Analisis Efisiensi Layout Fasilitas Produksi T-Shirt Puma pada PT.Tupai Adyamas Indonesia Binder1
commit to user
i
LAYOUT
FASILITAS PRODUKSI
T-SHIRTPUMA PADA
PT.TUPAI ADYAMAS INDONESIA
Tugas Akhir
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan
Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Derajat Ahli Madya Program Studi DIII Manajemen Industri
Oleh :
BAGUS RIYANTO F3507065
PROGRAM DIPLOMA III MANAJEMEN INDUSTRI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(2)
commit to user
ii
ANALISIS EFISIENSI LAYOUT FASILITAS PRODUKSI T-SHIRT PUMA PADA PT.TUPAI ADYAMAS INDONESIA
BAGUS RIYANTO F3507065
Tata letak fasilitas produksi merupakan suatu cara untuk mengatur segala fasilitas fisik dari sistem guna mendapatkan hasil yang optimal serta dapat mencapai tujuan perusahaan. Dalam hal ini penulis melakukan penelitian pada proses produksi T-Shirt Puma pada PT. Tupai Adyamas Indonesia. Yaitu perusahaan yang bergerak dibidang produksi T-Shirt.
Dalam penelitian ini yang menjadi pokok permasalahan adalah bagaimana alur proses produksi pada T-Shirt Puma. Kedua adalah bagaimana pengelompokan elemen pekerjaan pada departemen produksi, ketiga adalah bagaimana efisiensi layout produksi T-Shirt Puma pada departemen produksi PT. Tupai Adyaamas Indonesia.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui alur proses produksi T-Shirt Puma pada PT. Tupai Adyamas Indonesia. Mengetahui pengelompokan elemen pekerjaan pada departemen produksi di PT. Tupai Adyamas Indonesia. Mengetahui tingkat efisiensi tata letak fasilitas produksi pada PT. Tupai Adyamas Indonesia.
Dari hasil analisis diperoleh pengelompokan elemen pekerjaan adalah pekerjaan ABCDEF terdapat pada stasiun kerja 1, GHI terdapat pada stasiun kerja 2, JKLMNO terdapat pada stasiun kerja 3.
Dari hasil analisis diperoleh tingkat efisiensi dan efektifitas layout yang ada pada proses produksi T-Shirt Puma. Dengan menggunakan siklus kerja 22,85 menit (waktu siklus yang diijinkan), menghsilkan tingkat efisiensi sebesar 99,26% dan tingkat efektifitas sebesar 100%. Sedangkan dengan menggunakan siklus kerja 28 menit (siklus kerja yang diterapkan), menghasilkan tingkat efisiensi lebih rendah yaitu sebesar 81% dan tingkat efektifitas sebesar 80,95%.
Dari hasil analisis ditemukan pula adanya waktu menganggur dan tingkat penundaan yang muncul pada layout proses produksi T-Shirt Puma yaitu. Dengan menggunakan siklus kerja 22,85 menit menghasilkan waktu menganggur yang lebih kecil yaitu sebesar 0,74%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan menggunakan siklus kerja 28 menit lebih besar dari tingkat waktu menganggur yang besar yaitu 19%.
Dari kesimpulan tersebut dapat disarankan bahwa perusahaan hendaknya menerapkan dengan baik dan benar siklus kerja yang lebih kecil dari kebijakan sebelumnya yakni dari 28 menit menjadi 22,85 menit.
(3)
commit to user
iii Tugas Akhir Dengan Judul :
ANALISIS EFISIENSI LAYOUT FASILITAS PRODUKSI T-SHIRT PUMA PADA PT. TUPAI ADYAMAS INDONESIA
Surakarta, 25 Januari 2011
Drs. Atmadji, MM NIP. 19590531 198503 1 004
(4)
commit to user
iv Tugas Akhir dengan judul:
ANALISIS EFISIENSI LAYOUT FASILITAS PRODUKSI T-SHIRT
PUMA PADA PT.TUPAI ADYAMAS INDONESIA
Telah disahkan oleh tim penguji Tugas Akhir Program Studi Diploma 3 Manajemen Industri Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, Mei 2011
Drs.Moch.Amien Gunadi,MP
NIP. 19561023186011001 Penguji
Drs. Atmadji, MM
(5)
commit to user
v
MOTTO
v Orang yang dapat memegang perasaan orang lain adalah manusia yang
berwibawa
v Jadilah seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk.
v Hidup adalah perjuangan, untuk meraih sebuah impian hendaknya dilakukan
dengan hati ikhlas dan kerja keras.
v Jadikan sabarmu dan sholatmu sebagai penolongmu
v Don’t Dream Your Life, Live Your Dream
Karya ini saya persembahkan kepada :
• Bapak dan Ibu Tercinta
• Kakakku (Anik.w)
• Teman-teman Manajemen Industri
• Seseorang yang q sayang (Luthfy.s)
(6)
commit to user
vi
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS EFISIENSI LAYOUT FASILITAS PRODUKSI T-SHIRT PUMA PADA PT.TUPAI ADYAMAS INDONESIA”.
Tugas Akhir ini disusun dengan maksud untuk memenuhi persayaratan kurikulum dalam rangka mencapai gelar Ahli Madya pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dengan kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu, membimbing, hingga tersusunnya Tugas Akhir ini. Ucapan terimakasih yang tulus penuis haturkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.com, Ak. Selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Ibu Intan Novela QA, SE, MSi. Selaku Ketua Program
Diploma 3 Manajemen Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs, Admadji, MM. Selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, serta petunjuk kepada penulis dalam penyusunan Tugas Akhir.
4. Bapak Hartanto, yang telah memberikan izin untuk melaksanakan
magang.
(7)
commit to user
vii
serta doa dengan penuh keikhlasan, sehingga saya bisa menyelesaikan tugas ini.
7. Sahabat, dan teman - teman yang telah membantu dalam hal apapun.
8. Semua pihak yang telah membantu namun tidak dapat saya sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna oleh karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis sehingga terdapat banyak kekurangan. Namun penulis berharap karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Surakarta, 23 Januari 2011
(8)
commit to user
viii
HALAMAN JUDUL... i
ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Metode Penelitian ... 5
F. Kerangka Pemikiran ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11
A. Layout ... 11
1. Pengertian Layout ... 11
2. Tujuan Layout ... 11
3. Macam atau Tipe Layout Fasilitas Produksi ... 16
(9)
commit to user
ix
B. Keseimbangan Lini (Line Balancing) ... 23
1. Pengertian dan Tujuan Keseimbangan Lini ... 23
2. Penerapan Keseimbangan Lini ... 24
C. Efisiensi ... 27
1. Pengertian Efisiensi... 27
2. Efisiensi dalam Keseimbangan Lini ... 28
BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 29
A. Gambaran Umum Perusahaan ... 29
1. Sejarah Berdirinya PT.Tupai Adyamas Indonesia ... 29
2. Lokasi dan Data Perusahaan ... 30
3. Tujuan Perusahaan ... 30
4. Struktur Organisasi ... 31
5. Kepersonaliaan ... 35
6. Proses Produksi ... 38
B. Laporan Magang Kerja ... 40
1. Pengertian Magang Kerja ... 40
2. Tujuan Magang Kerja ... 40
3. Objek Magang Kerja ... 41
4. Pelaksanaan Magang Kerja ... 42
5. Manfaat Magang Kerja ... 43
C. Pembahasan ... 45
1. Urutan Proses Produksi T-Shirt Puma ... 45
(10)
commit to user
x
BAB IV PENUTUP ... 58 A. Kesimpulan ... 58 B. Saran... 59 DAFTAR PUSTAKA
(11)
commit to user
xi
Tabel I. 1 Format tabel inventarisasi pekerjaan ... 7 Tabel III. 1 Jumlah karyawan PT.Tupai Adyamas Indonesia ... 36 Tabel III. 2 Jam kerja karyawan PT.Tupai Adyamas Indonesia ... 37
Tabel III. 3 Urutan pekerjaan dan waktu penyelesaian produksi
T-Shirt pada PT.Tupai Adyamas Indonesia ... 45
Tabel III. 4 Tabel pengelompokan penugasan elemen
Pekerjaan dalam stasiun kerja dengan komulatif
waktu tiap stasiun kerja ... 50
Tabel III. 5 Perhitungan total waktu kerja, siklus
dan waktu menganggur pada cycle time 28 menit ... 51
Tabel III. 6 Perhitungan total waktu kerja, siklus
dan waktu menganggur pada cycle time 22,85 menit ... 52
Tabel III. 7 Hasil analisis keseimbangan lini berdasarkan
aturan siklus kerja terlama LOT……….55
(12)
commit to user
xii
Gambar I. 1 Jaringan Kerja dan Pengelompokan Stasiun Kerja ... 7
Gambar I. 2 Kerangka Pemikiran ... 10
Gambar II. 1 Layout fasilitas ... 18
Gambar II. 2 Layout posisi tetap ... 19
Gambar II. 3 Layout produk atau garis... 20
Gambar II. 4 Layout proses ... 21
Gambar III. 1 Struktur Organisasi ... 32
Gambar III. 2 Layout PT.Tupai Adyamas Indonesia ... 44
Gambar III. 3 Diagram Jaringan kerja produksi T-Shirt Pada PT.Tupai Adyamas Indonesia ... 46
Gambar III. 4 Pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam 3 stasiun kerja... 48
Gambar III. 5 Layout PT.Tupai Adyamas Indonesia berdasarkan stasiun Kerja ... 57
(13)
commit to user
29
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Dewasa ini perkembangan teknologi di bidang industri berjalan sangat cepat, terutama terjadi di bidang industri manufaktur. Sistem produksi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi perusahaan untuk dapat tetap bertahan dalam menghadapi persaingan. Masalah sistem produksi selalu melibatkan permasalah yang menyangkut system fisik seperti manusia, mesin, peralatan, dan system penunjang lainnya.
Untuk memperlancar sistem produksi tersebut ada beberapa faktor yang berpengaruh, salah satunya adalah pengaturan tataletak fasilitas produksi yang digunakan dalam sistem produksi atau sering juga disebut
Layout. Tataletak fasilitas produksi adalah merupakan tataletak pengaturan
area kerja dan segala fasilitas yang diperlukan dalam proses produksi. Tataletak yang kurang baik akan menimbulkan hambatan dalam pelaksanaan proses produksi dan akhirnya dapat merugikan perusahaan seperti turunnya
produktifitas, tingginya biaya perawatan, biaya inventory, biaya material
handling, dan lain-lain.
Perencanaan dan pengaturan tataletak fasilitas produksi yang baik mengakibatkan alian material akan berjalan dengan lancar, jarak perpindahan menjadi lebih pendek dan pemanfaatan area produksi menjadi
(14)
commit to user
30 lebih efektif, dengan penataan mesin dan fasilitas pabrik yang optimal maka produktifitas karyawan akan meningkat karena terciptanya rasa aman dan
kepuasan kerja karyawan dan nantinya akan dapat meningkatkan output
produksi yang dihasilkan, dengan melakukan pengaturan tataletak fasilitas produksi yang tepat dan optimal, maka tidak akan terjadi pemborosan terhadap pemakaian ruang yang tidak perlu.
Masalah yang sering dihadapi dalam perencanaan layout produksi
adalah masalah keseimbangan aliran proses produksi (line balancing), yaitu
keseimbangan antara proses kapasitas suatu stasiun dengan stasiun berikutnya didalam proses produksi. Apabila keseimbangan tersebut tidak tercapai maka akan berakibat adanya penumpukan barang dalam proses (barang setengah jadi) pada suatu bagian tertentu, hal ini menimbulkan biaya penyimpanan barang menjadi lebih tinggi. Sebaliknya apabila terdapat
output dari suatu departemen lebih kecil dari kapasitas suatu stasiun yang
menganggur sehingga mengakibatkan adanya pengangguran tenaga kerja.
Dengan layout produksi yang direncanakan dengan baik akan menghasilkan
sesuatu aliran produksi mulai dari bahan mentah sampai dengan barang jadi dapat teratur dan lancar sehingga tercapai waktu kerja yang efisien.
Adapun hubungan bangunan pabrik dengan layout pabrik selain
faktor-faktor diatas adalah melindungi bahan-bahan setengah jadi, barang jadi, serta fasilitas-fasilitas yang ada dalam perusahaan. Namun demikian
bangunan pabrik yang memadai akan membantu dalam penyusunan layout
(15)
commit to user
31 yang bersangkutan akan mengakibatkan timbulnya berbagai macam
kesulitan di dalam penyusunan layout yang bersangkutan tersebut. Di dalam
kenyataan berbagai kemungkinan layout yang ada di pabrik ini mengalami
beberapa perubahan, sehingga kadang-kadang sudah tidak sesuai lagi
dengan rencana layout yang disusun sebelum bangunan pabrik tersebut
didirikan. Dengan demikian maka sebaiknya bangunan pabrik ini perlu direncanakan dengan teliti dengan memasukkan pertimbangan-pertimbangan
layout pabrik yang digunakan. Apabila nantinya terjadi perubahan layout
pabrik yang akan digunakan. Apabila nantinya terjadi perubahan layout maka diharapkan perubahan tersebut merupakan perubahan-perubahan kecil saja yang tidak memerlukan perubahan-perubahan bangunan pabrik yang telah didirikan tersebut.
Dalam melakukan penelitian yang juga merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk mencapai gelar AMD dan didasari oleh
permasalahan-permasalahan layout diatas maka peneliti mengambil judul
“ANALISIS EFISIENSI LAYOUT FASILITAS PRODUKSI T-SHIRT
PUMA PADA PT.TUPAI ADYAMAS INDONESIA”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan maka masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana urutan proses produksi pada produk T-Shirt Puma di
(16)
commit to user
32
2. Bagaimana pengelompokan elemen pekerjaan pada bagian produksi
T-Shirt Puma di PT.TUPAI ADYAMAS INDONESIA?
3. Seberapa besarnya efisiensi tata letak fasilitas produksi pada PT.TUPAI
ADYAMAS INDONESIA?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui urutan proses produksi pada produk T-Shirt Puma di
PT.TUPAI ADYAMAS INONESIA.
2. Mengetahui pengelompokan elemen pekerjaan pada bagian produksi
T-Shirt Puma pada PT.TUPAI ADYAMAS INONESIA.
3. Mengetahui tingkat efisiensi tata letak fasilitas produksi pada PT.TUPAI
ADYAMAS INONESIA.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan
a. Diharapkan dapat memberikan masukan kepada perusahaan untuk
meningkatkan efisiensi layout fasilitas produksi sehingga dapat
meningkatkan jalannya proses produksi.
b. Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi mengenai layout fasilitas
produksi yang diterapkan pada perusahaan selama ini. 2. Bagi penulis
a. Dapat membandingkan antara kajian teori tentang layout fasilitas
(17)
commit to user
33 PT. Tupai Adyamas Indonesia yang bergerak dibidang industri pembuatan pakaian olah raga.
b. Sebagai sarana menerapkan teori yang diperoleh selama studi di
perguruan tinggi untuk menyusun tugas akhir ini.
E. Metode Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Tempat yang menjadi obyek penelitian adalah perusahaan T-Shirt Puma
pada PT. Tupai Adyamas Indonesia yang terletak di Jl. Merbabu Km. 1
Boyolali. Dalam hal ini penulis mengambil kasus analisis efisiensi layout
fasilitas produksi T-shirt Puma di tempat tersebut.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun yang diperoleh secara langsung dalam
pengamatan, yang berupa : layout dan aktivitas-aktivitas dalam proses
produksi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah telah dikeluarkan oleh perusahaan atau data-data lain yang berhubungan dengan proses
produksi T-Shirt Puma di PT. TUPAI ADYAMAS INDONESIA.
3. Metode Pengumpulan Data
(18)
commit to user
34 Yaitu metode pengumpulan data secara langsung dengan melakukan pengamatan pada obyek penelitian kemudian mencatat data yang terjadi dimana terdapat kaitan langsung dengan proses produksi yang digunakan sebagai bahan penulisan tugas akhir.
· Wawancara (Interview)
Yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung kepada pihak perusahaan atau kepada orang yang telah ditunjuk oleh perusahaan guna memberikan data dan keterangan yang digunakan untuk penulisan laporan ini.
· Studi Pustaka
Yaitu dengan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang terkait dengan penelitian terhadap perusahaan tersebut.
· Dokumentasi
Yaitu metode pengumpulan data dengan cara meminta salinan data atau dokumen dari perusahaan.
4. Teknik Analisis Data
a. Inventaris Kegiatan Yang Ada
Melakukan pencatatan terhadap semua jenis kegiatan yang ada pada proses produksi dengan membuat tabel yang jenis kegiatan-kegiatan yang mendahului serta waktu penyelesaian kegiatan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penelitian dalam melakukan analisis data.
(19)
commit to user
35
Tabel I.1
Format Tabel Inventaris Pekerjaan (Stevenson,2005 : 242)
No Pekerjaan Simbol
Pekerjaan yang Mendahului
Waktu Proses
b. Menggambar Jaringan Kerja
Dari hasil inventarisasi kegiatan, maka dibuat suatu jaringan kerja untuk memberi kemudahan dalam menentukan jumlah stasiun yang ada.
Gambar I.1
Jaringan Kerja dan Pengelompokan Stasiun Kerja (Stevenson,2005 : 224)
c. melakukan Analisis Keseimbangan Lini
Langkah yang terakhir melakukan analisis dengan metode
keseimbangan lini (lini balancing).
Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV A
B
E F
C D
(20)
commit to user
36 Cara penentuan besarnya tingkat keseimbangan dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1. Menentukan cycle time (waktu daur)
Cycle time merupakan waktu terpanjang yang diperlukan
antara bagian-bagian proses produksi yang harus dilalui suatu produk. Rumus :
Keterangan :
C = cycle time
t = waktu kerja per hari D = permintaan per hari
Untuk memperoleh kapasitas yang memadai dengan cara :
(Heizer dan Render, 2001 : 357)
2. Mencari Stasiun Kerja Terkecil
Perhitungan untuk mendapatkan jumlah stasiun kerja terkecil yang dibutuhkan untuk menempatkan tugas atau pekerjaan yang ada. Akan dilaksanakan untuk menghasilkan produk.
(21)
commit to user
37
Rumus :
Keterangan : N = Stasiun kerja yang dibuat T = waktu proses total
(Heizer dan Render, 2001 : 357)
3. Melakukan Penugasan ke Stasiun Kerja Dengan Aturan LOT
(Longest OperationTime)
Yaitu melakukan penugasan pada elemen-elemen tugas
berikutnya. Penundaan (balancing delay) di pakai sebagai ukuran
tentang bagaimana baiknya alokasi penugasan beban kerja pada stasiun kerja, yang merupakan suatu indikator efisiensi, menunjukkan
bahwa jumlah waktu menganggur yang disebabkan tidak
sempurnanya penugasan elemen pekerjaan antara stasiun kerja yang ada.
Menghitung tingkat penundaan dengan rumus :
(22)
commit to user
38
F. Kerangka Pemikiran
Gambar I.2 Kerangka Pemikiran Penulisan Tugas Akhir
Pengaturan layout fasilitas produksi akan memperlancar proses
produksi. Dengan memanfaatkan luas area untuk menempatkan mesin atau fasilitas produksi dan pengaturan stasiun kerja. Untuk langkah pertama dalam kerangka pemikiran ini adalah mencatat aliran pekerjaan untuk mengetahui lebih jelas dan mendetail sesuai alur proses produksi dan stasiun kerja yang ada pada perusahaan yang diamati.
Mencatat Alur Pekerjaan
Diagram Jaringan Kerja
Keseimbangan Lini (Line Balancing)
(23)
commit to user
39
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Layout
1. Pengertian Layout
Layout pabrik atau sering disebut dengan susunan letak fasilitas
produksi didalam pabrik, sangat perlu direncanakan dan diatur dengn baik dan sesuai pelaksanaan produksi yang ada di dalam pabrik tersebut. Hal ini
disebabkan oleh karena dengan susunan tataletak layout fasilitas produksi
yang tepat para karyawan akan dapat melaksanakan tugas dengan baik sementara aliran produksi dari bahan baku sampai menjadi produk akhir dalam pabrik ini akan dapat menunjang efisien yang dilaksankan oleh perusahaan yang bersangkutan tersebut (Ahyari,1994 : 35).
Layout fasilitas produksi adalah berarti keseluruhan bentuk dan
fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam proses produksi. (projo dan sudarmo, 1982 : 123)
2. Tujuan Layout
Jika sebuah tata letak berfungsi untuk menggambarkan sebuah susunan yang ekonomis dan tempat-tempat kerja yang berkaitan dimana barang-barang dapat diproduksi secara efektif, ekonomis maka seharusnya tataletak tersebut dirancang dengan memahami tujuan perencanaan tataletak fasilitas.
(24)
commit to user
40 Kualitas yang lebih tinggi berarti biaya yang lebih tinggi pula, dengan kata lain peningkatan kualitas pasti dibarengi dengan peningkatan
biaya. Tetapi, dengan perencanaan layout yang baik akan dapat menekan
biaya tersebut (Yamit Zulian, 2004:13).
Tujuan utama dari perencanaan dan pengaturan tata letak pabrik ialah mengatur area kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk operasi diproduksi, aman dan nyaman sehingga akan menaikkan modal kerja dari operator (Wignjo Soebroto, 1992 : 53)
Adapun tujuan perencanaan layout adalah sebagai berikut :
a. Simplifikasi dari proses produksi
1) Efisiensi peralatan produksi
Efisiensi peralatan produksi dari penggunaan peralatan produksi dapat ditingkatkan efisiensi dari penggunaan mesin dan peralatan produksi yang ada serta perlengkapan produksi yang disediakan dalam perusahaan tersebut dapat dipertahankan dalam tingkat yang cukup tinggi.
2) Mengurangi waktu tunggu (delay)
Waktu tunggu dalam pelaksanaan proses produksi (production
delay) akan menjadi berkurang apabila perusahaan tersebut
menerapkan layout yang tepat pada pabrik yang didirikan. Dengan
pengaturan layout yang baik perusahaan dapat mengadakan
penyusunan perencanaan produksi dengan lebih cermat, mengingat penggunaan mesin dan peralatan produksi serta perlengkapan
(25)
commit to user
41 dalam perusahaan tersebut dalam tingkat efisiensi yang tinggi sehingga hambatan proses produksi dari waktu tunggu dalam proses tersebut menjadi semakin kecil.
3) Penumpukan barang dalam proses dapat dikurangi
Penumpukan barang dalam proses ini terjadi karena terdapatnya ketidak seimbangan dari masing-masing mesin dan peralatan produksi di dalam perusahaan tersebut. Apabila kapasitas masing-masing bagian ini tidak seimbang maka akan terjadi pelaksanaan proses produksi di bawah kapasitas normal atau sering terjadi penumpukan barang dalam proses apabila kapasitas yang balakang ini lebih kecil dari keluaran bagian berikutnya. Dengan
perencanaan layout yang baik maka keadaan tidak seimbang dapat
di hindari.
4) Pemeliharaan fasilitas produksi menjadi lebih murah
Penyusunan perencanaan layout yang baik ini biasanya akan
dikuti dengan penerapan alur perencanaan layout tersebut sesuai
dengan perencanaan layout yang ada, maka mesin dan peralatan
yang ada dalam perusahaan akan diletakkan secara teratur, dan mudah dicapai baik operator mesin atau petugas peralatan mesin. Dengan demikian petugas pemeliharaan mesin dan peralatan mesin ini akan bekerja dengan baik karena dalam pelaksanaan tugas-tugasnya dapat lebih mudah dan lebih cepat.
(26)
commit to user
42
5) Peningkatan produktifitas perusahaan
Apabila layout yang di pergunakan perusahaan ini sering
diadakan evaluasi, maka secara bertahap akan dapat dilaksanakan
perbaikan-perbaikan dari layout tersebut. Dengan
perbaikan-perbaikan yang dilakukan proses produksi diharapkan dapat lebih semakin lancar dan cepat. Waktu tunggu yang tidak diperlukan dapat dihilangkan, kemacetan dalam proses produksi dapat dihindari, serta penumpukan barang juga dapat dihindari ini berarti biaya yang tertanam dimodal kerja menjadi dapat ditekan, serta waktu yang dibutuhkan selama proses produksi dapat di tekan. Dengan mempergunakan waktu dan dana yang sama perusahaan dapat memperoleh jumlah produk yang lebih banyak. Atau apabila
perusahaan menginginkan jumlah produk tertentu akan
memerlukan waktu dan jumlah dana yang lebih kecil. Dengan demikian produktifitas dapat ditingkatkan. (Ahyari 1994:46-50)
b. meminimumkan biaya pemindahan barang
Sedangkan menurut Apple tujuan layout antara lain :
1) Memelihara putaran barang barang setengah jadi yang tinggi
Keefisienan terbesar operasi hanya dapat diperoleh jika bahan ”berjalan” melewati proses yang diperlukan dengan waktu yang sesingkat mungkin setiap menit yang dilewati komponen dalam fasilitas dan menambah ongkos, melalui modal kerja yang tertanam yang paling mendekati situasi ideal yang yang ada dalam industri
(27)
commit to user
43 berupa proses, menurut sifatnya dalah barang berjalan tanpa berhenti, dari awal sampai proses. Jika penyimpangan barang setengah jadi diturunkan sampai sekecil mungkin, waktu peredaran total akan berkurang, jumlah barang setengah jadi akan berkurang, persediaan akan menurun, akhirnya menurunkan biaya produksi.
2) Menghemat pemakaian ruang bangunan
Setiap meter persegi ruang lantai dalam sebuah paabrik memakan biaya, tetapi bila setiap meter persegi dapat digunakan sebaik-baiknya maka ongkos tak langsung untuk setiap satuan
produk dapat ditekan. Layout yang dapat dicirikan oleh jarak yang
minimum antar mesin, setelah keleluasaan yang diperlukan.
Dengan perhitungan tentang penjarakan mesin sehubungan dengan berbagai faktor, banyak luas lantai yang dapat dihemat untuk itu banyak pengusaha yang menemukan bahwa hanya sekitar 50% dari luas lantainya dihuni oleh peralatan pabrik.
3) Meningkatkan pemanfaatan tenaga kerja, peralatan dan energi
Sebagian besar tenaga kerja produktif dapat terbuang karena keadaan tata letak yang buruk, tata letak yang tepat dapat menaikkan pemakaian tenaga kerja secara efektif.
Stasiun kerja yang ditata dengan baik akan mempermudah penyelia dalam melakukan pengawasan dan penanganan lebih banyak tenaga kerja, dapat mempertahankan kelancaran pekerjaan dan menghemat waktunya untuk dapat melakukan tugas-tugas yang
(28)
commit to user
44 lebih penting. Faktor-faktor tenaga kerja, peralatan dan energi
sangat erat hubungannya dengan biaya produksi. Suatu layout yang
terencana baik akan banyak membantu pemanfaatan elemen-elemen produksi secara lebih efektif dan efisien.
4) Memberikan kemudahan, keselamatan dan kenyamanan kerja pada
pekerja
Untuk memenuhi tujuan ini diperlukan perhatian atas hal-hal seperti penerangan, pergantian udara, keselamatan, kelembapan, debu, kotoran dan lain sebagainya.
Peralatan yang menyebabkan kebisingan yang tinggi sebaiknya diisolasi sebanyak mungkin atau ditutup dalam satu tempat yang mempunyai tempat dan langit-langit yang mempunyai peredam
suara. Keselamatan juga dapat dijamin dengan perencanaan layout
pabrik yang tepat. Mesin dan peralatan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat mencegah kecelakaan pada pekerja dan kerusakan barang serta peralatan lain (Apple 1990:7-8)
3. Macam atau tipe layout fasilitas produksi
Pemilihan dan penempatan alternatif layout merupakan langkah
kritis dalam proses perencanaan layout fasilitas produksi, kerena desain
layout yang dipilih akan menentukan hubungan fisik dari aktifitas
(29)
commit to user
45
Dalam perencanaan layuot fasilitas produksi langkah yang harus
dilakukan setelah menganalisa jumlah maupun luas area yang perlu
diketahui adalah menetapkan prosedur atau metode pengaturan layout dari
fasilitas-fasilitas produksi tersebut. Menurut Handoko (1984 : 106)
terdapat empat macam tipe layout secara klasik yang diaplikasikan dalam
layout yaitu :
a. Layout berdasarkan aliran produksi (Production line atau product
layout)
Nama lain dari tipe layout ini adalah layout garis, yang
berarti bahwa kebutuhan-kebutuhan operasi produk mendominasi
dan menentukan layout peralatan-peralatan produksi. Penyusunan
layout ini didasarkan atas urutan proses produksi pada setiap
stasiun kerja, layout ini sesuai diterapkan pada perusahaan yang
melakukan produksi yang bersekala besar.
Gambar II.1
Layout produk
(Handoko, T. Hani : 1984 : 108)
Bagian 1
Bagian 4 Bagian 5 Bagian 6
(30)
commit to user
46
b. Layout berdasarkan lokasi material tetap (Fixed material location
layout)
Layout ini juga disebut dengan layout posisi tetap, sering
digunakan untuk produksi-produksi besar dan kompleks. Tipe ini jarang sekali digunakan dalam perusahaan-perusahaan.
Gambar II.2
Layout posisi tetap
(Handoko, T. Hani : 1984 : 108)
c. Layout kelompok
Layout ini didasarkan pada pengelompokan produk atau
komponen yang akan dibuat. Produk-produk yang tidak identik
dikelompok-kelompokkan berdasarkan langkah-langkah
pemrosesan, bentuk, mesin atau peralatan lain yang dipakai dan sebagainya.
Bahan A
Bahan Pembantu
Bahan B Bahan C
Tenaga Kerja Tempat Proses
Produksi
Alat-Alat Produksi
(31)
commit to user
47
Gambar II.3
Layout kelompok
(Handoko, T. Hani : 1984 : 108)
d. Layout berdasarkan fungsi dan macam proses (Functional atau
proses)
Tipe layout fungsional atau layout proses disusun
berdasarkan kesamaan proses produksi. Dalam layout ini peralatan
produksi dan personalia dikelompokkan bersama-sama untuk
melakukan pekerjaan serupa atau sejenis. Layout ini biasanya
ditetapkan pada perusahaan yang berorientasi pada pesanan.
Sebagian besar pabrik-pabrik belakangan ini mengatur layout
berdasarkan kombinasi dari keempat macam layout diatas. Pada
bentuk aslinya jarang sekali menetapkan bentuk layout secara
sendiri-sendiri. Sebagai contoh kita sering menjumpai adanya
(32)
commit to user
48
Gambar II.4
Layout proses
(Handoko, T. Hani : 1984 : 108)
4. Perencanaan Layout
Pada umumnya perencanaan layout ini senatiasa diperlukan di
dalam masing-masing perusahaan, oleh adanya beberapa hal (Ahyari:36-39)
a. Adanya perubahan dari jenis produk
Apabila terjadi perubahan dari jenis produk yang diproduksi oleh suatu perusahaan misalnya dari produksi benang berganti ke produksi kain, maka akan terjadi pula penggantian fasilitas produksi
pada perusahaan ini berarti terjadi pula pergantian posisi layout
fasilitas produksi, maka perlu diadakan perencanaan layout kembali.
b. Adanya produk baru
Jika perusahaan akan menambah produk dengan memproduksi produk yang baru misalnya dari produksi benang cotton menambah produk benang cotton dengan tipe 20 atau 45. Maka secara otomatis akan menambah juga fasilitas produksi yang digunakan ini berarti Bagian 1
Bagian 5 Bagian 6
Bagian 2 Bagian 3
(33)
commit to user
49
mengganti posisi layout fasilitas produksi maka perlu derencanakan
layout kembali.
c. Adanya peerubahan volume permintaan
Dengan adanya perubahan volume permintaan akan menambah pula jumlah produksi. Sehingga akan menambah jumlah fasilitas
produksi yang digunakan. Ini berarti akan menambah layout fasilitas
produksi sehingga perlu diadakan perencanaan layout kembali guna
memaksimalkan output produksi.
5. Pengertian pemindahan material (Material Handling)
Menurut Apple (1990 : 81) bahwa pemindahan material dalam suatu perusahaan dapat mencapai 50% sampai 70% dari kegiatan produksi, sehingga kegiatan ini sangat menentukan besarnya biaya produksi yang diperlukan dalam pembuatan produk. Oleh karena itu kegiatan ini perlu mendapat perhatian yang baik. Dari hasil tersebut untuk mencapai sistem pemindahan material yang efektif dan efisien dalam perusahaan, maka
perlu direncanakan sebelumnya yaitu perencanaan layout yang sesuai
dengan kondisi perusahaan.
Keuntungan perencanaan pemindahan barang menurut Apple (1990 : 82) ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan adanya perencanaan pemindahan material yang baik dalam perusahaan, antara lain sebagai berikut :
(34)
commit to user
50
a. Kenaikan efisiensi produksi dan efektifitas
b. Pemanfaatan ruang pabrik yang lebih baik
c. Kegiatan pemindahan yang lebih sederhana
d. Mengurangi waktu proses
e. Mengurangi persediaan dalam proses
f. Pemanfaatan tenaga kerja lebih efisisen
g. mengurangi kerusakan produk
h. Mengurangi kecelakaan kerja
i. Aliran produksi lancar
Pengertian biaya pemindahan material sendiri adalah semua biaya yang terjadi sebagai akibat perpindahan suatu barang atau material dari satu tempat kerja ke tempat kerja lain, yang diakibatkan kerena adanya penggunaan alat pemindahan material.
Secara umum biaya pemindahan material diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
a. Biaya yang berkaitan dengan transportasi bahan baku dari tempat
sumber bahan baku menuju ke pabrik, dan juga pengiriman produk jadi dari pabrik ke konsumen yang membutuhkan.
b. Biaya-biaya yang diperlukan untuk perpindahan material dari satu
proses ke proses berikutnya atau ketempat penyimpanan produk akhir.
c. Biaya perpindahan material yang dilakukan operator pada mesin atau
peralatan kerjanya serta proses perakitan yang berlangsung diatas meja prakitan.
(35)
commit to user
51
B. Keseimbangan lini (Line Balancing)
1. Pengertian dan tujuan keseimbangan lini
Didalam pelaksanaan-pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan masalah keseimbangan lini dari mesin dan peralatan produksi yang digunakan dalam pabrik sangat perlu untuk diperhatikan oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan.
Konsep keseimbangan lini merupakan usaha untuk mengadakan keseimbangan kapasitas antara satu bagian dengan bagian yang lain di dalam perusahaan yang bersangkutan.
Masalah-masalah semacam ini akan sangat terasa pada perusahaan-perusahaan yang menggunakan proses produksi secara terus menerus. Hal ini disebabkan oleh urutan proses produksi yang dipergunakan perusahaan-perusahaan selalu sama, sehingga terdapat kepastian hubungn
input-input yang ada dalam perusahaan tersebut (Ahyari 1994 : 87)
Masalah keseimbangan lini berawal dari adanya kombinasi penugasan kerja terhadap operator atau group operator yang melengkapi tempat kerja tertentu, sebab penugasan elemen kerja yang berbeda akan menimbulkan perbedaan dalam jumlah waktu yang tidak produktif dan
variasi jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan output
produksi tertentu dalam lintasan tersebut.
Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen kerja ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang ditugaskan ke stsiun-stasiun tersebut, sehingga dapat diperoleh
(36)
commit to user
52 jumlah waktu yang menganggurnya sedikit sehingga efisiensi proses produksi tinggi. Sedangkan secara umum penerapan keseimbangan lini bertujuan untuk meminimalkan jumlah waktu yang menganggur. Merencanakan suatu keseimbangan lintas kerja meliputi usaha yang bertujuan untuk mencapai suatu kapasitas yang optimal, dan tidak terjadi penghamburan kapasitas.
Tujuan tersebut akan tercapai apabila lintasan produksi bersifat seimbang, stasiun kerja berjumlah minimum, jumlah waktu yang menganggur disetiap stasiun kerja sepanjang lintasan produksi minimum.
2.Penerapan keseimbangan lini
Apabila proses produksi pada suatu perusahaan mengalami hambatan-hambatan, salah satu kemungkinan penyebabnya adalah adanya
ketidak sesuaian antara model layout yang diterapkan dengan kebutuhan
proses produksi. Kemungkinan besar bahwa dalam layout yang diterapkan
perusahaan tersebut terdapat ketidak seimbangan antara sasiun kerja yang ada, sehingga mengakibatkan banyaknya waktu yang terbuang.
Apabila hal ini menimpa perusahaan, maka harus segera dilakukan
peninjauan ulang terhadap layout yang diterapkan di perusahaan tersebut.
Relayout hendaknya dilakukan agar tercapai keseimbangan antara stasiun
kerja yang ada.
Kriteria umum yang digunakan dalam suatu keseimbangan lintasan produksi adalah :
(37)
commit to user
53
a. Meminisasi waktu menganggur (Idle time)
b. Meminisasi keseimbangan waktu senggang (Balance delay)
c. Maksimisasi efisiensi (Line efficiency)
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan keseimbangan kapasitas yang baik antara lain mengenai waktu yang dibutuhkan untuk melakukan keseluruhan proses produksi, urutan tekhnis dari pekerjaan dan
kapasitas output yang diinginkan. Penentuan besarnya tingkat
keseimbangan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) menentukan cycle time yang dikehendaki
Cycle time adalah selang waktu yang terjadi pada saat produksi
yang sudah selesai dikerjakan meninggalkan garis produksi atau waktu terpanjang yang dilakukan antara bagian-bagian proses produksi yang harus dilalui suatu produk.
Cycle time :
Rumus :
D xt
C = 60
Dimana :
C : adalah cycle time atau waktu daur
t : adalah waktu kerja perhari
(38)
commit to user
54 Untuk memperoleh kapasitas yang memadai dengan cara :
unit c
hari tersedia waktu
hari output maksimum
/ /
/ =
2) Perhitungan untuk mendapatkan stasiun kerja terkecil
Perhitungan untuk mendapatkan jumlah stasiun kerja terkecil yang dibutuhkan untuk mendapatkan tugas atau pekerjaan yang ada akan dilaksanakan untuk menghasilkan prduk.
Menghitung stasiun kerja :
Rumus :
xt DxT N
60 =
Dimana : N :adalah stasiun kerja yang dibutuhkan
T :adalah waktu proses total
3) Melakukan penugasan dari elemen-elemen penugasan ke
stasiun-stasiun kerja dengan aturan LOT.
Melakukan penugasan dari elemen-elemen penugasan ke
stasiun-stasiun kerja dengan aturan LOT (Longest Operation Time)
yaitu melakukan penugasan elemen tugas-tugas berikutnya.
Penundaan (Balancing delay) dipakai sebagai ukuran tentang
(39)
commit to user
55 yang merupakan suatu indikatior efisien. Hal ini menunjukkan jumlah waktu menganggur yang disebabkan tidak sempurnanya penugasan elemen kerja diantara stasiun kerja yang ada.
% 100
ker ja x
waktu total
menganggur yang
waktu total
penundaan=
Dimana :
Total waktu menganggur = jumlah stasiun kerja x cycle time total
waktu elemen pekerjaan
Total waktu kerja = Jumlah stasiun kerja cycle time
Tingkat efisiensi = 100%-Balancing delay
C. Efisiensi
1. Pengertian Efisiensi
Efisiensi adalah usaha meminimalkan input dan berusaha
mendapatkan output yang optimal. Dari definisi tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa langkah-langkah atau suatu proses penyelesaian sesuatu harus dilakukan dengan benar atau paling tidak meminimalkan kesalahan. Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Hal ini merupakan konsep matematik atau
(40)
commit to user
56
masukan (input), Adapun penghitungan tingkat efisiensi adalah
sebagai berikut : Menentukan efisiensi :
% 100
ker ja x
stasiun jumlah
x siklus waktu
tugas waktu total
efisiensi=
2. Efisiensi dalam keseimbangan lini
Peningkatan produktifitas perusahaan tidak lepas dari
kesempurnaan layout fasilitas yang diterapkan. Apabila layout yang
diterapkan perusahaan terdapat sedikit jumlah waktu yang menganggur atau bahkan tidak ada, maka efisiensi produksi telah dicapai perusahaan. Efisiensi tercapai apabila terjadi keseimbangan antara stasiun kerja yang ada.
Oleh karena itu perencaan layout perlu mendapatkan perhatian
yang serius dari pihak perusahaan. Keseimbangan lini dikatakan terpenuhi apabila terjadi pengoptimalan waktu produksi, penurunan jumlah waktu yang menganggur, penurunan jumlah waktu senggang, Apabila tiga kriteria terwujud, maka keseimbanangan lini telah
terwujud dan layout yang diterapkan dalam proses produksi dapat
(41)
commit to user
57
BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Berdirinya PT. Tupai Adyamas Indonesia
PT. Tupai Adyamas Indonesia berdiri pada hari kamis, 19
September 1991 dengan sistem kerjasama Joint Venture antara tiga
perusahaan lainnya (dua perusahaan asing dan satu perusahaan dalam negeri), yaitu :
a. Milano Knit Company Limited dari Osaka, Jepang,
b. Teijin Shoji Kaisha Limited dari Osaka, Jepang dan
c. PT. Ade Textile Industries (ADETEX) dari Bandung, Indonesia.
Dengan modal dasarnya sebesar Rp. 2.935.500.000,- . Modal dasar ini dijual kepada umum dengan nilai Rp. 1.957.000,- per saham, jadi perusahaan ini memiliki 1500 saham publik. Ketiga perusahaan tersebut merupakan perusahaan tekstil yang cukup besar. Dengan struktur kepemimpinan President Director Mr. Yoshinisa Matsui, Vice President Mr. T. Mashimoto, Director Mr. Y. Kajimura dan Production Supervisor Mr. T. Okuto, sedangkan Manajer Umum untuk mengurusi segala sesuatu dengan badan pemerintahan dan pihak terkait di Indonesia adalah Bapak Harianto Budiman.
PT. Tupai Adyamas Indonesia merupakan suatu perusahaan yang usahanya bergerak di bidang garment / pakaian jadi. Produk yang
(42)
commit to user
58 dihasilkan oleh PT. Tupai Adyamas Indonesia diekspor ke berbagai negara antara lain : Jepang, Taiwan, Amerika, Korea, Hongkong.
Produk-produk yang dihasilkan berupa T-Shirt yang terdiri dari
beberapa merek yaitu : Puma, Embro, Xebio.
2. Lokasi dan Data Perushaan PT. Tupai Adyamas Indonesia
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian pada perusahaan pakaian jadi (garmen) PT. Tupai Adymas Indonesia di Winong, Boyolali. Data selengkapnya dari PT. Tupai Adyamas Indonesia adalah sebagai berikut:
Nama Perusahaan : PT. TUPAI ADYAMAS INDONESIA
Alamat Perusahaan : Jl. Merbabu KM.1, Winong, Boyolali
57315 Jawa Tengah, indonesia.
Telepon/Faximile perusahaan : (0276) 321325 (Hunting) / (0276) 321431.
Jenis Perusahaan : Garmen (pakaian jadi).
Nomor Izin Usaha Industri : 123/T/INDUSTRI/1994.
3. Tujuan Perusahaan
a. Mendirikan dan menjalankan perusahaan-perusahaan dan usaha-usaha
dalam bidang industri garmen.
b. Menjalankan pemasaran hasil dari kegiatan sub a tersebut di atas di
luar negeri dengan tidak mengurangi persetujuan-persetujuan yang disyaratkan oleh pemerintah Republik Indonesia.
(43)
commit to user
59
c. Menetapkan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar sebagai
wujud pengabdian dalam membangun dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.
4. Struktur Organisasi
Definisi dari struktur organisasi itu sendiri adalah mekenisme-mekenisme formal dengan mana organisasi dikelola, yaitu menunjukkan kerangka dan perwujudan pola tetap hubungan antar fungsi, bagian dan posisi, maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan, tugas wewenang yang berbeda-beda dalam suatu organisasi (T.Hani Handoko, 1995:169).
Struktur organisasi PT. Tupai Adyamas Indonesia menunjukkan penjelasan wewenang dan pengaturan pertanggung jawaban organisasi perusahaan, agar tugas masing-masing bagian menjadi lebih jelas sehingga dapat menunjang efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya itu, masing-masing bagian juga harus bertanggung jawab kapada supervisor, kemudian pertanggungjawaban terakhir berada di tangan Manajer dan Direktur. Bentuk struktur organisasi PT.Tupai Adyamas Indonesia sendiri adalah sebagai berikut :
(44)
60
Sumber : PT. Tupai Adyamas Indonesia
Gambar III.1 Struktur Organisasi PT. Tupai Adyamas Indonesia
PRODUCTION SUPERVISOR
DIRECTOR DIRECTOR
PRODUKSI
ACCOUNTING LOGISTIC
MANAJER UMUM
PRESIDENT DIRECTOR
(45)
commit to user
61
Tugas dan Tanggung Jawab
Secara garis besar struktur organisasi di PT. Tupai Adyamas Indonesia mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagaai berikut :
a. President Director
1) Memimpin perusahaan dan semua karyawan
2) Memberikan keputusan terakhir terhadap suatu masalah yang
dihadapi perusahaan.
3) Bertanggung jawab atas semua kegiatan perusahaan
4) Membina hubungan baik dengan pihak luar perusahaan dan mitra
kerja agar terciptanya suatu hubungan yang baik.
b. Vice Director
1) Membantu tugas-tugas dari President Director.
2) Mengganti tugas President Director apabila berhalangan.
3) Membina hubungan baik dengan pihak luar perusahaan dan mitra
kerja agar terciptanya hubungan yang baik.
c. Director
1) Menjalankan instruksi dari President Director dan Vice President.
2) Memberikan laporan jalannya kegiatan perusahaan.
3) Ikut mengawasi jalannya perusahaan dan memastikan lancarnya
kegiatan di perusahaan.
(46)
commit to user
62
d. Production Supervisor
1) Mengawasi jalannya kelancaran produksi.
2) Memastikan ketepatan proses produksi.
3) Mengkoordinasi kelancaran pemesanan.
e. Manajer Umum
1) Mengkoordinasikan kegiatan di dalam perusahaan
2) Melakukan pengawasan ke setiap departemen.
3) Mengontrol semua kegiatan, baik keluar maupun kedalam dengan
persetujuan Direktur.
4) Melaksanakan meeting bulanan untuk mengkoordinasi
permasalahan yang dihadapi.
f. Accounting
1) Mengatur semua kegiatan keuangan perusahaan, baik keluar
maupun ke dalam dengan persetujuan manajer umum.
2) Mencatat kegiatan keuangan harian.
3) Membuat laporan keuangan mingguan kegiatan perusahaan.
4) Melaporkan kegiatan keuangan perusahaan perbulan.
5) Membuat catatan hutang-piutang perusahaan.
6) Membuat keuangan input-output perusahaan.
7) Melaporkan kondisi keuangan perusahaan ke Manajer untuk
perkembangan perusahaan.
(47)
commit to user
63
g. Logistic
1) Melakukan pemeriksaan bahan baku
2) Mengatur pengadaan bahan baku kebutuhan produksi sesuai
dengan order serta tanggugna jawab atas kualitas bahan baku yang dibeli.
3) Mengatur pengadaan bahan, distribusi dan pemeliharaan peralatan
produksi serta menjaga keamanan semua bahan dan peralatan produksi.
h. Produksi
1) Mempersiapkan kegiatan-kegiatan proses produksi dan
pengkoordinasi semua kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi.
2) Bertanggung jawab atas kualitas produksi yang akan dihasilkan.
3) Mengawasi administrasi pabrik.
5. Kepersonaliaan
a. Tenaga Kerja
PT. Tupai Adyamas Indonesia memiliki 570 karyawan, dari tahun ke tahun jumlah karyawan relatif stabil. Usia karyawan produktif di PT.Tupai Adyamas Indonesia, berkisar antara 18-55 tahun. Secara garis besar daftar karyawan PT. Tupai Adyamas Indonesia per Februari 2010 adalah sebagai berikut :
(48)
commit to user
64
Tabel III.1
Jumlah Karyawan PT. Tupai Adyamas Indonesia Bulan : Februari 2010
Periode 21 Februari s/d 20 Maret 2010
NO BAGIAN BLN FEB BULANAN HARIAN BORONGAN MASUK KELUAR BLN MAR TOTAL L P L P L P L P L P L P L P
1 MANAGER 1 - 1 - - - 1 - 1
2 STAF & MD 3 5 3 5 - - - 2 - 1 3 6 9
3 SATPAM 6 1 6 1 - - - 6 1 7
4 KEBERSIHAN 2 1 - - 2 1 - - - 2 1 3
5 SOPIR 1 - 1 - - - 1 - 1
6 LEADER 3 24 3 24 - - - 3 24 27
7 ADM & MTC 3 1 1 - 2 1 - - - 3 1 4
8 EMBRODERY 2 29 - 3 2 26 - - - 3 2 26 28
9 PRINTING 14 28 2 2 12 26 - - - - 1 4 13 24 37
10 CUTTING 12 37 1 3 11 34 - - - 2 12 35 47
11 QUALITY CONTROL - 64 - 5 - 34 - 25 - - - 1 - 63 63
12 FINISHING 18 87 - - - 4 18 83 - - 1 5 17 82 99
13 SAMPLE - 12 - - - 12 - - - 1 - 11 11
14 LINE I + II - 36 - - - 36 - - - 1 - 35 35
15 LINE III + IV - 38 - - - 38 - - - 1 - 37 37
16 LINE V + VI 4 36 - - - - 4 36 - - - - 4 36 40
17 LINE VII + VIII 4 37 - - - - 4 37 - - - - 4 37 41
18 LINE IX + X 2 41 - - - - 2 41 - - - 1 2 40 42
19 LINE XI + XII 2 35 - - - - 2 35 - 1 - - 2 36 38
JUMLAH 77 512 18 43 29 138 30 331 - 3 2 20 75 495 570 Sumber : PT.Tupai Adyamas Indonesia
b. Sistem Gaji
Gaji diberikan sesuai keahlian dan jabatan yang dimiliki. Untuk gaji karyawan bagian produksi, PT. Tupai Adyamas Indonesia menerapkan sistem pengupahan sama seperti pabrik pada umumnya dengan gaji sesuai standar Upah Minimum Regional (UMR). Gaji, dibayarkan pada setiap akhir bulan. Untuk karyawan borongan, gaji di hitung harian dan dibayarkan setiap minggunya atau bulanan. Bila ada tambahan kerja lembur dan tambahan untuk tetap masuk pada Hari Raya, Hari Libur Nasional dan pada hari Minggu, upah akan dibayarkan pada hari Senin berikutnya.
(49)
commit to user
65
c. Jam Kerja Karyawan
Pada PT. Tupai Adyamas Indonesia, jam yang berlaku dari hari senin sampai dengan sabtu, tetapi hari efektif yang digunakan Senin sampai dengan Jum’at. Pada hari Senin sampai dengan Sabtu, jam kerja dimulai pukul 07.30 WIB sampai pukul 16.15 WIB. Jam istirahat dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu, dimulai pukul 12 WIB sampai dengan 12.45 WIB selama 45 menit.
Khusus untuk hari Minggu dan Hari Besar Nasional, semua karyawan diliburkan. Tetapi jika ada pesanan yang belum selesai produksinya, maka karyawan akan lembur sampai dengan waktu yang tidak ditentukan tergantung dari selesainya pemenuhan target pengiriman. Secara garis besar bagan jam kerja PT. Tupai Adyamas Indonesia adalah sebagai berikut :
Tabel III.2
Jam kerja karyawan PT. Tupai Adyamas Indonesia HARI JAM KERJA JAM ISTIRAHAT
Senin 07.30 WIB-16.15 WIB 12.00 WIB-12.45 WIB
Selasa 07.30 WIB-16.15 WIB 12.00 WIB-12.45 WIB
Rabu 07.30 WIB-16.15 WIB 12.00 WIB-12.45 WIB
Kamis 07.30 WIB-16.15 WIB 12.00 WIB-12.45 WIB
Jum’at 07.30 WIB-16.15 WIB 12.00 WIB-12.45 WIB
Sabtu 07.30 WIB-16.15 WIB 12.00 WIB-12.45 WIB
Sumber : PT.Tupai Adyamas Indonesia
d. Fasilitas dan Kesejahteraan Karyawan
Untuk menunjang aktivitas kerja dan kesejahteraan dari staf dan semua karyawan PT. Tupai Adyamas Indonesia menyediakan fasilitas, diantaranya :
(50)
commit to user
66
1. Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek).
2. Tunjangan hari raya.
3. Cuti tahunan.
4. Ijin untuk meninggalkan pekerjaan dengan alasan tertentu.
5. Pada bagian kantor, untuk staf disediakan komputer, printer, mesin
foto kopi, telephone dan faximile.
6. Proses Produksi
a. Marker
Pada tahap ini dilakukan perancangan model atau bentuk desain
T-Shirt yang akan dibuat.
b. Gelar Kain
Menyiapkan kain untuk masuk tahap pemotongan.
c. Potong
Pemotongan bahan sesuai dengan model yang telah ditentukan.
d. Numbering
Pemberian tanda sesuai pada bagian-bagian yang akan dijahit. Seperti pada bagian map atau body depan, ushiro atau body belakang, sode migi atau lengan kanan, dan sode hidari atau lengan kiri.
e. Cek Kain
Pengecekan kain bila ada cacat.
f. Embroidery
(51)
commit to user
67
g. Transfer Print
Penempelan logo dengan menggunakan press mesin atom spa.
h. Printing
Pemberian warna sesuai dengan desain yang telah ditentukan.
i. Sewing
Menjahit bagian atau bahan yang telah di beri tanda atau numbering.
j. Trimming
Pemotongan sisa-sisa jahitan.
k. Kensa
Pengecekan kualitas jahitan.
l. Ukur
Pengecekan kesesuaian ukuran yang telah ditentukan.
m. Iron
Penyetrikaaan T-Shirt yang telah jadi agar terlihat rapi dan bagus.
n. Lipat
Melipat T-Shirt yang telah disetrika untuk masuk tahap yang terakhir.
o. Packing
T-Shirt yang telah dilipat kemudian dimasukkan ke dalam
plastik-plastik pembungkus agar tetap bersih dan siap dikirim. Mesin yang digunakan dalam proses di atas antara lain :
1. Mesin spreading
2. Cutting besar & cutting kecil
(52)
commit to user
68
4. Mesin atom spa
5. Mesin embro
6. Diyer mesin
7. Single needle
8. Obras benang
9. Overdeck kepala kecil
10.Bartax
11.Mesin iron
B. Laporan Magang Kerja
1. Pengertian Magang Kerja
Magang kerja merupakan kegiatan penunjang perkuliahan yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa dengan diterjunkan secara langsung ke dunia kerja secara nyata dengan tujuan agar mahasiswa dapat meneliti secara langsung aplikasi dari berbagi teori yang telah didapat pada saat perkuliahan.
2. Tujuan Magang Kerja
Magang Kerja mempunya tujuan sebagai berikut :
a. Memperoleh pengalaman kerja dengan terjun secara langsung ke
dalam dunia kerja secara kenyataan.
b. Dapat menambah pengalaman dan ilmu yang di gunakan dalam
(53)
commit to user
69
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui memahami permasalahan yang
dihadapi dalam dunia kerja seraca kenyataan.
d. Agar dapat bekerja secara berkelompok atau dapat berinteraksi
terhadap masyarakat di dalam dunia kerja.
3. Obyek magang kerja
Dalam laporan ini objek magang kerja adalah PT. Tupai Adyamas Indonesia.
a. Jenis obyek magang kerja
Objek kerja berupa perusahaan manufaktur yang proses produksinya dilaksanakan secara manual dan menggunakan mesin. Proses produksi dilaksanakan berdasarkan faktor penjualan dan permintaan konsumen.
b. Kriteria obyek magang kerja
Criteria objek magang kerja, yaitu perusahaan PT. Tupai Adyamas Indonesia adalah sebagai berikut :
i. Berdiri dan beroperasi lebih dari dua puluh tahun.
ii. Bersedia menerima kedatangan peserta magang kerja serta
bersedia membimbing peserta magang kerja di objek magang kerja.
(54)
commit to user
70
4. Pelaksanaan magang kerja
a. Tempat kegiatan Magang Kerja
Penulis melakukan magang kerja di PT. Tupai Adyamas Indonesia yang beralamat di Jalan Merbabu km 1, Winong, Boyolali. Magang dilaksanakan selama satu bulan, di mulai dari tanggal 08 Februari 2010. Magang dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB.
Waktu magang tersebut merupakan kesepakatan yang telah disetujui antara pihak perusahaan dengan pihak mahasiswa sebagai peserta magang, sesuai dengan bidang kami yaitu Manajemen Industri.
b. Kegiatan Magang Kerja
Pelaksanaan magang kerja diarahkan pada kegiatan terjun ke lapangan secara langsung. Sebagai acuan dalam menyusun tugas akhir, kegiatan yang kami laksanakan di lokasi produksi adalah :
1) Mengamati berlangsungnya proses produksi.
2) Melakukan tugas sesuai dengan jadwal yang telah diberikan.
3) Mendapatkan pengarahan dan pembimbing lapangan.
4) Melakukan wawancara.
(55)
commit to user
71
5. Manfaat Magang Kerja
Dalam pelaksanaan magang kerja banyak manfaat yang diperoleh penulis antara lain :
a. Mengetahui secara langsung proses produksi pada PT. Tupai
adyamas Indonesia.
b. Mengetahui secara langsung pekerjaan karyawan.
c. Mengetahui peralatan proses produksi pada PT. Tupai
Adyamas Indonesia.
d. Memperoleh data untuk penulisan tugas akhir.
Demikian laporan magang kerja yang telah dilaksanakan di PT. Tupai Adyamas Indonesia sebagai objek penulisan Tugas Akhir. Data yang
dipakai untuk penulisan tugas akhir adalah tentang proses produksi T-Shirt
(56)
72
Sumber : PT. Tupai Adyamas Indonesia
Gambar III.2
Layout PT. Tupai Adyamas Indonesia Printing
Embroidery Transfer Print Pa ck in g L ip at
Gelar kain, ptong & Numbering U k u r K en sa T ri m m in g Ir on Sewing Sewing Sewing Sewing Gelar kain, ptong &
Numbering Sewing C ek k ai n Marker Gudang
(57)
commit to user
73
C. Pembahasan
1. Urutan proses produksi T-Shirt Puma
Langkah awal dalam menganalisis efisiensi layout dengan metode
line balancing adalah dengan menginventarisasi pekerjaan, yakni mencatat
alir atau urutan pekerjaan yang ada. Dalam hal ini kita mencatat urutan
pekerjaan beserta waktu pekerjaan yang mendahului pada produksi
T-Shirt. Adapun urutan atau alir pekerjaan dan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan proses produksi dapat dilihat pada tabel III.3 dibawah ini.
Tabel III.3
Urutan pekerjaan dan waktu penyelesaian produksi T-Shirt
Pada PT. Tupai Adyamas Indonesia No Pekerjaan Simbol Pekerjaan yang
mendahului
Waktu (menit)
1 Marker A - 8,2
2 Gelar Kain B A 2,4
3 Potong C B 7
4 Numbering D C 0,4
5 Cek Kain E D 3
6 Embroidery F E 1
7 Transfer Print G F 3
8 Printing H G 1
9 Sewing I H 24
10 Trimming J I 4
11 Kensa K J 4,8
12 Ukur L K 1,2
13 Iron M L 3
14 Lipat N M 4,8
15 Packing O N 0,24
Total waktu 68,04
Sumber : PT. Tupai Adyamas Indonesia yang diolah
Pada tabel diatas waktu yang penulis catat merupakan hasil dari pengamatan langsung dengan asumsi rata-rata waktu pengerjaan tiap satu pcs.
(58)
commit to user
74 Dalam bentuk diagram jaringan kerja kegiatan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar III.3
Diagram Jaringan kerja produksi T-Shirt
Pada PT. Tupai Adyamas Indonesia
L M N O
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
(59)
commit to user
75
2. Pengelompokan elemen pekerjaan T-Shirt Puma
Langkah selanjutnya adalah memperhitungkan keseimbangan
stasiun kerja pada proses produksi T-Shirt pada PT. Tupai Adyamas
Indonesia.
a. Menentukan stasiun kerja terkecil dan cycle time yang dikehendaki.
1) Menentukan stasiun kerja terkecil
Untuk menentukan banyaknya stasiun kerja yang ada dalam proses pekerjaan, maka digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan : N = stasiun kerja yang dibuat
T = waktu proses total D = Produksi ( proses ) t = waktu kerja per hari
Perusahaan telah menetapkan target jumlah produksi T-Shirt
sebanyak 21 box (1500 T-Shirt), informasi ini diperoleh dari
bagian produksi.
Sehingga dapat dihitung jumlah stasiun kerja terkecilnya sebagai berikut :
N =
(60)
commit to user
76 Langkah selanjutnya adalah mengelompokkan elemen pekerjaan yang ada ke dalam 3 stasiun kerja.
stasiun kerja
elemen pekerjaan
waktu 22 28 18,04
Gambar III.4
Pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam 3 stasiun kerja
2) Menentukan kapasitas maksimum dan siklus kerja (cycle time)
yang diijinkan.
Sebagai dasar struktur kerjanya perusahaan menggunakan waktu dan elemen terlama yaitu 28 menit adalah dengan perhitungan sebagai berikut :
Menghitung kapasitas maksimum
Kapasitas maksimum(Qmax) =
=
=
= 17,14 (dibulatkan 17 box) F
D E B C
A
I
K
J L M N O
III II
(61)
commit to user
77
Menghitung cycle time yang diijinkan
=
= =
b. Analisis Penugasan Elemen Pekerjaan Dalam Stasiun Kerja.
Setelah kita membuat pengelompokan elemen pekerjaan,
mengetahui kapasitas maksimum dan cycle time yang diijinkan
maka. Langkah selanjutnya adalah membuat tabel perhitungan penugasan elemen-elemen pekerjaan dalam stasiun kerja yang telah kita ketahui tersebut.
(62)
commit to user
78
Tabel III.4
Pengelompokan penugasan elemen pekerjaan dalam stasiun kerja dengan komulatif waktu tiap stasiun kerja
No Pekerjaan Simbol Stasiun kerja
Waktu (menit)
1 Marker A
I 22
2 Gelar Kain B
3 Potong C
4 Numbering D
5 Cek Kain E
6 Embroidery F
7 Transfer Print G
II 28
8 Printing H
9 Sewing I
10 Trimming J
III 18,04
11 Kensa K
12 Ukur L
13 Iron M
14 Lipat N
15 Packing O
Total waktu 68,04
3. Menghitung besarnya tingkat efisiensi.
a. Analisis LOT (Longest Operations Time)
Pada siklus kerja 28 menit sebagai dasar siklus kerja yang ditentukan oleh perusahaan, penentuan elemen pekerjaan ke dalam 3 stasiun kerja beserta perhitungan waktu menganggur atau idle time dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
(63)
commit to user
79
Tabel III.5
Perhitungan total waktu kerja, siklus dan waktu menganggur pada cycle time 28 menit.
Stasiun kerja I II III
Total waktu (menit)
Waktu
komulatif 22 28 18,04 68,04
Siklus kerja 28 28 28 84
Waktu
menganggur 6 0 9,96 15,96
Dari tabel diatas dapat dihitung berapa presentasi waktu penundaan.
1) Tingkat penundaan
= x 100%
=
2) Tingkat efisiensi
= =
Perhitungan diatas adalah dengan siklus kerja 28 menit. Kemudian kita bandingkan dengan perhitungkan siklus kerja yang diijinkan. Jika perusahaan ingin mencapai target produksi 21 box per hari, yakni 22,85 menit. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
(64)
commit to user
80
b. Perhitungan berdasarkan waktu siklus (cycle time) yang
diijinkan yakni 22,85 menit.
Tabel III.6
Perhitungan total waktu kerja, siklus dan waktu menganggur Pada cycle time 22,85 menit.
Stasiun kerja I II III
Total waktu (menit)
Waktu
komulatif 22 28 18,04 68,04
Siklus kerja 22,85 22,85 22,85 68,55
Waktu
menganggur 0,85 -5,15 4,81 0,51
Dari tabel diatas dapat dihitung berapa presentasi waktu penundaan sebagai berikut :
1) Tingkat penundaan
= x 100%
=
(65)
commit to user
81
c. Menghitung Efektifitas
Efektifitas lininya adalah tingkat kapasitas yang diinginkan yang bisa dicapai, yaitu dengan siklus kerja 22,85 menit. Total
output yang dapat di capai adalah :
1) Menghitung efektifitas berdasarkan cycle time yang
diijinkan (22,85menit)
Sehingga efektifitas dapat kita bandingkan dengan perhitungan sebagai berikut :
= x 100%
=
Jika dibandingkan dengan perhitungan output per hari yang
dicapai dengan siklus kerja 28 menit maka akan diperoleh output per hari yang dicapai sebagai berikut :
(66)
commit to user
82 Dari perhitungan tersebut maka dapat kita lihat tingkat efektifitasnya adalah sebagai berikut :
d. Hasil Analisis Keseimbangan Lini
Maka dari keseluruhan perhitungan diatas dapat kita rangkumkan ke dalam tabel sebagai berikut :
(67)
commit to user
83
Hasil analisis keseimbangan lini berdasarkan aturan siklus kerja terlama LOT (Longest Operations Time)
keterangan
Hasil analisis siklus kerja
Perbedaan (selisih) Siklus kerja
28 menit
Siklus kerja 22,85 menit
Total menganggur 15,96 0,51 15,45
Efisiensi 81% 99,26% 18,26%
Efektifitas 80,95% 100% 19,05%
Tingkat
penundaan 19% 0,74% 18,26%
Dari tabel diatas kita dapat membandingkan antara penerapan kebijakan siklus kerja 22,85 menit lebih menguntungkan daripada siklus kerja pertama yakni 28 menit. Sehingga apabila siklus kerja 22,85 menit dapat diterapkan dengan benar maka keseimbangan lini kerja menjadi lebih baik, dimana hal ini akan meningkatkan perusahaan.
Dapat kita lihat apabila dengan waktu siklus kerja (cycle
time) 28 menit, menghasilkan waktu menganggur yang cukup besar
15,96 menit, maka tingkat efisiensi dan efektifitas yang terendah yakni 81% dan 80,95%, serta tingkat penundaan yang tinggi yakni 19%.
Berbeda apabila diterapkan dengan siklus kerja terkecil atau
cycle time yang diijinkan yakni 22,85 menit, yang mana dari hasil
(68)
commit to user
84 yang kecil yakni 0,51 menit. Tingkat efisiensi dan efektifitas yang lebih tinggi yakni 99,26% dan 100%, serta tingkat penundaan yang rendah sebesar 0,74%.
Dengan demikian apabila sistem, peralatan dan karyawan dapat di koordinir serta diterapkan dengan baik maka efisiensi dan efektifitas layout dapat tercapai.
Tabel III.8
Perbedaan sebelum dan sesudah diteliti
Keterangan Sebelum Sesudah
Desain layout Belum efisien Lebih efisien
Stasiun kerja
Belum ada pengelompokan
stasiun kerja
Dikelompokkan menjadi 3 stasiun
kerja
Waktu yang dipengaruhi
Tingkat waktu menganggur cukup
besar
Tingkat waktu menganggur yang
(69)
85
57
Dari uraian diatas dapat pula disimpulan bahwa pengelompokan pekerjaan berdasarkan stasiun kerja yang terlihat sebagai berikut :
Gambar III. 5
Layout PT. Tupai Adyamas Indonesia Printing
Embroidery Transfer Print P ac k in g L ip at
Gelar kain, ptong & Numbering U k u r K en sa T ri m m in g Ir on Sewing Sewing Sewing Sewing Gelar kain, ptong &
Numbering Sewing C ek k ai n Marker
Stasiun kerja 1
Stasiun kerja 2
Stasiun kerja 3
Sumber : PT. Tupai Adyamas Indonesia
(70)
commit to user
86
BAB IV PENUTUP
Berikut merupakan yang dikemukakan berdasarkan pembahasan masalah
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Tentang efisiensi layout fasilitas
produksi pada PT. Tupai Adyamas Indonesia. Selain itu juga berisi saran-saran bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi perusahaan serta sebagai salah satu langkah perbaikan untuk masa mendatang.
A. KESIMPULAN
1. Alur proses produksi pada PT. Tupai Adyamas Indonesia meliputi
marker, potong, numbering, embroidery, printing, sewing, trimming,
kensa, ukur, iron, packing.
2. Departemen produksi untuk produksi T-Shirt di PT. Tupai Adyamas
Indonesia, memiliki pekerjaan yang dapat dikelompokkan menjadi 3 stasiun kerja. Pekerjaan-pekerjaan tersebut antara lain sebagai berikut yakni A, B, C, D, E, F terdapat pada stasiun kerja satu. G, H, I terdapat pada stasiun kerja dua. J, K, L, M, N, O terdapat pada stasiun kerja tiga.
3. Dari hasil analisis dapat kita peroleh beberapa tingkat efisiensi dan
efektifitas layout yang ada pada produksi T-Shirt.
(71)
commit to user
87
a. Dengan menggunakan siklus kerja 28 menit. (siklus kerja yang
diterapkan), menghasilkan tingkat efisiensi 81% dan tingkat efektifitas 80,95%.
b. Dengan menggunakan siklus kerja 22,85 menit. (siklus kerja yang
diijinkan), menghasilkan tingkat efisiensi lebih besar yakni sebesar 99,26% dan tingkat efektifitas 100%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan siklus kerja 22,85 menit dapat menghasilkan tingkat efisiensi dan efektifitas yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan siklus kerja 28 menit.
B. SARAN
Berdasarkan analisis yang dilakukan, penulis mencoba memberikan saran yang terkait dengan hasil yang diperoleh. Dengan harapan dapat dijadikan bahan referensi pertimbangan atau kebijakan manajemen untuk
proses produksi T-Shirt.
1. Siklus kerja yang digunakan hendaknya adalah siklus kerja 22,85
menit dan bukan yang 28 menit, sehingga perusahaan mendapat tingkat efisiensi dan efektifitas produksi yang lebih baik.
2. Untuk dapat menggunakan siklus kerja tersebut, perlu dilakukan
evaluasi pada tiap-tiap stasiun kerja, sehingga dapat diketahui kegiatan apa saja yang ditiadakan dan diadakan ataupun diperbaiki dari kondisi sebelumnya. Hal ini ditujukan agar dapat
(72)
commit to user
88
mengoptimalkan fungsi produksi dan meminimalkan
permasalahan yang ada pada proses produksi.
3. Memperhatikan produktivitas karyawan dan kondisi peralatan yang
ada, hendaknya selalu dievaluasi secara berkala agar efisiensi dan efektifitas produksi meningkat dan terkontrol dengan baik.
(1)
commit to user
83 Hasil analisis keseimbangan lini berdasarkan aturan siklus kerja terlama
LOT (Longest Operations Time)
keterangan
Hasil analisis siklus kerja
Perbedaan (selisih) Siklus kerja
28 menit
Siklus kerja 22,85 menit
Total menganggur 15,96 0,51 15,45
Efisiensi 81% 99,26% 18,26%
Efektifitas 80,95% 100% 19,05%
Tingkat
penundaan 19% 0,74% 18,26%
Dari tabel diatas kita dapat membandingkan antara penerapan kebijakan siklus kerja 22,85 menit lebih menguntungkan daripada siklus kerja pertama yakni 28 menit. Sehingga apabila siklus kerja 22,85 menit dapat diterapkan dengan benar maka keseimbangan lini kerja menjadi lebih baik, dimana hal ini akan meningkatkan perusahaan.
Dapat kita lihat apabila dengan waktu siklus kerja (cycle
time) 28 menit, menghasilkan waktu menganggur yang cukup besar
15,96 menit, maka tingkat efisiensi dan efektifitas yang terendah yakni 81% dan 80,95%, serta tingkat penundaan yang tinggi yakni 19%.
Berbeda apabila diterapkan dengan siklus kerja terkecil atau
cycle time yang diijinkan yakni 22,85 menit, yang mana dari hasil
(2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84 yang kecil yakni 0,51 menit. Tingkat efisiensi dan efektifitas yang lebih tinggi yakni 99,26% dan 100%, serta tingkat penundaan yang rendah sebesar 0,74%.
Dengan demikian apabila sistem, peralatan dan karyawan dapat di koordinir serta diterapkan dengan baik maka efisiensi dan
efektifitas layout dapat tercapai.
Tabel III.8
Perbedaan sebelum dan sesudah diteliti
Keterangan Sebelum Sesudah
Desain layout Belum efisien Lebih efisien
Stasiun kerja
Belum ada pengelompokan
stasiun kerja
Dikelompokkan menjadi 3 stasiun
kerja
Waktu yang dipengaruhi
Tingkat waktu menganggur cukup
besar
Tingkat waktu menganggur yang
(3)
85
57
Dari uraian diatas dapat pula disimpulan bahwa pengelompokan pekerjaan berdasarkan stasiun kerja yang terlihat sebagai berikut :
Gambar III. 5
Layout PT. Tupai Adyamas Indonesia Printing
Embroidery Transfer Print P ac k in g L ip at
Gelar kain, ptong & Numbering U k u r K en sa T ri m m in g Ir on Sewing Sewing Sewing Sewing Gelar kain, ptong &
Numbering Sewing C ek k ai n Marker
Stasiun kerja 1
Stasiun kerja 2
Stasiun kerja 3
Sumber : PT. Tupai Adyamas Indonesia
(4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86 BAB IV
PENUTUP
Berikut merupakan yang dikemukakan berdasarkan pembahasan masalah
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Tentang efisiensi layout fasilitas
produksi pada PT. Tupai Adyamas Indonesia. Selain itu juga berisi saran-saran bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi perusahaan serta sebagai salah satu langkah perbaikan untuk masa mendatang.
A. KESIMPULAN
1. Alur proses produksi pada PT. Tupai Adyamas Indonesia meliputi
marker, potong, numbering, embroidery, printing, sewing, trimming,
kensa, ukur, iron, packing.
2. Departemen produksi untuk produksi T-Shirt di PT. Tupai Adyamas
Indonesia, memiliki pekerjaan yang dapat dikelompokkan menjadi 3 stasiun kerja. Pekerjaan-pekerjaan tersebut antara lain sebagai berikut yakni A, B, C, D, E, F terdapat pada stasiun kerja satu. G, H, I terdapat pada stasiun kerja dua. J, K, L, M, N, O terdapat pada stasiun kerja tiga.
3. Dari hasil analisis dapat kita peroleh beberapa tingkat efisiensi dan
efektifitas layout yang ada pada produksi T-Shirt.
(5)
commit to user
87
a. Dengan menggunakan siklus kerja 28 menit. (siklus kerja yang
diterapkan), menghasilkan tingkat efisiensi 81% dan tingkat efektifitas 80,95%.
b. Dengan menggunakan siklus kerja 22,85 menit. (siklus kerja yang
diijinkan), menghasilkan tingkat efisiensi lebih besar yakni sebesar 99,26% dan tingkat efektifitas 100%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan siklus kerja 22,85 menit dapat menghasilkan tingkat efisiensi dan efektifitas yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan siklus kerja 28 menit.
B. SARAN
Berdasarkan analisis yang dilakukan, penulis mencoba memberikan saran yang terkait dengan hasil yang diperoleh. Dengan harapan dapat dijadikan bahan referensi pertimbangan atau kebijakan manajemen untuk
proses produksi T-Shirt.
1. Siklus kerja yang digunakan hendaknya adalah siklus kerja 22,85
menit dan bukan yang 28 menit, sehingga perusahaan mendapat tingkat efisiensi dan efektifitas produksi yang lebih baik.
2. Untuk dapat menggunakan siklus kerja tersebut, perlu dilakukan
evaluasi pada tiap-tiap stasiun kerja, sehingga dapat diketahui kegiatan apa saja yang ditiadakan dan diadakan ataupun diperbaiki dari kondisi sebelumnya. Hal ini ditujukan agar dapat
(6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
mengoptimalkan fungsi produksi dan meminimalkan
permasalahan yang ada pada proses produksi.
3. Memperhatikan produktivitas karyawan dan kondisi peralatan yang
ada, hendaknya selalu dievaluasi secara berkala agar efisiensi dan efektifitas produksi meningkat dan terkontrol dengan baik.