negeri 1 sebanyak 41 guru sedangkan guru SMA Negeri 1 Atsj adalah sebanyak 15 orang yang mengajar pada kelas X, XI, dan Kelas XII SMA Negeri di Kabupaten Asmat Provinsi Papua.
Arikunto (1998:117) mengatakan bahwa, “Sampel adalah bagian dari
populasi”. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai
sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.
Selanjutnya Arikunto (1998:120) menyatakan bahwa,
“Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian
(17)
Robertus Wanda Umba, 2012
populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih”.
Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel Nasution (1991:135) mengemukakan bahwa, “... mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya (asumsi-asumsi statistik), serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.”
Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka dalam penelitian ini karena subyek atau respondennya kurang dari 100 yakni sebanyak 56 guru, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.
C. Metode Penelitian
Sugiyono (2011:3) mengatakan bahwa,
„Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan . Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang
masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengamati cara-cara yang digunakan.
Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan
langkah-langkah tertentu yang bersifat logis‟.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagi kuesioner, yaitu melakukanpenyebaran angket yang berisi daftar-daftar pertanyaan kepada responden (structural questions) untuk memperoleh data. Penelitian ini adalah penelitian populasi dari responden guru di SMA Negeri 1 Agats dan SMA Negeri 1 Atsj di kabupaten Asmat. Pendekatan kuantitatif ini menggunakan metode survey, karena mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengukur data pokok.
(18)
Robertus Wanda Umba, 2012
D. Operasionalisasi Variabel
1. Variabel bebas (Independent Variableatau variabel X)
Menurut Sugiyono (2007:3) variabel independen adalah “variabel yang
mempengaruhi variabel terikat dan menjadi penyebab atas sesuatu hal atau
timbulnya masalah lain”. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam penelitian
ini yang merupakan variabel independen adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable atau variabel Y)
Menurut Sugiyono (2007:3) variabel dependen adalah “variabel yang
apabiladalam hubungannya dengan variabel lain, variabel tersebut diterangkan
ataudipengaruhi oleh variabel lainnya”. Berdasarkan pengertian tersebut, maka
dalampenelitian ini yang merupakan variabel dependen adalah pembentukan karakter siswa (sebagaivariabel Y).
Setiap terminologi memiliki makna yang berbeda dalam konteks dan lapangan studi yang berbeda. Untuk memperjelas konsep dari variabel yang diteliti agar tidak mengundang tafsir yang berbeda maka dirumuskan definisi operasional atas variabel penelitian berikut ini.
1. Profesional
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian atau kecakapan yang memenuhi mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. (Rusman, 2011:17).
Selanjutnya Rusman (2011:19) mengatakan bahwa,
Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pembelajaran. Dengan
(19)
Robertus Wanda Umba, 2012
kata lain, ... guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang luas di bidangnya.
2. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran yang mendidik, dialogis, dan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik meliputi: pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya ( Yulianti L, 2009:39).
3. Kompetensi Kepribadian
“Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik dan berakhlak mulia”. (Yulianti L, 2009:41).
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran atau bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru, yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Pendidikan Nasional. (Yulianti L, 2009:42).
5. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. (Lidya Y, 2009:43).
2. Karakter Siswa
Dalam penelitian ini difokuskan pada enam nilai karakter yang ditelitiyaitu, a) Religius, adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
(20)
Robertus Wanda Umba, 2012
b) Kedisiplinan, adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
c) Peduli Lingkungan Sekolah dan Kelas, yaitu sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
d) Peduli Sosial, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
e) Kejujuran,merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya, baik terhadap diri sendiri maupun pihak lain. Makna jujur labih jauh berkorelasi dengan kebaikan (kemaslahatan). Kemaslahatan memiliki makna kepentingan orang banyak, bukan kepentingan diri sendiri atau kelompoknya, tetapi semua orang yang terlibat.
Cinta Tanah Air, yaitu cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian yang digunakan adalah bentuk angket.Sebelum dilakukan pembuatan instrumen, harus dibuat kisi-kisi soal tes. Kisi-kisiadalah rancangan berupa suatu daftar yang berbentuk matrik, yang didalamnyaterdapat komponen-komponen yang disiapkan untuk penyusunan angket. Kisi-kisiinstrumen penelitian seperti pada tabel di bawah ini :
(21)
Robertus Wanda Umba, 2012
Tabel 3. 1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel X
VARIABEL ASPEK YANG
DIUKUR INDIKATOR NO ITEM (SOAL) 1. KompetensiPe dagogik
(X1)
a. Menguasai
karakteristik Peserta didik dari aspekfisik,moral, spiritual, sosial,kultural,emosio nal, danintelektual.
1 Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial budaya.
2 Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang
diampu/diajarkan.
3 Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu/diajarkan.
4 Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
1
2
3 4
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
1 Pemahaman terhadap berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu/diajarkan. 2 Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata
pelajaran yang diampu.
5
6
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan matapelajaran yang diampu.
1 Pemahaman terhadap prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
2 Menilai kemajuan belajar peserta didik secara total.
3 Pemahaman terhadap pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diampu. 4 Memilih materi pembelajaran yang
diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran. 5 Menata materi pembelajaran secara benar
sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik.
7 8 9
10
11
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
1 Pemahaman terhadap prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran yang mendidik.
2 Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan. 3 Melaksanakan pembelajaran yang
mendidik di kelas, di laboratorium, dan dilapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan. 4 Menggunakan media pembelajaran dan
sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.
12 13
14
(22)
Robertus Wanda Umba, 2012
2. Kompetensi Kepribadian (X2)
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
1 Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender.
2 Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
1
2
b. Menampilkan diri sebagaipribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
1 Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi. 2 Berperilaku yang dapat diteladani oleh
peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.
3 Disiplin, arif dan berwibawa
3 4 5
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
1 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.
2 Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
6 7
d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi,rasa bangga menjadi guru,dan rasa percaya diri.
1 Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.
2 Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.
3 Bekerja mandiri secara profesional.
8 9 10
3. Kompetensi Profesional
(X3)
a. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi mata pelajaran yang diampu
1 Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu
2 Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
3 Memahami tujuan pembelajaran yang diampu
1 2 3 b. Mengembangkan
materipembelajaran yang diampu secara kreatif
1 Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
2 Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kratif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
4 5 c. Mengembangkankepr ofesionalan secaraberkelanjutan denganmelakukan tindakan kreatif
1 Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus 2 Memanfaatkan hasil refleksi dalam
rangka peningkatan keprofesionalan 3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan 4 Mengikuti kemajuan zaman dengan
belajar dari berbagai sumber
6 7 8 9 d. Memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikas untuk mengembangkan diri
1 Memanfaatkan teknologi inforamsi dan komunikasi dalam berkomunikasi untuk mengembangkan diri
10
4. Kompetensi Sosial (X4)
a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak
diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin,agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
1 Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran.
2 Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.
1
(23)
Robertus Wanda Umba, 2012
b. Berkomunikasi secara efektif,empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
3 Pemahaman terhadap pentingnya hubungan antara sekolah dengan orang tua dan tokoh masyarakat yang
berpengaruh terhadap proses pendidikan anak di sekolah
4 Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
3
4
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
5 Berkomunikasi dengan teman sejawat,profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
6 Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan maupun bentuk lain.
5
6
Jumlah Item Total 41
Tabel 3. 2
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Y
VARIABEL ASPEK YANG DIUKUR
INDIKATOR NO ITEM (SOAL) Variabel
Karakter Siswa (Y)
a. Religius 1. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran dengan dipinpin oleh siswa/guru masing-masing mata pelajaran 2. Setiap minggu bagi yang beragama Katolik dan Kristen
melaksanakan Ibadah di Gereja sedangkan Islam setiap hari jumat melaksanakan Sholat
3. Setiap masuk dan pergantian jam, siswa memberi salam kepada guru
2. Siswa diminta mengucapkan salam sebelum dan sesudah kegiatan, jika bertemu dengan guru, bicara dan bertindak dengan memperhatikan sopan santun
1 2
3 4
b. Kedisiplinan 1. Hadir pukul 07.15 semua siswa sudah beradah di sekolah dengan toleransi 15 menit. Siswa pulang sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Bagi siswa yang melanggar diberikan sanksi berupa membersihkan lingkungan sekolah
2. Menjaga kerapian dan kebersihan pakian, dicek setiap hari oleh seluruh guru, diawali oleh guru jam pertama. Siswa yang tidak berpakaian rapi diminta merapikannya dan diberitahu cara berpakaian rapi. (kriteria rapi yaitu baju dimasukkan, atribut lengkap, menggunakan kaos kaki dan sepatu yang ditentukan)
3. Mengecek kerapian rambut, dicek setiap hari oleh seluruh guru, panjang ukuran rambut tidak boleh kena telinga dan krah baju. Apabila menemukan siswa yang
1
2
(24)
Robertus Wanda Umba, 2012
rambutnya tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan, maka diminta untuk mencukur rambut dan diberi tengang waktu tiga hari, sekiranya masih membandel maka rambut yang bersangkutan akan dipotong oleh guru/petugas yang ditunjuk oleh sekolah
4. Memperingatkan siswa yang datangnya terlambat, bila masih terlambat, maka diwajibkan menyapu halaman sekolah yang masih kotor (sesuai tata tertib sekolah)
4
c. Peduli Lingkungan Sekolah dan Kelas
1. Setiap jam terakhir atau pukul 14.00 siswa melakukan kebersihan dan memungut sampah di sekitar kelasnya didampingi guru yang mengajar jam terakhir. Siswa membuang sampah ke TPS
2. Setiap hari jumat minggu kedua dan keempat pukul 17.15 - 08.00 seluruh warga sekolah melakukan jumat bersih
3. Memperingatkan siswa agar tidak mencoret tembok atau bangku/kursi/fasilitas sekolah. Bagi yang mencoret diberi sanksi membersihkan atau mengecat ulang
1
2 3
d. Peduli Sosial
1. Memberitahu untuk mengunjungi teman yang sakit 2. Pergi melayat apabila ada orang/wali siswa yang
meninggal dunia
3. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup daerah, nasional, regional maupun global
1 2 3
e. Kejujuran 1. Memperingatkan siswa yang mencontek saat ujian 2. Memperingatkan siswa agar berperilaku sesuai
dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja
3. Memperingatkan siswa agar menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten antara apa yang dikatakan dan dilakukan (berintegritas), berani karena benar
1 2
3
f. Cinta Tanah Air
1.Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
2.Menyanyikan lagu kebangsaan setiap upacara bendera dan peringatan hari besar nasional
3.Menggunakan produk buatan dalam negeri
1 2 3
Jumlah Item Soal 20
F. Teknik Pengumpulan Data
Nasir (2003:328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data
merupakanalat-alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti.
(25)
Robertus Wanda Umba, 2012
Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan data dan wujud data yang akan dikumpulkan, maka dalam penelitian ini digunakan tiga teknik utama pengumpulan data, yaitu angket, studi dokumentasi,dan wawancara.
1. Angket
Angket yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pernyataan tertulis kepada responden yang menjadi sampel penelitian. Angket tersebut bertujuan untuk mengetahui pendapat atau tanggapan responden mengenai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan pembentukan karakter siswa. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala numerikal, skala numerik digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang gejala sosial.
2. Studi Dokumentasi
Syaodih Nana (2009: 221) mengemukakan bahwa “telaah dokumen adalah suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik“. Dalam penelitian ini
peneliti menerapkan teknik ini untuk mengetahui bagaimanakompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial guru yang mengajar pada jurusan IPS pada semua tingkatan (kelas X, XI, dan XII). Adapun data/dokumen yang diteliti di sini adalah latar belakang pendidikan dan jadwal pembagian tugas mengajar guru semester genap tahun pelajaran 2011/2012.
3. Wawancara
Wawancara (interview) adalah situasi peran antara pribadi bertemu muka (face-to face), ketika seseorang, yakni pewawancara mengajukan
(26)
pertanyaan-Robertus Wanda Umba, 2012
pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancarai atau responden Kerlinger, (2000): (Supardan, 2004:159). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap (siswa kelas X, XI, dan XII SMAN 1 Agats dan SMAN 1 Atsj di Kabupaten Asmat), tujuannya untuk mengungkap pandangan dan tanggapan siswa tentang kegiatan belajar mengajar guru yang mengajar pada jurusan IPS dalam proses pembentukan karakter siswa
Jenis wawancara yang penulis gunakan adalah the general interview guide
approach. Patton (Wiriaatmadja, 1992: 148-149) menyebutnya sebagai,
Jenis wawancaraini merupakan wawancara umum dengan pendekatan terarah, yang merupakanjalan tengah antara jenis wawancara berstruktur dengan wawancara bebas. Wawancara berstruktur ataupun baku dengan mengurutan pertanyaan itu sedemikian rupa telah disusun sebelumnya secara
cermat. Kalaupun ada sedikit „kebebasan‟ untuk mengembangkan pertanyaan, kebebasan itu hanyalah sangat kecil. Berbeda dengan jenis wawancara „tidak berstruktur” atau sering disebut wawancara „bebas‟. Tipe wawancara ini lebih
luwes dan terbuka, biasanya hampir tidak menggunakan skedul yang tetap ataupun baku.
Substansi wawancara yang peneliti lakukan terhadap siswa SMAN 1 Agats dan SMAN 1 Atsj tersebut menyangkut pertanyaan-pertanyaan layanan guru profesional dalam membentuk karakter siswa. Hal ini dilakukan untuk memvalidasi jawaban-jawaban responden sebelumnya yang telah diperoleh melalaui jawaban kuesioner yang diberikan kepada responden. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik dan mendalam, diharapkan siswa mampu memberikan jawaban yang lebih lugas dan mampu memberikan informasi tambahan sesuai dengan kebutuhan peneliti.
(27)
Robertus Wanda Umba, 2012
Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini, instrumen tersebut harus memiliki tingkat kesahihan serta keterandalan (validitas dan reliabilitas). Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1998 : 135)
menyatakan bahwa : ”Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan yang penting yaitu valid dan reliabel”.
a. Uji Validitas
Instrumen dikatakan valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untukmengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2007:137). Suatu tes dikatakanmemiliki validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya. Dalam ujivaliditas ini digunakan teknik Korelasi Product Moment yang dikemukakan olehPearson sebagai berikut:
� = N. XY−( X) . ( Y)
(N. X2− ( X)2 . (N. Y2− ( Y)2
(Suharsimi Arikunto, 2006:72)
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi butir
∑X = Jumlah skor tiap item
∑Y = Jumlah skor total item
∑X2 = Jumlah skor-skor X yang dikuadratkan
∑Y2 = Jumlah skor-skor Y yang dikuadratkan
∑XY = Jumlah perkalian X dan Y
(28)
Robertus Wanda Umba, 2012
Hasil perhitungan rxydengan rtabel untuk α= 0,05 dengan kriteria
kelayakan.
Jika: rxy<rtabel berarti valid, sebaliknya
rxy≤ rtabel berarti tidak valid b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpulan datatersebut menunjukkan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan atau konsistensi dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individuwalaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Untuk menghitung uji reliabilitas penulis menggunakan teknik Alpha dengan rumus :
�11 = �
� −1 1−
σt 2 σt 2
(Suharsimi Arikunto, 2006: 109)
Keterangan :
�11 = reliabilitas yang dicari n = banyaknya butir pertanyaan ∑σn 2 = jumlah varians skor tiap-tiap item σt 2 = varians total
Untuk mencari nilai varians per-item digunakan rumus varians sebagaiberikut:
σ2 = X
2−( X)2 N N
(29)
Robertus Wanda Umba, 2012
Keterangan :
�2 = Harga varians tiap butir
∑X2 = Jumlah kuadrat jawaban responden dari setiap item (∑X)2 = Jumlah skor seluruh responden dari setiap item N = Jumlah responden
Untuk mencari nilai varians total digunakan rumus varians sebagai berikut:
��� = Y
2−( Y)2 N N
(Suharsimi Arikunto, 2006:196)
Keterangan :
��� = Harga varians total
∑Y2 = Jumlah kuadrat jawaban responden dari seluruh item (∑Y)2 = Jumlah skor seluruh responden dari seluruh item N = Jumlah responden
Setelah diperoleh nilai rxytersebut kemudian dikonsultasikan dengan nilai rtabel
dengan taraf signifikansi 0,05%. Kriteria pengujian instrumen dapat dikatakan reliabel adalah dengan ketentuan :
Jika: rxy<rtabel berarti valid, sebaliknya
rxy≤ rtabel berarti tidak valid
(Suharsimi Arikunto, 2006:146)
Untuk menghitung uji validitas dan reliabilitas, penulis menggunakan bantuan SPSS 20 for Windowsyang hasil perhitungan validitas dilampirkan.
(30)
Robertus Wanda Umba, 2012
H. Teknik Analisis Data
Sebelum uji hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Hal ini dilakukan karena pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan menggunakan analisis parametrik atau nonparametrik tergantung hasil uji hipotesis yang dilakukan.
1. Uji Normalitas
Untuk mengetahui normalitas data yang akan digunakan dala menganalisa pengaruh kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial terhadap pembentukan karakter siswa menggunakan uji normalitas dengan cara melihat grafik PP-Plots. Semua butir instrument dalam penelitian ini terletak digaris/mendekati garis diagonal, sehingga dapat diartikan bahwa distribusi data butir instrument penelitian ini adalah berdistribusi normal. Dapat dilihat pada gambar berikut Gambar 3.1.
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov Smirnov
(31)
Robertus Wanda Umba, 2012
Pedagogik (�1), Kompetensi Kepribadian (�2), Kompetensi Profesional (�3), Kompetensi Sosial (�4), terhadap Karakter (Y).
Tabel berikut merupakan rangkuman hasil uji normalitas data variabel penelitian.
Tabel 3.3
Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
X1 X2 X3 X4 Y
N 56 56 56 56 56
Normal Parametersa,b
Mean 44.0179 33.5714 33.5893 22.8750 63.2679 Std. Deviation 1.58964 1.79755 1.41134 1.40211 4.04291
Most Extreme Differences
Absolute .168 .174 .171 .178 .156
Positive .168 .174 .171 .125 .156
Negative -.136 -.143 -.124 -.178 -.138
Kolmogorov-Smirnov Z 1.254 1.299 1.281 1.335 1.164
Asymp. Sig. (2-tailed) .086 .068 .075 .057 .133
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Data hasil angket
Kriteria pengujian normalitas data adalah jika nilai probabilitas > 0,05, maka data berdistribusi normal. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa data pada masing-masing variabel penelitian ini berdistribusi normal. Hasil ini memberikan makna bahwa pengolahan data memungkinkan dilanjutkan dengan menggunakan perhitungan parametrik.
2. Uji Linieritas
Variabel yang akan diuji linieritasnya adalah variabel X1, X2,X3, X4, atas Y.
(32)
Robertus Wanda Umba, 2012
versi 20. Pedoman yang digunakan untuk menentukan kelinieran antar variabel adalah dengan membandingkan nilai Deviation from Linearity dengan nilai probabilitas pada taraf signifikansi = 0,05. Kaidah keputusan yang berlaku adalah sebagai berikut:
a. Nilaisignif sig. Deviation from Linearitynilaiprobabilitas< 0,05, makadistribusi data berpola Linier.
b. Nilaisignif sig. Deviation from Linearitynilaiprobabilitas> 0,05, makadistribusi data berpolaTidak Linier.
Tabel 3. 4
Rangkuman Hasil Uji Linieritas Data variabel Independent dengan Variabel dependent
No. Variabel Nilai Probabilitas Nilai α Kesimpulan
1 Kompetensi Pedagogik dengan Karakter
0,124 0,05 linier
2 Kompetensi Kepribadian dengan Karakter
0,066 0,05 Linier
3 Kompetensi Profesional dengan Karakter
0,131 0,05 Linier
4 Kompetensi Sosial dengan Karakter
0,120 0,05 linier
Sumber: Data hasil angket
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa data pada masing-masing variabel penelitian ini linier dengan variabel dependentnya. Hasil ini memberikan makna bahwa pengolahan data memungkinkan dilanjutkan dengan menggunakan perhitungan regresi linier parametrik.
3. Uji Heterokedastisitas
Hasil uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada normal
(33)
Robertus Wanda Umba, 2012
demikian, kesimpulan yang dapat diambil adalah persamaan regresi memenuhi asumsi heterokedastisitas. Dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut :
4. Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi linear sederhana yaitu suatu teknik analisis untuk melakukan prediksi seberapa jauh nilai variabel terikat bila nilai variabel bebas dirubah, dengan rumus sebagai berikut :
Y = a + bX
(Sugiyono, 2009: 262)
Keterangan:
Y = Nilai yang diprediksikan
A = Konstanta atau bila harga X = 0 b = Koefisien regresi
X = Nilai variabel independen dimana :
(34)
Robertus Wanda Umba, 2012
a = Y1) ( X1
2 − X
1) ( X1Y1 n X12− X12
b = n X1Y1−( X1) ( X1Y1) n X12− ( X12)
Keterangan :
Y = nilai variabel Y yang akan diramalkan X = nilai variabel X
a = perpotongan garis regresi nilai Y bila nilai X = 0
b = koefisien regresi, yaitu besarnya penambahan yang terjadi pada Y bila terjadi perubahan pada X
n = jumlah sampel jumlah
∑ = jumlah dari
5. Uji Korelasi antar Variabel
Analisis korelasi ganda adalah suatu uji statistik yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh atau derajat hubungan antara empat variabel independen, kompetensi pedagogik, (X1), kompetensi kepribadian (X2),
kompetensi profesional (X3), dan kompetensi sosial (X4) secara bersama-sama
(simultan) dengan variabel karakter siswa (Y). Interpretasi nilai r dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 –1,000 Sangat Kuat
0,60 – 0,799 Kuat
0,40 – 0,599 Cukup Kuat
(35)
Robertus Wanda Umba, 2012
Pengaruh Guru Profesional Terhadap
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
Sumber:Akdon (2008:188)
Untuk mencari makna hubungan variabel kompetensi pedagogik, (X1),
kompetensi kepribadian (X2), kompetensi profesional (X3), dan kompetensi sosial
(X4) secara bersama-sama (simultan) dengan variabel karakter siswa (Y)
digunakan rumus berikut ini. (Akdon, 2008:188).
t = � −2. � 1− �2
Kerangka hubungan kausal empiris antara jalur (X1, X2, X3, X4 terhadap Y,
dapat dibuat melalui persamaan strukturalsebagai berikut: Y = a + ρyx1X1 +
ρyx2X2 +ρyx3X3 +ρyx4X4.
6. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah suatu langkah untuk menentukan sebuah keputusan menolak atau menerima hipotesis. Seluruh pengolahan data dalam pengujian hipotesis menggunakan bantuan SPSS 20 for windows dan Microsoft
excel, dengan menggunakan analisis regresi.
I. Alur Penelitian
Adapun alur penelitian yang ditempuh dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 3. 3 Alur Penelitian
(36)
(37)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat ditarikkesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik guru memberikan pengaruh positif signifikan terhadap pembentukan karakter siswa sebesar 7,96 %.
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwakompetensi kepribadian guru berpengaruh positif signifikan terhadap pembentukan karakter siswa sebesar 8,8%.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwakompetensi profesional guru berpengaruh positif signifikan terhadap pembentukan karakter siswa sebesar 8,1%.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sosial guru berpengaruh positif signifikanterhadap pembentukan karakter siswa sebesar 8,5%.
4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji nilai korelasi ganda variabel kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial terhadap variabel pembentukan karakter siswa (Y) sebesar 0,904. Nilai positif menunjukan bahwa hubungan dua variabel searah, artinya semakin baik kualitas dari kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial guru akan diikuti dengan semakin baik pula pembentukan karakter siswa. Sebaliknya semakin burukkompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional 140
(38)
dan kompetensi sosial guru maka semakin burukpula pembentukan karakter siswa.Secara bersama-sama keempat variabel bebas terhadap satu variabel terikat yaitu pembentukan karakter siswa menghasilkan pengaruh sebesar 81,6% (R2 = 0,816). Hal tersebut menunjukkan 81,6% variabel karakter dipengaruhi oleh variabel kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial serta sisanya 18,4% dipengaruhi oleh variabel lain. Dari hasil penelitian dan telaah dokumentasi terhadap guru di lapangan menunjukkan bahwa kompetensi guru memang cukup.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini maka disampaikan saran kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut.
1. Bagi Sekolah
Dalam meningkatkan layanan guru profesional yang mengajar pada jurusan IPS, di semua tingkatan (kelas X, XI, dan XII) kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial guru harus segera ditingkatkan melalui kerjasama dengan berbagai pihak yakni pemerintah, masyarakat, swasta terutama dengan pihak dinas pendidikan pemuda dan olahraga karena guru berkualitas adalah penjamin mutu pendidikan. Hanya guru berkualitaslah yang dapat menghasilkan siswa berkualitas.
(39)
Berdasarkan hasil penelitian (dapat dilihat pada lampiran pertanyaan nomor 6, 7 dan 9) yang telah dilakukan ternyata variabel karakter kedisiplinan nomor 6 dan 7 menunjukkan kategori rendah dan karakter peduli lingkungan sekolah dan kelas juga rendah. Kedisiplinan adalah kualitas kepribadian seorang guru, disini guru harus mampu menunjukkan kualitas kedisiplinan terutama menjadikan dirinya teladan bagi siswa. Sedangkan karakter peduli lingkungan sekolah dan kelas adalah sikap dan tindakan bagaimana membiasakan siswa mencintai kebersihan karena kebersiahan adalah sebagian dari iman. Dalam menjalankan tugas guru harus memiliki komitmen, mempunyai prinsip hidup yang kuat seperti menjalankan apa yang diajarkan (perkataan dan perbuatan satu), dan mempraktikkan kepemimpinan yang melayani (mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi) demi membentuk karakter siswa yang positif dan kuat.
3. Bagi Siswa
Siswa agar dapat terlibat lebih aktif dalam proses pembelajaran, diharapkan tidak hanya mendengarkan guru mengajar saja, dalam hal ini keaktifan bukan hanya pada kelas teori maupun praktek, akan tetapi juga pada presentasi di kelas maupun diskusi kelompok. Siswa mengaplikasikan pengetahuan yang telah dipelajari dengan cara mempraktekkan pada situasi kerja riil. Dengan praktek yang diperolehnya siswa akan mampu menggeneralisasi dan mencari kesamaan atas apa yang pernah dipaktekkan untuk kemudian diterapkan pada situasi baru.
(40)
Dalam penelitian ini diketahui bahwa kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial secara bersama-sama berpengaruh positif signifikan terhadap pembentukan karakter siswa jurusan IPS SMAN 1 Agats dan SMAN 1 Atsj di kabupaten Asmat provinsi Papua, menunjukkan hubungan sangat kuat yakni sebesar 81,6% dan sisanya sebesar 18,4% dipengaruhi oleh variabel lain. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti faktor-faktor lain yang turut memberikan “saham” terhadap pembentukan karakter siswa, yaitu: orang tua, lingkungan bermain, lingkungan bergaul, lingkungan sekolah, lingkungan bekerja, dan lingkungan bangsa di mana siswa berada.
(41)
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi dan
Manajemen. Bandung: Dewa Ruci.
Ali, M. (1987). Penelitian Pendidikan Prosedur Strategi. Bandung: Angkasa. ____, (2002). Analisis Kefeektivan Biaya dalam Manajemen dan Evaluasi
Program Pengembangan Sumber Daya Manusia- Pidato Pengukuhan
Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Evaluasi dan Manajemen Program pada HP UPI. Bandung: Depdiknas UPI.
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta : Bumi Aksara.
____, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, Cet. Ke-12.
Asmani, M. J. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di
Sekolah. Jogjakarta: DIVA Press.
Aunurrahman, (2009). Belajar dan Pembelajaran, Bandung : Alfabet.
Aziz A. Hamka, (2012). Karakter Guru Profesional. Melahirkan Murid Unggul
Menjawab Tantangan Masa Depan. Jakarta: Al-Mawardi Prima.
Azra, Azyumardi, (2006). Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Rekontruksi
dan Demokratisasi). Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Azwar, S. (1995). Sikap Manusia - Teori dan Pengukurannya.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Badudu, J.S. (1994). Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Balitbang Diknas_ (2001). Arah Kebijakan Pendidikan Nasional. Makalah pada Simposium Kurikulum Pendidikan: Reposisi, Reaktualisasi Kurikulum LPTK, Bandung.
Bloom (1997) Taxonomy of Educational Objecctives (two vols: The Affective
Domain The Cognitive Domain). New York. David Mckay.
Butler, F. C. (1976). Instructional Systems Development for Vocational and
(42)
Cheppy H. C. (1987). Panduan Pengajar Buku Pendidikan Moral Dalam
Beberapa Pendekatan. Jakarta :Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Covey, S. R. (1997). The 7th Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan
Manusia yang Efektif). Jakarta Barat: Bina Aksara.
Creswell, J. W. (1994). Research Design - Qualitative Quantitative Approaches. London: Sage Pubication.
Departemen Pendidikan Nasional (2006), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
Deparmen Pendidikan Nasional (2003), Undang-Undang No 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas.
Depdiknas UPI. (2001). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi).
Depdikbud. (1989). Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan
Terpadu (kumpulan makalah). Bandung: IKIP Bandung.
Fattah. (2001), Landasan Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Karya.
Fisipol UGM. 2001. Penyususnan Konsep Perumusan Pengembangan Kebijakan
Pelestarian Nilai-Nilai Kemasyarakatan (Social Capital) Untuk Integrasi Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Gage, N.L. (1979). The Scientific Basis of the Art of Teaching. Columbia: Teacher College - Columbia Uniyersity.
Hamalik, O. (1987). Pendidikan Guru—Konsep—Kurikulum-Strategi. Bandung:
Pusiaka Martiana.
____, (1989). Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan. Bandung: Mandar Maju. ____, (2002). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hill, N., (2009). 12 Aturan Emas Napoleon Hill. Karya Awal Sang Legenda
Kesuksesan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hoyle, E. dan Jacqueta, M. eds., (1980).World Year Book of Education 1980
Development of Teacher Education, London: Kogan Page.
Instrumen Pendidikan Nasional. Universitas Pendidikan Indonesia (2010)
(43)
Irianto, B. Yoyon, (2011). Kebijakan Pembaharuan Pendidikan, Konsep, Teori,
dan Aplikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Joyce, B. & Weil, M, (1980). Model of Teaching, New Jersey : Prentice-Hall, Icn. ____, (2000). Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.
Karno, T. (1982). Guru Ideal dan Profesional Menurut Kurikulurn SPG 1976. Makalah pada Sekolah Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan. Kunandar, (2010). Guru Profesional. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru.(Ed. Rev -6). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Komalasari, K. et al. (2011). Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Pembinaan
Kepribadian Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Lickona, T, (1992). Educating for Character : How our Scholls Can Teach
Respect and Responssibillity. USA : A. Bantam Book.
Mager, R.M. (1987). Mengembangkan Sikap Terhadap Belajar. Bandung:Rosda Karya.
Makmun, A.S.(1996).Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidi-kan. Hand out Perkuliahan Program S3 pada Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Makmur, A. (2008). Pendidikan Berbasis Karakter. Workshop Jurusan Alat Berat Politeknik TEDC Bandung. Bandung: Tidak untuk dipublikasikan.
Margono,S. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Martin, G., & Pear, J. (1992). Behaviour Modification. What It Is and How To Do
It. New Jersey: Prentice Hall International.
Samani, M. Dan Hariyanto. (2011). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Makmun, A. S. (1996). Pengembangan Profesi dan kinerja Tenaga Kependidikan. Hand out Perkulihan Program S3 pada program Pasca – Sarjana IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.
Maryani, E. (2011). Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk
Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung: CV Alfabeta.
McMillan, J. H. dan Schumacher, S.S. (2001). Research in Education:A
(44)
Mulyasa, E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muslich, M. (2011). Pendidikan Karakter. Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Merryfield, M. M. et al. (1997). Preparing Teacher to Teach Global Perspective
—A hand Book for Teacher Educator. California: Corwin Press, Inc.
Miller, P.P., dan Seller, W. (1985). Curriculum Perspective and Practice. New York: Longman.
Megawangi, R, (2004).Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun
Bangsa. Jakarta : BPMIGAS dan Star Energi.
Nana, M. (1980). Suatu Konsep Tentang Pengembangan Sikap Keguruan
Profesional. Disertasi Doktor pada SPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.
Natawidjaya, R.(2002). Profesionalisasi Tenaga Kependidikan Guru dan
Pekerjaannya. Makalah Kuliah PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
____, (2002). Standar Profesi Guru. Makalah Kuliah PPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
____, (2002). Penyusunan Instrumen Penelitian. Materi Kuliah PPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
NEA of United States. (1982). Excellent on Our School — Teacher Education an Action Plan. Washington DC.
Neuman, W. L. (1991). Social Research Methods : Qualitative and Quantitative
Approaches, Boston : Allyn & Bacon.
NCSS. (1994). Curriculum Standards For Social Studies. Washington DC. SCSS Ornstein, A.C. dan Leyine, D.Y. (1986). An Introduction to Foundation of
Education. Boston: Houghton Miffin.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007.Tentang Standar Akademik dan Kompetensi Guru. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Jakarta.
Pollard, A., dan Tann, S.(1987). Reflective Teaching in the Primary School. London: Cassell.
Pollard, A., dan Triggs, P. (1997). Reflective Teaching in Secondary Education. London: Cassell.
(45)
Prashsig, B, (2004). The Power of Learning Styles. Bandung : Kaifa.
Prawirosentono, Suyadi. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia Kebijakan
Kinerja Karyawan". Yogyakarta: BPFE.
Rusman, (2010). Model-Model Pembelajaran,Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Rusyan, T. (1990). Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Karya Sarjana Mandiri.
Riduwan. (2005). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan
PenelitiPemula. Bandung: Alfabeta.
____, (2009). Pengantar Statistika Sosial.Bangdung : Penerbit Alfabeta. Sagala, S, (2005).Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : CV. Alfabet. Sadler, J.E. (1974). Concepts in Primary Education. London: George Allen &
Unwin Ltd.
Sahertian, P.A. dan Sahertian, I.A. (1990). Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Inservice Education. Jakarta: Rineka Cipta.
Samara, A. (1994). Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius.
Sanusi, A. et al. (1991). Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional
Tenaga Kependidikan. Depdikbud-IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Sapriya (2009). Pendidikan IPS konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Saptono, (2011). Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter (Wawasan, Strategi, dan Langkah Praktis). Salatiga: Erlangga.
Slavin, R. E. (1991). Educational Psychology. Theory into Practice. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Sudijono, A. (1991). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Sudjana, N. (1988). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru. ____, (1988). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. ____, (1989). Teori-teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta: Lembaga Penerbit
(46)
Sudjana, N. dan Ibrahim, R. (2000). Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudjana, Djudju. (1992). Pengantar Manajemen Pendidikan Luar
Sekolah,Nusantara Press: Bandung
Sugiyono, (2004). Statistik Nonparametrik Untuk Penelitian.
Bandung:ALFABETA.
Suhardan, Dadang, (2010). Supervisi Profesional, Layanan dalam Meningkatkan
Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, Bandung : Penerbit Alfabeta.
Sugiyono. (2006) Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Angkasa.
Sukmadinata, Nana Syaodih et al. (2003). Pengendalian Mutu Pendidikan
Sekolah Dasar: Konsep, Prinsip, dan Instrumen, Bandung: Kesuma Karya.
Sukmadinata, N. S. (2000). Metodologi Riset SosiaL. Bandung: Diktat Kuliah PPS UPI.
____, (2000). Pengembangan Kurikulum - Teori dan Praktek. Bandung: Rosda Karya.
Sumaatmadja, N, (1986). Metode Pengajaran Geografi, Jakarta : Proyek Pengembangan LPTK.
Mamarsono, S, HM. (2004). Metodologi Riset Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta.
____, (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Supriadi, D. (1999). Antara Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar - Di Balik
Kebijakan ada Konstruk Berpikir. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar
Ditjen Dikdasmen.
Surya, M. (2002). "Guru dalam Era Transisi: Tantangan, Peluang, dan Transisi‖. Makalah dalam Seminar Sosialisasi dan Implementasi Kurikulum Brbasis Kompetensi. Bandung.
Suyanto, S. (2000). "Reformasi Pengembangan Guru MenyongsongEra
Globalisasi dan Otonomi‖, dalam Depdiknas-Uniyersitas Negeri Yogyakarta, Proceeding Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan MIPA di Era Globalisasi. Yogyakarta: Depdiknas-Universitas Negeri Yogyakarta.
(47)
Segal, J. (1997). Melejitkan Kepekaan Entosional. Bandung: Kaifa.
Soemantri, Endang, (2011). Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya
Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Soelaiman, M.I. (1985). Menjadi Guru. Bandung: Diponegoro.
Soetjipto, K. dan Raflis, K. (1999). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. Syah, M. (2001). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Rosda Karya.
Tilaar, H.A. (2000). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam
Perspektif Abad 21. Semarang: Tera Indonesia.
Tsui, K.T. (1998). Understanding Teacher Performance: Towards a
Compre-hensiye Framewok. Asia-Facific Journal of Teacher Education and
Deye-lopment. 1 (2), 81-89.
Usman, M. U. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Undang-Undang Guru dan Dosen. Bandung: Sinar Grafika
Undang-Undang No. 19 tahun 2005 (Penjelasan) tentang Standar Kompetensi. Bandung: Sinar Grafika.
____, Tentang Standar Nasional Pendidikan. Bandung: Sinar Grafika
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Sisdiknas). Bandung: Sinar Grafika.
_____, Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37. Bandung: Sinar Grafika. UPI. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Yulianti Lidya, (2009). Profesionalisme, Standar Kompetensi, dan Pengembangan Profesi Guru PAK (Pendidikan Agama Kristen), Bandung:
Bina Media Informasi.
Yosepena, Sandra, Thesis SPs, dengan judul ―Efektifitas Penggunaan Metode
Penugasan Melalui Pendekatan Konstruktivistik Terhadap Hasil Belajar‖. TESIS
(48)
Iriani, Excalanti, Yani, Tesis SPs, dengan judul Kontribusi Latar Belakang
Individual Siswa dan Iklim Akademik Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri Kota Bandung.
Iryani Meutia, Rina, Tesis SPs, dengan judul Kontribusi Pembelajaran
Kontekstual Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Pembentukan Karakter Siswa.
Mulyanti, Dety, Tesis SPs, dengan judul Pengaruh Kepemimpinan Kepala
Sekolah Terhadap Kompetensi dan Motivasi Guru Serta Implikasinya terhadap Kinerja Guru IPS SMP SMP Se-Kota Cimahi.
DISERTASI
Mulyana, R. (2001). Profit Kepribadian Guru dalam Dimensi Psikologis, Sosial,
dan Spiritual. Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Rozano, Dino, Disertasi SPs, dengan judul Manajemen Pengembangan Kinerja
Guru Dalam Konteks Kebijakan Otonomi Daerah.
JURNAL
Aswandi, (2010), ―Membangun Bangsa Melalui Pendidikan Berbasis Karakter‖. Pendidikan Karakter Jurnal Publikasi Ilmiah Pendidikan Umum & Nilai2
(2), 16-23.
Majid, A, H. (2010), ―Peranan Pendidikan dalam Upaya Membentuk Karakter Peserta Didik‖. Pendidikan Karakter Jurnal Publikasi Ilmiah Pendidikan Umum & Nilai2 (2), 16-23.
INTERNET
Bukit, S . (2012). Pendidikan Karakter. Balai Diklat Keagaman Medan.
(1)
Irianto, B. Yoyon, (2011). Kebijakan Pembaharuan Pendidikan, Konsep, Teori, dan Aplikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Joyce, B. & Weil, M, (1980). Model of Teaching, New Jersey : Prentice-Hall, Icn. ____, (2000). Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.
Karno, T. (1982). Guru Ideal dan Profesional Menurut Kurikulurn SPG 1976. Makalah pada Sekolah Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan. Kunandar, (2010). Guru Profesional. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru.(Ed. Rev -6). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Komalasari, K. et al. (2011). Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Lickona, T, (1992). Educating for Character : How our Scholls Can Teach Respect and Responssibillity. USA : A. Bantam Book.
Mager, R.M. (1987). Mengembangkan Sikap Terhadap Belajar. Bandung:Rosda Karya.
Makmun, A.S.(1996).Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidi-kan. Hand out Perkuliahan Program S3 pada Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Makmur, A. (2008). Pendidikan Berbasis Karakter. Workshop Jurusan Alat Berat Politeknik TEDC Bandung. Bandung: Tidak untuk dipublikasikan.
Margono,S. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Martin, G., & Pear, J. (1992). Behaviour Modification. What It Is and How To Do
It. New Jersey: Prentice Hall International.
Samani, M. Dan Hariyanto. (2011). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Makmun, A. S. (1996). Pengembangan Profesi dan kinerja Tenaga Kependidikan. Hand out Perkulihan Program S3 pada program Pasca – Sarjana IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.
Maryani, E. (2011). Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung: CV Alfabeta.
McMillan, J. H. dan Schumacher, S.S. (2001). Research in Education:A Conceptual Introduction, New York: Addison Wesley Longman, Inc.
(2)
Mulyasa, E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muslich, M. (2011). Pendidikan Karakter. Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Merryfield, M. M. et al. (1997). Preparing Teacher to Teach Global Perspective
—A hand Book for Teacher Educator. California: Corwin Press, Inc.
Miller, P.P., dan Seller, W. (1985). Curriculum Perspective and Practice. New York: Longman.
Megawangi, R, (2004).Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Jakarta : BPMIGAS dan Star Energi.
Nana, M. (1980). Suatu Konsep Tentang Pengembangan Sikap Keguruan Profesional. Disertasi Doktor pada SPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan. Natawidjaya, R.(2002). Profesionalisasi Tenaga Kependidikan Guru dan
Pekerjaannya. Makalah Kuliah PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan. ____, (2002). Standar Profesi Guru. Makalah Kuliah PPS UPI. Bandung: tidak
diterbitkan.
____, (2002). Penyusunan Instrumen Penelitian. Materi Kuliah PPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
NEA of United States. (1982). Excellent on Our School — Teacher Education an Action Plan. Washington DC.
Neuman, W. L. (1991). Social Research Methods : Qualitative and Quantitative Approaches, Boston : Allyn & Bacon.
NCSS. (1994). Curriculum Standards For Social Studies. Washington DC. SCSS Ornstein, A.C. dan Leyine, D.Y. (1986). An Introduction to Foundation of
Education. Boston: Houghton Miffin.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007.Tentang Standar Akademik dan Kompetensi Guru. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Jakarta.
Pollard, A., dan Tann, S.(1987). Reflective Teaching in the Primary School. London: Cassell.
Pollard, A., dan Triggs, P. (1997). Reflective Teaching in Secondary Education. London: Cassell.
(3)
Prashsig, B, (2004). The Power of Learning Styles. Bandung : Kaifa.
Prawirosentono, Suyadi. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia Kebijakan Kinerja Karyawan". Yogyakarta: BPFE.
Rusman, (2010). Model-Model Pembelajaran,Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Rusyan, T. (1990). Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Karya Sarjana Mandiri.
Riduwan. (2005). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan PenelitiPemula. Bandung: Alfabeta.
____, (2009). Pengantar Statistika Sosial.Bangdung : Penerbit Alfabeta. Sagala, S, (2005).Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : CV. Alfabet. Sadler, J.E. (1974). Concepts in Primary Education. London: George Allen &
Unwin Ltd.
Sahertian, P.A. dan Sahertian, I.A. (1990). Supervisi Pendidikan dalam Rangka Inservice Education. Jakarta: Rineka Cipta.
Samara, A. (1994). Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius.
Sanusi, A. et al. (1991). Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan. Depdikbud-IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Sapriya (2009). Pendidikan IPS konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Saptono, (2011). Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter (Wawasan, Strategi, dan Langkah Praktis). Salatiga: Erlangga.
Slavin, R. E. (1991). Educational Psychology. Theory into Practice. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Sudijono, A. (1991). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Sudjana, N. (1988). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru. ____, (1988). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. ____, (1989). Teori-teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta: Lembaga Penerbit
(4)
Sudjana, N. dan Ibrahim, R. (2000). Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudjana, Djudju. (1992). Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah,Nusantara Press: Bandung
Sugiyono, (2004). Statistik Nonparametrik Untuk Penelitian. Bandung:ALFABETA.
Suhardan, Dadang, (2010). Supervisi Profesional, Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, Bandung : Penerbit Alfabeta. Sugiyono. (2006) Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Angkasa.
Sukmadinata, Nana Syaodih et al. (2003). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Dasar: Konsep, Prinsip, dan Instrumen, Bandung: Kesuma Karya. Sukmadinata, N. S. (2000). Metodologi Riset SosiaL. Bandung: Diktat Kuliah PPS
UPI.
____, (2000). Pengembangan Kurikulum - Teori dan Praktek. Bandung: Rosda Karya.
Sumaatmadja, N, (1986). Metode Pengajaran Geografi, Jakarta : Proyek Pengembangan LPTK.
Mamarsono, S, HM. (2004). Metodologi Riset Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta.
____, (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Supriadi, D. (1999). Antara Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar - Di Balik Kebijakan ada Konstruk Berpikir. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar Ditjen Dikdasmen.
Surya, M. (2002). "Guru dalam Era Transisi: Tantangan, Peluang, dan Transisi‖. Makalah dalam Seminar Sosialisasi dan Implementasi Kurikulum Brbasis Kompetensi. Bandung.
Suyanto, S. (2000). "Reformasi Pengembangan Guru MenyongsongEra Globalisasi dan Otonomi‖, dalam Depdiknas-Uniyersitas Negeri Yogyakarta, Proceeding Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan MIPA di Era Globalisasi. Yogyakarta: Depdiknas-Universitas Negeri Yogyakarta.
(5)
Segal, J. (1997). Melejitkan Kepekaan Entosional. Bandung: Kaifa.
Soemantri, Endang, (2011). Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Soelaiman, M.I. (1985). Menjadi Guru. Bandung: Diponegoro.
Soetjipto, K. dan Raflis, K. (1999). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. Syah, M. (2001). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Rosda Karya.
Tilaar, H.A. (2000). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Semarang: Tera Indonesia.
Tsui, K.T. (1998). Understanding Teacher Performance: Towards a Compre-hensiye Framewok. Asia-Facific Journal of Teacher Education and Deye-lopment. 1 (2), 81-89.
Usman, M. U. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Undang-Undang Guru dan Dosen. Bandung: Sinar Grafika
Undang-Undang No. 19 tahun 2005 (Penjelasan) tentang Standar Kompetensi. Bandung: Sinar Grafika.
____, Tentang Standar Nasional Pendidikan. Bandung: Sinar Grafika
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Sisdiknas). Bandung: Sinar Grafika.
_____, Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37. Bandung: Sinar Grafika. UPI. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Yulianti Lidya, (2009). Profesionalisme, Standar Kompetensi, dan Pengembangan Profesi Guru PAK (Pendidikan Agama Kristen), Bandung: Bina Media Informasi.
Yosepena, Sandra, Thesis SPs, dengan judul ―Efektifitas Penggunaan Metode
Penugasan Melalui Pendekatan Konstruktivistik Terhadap Hasil Belajar‖.
(6)
Iriani, Excalanti, Yani, Tesis SPs, dengan judul Kontribusi Latar Belakang Individual Siswa dan Iklim Akademik Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri Kota Bandung. Iryani Meutia, Rina, Tesis SPs, dengan judul Kontribusi Pembelajaran
Kontekstual Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Pembentukan Karakter Siswa.
Mulyanti, Dety, Tesis SPs, dengan judul Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi dan Motivasi Guru Serta Implikasinya terhadap Kinerja Guru IPS SMP SMP Se-Kota Cimahi.
DISERTASI
Mulyana, R. (2001). Profit Kepribadian Guru dalam Dimensi Psikologis, Sosial, dan Spiritual. Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan. Rozano, Dino, Disertasi SPs, dengan judul Manajemen Pengembangan Kinerja
Guru Dalam Konteks Kebijakan Otonomi Daerah.
JURNAL
Aswandi, (2010), ―Membangun Bangsa Melalui Pendidikan Berbasis Karakter‖.
Pendidikan Karakter Jurnal Publikasi Ilmiah Pendidikan Umum & Nilai2 (2), 16-23.
Majid, A, H. (2010), ―Peranan Pendidikan dalam Upaya Membentuk Karakter Peserta Didik‖. Pendidikan Karakter Jurnal Publikasi Ilmiah Pendidikan Umum & Nilai2 (2), 16-23.
INTERNET
Bukit, S . (2012). Pendidikan Karakter. Balai Diklat Keagaman Medan. (http://sumut.kemenag.go.id/)(23 April 2012).