INTERNALISASI NILAI KETAATAN PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BANDUNG.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Ole h : ACEP SUWARNA

1206252

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2016


(2)

Oleh Acep Suwarna

1206252

Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Acep Suwarna 2016 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

1206252

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BANDUNG

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I

Dr. H. Aceng Kosasih, M.Ag. NIP. 19650917 199001 1 001

Pembimbing II

Dr. H. Fahrudin, M.Ag. NIP. 19591008 198803 1 003

Mengetahui

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam

Dr. H. Aam Abdussalam, M.Ag. NIP. 19570402 198601 1 001


(4)

Panitia Ujian :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Dr. H. Aam Abdussalam, M.Pd. NIP. 19570402 198601 1 001

3. Penguji :

3.1 Prof. Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP. 19570303 198803 1 0011

3.2 Dr. Munawar Rahmat, M.Pd. NIP. 19580128 198612 1 001

3.3 Dr. Wawan Hermawan, M.Ag. NIP. 19740209 200501 1 002


(5)

ii

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Internalisasi Nilai Ketaatan Pada Santri di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung

Oleh:

Acep Suwarna (1206252)

Santri pada umumnya sangat menaati kiai di pesantren, namun di sekolah-sekolah umum ketaatan murid kepada gurunya mengalami penurunan, sehingga membutuh model internalisasi nilai ketaatan. Di Pesantren Alquran Al-Falah II Nagrek Kabupaten Bandung kiai sangat dihormati dan ditaati oleh santri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif. Teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dokumentasi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetuhi penanaman nilai ketaatan pada santri khususnya di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung. Berdasarkan hasil penelitian ketaatan yang diajarkan kepada santri di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung yaitu ketaatan yang sesuai dengan ajaran agama Islam atau ketaatan dalam hal keagamaan, yang sesuai dengan nilai-nilai Alquran, hadis dan pemahaman ulama, misalnya mengerjakan salat, berpuasa, membaca Alquran, berzikir, menuntut ilmu, taat kepada orang tua, taat kepada guru atau kiai. Proses penanaman nilai ketaatan dilakukan dengan dua cara yaitu pemberian materi-materi tentang ketaatan dan metode-metode yang membantu pembentukan ketaatan. Materi pokok yang digunakan yaitu merujuk kepada kitab ta’lim muta’alim dan kitab bidayatul hidayah, sementara metode yang digunakannya adalah metode keteladanan, metode pembiasaan, dan metode kedisiplinan. Hasil dari penanaman nilai ketaatan pada santri adalah terbentuknya ketaatan santri terhadap agamanya. Hal ini dapat dilihat pada kebiasaan santri dalam kesehariannya di pesantren.


(6)

iii

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Internalizing the Value of Obedience to Santri1 at Pondok Pesantren2 Alquran Al-Falah II Nagreg, Bandung Regency

By:

Acep Suwarna (1206252)

Santri in general are highly obedient to their kiai (clerics) in pesantren;

however, in public schools there is a tendency of declining obedience among students to their teachers, thereby requiring a model of internalization of the value of obedience. At Pesantren Alquran Al-Falah II Nagrek, Bandung Regency, the kiai are very well-respected and obeyed by their santri. The research adopted the qualitative-descriptive approach. Data were collected through interviews, observations, and documentation. The research aims to find the internalization of the value of obedience among the santri of Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg, Bandung Regency. The findings show that the kind of obedience taught at Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg, Bandung Regency, is one that is in accordance with the teachings of Islam or religious obedience that is in line with the values of Alquran, hadith, and clerics’ understanding; for example, practicing the five time prayers, fasting, reading Alquran, zikr (remembering Allah), studying, obeying parents, and obeying teachers or clerics. The internalization of the value of obedience is done in two ways, namely through the delivery of materials/topics on obedience and the application of certain methods that can help shape obedience. The main topics delivered to the santri refer to the books of Ta’lim Muta’alim and Bidayatul Hidayah, while the methods used are exemplary method, habituation method, and disciplinary method. The result of this internalization is santri’s obedience to their religion. This can be seen in the santri’s daily life in pesantren.

Keywords: Santri, Kiai, Obedience

1

Students of traditional Islamic boarding schools 2


(7)

1

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan senjata ampuh untuk memajukan suatu peradaban. Maju mundurnya suatu peradaban sangat dipengaruhi dan berbanding lurus dengan pendidikan. Apabila pendidikannya maju maka masyarakatnyapun semakin berdab begitupun sebaliknya.

Menurut Ihsan (2010, hlm. 1) pendidikan dalam pengertian yang sangat sederhana dan umum adalah usaha yang dilakukan manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia itu sendiri yang dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai yang ada pada manusia itu sendiri. Selaras dengan pengertian tersebut Heri (2005, hlm. 1) mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu upaya memanusiakan manusia. Melalui pendidikan manusia tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia.

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Ramayulis (2012, hlm. 28) pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Bagaimanapun, kapanpun dan dimanapun manusia memerlukan pendidikan. Maka dalam pengertian umum, kehidupan manusia akan selalu ada aktivitas pendidikan didalamnya. Sebab pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan hidup manusia.

Pendidikan bukan sekedar transfer informasi ilmu pengetahuan dari guru kepada murid, melainkan suatu proses pembentukan karakter. Ada tiga misi utama pendidikan yaitu menyampaikan pengetahuan (transper of knowledge), penyampaian budaya (transper of culture), dan penyampaian nilai (transper of

value). Sebab itu, pendidikan bisa dipahami sebagai suatu proses transformasi

nilai-nilai dalam rangka pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya (Syahidin, 2009, hlm. 2).


(8)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Definisi tersebut menjelaskan bahwa pendidikan bukan hanya transfer informasi ilmu pengetahuan akan tetapi suatu proses pembentukan karakter. Pendidikan bukan hanya sebatas menyekolahkan anak di sekolah tetapi lebih dari itu. Anak akan tumbuh menjadi manusia yang baik apabila ditopang oleh pendidikan yang komprehensif, sebaliknya jika anak tidak mendapatkan pendidikan yang baik maka anak akan tumbuh sebagai pribadi yang tidak diharapkan.

Dalam islam pendidikan merupakan sebuah ibadah yang harus dilaksanakan dapat dipahami dari perintah-perintah Allah dan Rasul-nya, diantaranya firman Allah



























“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam

Keadaan beragama Islam.” (QS. „Alī-„Imrān [3] : 102)1

Hal yang bisa diambil dari ayat tersebut adalah orang beriman wajib berusaha untuk bertaqwa kepada Allah dan meningkatkan kepribadiaannya sepanjang hayat sehingga ia memiliki kepribadian muslim. Usaha tersebut dilakukan dengan mengembangkan segenap potensi yang dimiliki, termasuk didalamnya menuntut ilmu pengetahuan. (Umar, 2010, hlm. 128)

Salah satu lembaga pendidikan islam adalah pesantren. pesantren mengemban beberapa peran, utamanya sebagai lembaga pendidikan. Jika ada lembaga pendidikan islam yang sekaligus juga memainkan peran sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan, kepelatihan, pengemban masyarakat, dan

1 Seluruh teks dan terjemahan Alquran dalam skripsi ini dikutip dari program MS Words Alquran in word, yang disesuaikan dengan Cordova Alquran dan Terjemahannya. Penerjemah: Tim penerjemah Depag RI: Bandung: Syaamil quran: 2012. Selanjutnya semua pengutipan ini dituliskan dengan ringkasan seperti contoh; Qs. „Alī-„Imrān [3]: 102 atau kepanjangan dari Quran surah „Alī-„Imrān surat ke 3 ayat 102.


(9)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

sekaligus menjadi simpul budaya, maka itulah pondok pesantren. biasanya peran-peran itu tidak langsung terbentuk, melainkan melewati tahap demi tahap. Setelah sukses sebagai lembaga pendidikan pesantren biasanya pula menjadi lembaga keilmuan, kepelatiahn, dan pemberdayaan masyarakat. Keberhasilan membangun integrasi dengan masyarakat barulah memberinya mandat sebagai lembaga bimbingan keagamaan dan simpul budaya (Nafi, 2007, hlm. 11).

Menurut Dhofier (1990, hlm. 45-60) elemen-elemen yang ada di pesantren adalah Pondok, Masjid, Santri, Kiai, dan kitab kuning. Kiai merupakan elemen yang paling sentral dalam sebuah pesantren, karena kiai sering dianggap sebagai pemilik pesantren atau sebagai pendiri pesantrennya, selain itu kiai dianggap sebagai pengajar atau guru dan juga sebagai pimpinan dalam melakukan ritual keagamaan seperti salat berjamaah. Elemen-elemen lain seperti Masjid, Santri, dan kitab kuning itu hanya sebagai penunjang dalam pembelajaran dan elemen tersebut semuanya ada dalam kontrol dan pengawasan kiai.

Kiai di pondok pesantren Alquran Al-falah sangat karismatik terutama K.H.Q. Ahmad Syahid, kharismanya muncul karena faktor pengetahuan, terutama dalam

bidang Alquran, sehingga ia mendapat gelar “Kiai Haji Qari” yang disingkat

menjadi K.H.Q. Dan julukan tersebut masih langka di Indonesia. Karena pengetahuan dan keahliannya tersebut telah membuat banyak orang terutama para santrinya menaruh rasa hormat yang sangat tinggi (Wahyudin, 2014, hlm. 75)

Sebagaimana diungkapkan oleh Scott (Sukanto, 1999, hlm. 79-80) ada tiga unsur yang mengarah terbentuknya hubungan antara Kiai dan Santri. Pertama adalah hubungan Kiai-Santri mendasarkan diri pada pertukaran yang tidak seimbang, yang mencerminkan perbedaan status. Seorang santri dalam hal ini telah menerima banyak jasa dari kiainya, dalam hal ini santri sangat bergantung kepada kiai. Kedua adalah hubungan kiai-santri bersifat personal. Dalam hal ini hubungan kiai-santri ada rasa kepercayaan dan kebergantungan satu sama lainnya. Hal tersebut dapat terlihat dari budaya penghormatan santri kepada kiainya yang cenderung bersifat kultus individu. Ketiga, hubungan kiai tersebar menyeluruh,


(10)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

fleksibel dan tanpa batas kurun waktu. Hal ini dimungkinkan karena sosialisasi nilai ketika ketikan menjadi santri berjalan bertahun-tahun. Suatu bentuk nilai yang dipegang teguh oleh santri, misalnya seorang santri tidak dapat mendebat kiainya. Kalau sampai santri mendebat kiai nya nanti kuawalat atau durhaka dan ilmu yang didapatkan oleh santrinya tidak berkah.

Berdasarkan penjelasan tersebut penulis berpendapat bahwa santri yang menaruh rasa hormatnya sangat tinggi berbanding terbalik dengan siswa di sekolah umum. Hubungan antara guru dan murid tidak setaat antara hubungan kiai dan santri di pesantren. Di sekolah umum masih banyak anak didik yang tidak taat dan patuh terhadap peraturan sekolah. Mulai dari ketidak patuhan hal-hal yang sifatnya ringan sampai hal-hal-hal-hal yang sifatnya berat, misalnya pelanggaran yang sifatnya ringan tidak tepat waktu saat masuk kelas, seragam yang digunkan tidak sesuai peraturan sekolah, pekerjaan rumah yang ditugaskan guru tidak dikerjakan. sementara pelanggaran beratnya yaitu tauran antar sekolah, miras, sex bebas. Nilai-nilai kepatuhan atau ketaatan murid terhadap guru di sekolah akhri-akhir ini mengalami penurunan.

Hal yang senada juga dijelaskan oleh Tafsir (1994, hlm. 77) mengemukakan bahwa: Hubungan murid dengan guru dalam dunia pendidikan sedikit demi sedikit mulai berubah, nilai-nilai moral sedikit demi sedikit mulai berkurang. Semua itu antara lain dikarenakan sebagai berikut:

1. Kedudukan guru semakin merosot;

2. Hubungan guru dan murid semakin berkurang atau penghormatan murid terhadap guru mulai berkurang;

3. Kepatuhan murid terhadap guru mulai erosi; 4. Harga karya semakin menurun.

Padahal seorang guru adalah penyampai ilmu. Ketaatan dan keikhlasan mengabdi pada guru merupakan syarat untuk meraih keberhasilan menempuh pendidikan. Hal tersebut juga pernah disampaikan ketika Luqman memberikan nasihat kepada anaknya.


(11)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu































































































“Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqmān [31]: 17-19)

Hal yang senada juga dijelaskan oleh Al-Ghazzali (2009, hlm. 56) seorang murid harus selalu tawadu dan taat kepada gurunya serta harus mempercantik hati dan tindakan dengan kebajikan, menggapai kedekatan dengan Allah dan malaikat-Nya serta bersahabat dengan orang yang dekat dengan Allah.

Melihat hal tersebut penulis berpendapat bahwa dalam proses pendidikan, kepatuhan atau ketaatan murid kepada guru merupakan sesuatu yang wajib. Apabila dibandingkan dengan pesantren nilai ketaatan santri kepada kiai lebih baik dari pada murid kepada guru di sekolah. Maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian “Internalisasi Nilai Ketaatan Pada Santri Di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung”


(12)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi rumusan

masalah pokok dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Internalisasi Nilai Ketaatan Pada Santri Di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung”. Dari masalah pokok tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa rumusan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana Konsep Nilai Ketaatan di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana Proses Penanaman Nilai Ketaatan Pada Santri di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung?

3. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat yang Menyebabkan Santri Memiliki Nilai Ketaatan di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung?

4. Bagaimana Hasil Dari Penanaman Nilai Ketaatan Pada Santri di Pondok Pesantren AlquranAl-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetaui

“Internalisasi Nilai Ketaatan Pada Santri di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung”.


(13)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

1. Untuk Mengetahui Konsep Nilai Ketaatan di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung;

2. Untuk Mengetahui Proses Penanaman Nilai Ketaatan Pada Santri di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung;

3. Untuk Mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat yang Menyebabkan Santri Memiliki Nilai Ketaatan di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung;

4. Untuk Mengetahui Hasil Dari Penanaman Nilai Ketaatan Pada Santri di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung.

D. Manfaat/ Signifikan penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan menambah wawasan pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi lembaga yang diteliti hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung mengenai internalisasi nilai ketaatan;

b. Bagi mahasiswa program Ilmu Pendidikan Agama Islam, hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumber literature untuk penelitian selanjutnya yang masih terkait dengan tema skripsi ini;

c. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan rujukan dalam etika menghormati guru ataupun pemuka agama;

d. Bagi peneliti, penelitian ini dijadikan untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam karya tulis ilmiah dan sebagai upaya dalam memahami internalisasi nilai ketaatan.


(14)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

E. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut, penulis mengklasifikasikan menjadi 5 (lima) bab dengan rincian sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, struktur organisasi skripsi

BAB II Kajian pustaka dari judul yang diambil peneliti, yaitu pola hubungan edukatif kiai-santri.

BAB III Metode penelitian yang meliputi lokasi dan subjek penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, analisa data

BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan dalam bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang didapat mengenai pola hubungan edukatif kiai-santri.


(15)

39

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, untuk memperoleh data yang

sesuai dengan judul penelitian “internalisasi nilai ketaatan pada senatri di Pondok

Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung” peneliti akan menggunakan pendekatan kualitatif.

Menurut Setiyadi (2006, hlm. 219) pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data-data secara deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari manusia dan perilakunya yang dapat diamati sehingga tujuan dari penelitian ini adalah pemahaman individu dan latar belakangnya secara utuh.

Pendapat tersebut di lengkapi lagi oleh Sugiyono (2009, hlm. 1) bahwa pendekatan kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai istrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi.

Sebagaimana yang telah diungkapkan di atas, maka hasil yang akan diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, baik lisan ataupun tulisan, yang diperoleh dari responden yang terdiri dari kiai dan santrinya. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Menurut Basrowi & Suwandi, (2008, hlm. 28) metode deskriptif adalah data yang dikumpulkakn berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Jadi, metode deskriptif ditunjukkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada dan sedang terjadi.

Rancangan penelitian yang telah disusun yaitu melakukan pra penelitian ke Pesantren AlquranAl-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung, kemudian melakukan


(16)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

penelitian agar dapat mendeskripsikan lebih dalam tentang pesantren tersebut, dan yang terakhir menganalisis data yang telah didapat dari penelitian di Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung.

B. Partisipan dan Tempat Penelitian

Penelitian mengenai internalisasi nilai ketaatan santri ini dilakukan di Pondok Pesantren Alquran Al-falah II Nagrek Kabupaten Bandung yang beralamat di Jl. Raya Nagreg Km 38 Pamucatan Rt. 003/017 Desa. Nagreg Kabupaten Bandung Jawa Barat. Alasan peneliti memilih Pondok Pesantren AlquranAl-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung adalah karena pesantren alfalah merupakan salah satu pesantren terbesar yang ada di Jawa Barat dan mempunyai banyak

keunggulan terutama dalam qira’at dan tahfiz. Selain itu karena pesantren tersebut

mempunya beberapa kiai yang sangat karismatik dan disegani oleh para santrinya. Di dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan subjek adalah populasi. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi menurut Spradley dinamakan dengan situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat, pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2013, hlm. 297) Subjek pada penelitian ini adalah orang-orang yang mengerti dan terlibat dengan segala aktivitas dari program kegiatan di Pondok Pesantren AlquranAl-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung. yang termasuk subjek pada penelitian ini yaitu Kiai, pengurus pesantren, ustadz yang membina pesantren, dan santri yang ada di pesantren.

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah agar adanya kesamaan berfikir antara peneliti dengan pembaca.

1. Menurut Tafsir (2010, hlm. 229) internalisasi merupakan sebuah proses “pem -pribadi-an” sehingga apa yang diketahuinya dapat menyatu dengan pribadinya sehingga menjadi sebuah karakter.


(17)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

2. Nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, ketertarikan maupun prilaku (Ahmadi & Salimi, 2008, hlm. 202) 3. Taat didefinisikan sebagai sikap mematuhi dan menjalankan perintah dengan

senang hati, tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun (Wahab, 2013, hlm. 106)

4. Santri yakni orang yang belajar agama Islam dan mendalami agama Islam di sebuah pesantrian (pesantren) yang menjadi tempat belajar bagi para santri (Hidayat, 2016, hlm, 387).

5. Menurut Sukanto (1999, hlm. 85) kiai adalah orang yang memiliki lembaga pondok pesantren, dan menguasai pengetahuan agama serta secara konsisten menjalankan ajaran-ajaran agama. Tapi adalagi sebutan kiai yang ditunjukan kepada mereka yang mengerti ilmu agama, tanpa memiliki lembaga pondok pesantren atau tidak menetap dan mengajar di pondok pesantren. Kiai seperti itu mengajarkan pengetahuan agama dengan cara ceramah dari desa ke desa menyampaikan fatwa agama kepada masyarakat luas.

6. Menurut Dhofier (1990, hlm. 44) pondok pesantren merupakan asrama pendidikan islam dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai. 7. AlquranAl-falah adalah nama sebuah pondok pesantren yang dibentuk oleh

KH. Q Ahmad Syahid, Ph. D D. Pengumpulan Data

Untuk memenuhi kebutuhan data yang beraneka ragam, penelitian kualitatif menggunakan berbagai metode pengumpulan data, seperti wawancara, penelitian dokumen, arsip dan penelitian lapangan. Untuk melaksanakan tuntutan metode tersebut, maka penelitian kualitatif menempatkan manusia sebagai figur terpenting dalam penelitian (Gunawan, 2013, hlm. 308)


(18)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah observasi, wawancara, studi dokumtasi, dan triangulasi.

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dimana peneliti melihat mengamati secara visual sehingga validitas data sangat tergantung pada kemampuan observer. Metode ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti (Basrowi & Suwandi, 2008, hlm. 94).

Observasi dibagi menjadi dua macam berdasarkan tingkat pengkontrolan, yaitu observasi sederhana (pengamatan tanpa dilakukan persiapan dan menggunakan peralatan yang canggih untuk mencatat dan mengambil foto-foto) dan observasi sistemis (pengamatan yang terkontrol dan menggunakan peralatan seperti tape recorder, kamera, dll) (Emzir, 2011, hlm. 38-39).

Selain itu, observasi berdasarkan peran dibedakan menjadi dua bagian pula, yaitu observasi partisipan (participant observation) dan observasi non partisipan (non-partisipant observation). Observasi partisipan adalah observasi yang dilakukan peneliti yang berperan sebagai anggota yang berperan serta dalam kehidupan masyarakat topic penelitiannya. Sedangkan observasi non-partisipan adalah observasi yang menjadikan peneliti sebagai penonton terhadap kejadian yang menjadi topic penelitian (Emzir, 2011, hlm. 39-40).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi partisipan. Sehingga peneliti akan terlibat secara langsung dalam setiap kegiatan yang ada di dalam pondok pesantren.

2. Wawancara

Menurut (Basrowi & Suwandi, 2008, hlm. 127) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara


(19)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

(interview) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.

Esterberg (Sugiyono, 2012, hlm. 73-74) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak tersetruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Berbeda dengan wawancara semiterstruktur (Semistructure Interview), jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Sementara Wawancara tak berstruktur

(unstructured interview) merupakan wawancara yang bebas di mana peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistemis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa gari-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. 3. Dokumentasi

Selain wawancara dan observasi, cara lain untuk memperoleh data adalah studi dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2012, hlm. 82).

Teknik dokumentasi ini dapat membuat peneliti memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi memperleh informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni, dan karya piker. Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan


(20)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

metode observasi dan wawancara. Hasil observasi dan wawancara akan lebih akurat jika didukung oleh dokumen yang terkait dengan focus penelitian (Satori & Komariah, 2011, hlm. 148-149).

4. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber yang telah ada (Sugiyono, 2012, hlm. 83).

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2012, hlm. 83).

E. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistemis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2012, hlm. 89).

Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012, hlm. 89) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data

display), verifikasi/penarikan kesimpulan.

1. Reduksi data (data reduction)

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara dimana


(21)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan. Data kualitatif dapat direduksi dan ditransformasikan dalam banyak cara, yaitu: melalui seleksi halus, melalui rangkuman atau paraphrase, melalui menjadikannya suatu pola yang besar dan seterusnya (Emzir, 2011, hlm. 130).

Data yang telah peneliti dapatkan melalui metode wawancara, observasi, studi dokumentasi dan triangulasi kemudian diklasifikasikan berdasarkan kategori-kategori yang relavan dengan rumusan masalah penelitian. Dalam membuat kategorisasi, peneliti mengunakan teknik koding (pengkodean data). Hal ini dibuat dengan tujuan memudahkan peneliti dalam membandingkan temuan dalam satu kategori. Adapun, kategorisasi dalam penelitian ini adalah:

Tabel 2.1 Kode Reduksi Data

No. Aspek Kode Data

1. Profil Pesantren PP

2. Konsep Ketaatan KK

3. Proses Penanaman Nilai Ketaatan PNK

4. Faktor Pendukung dan Penghambat FP

5. Hasil Penanaman Nilai Ketaatan HP

2. Penyajian data (data display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, phie chard, pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut , maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami (Sugiyono, 2012, hlm. 95).

Penyajian data ini digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data (Gunawan, 2013, hlm. 211).

Untuk menganalisis transkip wawancara, cacatan lapangan observasi maupun studi dokumentasi maka diperlukan kode. Oleh karena itu, peneliti


(22)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

memberikan koding berdasarkan teknik pengumpulan data yang ada pada tabel 2.2, tabel 2.3, dan tabel 2.4.

Tabel 2.2

Identitas Responden dan Informan

No Nama Kode L/P Jabatan

1. KH. Q. Ahmad Syahid, Phd

WAQ 1 L Pendiri Pesantren dan ketua yayasan

2. KH. Ahmad Farizi, M.Pdi WAQ 2 L Pengasuh dan Pengajar 3. Ust. Kurnia Alfarisi WAQ 3 L Asatidz

4. Ust. Ali Imron WAQ 4 L Asatidz

5. Muhammad Iqbal Buqini WAQ 5 L Santri

6. Toriq Ajis WAQ 6 L Santri

7. Aldinur WAQ 7 L Santri

Tabel 2.3 Kode Observasi

No Jenis Kegiatan Kode

1. Observasi Proses Penanaman

Nilai Ketaatan OP

2. Observasi Sarana dan

Prasarana OS

3. Observasi Hasil Penanaman

Nilai Ketaatan OK

Tabel 2.4 Kode Dokumentasi

No Jenis Dokumentasi Kode

1. Dokumentasi Profile Pesantren Dok 1

2. Dokumentasi Profile Kiai Dok 2


(23)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

4. Dokumentasi Jadwal Kegiatan Pesantren Dok 4 5. Dokumentasi Bahan Ajara Penanaman Nilai Ketaatan Dok 5

6. Dokumentasi Bacaan-Bacaan Zikir Dok 6

7. Dokumentasi Sarana Prasarana Dok 7

8. Dokumentasi Tata Tertib Pesantren Dok 8

3. Verifikasi/penarikan kesimpulan

Langkah ke tiga yang digunakan adalah verifikasi atau yang disebut juga penarikan kesimpulan.

Penarikan kesimpulan adalah hasil penelitian yang menjawab focus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Simpulan disajikan dalam bentuk deskriftip dan objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian (Gunawan, 2013, hlm. 212).

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten sat peneliti kembali ke lapanagan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2012, hlm. 99).

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan kesimpulan yang sesuai dengan kenyataan, maka peneliti melakukan verifikasi yaitu memeriksa kembali data-data yang telah direduksi dan disajikan dengan cara meminta saran, masukan, pendapat dari para responden dan selanjutnya dapat diambil kesimpulan akhir.


(24)

86

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan mengenai internalisasi nilai ketaatan di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung dapat di simpulkan bahwa ketaatan yang diajarkan kepada santri di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung yaitu ketaatan yang sesuai dengan ajaran agama Islam atau ketaatan dalam hal keagamaan, yang sesuai dengan nilai-nilai Alquran, hadis atau assunah dan juga pemahaman para ulama yang pakar dalam bidangnya, misalnya mengerjakan salat, berpuasa, membaca Alquran, berzikir mengingat Allah, menuntut ilmu, patuh kepada orang tua, patuh kepada guru atau kiai, dan amalan sunah lainnya.

Proses internalisasi nilai ketaatan yang diterapkan kepada santri di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II, pada dasarnya dilakukan melalui dua cara yaitu dengan cara memberikan materi-materi tenang ketaatan dan penggunaan metode-metode yang dapat membantu pembentukan ketaatan. Materi ketaatan yang diajarkan di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung di kelompokan menjadi dua:

a. Materi ketaatan yang terhimpun dalam kitab ta’lim muta’alim dan bidatul

hidayah.

b. Materi ketataatan yang tercecer bersama materi lain dalam suatu kitab dan hadis, seperti kitab tafsir jalalain, hadis Faḍoil Quran, dan lain-lain.

Metode dalam menginternalisasikan nilai ketaatan pada santri di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut:

1. Metode keteladanan

Di dalam Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg, keteladanan tersebut dapat dipahami dengan adanya bentuk kebiasaan yang diharapkan


(25)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

menjadi contoh keteladanan bagi santri baru. Sehingga untuk mengikuti apa yang sudah menjadi kebiasaan yang berlaku diharuskan untuk meniru tradisi-tradisi yang telah dilakukan oleh santri lama. Dan lambat laun peniruan itu akan menjadi suatu kebiasaan bagi dirinya sendiri dan akhirnya membentuk suatu ketaatan bagi santri. Di pondok pesantren ini, santri senior wajib memberikan contoh yang baik bagi santri-santri junior, baik dalam kegiatan beribadah, berpakaian, bersikap, bertutur kata maupun dalam aktifitas lainnya. Dengan adanya keteladanan tersebut, santri-santri dapat mengambil pelajaran, sehingga terbentuklah prilaku yang mencerminka n ketaatan.

2. Metode pembiasaan

Dengan adanya tata tertib dan aturan yang menuntut adanya pelaksanaan secara rutin, ini menunjukkan adanya metode pembiasaan dan latihan sebagai sarana untuk mewujudkan pribadi yang terbiasa dengan kegiatan-kegiatan rutin tersebut. Latihan dan pembiasaan santri kaitannya dengan penanaman nilai ketaatan misalnya membiasakan salat berjamaah, zikir setelah salat, serta membaca Alquransetelah zikir, membiasakan mengucapkan salam jika bertemu dengan orang lain dan mencium tangan kiai atau ustad. Dengan adanya latihan dan pembiasaan ini, akan terbentuk ketaatan santri, baik itu ketaatan kepada Allah, rasul, dan guru atau orang tua.

Faktor Pendukung dalam internalisasi nilai ketaatan di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung antara lain adalah;

a. Adanya sarana dan fasilitas yang lengkap seperti masjid, asrama, madrasah, aula, kantin, dan lain-lain.

b. Kepemimpinan kiai yang karismatik dan disegani oleh seluruh santrinya. c. Santri percaya akan nilai keberkahan yang akan di dapat di pondok

pesantren apabila menaati kiainya.

d. Tata tertib pesantren yang menciptakan tradisi ketaatan, baik itu taat kepada Allah, Rasulul, dan Guru atau orang tua.


(26)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

e. Metode yang digunakan pondok pesantren dalam menginternalisasikan nilai ketaatan. Misalnya bagi yang melanggar tata tertib di kenakan hukuman menghafal salah satu surat dalam Alquranatau menghalal Hadis. Bentuk hukuman tersebut mendidik santri untuk semakin taat terhadap agamanya.

a. Kitab-kitab arab klasik yang menunjang nilai ketaatan yang di ajarkan di pondok pesantren

Sementara hambatannya yaitu terjadi perubahan paradigma di masyarakat mengenai pesantren. Pesantren di anggap sebagai bengkel akhlak atau tempat untuk memperbaiki moral sudah melekat di benak para orang tua. Seandainya di dalam kelurga terdapat anak nakal maka orang tua memasukannya ke dalam pesantren sementara jika anaknya pintar para orang tua memasukan anak pintar tersebut ke sekolah negeri. Hal tersebut membuat infut santri yang di dapat oleh pondok pesantren seadanya atau kurang baik. Sehingga ketika di awal-awal mereka masuk kedalam lingkungan pesantren banyak yang melanggar tata tertib pesantren itu sendiri.

Pada dasarnya proses internalisasi nilai ketaatan terbentuk dari kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh para santri di pondok pesantren. Yang dimaksud tradisi di sini adalah seperangkat perilaku yang sudah menjadi kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan dan senantiasa dilakukan, diamalkan, dipelihara dan dilestarikan di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung.

Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II dapat diketahui ada beberapa tradisi pondok pesantren yang orientasinya membentuk ketaatan santri yaitu :.

1. Dalam bentuk ibadah a. Salat berjamaah

b. Salat rawatib, salat malam (tahajud), salat dhuha c. Membaca Alquran


(27)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

d. Puasa wajib, puasa sunah, puasa ijazah dan lain-lain. 2. Kebiasaan sehari-hari

a. Mencuci pakaian sendiri

b. Senantiasa memakai pakaian syar’i yang sesuai dengan tata tertib. c. Menghafal Alquran

3. Hubungan dengan orang lain

a. Bersalaman dan mencium tangan kiai ketika bertemu sebagai penghormatan.

b. Selalu membungkukan badan setiap bertemu kiai

c. Mengucapkan salam setiap berpapasan dengan ustad ataupun sesama teman.

d. dan lain-lain 4. Tradisi mingguan

a. Membaca ṣalawat al-Barjanji b. Membaca surat yasin

c. Ṭariqoh

Dari beberapa tradisi yang ada di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung dapat dipahami sebagai hasil dari penanaman nilai ketaatan. Dalam hal ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa hal yaitu :

1. Ketaatan terhadap Allah

Dengan status dan kedudukan manusia yang diwajibkan mengabdi kepada pencipta alam semesta yaitu Allah Swt, maka dengan itu Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung memiliki tradisi yang berbentuk ibadah kepada Allah sebagai sarana pendekatan diri kepada Nya. Bentuknya adalah seperti salat wajib dengan berjamaah, salat rawatib, salat malam, salat dhuha, zikir, membaca Alquran, puasa. Hal tersebut memiliki sifat relegiusitas dan ketaatan kepada Allah Swt.


(28)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Realisasi dan wujud ketaatan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung memiliki tradisi seperti rutinan bacaan Shalawat Al-Barjanji serta zikir-zikir yang berisi shalawat, menjalankan puasa senin-kamis, dan lain-lain. Hal ini akan membentuk pribadi yang memiliki nilali ketaatan kepada Rasulullah Saw yang akan berdampak kepada kehidupan sehari-harinya.

3. Ketaatan terhadap guru atau orang tua

Di Pondok Pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Kabupaten Bandung para santri menghormati Kiainya sebagai pengasuh pondok pesantren. Tradisi yang mencerminkan ketaatan santri terhadap kiai adalah bersalaman disertai mencium tangannya sambil membungkukan badan. Selain itu penghormatan santri kepada guru/kiai dan keluargannya yang direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari seperti tidak berjalan di depan guru, tidak duduk di tempat duduknya, tidak mengawali pembicaraan kecuali atas seijinnya, mematuhi perintah-perintahnya, berusaha mencari rida-Nya, membantu keperluan-keperluannya dan sebagainya merupakan bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap kiai.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya peneliti memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut :

1. Kepada pihak pondok harus bisa lebih mengayomi karena latar belakang santri yang berbeda-beda.

2. Kepada pihak santri untuk terus menghormati kiainya. Karena keberkahan ilmu dapat diraih apabila kita menghormati bukunya dan menghormati gurun atau kiai.

3. Bagi sekolah-sekolah umum dapat menjadi rujukan untuk mengadopsi dalam menginternalisasikan nilai- nilai ketaatan.


(29)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG


(30)

91

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

____________. (2012). Cordova Alquran dan terjemah. (T. K. RI, Trans.) Bandung: Syaamil quran.

Afandi, F. (2012). Pola kepemimpinan Kiai dalam pendidikan pesantren (Penelitian di pondok pesantren As-syi’ar Leles). Jurnal Pendidikan Universitas Garut,

Vol-06, 20-30.

Ahmadi, A., & Salimi, N. (2008). MKDU dasar-dasar pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

al-Atsari, A. b. (2006). Intisari aqidah ahlussunnah wal Jama'ah. (F. b. bthathy, Trans.) Jakarta: Pustaka Imam Syafi i.

Alfarisi, K. (2016, Juli 7). Internalisasi nilai ketaatan di pesantren. (A. Suwarna, Interviewer)

Ambroise, Y. (1993). Pendidikan nilai, dalam pendidikan nilai memasuki tahun

2000. Jakarta: Grasindo.

Arief Subhan, d. (2003). Citra perempuan dalam Islam pandangan ormas

keagamaan. Jakarta: Gramedia.

Arifin, M. (2012). Filsafat pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Astuti. (2015). Bimbingan shalat sebagai media perubahan prilaku. Jurnal Bimbingan

Konseling Islam, Vol-6, 299-318.

Azra, A. (1999). Pendidikan Islam: Tradisi dan moderenisasi menuju milenium baru.

Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Barton, G. (2010). Biografi Gusdur. Jogjakarta: LKIS.

Basrowi, & Suwandi. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Basrowi, S. (2002). Metode penelitian kualitatif perspektif mikro. Surabaya: Insan

Cendikia.

Bay, K. (2011). Pengertian ulil amri dalam Alquran dan implementasinya dalam masyarakat muslim. Jurnal Ushuluddin, Vol- XVII, 115-129.


(31)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Bermi, W. (2016). Internalisasi nilai- nilai agama Islam untuk membentuk sikap dan perilaku siswa sekolah dasar Islam terpadu Al-Mukminun. Jurnal Al Lubab,

Vol-1, 1-18.

Buqini, M. I., Ajis, T., & Aldinur. (2016a, November 7). Konsep ketaatan di pondok pesantren Alquran Al-Falah. (A. Suwarna, Interviewer)

Buqini, M. I., Ajis, T., & Aldinur. (2016b, November 7). Materi ketaatan yang diajarkan di pesantren Alquran Al-Falah. (A. Suwarna, Interviewer) Chalpin, J. (2002). Kamus lengkap psikologi. (K. Kartono, Trans.) Jakarta: Raja

Grafindo.

Dhofier, Z. (1990). Tradisi pesantren studi tentang pandangan hidup kiai. Jakarta: LP3ES.

Dhofier, Z. (2011). Tradisi pesantren; studi pandangan hidup kiai dan visinya

mengenai masa depan Indonesia. Jakarta: LP33ES.

Elmubarak, Z. (2008). Membumikan pendidikan nilai. Bandung: Alfabeta. Elmubarok, Z. (2009). Membumikan pendidikan nilai. Bandung: Alfabeta.

Emzir. (2011). Metodelogi penelitian kualitatif analisis data. Jakarta: Rajawali Press. Fakhri, J. (2010). Sains dan teknologi dalam Alquran dan implikasinya dalam

pembelajaran. Jurnal Ta'dib, Vol-XV, 121-142.

Farizi, A. (2016, Juli 14). Internalisasi nilai ketaatan di pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Bandung. (A. Suwarna, Interviewer)

Ghazzali, I. (2009). Ihya ulumuddin. Menghidupkan ilmu-ilmu agama (Vol. 1). (Purwanto, Trans.) Bandung: Marja.

Gunawan, I. (2013). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Bumi Aksara.

Harafah. (2010). Zakat sebagai alternatif pemberdayaan ekonomi umat. Jurnal

Al-'Adl, Vol-3, 1-20.

Heri, J. (2005). Fikih pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hidayat, M. (2016). Model komunikasi kiai dengan santri di pesantren. Jurnal


(32)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Hilda, L. (2014). Puasa dalam kajian Islam dan kesehatan. Jurnal Hikmah, Vol-VIII, 53-62.

Ihsan, F. (2010). Dasar-dasar pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Imran, A. (2016, Juni 12). Internalisasi nilai ketaatan pada santri di pondok pesantren Alquran Al-Falah Nagreg Bandung. (A. Suwarna, Interviewer)

Komariah, & Satori. (2011). Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta. Komariah, S. &. (2011). Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta. Kosasih, A. (2011). Model internalisasi nilai zikir pada ikhwan thariqat tijaniyah,

desertasi pada program studi pendidikan umum sekolah pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Kosasih, A. (2016). Model pendidikan anti teroris melalui internalisasi nilai zikir di pesantren. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol-25, 101-110.

Majid, A., & Andayani, D. (2012). Pendidikan karakter perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Marzuki. (2006). Pembelajaran pendidikan agama Islam 1 kurikulum 2006 Sekolah

Menengah Pertama. Surakarta: Mediatama.

Marzuki. (2008). Meneladani Nabi Muhammad Saw. dalam kehidupan sehari-hari.

Jurnal Humanika, Vol-8, 75-87.

Maunah, B. (2009). Tradisi intelektual santri. Yogyakarta: Teras. Muhaimin. (1996). Strategi belajar mengajar. Surabaya: Citra Media.

Nafi. (2007). Praktis pembelajaran pesantren. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara. Na'imah, N. (2014). Hubungan antara ketaatan beragama orang tua dengan motivasi

belajar pendidikan agama Islam pada siswa kelas II SMA Kolombo tahun ajaran 2013/2014. Skripsi pada jurusan Pendidikan Agama Islam di UIN

Sunan Kalijaga. Yogyakarta: Tidak diterbitkan.

Nasihin. (2015). Internalisasi nilai- nilai agama Islam dalam pembinaan akhlak mulia.

Jurnal ummul qura, Vol-5, 1-10.


(33)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Purwanto, M. K. (2012). Mengelola hati menggapai bisnis yang selalu untung :

Refleksi Al-Hikam. Yogyakarta: Andi Publisher.

Ramayulis. (2012). Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Rasyid, S. (1978). Fiqh Islam. Semarang: CV. Toha Putra.

Raya, A. T., & Mulia, S. M. (2003). Menyelami seluk beluk ibadah. Dalam Islam.

Jakarta: Prenada Media.

Sastrapratedja. (1993). "Pendidikan nilai", dalam pendidikan nilai memasuki tahun

2000. Jakarta: Grasindo.

Satori, D., & Komariah, A. (2011). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta. Setiawan, K. (2010). Masjid-masjid bersejarah di Jakarta. Jakarta: Erlangga.

Setiyadi, B. (2006). Metode penelitian untuk pengajaran bahasa asing: Pendekatan

kuantitatif dan kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Shaleh, A. (2006). Taqwa: makna & hikmah dalam Alquran. Jakarta: Erlangga. Shiddiqy, M. H. (1989). Sejarah dan pengantar ilmu Alquran. Jakarta: Bulan

Bintang.

Shihab, M. Q. (2013). Wawasan Alquran. Bandung: Mizan.

Shodiq, M. (2011). Pesantren dan perunahan sosial. Jurnal Falasifa, Vol-2, 107-117. Sholikhin, M. (2010). Menyatu diri dengan ilahi. Yogyakarta: Narasi.

Sofanudin, A. (2015). Internalisasi nilai-nilai karakter bangsa melalui mata pelajaran pendidikan agama Islam pada SMA Eks-Rsbi di Tegal. Jurnal Smart, Vol-1, 151-163.

Sudjana, N. (1989). Dasar-dasar proses belajar-mengajar. Bandung: Sinar Biru. Sugiyono. (2009). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2013). Metode penelitian manajemen. Bandung: Alfabeta. Sukanto. (1999). Kepemimpinan kiai dalam pesantren. Jakarta: LP3ES.


(34)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Suparman, D. (2015). Pembelajaran ibadah shalat dalam perpektif psikis dan medis.

Jurnal Istek, Vol-IX, 48-70.

Syahid, A. (2016, Juli 20). Internalisasi nilai ketaatan di pondok pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Bandung. (A. Suwarna, Interviewer)

Syahidin, d. (2009). Moral dan kognisi Islam. Alfabeta: Alfabeta.

Tafsir, A. (2010). Filsafat pendidikan Islami. Bandung: Remaja Rosda Karya. Tafsir, A. (2012). Filsafat pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Taimiyah, I. (2005). Kumpulan fatwa Ibnu Taimiyah tentang amar ma’ruf nahyi

munkar dan kekuasaan, siyasah syar’iyah dan jihad fi sabilillah. Jakarta: Daral Haq.

Umar, B. (2010). Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

Wahab, M. A. (2013). Selalu ada jawaban. Jakarta: Qultum Media.

Wahyudin, Y. (2014). Kiai langka dari cicalengka. Bandung: Cahaya Matahari. Yunus, M. (1972). Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. Zuhriy, M. S. (2011). Budaya pesantren dan pendidikan karakter pada pondok


(1)

91

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG


(2)

91 Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

____________. (2012). Cordova Alquran dan terjemah. (T. K. RI, Trans.) Bandung: Syaamil quran.

Afandi, F. (2012). Pola kepemimpinan Kiai dalam pendidikan pesantren (Penelitian di pondok pesantren As-syi’ar Leles). Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol-06, 20-30.

Ahmadi, A., & Salimi, N. (2008). MKDU dasar-dasar pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

al-Atsari, A. b. (2006). Intisari aqidah ahlussunnah wal Jama'ah. (F. b. bthathy, Trans.) Jakarta: Pustaka Imam Syafi i.

Alfarisi, K. (2016, Juli 7). Internalisasi nilai ketaatan di pesantren. (A. Suwarna, Interviewer)

Ambroise, Y. (1993). Pendidikan nilai, dalam pendidikan nilai memasuki tahun 2000. Jakarta: Grasindo.

Arief Subhan, d. (2003). Citra perempuan dalam Islam pandangan ormas keagamaan. Jakarta: Gramedia.

Arifin, M. (2012). Filsafat pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Astuti. (2015). Bimbingan shalat sebagai media perubahan prilaku. Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol-6, 299-318.

Azra, A. (1999). Pendidikan Islam: Tradisi dan moderenisasi menuju milenium baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Barton, G. (2010). Biografi Gusdur. Jogjakarta: LKIS.

Basrowi, & Suwandi. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Basrowi, S. (2002). Metode penelitian kualitatif perspektif mikro. Surabaya: Insan

Cendikia.

Bay, K. (2011). Pengertian ulil amri dalam Alquran dan implementasinya dalam masyarakat muslim. Jurnal Ushuluddin, Vol- XVII, 115-129.


(3)

92

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Bermi, W. (2016). Internalisasi nilai- nilai agama Islam untuk membentuk sikap dan perilaku siswa sekolah dasar Islam terpadu Al-Mukminun. Jurnal Al Lubab, Vol-1, 1-18.

Buqini, M. I., Ajis, T., & Aldinur. (2016a, November 7). Konsep ketaatan di pondok pesantren Alquran Al-Falah. (A. Suwarna, Interviewer)

Buqini, M. I., Ajis, T., & Aldinur. (2016b, November 7). Materi ketaatan yang diajarkan di pesantren Alquran Al-Falah. (A. Suwarna, Interviewer) Chalpin, J. (2002). Kamus lengkap psikologi. (K. Kartono, Trans.) Jakarta: Raja

Grafindo.

Dhofier, Z. (1990). Tradisi pesantren studi tentang pandangan hidup kiai. Jakarta: LP3ES.

Dhofier, Z. (2011). Tradisi pesantren; studi pandangan hidup kiai dan visinya mengenai masa depan Indonesia. Jakarta: LP33ES.

Elmubarak, Z. (2008). Membumikan pendidikan nilai. Bandung: Alfabeta. Elmubarok, Z. (2009). Membumikan pendidikan nilai. Bandung: Alfabeta.

Emzir. (2011). Metodelogi penelitian kualitatif analisis data. Jakarta: Rajawali Press. Fakhri, J. (2010). Sains dan teknologi dalam Alquran dan implikasinya dalam

pembelajaran. Jurnal Ta'dib, Vol-XV, 121-142.

Farizi, A. (2016, Juli 14). Internalisasi nilai ketaatan di pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Bandung. (A. Suwarna, Interviewer)

Ghazzali, I. (2009). Ihya ulumuddin. Menghidupkan ilmu-ilmu agama (Vol. 1). (Purwanto, Trans.) Bandung: Marja.

Gunawan, I. (2013). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Bumi Aksara.

Harafah. (2010). Zakat sebagai alternatif pemberdayaan ekonomi umat. Jurnal Al-'Adl, Vol-3, 1-20.

Heri, J. (2005). Fikih pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hidayat, M. (2016). Model komunikasi kiai dengan santri di pesantren. Jurnal Komunikasi Aspikom, Vol-2, 385-395.


(4)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Hilda, L. (2014). Puasa dalam kajian Islam dan kesehatan. Jurnal Hikmah, Vol-VIII, 53-62.

Ihsan, F. (2010). Dasar-dasar pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Imran, A. (2016, Juni 12). Internalisasi nilai ketaatan pada santri di pondok pesantren Alquran Al-Falah Nagreg Bandung. (A. Suwarna, Interviewer)

Komariah, & Satori. (2011). Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta. Komariah, S. &. (2011). Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta. Kosasih, A. (2011). Model internalisasi nilai zikir pada ikhwan thariqat tijaniyah,

desertasi pada program studi pendidikan umum sekolah pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Kosasih, A. (2016). Model pendidikan anti teroris melalui internalisasi nilai zikir di pesantren. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol-25, 101-110.

Majid, A., & Andayani, D. (2012). Pendidikan karakter perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Marzuki. (2006). Pembelajaran pendidikan agama Islam 1 kurikulum 2006 Sekolah Menengah Pertama. Surakarta: Mediatama.

Marzuki. (2008). Meneladani Nabi Muhammad Saw. dalam kehidupan sehari-hari. Jurnal Humanika, Vol-8, 75-87.

Maunah, B. (2009). Tradisi intelektual santri. Yogyakarta: Teras. Muhaimin. (1996). Strategi belajar mengajar. Surabaya: Citra Media.

Nafi. (2007). Praktis pembelajaran pesantren. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara. Na'imah, N. (2014). Hubungan antara ketaatan beragama orang tua dengan motivasi

belajar pendidikan agama Islam pada siswa kelas II SMA Kolombo tahun ajaran 2013/2014. Skripsi pada jurusan Pendidikan Agama Islam di UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta: Tidak diterbitkan.

Nasihin. (2015). Internalisasi nilai- nilai agama Islam dalam pembinaan akhlak mulia. Jurnal ummul qura, Vol-5, 1-10.


(5)

94

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Purwanto, M. K. (2012). Mengelola hati menggapai bisnis yang selalu untung : Refleksi Al-Hikam. Yogyakarta: Andi Publisher.

Ramayulis. (2012). Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Rasyid, S. (1978). Fiqh Islam. Semarang: CV. Toha Putra.

Raya, A. T., & Mulia, S. M. (2003). Menyelami seluk beluk ibadah. Dalam Islam. Jakarta: Prenada Media.

Sastrapratedja. (1993). "Pendidikan nilai", dalam pendidikan nilai memasuki tahun 2000. Jakarta: Grasindo.

Satori, D., & Komariah, A. (2011). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta. Setiawan, K. (2010). Masjid-masjid bersejarah di Jakarta. Jakarta: Erlangga.

Setiyadi, B. (2006). Metode penelitian untuk pengajaran bahasa asing: Pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Shaleh, A. (2006). Taqwa: makna & hikmah dalam Alquran. Jakarta: Erlangga. Shiddiqy, M. H. (1989). Sejarah dan pengantar ilmu Alquran. Jakarta: Bulan

Bintang.

Shihab, M. Q. (2013). Wawasan Alquran. Bandung: Mizan.

Shodiq, M. (2011). Pesantren dan perunahan sosial. Jurnal Falasifa, Vol-2, 107-117. Sholikhin, M. (2010). Menyatu diri dengan ilahi. Yogyakarta: Narasi.

Sofanudin, A. (2015). Internalisasi nilai-nilai karakter bangsa melalui mata pelajaran pendidikan agama Islam pada SMA Eks-Rsbi di Tegal. Jurnal Smart, Vol-1, 151-163.

Sudjana, N. (1989). Dasar-dasar proses belajar-mengajar. Bandung: Sinar Biru. Sugiyono. (2009). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2013). Metode penelitian manajemen. Bandung: Alfabeta. Sukanto. (1999). Kepemimpinan kiai dalam pesantren. Jakarta: LP3ES.


(6)

Acep Suwarna, 2016

INTERNALISASI NILAI KETAATAN PAD A SANTRI D I POND OK PESANTREN ALQURAN AL-FALAH II NAGREG KABUPATEN BAND UNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Suparman, D. (2015). Pembelajaran ibadah shalat dalam perpektif psikis dan medis. Jurnal Istek, Vol-IX, 48-70.

Syahid, A. (2016, Juli 20). Internalisasi nilai ketaatan di pondok pesantren Alquran Al-Falah II Nagreg Bandung. (A. Suwarna, Interviewer)

Syahidin, d. (2009). Moral dan kognisi Islam. Alfabeta: Alfabeta.

Tafsir, A. (2010). Filsafat pendidikan Islami. Bandung: Remaja Rosda Karya. Tafsir, A. (2012). Filsafat pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Taimiyah, I. (2005). Kumpulan fatwa Ibnu Taimiyah tentang amar ma’ruf nahyi

munkar dan kekuasaan, siyasah syar’iyah dan jihad fi sabilillah. Jakarta: Daral Haq.

Umar, B. (2010). Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

Wahab, M. A. (2013). Selalu ada jawaban. Jakarta: Qultum Media.

Wahyudin, Y. (2014). Kiai langka dari cicalengka. Bandung: Cahaya Matahari. Yunus, M. (1972). Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. Zuhriy, M. S. (2011). Budaya pesantren dan pendidikan karakter pada pondok