PERBANDINGAN LATIHAN SISTEM PIRAMIDA DENGAN SISTEM PIRAMIDA TERBALIK TERHADAP KEMAMPUAN DAYA TAHAN ATLET KAYAK PADA CABANG OLAHRAGA DAYUNG.

(1)

PERBANDINGAN LATIHAN SISTEM PIRAMIDA DENGAN SISTEM PIRAMIDA TERBALIK TERHADAP KEMAMPUAN DAYA TAHAN

ATLET KAYAK PADA CABANG OLAHRAGA DAYUNG (Studi Eksperimen pada Atlet Dayung Junior Kayak Unit Kegiatan

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Di susun Oleh :

Sofwan Munawar 0807661

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PERBANDINGAN LATIHAN SISTEM

PIRAMIDA DENGAN SISTEM

PIRAMIDA TERBALIK TERHADAP

KEMAMPUAN DAYA TAHAN ATLET

KAYAK PADA CABANG OLAHRAGA

DAYUNG

Oleh Sofwan Munawar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© [email protected]. 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG

NAMA : SOFWAN MUNAWAR NIM : 0807661

JUDUL : PERBANDINGAN LATIHAN SISTEM PIRAMIDA DENGAN SISTEM PIRAMIDA TERBALIK TERHADAP KEMAMPUAN DAYA TAHAN ATLET KAYAK PADA CABANG OLAHRAGA DAYUNG

(Studi Eksperimen pada Atlet Dayung Junior Kayak Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia )

Disetujui dan Disahkan Oleh : Pembimbing I,

Drs. H . Dede Rohmat N, M.Pd. NIP. 196312091988031001

Pembimbing II,

Nida’ul Hidayah, M.Si. NIP. 1972091321998022001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Dr. R. Boyke Mulyana, M.Pd. NIP. 196210231989031001


(4)

Sofwan Munawar1; Dede Rohmat N2;

Nida’ulHidayah3

Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Universitas Pendidikan Indonesia

[email protected]

ABSTRAK

Daya tahan merupakan factor yang sangat penting pada semua cabang olahraga untuk mencapai suatu prestasi puncak. Oleh karena itu daya tahan merupakan komponen fisik yang mendasar yang sangat diperlukan dalam pertandingan maupun perlombaan. Terutama pada cabang olahraga dayung, daya tahan itu merupakan komponen fisik utama untuk meraih prestasi. Maka dalam penelitian ini penulis meneliti tentang peningkatan daya tahan atlet kayak dalam cabang olahraga dayung dengan menggunakan latihan sistem piramida dengan sistem piramida terbalik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebermaknaan pengaruh latihan system piramida dengan system piramida terbalik terhadap kemampuan daya tahan atlet kayak. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet junior kayak UKM Dayung UPI Bandung, sedangkan sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari 10 orang atlet dayung nomor canoeing, yang terbagi dalam dua kelompok yaitu; kelompok latihan system piramida dan kelompok latihan system piramida terbalik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Setelah melaksanakan latihan selama 6 minggu dengan frekuensi 3 kali perminggu diperoleh hasil kelompok A (latihan sistem piramida) yang menunjukan bahwa thitung = 23,8 lebih besar dari ttabel = 2,78, hal ini menggambarkan bahwa terdapat peningkatan secara signifikan. Sedangkan kelompok B (latihan sistem piramida terbalik) menunjukan bahwa thitung 15,81176 lebih besar dari ttabel 2,78, hal ini juga menggambarkan bahwa adanya peningkatan yang signifikan. Dan tidak adanya perbedaan secara signifikan antara kelompok latihan sistem piramida dengan sistem piramida terbalik karena thitung = 0,023 lebih kecil dari ttabel = 2,31. Berdasarkan hasil penelitian ini penulis merekomendasikan agar perbandingan latihan system piramida dengan system piramida terbalik terhadap kemampuan daya tahan atlet kayak dipergunakan sebagai salah satu varian untuk meningkatkan kemampuan daya tahan agar atlet tidak jenuh ketika latihan.


(5)

Sofwan Munawar, 2014

Perbandingan Latihan Sistem Piramida Dengan Sistem Piramida Terbalik Terhadap Kemampuan Daya Tahan Atlet Kayak Pada Cabang Olahraga Dayung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

COMPARISON OF THE PYRAMID SYSTEM TRAINING WITH REVERSE PYRAMID SYSTEM TRAINING OF ENDURANCE CAPABILITY

KAYAK ATHLETES ON BRANCH INROWING Sofwan Munawar1; Dede Rohmat N2;

Nida’ulHidayah3

Sport Coaching Education Program The Faculty of Sport and Health Education

Indonesia University of Education

[email protected]

ABSTRACT

Durability is a very important factor in all sports to achieve peak performance. Therefore, durability is a fundamental physical components that are needed in the game or race. Especially in sports rowing, durability was a major physical components for achievement. So in this study the author examines the increase in endurance athletes in sports like rowing exercise system using a pyramid with the inverted pyramid system. This study aims to determine the significance of the effects of exercise pyramid system with the ability inverted pyramid system endurance athletes kayak. The population in this study was a junior athlete in the unit kayak paddle UPI Bandung student activity, while the samples used in this study consisted of 10 athletes rowing canoeing numbers, which are divided into two groups, namely: group training and group exercise system pyramid inverted pyramid system. The method used in this study is the experimental method. After carrying out the exercise for 6 weeks with a frequency of 3 times per week obtained results in group A (training pyramid system) which indicates that the larger of t = 23.8 darit table = 2.78, it illustrates that there is a significant improvement. Whereas group B (exercise inverted pyramid system) showed that greater than 15.81176 tcount table 2.78, it also illustrates that there is a significant increase. And the absence of significant differences between the exercise groups pyramid system with inverted pyramid system because of t = 0.023 is smaller than the table = 2.31. Based on these results the authors recommend that the pyramid system comparison exercise with the inverted pyramid system capabilities like endurance athletes used as one of the main variants to improve the ability of endurance athletes are not saturated so that when exercise.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang………... 1

B. Rumusan Masalah...………... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Batasan Penelitian………... 7

F. Definisi Operasional………... 8

G. Struktur Organisasi……….... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS... 10

A. Kajian Pustaka…………... 10

1. Hakekat Olahraga Dayung………….………... 10

2. Karakteristik Perahu Kayak.…..………... 12

3. Hakekat Kondisi Fisik…….……….... 13

B. Sistem Piramida………. 23

C. Sistem Piramida Terbalik.………... 24

D. Kerangka Pemikiran……….. 26

E. Hipotesis……… 27

BAB III PROSEDUR PENELITIAN... 28

A. Metode Penelitian………... 28

B. Populasi dan Sampel ……….… 29


(7)

Sofwan Munawar, 2014

Perbandingan Latihan Sistem Piramida Dengan Sistem Piramida Terbalik Terhadap Kemampuan Daya Tahan Atlet Kayak Pada Cabang Olahraga Dayung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Instrument Penelitian……….… 33

E. Anaisis Data ……….………. 34

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 38

A. Hasil Pengolahan Data ... 38

B. Analisis dan Pengolahan Data ... 42

C. Diskusi Penemuan ... 44

BAB V KESIMPULAN dan SARAN ... 46

A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48


(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada setiap cabang olahraga memiliki perbedaan karakteristik baik itu dari teknik dalam gerakan maupun fisik dalam latihan, latihan merupakan bagian terpenting agar dapat tercapainya suatu tujuan. Terutama dalam cabang olahraga prestasi latihan yang terprogram akan sangat membantu seorang atlet professional untuk meningkatkan kualitas fisiknya. Pada cabang olahraga dayung komponen fisik sangat berperan penting terutama komponen fisik daya tahan.

Dayung merupakan salah satu jenis olahraga daya tahan (endurance) yang sarana utamanya adalah air dengan media perahu dan dayung. Cabang olahraga dayung ada yang bersifat permainan dan ada juga yang bersifat kompetisi, olahraga ini bisa dilakukan secara individu maupun kelompok. Bahkan, olahraga ini bisa dikatakan sebagai olahraga yang cenderung memberikan unsur seni, karena di dalamnya melibatkan perpaduan antara gerak tubuh dan alat yang digunakan untuk mendayung. Keseimbangan dengan ritmik gerakan dayungan juga sangat penting untuk dilatih, karena dalam kondisi perahu yang melaju kencang anggota tubuh juga harus menyeimbangkan perahu agar tidak terbalik.

Hal tersebut seperti yang diungkapkan Rohmat, dkk (2002:8), bahwa : “gerakan dayung dilakukan secara berirama, terus menerus, dan ada rasio yang baik antara fase kerja dan fase istirahat “. Untuk mencapai gerakan yang ritmik dan harmonis tersebut tentunya perlu didukung oleh biomotorik, biometrik, psikologis, dan aspek pendukung lainnya.

Dayung merupakan perpaduan antara gerak tubuh dengan alat yang digunakan untuk mendayung. Seperti yang di kutip oleh Dede Rohmat (2002: 1) (Stepen, 1990) tentang gerakan mendayung sebagai berikut:

Gerakan mendayung dilakukan secara berirama, terus menerus dan ada rasio yang baik antara fase kerja dan fase istirahat. Untuk mencapai gerakan yang ritmik dan harmonis tersebut tentunya perlu didukung oleh kualitas biomotorik, biometrik, psikologis dan aspek pendukung lainnya.


(9)

2

Sofwan Munawar, 2014

Perbandingan Latihan Sistem Piramida Dengan Sistem Piramida Terbalik Terhadap Kemampuan Daya Tahan Atlet Kayak Pada Cabang Olahraga Dayung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Cabang olahraga dayung yang berkembang di Indonesia merupakan gabungan dari beberapa cabang olahraga yaitu : Canoeing, Rowing dan Tradisional Boat Race. Di dalam tataran regional dan internasional, ketiga cabang olahraga tersebut mempunyai induk organisasi tersendiri, yaitu : ICF (International Canoe Federation) untuk Canoeing, FISA (Federation International De Societes De Aviron atau The International Rowing Federation) untuk Rowing dan IDBF (International Dragon Boat Federation) untuk Traditional Boat Race. Di Indonesia ketiga cabang tersebut keberadaannya menginduk pada satu organisasi, yaitu : PODSI (Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table 1.1. di bawah ini.

Tabel 1.1.

Cabang-cabang Olahraga Dayung Dalam Naungan Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI)

INDUK ORGANISAS I INTERNASI ONAL CABANG

OLAHRAGA JENIS

NOMOR PERLOMBAAN

JARAK

LOMBA Pa/Pi

FISA ROWING

SCULLING

1X (Single Scull)

2000 Meter

Pa/Pi

2X (Double Scull) Pa/Pi

4X (Quadruple Scull) Pa/Pi

SWEEP ROWING

2- (Coxless Pairs) Pa/Pi

4- (Coxless Fours) Pa/Pi

2+ (Cox Pairs) Pa/Pi

4+ (Cox Fours) Pa/Pi

8+ (Eight) Pa/Pi

ICF CANOEING

KAYAK

K-1 (Kayak - 1)

500 Meter 1000 Meter

Pa/Pi

K-2 (Kayak - 2) Pa/Pi

K-4 (Kayak - 4) Pa/Pi

CANOE C-1 (Kano - 1) Pa

C-2 (Kano - 2) Pa


(10)

IDBF

TRADITION AL BOAT

RACE

10 Pedayung

500 M 1000 M

Pa/Pi

20 Pedayung Pa/Pi

Dalam cabang olahraga dayung itu sendiri terdapat beberapa perbedaan baik pada teknik maupun karakteristik perahunya itu sendiri. Seperti pada nomor kayak, posisi pedayung duduk menghadap ke depan perahu dengan dayungan yang memiliki dua buah daun dayungan kanan dan kiri. Pada nomor Canoe Canadian, posisi pedayung berlutut dengan satu kaki menghadap ke depan dan dayungan hanya pada satu bagian sisi perahu saja.

Dan pada scull dan sweep rowing posisi pedayung duduk menghadap ke buritan perahu dengan tempat duduk yang dapat bergerak maju dan mundur. Semua gerakan tersebut dilatih bersamaan dengan latihan fisik agar tercapai keseimbangan antara teknik dan fisik pedayung tersebut.

Tercapainya suatu tujuan pada suatu cabang olahraga prestasi akan mengacu pada aspek-aspek latihannya, seperti pernyatan Satriya dkk (2007: 49) sebagai berikut “ada empat bentuk latihan yang dilakukan oleh atlet yaitu: (a) latihan fisik, (b) latihan teknik, (c) latihan taktik, (d) latihan mental”. Latiahan fisik yang dominan dalam cabang olahraga dayung adalah daya tahan.

Daya Tahan ialah kemampuan tubuh untuk melakukan beban keja fisik dalam waktu yang lama tanpa adanya kelelahan yang berarti. Daya tahan itu sendiri menurut Harsono (1988: 155) menyebutkan bahwa:

Daya tahan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja untuk waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Yang dimaksud dengan daya tahan ini adalah daya tahan sirkula-tori-respiratoti (circulatory-respiratory endurance, atau ada yang menyebut cardiovascular endurance; circulatory adalah hal yang berhubungan dengan peredaran darah; respiratory dengan pernafasan; cardio berasal dari kata cardiac yang berarti jantung).


(11)

4

Sofwan Munawar, 2014

Perbandingan Latihan Sistem Piramida Dengan Sistem Piramida Terbalik Terhadap Kemampuan Daya Tahan Atlet Kayak Pada Cabang Olahraga Dayung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam olahraga dayung daya tahan merupakan faktor dominan dalam menentukan prestasi yang maksimal sebagaimana yang di kemukakan oleh Harsono (2001 : 6) “Dalam olahraga dayung ada beberapa komponen fisik yang dominan dan yang harus dilatih dengan baik, yaitu: 1. Daya tahan 60%, 2. Kekuatan 25%, 3. Kecepatan 2,5%, 4. Koordinasi 10%, 5. Kelentukan 2,5%”.

Dalam pembinaan cabang olahraga prestasi seperti pada cabor dayung, diperlukan juga aspek-aspek penting lainnya yang harus dimiliki oleh seorang atlet juara. Menurut Lutan, dkk. (1999:4) mengemukakan bahwa sasaran pembinaan atlet tertuju pada 4 aspek penting yang harus dimiliki oleh seorang atlet juara, yaitu:

1. Sikap mental terhadap pelaksanaan pelatihan, meliputi (1) kesediaan untuk melaksanakan kerja keras sebagai syarat mutlak untuk sukses, (2) kesiapan menerima kepemimpinan pelatih dan (3) kesiapan untuk menjalin kerja sama dalam sebuah tim. 2. Kualitas fisik, mencakup (1) kemampuan memikul dan mengatasi strees, (2) kemampuan memotivasi diri, (3) pengendalian diri, (4) ketekunan dan ketabahan, dan (5) kecepatan dan kejernihan pikiran dalam membuat keputusan. 3. Efektifitas teknik yang mencakup pernguasaan keterampilan dalam cabang olahraga dayung yang di dukung oleh koordinasi yang halus. 4. Efektifitas keterampilan taktis, mencakup kemampuan untuk menerapkan teknik yang sesuai dengan keadaan yang berubah-ubah.

Dari ungkapan tersebut telah dijelaskan bahwa latihan fisik, teknik, taktik, dan mental merupakan faktor utama untuk tercapainya suatu prestasi puncak. Latihan fisik juga dapat membantu peningkatan sistem kerja tubuh dan kondisi fisik yang menyeluruh. Maka dari itu latihan fisik merupakan hal yang wajib bagi seorang atlet, apalagi atlet tersebut sedang menghadapi suatu pertandingan yang mewajibkan atlet untuk melaksanakan latihan yang telah di program sebelumnya oleh pelatih. Latihan kondisi fisik juga memegang peranan yang sangat penting dalam suatu program latihan. Hal ini juga diungkapkan oleh Harsono (2001: 4) bahwa :

Latihan kondisi fisik mengacu kepada suatau program latihan yang dilakukan secara sistematis, berencana dan progresif, dan tujuannya ialah meningkatkan kemampuan fungsional dari seluruh sistem tubuh agar dengan demikian prestasi atlet semakin menigkat.

Harsono (1988: 153) mengungkapkan, jika kondisi fisik baik maka akan ada: 1.Peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, 2. Peningkatan dalam kekuatan, kelentukkan, stamina, kecepatan, dan lain-lain


(12)

komponen kondisi fisik, 3.Ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan, 4. Pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan, 5. Respon yang cepat dari organisme tubuh apabila sewaktu-waktu respon demikian dibutuhkan.

Menurut (Rushall & Pyke 1990; Harsono 2001: 8) ada tiga sistem latihan atau basic forms yang dapat menjamin peningkatan daya tahan kardiovaskular, yaitu: “1. Latihan kontinyu (Continuous Training), 2. Latihan Fartlek dan 3. Latihan interval (Interval Training)”.

Menurut Woerjanto (1996: 40) bahwa: “Interval training mengembangkan kecepatan, kekuatan, daya tahan otot setempat dan daya tahan keseluruhan”. Dan menurut Harsono (1988: 156) “interval training adalah suatu sistem latihan yang diselingi oleh interval-interval yang berupa masa-masa istirahat”.

Harsono (1988: 157) juga mengungkapkan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menyusun interval training, yaitu: “a).Lamanya latihan, b).Beban (intensitas) latihan, c).Ulangan (repetition) melakukan latihan, d).Masa istirahat (recovery interval) setelah setiap repetisi latihan”.

Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk mengadopsi metode latihan interval pada sistem piramida dan sistem piramida terbalik untuk meningkatkan kemampuan daya tahan pada atlet kayak pada cabang olahraga dayung.

Dari kedua sistem latihan ini baik pada sistem piramida dan sistem piramida terbalik terdapat keuntungan dan kerugian yang peneliti adopsi dari latihan kekuatan. Keuntungan dari sistem piramida yaitu beban bertahap dimulai dari beban yang ringan sampai yang berat, hal ini memudahkan atlet agar bisa mempersiapkan dulu otot-otot yang akan dipergunakan pada set berikutnya untuk mengangkat beban yang lebih berat. Adapun kerugian dari sistem piramida yaitu otot akan mengalami kelelahan karena bekerja dengan maksimal dengan penambahan beban pada tiap setnya.

Kebalikan dari sistem piramida, pada sistem piramida terbalik juga terdapat keuntungan, yaitu beban diawali dari beban yang berat sampai dengan ringan, dan ini


(13)

6

Sofwan Munawar, 2014

Perbandingan Latihan Sistem Piramida Dengan Sistem Piramida Terbalik Terhadap Kemampuan Daya Tahan Atlet Kayak Pada Cabang Olahraga Dayung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

juga membantu mempercepat terlatihnya anaerobik otot. Adapun kerugian dari latihan menggunakan sistem piramida terbalik yaitu, akan terjadinya kelelahan ketika melakukan set berikutnya karena beban diawali dari beban terberat atau beban maksimal.

Dari kedua sistem ini, peneliti mencoba mengadopsi metode latihan interval pada sistem piramida dan sistem piramida terbalik dengan media air untuk meningkatkan kemampuan daya tahan atlet kayak junior yang bergabung dalam UKM dayung UPI.

Peneliti juga bermaksud ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan antara latihan menggunakan sistem piramida dengan sistem piramida terbalik terhadap peningkatan kemampuan daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada perbandingan latihan sistem piramida dengan sistem piramida terbalik terhadap kemampuan daya tahan atlet kayakadalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dengan latihan sistem piramida terhadap kemampuan daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung? 2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dengan latihan sistem piramida

terbalik terhadap kemampuan daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara latihan sistem piramida dengan sistem piramida terbalik terhadap kemampuan daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang di ajukan peneliti, maka terdapat tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan dengan latihan sistem piramida terhadap kemampuan daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung.


(14)

2. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan dengan latihan sistem piramida terbalik terhadap kemampuan daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara latihan sistem piramida dengan sistem piramida terbalik terhadap kemampuan daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung.

D. Manfaat Penelitian

Mengacu pada latar belakang dan tujuan penelitian, maka yang diharapkan oleh penulis melalui penelitian ini adalah manfaat secara teoritis dan praktis, yang dipaparkan sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan latihan kondisi fisik, khususnya latihan untuk meningkatkan daya tahan serta dapat dijadikan sebagai referensi bagi keilmuan pada cabang olahraga dayung.

2. Manfaat Praktis

a. Para atlet, pelatih, pembina olahraga dayung khususnya nomor kayak dalam meningkatkan prestasi atlet.

b. Bagi atlet, pelatih, pembina olahraga dayung khususnya nomor kayak dapat mengetahui seberapa besar peningkatan daya tahan dengan menggunakan latihan sistem piramida dan sistem piramida terbalik.

c. Bagi pelatih dapat digunakan sebagai acuan untuk membuat program latihan peningkatan kondisi fisik khususnya daya tahan.

d. Bahasa informasi dan referensi dapat digunakan sebagai acuan atau referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya khususnya dibidang kebugaran pada cabang olahraga dayung khususnya nomor kayak.


(15)

8

Sofwan Munawar, 2014

Perbandingan Latihan Sistem Piramida Dengan Sistem Piramida Terbalik Terhadap Kemampuan Daya Tahan Atlet Kayak Pada Cabang Olahraga Dayung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian ini penulis memberikan batasan agar pelaksanaan penelitian berjalan sebagaimana mestinya, maka penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya sebagai berikut :

1. Perbandingan latihan sistem piramida dengan sistem piramida terbalik terhadap kemampuan daya tahan atlet kayak.

2. Populasi terdiri dari mahasiswa UPI Bandung yang mengikuti UKM (unit kegiatan mahasiswa) Dayung dengan menggunakan purposive sampling sebanyak 10 orang.

3. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah tes kayak 2000 meter.

4. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sistem piramida dan sistem piramida terbalik.

5. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap istilah dalam penelitian ini, adapun penjelasan istilah yang digunakan peneliti dalam penelitian, antara lain:

Latihan menurut Harsono (1988 : 100) adalah “Untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksial mungkin”.

Sistem atau sistematis menurut Harsono (1988 : 101) adalah “Berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem tertentu, metodis, dari mudah ke sukar, latihan yang teratur, dari sederhana ke yang lebih kompleks”.

Piramid menurut Bompa (1999:52) mengatakan “in the pyramid pattern example the follow. each program starts from its base and works toward the peak, or from the bottom of the top”. Maksud dari kutipan tersebut adalah ikuti pada contoh pola piramida. Setiap program dimulai dari dasar dan bekerja ke arah puncak, atau dari bawah ke atas.


(16)

Daya tahan menurut Harsono (1988 : 155) adalah “Keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja untuk waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut”. Yang dimaksud daya tahan disini adalah daya tahan cardiovascular atau daya tahan otot jantung dan pernafasan.

Dayung atau gerakan mendayung seperti yang di kutip oleh Dede Rohmat (2001: 1) (Stepen, 1990) tentang gerakan mendayung adalah

Gerakan mendayung dilakukan secara berirama, terus menerus dan ada rasio yang baik antara fase kerja dan fase istirahat. Untuk mencapai gerakan yang ritmik dan harmonis tersebut tentunya perlu didukung oleh kualitas biomotorik, biometrik, psikologis dan aspek pendukung lainnya.

Kayak menurut Csaba Zsanto (2004 :26) ialah “Kayak are light, narrow and unstable boats with a small space for the paddlers to sit in”. Maksud dari kutipan diatas kayak merupakan perahu ringan, sempit dan tidak stabil denganruang kecil untuk pedayumg didalamnya.

G. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Skripsi terdiri atas lima bab, yaitu:

1. BAB I Pendahuluan: berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat atau signifikansi penelitian, batasan penelitian, definisi operasional, dan struktur organisasi.

2. BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian

3. BAB III Metode Penelitian, Populasi dan Sampel, Desain Penelitian, Instrument Penelitian, Analisis Data.

4. BAB IV Hasil Pengolahan dan Analisis Data terdiri : 4.1. Hasil pengolahan data

4.2. Analisis dan pengolahan data 4.3. Diskusi penemuan

5. BAB V Kesimpulan dan Saran: Menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(17)

10

Sofwan Munawar, 2014

Perbandingan Latihan Sistem Piramida Dengan Sistem Piramida Terbalik Terhadap Kemampuan Daya Tahan Atlet Kayak Pada Cabang Olahraga Dayung


(18)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian

Pada suatu penelitian seorang peneliti harus menggunakan metode-metode penelitian untuk mendapatkan suatu data yang akurat. Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh data,menganalisis, dan menyimpulkan hasil penelitian melalui cara-cara yang sesuai dengan prosedur penelitian. Dalam hal ini Arikunto (2006: 160) menjelaskan bahwa : “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkandata penelitiannya”.

Ada beberapa jenis metode penelitian yang sering digunakan peneliti untuk memecahkan suatu permasalahan antara lain metode deskriptif, historis, dan eksperimen. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Karena dalam penelitian ini mencari hubungan sebab-akibat dari latihan dengan menggunakan sistem piramida dan piramida terbalik terhadap kemampuan daya tahankayak 2000 meter. Dengan cara mengadakan percobaan terhadap variable bebas untuk mendapatkan hasil.

Hal ini dijelaskan Lutan, Berliana dan Sunaryadi (2007: 146) bahwa :

“Eksperimen adalah jenis penelitian yang langsung berusaha untuk mempengaruhi variable utama, dan jenis penelitian yang benar-benar dapat menguji hipotesis

hubungan sebab akibat”. Sedangkan Arikunto (2006: 3) berpendapat bahwa :

“Eksperimen suatu cara untuk mencari sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti denganmengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor yang mengganggu”.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa eksperimen merupakan suatu cara yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian ini dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk menyelidikisuatu hubungan antara variabel-variabel untuk mendapatkan hasil. Adapun variabel-variabel yang menjadi pokok dalam penelitian ini adalah:


(19)

31

Sofwan Munawar, 2014

Perbandingan Latihan Sistem Piramida Dengan Sistem Piramida Terbalik Terhadap Kemampuan Daya Tahan Atlet Kayak Pada Cabang Olahraga Dayung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Variabel bebas ke 2 latihan dengan menggunakan piramida terbalik c. Variabel terikat hasil kayak 2000 meter

Metode ini di pergunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian ini adalah membandingkan hasil antara latihan dengan menggunakan sistem piramida denganpiramida terbalik terhadap kemampuan daya tahan kayak 2000 meter.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam suatu penelitian, seorang peneliti membutuhkan populasi dan sampel yang akan menjadi subjek penelitian. Populasi ialah jumlah individu dalam suatu kelompok individu yang memiliki sifat bervariasi dalam suatu penelitian. Dengan populasi akan dapat didapat suatu hasil berupa data sebagai pemecah permasalahan.

Populasi menurut Arikunto (2006: 130) menyebutkan bahwa, “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian”. Sedangkan menurut Lutan, Berliana dan Sunaryadi (2007: 82) menjelaskan bahwa “Populasi adalah sekelompok subjek yang diperlukan

oleh peneliti, yaitu kelompok dimana peneliti ingin menggeneralisasikan temuan

penelitiannya”.

Dari pernyataan di atas dapat ditetapkan bahwa populasi penelitian di ambil dari atlet dayung pemula yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Dayung Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebanyak 20 orang sebagai populasi penelitian.

2. Sampel

Sedangkan sampel ialah kumpulan dari populasi atau individu yang akan digunakan dalam penelitian. Adapun cara-cara pengambilan sampel dalam penelitian dapat dilakukansebagai berikut : “sampel random, sampel berstrata, sampel wilayah, sampelproporsi, sampel bertujuan, sampel kuota, sampel kelompok, sampel kembar” (Arikunto, 2006: 133).

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dalam penelitian ini penulis mempergunakan teknik sampel bertujuan atau purposive sampling dalam


(20)

bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanyatujan

tertentu”. (Arikunto, 2006: 139).

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi peneliti dalam melakukan penelitian bertujuan, (Arikunto, 2006: 140) yaitu:

a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas cirri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan cirri-ciri pokok populasi.

b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung cirri-ciri yang terdapatpada populasi (key subjectis).

c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.

Dalam pengambilan sampel, peneliti memilih menggunakan purposive sampel dalam menentukan sampel didasarkan atas tujuan tertentu dan keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.

Menurut Sudjana (2005: 6) menjelaskan bahwa: “Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi”. Sedangkan menurut Sugiyono (2002: 56) menjelaskan bahwa: “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut”. Selanjutnya Lutan, Berliana dan Sunaryadi (2007: 80) menjelaskan bahwa : “Sampel adalah kelompok yang digunakan dalam penelitian dimana data/informasi itudiperoleh”.

Prosedur pengambilan sampel ialah dengan memilih atlet canoeing nomor kayak dari mahasiswa yang masih aktif dan tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Dayung Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebanyak 10 orang atlet. Adapun tujuan dari pengambian sampel ini sebagai testi untuk mewakili keseluruhan poulasi.

Selanjutnya menentukan kelompok yang akan diberi latihan dengan menggunakan sistem piramida sebanyak 5 orang dan 5 orang lagi diberikan latihan dangan menggunakan sistem piramida terbalik. Setelah itu diberikan tes awal, kemudian diberikan rangking dengan tujuan agar diketahui sampel yang lebih homogen menurut kualitas dan kuantitasnya.


(21)

33

Sofwan Munawar, 2014

Perbandingan Latihan Sistem Piramida Dengan Sistem Piramida Terbalik Terhadap Kemampuan Daya Tahan Atlet Kayak Pada Cabang Olahraga Dayung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Desain Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian Eksperimen.

Menurut Sugiyono (2008:107) “metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai

metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Dikatakan bahwa penelitian

ini adalah penelitian eksperimen karena penelitian ini akan menguji hubungan sebab dan akibat tentang perbandingan latihan sistem piramida dengan system piramida terbalik terhadap kemampuan daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pree-test and post-test desain.

Nazir (2005: 68) menjelaskan bahwa, “Desain percobaan adalah step-step atau langkah yang utuh dan berurutan yang dibuat terlebih dahulu, sehingga keterangan yang ingin diperoleh dari percobaan akan mempunyai hubungan yang nyata dengan

penelitian”. Desain penelitian ialah suatu rancangan yang dibuat oleh peneliti sebelum penelitian dilaksanakan, dangan tujuan agar hasil proses penelitian berjalan dengan lancar dan sesuai harapan peneliti.

Adapun konstalasi dari langkah penelitian pree-test and post-test desain ialah sebagai berikut:

Kelompok A : T1 X1 T2

Kelompok B : T1 X2 T2

Gambar 3.1. Desain Penelitian Sumber: (Arikunto 2006:85) Keterangan :

Kelompok A: latihan menggunakan sistem piramida

Kelompok B: latihan menggunakan sistem piramida terbalik T1 : Tes awal kayak 2000 meter

T2 : Tes akhir kayak 2000 meter

X1 : Treatmen dengan latihan sistem piramida


(22)

Adapun penjelasan dari desain diatas adalah sebagai berikut: 1. Memilih subyek secara total dari suatu populasi.

2. Menggolongkannya menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang menggunakan latihan sistem piramida dengan kelompok yang menggunakan latihan sistem piramida terbalik. Caranya hasil tes awal di ranking, kemudian di bagi menjadi dua kelompok yang memiliki kemampuan yang seimbang.

3. Melakukan pree-test (T1) untuk mengukur variable kedua kelompok, kemudian menghitung mean dari masing-masing kelompok tersebut.

4. Mengontrol beberapa kondisi dari kedua kelompok tersebut agar tetap sama perlakuannya (X1 dan X2) dalam jangka waktu satu bulan.

5. Memberikan post-tes (T2) pada kedua kelompok tersebut, untuk mengukur hasil akhir latihan. Kemudian hitung mean dari masing-masing kelompok.

6. Menghitung perbedaan dari pree-test (T1) dan post-test (T2) untuk masing-masing kelompok.

7. Membandingkan perbedaan-perbedaan tersebut untuk menentukan apakah pemberian perlakuan (X1 dan X2) itu berkaitan dengan perubahan yang lebih besar.

8. Menguji perbedaan tersebut apakah cukup berarti untuk menerima hipotesis tentang yang diajukan dalam penelitian ini.

Untuk memperjelas tentang prosedur penelitian ini, peneliti akan menyimpulkan dengan gambar langkah penelitian sebagai berikut:

Gambar 3.2.

Langkah-langkah penelitian

TES AWAL LATIHAN MENGGUNAKAN

SISTEM PIRAMIDA

POPULASI

SAMPEL

LATIHAN MENGGUNAKAN


(23)

35

Sofwan Munawar, 2014

Perbandingan Latihan Sistem Piramida Dengan Sistem Piramida Terbalik Terhadap Kemampuan Daya Tahan Atlet Kayak Pada Cabang Olahraga Dayung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan suatu alat yang digunakan untuk penelitian. Hal ini

diperjelas Arikunto (2006: 149) bahwa : “Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode”. Ada banyak instrumen yang digunakan

dalam suatu penelitian, dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen dengan

metode tes. “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”, (Arikunto, 2006: 150).

Agar tercapainya suatu tujuan dalam suatu penelitian maka diperlukan adanya suatu alat ukur untuk mendapatkan data. Nurhasan dan Cholil (2007: 5)

mengemukakan bahwa: “Pengukuran adalah proses pengumpulan data/informasi

dari suatu obyek tertentu, dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur”.

Pada penelitian ini peneliti melakukan pengukuran sebanyak dua kali yaitu pada awal dan akhir penelitian atau sebelum dan sesudah treatment diberikan. Jenis instrument yang di gunakan adalah tes kayak 2000 meter. Instrument pengumpulan data tentang seberapa jauh peningkatan variabel bebas tes daya tahan kayak dengan jarak tempuh 2000 meter. Csaba Szanto (2004: 125) mengemukakan : “The 2000 meter distance has been used for endurance paddling tests”. Yang berarti jarak 2000 meter digunakan untuk test daya tahan dayung.

Jadi instrument dalam penelitian ini adalah tes 2000 meter kayak single. Tes dilakukan di awal dan akhir eksperimen dengantujuanuntuk mengetahui hasil awal

TES AKHIR

ANALISIS DATA

KESIMPULAN


(24)

dan seberapa besar peningkatan dan perbedaa daya tahan dari hasil latihan dengan menggunakan sistem piramida dan sistem piramida terbalik.

1. Prosedur Pelaksanaan Tes Nama Tes : Tes kayak 2000 meter

Tujuan : Untuk megetahui peningkatan daya tahan kayak jarak 2000 meter Alat Test : Perahu kayak, dayungan, peluit, stop watch, alat tulis.

Tempat : Situ Ciburuy

Pelaksanan : Dilaksanakan sebelum dan seudah treatment diberikan Pengukuran :

a. Naracoba melakukan peregangan dan pemanasan secukupnya. b. Naracoba bersiap-siap di atas perahu kayak untuk start.

c. Ketika mendengar aba-aba, naracoba mulai mendayung sejauh 2000 meter dengan kemampuan maksimal dan waktu mulai di jalankan.

d. Waktu di berhentikan setelah naracoba mendayung 2000 meter.

e. Kemudian hasil data waktu yang dicapai di catat, sehingga dapat diketehui kemampuan daya tahan kardiovaskularnya, semakin kecil waktu yang dicapai semakin bagus daya tahan kardiovaskularnya.

Situ Ciburuy digunakan sebagai tempat pelaksanaan tes karena selain luasnya yang bisa digunakan tes 2000 meter juga jaraknya tidak terlalu jauh dari kampus sehingga memudahkan teste untuk kembali ke kampus UPI, Kayak digunakan sebagai alat latihan dan merupakan alat untuk tes 2000 meter.

Sebelum penelitian dimulai teste diberikan tes (test awal), setelah itu teste di berikan treatment latihan sistem piramida dan piramida terbalik. Setelah penelitian berakhir teste juga di berikan tes kembali (test akhir) untuk mengetahui seberapa besar peningkatan dari hasil latihan menggunakan sistem piramida dan sistem piramida terbalik terhadap peningkatan daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung tersebut.


(25)

37

Sofwan Munawar, 2014

Perbandingan Latihan Sistem Piramida Dengan Sistem Piramida Terbalik Terhadap Kemampuan Daya Tahan Atlet Kayak Pada Cabang Olahraga Dayung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah penelitian selesai dilaksanakan akan didapat suatu data hasil penelitian. Data tersebut akan berbuah hasil penelitian jika melalui analisa data terlebih dahulu. Analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah. Karena dengan analisa tersebut suatu data dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.

Data yang telah terkumpul di pecahkan menjadi beberapa kelompok, serta dikatagorisasikan, dilakukan manipulasi dan setelah melalui proses sedemikian rupa sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah penelitian dan bermanfaat dalam menguji hipotesa.

Setelah analisa data selesai, data tersebut diuji kembali dengan pengujian hipotesa dari latihan yang diberikan dengan maksud apakah terdapat perbedaan yang cukup berarti atau tidak sama sekali, serta hasil latihan itu apakah ada kemajuan atau tidak. Selanjutnya melakukan perhitungan secara statistika dari data-data yang terkumpul melalui hasil test akhir. Kemudian menyusun, mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan rumus-rumus yang digunakan dalam statistika, yaitu:

1. Menghitung data hasil pengukuran dan tes

2. Menghitung nilai rata-rata dengan rumus:

Keterangan:

= nilai rata-rata yang dicari  = jumlah dari

X = nilai data mentah n = nilai data mentah


(26)

Keterangan:

S = simpangan baku yang dicari  = jumlah dari

Xi = nilai data mentah

= nilai rata-rata n = jumlah sampel

4. Menguji homogenitas sampel dengan menggunakan rumus:

Kriteria pengujian: tolak Hohanya jika F ≥ F ½ ɑ(V1,V2) di dapat dari distribusi F

sesuai dengan dk pembilang V1 = (n1 – 1) dan penyebut V2 = (n2 – 1). Kedua

kelompok homogen Fhitung < Ftabel.

5. Uji normalitas melalui pendekatan uji normalitas liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2, … …, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, … …, Zn

dengan menggunakan rumus:

( dan S merupakan rata-rata dan simpangan baku setiap kelompok butir tes).

b. Untuk tiap bilangan baku ini, menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (Z1) = P (Z ≤ Z1).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … …, Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Z. jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka:


(27)

39

Sofwan Munawar, 2014

Perbandingan Latihan Sistem Piramida Dengan Sistem Piramida Terbalik Terhadap Kemampuan Daya Tahan Atlet Kayak Pada Cabang Olahraga Dayung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar dengan (Lo).

f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka kita bandingkan Lo ini

dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji liliefors, dengan taraf nyata ɑ (penulis menggunakan ɑ = 0,05). Menurut Sudjana (1989:466-467) “kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L

dari daftar nilai kritis uji liliefors. Dalam hal lain hipotesis nol diterima”. 6. Uji kesamaan Dua Rata-rata (Skor berpasangan) atau sering dikatakan uji beda.

Uji ini digunakan untuk menjawab pertanyaan masalah nomor dua, rumus yang digunakan adalah:

a.

Keterangan: B = nilai rata-rata

SB = nilai simpangan baku beda n = jumlah sampel

b. Kriteria penolakan dan penerimaan Hipotesisnya: Terima hipotesis jika:

-t (1- ½ ɑ) < t < t(1- ½ ɑ), dk (n-1) Dalam hal lain (Ho) ditolak.

c. Pasangan hipotesis yang akan diujinya adalah: Ho : B = 0

Ho: B ≠ 0

7. Uji signifikansi dua rata-rata (dua pihak)

t’ = 1 - 2


(28)

Keterangan :

S = simpangan baku yang dicari

= nilai rata-rata n = jumlah sampel


(29)

50

Sofwan Munawar, 2014

Perbandingan Latihan Sistem Piramida Dengan Sistem Piramida Terbalik Terhadap Kemampuan Daya Tahan Atlet Kayak Pada Cabang Olahraga Dayung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pengolahan dan analisis data tentang perbandingan latihan sistem piramida dan sistem piramida terbalik terhadap kemampuan daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Terdapat penigkatan yang signifikan dengan latihan Sistem Piramida terhadap

kemampuan daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung atau thitung =

23,8 lebih besar dari ttabel = 2,78, hal ini menggambarkan bahwa terdapat

peningkatan secara signifikan.

2. Terdapat penigkatan yang signifikan dengan latihan Sistem Piramida Terbalik terhadap kemampuan daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung atau thitung 15,81176 lebih besar dari ttabel 2,78, hal ini juga menggambarkan bahwa

adanya peningkatan yang signifikan.

3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara latihan sistem Piramida dan sistem piramida terbalik terhadap kemampuan daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung atau thitung = 0,023 lebih kecil dari ttabel = 2,31.

B. Saran

Dalam hal ini bentuk latihan sistem piramida dan sistem piramida terbalik keduanya sama-sama memberikan peningkatan yang signifikan terhadap daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung, Saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan penelitian ini adalah:

1. Bagi para pembina dan pelatih dayung khususnya pada nomer kayak serta pembaca pada umunya, dalam proses pembinaan atlet dayung khususnya pemula dapat diberikan latihan-latihan fisik untuk meningkatkan kemempuan daya tahan atlet dayung kayak antara lain menggunakan bentuk latihan sistem piramida dan piramida terbalik karena dari hasil penelitian ini terbukti bahwa kedua sistem latihan ini dapat memeberikan peningkatan yang signifikan terhadap hasil daya tahan atlet kayak junior di UKM Dayung UPI.


(30)

2. Bagi Pembaca dan pemerhati olahraga, atau pun mahasiswa jurursan olahraga yang akan melakukan pengembangan dan penelitian tentang pengaruh suatu bentuk latihan terhadap suatu kemampuan baik fisik maupun teknik, penulis menganjurkan agar mencoba bentuk-bentuk latihan fisik maupun teknik lainnya sesuai dengan kondisi pelatihan dan cabang olahraga.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan, semoga bermanfaat bagi semua pihak, terutama untuk perkembangan olahraga itu sendiri.


(31)

1

Sofwan Munawar, 2014

Perbandingan Latihan Sistem Piramida Dengan Sistem Piramida Terbalik Terhadap Kemampuan Daya Tahan Atlet Kayak Pada Cabang Olahraga Dayung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arfina. Yani. Eka. (1994). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya. Tiga Dua

Arikunto.Suharsimi (2006). prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta. Rineka Cipta

Bompa. O. Tudor. (1993). Periodization of strength

Harsono 1988. Coaching dan Aspek-aspek psikologis olahraga dalam coaching. Jakarta: CV Tambak Kusuma.

Harsono. (2001). Latihan Kondisi Fisik. FPOK Bandung. Joycevederal. (2010). www. Joycevederal.com

Luthan, Berliana, dan Sunaryadi. (2007). Penelitian Pendidikan Dalam Pelatihan

Olahraga. Bandung. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK

UPI.

Nurhasan dan D. hasanudin (2007). Modul Tes Dan Pengukuran Keolahragaan, Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Rohmat, Dede. Dkk. (2002). Instrument Pemandu Bakat “Dayung”. Jakarta. Direktorat Pelajar Dan Mahasiswa

Rohmat, Dede. (2010). Program Latihan jangka Panjang. htpp://file.upi.edu Satriya, Dikdik, dan Iman. (2007). Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung.

Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI.

Sidik Zafar. Didik. (2007). Pembinaan Kondisi Fisik (Dasar dan Lanjutan). Jurusan Pendidikan Kepelatihan

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung. Tarsito.

Setiawan, dkk. (1992). Manusia dan Olahraga. Bandung ITB.

Szanto, Csaba. (2004). Racing Canoeing 2. ICF (International Canoeing Federation).


(1)

Keterangan:

S = simpangan baku yang dicari

 = jumlah dari Xi = nilai data mentah

= nilai rata-rata n = jumlah sampel

4. Menguji homogenitas sampel dengan menggunakan rumus:

Kriteria pengujian: tolak Hohanya jika F ≥ F ½ ɑ(V1,V2) di dapat dari distribusi F

sesuai dengan dk pembilang V1 = (n1 – 1) dan penyebut V2 = (n2 – 1). Kedua

kelompok homogen Fhitung < Ftabel.

5. Uji normalitas melalui pendekatan uji normalitas liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2, … …, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, … …, Zn

dengan menggunakan rumus:

( dan S merupakan rata-rata dan simpangan baku setiap kelompok butir tes).

b. Untuk tiap bilangan baku ini, menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (Z1) = P (Z ≤ Z1).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … …, Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Z. jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka:


(2)

Sofwan Munawar, 2014

Perbandingan Latihan Sistem Piramida Dengan Sistem Piramida Terbalik Terhadap Kemampuan Daya Tahan Atlet Kayak Pada Cabang Olahraga Dayung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar dengan (Lo).

f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka kita bandingkan Lo ini

dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji liliefors, dengan taraf nyata ɑ (penulis menggunakan ɑ = 0,05). Menurut Sudjana (1989:466-467) “kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L

dari daftar nilai kritis uji liliefors. Dalam hal lain hipotesis nol diterima”. 6. Uji kesamaan Dua Rata-rata (Skor berpasangan) atau sering dikatakan uji beda.

Uji ini digunakan untuk menjawab pertanyaan masalah nomor dua, rumus yang digunakan adalah:

a.

Keterangan: B = nilai rata-rata

SB = nilai simpangan baku beda

n = jumlah sampel

b. Kriteria penolakan dan penerimaan Hipotesisnya: Terima hipotesis jika:

-t (1- ½ ɑ) < t < t(1- ½ ɑ), dk (n-1) Dalam hal lain (Ho) ditolak.

c. Pasangan hipotesis yang akan diujinya adalah: Ho : B = 0

Ho: B ≠ 0

7. Uji signifikansi dua rata-rata (dua pihak) t’ = 1 - 2


(3)

Keterangan :

S = simpangan baku yang dicari = nilai rata-rata


(4)

Sofwan Munawar, 2014

Perbandingan Latihan Sistem Piramida Dengan Sistem Piramida Terbalik Terhadap Kemampuan Daya Tahan Atlet Kayak Pada Cabang Olahraga Dayung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pengolahan dan analisis data tentang perbandingan latihan sistem piramida dan sistem piramida terbalik terhadap kemampuan daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat penigkatan yang signifikan dengan latihan Sistem Piramida terhadap kemampuan daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung atau thitung =

23,8 lebih besar dari ttabel = 2,78, hal ini menggambarkan bahwa terdapat

peningkatan secara signifikan.

2. Terdapat penigkatan yang signifikan dengan latihan Sistem Piramida Terbalik terhadap kemampuan daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung atau thitung 15,81176 lebih besar dari ttabel 2,78, hal ini juga menggambarkan bahwa

adanya peningkatan yang signifikan.

3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara latihan sistem Piramida dan sistem piramida terbalik terhadap kemampuan daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung atau thitung = 0,023 lebih kecil dari ttabel = 2,31.

B. Saran

Dalam hal ini bentuk latihan sistem piramida dan sistem piramida terbalik keduanya sama-sama memberikan peningkatan yang signifikan terhadap daya tahan atlet kayak pada cabang olahraga dayung, Saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan penelitian ini adalah:

1. Bagi para pembina dan pelatih dayung khususnya pada nomer kayak serta pembaca pada umunya, dalam proses pembinaan atlet dayung khususnya pemula dapat diberikan latihan-latihan fisik untuk meningkatkan kemempuan daya tahan atlet dayung kayak antara lain menggunakan bentuk latihan sistem piramida dan piramida terbalik karena dari hasil penelitian ini terbukti bahwa kedua sistem latihan ini dapat memeberikan peningkatan yang signifikan terhadap hasil daya tahan atlet kayak junior di UKM Dayung UPI.


(5)

2. Bagi Pembaca dan pemerhati olahraga, atau pun mahasiswa jurursan olahraga yang akan melakukan pengembangan dan penelitian tentang pengaruh suatu bentuk latihan terhadap suatu kemampuan baik fisik maupun teknik, penulis menganjurkan agar mencoba bentuk-bentuk latihan fisik maupun teknik lainnya sesuai dengan kondisi pelatihan dan cabang olahraga.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan, semoga bermanfaat bagi semua pihak, terutama untuk perkembangan olahraga itu sendiri.


(6)

Sofwan Munawar, 2014

Perbandingan Latihan Sistem Piramida Dengan Sistem Piramida Terbalik Terhadap Kemampuan Daya Tahan Atlet Kayak Pada Cabang Olahraga Dayung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arfina. Yani. Eka. (1994). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya. Tiga Dua

Arikunto.Suharsimi (2006). prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.

Jakarta. Rineka Cipta

Bompa. O. Tudor. (1993). Periodization of strength

Harsono 1988. Coaching dan Aspek-aspek psikologis olahraga dalam coaching.

Jakarta: CV Tambak Kusuma.

Harsono. (2001). Latihan Kondisi Fisik. FPOK Bandung. Joycevederal. (2010). www. Joycevederal.com

Luthan, Berliana, dan Sunaryadi. (2007). Penelitian Pendidikan Dalam Pelatihan Olahraga. Bandung. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI.

Nurhasan dan D. hasanudin (2007). Modul Tes Dan Pengukuran Keolahragaan,

Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Rohmat, Dede. Dkk. (2002). Instrument Pemandu Bakat “Dayung”. Jakarta. Direktorat Pelajar Dan Mahasiswa

Rohmat, Dede. (2010). Program Latihan jangka Panjang. htpp://file.upi.edu Satriya, Dikdik, dan Iman. (2007). Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung.

Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI.

Sidik Zafar. Didik. (2007). Pembinaan Kondisi Fisik (Dasar dan Lanjutan).

Jurusan Pendidikan Kepelatihan

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung. Tarsito.

Setiawan, dkk. (1992). Manusia dan Olahraga. Bandung ITB.

Szanto, Csaba. (2004). Racing Canoeing 2. ICF (International Canoeing Federation).