PENGARUH SIZE, TANGIBILITY DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

(1)

PENGARUH SIZE, TANGIBILITY DAN PROFITABILITY TERHADAP

STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND

BEVERAGES DI BURSA EFEK

INDONESIA (BEI)

S K R I P S I

Oleh :

NITAUL FITRIYANI 0712015012 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN

JAWA TIMUR


(2)

USULAN PENELITIAN

 

PENGARUH SIZE, TANGIBILITY DAN PROFITABILITY TERHADAP

STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND

BEVERAGES DI BURSA EFEK

INDONESIA (BEI)

Yang diajukan

NITAUL FITRIYANI 0712015012 / FE / EM

Telah Disetujui Untuk Ujian Lisan Oleh :

Pembimbing

Dra. Ec. Tri Kartika P, M.Si Tanggal ………

Mengetahui,

Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

Drs. Ec. Saiful Anwar, M.Si NIP. 195 803 251 988 031 001


(3)

S K R I P S I

PENGARUH SIZE, TANGIBILITY DAN PROFITABILITY TERHADAP

STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND

BEVERAGES DI BURSA EFEK

INDONESIA (BEI)

Disusun Oleh : NITAUL FITRIYANI 0712015012 / FE / EM Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 27 Mei 2011

Pembimbing : Tim Penguji :

Ketua

Dra. Ec. Tri Kartika P, M.Si Dra. Ec. Hj. Luky Susilowati, MP

Sekretaris

Dra. Ec. Tri Kartika P, M.Si Anggota

Dra. Ec. Sulastri Irbayuni, MM

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Size, Tangibility Dan Profitability Terhadap Struktur

Modal Pada Perusahaan Food And Beverages Di Bursa Efek Indonesia (BEI)” dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Program Studi Manajemen UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Drs. Ec. Tri Kartika P, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing penulisan ini.


(5)

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Manajemen yang telah memberikan ilmu yang sangat bernilai. Sehingga ucapan terima kasihpun dirasa belum cukup untuk menghargai jasa Bapak dan Ibu. Namun teriring do’a semoga apa yang sudah diberikan kepada kami akan terbalaskan dengan berkah dari sang Illahi. 6. Yang terhormat Bapak dan Ibu, sembah sujud serta ucapan terima kasih atas

semua do’a, restu, dukungan, nasehat yang diberikan kepada penulis.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, April 2011


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu... 11

2.2. Landasan Teori... 12

2.2.1. Pengertian Struktur Modal ... 12

2.2.1.1. Komponen Struktur Modal ... 18

2.2.1.2. Teori Struktur Modal ... 19

2.2.1.3. Faktor yang menentukan pemilihan struktur modal ... 20


(7)

2.2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Struktur

Modal ... 22

2.2.2. Ukuran Perusahaan (Size)... 24

2.2.3. Aset Berwujud (Tangibility) ... 24

2.2.4. Profitabilitas (Profitability) ... 26

2.2.5. Pengaruh Size Terhadap Struktur Modal ... 27

2.2.6. Pengaruh Tangibility Terhadap Struktur Modal ... 29

2.2.7. Pengaruh Profitability Terhadap Struktur Modal . 30 2.3. Kerangka Konseptual ... 31

2.4. Hipotesis ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 33

3.2. Populasi dan Penentuan Sampel ... 34

3.3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 35

3.4.1. Teknik Analisis Data ... 35

3.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 36

3.4.3. Uji Hipotesis ... 39

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 45

4.1.1. Struktur modal (Y) perusahaan food and beverages yang go public di BEI ... 45


(8)

4.1.2. Size (X1) Perusahaan Food And Beverages yang

go public di BEI ... 47

4.1.3. Tangibility (X2) Perusahaan Food And Beverages yang go public di BEI ... 48

4.1.4. Profitability (X3) perusahaan food and beverages yang go public di BEI ... 50

4.2. Uji Kualitas Data ... 51

4.2.1. Uji Normalitas ... 51

4.2.2. Uji Asumsi Klasik / BLUE... 52

4.2.2.1. Uji Autokorelasi ... 53

4.2.2.2. Uji Multikolinearitas ... 54

4.2.2.3. Uji Heterokedastisitas ... 55

4.2.3. Analisis Regresi Linear Berganda ... 56

4.2.4. Pengujian Hipotesis ... 58

4.3. Pembahasan.. ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 65

5.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai Debt Equity Ratio (DER) Pada Pada Perusahaan Food

And Beverages Periode 2005 – 2009 ... 8

Tabel 4.1 Nilai Debt Equity Ratio (DER) Pada Pada Perusahaan Food And Beverages Periode 2005 – 2009 ... 46

Tabel 4.2 Ukuran Perusahaan (Size) Pada Perusahaan Food And Beverages Periode 2005 – 2009... 47

Tabel 4.3 Aset Berwujud (Tangibility) Pada Perusahaan Food And Beverages Periode 2005 – 2009... 49

Tabel 4.4 Profitabilitas (Profitability) Pada Perusahaan Food And Beverages Periode 2005 – 2009... 50

Tabel 4.5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... 51

Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas ... 55

Tabel 4.7 Uji Heterokedastisitas ... 56

Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda... 57

Tabel 4.9 ANOVAb... 59

Tabel 4.10 Model Summaryb... 60


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 31 Gambar 4.1 Uji Durbin Watson ... 54


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Size (X1), Tangibility (X2) Profitability (X3) Dan Struktur Modal (Y) Pada Perusahaan food & Beverage (Data Mentah) Lampiran 2 Data Size (X1), Tangibility (X2) Profitability (X3) Dan Struktur

Modal (Y) Pada Perusahaan food & Beverage (Data Hasil Perhitungan)

Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data Lampiran 4 Tabel Durbin - Watson


(12)

PENGARUH SIZE, TANGIBILITY DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND

BEVERAGES DI BURSA EFEK

INDONESIA (BEI)

Oleh :

Nitaul Fitriyani

Abstraksi

Adanya indikasi penurunan dan fluktuatif pada struktur modal perusahaan food and beverages di Indonesia periode 2005 – 2009 yang cenderung menurun, yakni pada : PT. Aqua Golden Mississippi Tbk, PT. Fast Food Indonesia Tbk, PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk, PT. Prashida Aneka Niaga Tbk, PT. Sekar Laut Tbk, PT. Siantar Top Tbk, dan PT. SMART Tbk menunjukkan bahwa pada perusahaan food and beverages terdapat suatu permasalahan yang harus ditangani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh size, tangibility dan profitability terhadap struktur modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia

Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan mempertimbangkan kriteria - kriteria tertentu. Kriteria tersebut antara lain:, perusahaan food and beverages yang tercatat laporan keuangannya secara lengkap di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2005 – 2009, dan jumlah perusahaan food and beverages yang diambil sebagai sampel sebanyak 17 perusahaan. Teknik analisis yang dgunakan adalah regresi linier berganda dengan uji statistik uji F dan uji t.

Dari hasil perhitungan diperoleh size berpengaruh signifikan dan positif terhadap struktur modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia, sedangkan profitability dan tangibility tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap struktur modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, perusahaan-perusahaan sudah mulai mengadakan peningkatan-peningkatan kualitas dan kuantitas untuk membuat perekonomian Indonesia maju pesat. Semua usaha untuk meningkatkan perekonomian Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan diupayakan dapat merata bagi semua kalangan masyarakat.

Semakin berkembangnya kegiatan perkembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia tentunya membutuhkan dana yang cukup besar. Terutama pada tahun terakhir-terakhir ini dimana bangsa Indonesia mengalami gejolak moneter yang membuat kemampuan pemerintah dalam hal penyediaan dana. Apalagi kebutuhan investasi untuk tahun-tahun mendatang semakin besar.

Sumber dana dapat diperoleh dari dalam maupun luar negeri. Dana yang didapat di dalam negeri ternyata tidak mampu mencukupi kebutuhan dana yang dibutuhkan dalam pembangunan, sehingga harus ditambah dari pihak swasta. Partisipasi pihak swasta sangat diharapkan guna ikut aktif menggerakkan perekonomian nasional. Swasta harus diikut sertakan dalam mendukung dana pembangunan, karena swasta mempunyai kemampuan untuk menghimpun dana yang cukup besar, seperti dalam kegiatan pasar modal.


(14)

Keputusan pendanaan berhubungan dengan persoalan bagaimana kebutuhan dana untuk keperluan investasi tersebut dipenuhi, berasal dari sumber mana termasuk berapa jumlah. Beragam alternatif sumber dana tersedia, yang masing-masing memiliki ciri khas tertentu baik menyangkut beban maupun resiko serta persyaratan lain yang diminta para pemodal. Berdasarkan pertimbangan inilah, maka menjadi tugas pengambil keputusan agar merumuskan kombinasi pembelanjaan terbaik atau kombinasi modal yang lebih memberikan keuntungan bagi perusahaan. Lingkup aktivitas pembelanjaan itu berkenaan dengan transformasi data finansial perusahaan kedalam suatu bentuk yang dapat digunakan untuk memonitor keadaan ruangan perusahaan, perencanaan kebutuhan modal pada masa yang akan datang, menilai kemungkinan peningkatan produktivitas dan penentuan bentuk atau jenis-jenis modal yang akan ditarik.

Dengan demikian keputusan pendanaan menyangkut permasalahn keputusan yang tepat tentang struktur modal maupun struktur keuangan yang optimal bagi perusahaan dimasa sekarang dan masa yang akan datang, pada umumnya perusahaan cenderung untuk menggunakan modal sendiri sebagai modal permanen, sedangkan modal asing hanya digunakan sebagai pelengkap saja apabila dana yang dibutuhkan kurang mencukupi. Penggunaan modal sendiri akan menjadi tanggungan terhadap keseluruhan resiko perusahaan dan merupakan jaminan bagi para kreditur, sedangkan modal asing adalah modal yang berasal dari kreditur dan merupakan hutang bagi perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, diperlukan adanya kebijaksanaan dalam menetukan apakah kebutuhan dana perusahaan akan dibelanjai oleh modal sendiri atau dengan modal asing,


(15)

dalam hal ini perusahaan harus mengetahui terlebih dahulu biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh dana tersebut (cost of capital).

Struktur modal merupakan campuran antara hutang jangka panjang, hutang jangka pendek, saham, dan laba yang ditahan. Struktur modal berkaitan dengan penentuan jenis sumber modal yang ada yang akan digunakan melakukan kegiatan pembiayaan perusahaan. (Hamzah, dkk, JREM, 2008)

Seorang manajer keuangan dalam menentukan sumber modal yang akan digunakan oleh perusahaan harus mempertimbangkan biaya yang timbul dari sumber modal yang digunakan. Masalah dapat timbul jika para manajer dan pemegang saham mempunyai tujuan yang berbeda. Konflik tersebut sering saja terjadi jika manajer perusahaan mempunyai terlalu banyak uang kas yang dapat digunakannya. Manajer sering menggunakan uang kas tersebut untuk membiayai proyek yang menguntungkan atau untuk fasilitas pribadi yang semuanya tidak membantu usaha memaksimalkan harga saham.

Perusahaan dapat mengurangi arus kas berlebih dengan cara menggeser struktur modal ke arah lebih banyak menggunakan utang dengan harapan persyaratan pelunasan utang yang lebih tinggi akan memaksa manajer untuk bersikap lebih disiplin. Utang yang lebih tinggi memaksa manajer untuk lebih hati-hati dengan uang pemegang saham, tetapi perusahaan yang dijalankan dengan baik pun bisa jatuh bangkrut jika ada kejadian yang berada di luar kendalinya, seperti perang, gempa bumi dll. Untuk melengkapi analogi itu, keputusan struktur modal akan memutuskan seberapa besar tanggungjawab yang harus digunakan pemegang saham untuk menjaga manajer tetap bekerja dengan baik.


(16)

Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang, aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan. Oleh karena itu sebagian besar perusahaan yang go publik khususnya perusahaan food and beverages biasanya mempunyai leverage yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang terlibat dalam penelitian teknologi. Sedangkan perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal, karena biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya untuk penerbitan surat hutang, yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengandalkan utang. Tetapi pada saat yang sama perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar yang cenderung mengurangi keinginannya untuk menggunakan utang karena alasan resiko yang lebih besar dari modal utang yang digunakan. Sehingga pengembalian atas investasi (profitability) dengan menggunakan utang relalif kecil, padahal pihak perusahaan mengharapkan pengembalian yang tinggi yang memungkinkan mereka untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan (struktur modal) mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal.

Keadaan pasar modal yang menjelaskan bahwa keadaan pasar modal sering mengalami perubahan yang disebabkan karena adanya gelombang kongjungtur. Sifat manajemen yang menjelaskan bahwa seorang manajer yang bersifat optimis memandang masa depannya dengan cerah, yang mempunyai


(17)

keberanian untuk menanggung resiko yang besar (risk seeker), akan lebih berani untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang berasal dari hutang meskipun metode pembelanjaan dengan hutang ini memberikan beban finansiil. Lokasi distribusi keuntungan adalah seberapa besar nilai yang diharapkan (expected value) dari keuntungan, dengan penyimpangan yang sama semakin kecil kemungkinan mendapatkan kerugian. Dalam penelitian ini keempat faktor yang mempengaruhi struktur modal tersebut tidak digunakan dikarenakan pada perusahaan yang go public penelitian yang dilakukan biasanya lebih memfokuskan pada masalah keuangan, sehingga dari sekian banyak faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yang digunakan pada penelitian kali ini hanyalah terdiri dari empat faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal. Adapun faktor-faktor tersebut adalah ukuran perusahaan (size), aset berwujud (tangibility) dan profitabilitas (profitability).

Pada perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan, dan perusahaan yang besar biasanya lebih berani dalam memiliki hutang yang tinggi dan mempunyai intensif untuk memilih proyek yang lebih beresiko daripada yang aman.

Ukuran perusahaan (size) adalah menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut, sedangkan aset berwujud (tangibility) merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung besar aset perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang, dan profitabilitas


(18)

(profitability) dimaksudkan untuk melihat seberapa besar laba yang diperoleh dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki. (Hamzah, dkk, JREM, 2008).

Pengaruh size terhadap struktur modal seperti dijelaskan oleh Hamzah, dkk (2008) bahwa size atau ukuran perusahaan adalah menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya nilai total asset, dimana semakin besar total asset perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Memiliki total asset yang besar akan memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan yang berarti struktur modal akan besar juga.

Apabila suatu perusahaan ingin mempunyai struktur modal yang optimum atau baik, perusahaan harus mempunyai profitabilitas, tingkat pertumbuhan, resiko bisnis dan ukuran perusahaan yang seimbang. Pengaruh struktur modal perusahaan merupakan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, maka seorang manajer keuangan dalam menentukan sumber modal yang akan digunakan oleh perusahaan harus mempertimbangkan biaya yang timbul dari sumber modal yang digunakan. Masalah struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap perusahaan karena naik turunnya struktur modal ditandai dengan besarnya hutang jangka panjang dibandingkan modal sendiri.

Pengaruh tangibility terhadap struktur modal seperti dijelaskan oleh Riyanto (1995: 28) yang menyatakan bahwa tangibility diukur dari perbandingan dari nilai aktiva tetap yang dibandingkan dengan total aktiva. Struktur aktiva mempengaruhi struktur modal perusahaan dalam beberapa cara. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang, terutama permintaan akan produk cukup


(19)

meyakinkan, akan banyak menggunakan hutang jangka panjang, sehingga semakin besar tangible semakin besar maka struktur modal dalam perusahaan.

Selanjutnya pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal seperti dijelaskan Wright (1992: 17) menyatakan bahwa profitabilitas mencapai maksimum apabila laba penjualan pada tingkat tertinggi dan modal investasi pada tingkat terendah. Hal ini menunjukkan profitabilitas yang tinggi apabila laba atas penjualan tinggi sehingga menyebabkan struktur modal juga semakin tinggi.

Salah satu lima faktor utama yang telah berkontribusi pada krisis ekonomi di indonesia, keduanya khususnya terkait dengan keuangan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam industry, termasuk dalam hal ini adalah Industri Food and Beverage. Pinjaman-pinjaman jangka pendek asing berinvestasi dalam investasi jangka panjang, dan memiliki utang yang tinggi terhadap ekuitas. Ketiga lainnya adalah rekening arus tinggi defisit, kebangkrutan keuangan lembaga, dan akhirnya terlalu banyak bantuan yang diberikan kepada keuangan lembaga oleh bank sentral (www.journal.au.edu)

Berikut ini akan disajikan data rasio struktur modal pada perusahaan food and beverages yang go public di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005 - 2009 sebagai berikut :


(20)

Tabel 1.1

Nilai Debt Equity Ratio (DER) Pada Pada Perusahaan Food And Beverages Periode 2005 – 2009

Tahun

No Nama Perusahaan

2005 2006 2007 2008 2009 1 PT. Akasha Wira International Tbk - -2,08 1,66 2,56 1,61 2 PT. Aqua Golden Mississippi Tbk 0,78 0,77 0,74 0,71 0,73 3 PT. Cahaya Kalbar Tbk 0,83 0,48 1,8 1,45 0,89 4 PT. Davomas Abadi Tbk 1,24 1,77 2,27 4,45 5,28 5 PT. Delta Djakarta Tbk 0,32 0,31 0,29 0,34 0,27 6 PT. Fast Food Indonesia Tbk 0,66 0,68 0,62 0,63 0,63 7 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 2,33 2,13 2,62 3,11 2,45 8 PT. Mayora Indah Tbk 0,61 0,58 0,73 1,32 1,03 9 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 1,52 2.08 2,14 1,73 8,44 10 PT. Pioneerindo Gourmet International

Tbk 33.05 832,63 64,47 15,28 4,07

11 PT. Prashida Aneka Niaga Tbk 2,31 1,87 2,14 1,63 1,44 12 PT. Sekar Bumi Tbk - 0,31 0,41 0,47 -

13 PT. Sekar Laut Tbk 4,45 3,03 0,9 1,00 0,73 14 PT. Siantar Top Tbk 0,45 0,36 0,44 0,72 0,36 15 PT. Sierad Produce Tbk 0,23 0,13 0,29 0,34 0,39

16 PT. SMART Tbk 1,38 1,06 1,29 1,17 1,13

17 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 2,76 2,82 3,65 1,6 2,14 18 PT. Tunas Baru Lampung Tbk 1,83 1,37 1,62 2,15 1,8 19 PT. Ultra Jaya Milk Tbk 0,54 0,53 0,64 0,53 0,45

Sumber : Indonesian Capital Market Directory di BEI

Berdasarkan tabel 1.1 tentang nilai debt to equity pada perusahaan food and beverages periode 2005 – 2009, menunjukkan bahwa selama 5 tahun terdapat 7 perusahaan dari 19 perusahaan yang tergabung dalam perusahaan food and beverages cenderung mengalami penurunan dan fluktuatif pada nilai debt to equitynya. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain: PT. Aqua Golden Mississippi Tbk, PT. Fast Food Indonesia Tbk, PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk, PT. Prashida Aneka Niaga Tbk, PT. Sekar Laut Tbk, PT. Siantar Top Tbk, dan PT. SMART Tbk


(21)

Nilai debt to equity yang cenderung menurun mengindikasikan bahwa struktur modal juga semakin menurun. Sehingga dengan nilai debt to equity yang cenderung menurun menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut memiliki hutang yang makin kecil dengan modal sendiri yang makin besar.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan (size), aset berwujud (tangibility) dan profitabilitas (profitability) berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sehingga judul yang diambil dalam penelitian ini adalah: ”Pengaruh ukuran perusahaan (size), aset berwujud (tangibility) dan profitabilitas (profitability) terhadap struktur modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi dan dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ukuran perusahaan (size) mempunyai pengaruh terhadap Struktur modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 2. Apakah aset berwujud (tangibility) mempunyai pengaruh terhadap struktur

modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 3. Apakah profitabilitas (profitability) mempunyai pengaruh terhadap struktur


(22)

10

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah dapat dikemukakan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan (size) terhadap struktur modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Untuk mengetahui pengaruh aset berwujud (tangibility) terhadap struktur

modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI). 3. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas (profitability) terhadap struktur

modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini akan diperoleh manfaat antara lain : 1. Bagi Perusahaan

Memberi informasi dan masukan yang menjadikan pertimbangan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan ukuran perusahaan (size), aset berwujud (tangibility), profitabilitas (profitability) dan struktur modal.

2. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman secara praktik di bidang keuangan khususnya mengenai teoritik tentang ukuran perusahaan (size), aset berwujud (tangibility), profitabilitas (profitability) dan struktur modal.

3. Bagi Universitas

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan menambah perbendaharaan perpustakaan serta sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang mengadakan penelitian di masa yang akan datang.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian saat ini adalah dilakukan oleh:

1. Hamzah, dkk, 2008, dengan judul “Analisis Factor Penentu Struktur Modal Perbankan Di Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari pengujian analisis regresi berganda diperoleh bahwa secara bersama-sama seluruh variable bebas (size, tangibility, Non debt tax, profitability, dan depresiasi) berpengaruh terhadap struktur modal perbankan di Indonesia. Dengan uji parsial ditemukan bahwa variabel size dan depresiasi berhubungan positif tetapi tidak signifikan terhadap modal kerja, dan variabel tangibility, Non debt tax, dan profitability mempunyai hubungan negative dengan strutur modal dimana hanya profitabilitas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal.

2. Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Amanah (2007) dengan judul “Analisis Struktur Modal Dan Nilai Perusahaan Yang Diukur Dengan Tobins’Q”. Tujuan penelitian ini untuk melihat apakah peningkatan leverage akan meningkatkan nilai perusahaan dan apakah return saham setelah melakukan penambahan jumlah hutang berbeda (lebih tinggi) daripada sebelum menambah jumlah hutang. Hasil penelitian tersebut: 1) Pengujian untuk melihat apakah nilai perusahaan setelah meningkatkan hutang berbeda


(24)

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Struktur Modal

Pengertian struktur modal menurut Husnan yang dikutip oleh Aliansyah

(2001: 9) menjelaskan hubungan apakah tersedianya sumber-sumber dana dan biaya modal yang berlainan ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan dan biaya modal. Fleksibilitas nilai suatu perusahaan pada dasarnya tergantung pada perkiraan seberapa besar arus dana di masa datang dan tingkat pemulihan sebagai pengembalian (kapitalisasi) dari arus dana tersebut. Tingkat biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan mencerminkan tingkat pemulihan bagi investor.

Menurut Weston dan Copeland (1992:4) bahwa struktur modal adalah Pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Jadi struktur modal suatu perusahaan hanya merupakan sebagian dari struktur keuangannya. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi


(25)

laba ditahan bila perusahaan memiliki saham preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan kepada pemegang saham.

Struktur modal menurut Sutrisno (2001: 289) merupakan imbangan antara modal asing dan modal sendiri. Misalnya perusahaan mempunyai hutang baik jangka pendek maupun hutang jangka panjang sebesar Rp 200.000,- sementara modal sendiri yang dimiliki sebesar Rp 300.000,- maka struktur modalnya adalah sebesar 40%. Artinya aktiva yang dimiliki oleh perusahaan sebesar 40% dibelanjai dengan hutang dan 60% dibelanjai dengan modal sendiri. Perubahan struktur modal bisa menyebabkan perubahan nilai perusahaan, sehingga muncul beberapa teori struktur modal. Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan. Dalam kaitannya dengan struktur modal ini, nilai perusahaan bisa diukur dengan harga saham atau biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam memperoleh sumber dana yang bersangkutan. Teori struktur modal ini sangat penting karena :

a. Setiap ada perubahan struktur modal akan mempengaruhi biaya modal secara keseluruhan. Hal ini disebabkan masing-masing jenis modal mempunyai biaya modal sendiri-sendiri.

b. Besarnya biaya modal keseluruhan ini, nantinya akan digunakan sebagai cut of rate pada pengambilan keputusan investasi. Oleh karena itu kebijaksanaan struktur modal akan mempengaruhi keputusan investasi.

Struktur modal menurut Abdullah (2001: 47) adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pula perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri, maka seorang manajer keuangan dalam menentukan


(26)

sumber modal yang akan digunakan oleh perusahaan harus mempertimbangkan biaya yang timbul dari sumber modal yang digunakan. Masalah dapat timbul jika para manajer dan pemegang saham mempunyai tujuan yang berbeda. Konflik tersebut sering saja terjadi jika manajer perusahaan mempunyai terlalu banyak uang kas yang dapat digunakannya. Manajer sering menggunakan uang kas tersebut untuk membiayai proyek yang menguntungkan atau untuk fasilitas pribadi yang semuanya tidak membantu usaha memaksimalkan harga saham.

Menurut Brigham dan Houston (2001: 45), struktur modal yang optimal suatu perusahaan adalah kombinasi dari utang dan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan. Pada saat tertentu, manajemen perusahaan menetapkan struktur modal yang ditargetkan, yang mungkin merupakan struktur yang optimal, meskipun target tersebut dapat berubah dari waktu ke waktu.

Menurut Sartono (2001: 225), struktur modal merupakan perimbangan pembelanjaan jangka panjang yang permanen, yaitu perimbangan antara hutang jangka panjang dan saham preferen dengan modal sendiri diluar hutang jangka pendek. Modal sendiri termasuk modal saham biasa, surplus modal, dan laba ditahan.

Hakikat pemenuhan dan pengalokasian dana menyangkut masalah keseimbangan finansial dalam perusahaan, yaitu mengadakan keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang dibutuhkan serta mencari susunan kualitatif dari aktiva akan menentukan struktur kekayaan, sedangkan pemilihan susunan kualitatif dari pasiva akan menentukan struktur keuangan.


(27)

Struktur keuangan atau biasa disebut struktur modal merupakan kombinasi atau bauran segenap pos yang masuk ke dalam sisi kanan neraca pendanaan perusahaan, sedangkan Weston dan Copeland (1997: 34) mengartikan struktur modal adalah bagaimana cara perusahaan membiayai aktivanya, struktur dapat dilihat pada seluruh sisi kanan neraca yang terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, modal pemegang saham itu sendiri.

Konsep penting lainnya dalam struktur pendanaan adalah faktor leverage, dalam manajemen pendanaan, leverage adalah penggunaan asset dan sumber dana (sources of funds) oleh perusahaan dengan maksud meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham (Sartono, 1996: 23). Konsep leverage tersebut sangat penting terutama untuk menunjukkan kepada analisa pendanaan dalam melihat trade – off antara resiko dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe keputusan finansial.

Tingkat pertumbuhan penjualan masa depan merupakan ukuran sampai sejauh mana laba per saham suatu perusahaan dapat ditingkatkan oleh leverage, jika laba dan penjualan meningkat per tahun, maka pembiayaan dengan hutang dengan beban tetap tertentu akan meningkatkan pendapatan pemilik saham, perusahaan harus mempertimbangkan keuntungan menggunakan leverage dengan adanya kesempatan untuk meningkatkan modal saham ketika harga sahamnya tinggi.

Perusahaan dengan tingkat penjualan yang stabil dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil, perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan dan profitabilitas tinggi


(28)

cenderung akan menggunakan hutang yang lebih besar, karena penggunaan hutang yang besar akan dapat meningkatkan rentabilitas modal sendiri yang ditunjukkan oleh ratio antara laba bersih dengan modal sendiri yang digunakan.

Weston dan Brigham (1994: 72) menyatakan bahwa struktur aktiva yang fleksibel cenderung menggunakan leverage lebih besar daripada perusahaan yang struktur aktivanya tidak fleksibel mengemukakan bahwa apabila aktiva perusahaan cocok untuk dijadikan agunan kredit, maka perusahaan tersebut akan cenderung menggunakan jumlah hutang yang lebih besar.

Aktiva multiguna dapat digunakan untuk tujuan tertentu, dengan demikian perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagai agunan hutang akan cenderung menggunakan hutang yang lebih besar.

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva. Mulyadi (2006: 89) mengemukakan bahwa perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil, oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil, dengan demikian, ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur pendanaan dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahan, ada kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar.

Keuntungan penggunaan leverage pada perusahaan adalah melalui pembayaran bunga sebagai biaya yang dapat mengurangi pajak. Konsekuensinya, total dana yang tersedia untuk membayar pemegang saham akan lebih besar jika


(29)

perusahaan menggunakan hutang. Horne (1995: 56) menyatakan bahwa keuntungan penggunaan hutang di dalam suatu perusahaan adalah pajak, karena beban bunga yang dibayarkan perusahaan merupakan pengurang pajak atau penghematan pajak. Semakin tinggi beban pajak perusahaan semakin besar keuntungan dari penggunaan hutang.

Sutrisno (2001: 43) mengemukakan bahwa bila ada pajak maka perubahan struktur modal menjadi relevan, hal ini disebabkan karena bunga yang dibayarkan berfungsi sebagai pengurang pajak atau sebagai tax deductable.

Bagi perusahaan yang menggunakan hutang bisa menghemat pajak dan tentunya dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik atau meningkatkan rentabilitas modal sendiri. Nilai perusahaan yang menggunakan hutang lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang yaitu sebesar present value penghematan tersebut.

Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menggunakan hutang akan mendapatkan penghematan pajak, akibatnya perusahaan cenderung menggunakan sumber dana dari hutang yang lebih besar, hal ini tentu saja berpengaruh terhadap struktur pendanaan dan RMS perusahaan. Karena dengan adanya penghematan pajak dapat memperbesar earning after taxes (EAT) yang diperoleh.

Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, setiap perusahaan menginginkan adanya pertumbuhan disamping dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham namun kedua tujuan tersebut selalu bertentangan.


(30)

Semakin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, semakin kecil laba yang dapat ditahan sebagai akibatnya menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan. Jika perusahaan menahan sebagian besar pendapatannya dalam perusahaan, berarti bagian pendapatan yang tersedia untuk dibayarkan sebagai dividen akan semakin kecil (Riyanto, 1995: 63).

Uraian di atas, terlihat bahwa semakin tinggi prosentase bagian laba yang ditetapkan untuk pembayaran dividen, semakin kecil bagian laba (dana) untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan, hal ini berarti berpengaruh terhadap struktur pendanaan karena dapat memperkecil jumlah modal sendiri yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap memperkecil jumlah modal sendiri yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki.

Sementara itu Riyanto (1995: 65) mengemukakan bahwa salah satu fungsi penting dari manajer pendanaan adalah menentukan alokasi keuntungan netto sesudah pajak untuk pembayaran dividen di satu pihak dan untuk laba di tahan di lain pihak dimana keputusan tersebut dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.2.1.1 Komponen Struktur Modal

Struktur modal suatu perusahaan, secara umum terdiri atas beberapa komponen (Aliansyah, 2001:9), yaitu :

1. Hutang jangka panjang (long term debt), yaitu hutang yang masa jatuh tempo pelunasannya lebih dari sepuluh tahun. Komponen ini terdiri dari :


(31)

a. Hutang hipotik (mortage), adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan), kecuali kapal, dan cara pembayaran tertentu.

b. Obligasi (bond), adalah sertifikat yang menunjukkan pengakuan bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu.

2. Modal sendiri (equity), yang terdiri atas saham preferen (preferred stock) dan saham biasa (common stock).

a. Saham preferen (preferred stock), yaitu bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang.

b. Saham biasa (common stock), yaitu bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan oleh para investor, dimana pemilik saham ini, dengan memiliki saham berarti ia membeli prospek dan siap menanggung segala risiko sebesar dana yang ditanamkan.

2.2.1.2 Teori Struktur Modal

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, jika keputusan investasi dan kebijakan dividen dipegang konstan, dengan kata lain, seandainya perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang (atau sebaliknya) apakah harga saham akan berubah, apabila perusahan tidak merubah keputusan-keputusan keuangan lainnya.


(32)

Struktur modal yang optimal adalah suatu struktur di mana biaya marginal riil dari masing-masing sumber pembelanjaan adalah sama. Dengan biaya riil kita maksudkan adalah jumlah biaya implisit dan eksplisit (Husnan, 2001: 355).

Bagi dana yang berbentuk modal sendiri, biaya dananya tidak nampak, meskipun demikian tidak berarti bahwa biaya dananya lebih murah dari dana dalam bentuk hutang. Biaya dana (cost of capital) untuk dana dalam bentuk modal sendiri merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik dana tersebut sebelum mereka menyerahkan dananya ke perusahaan, tingkat keuntungan ini belum tentu lebih kecil apabila dibandingkan dengan bunga pinjaman. (Husnan, 2001: 215).

Balancing Theories menurut Husnan (2001: 75) disebut sebagai teori-teori keseimbangan, karena tujuannya adalah untuk menyeimbangkan komposisi hutang dan modal sendiri. Pembicaraan balanching theories dimulai dari keadaan yang ekstrem, yaitu pada kondisi pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak. Tentu saja kondisi seperti ini tidak pernah kita jumpai dalam dunia yang nyata. Setelah balancing theories, kemudian akan dibicarakan pecking order theory, yang menjelaskan preferensi perusahaan akan sumber-sumber pendanaan.

2.2.1.3 Faktor yang menentukan pemilihan struktur modal

Husnan (2001) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menentukan pemilihan struktur modal antara lain :


(33)

1. Lokasi distribusi Keuntungan

Lokasi distribusi keuntungan adalah seberapa besar nilai yang diharapkan dari keuntungan perusahaan.

2. Stabilitas Penjualan dan Keuntungan

Stabilitas penjualan mampengaruhi kestabilan keuntungan. Semakin stabil keuntungan, berarti semakin sempit penyebarannya.

3. Kebijakan Deviden

Banyak perusahaan yang mencoba menggunakan kebijakan dividen yang stabil, yaitu membayarkan jumlah deviden dalam jumlah yang konstan.

4. Pengendalian (control)

Perusahaan memilih menggunakan “leverage” yang agak tinggi daripada mengeluarkan saham yang baru. Hal ini disebabkan karena mereka enggan membagi kepemilikan (yang berarti juga kontrol).

5. Resiko kebangkrutan

Tingkat bunga pinjaman akan berbeda dengan jumlah yang cukup besar karena adanya resiko kebangkrutan

2.2.1.4 Struktur modal yang optimum

Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan pemenuhan dengan sumber dari dalam perusahaan akan sangat mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar.

Apabila kebutuhan dana sudah meningkat karena pertumbuhan perusahaan, dan dana dari sumber intern sudah digunakan semua, maka tidak ada


(34)

pilihan lain, selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik dari hutang maupun dengan mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan akan dananya.

Oleh karena itu perlu diusahakan adanya keseimbangan yang optimal antara kedua sumber dana tersebut. Jika kita mendasarkan pada prinsip hati-hati, maka kita mendasarkan pada aturan struktur finansial yang konservatif dalam mencari struktur modal yang optimal.

2.2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal

Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal menurut Riyanto (1995; 296) adalah sebagai berikut:

1. Tingkat bunga

Pada waktu perusahaan merencanakan kebutuhan modal adalah sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku pada waktu itu.

2. Stabilitas dari “ Earning ”

Stabilitas dan besarnya “earning” yang diperoleh oleh suatu perusahaan akan menentukan apakah perusahaan tersebut dibenarkan untuk menarik modal dengan beban tetap atau tidak.

3. Susunan dari aktiva

Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri.


(35)

4. Kadar resiko dari aktiva

Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva di dalam perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang waktu penggunaan suatu aktiva di dalam perusahaan makin besar derajat resikonya.

5. Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan

Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar maka dirasakan perlu bagi perusahaan tersebut untuk mengeluarkan beberapa golongan, securities secara bersama-sama, sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan modal yang tidak terlalu besar cukup hanya mengeluarkan satu golongan securities saja.

6. Keadaan pasar modal

Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang konjungtur.

7. Sifat manajemen

Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh yang langsung dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan data.

8. Besarnya suatu perusahaan

Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.


(36)

2.2.2 Ukuran Perusahaan (Size)

Hamzah, dkk (2008) menyatakan bahwa size atau ukuran perusahaan adalah menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Memiliki total asset yang besar akan memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan.

Turiyasingura (2000) dalam Wahidahwati (2002: 613) menyebutkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan semakin besar pula rasio deviden, hal tersebut terjadi karena perusahaan yang size (ukuran perusahaan tinggi) cenderung ingin melindungi pemegang saham dengan meningkatkan rasio devidennya dengan tujuan agar perusahaan tersebut selalu direspon positif, sehingga meningkatkan nilai perusahaan, sedangkan menurut Jensen (1992), Chen dan Steiner (1999) dalam Wahidahwati (2002:613) mengatakan bahwa semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan, maka earning yang diperoleh juga tinggi.

2.2.3 Aset Berwujud (Tangibility)

Menurut Munandar (1998:6), Tangible assets merupakan bagian dari Fixed assets, ialah harta tetap yang berwujud atau materiil, yang dapat ditangkap dengan panca indra terutama mata. Aktiva – aktiva yang dapat digunakan lebih dari satu periode seperti tanah, gedung, mesin, dan alat – alat, perabot, kendaraan, dan lain – lain. Cara mencantumkan didalam neraca dimulai dari yang paling tetap (paling panjang umurnya), disusul dengan yang lebih pendek umurnya. Sedangkan menurut Hamzah, dkk (2008) bahwa tangibility merupakan analisis


(37)

yang digunakan untuk menghitung seberapa besar aset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang.

Untuk aktiva tetap yang didepresiasi, maka di neraca harus ditunjukan harta perolehan dan akumulasi depresiasinya. Menurut Baridwan (1990: 22) bahwa Jenis – jenis tangible assets antara lain :

1. Investment (Investasi), ialah penanaman (penggunaan) modal dalam bentuk assets dengan tujuan tidak untuk dipergunakan waktu sekarang, melainkan untuk dipergunakan diwaktu yang akan datang (yang jaraknya dengan waktu sekarang lebih dari satu tahun), dan yang termasuk jenis investasi antara lain : a. Investment in Funds

b. Investment in Bond c. Investment in Stock

2. Plant and Equipment (tanah dan perlengkapan – perlengkapan / peralatan), ialah harta yang berupa tanah dan harta – harta lain yang merupakan harta tetap yang dipergunakan untuk usaha perusahaan pada waktu sekarang. Yang termauk dalam jenis Plant and Equitment ini, antara lain :

a. Land (tanah) b. Bangunan c. Mesin

Variabel tangible assets diukur dengan menggunakan rasio antara fixed assets dengan total assets, penggunaan fixed assets dalam pengukuran variabel ini karena fixed assets dapat memberikan gambaran mengenai besar kecilnya jaminan


(38)

yang dapat digunakan oleh suatu perusahaan untuk melunasi utang (Hamzah, dkk, JREM, 2008).

Fixed Asset + Persediaan

Tangible Asset = X 100% Total Asset

2.2.4. Profitabilitas (Profitability)

Menurut Hamzah, dkk (2008) bahwa profitabilitas dimaksudkan untuk melihat seberapa besar laba yang diperoleh dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki. Namun dalam penelitian ini profitabilitas dikaitkan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan utang. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan dari pertama, laba ditahan, kemudian utang, dan terakhir penjualan saham baru. Meskipun secara teoritis sumber modal yang biayanya paling murah adalah utang, kemudian saham preferen dan yang paling mahal adalah saham biasa dan laba ditahan. Pertimbangan lain adalah bahwa direct cost untuk pembiayaan eksternal lebih tinggi dibanding dengan pembiayaan internal. Selanjutnya penjualan saham baru justru merupakan signal negatif karena pasar mengintrespestasikan perusahan dalam keadaan kesulitan likuiditas. Penjualan saham baru tidak jarang mengakibatkan terjadinya delusi dan pemegang saham akan mempertanyakan kemana laba yang diperoleh selama ini? Hal ini juga tidak terlepas adanya


(39)

informasi yang tidak simetris atau simmetrik information antara manajemen dengan pasar. Manajemen jelas memiliki informasi yang lebih tentang prospek perusahaan dibanding dengan pasar. Dengan demikian jika tidak ada alasan yang kuat seperti untuk deversifikasi misalnya, maka penjualan saham baru justru akan mengakibatkan harga saham turun.

Menurut Indriyo (2002: 5), perusahaan merupakan organisasi yang mencari untung, maka tujuan dari perusahaan biasanya dinyatakan dalam bentuk uang. Dalam hal ini terdapat dua tujuan utama yaitu maksimisasi keuntungan (profit) dan maksimisasi kemakmuran (wealth).

Sehubungan dengan tujuan perusahaan berupa profit maximation, perusahaan berupaya meningkatkan profitabilitas. Profitabilitas merupakan ukuran tingkat efisiensi dan keberhasilan usaha yang dapat dicapai perusahaan.

Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai investasi. Dengan kata lain semakin besar keuntungan yang diperoleh maka akan semakin besar kemampuan perusahaan dalam investasinya.

2.2.5. Pengaruh Size Terhadap Struktur Modal

Menurut Hamzah, dkk (2008) bahwa size atau ukuran perusahaan adalah menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset perusahaan maka akan semakin besar pula


(40)

ukuran perusahaan tersebut. Memiliki total asset yang besar akan memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan.

Weston dan Brigham (1994: 250) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dalam penelitian ini maksudnya adalah logaritma dari jumlah aktiva perusahaan pada satu periode tahun tertentu. Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas dan setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh kecil serta dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Pada perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan.

Riyanto (1995: 299) menyatakan bahwa perusahaan yang besar biasanya mempunyai saham yang tersebar sangat luas, sehingga akan memberikan perlindungan terhadap kerugian dari sudut kreditor dengan demikian dan akan memudahkan perusahaan untuk mendapatkan utang dimasa mendatang

Weston dan Copeland (1992: 20) menyatakan bahwa total asset yang baik akan memberikan dampak kepada pemulihan struktur modal. Jika total asset meningkat dengan prosentase tertentu tiap tahun, maka struktur modal tersebut akan semakin mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya. Penjualan dan pendapatan yang meningkat juga dapat memberi dampak meningkatnya harga saham perusahaan, sehingga nilai pasar modal sendiri meningkat, hal ini menguntungkan bagi pendanaan modal sendiri. Perusahaan harus mempertimbangkan antara keuntungan, penggunaan hutang dengan kesempatan untuk memperbesar nilai modal sendiri pada saat harga saham tertinggi.


(41)

2.2.6. Pengaruh Tangibility Terhadap Struktur Modal

Riyanto (1995: 28) menyatakan bahwa tangibility diukur dari perbandingan dari nilai aktiva tetap yang dibandingkan dengan total aktiva. Struktur aktiva mempengaruhi struktur modal perusahaan dalam beberapa cara. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang, terutama permintaan akan produk cukup meyakinkan, akan banyak menggunakan hutang jangka panjang. Perusahaan yang sebagian besar aktivanya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada pembiayaan hutang jangka panjang dan lebih tergantung pada pembiayaan jangka pendek. Tetapi sebaliknya jika aktiva tetap tersebut dapat dijual maka dapat menambah aktiva lancar perusahaan sehingga perusahaan dapat mengurangi proporsi jumlah hutang yang digunakan. Jika perusahaan mampu melakukan pembiayaan dengan modal sendiri, keadaaan ini akan membuat perusahaan tidak terlalu tergantung kepada pihak luar.

Riyanto (1997: 28) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang, terutama permintaan akan produk cukup meyakinkan, akan banyak menggunakan hutang jangka panjang. Perusahaan yang sebagian besar aktivanya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada pembiayaan hutang jangka panjang dan lebih tergantung pada pembiayaan jangka pendek. Tetapi sebaliknya jika aktiva tetap tersebut dapat dijual maka dapat menambah aktiva lancar perusahaan sehingga perusahaan dapat mengurangi proporsi jumlah hutang yang digunakan.


(42)

2.2.7. Pengaruh Profitability Terhadap Struktur Modal

Sartono (2001: 248) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan utang. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan dari pertama, laba ditahan, kemudian utang, dan terakhir penjualan saham baru. Meskipun secara teoritis sumber modal yang biayanya paling murah adalah utang, kemudian saham preferen dan yang paling mahal adalah saham biasa dan laba ditahan.

Wright (1992: 17) menyatakan bahwa profitabilitas akan mencapai maksimum apabila laba atas penjualan adalah pada tingkat tertinggi dan modal investasi pada tingkat terendah. Perlunya menambah volume penjualan atau tidak, tergantung dari pengaruhnya terhadap tingkat laba penjualan dan juga terhadap tingkat modal investasi. Meningkatnya potensi untuk memperoleh laba dengan meningkatnya volume penjualan, mungkin lebih besar daripada sekedar dapat menutup turunnya laba penjualan dan atau meningkatnya kebutuhan modal. Jikalau tidak demikian berarti bahwa ekspansi tidak mendatangkan tambahan laba. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas yang tinggi apabila laba atas penjualan tinggi sehingga menyebabkan struktur modal juga semakin tinggi.

Jadi dapat disimpulkan semakin tinggi tingkat pengembalian yang dimiliki oleh perusahaan, maka akan semakin rendah struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga net profit margin mempunyai hubungan yang negatif dengan struktur modal perusahaan.


(43)

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, dan landasan teori pada penelitian ini. Maka kerangka konseptual yang dipakai oleh peneliti untuk menganalisis hubungan dan pengaruh antara ukuran perusahaan (size), aset berwujud (tangibility) dan profitabilitas (profitability) terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual


(44)

32

2.4 Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan teori-teori penunjang yang telah memperkuat permasalahan tersebut, maka diajukan suatu hipotesis atau dugaan sementara, antara lain :

1. Diduga bahwa ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif terhadap struktur modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2. Diduga bahwa aset berwujud (tangibility) berpengaruh positif terhadap

struktur modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3. Diduga bahwa profitabilitas (profitability) berpengaruh negatif terhadap struktur modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI)


(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Size / ukuran perusahaan (X1) adalah menggambarkan besar kecilnya suatu

perusahaan yang dilihat dari besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. (Hamzah, dkk, JREM, 2008). Dalam penelitian ini ukuran perusahaan

diproxy dengan nilai natural log of total assets (Narsa, dkk, 2003), mulai

tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.

2. Tangibility / aset berwujud (X2) merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan

jaminan atas hutang. Tangibil ity / aset berwujud (X2) menggunakan satuan

Prosentase (%).

Adapun rumus tangibility / aset berwujud (X2) adalah sebagai berikut

(Hamzah, dkk, JREM, 2008):

Fixed Asset + Persediaan

Tangible Asset = X 100%

Total Asset

3. Profitability / profitabilitas (X3) merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan membandingkan laba bersih setelah pajak


(46)

3) menggunakan satuan Prosentase (%).

Adapun rumus profitability / profitabilitas (X3) adalah sebagai berikut

(Narsa, dkk, 2003):

Net Profit After Tax

Profitability = x 100%

Net Sales

4. Struktur modal (Y) berkaitan dengan penentuan jenis sumber modal yang

ada yang akan digunakan melakukan kegiatan pembiayaan perusahaan. Struktur Modal merupakan campuran antara hutang jangka panjang, hutang jangka pendek, saham, dan laba yang ditahan. Perhitungan struktur modal

dilakukan dengan cara membagi total hutang dengan modal sendiri (total

equity). (Hamzah, et.al, JREM, 2008)

Adapun rumus struktur modal (Y) adalah sebagai berikut:

Total Hutang

Struktur Modal = X 100% Modal Sendiri

3.2. Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverages yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2005 – 2009 yang memenuhi

kriteria tersebut antara lain : Perusahaan food and beverages yang tercatat laporan

keuangannya secara lengkap di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2005 – 2009. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 17 perusahaan.


(47)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sensus yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel. Sehingga populasi dan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 17 perusahaan.

3.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

a. Jenis Data

Data yang digunakan untuk memenuhi keperluan penelitian ini bersumber

dari data sekunder yang diambil dari laporan tahunan perusahaan food and

beverages di Indonesia yang go public dan terdaftar dalam Bursa Efek

Indonesia.

b. Sumber Data

Sumber data yang digunakan untuk memenuhi keperluan penelitian ini di peroleh dari:

- Bursa Efek Indonesia

- Literatur

- dan sumber-sumber lain

c. Pengumpulan Data

Pengumpulan data sekunder diambil dengan teknik dokumentasi dan teknik pengumpulan data historis perusahaan yang telah didokumentasikan dan masih berlaku saat ini. Kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian


(48)

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Di atas telah dijelaskan bahwa dalam penetilian ini diperlukan teknik analisis yang menggunakan model regresi linier dan pengujian hipotesis menggunakan uji t dan uji f dengan hipotesis sebagai berikut :

1. Menghitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat berdasarkan

laporan keuangan tahunan perusahaan maka dapat dihitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat yang diperlukan untuk analisis.

2. Meregresikan variabel bebas dengan variabel terikat

Untuk menganalisis permasalahan digunakan regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut :

Y = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + ei

... (Sudrajat, 2001:112)

Keterangan :

Y = Struktur Modal

X1 = Ukuran Perusahaan (Size)

X2 = Aset Berwujud (Tangibility)

X3 = Profitabilitas (Profitability)

0 = Konstanta

1,...,3 = Koefisien regresi


(49)

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Untuk mendukung keakuratan hasil model regresi, maka perlu dilakukan penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil dari asumsi klasik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2001 : 57). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.

Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai VIF. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya, jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinieritas tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolinieritas yang masih ditolerir (Ghozali, 2001: 57).

2. Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka disebut terdapat heteroskedastisitas. Metode regresi yang baik


(50)

38

Kaidah pengambilan keputusan :

- Apabila nilai signifikan hitung (sig) > tingkat significant α = 0,05 maka H0

diterima, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

- Apabila nilai signifikan (sig) < tingkat significant α = 0,05 maka H0 ditolak,

berarti terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2001 : 77).

3. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional)” (Gujarati, 1995 : 201). Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Artinya nilai

residual (Y observasi – Y prediksi ) pada waktu ke –t (et) tidak boleh ada

hubungan dengan nilai residual periode sebelumnya (e t-1). Identifikasi ada atau

tidaknya gejala autokorelasi dapat dites dengan menghitung nilai Durbin Watson (d tes)

Banyaknya data time series minimal yang dapat dihitung dengan Durbin Watson adalah enam buah data dengan satu variabel. Tabel Durbin Watson yang lebih lengkap dapat diperoleh di buku Basic Econometrics edisi ketiga, penerbit Mc Graw Hill tahun 1995.

Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva di bawah ini.

Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada

autokorelasi negatif ada a ut o kore la si pos it if daerah keragu raguan ada a ut o kore la si ne ga ti f daerah keragu raguan


(51)

3.4.3. Uji Hipotesis

Menurut Sudrajat (2001: 117), “Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat”. Penelitian ini

menggunakan uji t untuk menguji pengaruh secara parsial variabel size (X1),

tangibility (X2) dan profitability (X3) terhadap struktur modal pada perusahaan food and beverages (Y) di Indonesia

Adapun langkah-langkah pengujian menggunakan uji t adalah sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis statistik sebagai berikut:

a. Ho: i = 0, ada pengaruh secara parsial variabel size (X1), tangibility

(X2) dan profitability (X3) terhadap struktur modal pada

perusahaan food and beverages (Y) di Bursa Efek Indonesia

(BEI).

b. H1: salah satu i  0, tidak ada pengaruh secara parsial variabel size (X1),

tangibility (X2) dan profitability (X3) terhadap struktur

modal pada perusahaan food and beverages (Y) di Bursa

Efek Indonesia (BEI).

2. Menentukan titik kritis (level of significant)

Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas (n–k–1), dimana n = jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel.

3. Merumuskan besarnya thitung menggunakan rumus berikut:

thitung = Sb

b


(52)

40

Keterangan :

b = koefisien regresi

Sb = standard deviasi dari koefisien regresi 4. Kriteria pengujian

a. Jika tingkat signifikan (sig t) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak,

yang berarti bahwa tidak ada pengaruh secara parsial variabel size (X1),

tangibility (X2) dan profitability (X3) terhadap struktur modal pada

perusahaan food and beverages (Y) di Bursa Efek Indonesia (BEI)

b. Jika tingkat signifikan (sig t) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima,

yang berarti bahwa ada pengaruh secara parsial variabel size (X1),

tangibility (X2) dan profitability (X3) terhadap struktur modal pada


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian

Data yang digunakan dalam analisis ini adalah laporan keuangan yang

diterbitkan oleh beberapa perusahaan food and beverages yang go public di Bursa

Efek Indonesia dan memberikan laporan keuangan periode 2005 - 2009 yang

berjumlah 17 perusahaan, antara lain: PT. Aqua Golden Mississippi Tbk, PT. Cahaya Kalbar Tbk, PT. Davomas Abadi Tbk, PT. Delta Djakarta Tbk, PT. Fast Food Indonesia Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, PT. Prashida Aneka Niaga Tbk, PT. Sekar Laut Tbk, PT. Siantar Top Tbk, PT. Sierad Produce Tbk, PT. SMART Tbk, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT. Tunas Baru Lampung Tbk, dan PT. Ultra Jaya Milk Tbk

4.1.1. Struktur modal (Y) perusahaan food and beverages yang go public di BEI

Struktur modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan penentuan jenis sumber modal yang ada yang akan digunakan melakukan

kegiatan pembiayaan perusahaan. Struktur modal dari perusahaan food and

beverages yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diambil dari

laporan keuangan secara periodik per 31 Desember tiap tahunnya selama periode 2005 - 2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(54)

Tabel 4.1

Nilai Debt EquityRatio (DER) Pada Perusahaan Food And Beverages

Periode 2005 – 2009

Tahun No Nama Perusahaan

2005 2006 2007 2008 2009 1 PT. Aqua Golden Mississippi Tbk 0,78 0,77 0,74 0,71 0,73 2 PT. Cahaya Kalbar Tbk 0,83 0,48 1,8 1,45 0,89 3 PT. Davomas Abadi Tbk 1,24 1,77 2,27 4,45 5,28 4 PT. Delta Djakarta Tbk 0,32 0,31 0,29 0,34 0,27 5 PT. Fast Food Indonesia Tbk 0,66 0,68 0,62 0,63 0,63 6 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 2,33 2,13 2,62 3,11 2,45 7 PT. Mayora Indah Tbk 0,61 0,58 0,73 1,32 1,03 8 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 1,52 2.08 2,14 1,73 8,44 9 PT. Pioneerindo Gourmet

International Tbk 33.05 832,63 64,47 15,28 4,07 10 PT. Prashida Aneka Niaga Tbk 2,31 1,87 2,14 1,63 1,44 11 PT. Sekar Laut Tbk 4,45 3,03 0,9 1,00 0,73 12 PT. Siantar Top Tbk 0,45 0,36 0,44 0,72 0,36 13 PT. Sierad Produce Tbk 0,23 0,13 0,29 0,34 0,39 14 PT. SMART Tbk 1,38 1,06 1,29 1,17 1,13 15 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 2,76 2,82 3,65 1,6 2,14 16 PT. Tunas Baru Lampung Tbk 1,83 1,37 1,62 2,15 1,8 17 PT. Ultra Jaya Milk Tbk 0,54 0,53 0,64 0,53 0,45

Sumber : Indonesian Capital Market Directory di BEI, tahun 2010

Berdasarkan tabel 4.1, bahwa telah terjadi penurunan struktur modal periode tahun 2005 - 2009 pada PT. Aqua Golden Mississippi Tbk yaitu dari 0,78 tahun 2005 menjadi 0,73 tahun 2009, PT. Fast Food Indonesia Tbk yaitu dari 0,66 tahun 2005 menjadi 0,63 tahun 2009, PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk yaitu dari 33.05 tahun 2005 menjadi 4,07 tahun 2009, PT. Prashida Aneka Niaga Tbk yaitu dari 2,31 tahun 2005 menjadi 1,44 tahun 2009, PT. Sekar Laut Tbk yaitu dari 4,45 tahun 2005 menjadi 0,73 tahun 2009, PT. Siantar Top Tbk yaitu dari 0,45 tahun 2005 menjadi 0,36 tahun 2009, dan PT. SMART Tbk yaitu dari 1,38 tahun 2005 menjadi 1,13 tahun 2009


(55)

4.1.2. Size (X1) Perusahaan Food And Beverages yang go public di BEI

Ukuran perusahaan (size) adalah menggambarkan besar kecilnya suatu

perusahaan yang dilihat dari besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset

perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Ukuran

perusahaan (size) dari perusahaan food and beverages yang go public di Bursa

Efek di Indonesia (BEI) yang diambil dari laporan keuangan secara periodik per 31 Desember tiap tahunnya selama periode 2005 – 2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2

Ukuran Perusahaan (Size) Pada Perusahaan Food And Beverages

Periode 2005 – 2009

Tahun No Nama Perusahaan

2005 2006 2007 2008 2009 1 PT. Aqua Golden Mississippi Tbk 5,86 5,9 5,95 6 6,06 2 PT. Cahaya Kalbar Tbk 5,52 5,45 5,79 5,78 5,75 3 PT. Davomas Abadi Tbk 6,24 6,43 6,59 6,56 6,45 4 PT. Delta Djakarta Tbk 5,73 5,76 5,77 5,84 5,88 5 PT. Fast Food Indonesia Tbk 5,58 5,68 5,8 5,89 6,02 6 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 7,17 7,21 7,47 7,6 7,61 7 PT. Mayora Indah Tbk 6,16 6,19 6,28 6,47 6,51 8 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 5,76 5,79 5,79 5,97 6 9 PT. Pioneerindo Gourmet

International Tbk 4,88 4,88 4,87 4,91 4,96 10 PT. Prashida Aneka Niaga Tbk 5,45 5,46 5,46 5,46 5,55 11 PT. Sekar Laut Tbk 4,98 4,98 5,26 5,3 5,29 12 PT. Siantar Top Tbk 5,68 5,67 5,71 5,8 5,74 13 PT. Sierad Produce Tbk 6,06 6,05 6,11 6,14 6,22 14 PT. SMART Tbk 6,66 6,73 6,91 7 7,01 15 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 5,55 5,56 5,71 6,01 6,13 16 PT. Tunas Baru Lampung Tbk 6,16 6,31 6,39 6,45 6,45 17 PT. Ultra Jaya Milk Tbk 6,1 6,1 6,13 6,24 6,24


(56)

Berdasarkan tabel 4.2, bahwa telah terjadi penurunan pada ukuran

perusahaan (size) pada perusahaan food and beverages periode tahun 2005 - 2009

yaitu pada PT. Cahaya Kalbar Tbk dari 0,78 tahun 2008 menjadi 0,75 tahun 2009, PT. Davomas Abadi Tbk yaitu dari 6,56 tahun 2008 menjadi 6,45 tahun 2009, PT. Sekar Laut Tbk yaitu dari 5,3 tahun 2008 menjadi 5,29 tahun 2009, dan PT. Siantar Top Tbk yaitu dari 5,8 tahun 2008 menjadi 5,74 tahun 2009.

4.1.3. Tangibility (X2) Perusahaan Food And Beverages yang go public di

BEI

Aset berwujud (tangibility) adalah analisis yang digunakan untuk

menghitung seberapa besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan

atas hutang. Aset berwujud (tangibility) dari perusahaan food and beverages yang

go public di Bursa Efek di Indonesia (BEI) yang diambil dari laporan keuangan secara periodik per 31 Desember tiap tahunnya selama periode 2005 – 2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(57)

Tabel 4.3

Aset Berwujud (Tangib Food And Beverages

Periode 2005 – 2009

ility) Pada Perusahaan

Tahun No Nama Perusahaan

2005 2006 2007 2008 2009 1 PT. Aqua Golden Mississippi Tbk 42,61 35,25 36,67 35,76 33,25 2 PT. Cahaya Kalbar Tbk 70,49 62,31 68,75 49,88 53,26 3 PT. Davomas Abadi Tbk 68,25 69,43 70,95 85,58 79,01 4 PT. Delta Djakarta Tbk 32,82 28,99 27,35 28,42 24,44 5 PT. Fast Food Indonesia Tbk 32,12 32,79 30,86 32,19 27,16 6 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 59,07 58,44 41,48 39,52 39,44 7 PT. Mayora Indah Tbk 61,9 62,37 54,99 53,54 53,64 8 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 71,55 74,25 68,76 53,47 53,49 9 PT. Pioneerindo Gourmet

International Tbk 41,25 38,78 38,18 37,31 35,38 10 PT. Prashida Aneka Niaga Tbk 73,91 75,3 64,36 66,47 64,41 11 PT. Sekar Laut Tbk 45,26 53,57 65,02 67,24 73,87 12 PT. Siantar Top Tbk 70,31 71,96 79,95 80,45 79,83 13 PT. Sierad Produce Tbk 56,3 53,62 64,54 58,23 40,84 14 PT. SMART Tbk 42,9 44,28 42,98 41,92 54,15 15 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 72,14 69,2 74,68 74,23 57,79 16 PT. Tunas Baru Lampung Tbk 49,38 43,6 52,46 42,65 44,87 17 PT. Ultra Jaya Milk Tbk 75,75 75,1 77,58 60,36 68,82

Sumber

: Indonesian Capital Market Directory di BEI, tahun 2010

Berdasarkan tabel 4.3, bahwa telah terjadi penurunan aset berwujud (tangibility) pada perusahaan food and beverages periode tahun 2005 - 2009 dari 17 perusahaan terdapat 13 perusahaan yang mengalami penurunan aset berwujud (tangibility) yaitu antara lain PT. Aqua Golden Mississippi Tbk, PT. Cahaya Kalbar Tbk, PT. Delta Djakarta Tbk, PT. Fast Food Indonesia Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk, PT. Prashida Aneka Niaga Tbk,


(58)

PT. Sierad Produce Tbk, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT. Tunas Baru Lampu

donesia (BEI) yang diambil dari laporan keuangan

secara periodik per 31 Desember tia selama periode 2005 – 2009 dapat

dilihat p

Tabel 4.4

Pro bility) Pad sah ood eve

ode 20

Tahun

ng Tbk, PT. Ultra Jaya Milk Tbk.

4.1.4. Profitability (X3) perusahaan food and beverages yang go public di BEI

Profitabilitas (profitability) dimaksudkan untuk melihat seberapa besar

laba yang diperoleh dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki. Namun dalam penelitian ini profitabilitas dikaitkan dengan total aktiva yang dimiliki

perusahaan. Profitabilitas (profitability) dari perusahaan food and beverages yang

go public di Bursa Efek di In

p tahunnya ada tabel berikut ini :

fitabilitas (Profita a Peru aan F And B rages

Peri 2005 – 09

No Nama Perusahaan

2005 2006 2007 2008 2009 1 PT. Aqua Golden Mississippi Tbk 4,12 2,93 3,38 1,47 1,4 2 PT. Cahaya Kalbar Tbk -8,97 3,91 3,04 1,42 4,14 3 PT. Davomas Abadi Tbk 8,04 11,61 7,44 -15,05 -55,84 4 PT. Delta Djakarta Tbk 13,03 10,91 10,76 12,43 17,08 5 PT. Fast Food Indonesia Tbk 4,02 5,4 6,45 6,19 7,42 6 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 0,66 3,01 3,52 2,67 5,59 7 PT. Mayora Indah Tbk 26,79 4,75 5,01 5,02 7,79 8 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 10,21 8,26 8,62 16,77 21,06 9 PT. Pioneerindo Gourmet

-International Tbk 3,06 1,27 0,1 2,07 4,83 10 PT. Prashida Aneka Niaga Tbk 30,54 2,28 -1,44 1,32 5,48 11 PT. Sekar Laut Tbk 54,73 2,39 2,42 1,36 4,63 12 PT. Siantar Top Tbk 1,66 2,6 2,6 0,77 6,55 13 PT. Sierad Produce Tbk -8,59 3,69 1,3 1,17 1,15 14 PT. SMART Tbk 6,53 13,34 12,24 6,5 5,27 15 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0,02 0,04 3,15 5,86 7,09


(59)

16 PT. Tunas Baru Lampung Tbk 0,51 4,43 5,27 1,6 7,75 17 PT. Ultra Jaya Milk Tbk 0,64 1,76 2,69 22,29 3,79

Sumber : Indonesian Capital Market Directory di BEI, tahun 2010

Berdasarkan tabel 4.4, bahwa telah terjadi penurunan profitabilitas (profitability) pada perusahaan food and beverages periode tahun 2005 - 2009 dari 17 perusahaan terdapat 7 perusahaan yang mengalami penurunan profitabilitas (profitability) yaitu antara lain PT. Aqua Golden Mississippi Tbk, PT. Davomas Abadi Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, PT. Prashida Aneka Niaga Tbk, PT. Sekar

T Tbk

4.2.

as menggunakan uji kolmogorov-smirnov dikatakan data

dipastikan dari populasi yang berdis mal jika nilai signifikansinya lebih

besar dari 0,05 (5%).

Tabel 4.5 Laut Tbk, dan PT. SMAR

Uji Kualitas Data 4.2.1. Uji Normalitas

Deteksi normalit

tribusi nor

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 85

Mean .0000000

Normal Parametersa,,b

Std. Deviation 86.38319636

Absolute .319

Positive .319

Most Extreme Differences

Negative -.266

Kolmogorov-Smirnov Z 2.945

Asymp. Sig. (2-tailed) .890 a. Test distribution is Normal.


(60)

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa dengan menggunakan uji ini diperoleh hasil analisis bahwa semua variable struktur modal

(Y), size (X1), tangibility (X2), dan profitability (X3) adalah berasal dari populasi

ang berdistribusi normal, sehingga dapat disimpulkan sebagian data memenuhi

an keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga dak boleh dilanggar oleh regresi linear

persam

ator), sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.

asil pengujian pengujian asumsi klasik/ BLUE disajikan sebagai berikut ini :

y

asumsi berdistribusi normal.

4.2.2. Uji Asumsi Klasik / BLUE

Persamaan regresi diatas harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiased

Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilk

asumsi dasar. Tiga asumsi dasar yang ti berganda, yaitu :

1. Tidak boleh ada autokorelasi.

2. Tidak boleh ada multikolinieritas.

3. Tidak boleh ada heteroskedasitas.

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka

aan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linear Unbiased

Estim


(1)

2005 377905 86.949 34.436 377905 32,12 41291 1028393 4,02 0,66

2006 483575 112205 46351 483575 32,79 68929 1276416 5,40 0,68

2007 629491 140050 54235 629491 30,86 102537 1589643 6,45 0,62 2008 784759 166690 85895 784759 32,19 125268 2022633 6,19 0,63 5 PT. Fast Food

Indonesia Tbk

2009 1041409 187611 95222 1041409 27,16 181997 2454360 7,42 0,63

2005 14786084 6.041.763 2.691.672 14786084 59,07 124018 18764650 0,66 2,33

2006 16112493 6440524 2.975.274 16112493 58,44 661210 21941558 3,01 2,13

2007 29527466 8079455 4169150 29527466 41,48 980357 27858304 3,52 2,62

2008 39594264 9586545 6061219 39594264 39,52 1034389 38799279 2,67 3,11

6 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

2009 40382953 10808449 5117484 40382953 39,44 2075861 37140830 5,59 2,45

2005 1459969 732.053 171.712 1459969 61,90 45730 170684 26,79 0,61 2006 1553377 738125 230681 1553377 62,37 93576 1971513 4,75 0,58

2007 1893175 774390 266716 1893175 54,99 141589 2828440 5,01 0,73

2008 2922998 1030725 534329 2922998 53,54 196230 3907674 5,02 1,32

7 PT. Mayora Indah Tbk

2009 3246499 1282771 458603 3246499 53,64 372158 4777175 7,79 1,03

2005 575385 340.640 71.057 575385 71,55 87014 852613 10,21 1,52 2006 610437 376774 76459 610437 74,25 73581 891001 8,26 2.08

2007 621835 362811 64747 621835 68,76 84385 978600 8,62 2,14

2008 941389 403172 100145 941389 53,47 222307 1325661 16,77 1,73 8 PT. Multi Bintang

Indonesia Tbk

2009 993465 420864 110497 993465 53,49 340458 1616264 21,06 8,44 2005 76412 22.300 9.217 76412 41,25 4658 152170 3,06 33.05 2006 75759 20026 9350 75759 38,78 -1851 145440 -1,27 832,63 2007 74009 19527 8731 74009 38,18 163 163777 0,10 64,47 2008 81755 21642 8862 81755 37,31 4287 207324 2,07 15,28 9

PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk


(2)

2005 284336 145.729 64.414 284336 73,91 118433 387830 30,54 2,31 2006 288085 135784 81142 288085 75,30 11847 519849 2,28 1,87

2007 291723 120264 67484 291723 64,36 -8646 600600 -1,44 2,14 2008 286965 117341 73413 286965 66,47 9448 713114 1,32 1,63 10 PT. Prashida Aneka

Niaga Tbk

2009 353629 117206 110570 353629 64,41 32450 592358 5,48 1,44

2005 94436 23.580 19.163 94436 45,26 91549 167282 54,73 4,45 2006 94770 25853 24916 94770 53,57 4637 193928 2,39 3,03 2007 182697 90511 28283 182697 65,02 5742 237050 2,42 0,9 2008 201003 91598 43549 201003 67,24 4271 313125 1,36 1 11 PT. Sekar Laut Tbk

2009 196186 99534 45384 196186 73,87 12803 276312 4,63 0,73

2005 477433 240.075 95.589 477433 70,31 10637 641698 1,66 0,45

2006 467491 239295 97096 467491 71,96 14426 555208 2,60 0,36

2007 517448 302176 111510 517448 79,95 15595 600330 2,60 0,44

2008 626750 327177 177039 626750 80,45 4816 624401 0,77 0,72 12 PT. Siantar Top Tbk

2009 548720 325884 112157 548720 79,83 41072 627115 6,55 0,36

2005 1157773 548.958 102.913 1157773 56,30 -122480 1425223 -8,59 0,23 2006 1113796 447080 150153 1113796 53,62 40954 1111242 3,69 0,13

2007 1294773 522951 312631 1294773 64,54 21196 1632454 1,30 0,29

2008 1384707 513848 292499 1384707 58,23 27254 2331686 1,17 0,34

13 PT. Sierad Produce Tbk

2009 1641295 647320 22907 1641295 40,84 37215 3242551 1,15 0,39

2005 4597227 1.335.673 636.641 4597227 42,90 304203 4656674 6,53 1,38

2006 5311931 1642037 710275 5311931 44,28 628005 4708250 13,34 1,06

2007 8063169 2005716 1460037 8063169 42,98 988944 8079715 12,24 1,29

2008 10025916 2862571 1340574 10025916 41,92 1046389 16094425 6,50 1,17

14 PT. SMART Tbk


(3)

2005 357786 207.028 51.093 357786 72,14 35 229973 0,02 2,76 2006 363933 177231 74615 363933 69,20 130 333455 0,04 2,82 2007 515609 275606 109426 515609 74,68 15760 499870 3,15 3,65

2008 1016958 559524 195362 1016958 74,23 28686 489172 5,86 1,6

15 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

2009 1347096 543788 234690 1347096 57,79 37787 533194 7,09 2,14

2005 1451439 570.501 146246 1451439 49,38 6219 1220636 0,51 1,83 2006 2049163 762187 131148 2049163 43,60 52884 1193999 4,43 1,37

2007 2457120 852233 436850 2457120 52,46 97227 1844207 5,27 1,62

2008 2802497 936405 258873 2802497 42,65 63337 3955846 1,60 2,15

16 PT. Tunas Baru Lampung Tbk

2009 2786340 1003177 247071 2786340 44,87 138245 1783573 7,75 1,8

2005 1254444 786.798 163.391 1254444 75,75 4520 711732 0,64 0,54 2006 1249080 790208 147845 1249080 75,10 14732 835230 1,76 0,53

2007 1362830 765807 291483 1362830 77,58 30317 1126800 2,69 0,64

2008 1740646 766345 284293 1740646 60,36 303712 1362607 22,29 0,53

17 PT. Ultra Jaya Milk Tbk


(4)

DATA SIZE (X1), TANGIBILITY (X2) DAN PROFITABILITY (X3)

STRUKTUR MODAL (Y) PADA PERUSAHAAN FOOD & BEVERAGE

(DATA HASIL PERHITUNGAN)

No Nama Perusahaan Tahun Size(X1) Tangibility

(X2)

Profitability (X3)

Struktur Modal (Y) 2005 5,86 42,61 4,12 0,78

2006 5,9 35,25 2,93 0,77

2007 5,95 36,67 3,38 0,74

2008 6 35,76 1,47 0,71

1 PT. Aqua Golden Mississippi Tbk

2009 6,06 33,25 1,4 0,73

2005 5,52 70,49 -8,97 0,83

2006 5,45 62,31 3,91 0,48

2007 5,79 68,75 3,04 1,8

2008 5,78 49,88 1,42 1,45

2 PT. Cahaya Kalbar Tbk

2009 5,75 53,26 4,14 0,89

2005 6,24 68,25 8,04 1,24

2006 6,43 69,43 11,61 1,77

2007 6,59 70,95 7,44 2,27

2008 6,56 85,58 -15,05 4,45

3 PT. Davomas Abadi Tbk

2009 6,45 79,01 -55,84 5,28

2005 5,73 32,82 13,03 0,32

2006 5,76 28,99 10,91 0,31

2007 5,77 27,35 10,76 0,29

2008 5,84 28,42 12,43 0,34

4 PT. Delta Djakarta Tbk

2009 5,88 24,44 17,08 0,27

2005 5,58 32,12 4,02 0,66

2006 5,68 32,79 5,4 0,68

2007 5,8 30,86 6,45 0,62

2008 5,89 32,19 6,19 0,63

5 PT. Fast Food Indonesia Tbk

2009 6,02 27,16 7,42 0,63

2005 7,17 59,07 0,66 2,33

2006 7,21 58,44 3,01 2,13

2007 7,47 41,48 3,52 2,62

2008 7,6 39,52 2,67 3,11

6 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

2009 7,61 39,44 5,59 2,45

2005 6,16 61,9 26,79 0,61

2006 6,19 62,37 4,75 0,58

2007 6,28 54,99 5,01 0,73

2008 6,47 53,54 5,02 1,32

7 PT. Mayora Indah Tbk


(5)

2005 5,76 71,55 10,21 1,52

2006 5,79 74,25 8,26 2.08

2007 5,79 68,76 8,62 2,14

2008 5,97 53,47 16,77 1,73

8 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk

2009 6 53,49 21,06 8,44

2005 4,88 41,25 3,06 33.05

2006 4,88 38,78 -1,27 832,63

2007 4,87 38,18 0,1 64,47

2008 4,91 37,31 2,07 15,28

9

PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk

2009 4,96 35,38 4,83 4,07

2005 5,45 73,91 30,54 2,31

2006 5,46 75,3 2,28 1,87

2007 5,46 64,36 -1,44 2,14

2008 5,46 66,47 1,32 1,63

10 PT. Prashida Aneka Niaga Tbk

2009 5,55 64,41 5,48 1,44

2005 4,98 45,26 54,73 4,45

2006 4,98 53,57 2,39 3,03

2007 5,26 65,02 2,42 0,9

2008 5,3 67,24 1,36 1

11 PT. Sekar Laut Tbk

2009 5,29 73,87 4,63 0,73

2005 5,68 70,31 1,66 0,45

2006 5,67 71,96 2,6 0,36

2007 5,71 79,95 2,6 0,44

2008 5,8 80,45 0,77 0,72

12 PT. Siantar Top Tbk

2009 5,74 79,83 6,55 0,36

2005 6,06 56,3 -8,59 0,23

2006 6,05 53,62 3,69 0,13

2007 6,11 64,54 1,3 0,29

2008 6,14 58,23 1,17 0,34

13 PT. Sierad Produce Tbk

2009 6,22 40,84 1,15 0,39

2005 6,66 42,9 6,53 1,38

2006 6,73 44,28 13,34 1,06

2007 6,91 42,98 12,24 1,29

2008 7 41,92 6,5 1,17

14 PT. SMART Tbk

2009 7,01 54,15 5,27 1,13

2005 5,55 72,14 0,02 2,76

2006 5,56 69,2 0,04 2,82

2007 5,71 74,68 3,15 3,65

2008 6,01 74,23 5,86 1,6

15 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk


(6)

2005 6,16 49,38 0,51 1,83

2006 6,31 43,6 4,43 1,37

2007 6,39 52,46 5,27 1,62

2008 6,45 42,65 1,6 2,15

16 PT. Tunas Baru Lampung Tbk

2009 6,45 44,87 7,75 1,8

2005 6,1 75,75 0,64 0,54

2006 6,1 75,1 1,76 0,53

2007 6,13 77,58 2,69 0,64

2008 6,24 60,36 22,29 0,53

17 PT. Ultra Jaya Milk Tbk