Analisis efisiensi layout fasilitas produksi pada perusahaan roti ”satria bakery” di Karanganyar TA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam perkembangan perekonomian masa kini perusahaan dituntut mempunyai daya kompetensi tinggi. Perusahaan besar maupun kecil harus mempunyai strategi-strategi tersendiri agar dapat bertahan dan berkembang seiring perkembangan zaman. Strategi perusahaan sangat banyak dan bervariasi, selain strategi yang fokus pada kondisi didalam perusahaan juga strategi pada kondisi diluar perusahaan. Diluar perusahaan ada beberapa strategi yang dapat digunakan, misal strategi perolehan bahan baku maupun strategi pemasaran produk jadi ataupun produk setengah jadi. Didalam perusahaan, strategi juga banyak dilakukan , salah satunya adalah strategi pengaturan tata letak pabrik dan segala fasilitasnya, yang didalam bahasa perusahaan disebut layout fasilitas produksi.
Layout fasilitas produksi merupakan hal yang potensial didalam perusahaan. Layout fasilitas produksi harus diperhatikan oleh organisasi agar dapat memaksimalkan provitabilitas, tapi sering kali perusahaan tidak begitu memperhatikan hal ini. Pengelolaan tata letak fasilitas produksi harus dilakukan sacara terus-menerus agar efisiensi dapat dicapai sehingga produktivitas dapat tercapai pula. Begitu pentingnya masalah penataan tata letak fasilitas terhadap berjalannya proses produksi, membuat perusahaan harus meluangkan pemikiran yang lebih fokus agar efektivitaslah yang harus peroleh, bukan hanya sekedar keindahan dipandang saja. Penataan layout fasilitas sangat
(2)
mempengaruhi kegiatan produksi, disini menegaskan bahwa penataan layout fasilitas bukan masalah yang sepele.
Kurangnya kepedulian tentang penataan tata letak fasilitas dapat berakibat fatal. Akibat yang akan timbul bila tidak menerapkan penataan yang baik adalah kegiatan proses produksi yang terganggu, pembengkakan biaya produksi yang muncul dari aktifitas yang seharusnya tidak perlu, sampai titik akhir yaitu kebangkrutan perusahaan sampai tidak bisa menjalankan proses produksi lagi. Mengingat pentingnya masalah penataan layout fasilitas produksi, perusahaan harus senantiasa memikirkan hal ini agar tidak merugikan perusahaan baik kecil maupun besar. Pengelolaan tempat didalam perusahaan harus saling mendukung kelancaran segala aspek proses produksi. Penataan Layout fasilitas produksi memang sulit dilakukan, walaupun perusahaan telah melakukannya, tetap saja kesempurnaan tidak pernah ada, tapi diharapkan nantinya perusahaan memperoleh keuntungan yang maksimal.
Perusahaan Roti “Satria Bakery” merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan produk berupa roti. Sejak awal berdiri perusahaan ini sudah melakukan beberapa strategi efisiensi layout fasilitas produksi, tetapi penulis melihat masih melihat ketidakseimbangan antar departemen sehingga mempengaruhi perpindahan bahan dan personil tidak efisien. Dan perlu kita ketahui juga bahwa kesempurnaan itu tidak pernah ada. Mengingat perkembangan ekonomi pada masa sekarang, khususnya perusahaan yang bergerak dibidang yang sama, perusahaan harus mempunyai
(3)
daya kompetensi yang tinggi, dan selalu memperhatikan masalah layout yang sudah ada, agar mampu berkembang dan bersaing dipasar global yang tentunya menjadi leader perusahaan sejenis.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam menyusun Tugas Akhir penulis mengambil judul:
“ANALISIS EFISIENSI LAYOUT FASILITAS PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ROTI “SATRIA BAKERY” DIKARANGANYAR ”. B. Rumusan Masalah
Masalah pokok Perusahaan Roti “Satria Bakery” mengenai analisis layout untuk mencapai efisiensi adalah :
1. Bagaimana urutan proses produksi dari bahan baku menjadi produk jadi pada Perusahaan Roti “Satria Bakery”?
2. Bagaimana efisiensi layout fasilitas produksi pada Perusahaan Roti “Satria Bakery”?
3. Bagaimana revisi layout yang efisien bagi Perusahaan Roti “Satria Bakery” terhadap pelaksanaan layout yang kurang optimal ?
C. Batasan Masalah
Dalam pengamatan penelitian, penulis hanya mengamati urutan proses produksi, jarak antara stasiun kerja satu dengan yang lain, dan waktu yang digunakan tiap departemen.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui urutan proses produksi dari bahan baku menjadi produk jadi pada Perusahaan Roti “Satria Bakery”.
2. Untuk mengetahui efisiensi layout fasilitas produksi pada Perusahaan Roti “Satria Bakery”.
(4)
3. Untuk mengetahui revisi layout yang efisien bagi Perusahaan Roti “Satria Bakery” terhadap pelaksanaan layout yang kurang optimal. E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara kebijakan yang digunakan selama ini dengan hasil penelitian. 2. Bagi Penulis
a. Menambah pengetahuan tentang bagaimana cara pembuatan roti.
b. Penerapan ilmu yang telah diperoleh dari bangku perkuliahan. c. Mengetahui bagaimana kondisi dunia kerja yang sebanarnya. 3. Bagi pihak lain
a. Dapat dijadikan referensi untuk pemecahan kasus sejenis. b. Menambah pengetahuan khususnya bagaimana cara
(5)
F. Kerangka Pemikiran
Alur Kerangka Pemikiran
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Langkah pertama untuk menentukan efektivitas dan efisiensi layout pada Perusahaan Roti “Satria Bakery” adalah mengetahui terlebih dahulu posisi layout yang diterapkan perusahaan saat ini. Dengan data yang diperoleh dari pengamatan tesebut, langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan metode Keseimbangan Lini, setelah pengolahan data dan mendapatkan hasil, maka hasil yang diperoleh tersebut digunakan sebagai acuan tentang berapa prosentase efisiensi layout yang diterapkan Perusahaan Roti “Satria Bakery” tersebut. Hasil tersebut juga digunakan untuk mengetahui apakah layout yang diterapkan oleh perusahaan tersebut masih bisa
Layout fasilitas produksi
Analisis Keseimbangan Lini
Efektivitas dan efisiensi
Kurang efisien Efisien
(6)
dipertahankan, atau harus dilakukan relayout untuk mendapatkan efisiensi yang maksimal.
G. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang penulis gunakan adalah desain kasus yang diperoleh dari penelitian tentang layout fasilitas produksi pada Perusahaan Roti “Satria Bakery” apakah layout yang diterapkan sudah maksimal apa belum. Serta dengan melihat hal tersebut apakah perusahaan perlu melakukan perubahan atau tetap mempertahankan penerapan layout yang sudah ada.
2. Obyek Penelitian
Tempat yang menjadi obyek penelitian adalah pada Perusahaan Roti “Satria Bakery” yang berlokasi di Teken, Kecamatan Kaliwuluh, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
3. Sumber Data
Data diperoleh dengan penelitian dan pengamatan secara langsung yang dilakukan pada Perusahaan Roti “Satria Bakery”.
4. Jenis Data a Data Primer
Adalah data yang diperoleh dari pengamatan secara langsung pada Perusahaan Roti “Satria Bakery” yang berhubungan dengan proses produksi dan layout yang diterapkan yang didalamnya mencakup jenis pekerjaan dan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
(7)
b Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang berkaitan dengan proses produksi dan tata letak/ layout fasilitas poduksi dengan membaca literatur, dokumen, buku-buku serta teori yang berhubungan dengan penelitian.
5. Metode Pengumpulan data a Wawancara
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung dengan manajer, personalia, staf serta dengan karyawan perusahaan.
b Dokumentasi
Yaitu suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat atau mengcopy data dari perusahaan.
c Observasi
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung pada proses produksi dan layout fasilitas produksi yang diterapkan Perusahaan Roti “Satria Bakery”. 6. Metode Pembahasan
a Menginventariskan kegiatan yang ada.
Melakukan inventaris dengan membuat tabel yang berisi jenis kegiatan, kegiatan yang mendahului serta waktu penyelesaian pekerjaan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah dalam melakukan analisis dan pengolahan data.
(8)
Setelah menginventariskan kegiatan yang ada kemudian dibuat jaringan kerja untuk mempermudah dalam menentukan jumlah stasiun kerja .
c Melakukan analisis keseimbangan lini
Melakukan analisis keseimbangan lini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Menentukan cycle time.
Cycle time adalah selang waktu yang terjadi pada saat produk yang sudah selesai dikerjakan meninggalkan garis produksi atau waktu terpanjang yang diperlukan antara bagian-bagian proses produksi yang harus dilalui suatu produk.
Rumus :
D t C 60
Keterangan :
C : cycle time atau waktu daur t : waktu kerja per hari
(9)
Sedangkan untuk memperoleh kapasitas yang memadai dengan cara :
Maksimum output /hari =
unit c hari waktu / /
2) Perhitungan untuk mendapatkan stasiun kerja terkecil Untuk mendapatkan stasiun kerja terkecil dapat dicari
Rumus : N=
t T D 60 Keterangan
N : stasiun kerja yang dibuat. T : waktu proses total.
3) Melakukan penugasan dari elemen-elemen penugasan kestasiun kerja dengan aturan LOT (Longest Operation Time).
Yaitu melakukan penugasan elemen tugas-tugas berikutnya dengan tetap memperhatikan urutan proses. Penundaan (balancing delay) dipakai sebagai ukuran tentang bagaimana baiknya alokasi penugasan beban kerja pada stasiun kerja yang merupakan suatu indikator efisiensi.
4) Untuk mengetahui penundaan dapat dicari dengan rumus :
Total waktu yang menganggur
Penundaan = X100%
(10)
Keterangan :
Total waktu menganggur = Jumlah stasiun kerja X cycle time total waktu elemen pekerjaan.
Total waktu kerja = Jumlah stasiun kerja X cycle time
Tingkat efisiensi = 100% - balancing delay
5) Menentukan efektifitas Rumus :
Output perhari yang dicapai
Efektifitas =
100% Output perhari yang dikehendaki(11)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Proses Produksi.
Menurut Agus Ahyari ( 1994 : 12 ) proses adalah “cara, metode, maupun teknik untuk menyelenggarakan atau pelaksanaan dari suatu hal tertentu”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan proses produksi adalah suatu cara, metode, maupun teknik bagaimana kegiatan penciptaan faedah baru atau penambahan faedah tersebut dilaksanakan. Sedangkan menurut Sofjan Assauri ( 1997 : 83 ) proses produksi adalah “cara, metode dan teknik untuk menciptakan kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber ( tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dan dana) yang ada”.
B. Pengertian Layout
Layout / Tata letak adalah landasan utama dalam industri. Pengertian Layout yang lebih detail adalah susunan letak fasilitas produksi didalam pabrik yang sangat perlu direncanakan dan diatur dengan baik sesuai dengan pelaksanaan produksi yang ada didalam pabrik tersebut. Agus Ahyari (1994 : 35)
Layout yang baik dapat diartikan sebagai penyusunan yang teratur dan efisien semua fasilitas-fasilitas pabrik dan buruh (personil) yang ada didalam pabrik. (Sofjan Assauri, 1996 : 45)
(12)
Layout fasilitas harus dirancang untuk memungkinkan perpindahan yang ekonomis dari orang-orang dan bahan –bahan dalam berbagai proses dan operasi perusahaan. (T. Hani Handoko, 1992 : 45)
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Layout merupakan suatu desain penempatan fasilitas dalam perusahaan, agar produksi lancar dan biaya total semakin minimal sehingga keuntungan perusahaan meningkat.
Secara garis besar tujuan layout adalah mengatur area kerja dan penempatan segala macam produk serta fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk operasi produksi yang aman dan nyaman. Perencanaan layout merupakan perencanaan yang menyeluruh dari tata letak produksi yang ada, sehingga pelaksanaan layout ini akan senantiasa diperlukan masing-masing perusahaan. Karena perencanaan layout merupakan perencanaan dari pembagian dan penataan ruangan perusahaan sehingga pelaksanaan produksi dalam perusahaan tersebut bisa dilaksanakan seefisien mungkin. Suatu perencanaan layout akan selalu diperlukan disuatu perusahaan oleh karena adanya hal-hal berikut. Seperti yang diungkapkan Agus Ahyari dalam bukunya “Manajemen Produksi”, ada beberapa faktor yang mendorong perencanaan layout antara lain :
1. Adanya perubahan dari desain produksi. 2. Adanya produk baru.
3. Adanya perubahan volume permintaan. 4. Fasilitas yang sudah ada ketinggalan zaman. 5. Adanya kecelakaan dalam proses produksi. 6. Kondisi kerja yang tidak memuaskan.
7. Pemindahan lokasi pasar produk perusahaan. 8. Penghematan biaya.
(13)
Tujuan perencanaan layout antara lain :
1. Meminimalkan biaya material handling diantara fungsi berbeda. 2. Mengurangi kemacetan material dan tenaga kerja.
3. Menaikkan keamanan karyawan. 4. Menaikkan efisiensi tenaga kerja. 5. Memperbaiki moral
6. Memperindah komunikasi dan koordinasi bila diperlukan.
7. Meningkatkan kualitas lingkungan pekerjaan secara fisik ( sinar, temperatur, suara gaduh ) dan secara psikis ( sosial, dan
komunikasi ) (Atmaji, 1989 : 97 )
Didalam penyusunan perencanaan layout pabrik, sebelum ditentukan layout apa yang akan digunakan dalam pabrik tersebut terlebih dahulu harus diketahui seberapa besar atau berapa bagian yang akan terlibat dalam penerapan dari perencanaan layout yang akan disusun tersebut. Ada 4 macam klasifikasi layout, yaitu : 1) Adanya perubahan kecil dalam layout yang sudah ada. 2) Adanya penambahan fasilitas produksi yang baru.
3) Adanya perubahan karena tambahan fasilitas produksi yang baru.
4) Pembangunan pabrik baru. 5)
C. Jenis-jenis layout 1. Layout Proses
(14)
Layout proses atau layout fungsional adalah penyusunan tata letak dimana alat yang sejenis atau yang mempunyai fungsi sama ditempatkan dalam bagian yang sama. Model ini cocok jika proses produksi tidak baku, yaitu perusahaan membuat berbagai jenis produk yang berbeda atau suatu produk dasar yang diproduksi dalam berbagai macam variasi.
Keuntungan tata letak proses menurut T. Hani Handoko yaitu :
a Memungkinkan utilisasi mesin yang tinggi
Memungkinkan penggunaan mesin-mesin yang multiguna sehingga dengan cepat mengikuti perubahan jenis produksi b Memperkecil terhentinya produksi yang diakibatkan oleh
kerusakan mesin
c Sangat fleksibel dalam mengalokasikan personel dan peralatan d Memungkinkan spesialisasi supervise.
Kerugian tata letak proses :
a Meningkatnya kebutuhan material handling karena aliran proses yang beragam dan tidak dapat digunakannya ban berjalan
b Pengawasan produksi yang lebih sulit
c Meningkatnya persediaan barang dalam proses d Total waktu produksi per unit yang lebih lama e Memerlukan skill yang lebih tinggi
(15)
f Pekerjaan routing, penjadwalan dan akunting biaya yang lebih sulit karena setiap ada order baru harus dilakukan perencanaan perhitungan kembali.
2. Layout Produk
Tata letak produk dipilih apabila proses produksinya telah distandarisasikan dan berproduksi dalam jumlah yang besar. Setiap produk akan melalui tahapan operasi yang sama sejak dari awal sampai akhir.
Keuntungan model tata letak produk :
a Aliran material yang simpel dan langsung b Persediaan barang dalam proses yang rendah c Total waktu produksi per unit yang rendah d Tidak memerlukan skill tenaga kerja yang tinggi e Kebutuhan material handling yang rendah f Pengawasan proses produksi yang lebih mudah g Dapat menggunakan mesin khusus atau otomatis
h Dapat menggunakan ban berjalan karena aliran material sudah tertentu
i Kebutuhan material dapat diperkirakan dan dijadwalkan dengan lebih mudah
Kerugian model tata letak produk :
(16)
b Perubahan desain produk dapat mengakibatkan tidak efektifnya tata letak yang bersangkutan
c Biasanya memerlukan investasi mesin / peralatan yang besar
d Karena sifat pekerjaannya yang monoton dapat mengakibatkan pemborosan
3. Layout posisi tetap
Tata letak posisi tetap dipilih apabila karena ukuran, bentuk ataupun karakteristik lain menyebabkan produknya tidak mungkin atau sukar untuk dipindahkan. Dengan demikian produk tetap ditempat sedangkan peralatan dan tenaga kerja yang mendatangi produk.
Keuntungan tata letak posisi tetap : a Berkurangnya gerakan material
b Adanya kesempatan untuk melakukan pengayaan tugas
c Sangat fleksibel, dapat mengakomodasi perubahan dalam desain produk, bauran produk ataupun volume produksi
d Memberikan kebanggaan pada pekerja karena dapat menyelesaikan seluruh pekerjaan
Kerugian tata letak posisi tetap :
a Gerakan personel dan peralatan yang tinggi b Dapat terjadi duplikasi mesin dan peralatan
(17)
c Memerlukan tenaga kerja yang berketrampilan tinggi
d Memerlukan ruang yang besar dan persediaan barang dalam proses yang tinggi
e Memerlukan koordinasi dalam penjadwalan produksi.
D. Prinsip Dasar Penyusunan Layout.
Berdasarkan tujuan dan manfaat yang dapat diperolah dalam pengaturan tata letak fasilitas pabrik, dapat disimpulkan prinsip dasar penyusunan layout adalah sebagai berikut :
1. Integrasi secara total
2. Jarak perpindahan bahan paling minimum 3. Memperlancar aturan kerja
4. Kepuasan dan keselamatan kerja 5. Fleksibilitas
Pada dasarnya tahapan pengaturan semua fasilitas pabrik dapat dibedakan menjadi dua tahapan :
1. Mengatur tata letak mesin dan fasilitas produksi lainnya dalam setiap departemen
2. Mengatur tata letak departemen serta hubungannya dengan departemen yang lain dalam pabrik.
Untuk mengatur letak mesin dan fasilitas produksi maupun letak departemen dalam pabrik, prosedur yang dilaksanakan sebagai langkah-langkah proses perencanaan tata letak fasilitas pabrik, baik menyangkut masalah fasilitas produksi yang sudah ada ( relayout )
(18)
maupun masalah pengaturan fasilitas produksi dari pabrik baru adalah sebagai berikut :
1. Analisis produk dan proses produksi yang diperlukan 2. Penentuan jumlah mesin dan luas area yang dibutuhkah 3. Penentuan tipe layout yang dikehendaki
4. Penentuan aliran kerja dan bahan
5. Rencana secara detail layout yang dipilih
Dari langkah-langkah tersebut diatas pengaturan tata letak fasilitas harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut
1. Jenis produk yang dibuat, baik manyangkut desain maupun volume produksi yang dikehendaki.
2. Urutan proses, apakah atas dasar arus (flow) atau atas dasar proses.
3. Peralatan yang digunakan, baik menyangkut jenis teknologi, maupun kapasitas mesin.
4. Pemeliharaan dan penggantian (maintenance and replacement) 5. Keseimbangan kapasitas antar mesin atau antar departemen
(balancing capacity).
6. Area tenega kerja (employee area). 7. Area pelayanan (servica area) 8. Fleksibilitas (flexibility).
[Zulian Yamit, M. Si,. 1998 : 122]
Jika terjadi perubahan metode-metode kerja dan lain-lain maka relayout itu perlu.
(19)
Kerugian layout yang buruk adalah :
1. Bahan-bahan dalam pabrik bergerak lambat, dimana urutan proses berliku-liku karena susunan tata letak barang dan ruangan yang ada.
2. Ruangan produksi, mesin-mesin dan fasilitas lainnya disusun sacara tidak teratur (berserakan) sehingga mengganggu kelancaran produksi.
3. Service area sempit sekali dan letaknya tidak memuaskan.
4. Bahan-bahan/ produk-produk tidak dapat bergerak segera dikosongkan, sehingga memperlambat pembongkaran barang-barang yang tiba dipabrik. (Sofjan Assauri, 1996 : 45 ).
E. Cara melakukan Perencanaan Layout
Pekerjaan layout tidak dapat dikerjakan sendiri oleh satu orang. Dalam membuat layout yang baru, semua faktor-faktor yang disebutkan diatas harus diperhatikan benar-benar dan harus dipertimbangkan, terutama faktor-faktor yang penting, yaitu:
1. Flow material 2. Product
3. Peralatan/ Machine 4. Minimummovement
5. Sequence (urutan) dari operasi produksi
Tahapan-tahapan perencanaan layout : 1. Plan Inventory
(20)
a Daftar mesin b Ukuran mesin
c Gambar-gambar mesin
2. Group outline
Didalam menggambar perlu diperhatikan macam-macam mesin serta kelompok yang terdiri dari mesin-mesin yang sama dan ukuran yang sama.
Alat-alat pembantu misal, lori (trailer), tool boxes standard dan lain-lain.
3. Method investigation
Dari hasil method study, layout suatu mesin, operator dan alat-alat pembantu digambar dan diskala.
4. Daerah mesin
Ruangan untuk maintenance harus ditambahkan pada ruangan kerja mesin, demikian pula dengan ruangan tempat hasil pembongkaran akibat perbaikan.
a Machine blok plan
Pengaturan mesin sesuai dengan proses produksi terdiri dari kumpulan mesin-mesin sejenis atau sekelompok mesin.
b Shop floor layout Ditinjau dari segi : 1) Flow of production. 2) Pembagian gang
(21)
3) Dimensi machine shop
4) Kedudukan daripada penghalang-penghalang yang tidak dapat bergerak seperti tiang-tiang/ kolam.
5) Penempatan daripada gudang ( Sofjan Assauri, 1996 : 66). F. Keseimbangan Lini (Line Balancing)
Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan kedalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang ditugaskan kesetasiun-stasiun tersebut, sehingga dapat diperoleh jumlah waktu yang menganggur sedikit sehingga efisiensi proses produksi tinggi. Sedangkan secara umum penerapan keseimbangan lini bertujuan untuk meminimalkan jumlah waktu yang menganggur. Merencanakan suatu keseimbangan lintas kerja meliputi usaha yang bertujuan untuk mencapai suatu kapasitas yang optimal dan tidak terjadi penghamburan kapasitas.
Tujuan tersebut akan tercapai apabila lintasan produksi bersifat seimbang, stasiun kerja berjumlah minimum, jumlah waktu yang menganggur disetiap stasiun kerja sepanjang lintasan produksi minimum.
Apabila proses produksi pada suatu perusahaan mengalami hambatan-hambatan, salah satu kemungkinan penyebabnya adanya ketidaksesuaian antara model layout yang diterapkan dengan kebutuhan proses produksi. Apabila hal ini terjadi pada perusahaan, maka harus segera dilakukan peninjauan ulang terhadap layout yang diterapkan diperusahaan tersebut. Pengaturan kembali layout yang
(22)
ada hendaknya dilakukan agar tercapai keseimbangan antar stasiun kerja yang ada.
Untuk mencapai keseimbangan kapasitas yang baik maka hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain waktu yang dibutuhkan untuk melakukan keseluruhan proses produksi, urutan teknis dari pekerjaan dan kapasitas output yang diinginkan. Penentuan besarnya tingkat keseimbangan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Menentukan cycle time.
Cycle time adalah selang waktu yang terjadi pada saat produk yang sudah selesai dikerjakan meninggalkan garis produksi atau waktu terpanjang yang diperlukan antara bagian-bagian produksi yang harus dilalui suatu produk.
Rumus
D t C 60
C : cycle time
t : waktu kerja per hari D : permintaan per hari
Sedangkan untuk memperoleh kapasitas yang memadai dengan cara :
Maksimum output/ per hari =
unit c hari waktu / /
2. Perhitungan untuk mendapatkan stasiun kerja terkecil
Untuk mendapatkan stasiun kerja terkecil dapat dicari dengan :
Rumus : N=
t T D 60 Keterangan
(23)
N : stasiun kerja yang dibuat. T : waktu proses total.
D : permintaan per hari.
3. Melakukan penugasan dari elemen-elemen penugasan kestasiun kerja dengan aturan LOT (Longest Operation Time).
Yaitu melakukan penugasan elemen tugas-tugas berikutnya dengan tetap memperhatikan urutan proses. Penundaan (balancing delay) dipakai sebagai ukuran tentang bagaimana baiknya alokasi penugasan beban kerja pada stasiun kerja yang merupakan suatu indikator efisiensi.
Untuk mengetahui penundaan dapat dicari dengan : Rumus :
Total waktu yang menganggur
Penundaan = X100%
Total waktu kerja
Total waktu kerja = Jumlah stasiun kerja X cycle time Tingkat efisiensi = 100% - balancing delay
G. Pengertian Efisiensi.
Efisiensi adalah usaha meminimalkan input dan berusaha mendapatkan ouput yang optimal.
Menurut Handoko ( 1992 : 7 ), efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan lancar. Hal ini merupakan
(24)
konsep matematik atau merupakan perhitungan rasio antara keluaran (output) dengan masukan (input).
Menurut Atmaji (1989 : 7 ), Efektifitas adalah perbandingan ukuran output nyata dengan output yang direncanakan. Peningkatan produktivitas perusahaan tidak lepas dari kesempurnaan layout fasilitas yang diterapkan. Apabila layout yang diterapkan perusahaan terdapat sedikit jumlah waktu yang menganggur atau bahkan tidak ada, maka efisiensi produksi telah dicapai oleh perusahaan. Efisiensi tercapai bila terjadi keseimbangan antar stasiun kerja yang ada. Oleh karena itu perencanaan layout perlu mendapat perhatian yang serius dari pihak perusahaan.
H. Cara melakukan Relayout
Untuk melakukan Relayout harus memperhatikan kriteria layout. Kriteria layout yang baik menurut James M. Apple (1994), yakni :
1. Aliran yang lurus dan langkah balik minimum. 2. Gang yang lurus.
3. Operasi pertama harus dekat dengan penerimaan bahan baku. 4. Operasi terakhir harus dekat dengan pengiriman produk.
5. Pemindahan antar operasi minimum. 6. Ruang penyimpanan yang cukup.
(25)
BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah dan perkembangan Perusahaan.
Perusahaan Roti “Satria Bakery” adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan roti, Perusahaan Roti “Satria Bakery” ini beralamat di desa Teken, Kebakkramat, Karanganyar. Perusahaan mempunyai izin dari departemen kesehatan dengan nomor DEP.Kes.RI.P-IRT.No. 206331301005. perusahaan juga dilengkapi sertifikat izin usaha yaitu : TANDA DAFTAR USAHA PERDAGANGAN (TDUP) Nomor:43/ 11-34/ TDUP/V/1998. Juga TANDA DAFTAR PERUSAHAAN Nomor:11345604771. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 15 Juni 2001 dengan pemilik Bapak Sawidi. Tetapi perusahaan sepenuhnya menjadi tanggungjawab Ibu Ngatiyem selaku Direktur Utama. Perusahaan ini merupakan usaha keluarga, sehingga semua urusan perusahaan yang menangani adalah semua anggota keluarga. Pada awal berdiri perusahaan hanya membuat satu jenis, dan satu bentuk roti saja, dengan seiring berjalannya waktu, perusahaan ini
(26)
mampu berkembang dan bersaing dan sekarang perusahan ini mampu membuat beberapa jenis dan bentuk roti. Pada mulanya perusahaan ini berproduksi dengan spekulasi penjualan, ternyata produk roti yang dihasilkan perusahaan ini diterima pasar, dan mampu memikat hati konsumen, dan sekarang perusahaan sudah mempunyai pelanggan tetap yang disalurkan oleh distributor atau perusahaan sering menyebut sales tetap. Dengan sudahnya perusahaan mempunyai banyak distributor tetap, sekarang perusahaan berproduksi berdasarkan pesanan oleh para distributor tersebut.
2. Pemilihan Lokasi Perusahaan a Harga Tanah
Harga tanah sangat mempengaruhi pembangunan suatu industri, Harga tanah perusahaan pada awalnya adalah 600.000 per meter, karena masih murahnya harga tanah, maka perusahaan mampu meminimalkan modal yang dikeluarkan guna membangun perusahaan tersebut.
b Tenaga Kerja
Faktor tenaga kerja adalah faktor yang sangat penting bagi perusahaan khususnya dalam menjalankan roda industri. Tenaga kerja yang diperoleh perusahaan adalah tenaga kerja yang didapat dari sekitar perusahan, hal tersebut dilakukan perusahaan karena kemudahan menerima karyawan, dan sebagian sudah mengerti watak dan perilaku karyawan sehingga
(27)
perusahaan lebih mudah menyeleksi para karyawan tersebut. Disamping alasan tersebut perusahaan ingin membangun desa sekitar perusahaan agar menjadi desa yang maju dengan membuka lapangan pekerjaan para pemuda-pemudi dan meminimalkan pengangguran. Walaupun perusahaan juga merekrut karyawan diluar daerah, perusahaan tetap memprioritaskan karyawan dari daerah sekitar.
c Transportasi
Jalur transportasi perusahaan tergolong mudah, karena hanya berjarak kurang lebih satu kilometer dari jalur yang dilewati bus atau angkutan umum jurusan Sragen-Tawangmangu.
d Jaringan listrik dan telepon
Jaringan Listrik dan telepon sangat penting bagi perusahaan dalam menjalankan industri, jaringan listrik juga digunakan untuk penerangan perusahaan. Dilokasi perusahaan sudah terdapat jaringan listrik dari PLN dan jaringan telepon, sehingga perusahaan lebih mudah berhubungan dengan pelanggan ataupun konsumennya.
(28)
3. Struktur Oganisasi Perusahaan Roti”Satria Bakery”
Gambar StrukturOranganisasi Perusahaan Roti “Satria Bakery” Gambar 3.1
Stuktur Oranganisasi Perusahaan Roti “Satria Bakery”
Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery”
4. Produksi
Direktur
Manajer Keuangan
Manajer Pemasaran
Karyawan Produksi Manajer Produksi
(29)
Perusahaan ini dalam satu kali produksi mampu menghasilkan roti sebanyak 12.500 bungkus roti dengan bentuk yang berbeda-beda.
a Jenis Produksi
Jenis produk yang dihasilkan perusahaan adalah produk roti siap saji
b Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Dalam pemilihan bahan baku, perusahaan mempunyai lebih dari satu alternatif pilihan kualitas dan perusahaan juga mempunyai lebih dari satu alternatif pilihan pemasok, hal itu dilakukan perusahan karena perusahan selalu antisipasi jika suatu saat terjadi kekosongan bahan baku ataupun terjadi hubungan yang tidak harmonis antara perusahaan dengan pemasok. Dalam pembuatan roti perusahaan menggunakan bahan baku dan bahan pembantu, antara lain :
1) Bahan Baku a) Gandum
Gandum merupakan bahan utama dalam pembuatan roti. Perusahaan tidak hanya menggunakan satu jenis gandum saja, tetapi perusahaan juga menggunakan gandum dengan merk yang berbeda dan pemasok yang berbeda pula. Hal itu dilakukan perusahaan guna mengantisipasi
(30)
apabila terjadi kekosongan bahan baku dan juga mengantisipasi apabila terjadi ketidakharmonisan hubungan dengan pemasok. Perlu diingat bahwa bahan baku yang berbeda-beda bukan berarti kualitas yang berbeda. Perusahaan tetap menjaga rasa dengan memberikan kepuasan konsumen. Dalam satu kali produksi perusahaan mampu menghabiskan bahan baku gandum sebanyak 10 sak gandum dengan berat 250 Kg. b) Gula pasir.
Gula pasir juga merupakan bahan baku utama karena gula pasir adalah bahan baku yang wajib digunakan untuk proses pembuatan roti. Gula pasir didapat dari pemasok agen bahan baku. Gula pasir yang diperlukan dan dipesan akan diantar oleh agen keperusahaan. Hal itu akan lebih meminimalkan biaya transportasi, sehingga perusahaan akan mampu mamaksimalkan laba yang akan diperolehnya nanti. Dalam satu kali produksi perusahaan mampu menghabiskan gula pasir sebanyak 2 sak, yang beratnya 100 Kg.
c) Mentega
Mentega merupaka bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan roti. Perusahaan juga tidak mengandalkan satu pemasok saja untuk mendapatkan bahan baku mentega. Tetapi perusahaan mengambil
(31)
bahan baku lebih dari satu pemasok. Dalam satu kali produksi perusahaan mampu menghabiskan mentega sebanyak 4 karton mentega dengan berat 60 Kg.
2) Bahan pembantu
a) Obat pengempuk roti.
Obat pengempuk roti digunakan perusahaan agar roti yang diproduksinya bisa empuk dan tidak keras. Dalam satu kali produksi perusahaan mampu menghabiskan obat pengempuk roti sebanyak 2,5 Kg.
b) Obat pengembang roti.
Obat pengembang roti digunakan perusahaan agar roti yang diproduksinya bisa terlihat besar-besar dan berisi. Perusahaan tidak mengharapkan roti yang diproduksinya tidak mengembang atau bantat. Dalam satu kali produksinya perusahaan mampu menghabiskan obat pengembang roti sebanyak 3 Kg.
c) Selay.
Selay merupakan bahan pembantu pada pembuatan roti, karena selay dibutuhkan tidak pada semua roti yang ada tetapi hanya pada roti tertentu yaitu pada roti yang disebut roti tabur sokade saja. Pada perusahaan ini mampu membuat selay sendiri. Hal itu dilakukan karena mengingat harga selay terlalu tinggi sehingga perusahaan
(32)
tidak bisa memaksimalkan labanya. Perusahaan membuat selay dengan roti yang tidak memenuhi standar kualitas kemudian diolah kembali menjadi selay roti buatan sendiri dengan rasa yang khas, karena selay tersebut merupakan cairan roti buatan sendiri dengan resep yang rahasia. d) Meses
Meses tidak digunakan pada semua jenis roti, karena itu meses merupakan bahan pembantu pada pembuatan roti ini. Pada satu kali produksi perusahaan meses sebanyak 3Kg.
e) Pisang
Perusahan menggunakan pisang didalam proses pembuatan roti ini. Pisang tersebut digunakan dalam pembuatan roti yang bernama roti isi pisang. Pisang tersebut didapat pemasok atau penjual pisang yang siap mengantar keperusahaan, hal itu akan menghemat biaya transportasi bagi perusahaan. Dalam pemilihan pisang perusahaan memilih pisang yang berkualitas, karena dalam pembuatan roti isi pisang jika menggunakan pisang yang berkualitas rendah maka roti yang dibuat tersebut akan cepat basi dan dapat mencoreng nama baik perusahaan.
(33)
Kelapa digunakan perusahaan dalam pembuatan roti yang bernama roti tabur kelapa. Kelapa didapat dari pemasok yang siap mengantar keperusahaan. Dalam pemilihan kelapa, perusahaan memilih kelapa yang masih muda, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Kelapa yang seperti itu merupakan rasa yang paling enak untuk taburan roti menurut perusahaan.
g) Cokelat
Cokelat digunakan perusahaan dalam pembuatan roti yang bernama roti isi pisang. Cokelat didapat dari agen yang juga siap mengantar keperusahaan. Dalam satu kali produksi perusahaan mampu menghabiskan cokelat sebanyak 2 Kg.
h) Sokade
Sokade merupakan bahan pembantu yang digunakan perusahaan dalam pembuatan roti yang bernama roti tabur sokade. Sokade adalah daging buah yang dibuat manisan. Sokade yang digunakan perusahaan adalah sokade yang berwarna-warni. Hal itu dilakukan perusahaan untuk menarik konsumen dengan pemberian warna yang agak mencolok dan memberi kesan enak jika dimakan.
5. Mesin dan Peralatan Produksi a Mesin/ Peralatan utama
(34)
Mesin pres rolling ini berfungsi untuk mencampurkan semua bahan yang digunakan dalam pembuatan roti, agar bercampur, dan bahan-bahan bercampur rata.
2) Mesin pengaduk
Mesin pengaduk ini berfungsi untuk mengaduk campuran pertama dalam pembuatan roti, hal ini dilakukan karena mengingat bahan yang dicampur terlalu banyak, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan secara manual. Digunakan mesin ini dengan tujuan menghemat waktu serta tenaga kerja dapat dialokasikan kedepartemen tertentu.
3) Mesin oven
Mesin ini berfungsi untuk mengoven bahan roti menjadi roti siap saji. Mesin oven ini menggunakan kompor yang diatur suhunya.
4) Kompor
Kompor pada perusahaan ini berguna untuk memanggang mesin oven sehingga mesin oven bisa digunakan sebagaimana mestinya. Kompor yang digunakan pada perusahaan adalah jenis kompor dengan bahan minyak tanah.
(35)
Meja kerja pada perusahaan ini terbuat dari kayu, meja kerja ini digunakan untuk membentuk bahan roti seperti yang diinginkan para konsumen
6) Tong
Tong ini digunakan untuk mendidihkan air, dan diambil uapnya untuk ruang penguapan, sehingga bahan roti dapat mengembang seperti yang diharapkan.
7) Peralon penghubung
Peralon penghubung ini menghubungkan antara tong pendidih dengan ruang penguapan bahan roti.
b Peralatan Pembantu 1) Ember
Ember digunakan untuk wadah seley, margarin, atau bahan yang lainnya.
2) Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang bahan roti, agar nantinya setelah dioven bentuk dan beratnya sama.
3) Kotak
Kotak digunakan untuk wadah roti yang sudah jadi dan sudah melalui packing, dan siap untuk diambil para tenaga pemasar. 4) Loyang
(36)
Loyang adalah jenis wadah yang terbuat dari zeng, yang digunakan untuk wadah bahan roti yang akan melalui tahap oven.
5) Tenaga Penggerak a) Diesel
Diesel yang digunakan pada perusahaan ini adalah jenis diesel dengan daya 20 PK.
b) PLN
Perusahaan juga menggunakan PLN untuk memperalancar produksinya, perusahaan menggunakan PLN dengan daya 1.300 watt.
(37)
6. Proses Produksi
Gambar 3.2 Alur Proses Produksi
pengadukan
pengerolan
pembentukka n
pengembangan pencampuran
(38)
Sumber : Perusahaan roti “Satria Bakery”
a Pencampuran
Sebelum bahan baku akan diproses, maka terlebih dahulu bahan baku dilakukan pencampuran, pencampuran merupakan tahap awal dari seluruh proses produksi, pencampuran adalah dicampurnya semua bahan baku dengan takaran yang sudah ditentukan.
b Pengadukan
Setelah tahap pencampuran, kemudian selanjutnya bahan baku tersebut dilakukan pengadukan agar semua bahan baku tersebut bersatu dan bahan baku tersebut siap menjalani tahap selanjutnya.
c Pengerolan
Tahap selanjutnya setelah pengadukan yaitu tahap pengerolan. Pengerolan adalah tahap dimana bahan baku yang telah
melakukan pencampuran di padatkan dengan ukuran pemadatan yang telah diukur. Pada tahap ini hampir sama dengan pencampuran tetapi pada tahap ini bahan baku tersebut dihalusakan agar roti yang diproduksi nanti terlihat halus, mulus dan semua bahan baku telah benar-benar tercampur rata pada semua bagian roti nantinya.
d Pembentukan
(39)
Setelah bahan baku melalui tahap pengerolan, maka selanjutnya bahan baku tersebut melalui tahap pembentukan. Tahap pembentukan ini adalah tahap dimana bahan baku tersebut dibentuk seperti apa yang diinginkan. Sebelum dibentuk bahan baku tersebut dipotong dengan ukuran yang telah ditentukan dan ditimbang sekaligus dilakukan pengecekan apakah bahan tersebut bagus atau tidak, setelah di cek bahan tersebut. Pada perusahaan ini terdapat enam bentuk roti yang diproduksi. Diantaranya adalah roti semir, roti tabur sokade, roti isi pisang, roti tabur kelapa, roti isi coklat, roti tabur meses. Roti dibentuk menurut jadwal pembuatan roti apa yang sedang dilakukan. e Pengembangan
Setelah melalui tahap pembentukan, tahap selanjutnya adalah tahap pengembangan roti. Tahap pengembangan roti adalah tahap dimana bahan roti yang telah dibentuk tersebut diletakkan pada ruangan isolasi. Ruang isolasi tersebut adalah ruang yang tertutup rapat kemudian dialiri uap air. Pada tahap ini adalah tahap yang paling lama dilakukan, karena dalam tahap pengembangan ini membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam lamanya. f Pengovenan
Setelah bahan baku mengembang seperti yang telah ditentukan, kemudian bahan baku melalui tahap pengovenan, dan bahan baku tersebut melalui tahap pengovenan. Tahap pengovenan yaitu tahap dimana bahan baku tersebut dioven atau disekap
(40)
diruang yang panas dengan temperatur yang telah ditentukan selama waktu yang telah ditentukan pula. Tahap pengovenan ini memerlukan waktu sekitar 15 menit dalam satu kali pengovenan. g Pendinginan
Setelah dilakukan tahap pengovenan, bahan baku sudah menjadi produk jadi berupa roti, tetapi produk roti tersebut harus melalui terlebih dahulu tahap pendinginan, tahap pendinginan adalah tahap dimana setelah roti dioven dengan suhu yang panas maka roti harus didinginkan, agar roti bisa dikemas, pendinginan dilakukan agar roti tidak panas dan mudah untuk dikemas. Tahap pendinginan harus mendapat perhatian lebih bagi perusahaan, karena dalam pengemasan roti tidak boleh terlalu panas, dikarenakan roti akan menguap dan akan cepat menjadi basi dan akhirnya masa produktif roti akan terlalu pendek dan merugikan perusahaan.
h Pengemasan
Setelah roti melalui tahap pendinginan, kemudian roti dicek, apakah roti tersebut bisa keluar pasar. kemudian roti dikemas dengan wadah plastik yang telah ditentukan, dan roti sudah bisa dipasarkan.
7. Kondisi Karyawan a Aspek Tenaga Kerja
Dalam perekrutan tenaga kerja, Perusahaan Roti Satria Bakery lebih memprioritaskan tenaga kerja yang berasal dari daerahnya sendiri, hal itu dilakukan perusahaan karena tenaga kerja yang
(41)
didapat tersebut lebih mudah, selain memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, Perusahaan juga mengharapkan kemajuan desa dengan meminimalkan pengangguran. Alasan yang lain adalah tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar lebih dapat datang tepat waktu karena dekat dengan lokasi perusahaan tersebut. Selain itu juga kemudahan perusahaan mengawasi segala bentuk sifat dan karakteristik tenaga kerja yang tentunya berkaitan dengan operasional perusahaan. Adapun jumlah dan pendidikan para karyawan sebagi berikut :
Tabel 3.1
Jumlah karyawan pada
Perusahaan Roti Satria Bakery Jenis pekerjaan jumlah
Staf 3
produksi 19
Packing 7
Pemasaran 21
total 50
(42)
Tabel 3.2
Pendidikan Karyawan Staf Perusahaan Roti “Satria Bakery”
Nama Karyawan Staf Pendidikan umur
Kris Widyo Prasetyo D3 30
Kris Wido Sulistyo D3 27
Kris Wido Utomo D3 24
Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery”
Tabel 3.3
Pendidikan dan Umur Karyawan Produksi Perusahaan “Roti Satria”
Nama Karyawan Produksi
Pendidikan umur
Kar SD 44
Wiji SD 34
Sugiyarti SD 35
Sayem SD 45
Iyem SD 33
Parti SD 37
Mami SD 31
Nurul SD 33
Tugiyem SD 32
Wagiyem SD 17
Painem SD 40
Tini SD 40
Iyah SD 39
(43)
Tri SMP 17
Priyono SMP 19
Riyanto SMP 25
Agung SMP 19
Dodo SMP 18
Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery”
Tabel 3.4
Pendidikan dan Umur Tenaga Pemasar Perusahaan Roti “Satria Bakery”
Nama Pendidikan Umur
Lanjar SMA 30
Gimin SMA 28
Rebo SMA 35
Sunar SMP 35
Yusi SMP 35
Hadi SD 45
Rahmat SMA 28
Sangat SMA 25
Jumadi SMA 20
Purwanto SMA 31
Ngadi SD 45
Hardi SMA 25
Mandor SMA 37
Sularto SMA 36
Narto SMA 27
Ngadiyo SD 46
Bani SMP 40
Darman SMP 25
Jum SMP 29
Joko S1 37
Wagimin SD 42
Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery”
Tabel 3.5
(44)
Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery” b Hari dan Jam Kerja
Perusahaan roti “Satria Bakery” menetapkan jam kerja karyawan sebagai berikut :
Dalam satu minggu karyawan masuk enam hari. Perusahaan meliburkan karyawan pada hari minggu. Pembagian hari dan jam kerja adalah sebagai berikut :
Hari kerja : Senin – Sabtu Jam Kerja : 7 jam/ hari
Shif I : Senin – Sabtu : 07.00 – 14.00 Istirahat : 1 jam
Shif II : Senin – Sabtu : 15.00 – 22.00 Istirahat : 1 jam
c Sistem Pengupahan
Manajemen Perusahaan Roti “Satria Bakery” menerapkan tiga sistem pengupahan, yaitu sebagai berikut :
1) Upah Mingguan
Yaitu upah yang diberikan kepada karyawan produksi pada perusahaan roti “Satria Bakery” setiap satu minggu sekali. 2) Upah Lembur
Yaitu upah yang diberikan kepada karyawan yang melakukan lemburan yang perhitungannya berdasarkan jam lembur. 3) Upah Borongan
Yaitu upah yang diberikan kepada karyawan packing pada perusahaan roti “Satria Bakery”.
(45)
4) Jaminan Sosial
Sebagai tambahan selain upah (gaji pokok), perusahaan juga memberikan sejumlah tunjangan guna mendorong semangat kerja karyawan. Tunjangan Tenaga Kerja tersebut adalah : a) Dana Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dari
perusahaan
b) Dana kesehatan atau pengobatan kepada karyawan yang mengalami kecelakaan kerja.
c) Tunjangan Hari Raya (THR) kepada semua karyawan pada saat menjelang hari raya.
d) Rekreasi untuk semua karyawan. d Pemasaran
Perusahaan roti Satria Bakery juga menggunakan Tenaga pemasar untuk memasarkan hasil produksinya. Agar mampu memperoleh pasar yang cukup luas dan menjanjikan, perusahaan harus memilih tenaga pemasar yang tangguh, ulet , disiplin, tidak mudah putus asa. Oleh sebab itu perusahaan tidak sembarangan memilih tenaga kerja.
B. Laporan Kegiatan Magang Kerja 1. Pengertian magang kerja
(46)
Magang kerja adalah salah satu kegiatan perkuliahan yang dilakukan mahasiswa diluar kampus secara berkelompok ataupun individu dengan terjun langsung dalam dunia kerja maupun dimasyarakat. Kegiatan magang kerja dilakukan mahasiswa untuk mendapatkan data dalam membuat/ menyususn Tugas Akhir . 2. Tujuan magang kerja
a Memperoleh pengalaman kerja dengan terjun langsung kedunia kerja atau dalam masyarakat.
b Dapat menambah pengalaman, ilmu pengetahuan dan mengetahui kondisi kerja yang sebenarnya
c Agar mahasiswa mengetahui, memahami permasalahan yang dihadapi dalam dunia kerja.
3. Tempat dan waktu pelaksanaan magang kerja
Magang kerja dilakukan di Perusahaan Roti “Satria Bakery” yang beralamat di Teken, Kebakkramat, Karanganyar. Adapun waktu pelaksanaan magang kerja selama satu bulan mulai tanggal 2 Oktober s/d 2 November 2007.
Magang kerja dilakukan dari tanggal 2 Oktober s/d 2 November selama 3 hari dalam seminggu dengan istirahat 2 jam dari pukul 11.00 s/d 13.00 WIB. Dan waktu magang dimulai pukul 08.00 s/d 15.00 WIB dengan rincian sebagai berikut :
(47)
Pada minggu petama magang kerja penulis melakukan tahap perkenalan pada semua bagian yang ada pada perusahaan roti “Satria Bakery”.
b. Minggu kedua
Pada minggu kedua kegiatan magang kerja yaitu mengamati proses produksi yang ada dan meninjau layout yang diterapkan perusahaan roti “Satria Bakery”, serta melakukan wawancara terhadap para karyawan perusahaan.
c. Minggu ketiga
Pada minggu ketiga kegiatan magang kerja, melakukan pencatatan data-data pada perusahaan yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi perusahaan.
d. Minggu keempat
Pada minggu keempat kegiatan magang kerja, penulis melakukan evaluasi terhadap data-data yang telah diperoleh dan melengkapi kekurangan data yang diperlukan serta tahap perpisahan dengan seluruh karyawan perusahaan roti “Satria Bakery”.
C. Pembahasan
Dalam melakukan proses produksi di perusahaan roti “Satria Bakery”, perusahaan menggunakan layout produk karena pengaturan mesin atau fasilitas produksi berdasarkan atas urutan proses produksi
(48)
yang ada. Keseimbangan lini ini diperlukan untuk menentukan stasiun kerja yang seimbang. Apabila terjadi pembebanan waktu untuk setiap stasiun kerja, maka akan dapat menghambat proses produksi dan dapat mengurangi efisiensi.
Pembagian pekerjaan pada stasiun kerja dapat menghasilkan pembagian kerja yang lebih merata, dan untuk memperkecil jumlah waktu menganggur.
1. Data Urutan Proses Produksi
Langkah awal dalam menganalisis efektivitas dan efisiensi layout dengan metode line balancing adalah dengan menginventarisir pekerjaan, yaitu mencatat urutan proses pekerjaan yang ada. Dalam hal ini kita mencatat urutan pekerjaan beserta waktu tiap pekerjaan dan pekerjaan yang mendahului pada produksi roti. Langkah pertama untuk menganalisis layout perusahaan, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui layout perusahaan saat ini. Untuk lebih jelasnya kita lihat gambar layout perusaahaan saat ini seperti gambar berikut:
Gambar 3.3
(49)
Adapun urutan pekerjaan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses produksi dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 3.6
Urutan Pekerjaan dan Waktu penyelesaian produksi roti “Satria Bakery”
Sumber : Perusahaan Roti Satria Bakery, Karanganyar
Dari tabel diatas, maka dapat dibuat jaringan kerja sebagai berikut :
Gambar 3.4 Jaringan Kerja Produksi Perusahaan Roti “Satria Bakery”
No pekerjaan simbol
pekerjaan yang
mendahului waktu
1 pencampuran A - 0,0064
2 Pengadukan B A 0,0128
3 pengerolan C B 0,0192
4 pembentukan D C 0,0192
5 pengembangan E D 0,0192
6 pengovenan F E 0.0096
7 Pendinginan G F 0,0128
8 Quality Control H G 0,0064
(50)
2. Analisis Keseimbangan Lini
Langkah selanjutnya adalah memperhitungkan keseimbangan stasiun kerja pada proses produksi perusahaan, hal ini merupakan salah satu cara untuk mendapatkan proses produksi yang efisien dalam penerapan keseimbangan lini.
a Menentukan stasiun kerja terkecil dan cycletime yang dikehendaki
1) Menentukan stasiun kerja terkecil
Untuk menentukan banyaknya stasiun kerja yang ada dalam proses pekerjaan, maka digunakan rumus sebagai berikut:
N=
t T D
60
Keterangan
N = Stasiun Kerja
D = Permintaan per hari T = Waktu proses produksi t = waktu kerja perhari
perusahaan menargetkan jumlah produksi roti per hari adalah 12.500 unit roti. Sehingga stasiun kerja yang dibuat adalah sebagai berikut :
(51)
N= t T D 60 N= 7 60 1248 , 0 500 . 12 X X N= 420 1560
N= 3,72 dibulatkan menjadi N= 4 stasiun kerja
Jadi jumlah stasiun kerja pada perusahaan roti satria Bakery adalah 4 stasiun kerja. Pengelompokkan elemen penugasan beserta jumlah waktu komulatif tiap stasiun kerja dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :
Gambar 3.5
Pengelompokkan Elemen-elemen Pekerjaan ( 4 Stasiun Kerja )
I II III IV
Elemen : A B C D E F G H I Kerja
Waktu : 0,0192 0,0384 0,0288 0,0384
2) Menentukan kapasitas maksimum dan siklus kerja (cycletime) yang diijinkan.
Sebagai dasar struktur kerjanya perusahaan menggunakan waktu dan elemen terlamanya yaitu 0,0384 menit. Berikut tabel yang menggambarkan penugasan elemen-elemen pekerjaan kedalam stasiun kerja beserta jumlah waktu komulatif dari setiap stasiun kerja.
(52)
Tabel 3.7
Penugasan elemen-elemen pekerjaan kedalam stasiun kerja proses produksi roti Perusahaan Roti “Satria Bakery”
( dalam satuan menit )
Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery”
No Pekerjaan Waktu StasiunKerja
Jumlah Waktu ( menit )
1 Pencampuran 0,0064 1
2 Pengadukan 0,0128 1 0,0192
3 Pengerolan 0,0192 2
4 Pembentukan 0,0192 2 0,0384
5 Pengembangan 0,0192 3
6 Pengovenan 0,0096 3 0,0288
7 Pendinginan 0,0128 4
8 QC 0,0064 4
9 Pengemasan 0,0192 4 0,0384
(53)
Untuk mengetahui kapasitas maksimum apabila perusahaan memakai siklus kerja 0,0384 menit adalah dengan perhitungan sebagai berikut:
Time perhari kerja Waktu max Cycle Q
Q max = 060,0384x7
Q max = 10938 roti 3) menghitung cycletime yang diijinkan
Waktu yang tersedia perhari
Cycletimeyang diijinkan =
Produksi perhari =
12500 7 60menitX jam
= 500 . 12 420 = 0,0336
b Analisis penugasan elemen pekerjaan dalam stasiun kerja
Setelah dibuat pengelompokkan elemen pekerjaan, mengetahui kapasitas maksimum dan cycletime yang diijinkan maka langkah selanjutnya adalah membuat tabel perhitungan penugasan elemen-elemen pekerjaan dalam stasiun kerja yang kita ketahui tersebut.
1) Analisis berdasarkan LOT (Longest Operations Time) pada siklus kerja sebagai dasar siklus kerja yang sitentukan oleh perusahaan
Tabel 3.8
Perhitungan total waktu kerja, waktu siklus dan waktu menganggur pada cycletime 0,0384 menit
(54)
Stasiun Kerja 1 2 3 4 Total Waktu Waktu Komulatif 0,0192 0,0384 0,0288 0,0384 0,1248 Siklus Kerja 0,0384 0,0384 0,0384 0,0384 0,1536 Waktu Menganggur 0,0192 0 0,0096 0 0,0288 Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery” yang dianalisis
a) Perhitungan berdasarkan waktu siklus (cycletime) yang diijinkan yakni 0,0384
(1) Tingkat penundaan
siklus waktu total
menganggur waktu
total Penundaan
Penundaan = 00,,15360288x 100 %
Penundaan = 0,19 % = 19 %
(2) Tingkat efisiensi
Efisiensi = 100 % - penundaan = 100 % - 19 % = 81 %
b) Perhitungan berdasarkan waktu siklus yang diijinkan 0.0336 menit
Tabel 3.9
Perhitungan Total Waktu Kerja, Siklus Kerja,dan Waktu Menganggur pada cycletime 0,0336 menit
(55)
Sumber : Perusahan Roti Satria Bakery.
(1) Penundaan
Penundaan = 00,,13440096X 100 %
Penundaan = 0,07 % = 7% (2) Efisiensi
Efisiensi = 100 % - penundaan Efisiensi = 100 % - 7 %
= 93 % (3) Menghitung efektivitas
Efektivitas lininya adalah tingkat kapasitas yang diinginkan yang bisa dicapai, yaitu dengan siklus kerja 0,0336 menit. Total output perhari yang dapat dicapai adalah :
(a) Menghitung efektivitas berdasarkan cycletime yang diijinkan ( 0,0336 menit)
Stasiun Kerja 1 2 3 4 WaktuTotal
Waktu Komulatif 0,0192 0,0384 0,0288 0,0384 0,1248 Siklus Kerja 0,0336 0,0336 0,0336 0,0336 0,1344 Waktu Menganggur 0,0144 -0,0048 0,0048 -0,0048 0,0096
(56)
diharapkan yang perhari output 0384 , 0 420 perhari tersedia yang waktu dicapai yang perhari Output % 100 % 100 1 % 100 500 . 12 500 . 12 % 100 x x x diharapkan yang perhari output dicapai yang perhari output s Efektifita perhari roti unit diharapkan yang perhari output 500 . 12 0336 , 0 420 perhari tersedia yang waktu dicapai yang perhari Output
sehingga efektivitas dapat kita bandingkan dengan perhitungan sebagai berikut :
(b) Menghitung efektivitas berdasarkan cycletime yang diijinkan ( 0,0384 )
(57)
% 87 % 100 87 , 0 % 100 500 . 12 938 . 10 % 100 x x x diharapkan yang perhari output dicapai yang perhari output s Efektifita
dari perhitungan tersebut maka dapat kita lihat tingkat efektivitasnya adalah sebagai berikut:
3. Hasil analisis
Maka dari keseluruhan perhitungan diatas dapat kita rangkumkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3.10
Hasil Analisis Keseimbangan Lini berdasarkan aturan siklus kerja terlama LOT ( Long Operations Time )
(58)
Sumber : Perusahaan Roti “Satria.Bakery”
Dari tabel diatas, kita dapat membandingkan antara penerapan kebijakan siklus kerja 0,0336 menit lebih menguntungkan daripada siklus kerja 0,0384 menit. Sehingga apabila siklus kerja 0,0336 diterapkan benar, maka keseimbangan lini kerja menjadi lebih optimal, dimana hal ini akan meningkatkan produktivitas perusahaan.
Dengan siklus kerja 0,0384 menit, menghasilkan waktu menganggur 0,0288 menit, tingkat efisiensi dan efektivitas yang rendah yaitu sebesar 81% dan 87% serta tingkat penundaan yang cukup besar yaitu sebesar 19%.
Berbeda dengan penerapan waktu siklus kerja 0,0336 menit, yang mana dari hasil analisis dapat dilihat lebih baik karena menghasilkan waktu menganggur lebih kecil daripada sebelumnya
Keterangan
Hasil Analisis Siklus Kerja
Perbedaan (selisih) Siklus
Kerja 0,0336
Siklus Kerja 0,0384 Total Waktu
Menganggur 0,0096 0,0288 0,0132
Efisiensi 93% 81% 7%
Efektivitas 100% 87% 13%
(59)
yaitu sebesar 0,0096 menit, sedangkan tingkat efisiensi dan efektivitasnya adalah sebesar 100% dan 93%, serta tingkat penundaan yang jauh lebih rendah yaitu 7%.
Selain itu, perusahaan harus juga memperhatikan beberapa faktor lainnya diantaranya kondisi peralatan produksi, kondisi karyawan, baik operator mesin maupun tenaga kerja yang lainnya karena selain faktor sistem, faktor-faktor pendukung lainnya juga sangat berpengaruh terhadap penerapan konsep line balancing. Dengan demikian semua aspek dalam perusahaan dapat berjalan seimbang baik sistem, peralatan serta karyawan perusahaan sehingga efisiensi dan efektivitas dapat berjalan dengan baik dan optimal.
Dengan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa layout yang diterapkan pada Perusahaan Roti “Satria Bakery” masih bisa dioptimalkan lagi dengan revisi layout sebagai berikut:
(60)
Dengan alasan sebagai berikut:
a. Jarak yang ditempuh dari departemen sartu dengan yang lainnya diperpendek, sehingga mengurangi pergerakan karyawan yang seharusnya tidak perluy
b. Pengelompokkan pekerjaan disusun berdasarkan stasiun kerja yang dibuat,karena pengelompokkan tersebut berdasarkan waktu penyelesaian yang seimbang antar stasiun kerja
c. Dengan penerapan layout demikian, maka akan bisa menghematbizyz operasional pabrik.
(61)
BAB IV PENUTUP
Berikut merupakan kesimpulan yang dikemukakan berdasarkan pembahasan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Tentang efektivitas dan efisiensi layout fasilitas produksi perusahaan roti “Satria Bakery”. Selain itu juga berisi saran-saran bagi perusahaan sebagai pertimbangan untuk mengevaluasi perusahaan serta sebagai salah satu langkah perbaikan untuk masa mendatang.
A. KESIMPULAN
1. Alur proses produksi pada perusahaan roti “Satria Bakery” di Karanganyar meliputi pencampuran, pengadukan, pengerolan, pembentukan, pengembangan, pengovenan, pendinginan, Quality Control, dan pengemasan.
2. Departemen produksi pada perusahaan roti “Satria Bakery” di Karanganyar memiliki pekerjaan yang dapat dikelompokkan menjadi empat stasiun kerja, pekerjaan AB berada pada stasiun kerja I, pekerjaan CD berada pada stasiun kerja II, pekerjaan EF berada pada stasiun kerja III, pekerjaan GHI berada pada stasiun kerja IV. 3. Dari hasil analisis diperoleh tingkat efisiensi dan efektivitas layout
yang ada pada perusahaan roti “Satria Bakery”, Dari dua siklus kerja yang ada pada perusahaan
(62)
a. Dengan menggunakan siklus kerja 0,0384 menit (siklus kerja yang diterapkan), menghasilkan tingkat efisiensi sebesar 81%,dan menghasilkan waktu menganggur lebih besar yaitu sebesar 0,0288 menit, dan tingkat penundaan sebesar 19%, semacam ini sangat tidak menguntungkan bagi perusahaan. b. Dengan menggunakan siklus kerja 0,0336 menit (siklus kerja
yang diijinkan), menghasilkan tingkat efisiensi sebesar 93% dan efektivitas sebesar 100%.
4. Dari hasil analisis ditemukan pula waktu menganggur dan tingkat penundaan yang muncul pada layout produksi, yakni sebagai berikut :
a. Dengan menggunakan siklus kerja 0,0384 menit, akan menghasilkan waktu menganggur lebih besar yaitu sebesar 0,0288 menit, dan tingkat penundaan sebesar 19%, semacam ini sangat tidak menguntungkan bagi perusahaan.
b. Dengan menggunakan siklus kerja 0,0336 menit, akan menghasilkan waktu menganggur sebesar 0,0096 menit dan tingkat penundaan sebesar 7%.
5. Keterbatasan penulis dalam mendapatkan data perusahaan adalah pada saat penulis mencari data waktu yang dibutuhkan dalam setiap departemen produksi, karena disana harus memerlukan ketelitian dan pengamatan yang fokus agar data yang diperoleh nantinya valid.
(63)
B. SARAN
1. Berdasarkan analisis yang dilakukan, penulis mencoba memberikan saran yang terkait dengan hasil yang diperoleh. Dengan harapan dapat dijadikan bahan referensi pertimbangan atau kebijakan manajemen perusahaan untuk proses produksi roti.
2. untuk meningkatkan keuntungan peruisahaan, penulis menyarankan untuk melakukan relayout perusahaan seperti gambar dibawah ini:
Gambar 3.6
Gambar Tata Letak Pabrik Apabila Dilakukan Relayout
Sumber: Perusahaan Roti “Satria Bakery” yang dianalisis
Keterangan gambar: A : pencampuran B : pengadukan C : pengerolan
(64)
D : pembentukan E : pembentukan F : pengovenan G : pendinginan H: Quality Control I : pengemasan
Keuntungan yang akan diperoleh adalah :
a. Pembuatan stasiun kerja akan berpengaruh pada keseimbangan aliran bahan.
b. Jarak antar depertemen harus dekat sehingga mengurangi pergerakan yang tidak perlu, dan akan memaksimalkan pergerakan karyawan untuk melakukan pekerjaannya
c. Akan menghemat waktu, karena dengan pengurangan pergerakan yang tidak perlu, maka akan memaksimalkan waktu yang disediakan untuk karyawan.
d. Akan menghemat listrik, karena dengan penyelesaian proses produksi yang cepat, maka perusahaan bisa mematikan aliran listrik yang tidak perlu digunakan lagi, seperti penerangan, listrik sanyo penyedot air, dll.
e. Akan menghemat biaya lembur karyawan, karena dengan penyelesaian proses produksi yang cepat, maka diharapkan perusahaan tidak melakukan lembur untuk mengejar target produksi.
(65)
3. Agar tidak terjadi tingkat penundaan yang tinggi pada proses perpindaahan material sebaiknya peralatan pendukung pada setiap stasiun kerja ditempatkan sesuai dengan fungsinya.
4. Siklus kerja yang digunakan hendaknya adalah siklus kerja yang kecil sehingga perusahaan mendapatkan tingkat efisiensi dan efektivitas yang lebih baik.
5. Untuk dapat menggunakan siklus kerja yang kecil, maka perlu dilakukan evaluasi pada tiap-tiap stasiun kerja, sehingga dapat diketahui kegiatan apa saja yang ditiadakan dan diadakan ataupun diperbaiki dari kndisi sebelumnya. Hal ini ditujukan agar dapat mengoptimalkan fungsi produksi dan meminimalkan permasalahan yang ada pada perusahaan.
6. Memperhatikan produktivitas karyawan dan kondisi peralatan yang ada, hendaknya selalu dievaluasi dan dipantau secara berkala agar efisiensi dan efektivitas perusahaan dapat terjaga dengan baik.
(66)
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Ahyari .1994. Manajemen Produksi, Perencanaan Sistem Produksi Edisi keempat. Yogyakarta : BPFE
Atmaji. 1989. Pokok-Pokok Manajemen Produksi Dan Operasi (Lanjutan Ke-1). Surakarta : UNS
James M. Apple. 1994. Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan. Bandung : ITB
Sofjan, Assauri. 1996. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: FEUI.
. 1997. Manajemen Produksi. Jakarta: FEUI.
T. Hani Handoko. 1992. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi pertama. Yogyakarta: BPFE.
. 1997. Manajemen. Edisi kedua Yogyakarta: BPFE.
Zulian, Yamit. 1998. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi pertama. Yogyakarta : Ekonesia.
(67)
(68)
(69)
(1)
D : pembentukan E : pembentukan F : pengovenan G : pendinginan H: Quality Control I : pengemasan
Keuntungan yang akan diperoleh adalah :
a. Pembuatan stasiun kerja akan berpengaruh pada keseimbangan aliran bahan.
b. Jarak antar depertemen harus dekat sehingga mengurangi pergerakan yang tidak perlu, dan akan memaksimalkan pergerakan karyawan untuk melakukan pekerjaannya
c. Akan menghemat waktu, karena dengan pengurangan pergerakan yang tidak perlu, maka akan memaksimalkan waktu yang disediakan untuk karyawan.
d. Akan menghemat listrik, karena dengan penyelesaian proses produksi yang cepat, maka perusahaan bisa mematikan aliran listrik yang tidak perlu digunakan lagi, seperti penerangan, listrik sanyo penyedot air, dll.
e. Akan menghemat biaya lembur karyawan, karena dengan penyelesaian proses produksi yang cepat, maka diharapkan perusahaan tidak melakukan lembur untuk mengejar target produksi.
(2)
3. Agar tidak terjadi tingkat penundaan yang tinggi pada proses perpindaahan material sebaiknya peralatan pendukung pada setiap stasiun kerja ditempatkan sesuai dengan fungsinya.
4. Siklus kerja yang digunakan hendaknya adalah siklus kerja yang kecil sehingga perusahaan mendapatkan tingkat efisiensi dan efektivitas yang lebih baik.
5. Untuk dapat menggunakan siklus kerja yang kecil, maka perlu dilakukan evaluasi pada tiap-tiap stasiun kerja, sehingga dapat diketahui kegiatan apa saja yang ditiadakan dan diadakan ataupun diperbaiki dari kndisi sebelumnya. Hal ini ditujukan agar dapat mengoptimalkan fungsi produksi dan meminimalkan permasalahan yang ada pada perusahaan.
6. Memperhatikan produktivitas karyawan dan kondisi peralatan yang ada, hendaknya selalu dievaluasi dan dipantau secara berkala agar efisiensi dan efektivitas perusahaan dapat terjaga dengan baik.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Ahyari .1994. Manajemen Produksi, Perencanaan Sistem Produksi Edisi keempat. Yogyakarta : BPFE
Atmaji. 1989. Pokok-Pokok Manajemen Produksi Dan Operasi (Lanjutan Ke-1). Surakarta : UNS
James M. Apple. 1994. Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan. Bandung : ITB
Sofjan, Assauri. 1996. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: FEUI.
. 1997. Manajemen Produksi. Jakarta: FEUI.
T. Hani Handoko. 1992. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi pertama. Yogyakarta: BPFE.
. 1997. Manajemen. Edisi kedua Yogyakarta: BPFE. Zulian, Yamit. 1998. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi pertama.
Yogyakarta : Ekonesia.
(4)
(5)
(6)
Gambar layout perusahaan roti “satria bakery” saat ini