PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS SIMULASI KOMPUTER PADA PERKULIAHAN GELOMBANG DAN OPTIKA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF CALON GURU.

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dikemukakan hal-hal yang mendasari sehingga penelitian ini dilakukan. Informasi ini diharapkan akan memberikan gambaran mengenai masalah-masalah yang mendesak untuk diselesaikan melalui penelitian ini.

A. Latar Belakang

Mata kuliah gelombang dan optika merupakan salah satu mata kuliah yang termasuk dalam kelompok mata kuliah keilmuan dan keterampilan (MKK) di Jurusan Pendidikan Fisika LPTK Perguruan Tinggi. Kompetensi yang diharapkan dari mata kuliah ini adalah agar mahasiswa memahami secara bermakna konsep-konsep gelombang dan optika, keterampilan berpikir tingkat tinggi (berpikir kreatif, berpikir kritis, pemecahan masalah dan mengambil keputusan), dan keterampilan penalaran ilmiah serta dapat memanfaatkan konsep dan prinsip gelombang dan optika dalam kehidupan sehari-hari (Silabus Jurusan Fisika MIPA UNM,2003). Hal ini mengisyaratkan bahwa pembelajaran gelombang dan optika hendaknya menjadikan mahasiswa sebagai calon guru fisika tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang konsep-konsep, prinsip-prinsip dasar gelombang dan optika, melainkan harus menjadikan mahasiswa untuk mengerti, memahami konsep-konsep, memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi, penalaran ilmiah serta mereka dapat menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep yang lain dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.


(2)

Untuk dapat mencapai kompetensi yang diharapkan semestinya mahasiswa memiliki pengetahuan awal yang baik untuk mengikuti pembelajaran gelombang dan optika. Pengetahuan awal dalam hal ini adalah memahami secara bermakna materi gelombang dan optika dan memiliki kemauan menyiapkan diri sendiri untuk belajar gelombang dan optika. Namun, dalam pembelajaran gelombang dan optika pemahaman relatif sulit diwujudkan. Hal ini disebabkan karena beberapa konsep-konsep di dalam materi gelombang dan optika diantaranya karakteristik pola superposisi, interferensi dan pola difraksi pada berbagai bentuk geometri celah (tunggal, persegi, dan lingkaran) memiliki sifat 1) sulit dibayangkan; 2) menantang secara matematika; 3) pola intensitasnya tak dapat diobeservasi secara langsung; 4) counter intuitif dan 5) materinya sulit dipahami. Hal-hal tersebut yang menyebabkan mahasiswa sulit memahami materinya, frustrasi untuk membangun model-model mental, sehingga mahasiswa sulit mengembangkan keterampilan berpikirnya serta juga menyebabkan mahasiswa tidak mampu mengembangkan konsep-konsep optika (Sevgi, 2006; Hoshino, 2007; Banks, 2007).

Berdasarkan dari hasil studi awal tahun 2009 di program studi fisika FMIPA pada salah satu perguruan tinggi negeri di Makassar yang terdiri dari 23 mahasiswa dan 3 orang dosen pengampu mata kuliah gelombang dan optik didapatkan bahwa: 1) hanya satu dari tiga orang dosen mata kuliah gelombang dan optika yang mempersiapkan materi ajar interferensi dan difraksi, baik ditinjau dari perangkat pembelajaran maupun media pembelajaran yang digunakan. Selain itu 22 mahasiswa menyatakan sangat membutuhkan perangkat pembelajaran


(3)

gelombang dan optik; 2) tiga orang dosen menyatakan mengalami kesulitan mengajarkan materi superposisi, interferensi dan difraksi terutama untuk memperlihatkan bagaimana hubungan persamaan-persamaan interferensi dan difraksi dengan pola interferensi dan difraksinya serta pola intensitasnya; 3) tiga orang dosen menyatakan tidak pernah melakukan evaluasi keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan alasan keterampilan tersebut tidak pernah dilatihkan dan masih kesulitan membuat asesmennya; 4) 20 mahasiswa masih banyak mengalami kesulitan dalam proses mengikuti pembelajaran superposisi, interferensi dan difraksi, terutama karena materinya terlalu teoritis dan secara matematis; 5) tingkat kelulusan mahasiswa pada mata kuliah gelombang dan optika masih tergolong rendah, di bawah 60 persen; 6) praktikum interferensi gelombang, superposisi gelombang belum ada dilaboratorium dan praktikum difraksi hanya sebatas difraksi celah tunggal dan 7) sarana dan prasarana laboratorium komputer berjumlah 30 buah yang cukup menunjang perkuliahan gelombang dan optika. Demikian pula dari hasil penelitian Yahya (2008) yang meneliti 32 guru SMA menyimpulkan bahwa : 1) sekitar 32 guru SMA mengalami kesulitan dalam mengajarkan materi interferensi dan difraksi di SMA ; 2) 33 guru SMA menyatakan bahwa materi gelombang, superposisi, interferensi dan difraksi terlalu sulit dipahami dan matematis; 3) penguasaan konsep guru SMA pada materi interferensi dan difraksi masih tergolong sedang.

Hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa: 1) dosen pengampu mata kuliah gelombang dan optik belum mengukur kompetensi kemampuan berpikir tingkat tinggi, khususnya keterampilan berpikir kreatif yang merupakan


(4)

salah satu tujuan perkuliahan ini. Liliasari (2005) mengemukakan bahwa keterampilan berpikir kreatif sangat menentukan dalam membangun kepribadian dan pola tindakan dalam kehidupan setiap insan Indonesia, karena itu pembelajaran sains perlu diberdayakan untuk mencapai maksud tersebut. Widowati (2009) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kreatif merupakan salah satu komponen dalam isu kecerdasan abad ke-21; 2) dosen mengalami kesulitan mengajarkan materi gelombang dan optika terutama untuk menjelaskan bagaimana hubungan antara persamaan-persamaan gelombang dan optika dengan perubahan pola gelombang dan gejala interferensi dan pola difraksi serta pola intensitasnya; 3) mahasiswa masih mengalami kesulitan memahami konsep-konsep materi interferensi dan difraksi yang disebabkan karena materinya terlalu matematis serta pola intensitasnya tak dapat diobeservasi secara langsung; 4) belum tersedianya praktikum gelombang, superposisi dan interferensi di laboratorium yang memadai, sedangkan praktikum difraksi hanya difraksi celah tunggal dan 5) para guru SMA juga mengalami kesulitan dalam mengajarkan materi interferensi dan difraksi. Hasil tersebut didukung oleh hasil penelitian bahwa mahasiswa sulit memahami perkuliahan gelombang dan optika di Perguruan Tinggi (Dobrzanski, et al, 2007; Huang, et al, 2006).

Salah satu alternatif untuk mengatasi hasil temuan-temuan tersebut di atas adalah tersedianya suatu model pembelajaran berbasis simulasi interaktif yang menarik dan mengarahkan peserta didik untuk berkonsentrasi kepada isi pengajaran yang berkaitan dengan makna simulasi yang ditampilkan atau mengerti teks materi pelajaran. Model pembelajaran berbasis simulasi interaktif


(5)

yang bisa menggugah emosi, mempermudah peserta didik memahami konsep dan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi, khsususnya keterampilan berpikir kreatif yang mampu memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam persamaan-persamaan, gambar, maupun grafik gelombang, superposisi, interferensi dan difraksi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan menerapkan simulasi komputer membantu mahasiswa memahami materi fisika dasar (Finkelstein, et al, 2005), beberapa dosen mengembangkan dan meneliti tentang simulasi komputer untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari fisika kuantum (Belloni, et al, 2006). Bossomair., & Snyder, (2005); Bullinger, et al, (2006); Northcott, et al, (2007); Ming & Hyun, (2007); McKagan, et al, (2008); Hamlen, (2009).

Osborn (1952 &1953) mengemukakan bahwa kekuatan berpikir kreatif melampaui apa yang ia sebut kemampuan menyerap, kemampuan menyimpan kekuatan, dan kemampuan penalaran (Lawson, 1979). Ahli Pendidikan Mearns (1958) & Gordun (1961) menyatakan bahwa berpikir kreatif merupakan komponen emosional lebih penting daripada intelektual, yang irasional lebih penting daripada yang rasional (Lawson, 1979). Berdasarkan hal ini maka keterampilan berpikir kreatif merupakan salah satu variabel yang menentukan keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik dalam pembelajaran adalah visualisasi melalui simulasi komputer. Hal ini didukung dari hasil penelitian Price, et al, (2009), menyimpulkan bahwa


(6)

dengan menerapkan visualisasi komputer dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif seseorang.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, para pakar pendidikan telah banyak mengembangkan program-program simulasi komputer, khususnya program simulasi interferensi dan difraksi diantaranya: 1) Wyant (2005), mengembangkan program simulasi difraksi Fraunhofer dengan celah tunggal dengan pola difraksi dan intensitas dalam dua dimensi; 2) Padley (2005), mengembangkan program difraksi Fraunhofer celah persegi dengan pola difraksi dan intensitas dua dimensi; 3) Ohanian & Markert (2006), mengembangkan program simulasi interferensi dua celah dan difraksi Fraunhofer celah tunggal dengan pola interferensi dan difraksi dalam dua dimensi; 4) Laque & Vob (2007), mengembangkan difraksi Fraunhofer dengan celah persegi dengan pola difraksi dan intensitas dalam dua dimensi; 5) Gon (2007), mengembangkan Difraksi Fresnel celah tunggal dengan pola difraksi dan intensitas dua dimensi; 6) Yahya (2008), mengembangkan interferensi dua celah, interferensi kisi dan difraksi celah tunggal tanpa meninjau difraksi Fraunhofer dan difraksi Fresnel. Visualisasi pola interferensi dan pola difraksi hanya dalam dua dimensi. Bertolak dari hasil pengembangan program simulasi interferensi dan difraksi tersebut ternyata belum ada yang mengembangkan program simulasi interferensi dan difraksi secara komprehensif dengan bentuk visualisasi dalam ruang tiga dimensi. Pada penelitian ini telah dikembangkan program simulasi: 1) fenomena gelombang; 2) fenomena superposisi gelombang; 3) fenomena interferensi dengan dua celah, tiga celah, dan empat celah dengan visualisasi pola interferensi dan intensitasa dalam ruang tiga


(7)

dimensi; dan 4) difraksi Fraunhofer dan difraksi Fresnel dengan variasi bentuk celah, yakni celah tunggal, celah persegi dan celah lingkaran dengan visualisasi pola difraksi dan intensitas dalam ruang dimensi tiga dengan memanfaatkan Mikrosoft Excel 2003. Mikrosoft ini dipilih mengingat semua komputer memiliki program ini dan tidak sulit mengoperasikannya. Hasil pengembangan program simulasi ini diintegrasikan dengan pembelajaran yang dinamakan dengan pembelajaran berbasis simulasi komputer (PBSK). Dimana karakteristik PBSK ini berbeda dengan karakteristik computer assisted instructional (CAI) dan computer based instructional (CBI) (Pol, 2009).

Mahasiswa program studi pendidikan fisika LPTK di perguruan tinggi merupakan calon-calon guru mata pelajaran fisika yang tidak menutup kemungkinan juga akan mengajarkan materi fisika yang berhubungan dengan gelombang dan optika di tingkat SMP/MTs dan SMA/MA, misalnya di SMA/MA, standar kompetensi 6 yang berbunyi siswa mampu menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dan optika dalam menyelesaikan masalah (Kurikulum SMA/MA, 2006). Gejala gelombang dan optika ini mencakup konsep-konsep kompleks yang keabsahannya terkadang sulit dijelaskan terutama dalam bentuk tiga dimensi tanpa melalui eksperimen di laboratorium atau melalui simulasi dan visualisasi (Suarga, 2007) dan keterampilan guru dalam mengajar dan prasarana laboratorium terkadang kurang mendukung. Akibatnya pembelajaran gelombang dan optika baik di tingkat SMP/MTs dan SMA/MA banyak menemui kendala diantaranya terkesan sulit dan membosankan. Guru banyak mengalami hambatan dalam mempersiapkan pembelajarannya terutama dalam melakukan analisis


(8)

materi subyek sesuai tuntutan standar kompetensi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menentukan media pembelajaran dan menetapkan sistem evaluasi. Sementara itu siswa kesulitan mempersiapkan diri dan kehilangan motivasi untuk belajar secara mandiri. Oleh karena itu tidak mengherankan jika capaian hasil belajar fisika pada umumnya rendah dari waktu ke waktu.

Salah satu alternatif untuk mengatasi kendala tersebut adalah guru harus memiliki keterampilan berpikir kreatif sehingga mampu berkreativitas untuk menghasilkan karya-karya yang inovatif seperti misalnya mendisain materi ajar, mempersiapkan dan mengoperasikan media pembelajaran serta membuat evaluasi pembelajaran secara komprehensif. Saud & Suherman (2006) mengemukakan bahwa implikasi daripada pembelajaran sebagai suatu proses maka guru harus terampil dalam merancang, mengembangkan, dan mengelola pembelajaran secara kreatif, sehingga guru mampu menerapkan berbagai macam pendekatan pembelajaran untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang kondusif bagi peserta didik.

Pada kegiatan belajar mengajar, menurut Gagne (1988), guru memiliki posisi yang menentukan keberhasilan pembelajaran. Kualitas pembelajaran akan sangat bergantung pada kualitas guru, disamping faktor fasilitas dan materi. Menurut Sharma (1981), seorang guru IPA yang efektif harus 1) memiliki kualifikasi akademik yang memadai; 2) terlatih dalam metode dan teknik-teknik pembelajaran moderen; dan 3) menguasai pengetahuan praktis mengenai psikologi dan proses pembelajaran (Sharma, 1981).


(9)

Bertolak dari kenyataan tersebut, perlu dilakukan perbaikan perkuliahan gelombang dan optika, khususnya materi interferensi dan difraksi dengan menerapkan lingkungan belajar yang menyediakan kesempatan mahasiswa untuk mempelajari meteri tersebut setiap saat diperlukan, dapat diulang-ulang sendiri oleh mahasiswa sampai mahasiswa tersebut paham dan membiasakan diri berpikir kreatif, mampu memberikan umpan balik dengan cepat terhadap respon mahasiswa, dan menarik. Pilihan yang dapat menjebatani kebutuhan ini adalah pembelajaran berbasis simulasi komputer . Pilihan ini juga didasari bahwa pada saat ini secara umum setiap mahasiswa telah memiliki akses yang mudah terhadap komputer personal, baik di laboratorium maupun di tempat lain. Pilihan ini juga didasarkan atas kesuksesan penerapan pembelajaran berbasis simulasi komputer dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa, misalnya hasil penelitian Ingerman (2007); McKagan, et al,( 2008); Koray & Koksal (2009).

Beberapa penelitian untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif telah dilakukan Stember (2002); Tishman et al, (1995); Tishman, Perkins & Jay (2005) telah mengembangkan pembelajaran di ruang kelas yang berorientasi peningkatan keterampilan berpikir kreatif (dalam Slavin, 2009). De Bono (2007), menemukan bahwa melalui latihan pemecahan masalah kreatif dan metode berpikir lateral dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif. Penelitian Koray & Koksal (2009) tentang penerapan laboratorium berbasis berpikir kreatif dan berpikir kritis berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan berpikir kreatif dan berpikir logik. Price., Roussos., Falcao &


(10)

Sheridan (2009) tentang penerapan teknologi dalam pembelajaran dapat memberi implikasi terhadap pengembangan pengetahuan baru, berpikir kreatif, dan keterampilan berkomunikasi yang baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, permasalahan yang perlu dipecahkan melalui penelitian ini adalah “Bagaimana pengembangan pembelajaran berbasis simulasi komputer (PBSK) pada pada perkuliahan gelombang dan optika untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif bagi calon guru fisika”?

Permasalahan di atas dapat dirinci secara lebih operasional menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana karakteristik PBSK pada perkuliahan gelombang dan optika ? 2. Bagaimana PBSK dapat meningkatkan pemahaman konsep gelombang

dan optika bagi mahasiswa?

3. Bagaimana PBSK dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif pada perkuliahan gelombang dan optika bagi mahasiswa?

4. Bagaimana PBSK dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa membuat software simulasi pada perkuliahan gelombang optika?

5. Bagaimana tanggapan mahasiswa terhadap software PBSK dan penerapan PBSK pada perkuliahan perkuliahan gelombang dan optika?

6. Bagaimana tanggapan dosen fisika terhadap software PBSK dan pelaksanaan PBSK pada perkuliahan gelombang dan optika?


(11)

Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Aspek pemahaman konsep yang diukur adalah: translasi; interpretasi, dan ektrapolasi. Pilihan ini didasarkan pada karakteristik simulasi materi gelombang dan optika.

2. Aspek keterampilan berpikir kreatif yang diukur adalah: keterampilan mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki; keterampilan memprediksi dari informasi terbatas; keterampilan memandang informasi dari sudut pandang yang berbeda; keterampilan merumuskan masalah; merumuskan hipotesis berdasarkan fenomena yang diamati; dan keterampilan menguji hipotesis. Pemilihan ini didasarkan pada karakteristik materi perkuliahan gelombang dan optika.

3. Karakteristik pembelajaran berbasis simulasi komputer meliputi: sintak pembelajaran; sistem sosial; sistem pendukung; dampak instruksional dan dampak pengiring.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengembangkan software pembelajaran gelombang dan optika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa

2. Menemukan cara meningkatkan kualitas perkuliahan gelombang dan optika mahasiswa yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif.


(12)

Manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut.

1. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas perkuliahan gelombang dan optika yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa.

2. Penelitian ini dapat menghasilkan model sebagai percontohan untuk mengembangkan pembelajaran berbasis simulasi komputer.

F. Penjelasan Istilah

Untuk memberikan arah yang jelas dan langkah yang operasional dalam pelaksanaan penelitian ini, maka terdapat beberapa istilah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Pembelajaran berbasis simulasi komputer didefinisikan sebagai pembelajaran yang bertolak dari rangkaian simulasi interaktif tentang persamaan-persamaan matematis yang menghasilkan visualisasi berupa gambar dan grafik dengan memperlihatkan ide, konsep, teori secara konkret (Burk, 1998). Untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran berbasis simulasi komputer digunakan lembar observasi aktivitas mahasiswa dan dosen.

2. Pembelajaran konvensional didefinisikan sebagai pembelajaran yang biasa digunakan oleh dosen dalam praktek pembelajaran secara aktual di lapangan (Suherman & Erman,2003; Chang & Simpson,1999).

3. Pemahaman konsep merupakan kemampuan menangkap makna, arti dari materi pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik yang meliputi: translasi; interpretasi, dan ektrapolasi (Pickard, 2007). Untuk mengukur


(13)

pemahaman konsep digunakan tes pemahaman konsep dalam bentuk pilihan ganda.

4. Keterampilan berpikir kreatif merupakan kegiatan mental yang meliputi keterampilan mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki, membangkitkan keingintahuan dan hasrat ingin tahu, memandang informasi dari sudut pandang yang berbeda, memprediksi dari informasi yang terbatas, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis fenomena yang diamati dan menguji hipotesis (Lawson, 1979 & Taeffinger., et al, 1982). Untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif digunakan tes keterampilan berpikir kreatif dalam bentuk open ended.

5. Materi perkuliahan gelombang dan optika meliputi : pengertian gelombang; superposisi gelombang; interferensi gelombang; dan difraksi gelombang (Jurusan Fisika MIPA UNM,2003).


(14)

(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dikemukakan gambaran secara terinci mengenai langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian. Langkah-langkah-langkah tersebut mulai dari paradigma penelitian, disain penelitian,jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data.

A. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Paradigma Penelitian Karakteristik materi

gelombang dan optika

Hakikat & Tujuan perkuliahan gelombang dan optika

Analisis kebutuhan sebagai calon guru fisika di SMP/MTs dan SMA/MA

Story board

simulasi-interaktif gelombang dan optika

Karakteristik Keterampilan berpikir kreatif : 1) mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki. 2) membangkitkan keingintahuan dan hasrat ingin

tahu.

3) memandang informasi dari sudut pandang yang berbeda.

4) memprediksi dari informasi yang terbatas. 5) merumuskan masalah.

6) merumuskan hipotesis fenomena yang diamati. 7) menguji hipotesis.

Pengembangan pembelajaran PBSK, perangkat pembelajaran (materi ajar, lembar kegitan mahasiswa, pedoman operasional simulasi) dan instrumen Program

simulasi-interaktif gelombang dan optika

Implementasi PBSK

Mempermudah pemahaman konsep-konsep gelombang dan optika Melatihkan Keterampilan berpikir kreatif

Pemahaman konsep gelombang dan optika Peningkatan Keterampilan berpikir kreatif


(16)

Alur penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

Mengkaji isi silabus mata kuliah gelombang dan optika pada kurikulum program studi pendidikan fisika di LPTK/FKIP salah satu perguruan tinggi yang ada di Makassar. Tujuan kajian ini untuk mempelajari bagaimana hakikat dan tujuan perkuliahan gelombang dan optika. Bertolak dari kajian ini dianalisis bagaimana karakteristik materi : pengertian gelombang, pengertian superposisi gelombang, interferensi dan difraksi sebagai dasar pengembangan story board simulasi (materi kuliah dan program simulasi). Selanjutnya dikembangkan program simulasi dengan mempertimbangkan karakteristik keterampilan berpikir kreatif.

Menganalisis kebutuhan sebagai calon guru fisika di SMP/MTs dan SMA/MA, yakni jenis keterampilan berpikir kreatif apa yang dibutuhkan calon guru fisika yang mampu mengasah keterampilan berpikir kreatif mereka sehingga mampu berkreativitas untuk menghasilkan karya-karya yang inovatif seperti misalnya mendisain materi pelajaran berbasis simulasi komputer, menyiapkan dan mengoperasikan simulasi komputer serta membuat asesmen berbasis simulasi komputer.

B. Disain dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian mixed methods yang menekankan pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dilakukan secara simultan selama proses pengembangan pembelajaran berbasis simulasi komputer dengan disain penelitian menggunakan Model Embedded Experimental (Creswell & Clark, 2007), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2.


(17)

Gambar 3.2. Model Embedded Experimental Keterangan:

Kotak menyatakan kumpulan data dan hasil QUAN menyatakan data kuantitatif.

qual menyatakan data kualitatif.

Prosedur penelitian dengan menggunakan mixed methods dapat dilihat pada Gambar 3.3 dengan melalui beberapa tahapan sebagai berikut (Creswell & Clark, 2007).

Tahap Sebelum Intervensi

a. Menganalisis silabus mata kuliah gelombang dan optika

1) silabus mata kuliah gelombang dan optika. Analisis silabus perkulihan gelombang dan optik pada salah satu program studi pendidikan fisika yang dimuliki oleh FKIP/LPTK di Makassar Sulawesi Selatan. Telah silabus ini melipuiti dua tahap, yakni analisis materi perkulihan dan analisis tugas.

Analisis materi perkulihan ditujukan untuk memilih dan menetapkan, merinci dan menyusun secara sistematis materi perkuliahan yang relevan untuk diajarkan berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai dalam perkulihan gelombang dan optika. qual sebelum intervensi QUAN Pretest QUAN posttest qual selama intervensi intervensi Menganalisis QUAN (qual) setelah intervensi Interpretasi Berdasarkan pada data-data hasil QUAN (qual)


(18)

Analisis tugas ditujukan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan utama yang diperlukan pada perkuliahan gelombang dan optika dan menganalisisnya kesuatu kerangka keterampilan berpikir kreatif yang akan dikembangkan dalam perangkat pembelajaran dan software simulasi interaktif.

2) menganalisis kebutuhan calon guru. Analisis kebutuhan calon guru yang mendukung pengembangan pembelajaran berbasis simulasi komputer yang interaktif. Informasi pada tahap ini diperoleh melalui analisis hasil survey awal tentang pelaksanaan pembelajaran gelombang dan optika di salah satu LPTK di Makassar Sulawesi Selatan.

3) analisis sumber belajar dan fasilitas yang tersedia pada program studi fisika di FKIP/LPTK salah satu perguruan tinggi di Makassar Sulawesi Selatan. Informasi pada tahap ini diperoleh melalui analisis hasil survey awal tentang sarana/prasarana yang tersedia dalam menunjang pelaksanaan perkuliahan gelombang dan optika. media pembelajaran. Berdasarkan analisis sumber belajar dan fasilitas tersebut dilakukan pengkajian program simulasi yang dapat dibuat untuk membantu dalam proses pembelajaran gelombang dan optika.

Tahap perumusan kompetensi

Perumusan kompetensi ditujukan untuk mengkonversikan kompetensi dari analasis materi, dan analisis tugas menjadi sub-sub kompetensi (kompetensi dasar), indikator yang akan dicapai, yang


(19)

meliputi indikator-indikator pemahaman konsep dan indikator-indikator keterampilan berpikir kreatif.

Pengembangan perangkat program simulasi komputer

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengembangkan 1) pembelajaran berbasis simulasi komputer (sintaks, sistem sosial, sistem pendukung, dan dampak intsruksional dan pengiring) dengan mem-pertimbangkan karakteristik keterampilan berpikir kreatif; 2) perangkat pembelajaran, yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan mahasiswa (LKM), pedoman mahasiswa dan pedoman dosen dalam pembuatan program simulasi; dan 3) instrumen penelitian (tes keterampilan berpikir kreatif, tes pemahaman konsep, angket), lembar observasi keterlaksanaan) dan kualitatif (karakteristik PBSK) dengan menggunakan lembar observasi.

Tahap pengembangan program simulasi komputer

Pada tahap ini dikembangkan story board program simulasi dengan mempertimbangkan indikator keterampilan berpikir kreatif dan pemahaman konsep. Berdasarkan story board ini dikembangkan program simulasi interaktif dengan menggunakan microsoft excel 2003. Ada beberapa pertimbangan sehingga memilih program ini dalam membuat simulasi interaktif, yakni 1) mahasiswa sudah familier dengan program, sehingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam mengoperasikan; 2) mahasiswa sangat mudah mengaplikasikan program ini; dan 3) telah terjamin lisensinya.


(20)

Tahap Validasi

Perangkat pembelajaran, story board, software simulasi interaktif, dan instrumen penelitian tersebut di atas dinamakan prototipe dan selanjutnya prototipe ini divalidasi oleh beberapa validator pakar/ahli. Hasil validasinya dianalisis dan direvisi.

Ujicoba Terbatas

Sebelum ujicoba dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pelatihan pada dosen model yang melaksanakan perkuliahan di kelas dan pengamat yang mengamati jalannya proses pelaksanaan perkuliahan di kelas. Adapun tujuan dilakukan kegiatan pelatihan ini agar supaya tidak terjadi bias penelitian.

Langkah-langkah pelatihan dosen dan pengamat pada penelitian ini melalui beberapa tahap, yakni:

1) mengkaji perangkat pembelajaran, pedoman pembuatan simulasi, dan program simulasi interaktif. Menjelaskan tujuan dari setiap komponen perangkat pembelajaran, pedoman pembuatan simulasi dan program simulasi dan teknik pelaksanaannya.

2) mengkaji lembar observasi (lembar observasi keterlaksanaan pem-belajaran berbasis simulasi komputer dan lembar observasi aktivitas mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Membacakan setiap komponen-komponen lembar observasi dan menjelaskan maksud dari setiap butir dari komponen tersebut kepada dua orang pengamat.


(21)

3) mensimulasikan materi gelombang pada RPP-1, LKM-1, dan lembar observasi di dalam laboratorium dengan jumlah mahasiswa 3 orang program studi pendidikan Fisika di FKIP salah satu perguruan tinggi di Sulawesi Selatan. Dalam pelaksanaan simulasi ini, melaksanakan perkuliahan, mahasiswa memperhatikan proses perkuliahan di dalam laboratorium, sedangkan pengamat mengambil posisi didekat peserta kuliah. Setelah selesai proses perkuliahan, dibahas hasil kegiatan simulasi untuk menyempurnakan pelaksanaan perkuliahan dan pelaksanaan pengamatan.

4) Ujicoba materi gelombang pada RPP-1, LKM-1, dan lembar observasi di dalam laboratorium dengan jumlah mahasiswa 3 orang program studi pendidikan Fisika di FKIP salah satu perguruan tinggi di Makassar Sulawesi Selatan. Pelaksanaan simulasi dilakukan di dalam laboratorium Komputer, melakukan observasi keterlaksanaan pembelajaran berbasis simulasi komputer. Setelah selesai proses perkuliahan, membahas hasil kegiatan simulasi untuk menyempurnak-an pelaksmenyempurnak-anamenyempurnak-an perkuliahmenyempurnak-an dmenyempurnak-an pelaksmenyempurnak-anamenyempurnak-an pengamatmenyempurnak-an.

5) Mengujicobakan seluruh perangkat pembelajaran dengan menerapkan PBSK pada kelas terbatas dengan jumlah mahasiswa 5 orang pada program studi pendidikan Fisika di LPTK salah satu perguruan tinggi di Makassar Sulawesi Selatan. Setelah dilaksanakan ujicoba, mendiskusikan hasil uji coba untuk lebih menyempurnakan pelaksanaan perkuliahan. Data yang terkumpul pada tahap ini


(22)

dianalisis, dilakukan revisi perangkat pembelajaran dan melakukan interpretasi data untuk menentukan kesimpulan hasil uji coba terbatas. Tahap Implementasi; pada tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut. a. Mengimplementasikan pembelajaran berbasis simulasi komputer di kelas

eksperimen dan pembelajaran konvensional di kelas kontrol serta mengumpulkan data kuantitatif maupun data kualitatif.

b. Menganalisis data-data kuantitatif dan kualitatif.

Tahap Interpretasi; pada tahap ini semua data dari hasil analisis kuantitatif dan kualitatif diinterpretasi untuk mengambil kesimpulan dan pembuatan laporan hasil penelitian. Selanjutnya langkah-langkah tersebut di atas ditunjukkan oleh Gambar 3.3 berikut ini.


(23)

Gambar 3.3. Prosedur Penelitian T a h a p se b el u m i n te rv e n si Analisis Sumber: a. Sumber yang tersedia b. Fasilitas tersedia

c. Kajian program simulasi komputer

Uji coba terbatas

T a h a p In te rp re ta si Analisis silabus: a. Analisis materi b. Analisis tugas

Analisis Kebutuhan calon guru fisika

Perumusan kompetensi

Perumusan indikator pencapaian kompetensi Pegembangan pembelajaran berbasis simulasi komputer: Sintaks,sistem sosial,sistem pendukung,dampak instruksional dan pengiring

Pengembangan Perangkat pembelajaran: RPP, materi ajar, LKM, program simulasi berdasarkan story board, pedoman Operasional simulasi

Laporan Penelitian Analisis hasil validasi

Validasi

Implementasi PBSK

(Pretest-Posttes Control Group Design ) (Tuckman, 1972)

Analisis data dan interpretasi hasil analisis data Prototipe

Kelas eksprimen

Keterangan :

: Alur utama : Proses berjalan


(24)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di LPTK pada sebuah Universitas di Makassar Sulawesi Selatan yang memiliki program studi pendidikan fisika yang mendidik mahasiswa sebagai calon guru fisika SMP/MTs dan SMA/MA sebagai tempat pengambilan data, analisis data, dan interpretasi hasil penelitian. Penelitian ini memerlukan waktu satu semester tahun 2010/2011.

D. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini semua mahasiswa sebagai calon guru fisika semester ganjil tahun akademik 2010/2011 program studi pendidikan fisika di LPTK pada salah satu Universitas di Makassar Sulawesi Selatan yang pada saat implementasi PBSK mereka memprogramkan mata kuliah gelombang dan optika. Jumlah subjek pada kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing 38 orang. E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis, lembar observasi keterlaksanaan PBSK, dan angket tanggapan mahasiswa dan dosen terhadap software PBSK.

1. Tes Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif

Instrumen tes pemahaman konsep sebanyak 25 soal digunakan untuk mengukur peningkatan pemahaman konsep mahasiswa sebelum dan sesudah pembelajaran berbasis simulasi komputer pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Instrumen tes untuk pemahaman konsep ini mencakup ranah kognitif yang terdiri atas tiga aspek,


(25)

yaitu pemahaman menerjemahkan (translation), pemahaman menafsirkan (interpretation), dan pemahaman mengekstrapolasi (extrapolation).

Instrumen untuk tes tertulis ini berbentuk tes objektif (pilihan ganda) mengenai konsep gelombang dan optika. Instrumen tes yang digunakan pada saat tes awal dan tes akhir merupakan instrumen tes yang sama.

Instrumen tes keterampilan berpikir kreatif sebanyak 35 soal digunakan untuk mengukur peningkatan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa sebelum dan sesudah pembelajaran berbasis simulasi komputer pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Tes ini mencakup lima aspek keterampilan berpikir kreatif, yaitu keterampilan mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki mahasiswa, keterampilan memprediksi dari informasi terbatas, keterampilan merumuskan masalah, keterampilan merumuskan hipotesis, keterampilan menguji hipotesis, dan keterampilan memandang informasi dari sudut pandang yang bereda. Instrumen untuk tes tertulis ini berbentuk tes open ended (essay) pada materi gelombang dan optika. Instrumen tes yang digunakan pada saat tes awal dan tes akhir merupakan instrumen tes yang sama.

Untuk memperoleh data hasil tes yang dipercaya, diperlukan tes yang mempunyai validitas, reliabilitas dan analisis lainnya yang dapa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, penyusunan instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.


(26)

a. Menyusun Kisi-Kisi Tes

Penyusunan kisi-kisi tes pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif berdasarkan Kurikulum Pendidikan Fisika MIPA di salah satu LPTK di Makassar.

b. Menentukan Validitas Isi Butir Soal

Untuk memperoleh tingkat validitas butir, digunakan statistik korelasi dwiserial titik dengan koefisien (Matlock & Hetzel,1997).

di maana: koefisien korelasi dwiserial titik untuk butir j

rataan skor bagi responden yang menjawab benar butir j rataan skor total

proporsi jawaban benar butir j

! " # $%& " "$!' (

) proporsi jawaban salah butir j *) 1 , deviasi standar dari skor total

Suatu butir dikatakan signifikan (valid) bila untuk taraf signifikansi α (0,05 atau 0,01), lebih dari r- tabel, yaitu .,0 1 dengan derajat bebas (db) = M-2, atau dapat dinyatakan seperti pada persamaan (2). 2 .,0 1 ...(2)

Sebaliknya, 3 .,0 1 berarti butir j tidak signifikan (tidak valid). Kategori validitas butir soal ditunjukkan oleh Tabel 3.1.


(27)

Tabel 3.1. Kategori Validitas Butir Soal (Matlock & Hetzel,1997)

Batasan Kategori

0,90 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,70 < rxy≤ 0,80 Tinggi (baik)

0,50 < rxy≤ 0,60 Cukup (sedang) 0,30 < rxy≤ 0,40 Rendah (kurang)

0,00 < rxy≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang) c. Reliabiltas

Data yang diperoleh dari tes pemahaman konsep dianalisis dengan Kuder N Richarson KR-20. Data dari tes keterampilan berpikir kreatif dianalisis dengan Alpha Crombach. Kedua data diolah dengan menggunakan software BUTPAD (Butir Analisis Pusat Analisis Data). Adapun klasifikasi analisis reliabiltas tes seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Klasifikasi Analisis Reliabilitas Tes (Matlock & Hetzel,1997)

Batasan Interpretasi

0 < r < 0,2 Sangat rendah 0,2 ≤ r < 0,4 Rendah

0,4 ≤ r < 0,6 Cukup (sedang) 0,6 ≤ r < 0,8 Tinggi

0,8 ≤ r≤1 Sangat tinggi d. Daya Pembeda

Daya pembeda (DP) butir dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut. Responden di bagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing 27% dari jumlah responden (peserta). Kelompok A adalah semua responden yang memiliki skor total teratas dan kelompok B adalah semua responden yang memiliki skor total terbawah. Rumus yang digunakan (Matlock & Hetzel, 1997)

4 567 86 ,

59 89

567 597


(28)

Dalam hal ini:

4 = daya pembeda butir j

:;8 = banyaknya responden kelompok A yang menjawab benar butir j

:58 = banyaknya responden kelompok B yang menjawab benar butir j

<; = Jumlah responden kelompok A

<5 = Jumlah responden kelompok

Tafsiran harga indeks daya pembeda seperti ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Tafsiran Harga Indeks Daya Pembeda (Matlock & Hetzel (1997)

Indeks Kemudahan Tafsiran

DP > 0,4 Sangat baik 0,30 < DP ≤ 0,40 Baik

0,20 < DP ≤0,30 Cukup DP ≤ 0,20 Jelek

e. Taraf Kemudahan Butir

Kesukaran atau kemudahan suatu butir dari suatu instrumen dapat dilihat melalui indeks berikut yang sering disebut indeks kesukaran butir. Menurut (Matlock & Hetzel, 1997) indek kesukaran (IK) butir ke-j.

=> 56 ?59 86?89

567?59

186 ...(4)

Adapun tafsiran harga indeks kemudahan seperti ditunjukkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Tafsiran Harga Indeks Kemudahan (Matlock & Hetzel, 1997)

Indeks Kemudahan Tafsiran

0,00 IK < 0,25 Sukar 0,25 ≤ IK < 0,75 Sedang


(29)

2. Lembar Observasi Keterlaksanaan PBSK

Lembar observasi yang dibuat digunakan untuk mengetahui karakteristik pelaksanaan PBSK, yaitu observasi aktivitas mahasiswa dalam mengikuti PBSK dan aktivitas dosen dalam melaksanakan PBSK di kelas.

3. Angket Mahasiswa dan Dosen Terhadap Software PBSK dan Pelaksanaan PBSK

Angket yang dibuat digunakan untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap pelaksanaan PBSK, software PBSK, dan tanggapan dosen terhadap software PBSK dan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan PBSK. Untuk menghitung persentasi tanggapan mahasiswa dan dosen setiap item digunakan persamaan (5) dan Kriteria interpretasi persentase seperti pada Tabel 3.5

@ ∑ 8

BCDEF 100% ...(5) Keterangan:

T = persentasi sikap terhadap setiap pernyataan j = jumlah jawaban setiap kelompok sikap s = skor setiap kelompok

Smak = skor tertinggi setiap item

Tabel 3.5. Kriteria Interpretasi Persentase (Riduwan, 2002)

Rentang Skor (%) Tafsiran

0 - 25 Kurang positif 26 - 50 Cukup positif 51 - 70 Positif


(30)

F. Data dan Teknik Pengumpulan 1. Data Observasi

Untuk mendapatkan data keterlaksanaan pembelajaran berbasis simulasi komputer dalam penelitian ini digunakan lembar observasi. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas dosen dan mahasiswa selama kegiatan pembelajaran dengan memberi tanda cek (√) pada kolom yang sesuai dengan indikator aktivitas. Aktivitas dosen dalam melaksanakan PBSK seperti ditunjukkan Tabel 3.6. Aktivitas mahasiswa dalam mengikuti PBSK seperti ditunjukkan Tabel 3.7.

Tabel 3.6. Aktivitas Dosen dalam Melaksanakan PBSK

No. Sintaks PBSK Aktivitas Dosen

1. Pendahuluan a. Memaparkan tujuan pembelajaran b. Memotivasi mahasiswa

c. Penjelasan topik simulasi, prinsip-prinsip simulasi dan latihan berpikir kreatif, gambaran teknis pembuatan simulasi

2. Inti a. Memeberikan kesempatan mahasiswa membuat simulasi

b. Memberikan pertanyaan

3. Pemantapan a. Menganjurkan mahasiswa mengerjakan tugas pada LKM

b. Menganjurkan mahasiswa membuat catatan kesulitan mengikuti PBSK c. Menganjurkan mahasiswa menganalisis

hasil simulasi

4. Penutup d. Memberikan tugas lanjutan e. Melakukan evaluasi


(31)

Tabel 3.7. Aktivitas Mahasiswa dalam Mengikuti PBSK No. Sintaks PBSK Aktivitas Mahasiswa

1. Pendahuluan a. Melihat tujuan pembelajaran b. Menjawab pertanyaan

c. Memperhatikan materi kuliah d. Melakukan latihan berpikir kreatif e. Memperlajari pedoman

2. Inti a. Membuat simulasi

b. Menjawab pertanyaan dosen 3. Pemantapan a. Mengerjakan tugas pada LKM

b. Membuat catatan kesulitan mengikuti PBSK

c. Menganalisis hasil simulasi 4. Penutup a. Mencatata tugas lanjutan

b. Mengerjakan soal evaluasi

Data keterlaksanan pembelajaran diolah dengan menggunakan analisis persentase keterlaksanaan PBSK (PK) seperti persamaan (6) dan Kriteria keterlaksaan PBSK seperti pada Tabel 3.8

> 8IJKLM LN O L PQLJL LRL P L SL P

IJKLM T PQOPQ IJKLM LN O L 100% ...(6) Tabel 3.8. Kategori Keterlaksaan PBSK (Riduwan, 2002)

Rentang Persentase (%) Keterlaksaan PBSK

Kategori 0 - 19 Tidak baik

20 - 39 Kurang baik 40 - 59 Cukup baik 60 - 79 Baik 80 - 100 Sangat baik

2. Data Angket

Untuk memperoleh data hasil angket, yaitu tanggapan mahasiswa dan dosen terhadap pelaksanaan PBSK dan software PBSK, dilakukan


(32)

dengan memberikan angket kepada mahasiswa dan dosen dengan rentang skor 1 sampai dengan 4. Aspek sikap mahasiswa dan dosen mulai dari sangat positif sampai kurang positif. Secara rinci diuraikan pada Lampiran H.

3. Data Pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif a. Skor Tes Pemahaman Konsep

Skor mentah tes pemahaman konsep bernilai 1 untuk setiap jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah. Selanjutnya dilakukan penentuan nilai masing-masing responden dengan rumus sebagai berikut.

U&' & ∑ NTQ JLN JLK∑ NTQ JPV LM ...(7) b. Skor Tes keterampilan berpikir Kreatif

Untuk menentukan jumlah skor keterampilan berpikir kreatif disesuiakan dengan jumlah aspek berpikir kreatif yang dicapai dengan oleh mahasiswa dengan rentang skor 0 sampai 5. Secara rinci diuraikan di Lampiran H.

Untuk menentukan jumlah nilai keterampilan berpikir kreatif dengan menggunakan penentuan lebar kelas berdasarkan ukuran kelas yang sama. Pertama ditentukan perbedaan skor terbesar dan terkecil dalam hal ini skor terendah 0 dan tertinggi 5. Lebar suatu kelas diperoleh dengan membagi selisih dari skor tertinggi dengan skor terendah dibagi dengan jumlah kelas yang dibutuhkan (Mann, 1995) dengan persamaan:

Lebar kelas = BNTQ PQ P LQ NTQ PQNPW K IJKLM NPKL

X Y

Z [ 0,9. ...(8) Jadi lebar kelas sebesar 0,9.


(33)

Tabel 3.9. Rentang Penskoran dan Nilai Akhir

Rentang Skor Nilai Akhir

4.2 < rerata ≤ 5.0 10

3.3 < rerata ≤ 4.1 9

2.4< rerata ≤ 3.2 8

1.5 < Rerata ≤ 2.3 7

0.6 < rerata ≤ 1.4 6

rerata ≤ 0, 5 5

Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (N-gain) (Meltzer, 2002; Colleta & Philips, 2005), dengan kriteria N-gain pada Tabel 3.10.

pre maks pre post S S S S g − −

= ...(9) keterangan:

post S

= Skor tes akhir pre

S

= Skor tes awal Smaks= Skor maksimum

Tabel 3.10. Kategori Tingkat N-gain (Meltzer, 2002)

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Setelah rata-rata N-gain untuk kedua kelompok diperoleh, maka selanjutnya dibandingkan untuk melihat perbedaan peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif. Jika nilai rata-rata gain yang dinormalisasi dari suatu pembelajaran lebih tinggi dari N-gain rata-rata yang dari pembelajaran lainnya, maka dikatakan bahwa pembelajaran tersebut lebih efektif dalam peningkatan pemahaman konsep


(34)

dan keterampilan berpikir kreatif dibandingkan pembelajaran lain (Ogilvie,2000).

Pengolahan data untuk menguji hipotesis mengenai efektivitas penggunaan pembelajaran berbasis simulasi komputer pada materi gelombang dan optika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif dimulai dengan uji normalitas data. Jika hasilnya tidak normal maka digunakan uji Mann-Whitney dan apabila hasilnya normal dilanjutkan dengan uji homogenitas. Data yang memenuhi syarat homogenitas dilanjutkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t untuk menyimpulkan apakah hipotesis nol diterima atau tidak.

4. Data dari uji statistik

Data dengan menggunakan uji statistik thapan-tahapan sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksud untuk menguji kenormalan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Uji normalitas ini juga dilakukan untuk mengetahui apakah sampel telah dapat mewakili populasi atau tidak. Dalam penelitian ini pengujian dilakukan dengan menggunakan Minitab version 15 dengan menggunakan uji normalitas Ryan-Joiner Normallity Test (RJ) (Bronson; et al, 1983). Pada uji ini menggunakan ] = 0,05 dengan melihat nilai P-value dari hasil analisis. Jika P-Value lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal dan jika P-value lebih kecil dari 0,05 maka data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.


(35)

b. Uji Homogenitas N-Gain kelas eksperimen dan kontrol

Uji homogenitas pada suatu data untuk mengetahui apakah sampel yang dipakai pada penelitian diperoleh dari populasi yang bervarians homogen atau tidak. Uji homogenitas varians pada penelitian ini yaitu uji homogenitas varians atas skor hasil tes awal antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, serta uji homogenitas varians atas skor tes akhir kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Untuk menguji varian kedua sampel kita menggunakan SPSS 15 dengan ] = 0,05 dengan melihat nilai sig dari hasil analisis. Jika nilai sig lebih besar dari 0,05 dengan derajat bebas satu (df1 ) =1 dan derajat bebas dua (df2) = N1+N2+2 ( N1 jumlah sampel kelas eksperimen dan N2 jumlah sampel kelas kontrol) dengan tingkat kepercayaan 0,95 maka kedua kelompok memili varians yang homogen.

c. Uji hipotesis dengan Uji-t Dua Arah

Setelah diketahui kedua data berdistribusi normal dan kedua kelompok homogen, maka pengolahan data dilanjutkan dengan menggunakan uji-t. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t dua arah. Pada uji-t ini menggunakan software SPSS 15 dengan uji-t dua sampel independen. Dengan SPSS ini juga melakukan uji hipotesis Leverene’s Test untuk mengetahui apakah asumsi kedua varians sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi.

Uji-t dengan SPSS mempunyai dua keluaran yaitu pertama, uji t untuk kedua varians sama (equal variances assumed) digunakan jika


(36)

diperoleh hasil homogen pada uji homogenitas. Kedua uji t untuk varians tidak sama atau tidak homogen (equal variances not assumed) digunakan jika diperoleh hasil tidak homogen pada uji homogenitas (Berenson; Levine; and Goldstein, 1983).

Pada hasil uji tes ini terdapat keluaran nilai t dan p-value, untuk mengetahui hasil hipotesis ada dua cara, pertama membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, dan apabila thitung < ttabel maka Ho diterima dan H1 ditolak. Kedua, membandingkan p = value dengan tingkat kepercayaan yang kita ambil ] = 0,025. P-value yang dihasilkan untuk uji dua sisi, maka hasil p-value tersebut dibagi dua dan dibandingkan dengan tingkat kepercayaan yang kita gunakan ] =0,025. Jika OLKIP

1 < 0,025 maka Ho ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya.

G. Hasil Validasi Perangkat Program Simulasi Interaktif dan Instrumen Penelitian

1. Hasil Validasi Perangkat Program Simulasi

Hasil validasi perangkat program simulasi interaktif yang terdiri dari 1) story board simulasi dan program simulasi; 2) lembar kerja mahasiswa; dan 3) rubrik penilaian berpikir kreatif yang divalidasi oleh tiga orang pakar dalam bidang fisika dan programmer semuanya dikategorikan valid. Data-data hasil validasi perangkat program simulasi interaktif diuraikan pada Lampiran B.


(37)

Para pakar yang memvalidasi memberikan beberapa saran-saran perbaikan pada perangkat pendukung pembelajaran berbasis simulasi interaktif diantaranya: 1) tulisan pada materi kuliah ukuran hurufnya agak diperbesar, dan gambar-gambar yang ditampilkan disesuaikan dengan materi kuliah yang dijelaskan; 2) materi simulasi interaktif dibuat urutannya secara sistematis sehingga para pemakai program tidak mendapatkan kesulitan dalam memperlajari; 3) materi pedoman mahasiswa dalam membuat simulasi dibuat lebih sederhana dalam penyajiannya; dan 4) pertanyaan pada indikator berpikir kreatif yang ada pada lembar kerja mahasiswa supaya dikaitkan dengan variabel-variabel gejala gelombang dan optika.

2. Hasil Validasi Instrumen Penelitian a. Hasil Validasi Konstruk dan Isi

Hasil validasi konstruk dan isi pada dua intrumen yakni 1) tes pemahaman konsep dan 2) tes keterampilan berpikir kreatif yang divalidasi oleh tiga orang pakar dalam bidang fisika dan programmer adalah valid secara konstruk dan isi serta layak digunakan dalam penelitian. Hal itu menunjukkan bahwa semua materi kuliah gelombang dan optika dalam penelitian ini sudah terwakili dalam semua soal-soal dan indikator-indikator yang ada pada kedua instrumen tes tersebut. Kisi-kisi soal kedua tes tersebut di atas dan data hasil validasi kedua instrumen tes tersebut diuraikan pada Lampiran B.


(38)

b. Hasil ujicoba instrumen tes pemahaman konsep

Ujicoba instrumen tes pemahaman konsep dan tes keterampilan berpikir kreatif dilakukan agar tes yang digunakan benar-benar dapat mengukur variabel penelitian. Sebelum digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen terhadap 30 mahasiswa pendidikan Fisika pada salah satu LPTK di Makassar Sulawesi Selatan yang telah mempelajari materi gelombang dan optika. Instrumen tes pemahaman konsep yang diuji cobakan sebanyak 25 soal dalam bentuk objektif pilihan ganda. Instrumen tes keterampilan berpikir kreatif yang diujicobakan sebanyak 35 soal dalam bentuk open-ended. Adapun analisis uji coba instrumen tes menggunakan software BUTPAD, selengkapnya dapat dilhat pada Lampiran B.

1) Validitas, Reliabiltas, Taraf Kemudahan, dan Daya Pembeda Instrumen Tes Pemahaman Konsep

Berdasarkan hasil analisa validitas untuk tiap butir soal diperoleh 25 soal pemahaman konsep adalah valid dengan nilai reliabilitas perangkat tes sebesar 0,975 yang berada pada kategori sangat tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa tes pemahaman konsep memiliki keajegan yang sangat baik.

Hasil analisa taraf kemudahan untuk tiap butir soal diperoleh tingkat kemudahan dengan kategori sedang sebanyak 16 butir soal, dan mudah 9 butir soal. Berdasarkan hasil analisis ini dapat dikatakan pada umumnya taraf kemudahan soal cukup memadai, karena sebagian besar soal terdapat pada kategori sedang.


(39)

Hasil analisa daya pembeda untuk tiap butir soal diperoleh tingkat daya pembeda dengan kategori sangat baik sebanyak 18 butir soal, dan baik sebanyak 7 butir soal. Berdasarkan hasil analisis ini dapat dikatakan pada umumnya daya pembeda soal memadai, karena sebagian besar soal terdapat pada kategori sangat baik.

2) Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Berdasarkan hasil analisa validitas untuk tiap butir soal diperoleh 35 soal keterampilan berpikir kreatif adalah valid dengan nilai reliabilitas perangkat tes sebesar 0,936 yang berada pada kategori sangat tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa tes keterampilan berpikir kreatif memiliki keajegan yang sangat baik.


(40)

(41)

BAB V

KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN SARAN-SARAN

Pada bab ini dikemukakan kesimpulan dari hasil penelitian dan dilanjutkan dengan mengajukan beberapa rekomendasi sebagai acuan dalam mengambil kebijakan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di perguruan tinggi serta beberapa saran diberikan sebagai bahan acuan perbaikan proses pembelajaran agar didapat hasil yang lebih baik dalam menerapkan pembelajaran berbasis simulasi komputer (PBSK) pada berbagai materi perkuliahan dan materi pelajaran di sekolah.

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisis data, dan temuan penelitian, maka disimpukan bahwa:

1. Model pembelajaran berbasis simulasi komputer (PBSK) terdiri dari: a) sintaks pembelajaran (pendahuluan, inti pembelajaran, pemantapan dan penutup); b) sistem sosial (terjadinya kerjasama antar mahasiswa dan mahasiswa dengan dosen; c) prinsip pengelolaan: (dosen berperan sebagai fasilitator); d) sistem pendukung ( komputer dan perangkat pembelajaran); e) dampak instruksional (keterampilan berpikir kreatif dan pemahaman konsep) dan dampak pengiring (kemampuan mengembangkan software simulasi gelombang dan optika).

2. PBSK dalam meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa lebih baik dibanding dengan pembelajaran konvensional pada materi kuliah gelombang dan optika; dalam kategori sedang dengan rata-rata N-gain 0,52. Indikator


(42)

pemahaman konsep yang tertinggi adalah ekstrapolasi dengan rata-rata N-gain 0,44.

3. PBSK dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa lebih baik dibanding dengan pembelajaran konvenional pada materi kuliah gelombang dan optika; dalam kategori tinggi dengan rata-rata N-gain 0,89. Indikator keterampilan berpikir kreatif yang tertinggi adalah merumuskan masalah dengan rata-rata N-gain 0,97.

4. Kemampuan mahasiswa mengembangkan software simulasi gelombang dan optika termasuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata N-gain 0,95.

5. Mahasiswa memberikan tanggapan positif terhadap software PBSK dan pelaksanaan PBSK dan mereka tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti PBSK.

6. Dosen memberikan tanggapan sangat positif terhadap software PBSK dan dosen tidak mengalami hambatan dalam melaksanakan PBSK.

B. Rekomendasi

Rekomendasi yang diajukan dalam penelitian ini diantaranya:

1. Lembaga pengguna lulusan LPTK adalah sekolah-sekolah. Sekolah hendaknya memberikan kesempatan kepada guru semua bidang studi untuk mengembangkan kemampuannya melalui pendidikan lanjutan, penataran dan pelatihan, serta kegiatan ilmiah lainnya yang terkait dengan pengembangan penerapan microsoft Excel 2003 dalam membuat berbagai program simulasi komputer yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif


(43)

guru-guru, sehingga mereka mampu melakukan inovasi-inovasi pembelajaran, dan asesmen berbasis TIK di sekolah.

2. Dosen merupakan pelaksana pembelajaran di LPTK. Dosen dapat memberikan contoh penerapan Microsoft Excel sebagai media pembelajaran yang diintegrasikan dengan materi kuliah yang diajarkan. Contoh tersebut menjadi acuan bagi mahasiswa dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. 3. Model PBSK ini masih memerlukan pengujian lebih lanjut dengan

menggunakan lingkup dan subyek penelitian yang lebih luas. Perlu juga diteliti tentang kemampuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan membuat program simulasi dengan menggunakan Microsofot Excel 2003 yang dimiliki dosen, baik ditinjau dari kemampuan bidang studi maupun proses belajar mengajar.

4. Dosen-dosen pengampu mata kuliah bidang studi perlu memperoleh penyegaran dalam memanfaatkan Microsoft Excel 2003 dalam membuat program simulasi komputer yang bertujuan untuk memberikan keterampilan dasar dalam membuat program simulasi komputer.

C. Saran-Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian, penulis memberikan saran kepada pembaca yang berminat untuk menindaklanjuti penelitian ini.

1. Untuk mendapatkan dampak instruksional dan dampak pengiring yang lebih baik dari hasil penelitian ini sebaiknya dosen dan mahasiswa memiliki keterampilan menggunakan Microsoft Excel 2003. Dosen menyampaikan hasil


(44)

koreksi lembar kegiatan mahasiswa setiap kali pertemuan agar supaya mahasiswa mendapatkan jawaban tugas yang benar.

2. Software PBSK yang dikembangkan dalam penelitian ini masih perlu disederhanakan penampilan semulasinya; dilengkapi pedoman pembuatan software simulasi terutama dalam membuat program pada Vie Code Visual Basic Application; perlu dilengkapi program yang menghasilkan bunyi terutama pada simulasi gelombang bunyi; program pengatur intensitas cahaya pada simulasi gelombang cahaya dan program sumber getaran pada simulasi gelombang air.

3. Penelitian PBSK dapat dilanjutkan untuk meneliti efek iringan terhadap kompetensi-kompetensi siswa dan mahasiswa yang lain.


(45)

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, M; Rehner, W. J. (1986). “The sequence of learning cycle activities in High School Chemistry”. Journal of Research in Science Teaching, 23(3), 121-143.

Anderson, W. L & Krathwohl, R, D. (2001). A Taxonomi for Learning Teaching and Asessing A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. USA: Addison Wesley Longman.

Allen,C. D. (2009). Creative Thinking for Individuals and Teams. U.S. Army College.

Allegra, M., Chifari,A & Ottaviano, S. (2001). ICT to Train Students Towards Creative Thinking. Education Technology & Society 4(2) ISSN 1436-4522.

Alter, F. (2009). Understanding the role of Critical and Creative Thinking in Australian Primary School Visual Arts Education. International Art in Early Children Research Journal, 1 (1).

Awang, H & Ramly, I. (2008). Creative Thinking Skill Approach Through Problem-Based Learning: Pedagogy and Practice in the Engineering Classroom. International Journal & Social Science 3(1).

Banks, D.C; Vidimce, K.N; Ming & Brown, J. (2007). Interactive 3D Simulation and Visualizationg Optical Phenomena. Journal N.S.F Engineering Researchs center.

Belloni,M & Cristian, W. (2005). Physlets and Open Source Physics for Quantum Physics : Visualizing Quantum Physics. Revivals. Learning a Teaching Journal.

Bekir, B. (2007). To Compare The Effects of Computer Based Learning and The Laboratory Based Learning on Students’ Achievement Regarding Electric Circuit. Journal Educational Technology.

Beetlestone, F. (2011). Creative Children, Imaginative Teaching. Philadelphia: Open University Press.

Bronson, M.L; Levine, D.M & Goldstein,M. (1983). Intermediate Statistical Methods and Applications A Computer Package Approach. New Jersey: Englewood Cliffs.

Berkeley, R. (2004). Teaching Composing as Creative Problem Solving: Conceptualising Composing Pedagogy. B.J. Music Ed 2004 21:3, 239-263. Cambridge University Press.


(47)

Billinger; Miller & Robler, A. (2006). Encouraging Creativity-Support of Mental Processes by Virtual Experience. Virtual Reality Word 1996. IDG Conferences & Seminar.

Burke. (1998). Developing and using Conceptual Computer Animation for Chemistry Intruction. Journal of Chemical Education. 75(12).

Bossomaier, T.R.J & Snyder, A.W. (2005). Complexity, Creativity and Computers. Complexity International Journal. (10).

Bruner,J.S. (1960). The Process of Education. Cambridge: Hardvard University Press.

Carin, A & Sun, R.B. (1995). Teching Scinece Through Discovery. Columbus. Charles,E. Merril Publishing company. Abell & Howell Company. Chang,W. (2008). Challenges Encountered in Implementating Construktivist

Teaching in Quantum Physics : A Qualitative Approach. Science Learning and Teaching Jounal.

Chang, E & Simpson, D. (1999). The Circle of Learning: Individual and Group Process. Education Policy Analysis Archieves. (http:// olan.ed.asu.edu /epaa/v5n7).

Chauhan, S.S. (1978). Advanced Educational Physychology. New Delhi: Vikas Publishing House, PVT, LTD.

Cobum, P. (1985). Practical Guide to Computer in Education 2nd. California : Addison-Wesley Publication Company Inc.

Colin, J.R; Sheppard & Cooper, I.J. (2004). Fresnel Diffraction by a Circular Aperature with off Axis Illumination and its use in Deconvolution of Microscope Image. Journal Opt. Soc. Am. A. 21 ( 4).

Colleta,V.P & Philips.J.A (2005). Interpreting FCI Scores: Normalized Gain Preinstruction Scores, and Scientific Reasoning Ability. Department of Physics, Loyola Marymount University Los Angeles, Colifornia.

Costa, A.L. (1985). Goal for a Critical Thinking Curriculum. Dalam Costa, A.L. (ed) Developing Minds : A Resource Book for Teaching Thinking.ASCD. Virginia: Alexandria.

Cranton, P. (1994). Understanding and Promoting Transformative Learning:A Guide for Educators of Adults. San Francisco: Jossey-Bass Publishers. Creswell. J. W & Plano Clark,V.L. (2007). Designing and Conducting. Mixed

Methods Research.London & New Delhi: Sage Publications. Dahar. R.W. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta : P2LPTK.


(48)

Depdiknas. (2005). Pengembangan Profesionalisme Guru IPA. Jakarta : Depdikbud. com.id

Dobrzanski, L.A; Sliwa, A & Kwasny, W. (2007). The Computer Simulation of Internal Stresses in Coatings Obtained by the PVD Process. Journal of Achievements in Materials and Manufacturing Engineering, (20).

Eda, A. L. (2005). Model Pembelajaran Zat Radioaktif Berbasis Komputer Dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Positif Siswa SMA. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak dipublikasikan.

Finkelstein, N; Adams. W.K; Keller. C.J; Kohl. P.B; Perkins, Podolefsky. N.S; Reid, S & LeMaster, R. (2006). ” When learning about the real word is better done virtually: a study of substituting computer simulations for laboratory equipment. Phys. Rev. ST: Phys. Educ. Res. 1, 010103.

Frensch, P. A & Funke, J. (2001). Thinking and Problem Solving. Encylopedia of Life Support System. UNESCO EOLSS.

Gagne, R. M. (1985). The Condition of Learning & Theory of Instruction 4th ed. New York : CBS College Publication.

Gagne, R.M; Briggs, L.J & Wager, W.W. (1988). Principle of Intsructional design. New York: Reinehart and Winston.

Gong. Y. Fresnel Zone Plate Making Diffraction Work for Us. http://www.standar.edu /yiyang/research/fresnel.pdf.Dowload tanggal 10 Pebruari 2010.

Grinnell, Jr; Richard M. (1988). Social Work Research and Evaluation. Thrid Edition. Illions : F.E. Peacock Publishers,Inc.

Hamlen, K. R. (2009). Relationships Between Computer and Video Game Play and Creativity amomg Upper Elementary School Students. Journal of Educational Computing Research.

Hamza, M.K & Griffith, K.G. (2006). Fostering Problem Solving & Creative Thinking in the Classroom: Cultivating a Creative Mind. National Forum Applied Educational Research Journal-Electronic. 19( 3).

Hancer, A.H & Tuzeman. AT. (2008). A Research on the Effects of Computer Assisted Science Teaching. World Applied Science Journal.

Harsanto, R. (2005). Melatih Anak Berpikir Analisis, Kritis, dan Kreatif. Jakarta: Gramedia.

Haylock, D. (1997). Recognising Mathematical Creativity in School Chidren. http://www. fiz.karlsruhe. de/fiz/publication/zdm ZDM. 29 (3). Electronic Edition ISSN 1615-679X.


(49)

Heinic, R; Molenda, M & Russel, J.D. (1996). Instruction Technology for Teaching and Learning: Designing Instruction, integrating Computers and using Media. 3rd Ed. Upper Saddle River, NJ: Merril Prentice Hall. Londong : Routledge.

Hoshino, T; Benerjee, S & Itoh, M. (2007). Diffraction Pattern of Triangular Grating in the Resonance Domain. Journal Center for Optical Research and Education.

Howard, P. A. (2002). A Dual-State Model of Creative Cognition for Supporting Strategies that Foster Creativity in the Classroom. International Journal of Technology and Design Education 12. 215-226. Klawer Academic Publishers in the Metherlands.

Hinduan, A. (1989). Pengajaran Komputer Untuk Calon Guru Matematik dan Ilmu Pengetahuan Alam. Makalah Pada Seminar FPMIPA Dalam Rangka Hari Jadi IKIP Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP Bandung.

Huang, J.G; Christian, J.M & McDonald, G.S. (2006). Fresnel Diffraction and Fractal Patterns from Polygonal Apertures. Journal Opt. Soc. Am. 23.(11).

Ilhan, V. (2006). A Comparison of Computer-Based and A Lecture-Based Computer Literacy Course: A Turkish Case. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education.

Ingerman, A; Cedriclinder; Marshall, D; Booth, S. (2007). Learning and Variation in Focus among Physics Students when using a Computer Simulation. Nordina Journal.

Iriani., Liliasari & Setiabudi, A. (2009). Inkuiri Laboratorium Berbasis Teknologi Informasi Pada Konsep Laju Reaksi Untuk Meningkat-kan Keterampilan Generik dan berpikir Kreatif Siswa SMA. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. 3 (2) ISSN 1978-7989.

Jurusan Fisika MIPA UNM. (2003). Kurikulum Program Pendidikan Fisika FMIPA UNM.

Johnson, David W; Johnson, R. T. (2002). Meaningful Assesment. USA: Allyn & Bacon.

Joyce, B; Weil; Marsha & Showers, B. (1992). Models of Teaching. Fourth Edition. Boston: Allyn & Bacon.


(50)

Kadir. (2004). Metakognisi Terhadap tugas Matematika dan Hasil Belajar Matematika. Disertasi. Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Tidak dipublikasikan.

Kara, zzet & Ozkan, K. (2008). The Effects of Simulation Computer Assisted Instruction on the Achievement of Student Instruction of Physics Topic of 7th Grade Science Course at a Primari School. World Applied Science Journal.

Kara, zzet & Yakar, H. (2008). Effect of Computer Supported Education on the Success of Student on Teaching of Newton Law Motion. Word Applied Science Journal.

Kardi, S. dan Nur, M. (2000). Pengajaran Langsung. Surabaya: UNESA University Press.

Kilgour,A.M. (2006). The Creative Process: The Effects of Domain Speccific Knowledge and Creative Thinking Techniques on Creativity. Thesis. University of Waikato.

Kilgour, M. (2006). Improving The Creative Process: Analysis of The Effects of Divergent Thinking Techniques and Domain Specific Knowledge on Creativity. International Journal of Business and Society. 7 (2), 79-107. Knowles. (1984). Andragogy in Action. San Francisco: Jossey-Bass.

Knowles & Malcom S. (1980). The Modern Prcatice of Adult Education: From Pedagogy to Andragogy. N.Y.: Cambridge, The Adult Education Company.

Koray, O & Koksal, M.S. (2009). The Effect of Creative and Critical Thinking Based Laboratory Applications on Creative and Logical Thinking Ability of Prospective Teachers. Asia Pasific Forum on Science Learning and Teaching. 10 (1).

Kozma, R.B. (1991). Learning with Media. Review of educational Research. Kurikukulum SMA/MA. (2006). Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan

Penilaian Mata Pelajaran Fisika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Menengah Atas.

Kyung, L.(2005). The Relationship Between Creative Thinkinh Ability and Creative Personality of Preschoolers. International Education Journal, 6(2), 194-199. ISSN 1443-1475. Shannon Research Press.


(51)

Lawson, A.E. (1979). 1980 AETS Yearbook The Psychology of Teaching for Thinking and Creativity. Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environmental Education : The Ohio State University College of Education.

Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pendidikan IPA. Universitas Pendidikan Indonesia.

Luque, M & Vob, H. (2007). Diffraction Patterns for Diffraction Circuler Apertures. Journal Optics Physics.

Mann, P.S. (1995). Statistics for Bussiness and Economics. New York : John Wiley & Sons,Inc.

Matlock, S & Hetzel (1997). Basic Concepts in Item and Test Analysis. Paper presented at the Annual Meeting of the Southwest Educational Research Association, Austin, January,1997.

McGregor,D. (2007). Developing Thinking; Developing Learning A Guide to Thinking Skill in Education. Enggland . Mc Graw Hill.

McKagan, S.B & Weiman,C.E. (2006). ”Exploring Student Understanding of Energy through the Quantum Mechanics Conceptual Survey,” in physics Education Research conference Proceedings, edited by P. Heron, L. McCullongh, and J. Marx (2006), arXiv:physics/0608244.

McKagan, S.B; Perkins,M; Dubson,C; Malley, S; Reid,R, LeMaster & Wieman. (2008). Developing and Researching PhET Simulation for Teaching Quantum Mechanics. Physics Education Technologi Journal.

McKagan,S.B; Handley,W; Perkins & Wiemna, C.E. (2008). A Research-Based Curriculum for Teaching the Photoelectric effect. Physics Education Technology Journal.

Meltzer, D.E. (2002). “The Relantionship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics”. American Journal of Physics. 70(7).

Mezirow, Jack. 1991. Transformative Dimensions of Adult Learning. San Francisco: Jossey Bass.

Ming, L. C; Hyun, L. (2007). Stimulative MechanisM For Creative Thinking. IaSDR07. Graduate School of Computational Design, National Yunlin University of Science and Technology. Taiwan. R.O.C.

Minium, E. King, B.M & Bear, G. (1993). Statistical Reasoning in Phsychology and Education. New York : John Wiley & Sons, Inc.


(52)

Muirhead, B. (2007). Integrating Creativity into Online University Classes. Journal Educational Technology & Society. 10(1), 1-13.

Munandar. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakar. Jakarta : Rineka Cipta.

Nasution, S. (2005). Berbagai Pendekatan dalam proses Belajar Mengajar. Edisi pertama. Jakarta: Bina Aksara.

Nur, M & Wikandari, P. (2000). Pengajaran Berpusat Pada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat Studi MIPA Universitas Negeri Surabaya.

Northcott, B; Milliszewska & Dakich,E. (2007). ICT for Inspiring Creative Thinking. Proceeding Ascilite Singapore .

Norton, M.B. (2006). Effects Divergent Teaching Techniques Upon Creative Thinking Abilities of Collegiate Student in Agricultural Systems Management Courses. Thesis Agricultural Education.

Ogilvie, C. (200). Effectiveness of Different Course Components in Driving Gains in Conceptual Understanding. [online]. Tersedia http://torrseal.mit.edu/effeedtech/pdf/ogilvie.pdf [ 1 Nopember 2010]. Ohanian, H.C & Markerti. J.T. (2006). Interference and Diffraction. Journal

Physics,2(10).

Padley. P. (2005). Diffraction From A Rectangular Aperture. http:// creativeco-mmons .org//icenses/by/2.0. Dowload tanggal 10 Pebruari 2010.

Pickard & Marry. (2007). The New Booms Taxonomy : An Overview For Family And Consumer Sciences. Journal of Family and Consumer Sciences Education, 25(1).

Pol. H. J. (2009). Computer Based Instructional Support. During Physics Problem Solving A Case for Student Control. Netherland : Ipskamp Drukkers.B.V. Puccio, G.J; Murdock, M.C & Mance, M. (2005). Current Development in Creative Problem Solving for Organization: A Focus on Thinking Skills and Styles. The Korea Journal of Thinking & Problem Solving.15(2) 43-76.

Pressinsen. B.Z. 1988. “Thinking Skills : Meaning and Model” in Costa, A.L (ed). Develoving Mind: A. Resource Brok for Teaching Thinking. Virginia : ASBC Alexandria.

Price, S; Roussos,G; Falcao, T.P & Sheridon, J.G. (2009). Technology and Embodiment: Relationships and Implications for Knowledge, Creativity


(53)

and Communication. Beyond Current Horizons. Technology Chidrent School and Famile. London Knowledge Lab.

Saud. U. S & Suherman, A. (2006). Inovasi Pendidikan. Bandung : UPI Press. Sears & Zemansky. (2004).Fisika Universitas. Edisi kesepuluh jilid 2. Jakarta:

Erlangga.

Sevgi, L. (2006). Numerical Simulation Approaches for Phased Array Design. Journal Aces. 21(3).

Slavin, R.E. (2009). Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Edisi Kedelapan. Jilid 2. Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang.

Sharma, R.C. (1981). Modern Science Teaching. New Delhi: Dhampat Raid and Sons.

Stepen, K.R; Karnes, F.A; Whorton, J. 2001. Gender Difference in Creativity among American Indian Third and Fourt Grade Student. Journal of American Indian Education. 40(1).

Suarga. (2007). Fisika Komputasi Solusi Problem Fisika dengan Matlab. Yogyakarta : Andi.

Subiyanto. (2001). Evaluasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Suherman & Erman. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI.

Stahl, R.J. (1994). Cooperative Learning social Studies. New York: Addison Wesley.

Sudirman. (1999). Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Tang, O.S. (2009). Problem-Based Learning and Creativity. Singapore: Cengage Learning.

Treffinger, D.J; Isaken, S.G & Firestien, R.L. (1982). Theoretical Perspectives on Creative Learning and its Facilitation : an Overview. The Journal of Creative Behavior. 17(1).

Tipler. P.A. (1996). Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Edisi 2. Jakarta: Erlangga.


(54)

Brace Jovanovish, Inc.

Reidsema, C. 2005. Fostering Creative Problem Solving and Collaborative Skills Through Impromptu Design in Engineering Design Courses. Proceeding of the 2005 ASEE/AaeE 4th Global Colloquium on Engineering Education. Australasian Association for Engineering Education.

Resnick, M; Myers, B; Nakakoji, K; Pausch, R; Selker, T & Eisenberg, M. (2005). Design Principle for Tools to Support Creative Thinking. http://www.rcsb.or/pdb/. Download tanggal 28 Oktober 2009.

Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. IKIP Bandung Press.

Ruseffendi, E. T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta : Rajawali Pres.

Uyanto Stanislaus S. (2009). Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu

Widowati, A, (2009). Inovasi dalam CAI : Creative Thinking Melalui Sofware Mind Mapping. Download tgl 28 Maret 2010.

Winkel, W. S. (1999). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo.

Wyant.J. (2005). Fraunhofer Diffraction Pattern of Circular Aperture.Journal Optics. 505.

Yahya. S. (2008). Metode Pembelajaran Multinedia Interaktif Optika untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan generik sains dan Keterampilan Kritis Bagi Guru Fisika. Tesis PPs Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak dipublikasikan.


(55)

(56)

(1)

Lawson, A.E. (1979). 1980 AETS Yearbook The Psychology of Teaching for Thinking and Creativity. Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environmental Education : The Ohio State University College of Education.

Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pendidikan IPA. Universitas Pendidikan Indonesia.

Luque, M & Vob, H. (2007). Diffraction Patterns for Diffraction Circuler Apertures. Journal Optics Physics.

Mann, P.S. (1995). Statistics for Bussiness and Economics. New York : John Wiley & Sons,Inc.

Matlock, S & Hetzel (1997). Basic Concepts in Item and Test Analysis. Paper presented at the Annual Meeting of the Southwest Educational Research Association, Austin, January,1997.

McGregor,D. (2007). Developing Thinking; Developing Learning A Guide to Thinking Skill in Education. Enggland . Mc Graw Hill.

McKagan, S.B & Weiman,C.E. (2006). ”Exploring Student Understanding of Energy through the Quantum Mechanics Conceptual Survey,” in physics Education Research conference Proceedings, edited by P. Heron, L. McCullongh, and J. Marx (2006), arXiv:physics/0608244.

McKagan, S.B; Perkins,M; Dubson,C; Malley, S; Reid,R, LeMaster & Wieman. (2008). Developing and Researching PhET Simulation for Teaching Quantum Mechanics. Physics Education Technologi Journal.

McKagan,S.B; Handley,W; Perkins & Wiemna, C.E. (2008). A Research-Based Curriculum for Teaching the Photoelectric effect. Physics Education Technology Journal.

Meltzer, D.E. (2002). “The Relantionship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics”. American Journal of Physics. 70(7).

Mezirow, Jack. 1991. Transformative Dimensions of Adult Learning. San Francisco: Jossey Bass.

Ming, L. C; Hyun, L. (2007). Stimulative MechanisM For Creative Thinking. IaSDR07. Graduate School of Computational Design, National Yunlin University of Science and Technology. Taiwan. R.O.C.

Minium, E. King, B.M & Bear, G. (1993). Statistical Reasoning in Phsychology and Education. New York : John Wiley & Sons, Inc.


(2)

Muirhead, B. (2007). Integrating Creativity into Online University Classes. Journal Educational Technology & Society. 10(1), 1-13.

Munandar. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakar. Jakarta : Rineka Cipta.

Nasution, S. (2005). Berbagai Pendekatan dalam proses Belajar Mengajar. Edisi pertama. Jakarta: Bina Aksara.

Nur, M & Wikandari, P. (2000). Pengajaran Berpusat Pada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat Studi MIPA Universitas Negeri Surabaya.

Northcott, B; Milliszewska & Dakich,E. (2007). ICT for Inspiring Creative Thinking. Proceeding Ascilite Singapore .

Norton, M.B. (2006). Effects Divergent Teaching Techniques Upon Creative Thinking Abilities of Collegiate Student in Agricultural Systems Management Courses. Thesis Agricultural Education.

Ogilvie, C. (200). Effectiveness of Different Course Components in Driving Gains in Conceptual Understanding. [online]. Tersedia http://torrseal.mit.edu/effeedtech/pdf/ogilvie.pdf [ 1 Nopember 2010]. Ohanian, H.C & Markerti. J.T. (2006). Interference and Diffraction. Journal

Physics,2(10).

Padley. P. (2005). Diffraction From A Rectangular Aperture. http:// creativeco-mmons .org//icenses/by/2.0. Dowload tanggal 10 Pebruari 2010.

Pickard & Marry. (2007). The New Booms Taxonomy : An Overview For Family And Consumer Sciences. Journal of Family and Consumer Sciences Education, 25(1).

Pol. H. J. (2009). Computer Based Instructional Support. During Physics Problem Solving A Case for Student Control. Netherland : Ipskamp Drukkers.B.V. Puccio, G.J; Murdock, M.C & Mance, M. (2005). Current Development in Creative Problem Solving for Organization: A Focus on Thinking Skills and Styles. The Korea Journal of Thinking & Problem Solving.15(2) 43-76.

Pressinsen. B.Z. 1988. “Thinking Skills : Meaning and Model” in Costa, A.L (ed). Develoving Mind: A. Resource Brok for Teaching Thinking. Virginia : ASBC Alexandria.

Price, S; Roussos,G; Falcao, T.P & Sheridon, J.G. (2009). Technology and Embodiment: Relationships and Implications for Knowledge, Creativity


(3)

and Communication. Beyond Current Horizons. Technology Chidrent School and Famile. London Knowledge Lab.

Saud. U. S & Suherman, A. (2006). Inovasi Pendidikan. Bandung : UPI Press. Sears & Zemansky. (2004).Fisika Universitas. Edisi kesepuluh jilid 2. Jakarta:

Erlangga.

Sevgi, L. (2006). Numerical Simulation Approaches for Phased Array Design. Journal Aces. 21(3).

Slavin, R.E. (2009). Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Edisi Kedelapan. Jilid 2. Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang.

Sharma, R.C. (1981). Modern Science Teaching. New Delhi: Dhampat Raid and Sons.

Stepen, K.R; Karnes, F.A; Whorton, J. 2001. Gender Difference in Creativity among American Indian Third and Fourt Grade Student. Journal of American Indian Education. 40(1).

Suarga. (2007). Fisika Komputasi Solusi Problem Fisika dengan Matlab. Yogyakarta : Andi.

Subiyanto. (2001). Evaluasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Suherman & Erman. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI.

Stahl, R.J. (1994). Cooperative Learning social Studies. New York: Addison Wesley.

Sudirman. (1999). Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Tang, O.S. (2009). Problem-Based Learning and Creativity. Singapore: Cengage Learning.

Treffinger, D.J; Isaken, S.G & Firestien, R.L. (1982). Theoretical Perspectives on Creative Learning and its Facilitation : an Overview. The Journal of Creative Behavior. 17(1).

Tipler. P.A. (1996). Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Edisi 2. Jakarta: Erlangga.


(4)

Brace Jovanovish, Inc.

Reidsema, C. 2005. Fostering Creative Problem Solving and Collaborative Skills Through Impromptu Design in Engineering Design Courses. Proceeding of the 2005 ASEE/AaeE 4th Global Colloquium on Engineering Education. Australasian Association for Engineering Education.

Resnick, M; Myers, B; Nakakoji, K; Pausch, R; Selker, T & Eisenberg, M. (2005). Design Principle for Tools to Support Creative Thinking.

http://www.rcsb.or/pdb/. Download tanggal 28 Oktober 2009.

Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. IKIP Bandung Press.

Ruseffendi, E. T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta : Rajawali Pres.

Uyanto Stanislaus S. (2009). Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu

Widowati, A, (2009). Inovasi dalam CAI : Creative Thinking Melalui Sofware Mind Mapping. Download tgl 28 Maret 2010.

Winkel, W. S. (1999). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo.

Wyant.J. (2005). Fraunhofer Diffraction Pattern of Circular Aperture.Journal Optics. 505.

Yahya. S. (2008). Metode Pembelajaran Multinedia Interaktif Optika untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan generik sains dan Keterampilan Kritis Bagi Guru Fisika. Tesis PPs Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak dipublikasikan.


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN ASESMEN TERINTEGRASI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA PERKULIAHAN OPTIKA CALON GURU FISIKA.

3 10 66

PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN EKSPERIMEN FISIKA BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM BEREKSPERIMEN BAGI MAHASISWA CALON GURU FISIKA.

1 7 64

PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN ZOOLOGI INVERTEBRATA BERBASIS INKUIRI LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI.

2 16 65

PENGEMBANGAN MODEL PERKULIAHAN KATABOLISME KARBOHIDRAT BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF CALON GURU BIOLOGI.

0 6 43

PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN METODOLOGI PENELITIAN BERBASIS EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN RISET KEPENDIDIKAN SAINS MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI.

0 0 42

PEMBELAJARAN IKATAN KIMIA BERBASIS E-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR REFLEKTIF BAGI MAHASISWA CALON GURU.

0 1 37

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BIOKIMIA BERBASIS KOMPUTER UNTUK MEMBEKALI KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI

0 0 5

PENGEMBANGAN PERKULIAHAN FISIKA MATEMATIKA BERBASIS COGNITIVE APPRENTICESHIP-INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR REFLEKTIF CALON GURU FISIKA - repository UPI D IPA 1201251 Title

0 0 4

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS CALON GURU FISIKA

0 0 6

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA CALON GURU

0 1 6